• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Sistem Kemitraan Usaha Perkebunan

Kemitraan adalah upaya yang melibatkan berbagai sektor, kelompok masyarakat, lembaga pemerintah maupun bukan pemerintah. Untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama berdasarkan kesepakatan prinsip dan peran masing-masing. Dengan demikian untuk membangun kemitraan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu persamaan perhatian, saling percaya dan saling menghormati, harus saling menyadari pentingnya kemitraan. Dan harus adanya kesepakatan visi, misi, tujuan dan nilai yang sama, harus berbijak pada landasan yang sama dan ketersediaan untuk berkorban. Kemitraan pada esiensinya merupakan dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama (Notoatmojo, 2003).

Landasan pengembangan kemitraan dibidang pertanian dalam Undang-undang No. 12 Tahun 1992 telah menetapkan : 1. Pasal 47 ayat 3 “Badan usaha diarahkan untuk kerja sama secara terpadu dengan masyarakat petani dalam melakukan usaha budidaya tanaman”. 2. Pasal 47 ayat 4 “Pemerintah dapat menugaskan badan usaha mengembangkan kerja sama dengan petani”. 3. Pasal 49

“Pemerintah membina usaha lemah serta mendorong dan membina terciptanya kerja sama yang serasi dan saling menguntungkan antara pengusaha lemah”. Istilah kemitraan berdasarkan Undang-undang No. 9 Tahun 1995 yaitu kerja sama antara

9

usaha kecil dan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Pola kemitraan antara pengusaha besar dan pengusaha kecil atau koperasi dapat dilakukan melalui berbagai bentuk. Berdasarkan Undang-undang No. 9 Tahun 1995, kemitraan dilaksanakan dengan pola :

1. inti plasma atau perusahaan inti rakyat hubungan kemitraan yang didalamnya usaha menengah atau usaha besar bertindak sebagai inti dan usaha kecil sebagai inti plasma. Perusahaan ini melaksanakan pembinaan mulai dari penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis, sampai dengan pemasaran hasil produksi.

2. Subkontrak hubungan kemitraan yang didalamnya usaha kecil memproduksi komponen yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar sebagai bagian dari produksinya.

3. Dagang umum hubungan kemitraan yang didalamnya usaha menengah atau usaha besar memasarkan hasil produksi usaha kecil atau usaha kecil memasuk kebutuhan yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar mitranya.

4. Waralaba hubungan kemitraan yang didalamnya pemberi waralaba memberikan hak penggunaan lisensi, merek dagang, dan saluran distribusi perusahaannya disertai bantuan bimbingan manajemen.

5. Keagenan hubungan kemitraan yang didalamnya usaha kecil diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa mitra.

10

2.4 Penelitian Terdahulu

Tabel 1. Penelitian terdahulu yang relevan

Penelitian Judul Analisis Data Hasil Penelitian I Made

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme pelaksanaan kemitraan berdasarkan kesepakatan tertulis antara kelompok tani Telaga Biru dan PT. Sawindo Kencana sudah terealisasi dengan baik. Hak petani adalah memperoleh benih, pupuk, alat tanaman, bahan pestisida, dan pemasaran hasil panen. Hak perusahaan adalah mendapatkan hasil panen dari petani. Kewajiban petani yaitu memberikan hasil tanaman kelapa sawit yang berkualitas. Kewajiban perusahaan yaitu menyediakan kebutuhan petani seperti pupuk, alat panen, bahan pestisida, dan hak hasil panen.

Hasilnya menunjukkan bahwa sebelum tanaman berumur 10 tahun, sebagian petani menyewa tenaga kerja untuk mengelola kebunnya, sementara sebagian kecil mengontrokkannya kepada petani lain (peserta Trans-PIR program dari java). Setelah tanaman berumur 10 tahun, sebagian besar petani Arfak telah meninggalkan kebun mereka karena mereka tidak dapat memanen. Bentuk pengelolaan ini dipengaruhi oleh umur dan tingkat pendidikan karena berkaitan dengan kekuatan fisik dan

11

kemampuan berpikir petani untuk masa depannya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengusahaan usahatani kelapa sawit pada pola mitra dan pola swadaya di daerah penelitian disebabkan oleh adanya pembinaan dan pengontrolan yang intensif dari perusahaan, produktifitas lahan dan kualitas tandan buah segar (TBS) yang dimiliki oleh petani pola swadaya. Pendapatan petani pola mitra lebih tinggi dari pada pendapatan petani pola swadaya.

