• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LEGALITAS BISNIS MLM DI INDONESIA SERTA

C. Ruang Lingkup Sistem MLM

4. Sistem Kerja

Perusahaan MLM dibangun berdasarkan konsep kemitraan sehingga sistem MLM baru dapat berjalan apabila terdapat mitra usaha. Kemitraan dalam sebuah perusahaan MLM diawali dari kemitraan diantara pendiri perusahaan MLM itu sendiri. Artinya, distributor yang pertama kali bergabung sebagai mitra usaha disponsori langsung oleh pendiri perusahaan.70 Distributor inilah yang nantinya mengembangkan jaringan dan melahirkan distributor-distributor baru melalui perekrutan yang dilakukan oleh dirinya sendiri maupun anggotanya. Pengembangan jaringan tersebut selanjutnya akan membentuk satuan networking diantara organisasi distributor.71

Langkah pertama yang dilakukan oleh setiap mitra usaha dalam sistem MLM adalah bergabung dengan cara mengisi formulir pendaftaran yang telah disediakan oleh perusahaan. Calon distributor harus menuliskan keterangan mengenai siapa sponsornya di dalam formulir pendaftaran tersebut. Hal ini berguna untuk menentukan keberadaan dirinya dalam suatu jaringan kerja (networking).72

Setiap mitra usaha pada saat awal bergabung di suatu perusahaan MLM akan dikenakan biaya pendaftaran (administrasi). Biaya pendaftaran ini nilainya relatif kecil dan umumnya dapat dijangkau oleh semua orang. Biaya tersebut dikenakan untuk memperoleh apa yang biasanya disebut

starter kit, starter pack, sales kit atau business pack. Starter kit adalah

70

Amway (Buku I), op.cit., hlm. 14. 71

Andrias Harefa, op.cit., hlm. 192-198. 72

peralatan yang disediakan oleh perusahaan MLM bagi setiap distributornya sebagai peralatan untuk menawarkan produk kepada konsumen. Starter kit biasanya berisi sekumpulan brosur/katalog produk dan daftar harga, rancangan bisnis (marketing plan), kaset audio video tentang company profile perusahaan, produk dan kisah-kisah orang yang sukses dari perusahaan tersebut.73

Distributor berbekal starter kit menawarkan produk dengan cara mempresentasikan serta menjelaskan produk kepada konsumen yang umumnya adalah orang-orang yang dikenalnya sendiri. Jika distributor tersebut kemudian berhasil menawarkan suatu produk kepada seseorang, maka langkah berikutnya adalah memesan langsung produk yang dimaksud melalui upline-nya atau perusahaan yang bersangkutan. Selanjutnya ketika produk yang dipesan telah disediakan, maka distributor tadi bertanggungjawab untuk mengambil dan menyerahkannya langsung kepada si pembeli (konsumen).74

Distributor perusahaan MLM disamping menjual produk secara eceran (langsung) kepada konsumen, ia juga dapat membangun jaringannya dengan cara merekrut orang lain untuk menjadi distributor baru perusahaan. Distributor yang baru direkrut tersebut disebut sebagai

downline, dan downline ini kemudian dapat merekrut orang lain lagi untuk

menjadi distributor baru perusahaan.75

73

MLM Leaders, op.cit., hlm. 202. 74

Andrias Harefa, op.cit., hlm. 11. 75

Sistem kerja MLM juga meliputi sistem pelatihan (support system) berupa pengajaran materi serta motivasi yang bertujuan untuk memudahkan setiap distributor dalam menjalani sistem.76 Pelatihan biasanya dilakukan oleh pembangun jaringan (network builder/achiever) yang telah berhasil mencetak prestasi tertentu.77

Hal yang paling mendasar dan perlu digarisbawahi dalam sistem MLM, bahwa kegiatan penjualan produk adalah yang utama, sebab omzet perusahaan dan komisi para distributor bergantung pada banyaknya penjualan produk yang berhasil dilakukan para distributor ke konsumen akhir. Kegiatan perekrutan atau pembangunan jaringan adalah ciri khas dari sistem MLM, namun hal ini tidak lain ditujukan untuk memasarkan produk kepada konsumen.78

5. Komisi

Kesimpulannya, antara perusahaan sebagai unit penghasil dan penyedia produk dengan organisasi distributor dan konsumen akhir merupakan subsistem yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan dalam proses kerja sistem MLM untuk mencapai tujuan dari masing-masing subsistem tersebut.

