• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja perbankan di Sulbar pada triwulan I 2014, dari indikator utama yaitu aset, dana pihak ketiga (DPK), dan kredit/pembiayaan yang disalurkan, memperlihatkan pertumbuhan yang lebih rendah dari triwulan IV 2013. Perlambatan pertumbuhan aset bank umum terjadi pada bank pemerintah maupun bank swasta. Sementara itu, kegiatan intermediasi meningkat pada triwulan I 2014 dengan LDR yang tercatat sebesar 142,17% seiring lebih dalamnya perlambatan yang dialami oleh penghimpunan DPK dibandingkan penyaluran kredit. Perlambatan pertumbuhan kredit didorong oleh melambatnya pertumbuhan kredit sektor utama.Kinerja kredit UMKM dan korporasi juga tercatat mengalami perlambatan. Meski demikian, risiko kredit perbankan masih terjaga pada level yang aman dengan angka Non Performing Loans (NPLs) yang secara total berada di bawah 5%. Adapun perlambatan kinerja perbankan mempengaruhi kinerja sistem pembayaran di Sulbar.Sesuai pola historisnya, perkembangan transasksi nontunai (RTGS) belum optimal di awal tahun karena kegiatan transaksi yang lebih sedikit dibandingkan triwulan lalu.

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

26 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan I 2014 Akselerasi Sektor Tersier Menopang Perekonomian

4.1. Kondisi Umum Perbankan

3

4.1.1 Perkembangan Kelembagaan

Dari sisi kelembagaan, pada triwulan I 2014, jumlah bank umum di Sulbar relatif tidak berubah dari triwulan sebelumnya yaitu sebanyak 14 bank. Dari jumlah tersebut, 12 diantaranya merupakan bank konvensional sedangkan

sisanya merupakan bank syariah. Kemudian, jumlah BPR juga tercatat masih tetap sama seperti periode sebelumnya yaitu sebanyak 3 (tiga) BPR. Sementara itu, jumlah jaringan kantor bank di Sulbar hingga periode laporan tercatat sebanyak 81 kantor (Tabel 4.1).

Tabel 4.1. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum dan BPR

4.1.2 Aset Perbankan

Total aset bank umum Sulbar pada triwulan I 2014 tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset

perbankan tercatat tumbuh sebesar 14,44% (yoy) atau menjadi Rp4,42 triliun, lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2013 yang tumbuh sebesar 15,79% (yoy) (Tabel 4.2). Melambatnya pertumbuhan aset perbankan didorong oleh perlambatan pertumbuhan aset bank pemerintah serta bank swasta nasional. Aset bank pemerintah tercatat tumbuh 12,98% (yoy) menjadi Rp3,92 triliun setelah sebelumnya tumbuh sebesar 13,74% (yoy). Aset bank swasta juga tumbuh melambat dari 34,43% (yoy) pada triwulan IV 2013 menjadi 27,40% (yoy) dengan total kredit sebesar Rp0,50 triliun.

Tabel 4.2. Aset Bank Umum Menurut Kelompok Bank

4.1.3 Intermediasi Perbankan

Baik penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) maupun kredit mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan I 2014. Jenis simpanan tabungan menjadi salah satu penyebab perlambatan kinerja DPK dengan angka pertumbuhan

tercatat sebesar 13,22% (yoy) di triwulan I 2014 setelah sebelumnya tercatat sebesar 16,16% (yoy). Jenis simpanan berupa deposito tercatat mengalami kontraksi sebesar -2,21% (yoy) setelah pada triwulan IV 2013 mampu tumbuh sebesar 12,08% (yoy). Di sisi lain, simpanan jenis giro mengalami akselerasi perlambatan di tengah perlambatan simpanan jenis yang lain. Giro tumbuh sebesar 3,50% (yoy) pada triwulan I 2014 setelah tumbuh tipis sebesar 1,27% (yoy) pada triwulan sebelumnya (Tabel 4.3). Selanjutnya, DPK secara total tumbuh melambat sebesar 9,10% (yoy) menjadi Rp2,79 triliun setelah mencatat pertumbuhan sebesar 13,07% (yoy).