Dimana rata-rata pendapatan usahatani kelapa sawit di daerah penelitian untuk pola mitra sebesar Rp. 29.873.936/Ha/Tahun dan total

biaya sebesar Rp.

16.589.355/Ha/Tahun. Untuk usahatani kelapa sawit pola swadaya rata-rata pendapatan usahatani kelapa sawitnya sebesar Rp. 22.456.318/Ha/Tahun dan total

biaya sebesar Rp.

Hasil dari penelitian ini adalah:

1. Pola kemitraan yang terjadi antara PT. PLB (Agro Lestari TBK) dengan petani kelapa sawit di Desa Blok 30 adalah pola kemitraan kerja sama Operasional Agribisnis (KOA).

Pengembangan kebun kelapa sawit petani sepenuhnya

12

dikelola oleh petani dengan bantuan pihak perusahaan.

2. Proses pelaksanaan kemitraan yang terjadi di Desa Blok 30 meliputi kegiatan: survey lokasi, pengajuan kemitraan, admistrasi dan kontrak kemitraan.

Pelaksanaan/monitorig, evaluasi dan pendampingan operasional.

3. Skor total penilaian responden terhadap tingkat efektivitas program kemitraan di Desa Blok 30 sebesar 39,25 berada pada interval kelas 38,6 48,6 dengan kreteria penilaian Efektive

program kemitraan di Desa Blok 30 sudah efektif, sedangkan penerimaan rata-rata atas usaha yang dijalankan pada usahatani kelapa sawit adalah sebesar Rp.

25.843.568,-/Ha/Tahun dengan demikian total pendapatan rata-rata yang diperoleh adalah sebesar Rp.

16. 804.824,-/Ha/Tahun. Kemudian hasil dari R/C adalah sebesar 2,86.

Artinya usahatani kelapa di Desa Panton Pange Kecamatan Tripa Makmur Kabupaten Nagan Raya Menguntungkan.

13

2.5 Kerangka Pemikiran

Perusahaan PT. Sultra Prima Lestari merupakan salah satu perusahaan yang melakukan pola kemitraan dengan pemilik lahan untuk meningkatkan pendapatan para pemilik lahan kelapa sawit di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara.

Upaya dalam peningkatan pendapatan pemilik lahan kelapa sawit di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara melalui kerja sama antara pemilik lahan dengan PT. Sultra Prima Lestari.

Dimana pemilik lahan mempercayakan lahan kebunnya kepada PT. Sultra Prima Lestari untuk dikelola oleh perusahaan membuka lahan kelapa sawit. Pemilik lahan yang ikut dalam bekerja di perusahaan akan dapat upah dengan hasil lahan yang mereka miliki masing-masing dengan luas area yang berbeda-beda.

Untuk mengetahui pendapatan pemilik lahan di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara yang tentunya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh perusahaan yang meliputi biaya investasi dan biaya operasional. Perusahaan merupakan pengelola yang mempunyai kewenangan dan tugas dalam mengusahakan tanaman kelapa sawit dan juga struktur pendapatan. Input dan output yang mencakup dalam biaya usahatani kelapa sawit adalah biaya produksi yang meliputi biaya tetap dan biaya pajak tanah, biaya peralatan. Dan biaya variabel adalah biaya pupuk, pestisida, tenaga kerja baik dari pegawai perusahaan maupun pemilik lahan yang ikut bekerja dalam perusahaan.

14

Produktivitas yang dihasilkan dalam perusahaan tersebut akan mempengaruhi penerimaan. Pendapatan yang dihasilkan dalam perusahaan tersebut adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya. Besarnya total biaya dan penerimaan akan mempengaruhi besarnya pendapatan.

