• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS POLA KEMITRAAN ANTARA PEMILIK LAHAN DENGAN PT. SULTRA PRIMA LESTARI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN DI KECAMATAN ANDOWIA KABUPATEN KONAWE UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS POLA KEMITRAAN ANTARA PEMILIK LAHAN DENGAN PT. SULTRA PRIMA LESTARI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN DI KECAMATAN ANDOWIA KABUPATEN KONAWE UTARA"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS POLA KEMITRAAN ANTARA PEMILIK LAHAN DENGAN PT. SULTRA PRIMA LESTARI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN DI KECAMATAN

ANDOWIA KABUPATEN KONAWE UTARA

TULUS INSYIRAH 105961101417

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

(2)

ii

ANALISIS POLA KEMITRAAN ANTARA PEMILIK LAHAN DENGAN PT. SULTRA PRIMA LESTARI DALAM MENINGKATKAN

PENDAPATAN DI KECAMATAN ANDOWIA KABUPATEN KONAWE UTARA

TULUS INSYIRAH 105961101417

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Pola Kemitraan Antara Pemilik Lahan Dengan PT. Sultra Prima Lestari Dalam Meningkatkan Pendapatan Pemilik Lahan Di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, 18 April 2021

Tulus Insyirah 105961101417

(6)

vi

ABSTRAK

TULUS INSYIRAH. 105961101417. Analisis Pola Kemitraan Antara Pemilik Lahan dengan PT. Sultra Prima Lestari Dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Pemilik Lahan di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara. Dibimbing oleh RENI FATMASARI SYAFRUDDIN sebagai pembimbing utama dan ARDI RUMALLANG sebagai pembimbing pendamping.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola kemitraan dan pendapatan yang terjalin antara pemilik lahan dengan PT. Sultra Prima Lestari di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara.

Penentuan sampel dalam penelitian ini adalah pemilik lahan dengan PT.

Sultra Prima Lestari di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara. Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini ditentukan secara simple random sampling (acak sederhana). Populasi di daerah penelitian berjumlah 342 orang, sehingga peneliti mengambil 10% dari jumlah populasi pemilik lahan di daerah penelitian yang berjumlah 34 orang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola kemitraan yang terjadi antara PT. Sultra Prima Lestari dengan pemilik lahan responden adalah pola mitra kerjasama bagi hasil (KBH) merupakan pola hubungan bisnis yang dijalankan oleh perusahaan dan pemilik lahan untuk membudidayakan komoditas kelapa sawit dengan diikat oleh memorandum of understanding (MOU). Pendapatan petani pemilik lahan yang bermitra dengan PT. Sultra Prima Lestari sebesar Rp. 6.746.595 tahun/Ha.

Kata Kunci : Pola Kemitraan, Pendapatan

(7)

vii

ABSTRACT

TULUS INSYIRAH. 105961101417. Analysis of Partnership Patterns Between Land Owners and PT. Sultra Prima Lestari in order to increase the income of land owners in Andowia District, North Konawe Regency. Supervised by RENI FATMASARI SYAFRUDDIN as the main supervisor and ARDI RUMLANG as a co-supervisor.

This study aims to determine the pattern of partnership and income that exists between land owners and PT. Sultra Prima Lestari in Andowia District, North Konawe Regency.

Determination of the sample in this study is the owner of the land with PT.

Sultra Prima Lestari in Andowia District, North Konawe Regency. The sampling technique in this study was determined by simple random sampling (simple random).

The population in the study area amounted to 342 people, so the researchers took 10% of the total population of land owners in the study area, which amounted to 34 people.

The results of this study indicate that the pattern of partnership that occurs between PT. Sultra Prima Lestari with the respondent's land owners is a profit sharing cooperation partner pattern (KBH) which is a business relationship pattern run by the company and the land owner to cultivate oil palm commodities bound by a memorandum of understanding (MOU). The income of the land owner farmers in partnership with PT. Sultra Prima Lestari Rp. 6,746,595 years/ha.

Keywords : Partnership Pattern, Income

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata‟ala, berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Serta tidak lupa shalawat dan salam kepada Nabi Besar Muhammad Salallahu

„Alaihi Wassalam. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa yang akan menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) di Fakultas Pertanian Jurusan Agribisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Adapun judul skripsi yang akan dibahas oleh penulis adalah “Analisis Pola Kemitraan Antara Pemilik Lahan dengan PT. Sultra Prima Lestari Dalam Meningkatkan Pendapatan Di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara”.

Selanjutnya pada kesempatan ini penulis tak lupa mengucapkan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya terutama kepada :

1. Dr. Reni Fatmasari Syafruddin, S.P., M.Si selaku pembimbing utama dan Ardi Rumallang, S.P., M.M. Selaku pembimbing pendamping, yang telah melakukan koreksi dan masukan-masukan yang sangat berharga.

2. Dr. Ir. Andi Khaeriyah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P. Selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

(9)

ix

4. Ketiga orang tua ayahanda Ir. Aminuddin Mustafa, Ibunda Insan, S.Sos, dan ibu saya Ir. Hj. Mardiana Djohar dan Kakak adikku segenap keluarga yang senantiasa memberikan bantuan, sehingga skripsi yang dikerjakan oleh penulis bisa terselesaikan.

5. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada penulis.

6. Kepada pihak PT. Sultra Prima Lestari dan Pemilik Lahan Di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara beserta jajaranya yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di daerah tersebut.

7. Semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi dari awal hingga akhir yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bertujuan untuk penyempurnaan skripsi ini kearah yang lebih baik. Semoga kita semua dalam lindungan Allah Subhana Wata‟ala.

Makassar, 18 April 2021

Tulus Insyirah

(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ... iv

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Kegunaan Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Kelapa Sawit ... 5

2.2 Pola Kemitraan ... 6

2.3 Sistem Kemitraan Usaha Perkebunan ... 8

2.4 Penelititan Terdahulu ... 10

2.5 Kerangka Pemikiran ... 12

(11)

xi

III. METODE PENELITIAN ... 16

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

3.2 Teknik Pengambilan Sampel ... 16

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 17

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 17

3.5 Teknik Analisis Data ... 18

3.6 Definisi Operasional ... 18

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 20

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 20

4.2 Visi dan Misi Perusahaan ... 20

4.3 Struktur dan Organisasi ... 22

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

5.1 Identitas Responden ... 23

5.2 Pola Kemitraan Antara Pemilik Lahan Dengan PT.Sultra Prima Lestari ... 28

5.3 Biaya Perkebunan Kelapa Sawit ... 33

5.4 Penerimaan Perkebunan Kelapa Sawit ... 34

5.5 Pendapatan Pemilik Lahan Kelapa Sawit Yang Melakukan Kemitraan Dengan PT. Sultra Prima Lestari ... 35

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

6.1 Kesimpulan ... 38

6.2 Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 40

LAMPIRAN ... 42

RIWAYAT HIDUP ... 98

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 15 2. Umur Pemilik Lahan yang Bermitra Dengan PT. Sultra Prima Lestari

di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara ... 23 3. Tingkat Pendidikan Pemilik Lahan di Kecamatan Andowia Kabupaten

Konawe Utara ... 24 4. Pengalaman Bermitra Pemilik Lahan di Kecamatan Andowia Kabupaten

Konawe Utara ... 25 5. Jumlah Tanggungan Keluarga di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe

Utara ... 26 6. Luas Lahan Pemilik Lahan yang Bermitra dengan PT. Sultra Prima Lestari

di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara ... 27 7. Uraian Kegiatan Kemitraan Antara Pemilik Lahan dengan PT. Sultra Prima

Lestari di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara ... 29 8. Biaya Perkebunan Kelapa Sawit di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe

Utara... 33 9. Penerimaan Pemilik Lahan Kelapa Sawit di Kecamatan Andowia

Kabupaten Konawe Utara ... 34

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Kerangka Fikir Penelitian di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara .... 15 2. Dokumentasi Penelitian ... 75 3. Surat Izin Penelitian ... 79 4. Surat Perjanjian Antara Pemilik Lahan dan PT. Sultra Prima Lestari ... 81

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

1. Kuesioner Penelitian ... 43 2. Peta Lokasi Tempat Penelitian ... 46 3. Identitas Pemilik Lahan Responden Usahatani Kelapa Sawit Yang Bermitra

Dengan PT. Sultra Prima Lestari di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara ... 47 4. Penerimaan Bagi Hasil Pemilik Lahan Dengan PT. Sultra Prima Lestari Periode

Januari 2020 ... 49 5. Penerimaan Bagi Hasil Pemilik Lahan Dengan PT. Sultra Prima Lestari Periode

Februari 2020 ... 51 6. Penerimaan Bagi Hasil Pemilik Lahan Dengan PT. Sultra Prima Lestari Periode

Maret 2020 ... 53 7. Penerimaan Bagi Hasil Pemilik Lahan Dengan PT. Sultra Prima Lestari Periode

April 2020 ... 55 8. Penerimaan Bagi Hasil Pemilik Lahan Dengan PT. Sultra Prima Lestari Periode

Mei 2020 ... 57 9. Penerimaan Bagi Hasil Pemilik Lahan Dengan PT. Sultra Prima Lestari Periode

Juni 2020 ... 59 10. Penerimaan Bagi Hasil Pemilik Lahan Dengan PT. Sultra Prima Lestari Periode

Juli 2020 ... 61 11. Penerimaan Bagi Hasil Pemilik Lahan Dengan PT. Sultra Prima Lestari Periode

Agustus 2020 ... 63 12. Penerimaan Bagi Hasil Pemilik Lahan Dengan PT. Sultra Prima Lestari Periode

September 2020 ... 65

(15)

xv

13. Penerimaan Bagi Hasil Pemilik Lahan Dengan PT. Sultra Prima Lestari Periode

Oktober 2020 ... 67

14. Penerimaan Bagi Hasil Pemilik Lahan Dengan PT. Sultra Prima Lestari Periode November 2020 ... 69

15. Penerimaan Bagi Hasil Pemilik Lahan Dengan PT. Sultra Prima Lestari Periode Desember 2020 ... 71

16. Penerimaan Bagi Hasil Pemilik Lahan Dengan PT. Sultra Prima Lestari Periode Rekapitulasi Tahun 2020 ... 73

17. Dokumentasi Penelitian ... 75

18. Surat Izin Penelitian ... 79

19. Surat Perjanjian Antara Pemilik Lahan dan PT. Sultra Prima Lestari ... 81

(16)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar penduduk Indonesia yang hidup dan bekerja pada sektor pertanian. Penduduk Indonesia yang bekerja pada sektor pertanian pada tahun 2003 mencapai 40,6 juta jiwa. Selain itu, sektor pertanian juga ikut berperan dalam produksi nasional. Namun, pertumbuhan sektor pertanian dalam dasawarsa terakhir tidak pernah melewati batas tertinggi 5% padahal pertumbuhan penduduk masih cukup tinggi 1,45%. Nilai tambah di sektor pertanian menjadi semakin kecil karena memikul beban terbesar penyediaan lapangan kerja terutama pada tanaman padi dan tanaman bahan makanan lain (Soetrisno, 2008).

Perkembangan usaha agribisnis di Indonesia telah membuka wacana baru dalam praktek-praktek agribisnis yang dilakukan terutama oleh petani atau pembudidaya. Salah satu bentuk usaha agribisnis yang cukup banyak dilakukan adalah dengan konsep kemitraan. Beberapa perusahaan mencoba untuk menawarkan konsep kemitraan ini kepada para petani untuk memproduksi suatu komoditas tertentu dan menjamin pemasaran hasil produksinya.

Konsep dan pola kemitraan yang ditawarkan antara satu perusahaan dengan perusahaan lain berbeda-beda. Beberapa hal yang mempengaruhi konsep dan pola

(17)

2

kemitraan adalah jenis komoditas yang dibudidayakan, permintaan konsumen dari komoditas yang dibudidayakan, serta pangsa pasar dari komoditas yang dibudidayakan (Kurnianti, 2013).

Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman yang mempunyai peran penting bagi subsektor perkebunan. Pengembangan kelapa sawit antara lain memberi manfaat dalam peningkatan pendapatan petani dan masyarakat menyediakan bahan baku industri pengolahan yang menciptakan nilai tambah di dalam negeri dan ekspor CPO yang menghasilkan devisa. Dari sisi upaya pelestarian lingkungan hidup, tanaman kelapa sawit yang merupakan tanaman tahunan berbentuk pohon (tree crops) dapat berperan dalam penyerapan efek gas rumah kaca seperti (CO2), dan mampu menghasilkan O2 dan mampu menghasilkan atau jasa lingkungan lainnya seperti konservasi biodiversity atau eko wisata. Selain itu, tanaman kelapa sawit juga

menjadi sumber pangan dalam menu penduduk, sehingga kelangkaannya dipasar domestik berpengaruh sangat nyata dalam perkembangan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat (Fauzi et al,2005).

Perusahaan sawit PT. Sultra Prima Lestari merupakan salah satu perusahaan yang melakukan pola kemitraan dengan pemilik lahan untuk meningkatkan pendapatan para pemilik lahan kelapa sawit di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara. Upaya dalam meningkatkan pendapatan pemilik lahan kelapa sawit di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara melalui kerja sama antara pemilik lahan dengan perusahaan.

(18)

3

Dimana pemilik lahan mempercayakan lahan kebunnya kepada perusahaan untuk dikelola oleh perusahaan membuka lahan kelapa sawit. Pemilik lahan yang ikut dalam bekerja di perusahaan akan dapat upah dengan hasil lahan yang mereka miliki masing-masing dengan luas area yang berbeda-beda.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pola Kemitraan Antara pemilik Lahan dengan PT.

Sultra Prima Lestari Dalam Meningkatkan Pendapatan Pemilik Lahan di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pola kemitraan yang terjalin antara pemilik lahan dengan PT. Sultra Prima Lestari di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara?

2. Berapa besar pendapatan pemilik lahan yang melakukan pola kemitraan dengan PT. Sultra Prima Lestari di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui pola kemitraan yang dilaksanakan oleh pemilik lahan dengan PT. Sultra Prima Lestari di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara.

(19)

4

2. Untuk mengetahui pendapatan pemilik lahan yang melakukan kemitraan dengan PT. Sultra Prima Lestari di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara.

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka kegunaan penelitian ini yaitu :

1. Bagi Mahasiswa, sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan penelitian yang sama.

2. Bagi perusahaan, sebagai bahan informasi dan pertimbangan khususnya bagi pemilik lahan.

3. Bagi pemerintah, sebagai bahan referensi di bidang pendidikan, guna membangun ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.