Komisi dalam sistem MLM berkaitan dengan penghasilan yang diperoleh mitra usaha atas jasanya dalam penjualan produk perusahaan kepada konsumen akhir. Besarnya komisi seorang distributor ditentukan dari target penjualan yang dilakukannya sendiri dan yang dilakukan oleh

76

Mark Yarnell & Rene Reid Yarnell, op.cit., hlm. 207. 77

Andrias Harefa, op.cit., hlm. 194. 78

jaringannya. Komisi tersebut berupa potongan harga, bonus, atau insentif yang ditetapkan perusahaan secara berjenjang sesuai dengan nilai penjualan (biasanya disebut volume point, business point, volume grup) yang diberitahukan kepada setiap mitra usaha sejak mereka mendaftar menjadi anggota.79

Keuntungan eceran adalah keuntungan dasar yang dapat diperoleh oleh mitra usaha melalui perbedaan antara harga distributor dengan harga eceran yang ditujukan pada konsumen. Masing-masing dari harga tersebut ditetapkan oleh perusahaan. Ilustrasinya, misalkan harga distributor yang ditetapkan suatu perusahaan MLM untuk produk XYZ adalah Rp 100 ribu, sedangkan harga konsumennya Rp 120 ribu, maka seorang distributor akan mendapat keuntungan eceran sebesar Rp 20 ribu dari hasil penjualan langsung produk XYZ ke konsumen.

Disamping itu, perusahaan juga akan memberikan diskon apabila seorang distributor membeli produk dalam jumlah tertentu, misalkan produk XYZ seharga Rp 100 ribu tadi jika dibeli sebanyak 5 buah akan diberi diskon sebesar 3%, dengan demikian distributor akan memperoleh diskon sebesar 3% x Rp 500 ribu = Rp 15 ribu, sehingga total keuntungan yang diperolehnya dari penjualan langsung 5 buah produk XYZ ke konsumen adalah keuntungan eceran ditambah diskon, yaitu (Rp 20 ribu x 5) + Rp 15 ribu = Rp 115 ribu.80

79

Andrias Harefa, op.cit., hlm. 3. 80

Keuntungan distributor selain dari penjualan eceran, juga dapat diperoleh melalui prestasi penjualan yang dilakukan oleh kelompoknya

(volume grup). Perusahaan akan memberi komisi kepada setiap mitra

usaha yang anggota jaringannya telah berhasil menjual produk dalam jumlah tertentu pada suatu periode kepada konsumen akhir. Komisi ini ditetapkan perusahaan dalam bentuk tabel prosentase yang dicantumkan dalam marketing plan. Hal yang perlu ditekankan disini adalah bahwa komisi tersebut didasarkan atas prestasi seorang mitra usaha dalam hal penjualan produk kepada konsumen akhir. Seorang mitra usaha yang sukses membangun, melatih, dan membantu kelompoknya dalam memasarkan produk kepada konsumen akhir dianggap berjasa bagi perusahaan, sehingga atas kerja kerasnya tersebut perusahaan memberi imbalan yang sesuai baginya.81

Mitra usaha juga diberi kesempatan untuk meraih imbalan (bonus) lainnya seperti pin, kesempatan bertamasya ke mancanegara, rumah, mobil mewah, ataupun penghargaan-penghargaan lainnya. Pemberian bonus tersebut diberikan apabila seorang mitra mencapai jenjang (ranking) tertentu. Jenjang peringkat dalam suatu perusahaan MLM bervariasi, namun umumnya berkisar 7-8 peringkat dari yang paling rendah (biasanya disebut distributor, distributor langsung, dll) sampai yang paling tinggi (biasanya disebut Diamond Distributor, President’s Team, Crown Agency

Manager, dll). Jenjang ini tidak banyak berbeda dengan jenjang karier di

81

perusahaan konvensional (dari karyawan, supervisor, manajer, general

manager, deputi director, direktur sampai presiden direktur).