3

Dimulai dengan publikasi pada triwulan I 2014, asesmen perkembangan indikator perbankan menggunakan data lokasi bank untuk kr edit yang disalurkan serta menggunakan data lokasi bank pelapor untuk DPK yang dihimpun

2014 I II III IV I II III IV I

Bank Umum (Konv. + Syariah) 12 12 12 12 13 13 13 14 14

Konvensional 10 10 10 10 11 11 11 12 12

Syariah 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Jumlah Kantor* 70 74 74 75 76 76 76 81 81

BPR 3 3 3 3 3 3 3 3 3

*) Termasuk Kanwil, KP, KC, KCP, BRI Unit, KK, KF

RINCIAN 2012 2013

2014 2014

I II III IV I I II III IV I

Total Aset 24.94 21.27 24.07 15.79 14.44 3,860 4,122 4,440 4,291 4,417

Bank Pemerintah 24.97 21.27 23.11 13.74 12.98 3,471 3,704 3,980 3,796 3,922 Bank Swasta Nasional 24.62 21.28 33.05 34.43 27.40 389 418 460 495 495

Aset Menurut Kelompok Bank

Nominal (Rp Miliar)

2013 2013

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan I 2014

Akselerasi Sektor Tradable Menopang Perekonomian 27 Dalam aspek penyaluran kredit, perlambatan juga terjadi akibat pertumbuhan kredit modal kerja dan investasi yang lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Kredit modal kerja dan investasi masing-masing tercatat tumbuh 9,06% (yoy) dan

36,14% (yoy) pada triwulan laporan setelah sebelumnya mencatat angka pertumbuhan sebesar 9,95% (yoy) dan 38,83% (yoy). Kredit konsumsi menahan perlambatan yang terjadi karena berhasil tumbuh menguat pada triwulan I 2014 yaitu dari 14,53% (yoy) pada triwulan IV 2013 menjadi 15,17% (yoy). Adapun total kredit secara keseluruhan tumbuh sebesar 14,87% (yoy) menjadi Rp3,97 triliun setelah pada triwulan IV 2013 tumbuh sebesar 15,04% (yoy). Dengan perkembangan yang demikian, LDR perbankan tercatat sedikit meningkat dari 140,67% menjadi 142,17% pada triwulan laporan seiring lebih dalamnya perlambatan yang dialami DPK (Tabel 4.3).

Tabel 4.3. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit Bank Umum

Berdasarkan sektor ekonomi, perlambatan kredit antara lain disumbang oleh melambatnya kredit ke sektor perdagangan yang termasuk sektor Utama. Selain kepada sektor perdagangan, kredit kepada sektor listrik, gas, dan air,

sektor konstruksi, serta sektor jasa sosial masyarakat juga tidak tumbuh lebih baik dari triwulan IV 2013. Bahkan, sektor pertambangan dan industri pengolahan mengalami kontraksi pada triwulan I 2014 (Tabel 4.4). Sementara itu, kinerja penyaluran kredit yang melambat diikuti dengan kualitas kredit yang masih terjaga. Hal ini tercermin dari rasio Non

Performing Loans (NPLs) perbankan yang masih terjaga pada level aman (di bawah 5%), yaitu sebesar 4,68%. Angka ini

tercatat mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 3,81% (Tabel 4.3).