(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit

Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai meghasilkan pada umur 3 tahun dengan usia produktif hingga 15 – 25 tahun dan tingginya mencapai 24 meter. Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis. Komponen yang menentukan persyaratan agronomis untuk kelapa sawit meliputi curah hujan, bulan kering, dan ketinggian dari permukaan laut.

Pertama, minyak sawit merupakan bahan utama minyak goreng, sehingga pasokan yang kontiniu ikut menjaga kestabilan harga minyak goreng. Ini penting, sebab minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok kebutuhan masyarakat sehingga harganya harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

Kedua, sebagai salah satu komoditas pertanian andalan ekspor, komoditas ini memiliki prospek yang baik sebagai sumber perolehan devisa maupun pajak. Ketiga, dalam proses produksi maupun pengolahan juga mampu menciptakan kesempatan kerja dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Wiharni, 2011).

Beberapa masalah yang dijumpai dalam pengembangan kelapa sawit di Indonesia di antaranya adalah fluktasi produksi dan harga, penanganan pasca panen

(21)

6

pada saat panen raya dan pengolahannya (dryer dan corn sheller) termasuk silo, masih terbatas sehingga berpengaruh terhadap kualitas hasil, terbatasnya modal usaha tani, dan kemitraan usaha belum berkembang (Purwanto, 2008)

Untuk meningkatkan produktivitas perkebunan rakyat, maka strategi pemberdayaan petani menjadi penting, upaya yang digunakan untuk memenuhi strategi adalah dengan meningkatkan pengetahuan petani melalui penyuluhan, penyediaan bibit unggul yang bermutu dan harga terjangkau ekonomi petani sehingga perlu didukung oleh modal (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

2.2 Pola Kemitraan

Pola kemitraan adalah suatu bentuk kerjasama yang saling menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha menengah/besar (Perusahaan mitra) disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha besar, sehingga saling memerlukan, menguntungkan, memperkuat dan berkesinambungan. Pola kemitraan tersebut akan menghasilkan efisiensi sumber daya yang dimiliki oleh pihak-pihak yang bermitra dan karenanya menguntungkan semua pihak yang bermitra. Kemitraan hanya dapat berlangsung secara Efektif dan berkesinambungan jika kemitraan dijalankan dalam kerangka berfikir pembangunan ekonomi dan bukan semata-mata konsep sosial yang dilandasi motif belas kasihan atau kedermawanan (Sulistyani, 2004).

Pola kemitraan usaha pertanian yang telah di rekomendasikan adalah 1. Pola inti plasma adalah hubungan antara kelempok mitra dengan perusahaan mitra dimana

(22)

7

kelompok mitra bertindak sebagai plasma inti, 2. Pola sub kontrak adalah kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra dimana kelompok mitra memproduksi komponen yang di perlukan oleh perusahaan sebagai bagian dari produksinya, 3. Pola dagang umum adalah kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, dimana perusahaan mitra memasarkan hasil produksi kelompok mitra memasok kebutuhan perusahaan mitra, 4. Pola kerjasama operasional adalah hubungan kemitraan antar kelompok mitra dengan perusahaan mitra, dimana kelompok mitra menyediakan modal atau sarana untuk mengusahakan budidaya pertanian (Liptan, 2000).

Manfaat kemitraan juga dapat di tinjau dari beberapa yaitu:

1. Produktivitas yaitu peningkatan produktivitas diharapkan dapat di rasakan oleh pihak-pihak yang bermitra. Bagi perusahaan yang lebih besar, peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan menekan biaya produksi dan meningkatkan produksi.

2. Ekonomi yaitu efisiensi yang erat kaitannya dengan penggunaan input yang minimum dan Efektivitas dengan mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diiinginkan.

3. Resiko usaha yaitu dengan kemitraan usaha di harapkan resiko yang besar dapat di tanggung bersama dimana pihak-pihak yang bermitra akan menanggung resiko secara profesional sesuai dengan besarnya model dan keuntungan yang akan di peroleh.

(23)

8

4. Sosial yaitu kemitraan usaha bukan hanya memberikan dampak positif dengan saling menguntungkan melainkan dapat memberikan dampak sosial yang cukup tinggi sehingga terhindar dari kecemburuan sosial akibat ketimpangan.

2.3 Sistem Kemitraan Usaha Perkebunan

Kemitraan adalah upaya yang melibatkan berbagai sektor, kelompok masyarakat, lembaga pemerintah maupun bukan pemerintah. Untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama berdasarkan kesepakatan prinsip dan peran masing- masing. Dengan demikian untuk membangun kemitraan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu persamaan perhatian, saling percaya dan saling menghormati, harus saling menyadari pentingnya kemitraan. Dan harus adanya kesepakatan visi, misi, tujuan dan nilai yang sama, harus berbijak pada landasan yang sama dan ketersediaan untuk berkorban. Kemitraan pada esiensinya merupakan dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama (Notoatmojo, 2003).

Landasan pengembangan kemitraan dibidang pertanian dalam Undang- undang No. 12 Tahun 1992 telah menetapkan : 1. Pasal 47 ayat 3 “Badan usaha diarahkan untuk kerja sama secara terpadu dengan masyarakat petani dalam melakukan usaha budidaya tanaman”. 2. Pasal 47 ayat 4 “Pemerintah dapat menugaskan badan usaha mengembangkan kerja sama dengan petani”. 3. Pasal 49

“Pemerintah membina usaha lemah serta mendorong dan membina terciptanya kerja sama yang serasi dan saling menguntungkan antara pengusaha lemah”. Istilah kemitraan berdasarkan Undang-undang No. 9 Tahun 1995 yaitu kerja sama antara

(24)

9

usaha kecil dan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Pola kemitraan antara pengusaha besar dan pengusaha kecil atau koperasi dapat dilakukan melalui berbagai bentuk. Berdasarkan Undang-undang No. 9 Tahun 1995, kemitraan dilaksanakan dengan pola :

1. inti plasma atau perusahaan inti rakyat hubungan kemitraan yang didalamnya usaha menengah atau usaha besar bertindak sebagai inti dan usaha kecil sebagai inti plasma. Perusahaan ini melaksanakan pembinaan mulai dari penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis, sampai dengan pemasaran hasil produksi.

2. Subkontrak hubungan kemitraan yang didalamnya usaha kecil memproduksi komponen yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar sebagai bagian dari produksinya.

3. Dagang umum hubungan kemitraan yang didalamnya usaha menengah atau usaha besar memasarkan hasil produksi usaha kecil atau usaha kecil memasuk kebutuhan yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar mitranya.

4. Waralaba hubungan kemitraan yang didalamnya pemberi waralaba memberikan hak penggunaan lisensi, merek dagang, dan saluran distribusi perusahaannya disertai bantuan bimbingan manajemen.

5. Keagenan hubungan kemitraan yang didalamnya usaha kecil diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa mitra.