Perbedaannya dalam sistem MLM adalah dalam hal kemungkinan untuk mencapai posisi puncak relatif lebih terbuka, sebab jumlahnya tidak harus

satu−seperti halnya presiden direktur dalam perusahaan konvensional.82

Bonus yang didasarkan atas jenjang tertentu dalam sistem MLM masih berkaitan dengan prestasi penjualan (business point) seorang mitra usaha dalam periode tertentu, namun prestasi tersebut harus dapat dipertahankan olehnya dalam beberapa periode secara berturut-turut. Dengan kata lain, untuk mencapai jenjang kesuksesan tersebut, seorang mitra usaha memerlukan kerja yang lebih keras dan cerdas lagi dalam hal keterampilan komunikasi (termasuk penguasaan bahasa asing), penguasaan teknologi, wawasan yang lebih luas, serta kepedulian yang lebih mendalam terhadap kebutuhan anggota jaringan dan masyarakat sekitarnya.83

Mitra usaha sebagai people business dalam sistem MLM adalah sistem duplikasi orang. Seseorang akan berhasil dalam bisnis ini bukan saja karena ia berhasil mengembangkan dirinya, tetapi ia juga harus berhasil mendidik downliners di dalam garis sponsorisasinya (vertikal) agar dapat berkembang bersama-sama dengannya.84

82

Andrias Harefa, op.cit., hlm. 191. 83

Ibid., hlm. 196 84

Ibid., hlm. 183-184.

Sekalipun awalnya bisnis MLM bisa dijalankan sebagai usaha paruh waktu, namun bagi mereka yang memiliki komitmen kuat untuk sukses dalam bisnis ini harus menginvestasikan waktu dan dirinya sendiri untuk mendidik dan melatih

kelompoknya yang masih baru belajar. Ia perlu mengusahakan sinergi dalam kelompoknya agar hasil yang diperoleh lebih baik bila dilakukan secara tim daripada dilakukan sendiri.85

D. Sejarah Skema Piramid dan Bisnis Berkedok MLM

Musuh industri MLM adalah program Skema Piramid. Program Skema Piramid selalu muncul di saat industri DS-MLM mengalami perkembangan. Hal ini terjadi di negara mana pun, dimana pada saat industri MLM berkembang dan menaruh minat banyak orang, maka Skema Piramid memanfaatkan trend tersebut untuk menghimpun keuntungan sebesar-besarnya dalam waktu sesingkat-singkatnya dari masyarakat.86

Penyelewengan sistem MLM tampak dalam Skema Piramid, dan menurut Patric Sullivan, Presiden Direktur Amway Indonesia, “beberapa perusahaan telah menggunakan Skema Piramid dan juga Investasi Surat Berantai pada tahun 1960-an, seperti Koscot, Bestline, Nutribio, Dare-to-be-Great dan lain-lain”.87

Carlo Pietro Giovanni Guglielmo Tebaldo Ponzi atau dikenal juga dengan nama Charles Ponzi adalah seorang imigran asal Italia yang lahir pada tanggal 03 Ada pendapat bahwa hal ini telah dilakukan sejak tahun 1920-an dan mengaitkannya dengan Skema Ponzi (ponzi scheme) yang diambil dari nama pelaku utamanya Carlo Ponzi.

85

Edy Zaqeus (editor), “5 Prinsip Investasi di DS/MLM”, INFO APLI Edisi XXVI (Nov-Des, 2004), hlm. 9.

86

Edy Zaqeus (editor), “Membedakan Bisnis DS-MLM dengan Money Game”, INFO APLI Edisi XXX (Okt-Des, 2005), hlm. 8.