Tabel 4.4. Kredit Bank Umum Menurut Sektor Ekonomi

2014 2014 I II III IV I I II III IV I DPK 23.56 11.03 10.57 13.07 9.10 2,557 2,675 2,836 2,751 2,789 a. Giro 30.57 27.56 11.22 1.27 3.50 794 899 987 467 822 b. Tabungan 22.42 4.22 10.22 16.16 13.22 1,580 1,580 1,672 2,108 1,789 c. Deposito 7.18 4.09 10.17 12.08 (2.21) 182 196 177 176 178 Kredit 19.51 17.12 15.85 15.04 14.87 3,452 3,625 3,751 3,870 3,966 a. Modal Kerja 9.68 (11.00) 7.21 9.95 9.06 1,246 1,270 1,295 1,334 1,359 b. Investasi 16.13 49.87 43.31 38.83 36.14 313 407 409 416 426 c. Konsumsi 27.65 39.47 17.34 14.53 15.17 1,893 1,948 2,046 2,120 2,181 LDR (%) 135.03 135.52 132.27 140.67 142.17 NPLs Gross (%) 4.56 4.46 4.19 3.81 4.68 Komponen 2013 2013

Pertumbuhan (%, yoy) Nominal (Rp Miliar)

2014 2014 I II III IV I I II III IV I Kredit 19.51 17.12 15.85 15.04 14.87 3,452 3,625 3,751 3,870 3,966 Pertanian 26.74 33.20 23.15 29.29 35.09 169 196 205 217 229 Pertambangan 43.33 9.82 6.46 16.76 (11.16) 2.2 2.0 2.0 2.2 2.0 Industri Pengolahan 44.82 (15.78) (14.59) (3.99) (9.36) 41 33 33 36 37

Listrik, Gas, Air 7.38 92.38 113.24 124.10 119.59 0.4 0.7 0.8 0.8 0.9

Konstruksi (19.63) (7.00) (8.19) 181.72 30.75 37 44 48 46 48

Perdagangan 18.79 (0.32) 18.26 20.23 18.75 1,078 1,241 1,236 1,268 1,280

Pengangkutan 88.22 7.58 14.50 (3.41) 6.38 7.1 5.6 6.2 7.0 7.5

Jasa Dunia Usaha 0.81 63.44 63.60 (14.93) 40.29 40 64 64 59 55

Jasa Sosial Masyarakat (23.36) (7.50) 40.29 66.13 47.64 85 91 109 114 125

Lain-lain 23.17 32.33 13.04 9.27 9.40 1,993 1,948 2,046 2,120 2,181

Komponen 2013 2013

Nominal (Rp Miliar) Pertumbuhan (%, yoy)

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

28 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan I 2014 Akselerasi Sektor Tersier Menopang Perekonomian

4.2. Stabilitas Sistem Keuangan

4.2.1 Ketahanan Sektor Korporasi Daerah

Di triwulan I 2014, penyaluran kredit korporasi di Sulbar didominasi oleh sektor pertanian. Kredit korporasi

tercatat memiliki pangsa sangat rendah yaitu 3,56% terhadap total kredit produktif. Hal tersebut mengindikasikan perkembangan UMKM yang lebih dominan dalam menggunakan jasa keuangan perbankan di Sulbar. Dari kredit korporasi, kredit kepada sektor pertanian memiliki pangsa terbesar yaitu Rp63,47 miliar (kredit produktif non-UMKM). Pangsa sektor pertanian tercatat melebihi setengah dari total kredit yang disalurkan yaitu sebesar 59,50% pada triwulan I 2014. Sektor pertanian diikuti oleh sektor jasa dunia usaha dengan pangsa sebesar 29,00% dan sektor perdagangan sebesar 10,40% (Grafik 4.1).

Dari aspek pertumbuhan, penyaluran kredit kepada sektor korporasi pada triwulan I 2014 mengalami kontraksi yang lebih dalam dari triwulan sebelumnya. Hal

ini disebabkan oleh semakin besarnya kontraksi yang terjadi pada penyaluran kredit korporasi di sektor jasa dunia usaha dan sektor perdagangan. Perbaikan kinerja justru ditunjukkan oleh kredit korporasi kepada sektor pertanian yang kontraksinya menjadi lebih kecil pada triwulan laporan. Meski demikian, hal tersebut tidak berhasil membuat pertumbuhan kredit secara total menjadi lebih baik dari triwulan IV 2013 (Grafik 4.2). Kredit korporasi terkontraksi sebesar -40,84% (yoy) di triwulan I 2014 setelah sebelumnya tercatat sebesar -36,81% (yoy).