(25)

10

2.4 Penelitian Terdahulu

Tabel 1. Penelitian terdahulu yang relevan

Penelitian Judul Analisis Data Hasil Penelitian I Made

Gannal Dwi Saputra, I G A A Lies Anggreni, I Putu Dharma, 2017

Pola Kemitraan Usaha Tani Kelapa Sawit Kelompok Tani Telaga Biru dengan PT. Sawindo Kencana melalui Koperasi di Kabupaten Bangka Barat Provinsi Bangka Belitung

Analisis Deskriptif Kualitatif dan Kuantitatif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme pelaksanaan kemitraan berdasarkan kesepakatan tertulis antara kelompok tani Telaga Biru dan PT. Sawindo Kencana sudah terealisasi dengan baik. Hak petani adalah memperoleh benih, pupuk, alat tanaman, bahan pestisida, dan pemasaran hasil panen. Hak perusahaan adalah mendapatkan hasil panen dari petani. Kewajiban petani yaitu memberikan hasil tanaman kelapa sawit yang berkualitas. Kewajiban perusahaan yaitu menyediakan kebutuhan petani seperti pupuk, alat panen, bahan pestisida, dan hak hasil panen.

Amestina Matualage, Sunarru Samsi Hariadi, Paulus Wiryono, 2019

Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit Dalam Pola Kemitraan Inti Plasma PTPN II Prafi Dengan Petani Suku Arfak di Manokwari, Papua Barat

Analisis Kuantitatif

Hasilnya menunjukkan bahwa sebelum tanaman berumur 10 tahun, sebagian petani menyewa tenaga kerja untuk mengelola kebunnya, sementara sebagian kecil mengontrokkannya kepada petani lain (peserta Trans-PIR program dari java). Setelah tanaman berumur 10 tahun, sebagian besar petani Arfak telah meninggalkan kebun mereka karena mereka tidak dapat memanen. Bentuk pengelolaan ini dipengaruhi oleh umur dan tingkat pendidikan karena berkaitan dengan kekuatan fisik dan

(26)

11

kemampuan berpikir petani untuk masa depannya.

Rizky Anugrah Pratama Putra, 2018

Analisis Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit Pada Pola Mitra dan Pola

Swadaya di Kecamatan Maro Sebo Ilir

Kabupaten Batanghari

Analisis Kuantitatif dan Kualitatif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengusahaan usahatani kelapa sawit pada pola mitra dan pola swadaya di daerah penelitian disebabkan oleh adanya pembinaan dan pengontrolan yang intensif dari perusahaan, produktifitas lahan dan kualitas tandan buah segar (TBS) yang dimiliki oleh petani pola swadaya. Pendapatan petani pola mitra lebih tinggi dari pada pendapatan petani pola swadaya.

Dimana rata-rata pendapatan usahatani kelapa sawit di daerah penelitian untuk pola mitra sebesar Rp. 29.873.936/Ha/Tahun dan total

biaya sebesar Rp.

16.589.355/Ha/Tahun. Untuk usahatani kelapa sawit pola swadaya rata-rata pendapatan usahatani kelapa sawitnya sebesar Rp. 22.456.318/Ha/Tahun dan total

biaya sebesar Rp.

15.028.142/Ha/Tahun.

Muhammad Nanda Murdian, 2020

Analisis Pola Kemitraan Pt.

Perkebunan Lembah Bakti (Astra Agro Lestari Tbk) Dengan Petani Kelapa Sawit Rakyat Di Desa Blok

Analisis Kuantitatif dan Kualitatif

Hasil dari penelitian ini adalah:

1. Pola kemitraan yang terjadi antara PT. PLB (Agro Lestari TBK) dengan petani kelapa sawit di Desa Blok 30 adalah pola kemitraan kerja sama Operasional Agribisnis (KOA).

Pengembangan kebun kelapa sawit petani sepenuhnya

(27)

12

30,

Kecamatan Gunung Meriah, Kabupaten Aceh Singkil

dikelola oleh petani dengan bantuan pihak perusahaan.

2. Proses pelaksanaan kemitraan yang terjadi di Desa Blok 30 meliputi kegiatan: survey lokasi, pengajuan kemitraan, admistrasi dan kontrak kemitraan.

Pelaksanaan/monitorig, evaluasi dan pendampingan operasional.

3. Skor total penilaian responden terhadap tingkat efektivitas program kemitraan di Desa Blok 30 sebesar 39,25 berada pada interval kelas 38,6 48,6 dengan kreteria penilaian Efektive dengan persentase responden yang memberikan penilaian sebanyak 78,33%. Yang artinya sebanyak 78,33% petani sampel menanggapi pelaksanaan

program kemitraan di Desa Blok 30 sudah efektif, sedangkan sisanya sebesar 21,67%

memberikan penilaian terhadap program kemitraan belum efektif.

Junaidi, 2016

Analisis Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit di Desa Panton Pangke Kecamatan Tripa Makmur Kabupaten Nagan Raya

Analisis Kuantitatif dan Kualitatif

Dari hasil penelitian bahwa hasil penerimaan rata-rata atas usaha yang dijalankan pada usahatani kelapa sawit adalah sebesar Rp.

25.843.568,-/Ha/Tahun dengan demikian total pendapatan rata-rata yang diperoleh adalah sebesar Rp.

16. 804.824,-/Ha/Tahun. Kemudian hasil dari R/C adalah sebesar 2,86.

Artinya usahatani kelapa di Desa Panton Pange Kecamatan Tripa Makmur Kabupaten Nagan Raya Menguntungkan.

(28)

13

2.5 Kerangka Pemikiran

Perusahaan PT. Sultra Prima Lestari merupakan salah satu perusahaan yang melakukan pola kemitraan dengan pemilik lahan untuk meningkatkan pendapatan para pemilik lahan kelapa sawit di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara.

Upaya dalam peningkatan pendapatan pemilik lahan kelapa sawit di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara melalui kerja sama antara pemilik lahan dengan PT. Sultra Prima Lestari.

Dimana pemilik lahan mempercayakan lahan kebunnya kepada PT. Sultra Prima Lestari untuk dikelola oleh perusahaan membuka lahan kelapa sawit. Pemilik lahan yang ikut dalam bekerja di perusahaan akan dapat upah dengan hasil lahan yang mereka miliki masing-masing dengan luas area yang berbeda-beda.

Untuk mengetahui pendapatan pemilik lahan di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara yang tentunya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh perusahaan yang meliputi biaya investasi dan biaya operasional. Perusahaan merupakan pengelola yang mempunyai kewenangan dan tugas dalam mengusahakan tanaman kelapa sawit dan juga struktur pendapatan. Input dan output yang mencakup dalam biaya usahatani kelapa sawit adalah biaya produksi yang meliputi biaya tetap dan biaya pajak tanah, biaya peralatan. Dan biaya variabel adalah biaya pupuk, pestisida, tenaga kerja baik dari pegawai perusahaan maupun pemilik lahan yang ikut bekerja dalam perusahaan.

(29)

14

Produktivitas yang dihasilkan dalam perusahaan tersebut akan mempengaruhi penerimaan. Pendapatan yang dihasilkan dalam perusahaan tersebut adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya. Besarnya total biaya dan penerimaan akan mempengaruhi besarnya pendapatan.

Dengan rata-rata pemilik lahan yang digunakan berbeda-beda, antara pemilik lahan yang satu dengan yang lainnya terdapat perbedaan pendapatan karena pendapatan yang dihasilkan berbeda-beda. Pendapatan yang dihasilkan pemilik lahan dan perusahaan dapat dilakukan perbandingan untuk mengetahui perbedaan pendapatan antara pemilik lahan dan perusahaan. Secara sistematis kerangka pemikiran analisis pola kemitraan antara pemilik lahan dengan PT. Sultra Prima Lestari dalam rangka peningkatan pendapatan di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara dapat dituliskan pada gambar 1. Sebagai berikut.