87

Maret 1882. Ponzi dikenal sebagai salah satu penipu terbesar dalam sejarah Amerika Serikat.88

Ponzi mulai pindah dari Italia dan menetap di Kanada pada tahun 1903, disana ia pernah dua kali masuk penjara karena terlibat kasus pemalsuan dan penipuan. Setelah dibebaskan dari penjara Kanada, Ponzi kemudian pindah ke Boston pada tahun 1920. Ia kemudian menemukan sebuah cara untuk mendapatkan banyak uang dengan cara menjual Postal Reply Coupons (PRC).89

PRC diterbitkan di bawah Universal Postal Convention (Konvensi Pos Sedunia) yang pada masa itu digunakan dalam surat menyurat internasional sebagai pengganti perangko untuk pengiriman surat atau barang.90 Misalkan A di sebuah negara mengirim surat kepada B (biasanya perusahaan atau badan lainnya) yang berada di negara lain untuk memesan suatu barang, B mensyaratkan setiap pemesanan barang harus disertai PRC. PRC tersebut bisa ditukarkan dengan perangko untuk mengirim barang-barang yang diminta kliennya melalui jasa pos, maksudnya agar B tidak terbebani biaya perangko karena A sudah menyediakannya dalam bentuk PRC. PRC tersebut juga bisa diuangkan.91

Inflasi di Eropa cukup tinggi pasca Perang Dunia II, sehingga terjadi perbedaan biaya pengiriman lewat pos dari Amerika Serikat ke Eropa dengan dari Eropa ke Amerika Serikat. Akibatnya, PRC yang dijual di Italia atau di Eropa

September 2011. 89 Ibid. 90

Debra A Valentine, General Counsel For The U.S. Federal Trade Commission, “Pyramid Schemes”, presented at the International Monetary Fund’s Seminar on Current Legal Issues Affecting Central Banks, Washington DC, 13 May 1998.

tanggal 26 September 2011.

harganya lebih rendah dibandingkan dengan di AS. Ide Ponzi adalah membeli PRC dari Italia, kemudian diuangkan di AS.92

Ponzi selanjutnya mendirikan The Security Exchange Company (1920) di Boston dan memperkenalkannya sebagai usaha spekulasi perangko. Ia menggalang dana melalui agen-agen yang diberinya komisi tinggi untuk mengajak masyarakat menginvestasikan uang dengan janji pembayaran bunga sebesar 40% dalam waktu 90 hari, sementara pada saat itu bank hanya mampu memberi bunga sebesar 5% per tahun.93 Tawaran Ponzi berhasil memikat banyak orang dan hanya dalam waktu 4 bulan, Ponzi mampu mengumpulkan dana sebesar $420.000 (setara dengan 620 kg emas) dari para investornya. Perusahaan Ponzi semakin terkenal dan mendapatkan banyak dana investasi setelah harian The Boston Post menerbitkan artikel yang berisi pandangan positif terhadap bisnis Ponzi.94

Ide Ponzi sesungguhnya telah gagal sejak awal. Hal ini disebabkan karena jumlah investasi yang diterima Ponzi tidak sesuai dengan PRC yang beredar, dan PRC sendiri tidak dapat dibeli dalam jumlah banyak. Ponzi kemudian menemukan ide baru, yaitu membayar uang investor lama dari uang investor baru. Metode ini diberinya nama bubble burst..95

Ide tersebut pada mulanya berjalan dengan lancar, sebab jumlah investor di perusahaan Ponzi mengalami peningkatan. Dana baru yang masuk bisa menutup pembayaran bunga kepada investor lama, dan kebanyakan dari investor Ponzi tidak mengambil bunga dari investasinya

93 http://finance.detik.com/madoff-dan-tipu-tipu-investasi-ala-skema-ponzi, diakses tanggal 26 September 2011. 94 Ibid. 95 http://www.sunaryohadi.info/charles-k-ponzi-penemu-money-game-asal-mula-mlm-dan-bisnis-piramida, diakses tanggal 26 September 2011.