Dengan rata-rata pemilik lahan yang digunakan berbeda-beda, antara pemilik lahan yang satu dengan yang lainnya terdapat perbedaan pendapatan karena pendapatan yang dihasilkan berbeda-beda. Pendapatan yang dihasilkan pemilik lahan dan perusahaan dapat dilakukan perbandingan untuk mengetahui perbedaan pendapatan antara pemilik lahan dan perusahaan. Secara sistematis kerangka pemikiran analisis pola kemitraan antara pemilik lahan dengan PT. Sultra Prima Lestari dalam rangka peningkatan pendapatan di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara dapat dituliskan pada gambar 1. Sebagai berikut.

15

Gambar 1. Kerangka Berfikir Analisis Pola Kemitraan Antara Pemilik Lahan dengan PT. Sultra Prima Lestari Dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan Pemilik Lahan di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara.

Perkebunan Kelapa Sawit

Perusahaan Pemilik Lahan

Pola Kemitraan - Pola Kemitraan Bagi Hasil

- Penyediaan Lahan - Modal

- Tenaga Kerja - Bagi Hasil

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara.

Penentuan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut termasuk penghasil Kelapa Sawit. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2021.

3.2 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah pemilik lahan dengan PT. Sultra Prima Lestari di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara. Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini ditentukan secara simple random sampling (acak sederhana). Pengambilan sampel untuk penelitian menurut Arikunto (2010), jika subjeknya kurang dari 100 orang sebaiknya diambil semua, jika populasi lebih dari 100 orang maka memungkinkan diambil 10% dari jumlah populasi.

Populasi di daerah penelitian berjumlah 342 orang, sehingga peneliti mengambil 10% dari jumlah populasi pemilik lahan di daerah penelitian. Maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 34 orang pemilik lahan yang memiliki luas lahan yang berbeda-beda.

17

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitaif dan kualitatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang di peroleh dengan cara observasi dan wawancara langsung dengan pemilik lahan dan PT. Sultra Prima Lestari di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara dengan menggunakan daftar pertanyaan (quisioner). Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Perusahaan di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara adalah memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada pemilik lahan untuk memperoleh informasi secara mendalam.

2. Kuesioner (daftar pertanyaan)

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden. Adapun responden yang dimaksud yaitu pemilik lahan dengan PT. Sultra Prima Lestari di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara.

18

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah kumpulan dari dokumen-dokumen yang dapat memberikan keterangan atau bukti yang berkaitan dengan proses pengumpulan dan pengelolaan dokumen secara sistematis serta menyebar luaskan kepada pemakai informasi tersebut. Peneliti memperoleh data dan dokumen-dokumen tertulis. Penulis membaca dan mempelajari berbagai tulisan dari buku-buku, jurnal-jurnal, dan internet yang berkaitan dan mendukung kebenaran dari hasil yang diperoleh dari penelitian ini.

3.5 Teknik Analisis Data

Untuk menguji permasalahan pertama tentang pola kemitraan antara pemilik lahan dengan PT. Sultra Prima Lestari di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara yaitu dilakukan dengan pendekatan analisis deskriptif. Metode deskriptif merupakan prosedur pemecahan masalah dengan cara mendeskripsikan kondisi subjek atau objek penelitian pada saat ini berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya. Dilakukan dengan mengumpulkan berbagai pendapat dari pihak yang terkait dengan penelitian ini yaitu pemilik lahan di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara yang bermitra dengan PT. Sultra Prima Lestari.

3.6 Definisi Operasional

19

Definisi operasional variabel yaitu pengertian variabel (yang diungkap dalam definisi konsep) tersebut, secara operasional, secara praktik, secara nyata dan lingkup objek penelitian/objek yang diteliti.

1. Kemitraan adalah kerja sama antara pemilik lahan dengan PT. Sultra Prima Lestari dalam berbagai bidang salah satunya perkebunan kelapa sawit.

2. Perusahaan adalah pihak yang melakukan usaha perkebunan kelapa sawit yang memiliki kerja sama dengan pemilik lahan.

3. Sampel dalam penelitian ini adalah pemilik lahan yang melakukan kemitraan dengan PT. Sultra Prima Lestari.

4. Pemilik lahan adalah pihak yang melakukan kemitraan dengan perusahaan.

5. Biaya tetap adalah yang dikeluarkan oleh perusahaan.

6. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dan di pengaruhi oleh hasil produksi kelapa sawit seperti, penggunaan tenaga kerja, biaya pestisida, dan lain-lain.