(30)

15

Gambar 1. Kerangka Berfikir Analisis Pola Kemitraan Antara Pemilik Lahan dengan PT. Sultra Prima Lestari Dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan Pemilik Lahan di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara.

Perkebunan Kelapa Sawit

Perusahaan Pemilik Lahan

Pola Kemitraan - Pola Kemitraan Bagi Hasil

- Penyediaan Lahan - Modal

- Tenaga Kerja - Bagi Hasil

(31)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara.

Penentuan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut termasuk penghasil Kelapa Sawit. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2021.

3.2 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah pemilik lahan dengan PT. Sultra Prima Lestari di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara. Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini ditentukan secara simple random sampling (acak sederhana). Pengambilan sampel untuk penelitian menurut Arikunto (2010), jika subjeknya kurang dari 100 orang sebaiknya diambil semua, jika populasi lebih dari 100 orang maka memungkinkan diambil 10% dari jumlah populasi.

Populasi di daerah penelitian berjumlah 342 orang, sehingga peneliti mengambil 10% dari jumlah populasi pemilik lahan di daerah penelitian. Maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 34 orang pemilik lahan yang memiliki luas lahan yang berbeda-beda.

(32)

17

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitaif dan kualitatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang di peroleh dengan cara observasi dan wawancara langsung dengan pemilik lahan dan PT. Sultra Prima Lestari di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara dengan menggunakan daftar pertanyaan (quisioner). Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Perusahaan di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara adalah memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada pemilik lahan untuk memperoleh informasi secara mendalam.

2. Kuesioner (daftar pertanyaan)

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden. Adapun responden yang dimaksud yaitu pemilik lahan dengan PT. Sultra Prima Lestari di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara.

(33)

18

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah kumpulan dari dokumen-dokumen yang dapat memberikan keterangan atau bukti yang berkaitan dengan proses pengumpulan dan pengelolaan dokumen secara sistematis serta menyebar luaskan kepada pemakai informasi tersebut. Peneliti memperoleh data dan dokumen-dokumen tertulis. Penulis membaca dan mempelajari berbagai tulisan dari buku-buku, jurnal-jurnal, dan internet yang berkaitan dan mendukung kebenaran dari hasil yang diperoleh dari penelitian ini.

3.5 Teknik Analisis Data

Untuk menguji permasalahan pertama tentang pola kemitraan antara pemilik lahan dengan PT. Sultra Prima Lestari di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara yaitu dilakukan dengan pendekatan analisis deskriptif. Metode deskriptif merupakan prosedur pemecahan masalah dengan cara mendeskripsikan kondisi subjek atau objek penelitian pada saat ini berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya. Dilakukan dengan mengumpulkan berbagai pendapat dari pihak yang terkait dengan penelitian ini yaitu pemilik lahan di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara yang bermitra dengan PT. Sultra Prima Lestari.

3.6 Definisi Operasional

(34)

19

Definisi operasional variabel yaitu pengertian variabel (yang diungkap dalam definisi konsep) tersebut, secara operasional, secara praktik, secara nyata dan lingkup objek penelitian/objek yang diteliti.

1. Kemitraan adalah kerja sama antara pemilik lahan dengan PT. Sultra Prima Lestari dalam berbagai bidang salah satunya perkebunan kelapa sawit.

2. Perusahaan adalah pihak yang melakukan usaha perkebunan kelapa sawit yang memiliki kerja sama dengan pemilik lahan.

3. Sampel dalam penelitian ini adalah pemilik lahan yang melakukan kemitraan dengan PT. Sultra Prima Lestari.

4. Pemilik lahan adalah pihak yang melakukan kemitraan dengan perusahaan.

5. Biaya tetap adalah yang dikeluarkan oleh perusahaan.

6. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dan di pengaruhi oleh hasil produksi kelapa sawit seperti, penggunaan tenaga kerja, biaya pestisida, dan lain-lain.

7. Penerimaan yaitu jumlah produksi yang dihasilkan dari usahatani kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari.

8. Pendapatan merupakan jumlah penerimaan yang diperoleh perusahaan setelah dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama kegiatan usahatani kelapa sawit.

(35)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

a. Sejarah Perusahaan

Perusahaan PT. Sultra Prima Lestari berada di Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara, 4 Kecamatan yaitu kecamatan andowia, asera, oheo dan langgikima, berada di 18 desa yaitu desa laronanga, labungga, puusuli, wamggudu raya, tapuwatu, walalindu, kota maju, laronaha, bandaeha, lameruru, landawe, paka indah, tinondo, polora indah, alenggo, pariama, molore, tobimeita, dan kelurahan langgikima.

PT. Sultra Priima Lestari mulai melakukan sosialisasi pada tahun 2004, tahun 2005 dimulai pembibitan dan pada tahun 2006 mulai dilakukan penanaman. Luas areal yang dikelola oleh PT. Sultra Prima Lestari adalah 6.969 Ha. Perusahaan membangun pabrik minyak kelapa sawit pada tahun 2013, pabrik mulai beroperasi pada tahun 2014.

4.2 Visi dan Misi

a. Visi Perusahaan

(36)

21

PT. Sultra Prima Lestari menjadi perusahaan perkebunan yang maju di wilayah kabupaten konawe utara khususnya dan di provinsi Sulawesi tenggara pada umumnya.

b. Misi Perusahaan

PT. Sultra Prima Lestari menjadi perusahaan perkebunan kelapa sawit yang membuka lapangan pekerjaan dan dapat mensejahterakan masyarakat kabupaten konawe utara di lingkungan perkebunan.

(37)

22

4.3 Struktur Organisasi Perusahaan

Kerani Divisi

Kerani Transport

Kerani Produksi

Mandor Perawatan

Mandor Panen

Mandor 1

Assistant Divisi

Head Assistant (Askep)

Estate Manager (EM) Kepala Pembukuan

Kerani Payroll

Kepala Gudang

KTU

Manager/ Askep Workshop & Civil Enginering Assistant Transport Assistant Workshop Assistant Sipil/ Infrastruktur

Manager/ Askep HR Estate Assistant General Service Dokter & Klinik Assistant Security

Dokter & Klinik

Manager/ Askep CSR, Sustainibiity &External Relation Assistant ISPO/ RSPO (HSE) Assistant K3 Kerani Admin Compliance & Sustainibility

Manager/ Askep Mapping & GIS Assistant MGIS Kerani Admin MGIS

Koordinator KTU Assistant IT Assistant Pembelian Assistant Finance/Cashier

Assistant Accounting Manager/ Askep Audit Internal Assistant Internal Audit Admin Internal Audit

GM Plantation Staff GM

Div. Head AgronomiDept. Head Internal Audit Dept. Head Agronomi

Chief Executive Officer

(38)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden

Identitas pemilik lahan responden merupakan latar belakang untuk mengetahui kondisi pemilik lahan dalam penelitian. Responden dalam penelitian ini adalah pemilik lahan yang bermitra dengan PT. Sultra Priman Lestari. Adapun yang termasuk identitas responden adalah nama pemilik lahan, umur pemilik lahan, timgkat pendidikan, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan keluarga dan luas lahan pemilik lahan.

5.1.1 Umur Pemilik Lahan

Umur pemilik lahan yang bermitra dengan PT. Sultra Prima Lestari berkisar antara 35 – 69 tahun, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Umur Pemilik Lahan Yang Bermitra dengan PT. Sultra Prima Lestari di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara.