melainkan menanamnya kembali. Ponzi selanjutnya menyimpan seluruh uang nasabahnya di sebuah bank bernama Hanover Trust Bank, dan dengan uang tersebut ia dapat menerima bunga sebesar 5% yang merupakan keuntungan riil dari Security Exchange Company (SEC).96

Pola bisnis Ponzi ternyata telah menarik perhatian Clarence Barron, seorang analis keuangan. Berdasarkan penelitiannya, Barron kemudian menuliskan sebuah artikel dalam harian The Boston Post yang berisi analisa bahwa pola bisnis Ponzi di SEC secara finansial tidak mungkin menguntungkan. Tidak ada kecocokan antara volume PRC dengan keuntungan yang dijanjikan Ponzi kepada nasabahnya. Berita ini sempat membuat beberapa investor menarik dananya dari SEC, dan mereka mendapat pengembalian dana dari cek Hanover

Trust Bank.97

William McMasters, seorang Public Relation (PR) di SEC juga menyimpan kecurigaan terhadap bisnis Ponzi, terutama mengenai pendepositoan uang nasabah di Hanover Trust Bank yang hanya mendapat bunga sebesar 5% pertahun, sedangkan SEC sendiri memberi bunga sebesar 40% dalam waktu 90 hari. Kecurigaan tersebut mendorong McMasters untuk mengundurkan diri dari SEC. McMasters juga menuliskan sebuah artikel dalam harian The Boston Post yang berisi pernyataan bahwa SEC sesungguhnya telah pailit, sebab asetnya tidak mencukupi jumlah yang harus dibayarkan kepada para nasabah. Berita ini kembali membuat para investor melakukan penarikan dana secara besar-besaran.

97

Penarikan ini kemudian terhenti ketika jumlah saldo Ponzi di Hanover Trust Bank tidak lagi mencukupi pembayaran kepada para investor SEC.98

Pemerintah AS kemudian menginvestigasi usaha Ponzi, dan hasilnya menyatakan bahwa Ponzi telah bangkrut. Aset yang dimiliki Ponzi hanya sekitar US$ 1,6 juta jauh dibawah nilai hutangnya pada para investor.99 Ponzi akhirnya dijatuhi hukuman penjara selama 5 (lima) tahun oleh Pengadilan Federal dengan tuduhan penipuan melalui surat.100

Skema Ponzi menjadi sangat terkenal dan sekaligus mengilhami orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk mengadopsinya ke dalam berbagai jenis bisnis, tidak terkecuali bisnis MLM. Pengadopsian Skema Ponzi ke dalam bisnis MLM kemudian melahirkan skema jenis baru, yaitu Skema Piramid.

Skema Piramid mulai dipraktekkan oleh Glenn Wesley Turner di perusahaan Kosmetics Company of Tommorow (Koscot) Interplanetary, Inc yang ia dirikan pada tahun 1967 di Florida, Amerika Serikat. Turner memperkenalkan

Koscot sebagai perusahaan berbasis MLM yang memperjualbelikan alat-alat

kosmetik. Program MLM Turner memiliki empat tingkat distributor dari tingkatan paling rendah adalah peserta potensial yang dimungkinkan untuk masuk pada salah satu dari tiga tingkat diatasnya yaitu beauty advisor, supervisor dan

director.101

Setiap anggota diharuskan berinvestasi awal dalam jumlah tertentu yang nilainya relatif besar. Investasi tersebut memberikan hak bagi setiap anggota

98 Ibid. 99 http://finance.detik.com/, op.cit. 101

86 F.T.C. 1106, “In The Matter of Koscot Interplanetary, Inc.”, Order, Opinion Etc., in Regard to Alleged Violation of The Federal Trade Commission Act and Sec. 2 of Clayton Act.