7. Penerimaan yaitu jumlah produksi yang dihasilkan dari usahatani kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari.

8. Pendapatan merupakan jumlah penerimaan yang diperoleh perusahaan setelah dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama kegiatan usahatani kelapa sawit.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

a. Sejarah Perusahaan

Perusahaan PT. Sultra Prima Lestari berada di Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara, 4 Kecamatan yaitu kecamatan andowia, asera, oheo dan langgikima, berada di 18 desa yaitu desa laronanga, labungga, puusuli, wamggudu raya, tapuwatu, walalindu, kota maju, laronaha, bandaeha, lameruru, landawe, paka indah, tinondo, polora indah, alenggo, pariama, molore, tobimeita, dan kelurahan langgikima.

PT. Sultra Priima Lestari mulai melakukan sosialisasi pada tahun 2004, tahun 2005 dimulai pembibitan dan pada tahun 2006 mulai dilakukan penanaman. Luas areal yang dikelola oleh PT. Sultra Prima Lestari adalah 6.969 Ha. Perusahaan membangun pabrik minyak kelapa sawit pada tahun 2013, pabrik mulai beroperasi pada tahun 2014.

4.2 Visi dan Misi

a. Visi Perusahaan

21

PT. Sultra Prima Lestari menjadi perusahaan perkebunan yang maju di wilayah kabupaten konawe utara khususnya dan di provinsi Sulawesi tenggara pada umumnya.

b. Misi Perusahaan

PT. Sultra Prima Lestari menjadi perusahaan perkebunan kelapa sawit yang membuka lapangan pekerjaan dan dapat mensejahterakan masyarakat kabupaten konawe utara di lingkungan perkebunan.

22

Manager/ Askep Workshop & Civil Enginering Assistant Transport Assistant Workshop Assistant Sipil/ Infrastruktur

Manager/ Askep HR Estate Assistant General Service Dokter & Klinik Assistant Security

Dokter & Klinik

Manager/ Askep CSR, Sustainibiity &External Relation Assistant ISPO/ RSPO (HSE) Assistant K3 Kerani Admin Compliance & Sustainibility

Manager/ Askep Mapping & GIS Assistant MGIS Kerani Admin MGIS

Koordinator KTU Assistant IT Assistant Pembelian Assistant Finance/Cashier

Assistant Accounting Manager/ Askep Audit Internal Assistant Internal Audit Admin Internal Audit

GM Plantation Staff GM

Div. Head AgronomiDept. Head Internal Audit Dept. Head Agronomi

Chief Executive Officer

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden

Identitas pemilik lahan responden merupakan latar belakang untuk mengetahui kondisi pemilik lahan dalam penelitian. Responden dalam penelitian ini adalah pemilik lahan yang bermitra dengan PT. Sultra Priman Lestari. Adapun yang termasuk identitas responden adalah nama pemilik lahan, umur pemilik lahan, timgkat pendidikan, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan keluarga dan luas lahan pemilik lahan.

5.1.1 Umur Pemilik Lahan

Umur pemilik lahan yang bermitra dengan PT. Sultra Prima Lestari berkisar antara 35 – 69 tahun, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Umur Pemilik Lahan Yang Bermitra dengan PT. Sultra Prima Lestari di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara.

No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2021

24

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa persentase terbesar yaitu pada kelompok umur 41-47 tahun sebanyak 10 orang dengan persentase 29,41%, kelompok umur 55-61 tahun sebanyak 9 orang dengan persentase 26,47%, kelompok umur 48-54 tahun sebanyak 7 orang dengan persentase 20,59%, kelompok umur 62-68 tahun sebanyak 4 orang dengan persentase 11,77%, kelompok umur 34-40 tahun sebanyak 2 orang dengan persentase 5,88%, kelompok umur 69-75 tahun sebanyak 2 orang dengan persentase 5,88%. Mantra (2004) menyatakan bahwa umur produktif secara ekonomi dibagi menjadi 3 klasifikasi, yaitu kelompok 0-14 tahun merupakan usia belum produktif, kelompok 15-64 tahun merupakan kelompok usia produktif, dan kelompok umur diatas 65 tahun merupakan kelompok usia tidak lagi produktif.