No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 34 – 40 2 5,88

2 41 – 47 10 29,41

3 48 – 54 7 20,59

4 55 – 61 9 26,47

5 62 – 68 4 11,77

6 69 – 75 2 5,88

Jumlah 34 100,00

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2021

(39)

24

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa persentase terbesar yaitu pada kelompok umur 41-47 tahun sebanyak 10 orang dengan persentase 29,41%, kelompok umur 55-61 tahun sebanyak 9 orang dengan persentase 26,47%, kelompok umur 48-54 tahun sebanyak 7 orang dengan persentase 20,59%, kelompok umur 62- 68 tahun sebanyak 4 orang dengan persentase 11,77%, kelompok umur 34-40 tahun sebanyak 2 orang dengan persentase 5,88%, kelompok umur 69-75 tahun sebanyak 2 orang dengan persentase 5,88%. Mantra (2004) menyatakan bahwa umur produktif secara ekonomi dibagi menjadi 3 klasifikasi, yaitu kelompok 0-14 tahun merupakan usia belum produktif, kelompok 15-64 tahun merupakan kelompok usia produktif, dan kelompok umur diatas 65 tahun merupakan kelompok usia tidak lagi produktif.

5.1.2 Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu menjalaskan usaha perkebunan kelapa sawit. Hal ini tingkat pendidikan pemilik lahan yang berbeda-beda di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Tingkat Pendidikan Pemilik Lahan di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara.

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 SD 5 14,71

2 SMP 3 8,82

3 SMA 11 32,35

4 S1 11 32,35

5 S2 4 11,77

Total 34 100,00

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2021

(40)

25

Berdasarkan tabel 3 Pemilik lahan yang tamat SD sebanyak 5 orang dengan persentase 14,71%, SMP sebanyak 3 orang dengan persentase 8,82%, SMA sebanyak 11 orang dengan persentase 32,35%, S1 sebanyak 11 orang dengan persentase 32,35%, dan yang terakhir tamat S2 sebanyak 4 orang dengan persentase 11,77%.

Jumlah responden yang paling banyak berdasarkan tingkat pendidikan yaitu SMA dan S1. Pendidikan mempengaruhi petani melalui penyerapan informasi bagi peningkatan hasil produksi pertanian (Thamrin, 2012).

5.1.3 Pengalaman Bermitra

Pengalaman bermitra responden pemilik lahan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengalaman Bermitra Pemilik Lahan di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara.

No Pengalaman Bermitra (Tahun)

Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 8 – 14 14 41,18

2 15 – 21 20 58,82

Jumlah 34 100,00

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2021

Berdasarkan tabel 4. Menunjukkan bahwa pengalaman bermitra yang ada di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara yang paling dominan yaitu pengalaman bermitra selama 15-21 tahun sebanyak 20 orang dengan persentase 58,82%, pengalaman bermitra 8-14 tahun sebanyak 14 orang dengan persentase 41,18%. Semakin lama seseorang melakukan usahatani maka semakin luas pengalaman yang diperoleh petani. Fadhla (2017) tingkat pengalaman akan memberikan perubahan pada keterampilan kerja seorang petani kearah yang lebih

(41)

26

efektif karena makin tinggi pengalaman maka semakin efisien petani tersebut mengalokasikan biaya produksi dan penggunaan tenaga kerja yang lebih baik.

5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari istri anak, serta orang lain yang turut serta dalam keluarga berada atau hidup dalam satu rumah dan makan bersama yang menjadi tanggungan kepala keluarga.

Adapun jumlah tanggungan keluarga pemilik lahan, dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah tanggungan keluarga pemilik lahan di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara.

No Jumlah Tanggungan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 1 – 4 24 70,59

2 5 – 8 10 29,41

Jumlah 34 100,00

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2021

Tabel 5 menunjukkan bahwa pemilik lahan di Kecamatan Andowia memiliki tanggungan keluarga terbanyak 1-4 orang adalah sebanyak 24 orang dengan persentase 70,59% dan tanggungan paling sedikit 5-8 orang sebanyak 10 orang dengan persentase 29,41%. Hal ini sejalan dengan pendapat Hermanto (1996) menyatakan bahwa semakin besar beban tanggungan dalam suatu keluarga maka petani akan lebih giat berusaha dan bekerja dalam kegiatan usahataninya untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar sehingga kesejahteraan petani dan seluruh anggota keluarga dapat terpenuhi.

(42)

27

5.1.5 Luas Lahan

Luas lahan yang digunakan untuk usahatani kelapa sawit akan mempengaruhi produksi kelapa sawit yang dihasilkan. Semakin luas lahan yang termanfaatkan akan semakin banyak produksi yang dihasilkan. Luas lahan pemilik lahan akan mempengaruhi efisien atau tidaknya usahatani, karena erat hubungan dengan biaya yang dikeluarkan dan produksi yang diterima. Semakin luas lahan dan biaya produksi yang dikeluarkan biasanya tidak seimbang dengan produksi yang diperoleh. Adapun luas lahan kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut :

Tabel 6. Luas Lahan Pemilik Lahan yang Bermitra dengan PT. Sultra Prima Lestari di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara.

No Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 1,2 – 7,2 22 64,71

2 8,2 – 14,2 7 20,59

3 15,2 – 21,2 - -

4 22,2 – 28,2 2 5,88

5 29,2 – 35,2 1 2,94

6 36,2 – 42,2 1 2,94

7 43,2 – 49,2 - -

8 50,2 -56,2 - -

9 57,2 – 63,2 - -

10 64,2 – 70,2 1 2,94

Jumlah 34 100,00

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2021

Tabel 6 menunjukkan bahwa luas lahan pemilik lahan yang bermitra dengan PT. Sultra Prima Lestari, yang paling banyak berada pada luas 1,2 – 7,2 Ha dengan

(43)

28

jumlah 22 orang dengan persentase 64,71%. Menurut soekartawi (2002) luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha dan skala usaha ini pada akhirnya akan mempengaruhi efisiensi atau tidaknya satu pertanian. Luas lahan dapat mempengaruhi jumlah produksi petani, semakin luas lahan semakin besar pula hasil produksi yang diperoleh petani. Akan tetapi, jika petani tidak dapat memanfaatkan luas lahan tersebut maka semakin luas lahan tidak menjamin pendapatan petani meningkat.

5.2 Pola Kemitraan Antara Pemilik Lahan dengan PT. Sultra Prima Lestari

Kemitraan merupakan strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membutuhkan (Hafsah : 2000).

Menurut erizka permatasari 2021, dalam pola kemitraan bagi hasil para pihak yang bermitra dengan pola bagi hasil memberikan kontribusi sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang dimiliki serta disepakati kedua belah pihak yang bermitra. Adapun besar pembagian keuntungan yang diterima atau kerugian yang ditanggung para pihak berdasarkan pada perjanjian yang disepakati.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan antara peneliti dengan pemilik lahan responden, maka didapatkan pola kemitraan yang terjadi antara pemilik lahan dengan PT. Sultra Prima Lestari adalah pola kemitraan Kerjasama bagi hasil (KBH) merupakan pola hubungan bisnis yang dijalankan oleh perusahaan dan masyarakat pemilik lahan. Perusahaan menyediakan biaya, modal, manajemen dan

(44)

29

pengadaan sarana produksi untuk membudidayakan komoditas kelapa sawit.