untuk dapat merekrut anggota baru. Perusahaan selanjutnya memberikan sejumlah produk kosmetik untuk dipasarkan ke konsumen dari investasi awal yang dibayarkan dan menjanjikan komisi kepada setiap anggota yang berhasil merekrut anggota baru. Pemberian komisi tersebut ternyata diperoleh dari investasi yang dibayarkan oleh anggota baru. Akibatnya, para anggota lebih fokus melakukan perekrutan terus-menerus demi mendapat komisi daripada harus menjual produk ke konsumen. Produk yang gagal dipasarkan ke konsumen akhirnya menjadi penumpukan stok bagi distributor. Koscot sendiri tidak memberi jaminan untuk membeli kembali stok yang tidak berhasil dipasarkan oleh distributor, sebab pembayaran komisi dibayarkan dari investasi anggota. Artinya, para distributor bertanggung jawab atas produk kosmetik yang diinvestasikan harus dapat dijual ke konsumen.102

Turner juga mendirikan perusahaan Dare To Be Great sebagai badan pelatihan para anggota atau calon anggota Koscot yang ‘memaparkan kesuksesan dan kekayaan yang menanti mereka’. Tujuan akhir dari pelatihan ini adalah membujuk para anggota atau calon anggota untuk membeli paket kosmetik yang tersedia di Koscot.103

Bisnis MLM Turner selanjutnya diinvestigasi pada tahun 1972 berdasarkan pengaduan dari para distributor Koscot ke Federal Trade Commission (FTC), yaitu sebuah Komisi Perdagangan di AS yang melakukan fungsi inti pemerintahan dalam mengawasi penyelenggaraan pasar bebas. Pada tanggal 18 November 1975, FTC akhirnya memutuskan sistem yang digunakan Koscot

102 Ibid. 103

adalah ilegal (Pyramid Scheme).104 Keputusan FTC tersebut (Koscot 86 F.T.C. at

1106) kemudian menjadi sumber hukum (common law) di AS untuk menentukan

karakteristik suatu perusahaan yang tergolong pyramid.105

Praktek bisnis dengan konsep Skema Piramid di Indonesia juga berasal dari Skema Ponzi yang pertama kali diterapkan Jusup Handojo Ongkowidjaja dalam Yayasan Keluarga Adil Makmur (YKAM) yang didirikannya pada tahun 1987 di Jakarta. Ongko memperkenalkan YKAM sebagai usaha ‘tabung-pinjam gotong-royong’ yang menawarkan paket kredit sebesar Rp 5 juta tanpa bersusah payah. Syaratnya para peserta cukup membayar biaya pendaftaran sebesar Rp 50 ribu, dan menyetor tabungan Rp 30 ribu sebanyak tujuh kali dalam waktu satu bulan. Pengembalian pinjaman Rp 5 juta tersebut dapat diangsur selama 15 tahun, dan jika sudah lunas peminjam juga dijanjikan bonus sebesar Rp 9,6 juta. Tawaran ini berhasil memikat banyak orang, anggota YKAM sampai bulan Februari 1988 mencapai lebih dari 44.000 orang dengan paket terdaftar sebanyak 70.000 buah, tersebar di Jakarta dan 27 kota lainnya.106

Selanjutnya, usaha YKAM hanya bertahan sampai bulan Februari 1988. Pada saat itu Ongko sedang mengalami kesulitan dalam mencairkan paket kredit yang sudah jatuh tempo. Rencana pencairan sekitar 291 paket kredit yang berjumlah lebih dari Rp 1 milyar gagal, sebab pada saat itu uang yang ada di kas YKAM hanya Rp 30 juta. Para anggota menjelang hari jatuh tempo seperti biasanya mendatangi kantor YKAM untuk meminta pembagian paket pinjaman.

104 Ibid. 105

Debra A Valentine, op.cit. 106

http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1988/12/31/HK/mbm.19881231.HK29078.i d.html, diakses tanggal 04 Desember 2011.