5.1.2 Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu menjalaskan usaha perkebunan kelapa sawit. Hal ini tingkat pendidikan pemilik lahan yang berbeda-beda di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Tingkat Pendidikan Pemilik Lahan di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara.

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 SD 5 14,71

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2021

25

Berdasarkan tabel 3 Pemilik lahan yang tamat SD sebanyak 5 orang dengan persentase 14,71%, SMP sebanyak 3 orang dengan persentase 8,82%, SMA sebanyak 11 orang dengan persentase 32,35%, S1 sebanyak 11 orang dengan persentase 32,35%, dan yang terakhir tamat S2 sebanyak 4 orang dengan persentase 11,77%.

Jumlah responden yang paling banyak berdasarkan tingkat pendidikan yaitu SMA dan S1. Pendidikan mempengaruhi petani melalui penyerapan informasi bagi peningkatan hasil produksi pertanian (Thamrin, 2012).

5.1.3 Pengalaman Bermitra

Pengalaman bermitra responden pemilik lahan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengalaman Bermitra Pemilik Lahan di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara.

No Pengalaman Bermitra (Tahun)

Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 8 – 14 14 41,18

2 15 – 21 20 58,82

Jumlah 34 100,00

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2021

Berdasarkan tabel 4. Menunjukkan bahwa pengalaman bermitra yang ada di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara yang paling dominan yaitu pengalaman bermitra selama 15-21 tahun sebanyak 20 orang dengan persentase 58,82%, pengalaman bermitra 8-14 tahun sebanyak 14 orang dengan persentase 41,18%. Semakin lama seseorang melakukan usahatani maka semakin luas pengalaman yang diperoleh petani. Fadhla (2017) tingkat pengalaman akan memberikan perubahan pada keterampilan kerja seorang petani kearah yang lebih

26

efektif karena makin tinggi pengalaman maka semakin efisien petani tersebut mengalokasikan biaya produksi dan penggunaan tenaga kerja yang lebih baik.

5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari istri anak, serta orang lain yang turut serta dalam keluarga berada atau hidup dalam satu rumah dan makan bersama yang menjadi tanggungan kepala keluarga.

Adapun jumlah tanggungan keluarga pemilik lahan, dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah tanggungan keluarga pemilik lahan di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara.

No Jumlah Tanggungan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 1 – 4 24 70,59

2 5 – 8 10 29,41

Jumlah 34 100,00

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2021

Tabel 5 menunjukkan bahwa pemilik lahan di Kecamatan Andowia memiliki tanggungan keluarga terbanyak 1-4 orang adalah sebanyak 24 orang dengan persentase 70,59% dan tanggungan paling sedikit 5-8 orang sebanyak 10 orang dengan persentase 29,41%. Hal ini sejalan dengan pendapat Hermanto (1996) menyatakan bahwa semakin besar beban tanggungan dalam suatu keluarga maka petani akan lebih giat berusaha dan bekerja dalam kegiatan usahataninya untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar sehingga kesejahteraan petani dan seluruh anggota keluarga dapat terpenuhi.

27

5.1.5 Luas Lahan

Luas lahan yang digunakan untuk usahatani kelapa sawit akan mempengaruhi produksi kelapa sawit yang dihasilkan. Semakin luas lahan yang termanfaatkan akan semakin banyak produksi yang dihasilkan. Luas lahan pemilik lahan akan mempengaruhi efisien atau tidaknya usahatani, karena erat hubungan dengan biaya yang dikeluarkan dan produksi yang diterima. Semakin luas lahan dan biaya produksi yang dikeluarkan biasanya tidak seimbang dengan produksi yang diperoleh. Adapun luas lahan kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut :

Tabel 6. Luas Lahan Pemilik Lahan yang Bermitra dengan PT. Sultra Prima Lestari di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara.

No Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Persentase (%)

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2021

Tabel 6 menunjukkan bahwa luas lahan pemilik lahan yang bermitra dengan PT. Sultra Prima Lestari, yang paling banyak berada pada luas 1,2 – 7,2 Ha dengan

28

jumlah 22 orang dengan persentase 64,71%. Menurut soekartawi (2002) luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha dan skala usaha ini pada akhirnya akan mempengaruhi efisiensi atau tidaknya satu pertanian. Luas lahan dapat mempengaruhi jumlah produksi petani, semakin luas lahan semakin besar pula hasil produksi yang diperoleh petani. Akan tetapi, jika petani tidak dapat memanfaatkan luas lahan tersebut maka semakin luas lahan tidak menjamin pendapatan petani meningkat.

5.2 Pola Kemitraan Antara Pemilik Lahan dengan PT. Sultra Prima Lestari

Kemitraan merupakan strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membutuhkan (Hafsah : 2000).

Menurut erizka permatasari 2021, dalam pola kemitraan bagi hasil para pihak yang bermitra dengan pola bagi hasil memberikan kontribusi sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang dimiliki serta disepakati kedua belah pihak yang bermitra. Adapun besar pembagian keuntungan yang diterima atau kerugian yang ditanggung para pihak berdasarkan pada perjanjian yang disepakati.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan antara peneliti dengan pemilik lahan responden, maka didapatkan pola kemitraan yang terjadi antara pemilik lahan dengan PT. Sultra Prima Lestari adalah pola kemitraan Kerjasama bagi hasil (KBH) merupakan pola hubungan bisnis yang dijalankan oleh perusahaan dan masyarakat pemilik lahan. Perusahaan menyediakan biaya, modal, manajemen dan

29

pengadaan sarana produksi untuk membudidayakan komoditas kelapa sawit.

Perusahaan dan masyarakat pemilik lahan akan mendapatkan bagian masing-masing sesuai perjanjian yang telah disepakati dalam perjanjian kerjasama dengan diikat oleh memorandum of understanding (MOU). Untuk lebih jelasnya bentuk kegiatan dari

kemitraan antara pemilik lahan dan perusahaan dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini : Tabel 7. Uraian Kegiatan Kemitraan Antara Pemilik Lahan dengan PT. Sultra Prima

Lestari di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara.

No Uraian Kegiatan Pemilik Lahan Perusahaan Keterangan

1. Penyediaan Lahan √ _ _

Sumber Data Primer: Setelah Diolah, 2021

Bentuk kemitraan antara Pemilik lahan dengan Perusahaan di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara. Dalam pelaksanaan kemitraan antara pemilik lahan dan pihak perusahaan dengan bentuk kerja sama yang dilakukan oleh pemilik lahan dan pihak perusahaan antara lain, penyediaan lahan, modal, tenaga kerja, bagi hasil. Berikut adalah bentuk kemitraan yang ditawarkan :

30

Penyediaan lahan yang disediakan pemilik lahan, dan dikelola perusahaan tanpa campur tangan pemilik lahan. Pemilik lahan mnyerahkan lahan/tanah ke perusahaan dan tanaman yang tumbuh dalam lahan tanpa meminta ganti rugi apapun kepada pihak perusahaan.

Pemilik lahan dan perusahaan setuju dan sepakat bahwa modal biaya investasi untuk pembangunan kebun adalah sebesar Rp. 35.000.000,- per hektar dimana pemilik lahan menanggung biaya tersebut sebesar 40% Rp. 14.000.000,- per hektar dan perusahaan menanggung biaya sebesar 60% Rp. 21.000.000,- per hektar. Modal biaya investasi menggunakan fasilitas keuangan perusahaan dimana Pemilik lahan maupun perusahaan secara bersama-sama akan mengembalikan biaya investasi dengan cara memotong hasil produksi. Masa pelunasan biaya investasi adalah sesuai dengan hasil produksi kebun dan akan dimonitor serta dihitung sisa hutang masing-masing pihak setiap bulan.

Perusahaan memberikan prioritas kepada masyarakat pemilik lahan untuk bekerja sebagai karyawan di perusahaan. Pemilik lahan bermitra dengan perusahaan

Perusahaan memberikan prioritas kepada masyarakat pemilik lahan untuk bekerja sebagai karyawan di perusahaan. Pemilik lahan bermitra dengan perusahaan

Dokumen terkait