Perusahaan dan masyarakat pemilik lahan akan mendapatkan bagian masing-masing sesuai perjanjian yang telah disepakati dalam perjanjian kerjasama dengan diikat oleh memorandum of understanding (MOU). Untuk lebih jelasnya bentuk kegiatan dari

kemitraan antara pemilik lahan dan perusahaan dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini : Tabel 7. Uraian Kegiatan Kemitraan Antara Pemilik Lahan dengan PT. Sultra Prima

Lestari di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara.

No Uraian Kegiatan Pemilik Lahan Perusahaan Keterangan

1. Penyediaan Lahan √ _ _

2. Modal √ √ Pemilik lahan

40% dan

Perusahaan 60%

3. Tenaga Kerja _ √ Di utamakan

pemilik lahan dengan sistem digaji

4. Bagi Hasil √ √ Bagi hasil 40%

pemilik lahan dan perusahaan 60%

Sumber Data Primer: Setelah Diolah, 2021

Bentuk kemitraan antara Pemilik lahan dengan Perusahaan di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara. Dalam pelaksanaan kemitraan antara pemilik lahan dan pihak perusahaan dengan bentuk kerja sama yang dilakukan oleh pemilik lahan dan pihak perusahaan antara lain, penyediaan lahan, modal, tenaga kerja, bagi hasil. Berikut adalah bentuk kemitraan yang ditawarkan :

(45)

30

Penyediaan lahan yang disediakan pemilik lahan, dan dikelola perusahaan tanpa campur tangan pemilik lahan. Pemilik lahan mnyerahkan lahan/tanah ke perusahaan dan tanaman yang tumbuh dalam lahan tanpa meminta ganti rugi apapun kepada pihak perusahaan.

Pemilik lahan dan perusahaan setuju dan sepakat bahwa modal biaya investasi untuk pembangunan kebun adalah sebesar Rp. 35.000.000,- per hektar dimana pemilik lahan menanggung biaya tersebut sebesar 40% Rp. 14.000.000,- per hektar dan perusahaan menanggung biaya sebesar 60% Rp. 21.000.000,- per hektar. Modal biaya investasi menggunakan fasilitas keuangan perusahaan dimana Pemilik lahan maupun perusahaan secara bersama-sama akan mengembalikan biaya investasi dengan cara memotong hasil produksi. Masa pelunasan biaya investasi adalah sesuai dengan hasil produksi kebun dan akan dimonitor serta dihitung sisa hutang masing- masing pihak setiap bulan.

Perusahaan memberikan prioritas kepada masyarakat pemilik lahan untuk bekerja sebagai karyawan di perusahaan. Pemilik lahan bermitra dengan perusahaan sekaligus bekerja sebagai karyawan di perusahaan.

Bagi hasil yang disepakati pemilik lahan dan pihak perusahaan adalah 40%

untuk pemilik lahan dan 60% untuk perusahaan :

1. Biaya pembangunan kebun/Ha 35 juta sampai tanaman produksi (kurang lebih 5 tahun).

(46)

31

2. Setelah menghasilkan produksi di sepakati pula, bahwa biaya pemeliharaan selanjutnya di potong dari hasil produksi.

3. Pengembalian biaya investasi di kembalikan melalui hasil penjualan produksi.

Sama seperti biaya pemeliharaan/angkutan dan lain-lain juga di sepakati di kembalikan melalui hasil penjualan produksi.

Setelah peneliti wawancara kepada 34 responden pemilik lahan pada dasarnya, pola dan sistem pembayaran dalam proses kemitraan antara pemilik lahan dan pihak perusahaan yang diterima masyarakat 3 kali dalam setahun. Pencairan dana umumnya dilakukan pertriwulan yaitu 3 bulan sekali. Dalam proses penyerahan uang pembayaran pemilik lahan terlebih dahulu dilakukan pemotongan sesuai dengan kontrak kemitraan yang berlaku. Pembayaran yang dilakukan perusahaan dalam bentuk pengambilan cash/tunai di kantor.

Dalam proses pelaksanaan kemitraan antara pemilik lahan dan perusahaan terdapat syarat dan kondisi perjanjian yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak, syarat dan kondisi perjanjian yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak tercantum dalam surat perjanjian kontrak kemitraan. Berikut adalah syarat dan kondisi perjanjian pemilik lahan dan perusahaan dalam kegiatan kemitraan yang berlangsung di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara :

1. Pihak pertama sebagai pemilik lahan menyerahkan lahan/tanah dan tanaman yang tumbuh diatasnya tanpa ganti rugi apapun kepada pihak

(47)

32

kedua. Dari seluruh luas lahan yang diserahkan, pengelolaannya dilakukan sepenuhnya oleh pihak kedua selama masa perjanjian ini.

2. Dari luas lahan pihak pertama yang diserahkan, 60% (enam puluh persen) digunakan untuk kepentingan pihak kedua dan yang 40% (empat puluh persen) dikembalikan kepada pihak pertama dalam bentuk hasil kebun kelapa sawit selama satu siklus produksi kelapa sawit (+/- 30 tahun_.

3. Lahan yang diserahkan oleh pihak pertama kepada pihak kedua tidak dalam sengketa ataupun tidak dijaminkan kepada pihak lain serta memiliki legalitas yang lengkap.

4. Pihak pertama menyatakan kesanggupan tidak menarik kembali lahan/tanah yang telah diserahkan selama satu siklus produksi kelapa sawit (± 30 tahun).

5. Apabila terjadi jual beli lahan atau perubahan kepemilikan atas lahan yang telah diserahkan yang dilakukan oleh salah satu pihak kepada pihak lain, maka perjanjian ini tetap berlaku dan mengikat kedua belah pihak.

6. Pihak kedua wajib membangun pabrik kelapa sawit dan mengolah buah sawit (TBS).

7. Pihak kedua memberdayakan tenaga kerja local di areal perkebunan melalui ketentuan atau aturan dari pihak pertama.

(48)

33

5.3 Biaya Perkebunan Kelapa Sawit

Biaya usahatani kelapa sawit yang dibebankan oleh PT. Sultra Prima Lestari kepada pemilik lahan di lokasi penelitian Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara yaitu biaya oleh perusahaan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Biaya Usahatani Kelapa Sawit di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara.

No Jenis biaya Rata – rata (Rp)

1 Biaya operasional 18.922.442

2 Biaya investasi 11.517.177

Total Biaya 30.439.619

Sumber: PT. Sultra Prima Lestari, 2021.

Berdasarkan tabel 8 Menunjukkan bahwa biaya operasional yang dibebankan perusahaan kepada pemilik lahan adalah sebesar Rp.18.922.442, biaya operasional yang dimaksud disini adalah biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi TBS (Tandan Buah Segar), sedangkan biaya investasi yang dibebankan perusahaan kepada pemilik lahan adalah sebesar Rp.11.517.177, biaya investasi yang dimaksud disini adalah pembibitan, tanaman awal panen dan biaya pembangunan kebun sampai tanaman produksi, adapun biaya operasional yang dimaksud yaitu biaya yang akan dipotong pertiap bulan sebesar 40%, biaya operasional yang termasuk seperti gaji karyawan, pemupukan dan pembangunan jalan.

(49)

34

5.4 Penerimaan Perkebunan Kelapa Sawit

Menurut Rahim, A. Dkk, (2007) menjelaskan bahwa penerimaan usahatani merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Dari hasil, penelitian ini, dapat dilihat penerimaan pemilik lahan kelapa sawit selama satu tahun.