Ongko yang pada saat itu tidak dapat mengabulkan pencairan paket terpaksa menyerahkan diri ke polisi. Ia ditahan dan kemudian kasusnya disidangkan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.107

Hasil pemeriksaan di pengadilan menyatakan Ongko telah menghimpun dana sebesar Rp 18 milyar melalui YKAM, tetapi yang sempat menikmati paket kredit Ongko hanya 2337 orang yang totalnya Rp 12 milyar, sehingga sisanya Rp 6 milyar dinyatakan telah dikorupsi oleh Ongko. Ongko akhirnya divonis 15 tahun penjara dengan tuduhan melakukan penipuan tindak pidana korupsi, sampai di tingkat kasasi vonis yang dijatuhkan tetap tidak berubah.108

Skema Ponzi terapan Ongko ternyata juga telah mengilhami sejumlah orang yang tidak bermoral untuk mengadopsinya ke dalam berbagai jenis bisnis di Indonesia. Praktek bisnis dengan metode serupa yang pernah beroperasi di Indonesia seperti PT Multi Jaya Indovesco (1992), PT Suti Kelola (1992), Arisan Danasonik (1995), PT Banyumas Mulya Abadi (1996), Kospin (1998), PT Qurnia Subur Alam Raya (2001), PT Adess Sumber Hidup Dinamika (2003), IBIST (2007), dll.109 107 Ibid. 108 Ibid. 109

Adler Haymans Manurung, 2009, Berinvestasi dan Perlindungan Investor di Pasar Modal, Jakarta, IKPIA Perbanas, hlm. 15.

Selanjutnya praktek bisnis berkedok MLM yang diadopsi dari Skema Ponzi tersebut (Skema Piramid) adalah Yoshihiro (1998), PT Era Catur Wicaksana atau New Era 21 (1999), PT Inter Jasa Perkasa (1999), Citra Keluarga Sejahtera Sentosa (1999), Hidup Gembira Awet Muda atau Higam Net (1999), PT Rosindo (1999), PT Promail (2000), PT Probest International (2000), YAMI (2002), PT Goldquest (2003), Golden Saving (2003), TV1 Express (2011), dll.

Masyarakat Indonesia yang menjadi korban praktek-praktek ilegal tersebut diperkirakan berjumlah lebih dari puluhan ribu jiwa dengan total kerugian mencapai puluhan triliun rupiah.110

E. Skema Piramid dan Bisnis Berkedok MLM

Skema Piramid (pyramid scheme) jika ditinjau dari segi kata terdiri dari kata skema dan piramid. Skema merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu schema yang berarti bagan, rancangan, atau rangka-rangka. Perluasan makna skema dijelaskan dalam kamus A Dictionary of Reading (1981) yaitu suatu rencana terstruktur atau sistem yang konseptual untuk memahami sesuatu.111 Sedangkan kata piramid berasal dari nama bangunan makam raja-raja mesir kuno (fir’aun) yang berbentuk limas atau menyerupai bentuk segitiga sama-kaki.112

Skema Piramid menurut WFDSA (World Federation Of Direct Selling

Association) diartikan sebagai berikut:

Skema Piramid dalam konteks ini dikaitkan dengan praktek bisnis ilegal, yang berarti metode bisnis ilegal terstruktur, dimana melibatkan sejumlah orang dan menempatkannya sedemikian rupa sehingga mirip dengan bentuk piramid. Tujuan penggunaan skema ini adalah untuk mendapat kekayaan atau keuntungan yang besar dalam waktu singkat dengan cara-cara yang melanggar hukum.

113

Pyramid selling is a fraud. It is a mechanism by which promoters of so-called ‘investment’ or ‘trading’ schemes enrich themselves in a geometric

Desember 2011. tanggal 20 September 2011.

progression through the payments made by recruits to such schemes. Related deceitful schemes have been described in various international jurisdictions as chain letters, chain selling, money games, referral selling, and investment lotteries.

Artinya, metode penjualan piramid adalah sebuah bentuk penipuan yang dilakukan promotor dalam kegiatan yang disebutnya ‘investasi’ atau ‘perdagangan (bisnis)’ dengan tujuan untuk memperkaya diri sendiri. Kekayaan tersebut diperoleh dari pembayaran dana oleh barisan orang yang dibentuk melalui sistem

Dokumen terkait