Dari aspek kualitas, penyaluran kredit korporasi secara

keseluruhan berada pada tingkat yang cukup

mengkhawatirkan. Pada triwulan laporan, kualitas

penyaluran kredit yang diukur dari rasio non-performing

loans atau NPLs menjadi 79,35% setelah sebelumnya

tercatat sebesar 74,07% (Grafik 4.3). Naiknya NPLs sektor perdagangan dan jasa dunia usaha menjadi pendorong kenaikan rasio NPLs secara keseluruhan. Meski memiliki kualitas yang dapat dikatakan buruk, dampak penyaluran kredit korporasi terhadap keseluruhan kredit tidak signifikan mengingat pangsanya yang sangat kecil dibandingkan kredit UMKM maupun kredit lain-lain (konsumsi).

Grafik 4.1. Pangsa Kredit Menurut Sektor Korporasi

Grafik 4.2. Pertumbuhan Kredit Korporasi

Grafik 4.3. NPLs Kredit Korporasi

Pangsa Triwulan I 2014

Pertanian (59.5%) Perdagangan (10.4%) Jasa Dunia Usaha (29.0%) Lainnya (1.1%) (100) (50) 0 50 100 150 200 250 I II III IV I II III IV I 2012 2013 2014

%, yoy Pertanian Perdagangan

Total Jasa Dunia Usaha

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 I II III IV I II III IV I 2012 2013 2014 % %

Total Jasa Dunia Usaha Pertanian - Skala Kanan Perdagangan - Skala Kanan

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan I 2014

Akselerasi Sektor Tradable Menopang Perekonomian 29

4.2.2 Ketahanan Sektor Rumah Tangga Daerah

Kredit rumah tangga untuk perlengkapan/peralatan rumah tangga beserta kredit rumah tangga jenis lainnya mengambil pangsa yang terbesar dalam struktur kredit rumah tangga pada triwulan I 2014. Dari total kedit yang

disalurkan kepada rumah tangga sebesar Rp2,18 triliun, kredit rumah tangga lainnya dimaksud memiliki pangsa mencapai lebih dari 50%, disusul kredit multiguna, KPR, dan terakhir kredit kendaraan bermotor (KKB) dengan pangsa yang terkecil (Grafik 4.4).

Penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga mencatat kinerja yang meningkat di triwulan I 2014. Peningkatan

tersebut didorong oleh perkembangan penyaluran kredit rumah tangga jenis lainnya yang tumbuh lebih tinggi dari periode sebelumnya. KKB dan KPR tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan namun karena pangsanya yang tidak dominan pengaruhnya tidak signifikan terhadap total kredit rumah tangga. Adapun kredit rumah tangga jenis multiguna terkontraksi lebih dalam dibandingkan periode sebelumnya. Secara keseluruhan, kredit rumah tangga tumbuh sedikit lebih baik dari triwulan sebelumnya yaitu dari 14,53% (yoy) menjadi 15,17% (yoy).

Secara total, kualitas kredit ke sektor rumah tangga tetap terjaga pada tingkat yang aman di triwulan I 2014.

Seluruh jenis kredit rumah tangga memiliki angka NPLs di bawah angka batas atas yang ditetapkan yaitu 5%. KPR yang mencatat angka NPLs tertinggi, sebesar 4,90% juga tetap memiliki rasio yang tergolong aman (Grafik 4.6). Angka NPLs yang tercatat secara total adalah 1,52%. Pada triwulan sebelumnya, NPLs tercatat sebesar 1,41%. Cukup rendahnya NPLs didukung oleh kualitas kredit yang baik pada jenis KKB, kredit multiguna, maupun kredit rumah tangga lainnya.