Tabel 9. Penerimaan Pemilik Lahan Kelapa Sawit di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara.

No Uraian Rata-Rata/

Kg

Harga Rata-Rata/

Kg

Total

Penerimaan (Rp)

1 Produksi 40.746 1.161 47.306.106

Sumber : PT. Sultra Prima Lestari, 2021.

Berdasarkan tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah rata-rata produksi kelapa sawit 40.746 kg, dimana produksi kelapa sawit menurun yang disebabkan oleh umur tanaman kelapa sawit yang sudah tua sedangkan harga jual Rp. 1.161/kg, jadi rata- rata penerimaan yang diperoleh pemilik lahan yaitu sebesar Rp. 47.306.106/tahun.

Hasil rata-rata produksi dalam panen 1Ha di panen 3 kali dalam 1 bulan, dalam 1 tahun kurang lebih 36 kali panen tiap 1Ha kebun kelapa sawit. Jumlah produksi dan harga jual produksi mempengaruhi tingkat penerimaan yang diperoleh pemilik lahan dalam kerja sama dengan PT. Sultra Prima Lestari, semakin besar jumlah produksi yang diperoleh dan dikalikan dengan nilai jual yang tinggi maka penerimaan yang diterima oleh pemilik lahan semakin besar. Sebaliknya semakin rendah jumlah produksi yang diperoleh perusahaan maka semakin rendah penerimaan yang diperoleh pemilik lahan.

(50)

35

5.5 Pendapatan Pemilik Lahan Kelapa Sawit yang Melakukan Kemitraan dengan PT. Sultra Prima Lestari

Menurut Soekartawi (2005), keuntungan (K) adalah selisih antara penerimaan total (PrT) dan biaya-biaya (B). analisis pendapatan berfungsi untuk mengukur berhasil tidaknya suatu kegiatan usaha, menentukan komponen utama pendapatan dan apakah komponen itu masih dapat ditingkatkan atau tidak. Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila pendapatannya memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sarana produksi. Analisis usaha tersebut merupakan keterangan yang rinci tentang penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu tertentu.

Kemitraan pada dasarnya adalah kerja sama antara dua belah pihak atau lebih yang disertai dengan pembinaan dan pengembangan dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Tujuan dari kemitraan tersebut adalah memberikan dampak positif terhadap pihak yang bermitra diantaranya meningkatkan pendapatan dan meningkatkan kualitas sumber daya kelompok mitra. Kemitraan antara pemilik lahan dengan PT. Sultra Prima Lestari di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara merupakan salah satu kerja sama yang terjalin antara pemilik lahan dengan lembaga mitra yang menerapkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Secara tidak langsung lahan tersebut yang dikelolah perusahaan akan menghasilkan pendapatan lebih untuk pemilik lahan, karena pada dasarnya pemilik lahan tidak bisa mengelolah

(51)

36

sendiri lahan yang mereka mitrakan karena lahan tersebut rawa yang sampai di pinggang orang dewasa, yang pada akhirnya pemilik lahan mitrakan ke perusahaan.

Pola kemitraan yang dilakukan adalah bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pendapatan yang diterima oleh pemilik lahan di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara pada musim tanam tahun 2020. Pendapatan adalah penerimaan atau pendapatan bersih yang dikurangi dengan total biaya produksi atau penerimaan dikurangi biaya operasional dan biaya investasi.

Berdasarkan jumlah produksi yang diperoleh pemilik lahan sebanyak 40.746 Kg dengan harga jual sebesar Rp.1.161/Kg dapat dilihat pada (lampiran 74), sehingga diperoleh total penerimaan sebesar Rp.47.306.106/tahun (lampiran 74), adapun jumlah biaya operasional yang dikeluarkan oleh pemilik lahan dan perusahaan yaitu sebesar Rp.18.922.442/tahun (lampiran 74), dan jumlah biaya investasi sebesar Rp.11.517.177/tahun (lampiran 74), sehingga total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.30.439.619/tahun. Total penerimaan yaitu sebesar Rp.47.306.106/tahun yang diperoleh pemilik lahan dan perusahaan dikurangi dengan total biaya sebesar Rp.30.439.619/tahun sehingga diperoleh pendapatan pemilik lahan dan perusahaan sebesar Rp.16.866.487/tahun dari sini bagian pemilik lahan adalah 40% atau sebesar Rp.6.746.595/tahun sedangkan perusahaan 60% sebesar Rp.10.119.877/tahun.

Bisa dilihat pada penjelasan diatas bahwa pendapatan yang diterima oleh pemilik lahan dan perusahaan adalah sebesar Rp.47.306.106/tahun dan dikurangi dengan total biaya pengeluaran sebesar Rp.30.439.619/tahun dan pendapatan bersih

(52)

37

sebesar Rp.16.866.487/tahun, dengan pendapatan yang di dapatkan di kali dengan 40% sehingga pemilik lahan mendapatkan Rp.6.746.595/tahun sedangkan perusahaan 60% sebesar Rp.10.119.892/tahun. Sedikitnya pendapatan pemilik lahan disebabkan karena banyaknya biaya pengeluaran terlalu besar yang dikeluarkan pemilik lahan dan perusahaan. Pemilik lahan bekerja sama dengan perusahaan di karenakan lahan yang mereka miliki tidak bisa dikelolah sendiri dan kondisi pada saat itu lahan rawa yang sampai di pinggang dewasa, sehingga perusahaan mengelolah lahan tersebut menggunakan alat berat. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan dilakukan oleh Affan Jasuli (2014) yaitu, Analisis Pola Kemitraan Petani Kapas Dengan PT.

Nusafram Terhadap Pendapatan Usahatani Kapas di Kabupaten Situbondo yang menunjukkan bahwa, petani kapas di Kabupaten Situbondo diberikan bimbingan selama budidaya hingga pasca panen dengan tujuan kapas yang dihasilkan berkualitas baik dan produksinya lumayan tinggi, sehingga dengan produksi yang tinggi maka

pendapatan petani juga akan tinggi.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan konseling individual dengan pendekatan behavioral (teknik token ekonomi dan pengaturan diri) dalam meningkat-

Saat ini observasi oseanografi dilakukan dengan cara insitu (survey langsung di laut). Kegiatan observasi di bawah permukaan laut merupakan observasi oseanografi

Dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2020 sasaran strategis Dinas Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Gresik adalah pertama, yaitu meningkatkan kapasitas dan partisipasi pemuda

Pada bagian tengah diduga sebagai pusat sintesis polisakarida yang nantinya di sekresikan ke dalam mikrotubul yang berguna untuk membentuk dinding sel primer. Terdapat pada

Peneliti melakukan analisis data dengan menggunakan Koefisien Korelasi Product Moment, yaitu : Sebelum mencari hasil dari rumus t Test maka terlebih dahulu harus mencari

Berdasarkan hasil uji hipotesis secara parsial, dapat diketahui nilai p value dari adventure shopping (X1) 0.001, value shopping (X3) 0.000, social shopping (X4) 0.040,

Untuk mengevaluasi tingkat kandungan logam dalam ram but pengguna kosmetika (cat pemerah bibir dan cat kuku) diadakan suatu penelitian dengan mengambil sampel ram but pengguna

Rasional : Pemberian “health education” dapat mengurangi tingkat kecemasan dan membantu klien dalam membentuk mekanisme koping terhadap rasa nyer - Hilangkan faktor presipitasi