Grafik 4.4. Pangsa Jenis Kredit Rumah Tangga

Grafik 4.5. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga

Grafik 4.6. NPLs Kredit Rumah Tangga

4.3. Pengembangan Akses Keuangan

Penyaluran kredit UMKM kembali mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan I 2014. Melambatnya

pertumbuhan kredit di UMKM pada dasarnya dapat menjadi indikasi adanya potensi serta peluang untuk mengakselerasi kembali pertumbuhan kredit UMKM (Grafik 4.7). Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit di Sulbar mencapai lebih dari 95% atau sebesar Rp1,72 triliun. Dari nilai tersebut, sekitar 75% merupakan kredit UMKM yang digunakan untuk modal kerja sedangkan sisanya digunakan untuk investasi (Grafik 4.8). Angka NPLs kredit UMKM bergerak naik pada triwulan I 2014 hingga mencapai 5,93% (Grafik 4.9). Angka tersebut telah berada di bawah batas aman yang ditetapkan yaitu sebesar 5%. Meskipun NPLs untuk keseluruhan kredit perbankan Sulbar masih di bawah 5%, kualitas kredit UMKM harus terus ditingkatkan melalui pendampingan dari para pemangku kepentingan.

Pangsa Triwulan I 2014 Kredit Pemilikan Rumah, KPR (7.9%) Kredit Kendaraan Bermotor, KKB (0.3%) Kredit Multiguna (38.5%)

Kredit Rumah Tangga Lainnya (53.3%) (500) 0 500 1,000 1,500 2,000 (60) (10) 40 90 140 190 240 290 340 390 I II III IV I II III IV I 2012 2013 2014 %, yoy %, yoy TotalLainnya KPRKKB - Skala Kanan

Multiguna - Skala Kanan

0 2 4 6 8 10 12 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 I II III IV I II III IV I 2012 2013 2014 % %

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

30 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan I 2014 Akselerasi Sektor Tersier Menopang Perekonomian

Grafik 4.7. Pertumbuhan dan NPLs Kredit UMKM Grafik 4.8. Pangsa Kredit UMKM

4.4. Perkembangan Sistem Pembayaran

Transaksi nontunai melalui sarana RTGS ditandai dengan pertumbuhan yang melambat pada triwulan I 2014 dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara total, nilai transaksi BI-RTGS Sulbar di triwulan I 2014 sebesar Rp1,56 triliun

atau tumbuh mencapai 18,03% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan triwulan IV 2013 yang tumbuh sebesar 22,92% (yoy) (Tabel 4.5). Transaksi BI-RTGS pada periode laporan masih didominasi aliran dana yang masuk (to) ke perbankan Sulbar dengan nilai Rp1,13 triliun, lebih tinggi dari aliran yang keluar (from) dari perbankan Sulbar yang tercatat sebesar Rp0,41 triliun pada triwulan I 2014. Sementara itu, kegiatan RTGS antarbank di Sulbar tercatat mencapai Rp21,87 miliar. Adapun perlambatan ini didorong oleh masih belum gencarnya kegiatan transaksi pada awal tahun. Kegiatan RTGS dinilai akan meningkat terutama pada akhir triwulan II 2014 dan awal triwulan III 2014 seiring masa puasa dan Lebaran serta di akhir tahun sesuai dengan pola historisnya.

Tabel 4.5. Kredit Bank Umum Menurut Sektor Ekonomi

0 5 10 15 20 25 30 35 0 1 2 3 4 5 6 7 8 I II III IV I II III IV I 2012 2013 2014 %, yoy %

NPLs UMKM Pertumbuhan Kredit UMKM - Skala Kanan

Total Kredit Non-UMKM 4% Total Kredit UMKM 96% 75% 25%

Pangsa Kredit UMKM

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan I 2014

Akselerasi Sektor Tersier Menopang Perekonomian 31

5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Bab 5

Dokumen terkait