• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRIWULAN I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA (SULAMPUA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TRIWULAN I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA (SULAMPUA)"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I

SULAWESI MALUKU PAPUA (SULAMPUA)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Provinsi Sulawesi Barat

(2)

Publikasi ini dan publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/Publikasi/

Salinan publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi: Divisi Asesmen Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I

Sulawesi Maluku Papua (Sulampua) Jl. Jenderal Sudirman No. 3 Makassar 90113, Indonesia Telepon: 0411 – 3615188/3615189

(3)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan I 2014

Akselerasi Sektor Tersier Menopang Perekonomian iii

KATA PENGANTAR

Kata

Pengantar

Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan setiap triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I – Sulawesi Maluku Papua (Sulampua), mencakup aspek pertumbuhan ekonomi, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan uang, ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, serta prospek perekonomian ke depan. Kajian ekonomi daerah disamping bertujuan untuk memberikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia dalam merumuskan kebijakan moneter maupun makroprudensial, juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi para

stakeholder di daerah seperti pemerintah daerah, DPRD, lembaga pendidikan, dunia usaha, dan kalangan masyarakat

Iainnya dalam membuat keputusan.

Pada triwulan I 2014, ekonomi Sulbar tetap tumbuh tinggi sebesar 7,47% (yoy) atau mengalami percepatan dibandingkan triwulan IV 2013 yang tumbuh 7,20% (yoy), sementara perekonomian nasional dan beberapa daerah lain justru mengalami perlambatan pertumbuhan. Sebagai penggerak pertumbuhan adalah sektor listrik-gas-air (LGA), angkutan-komunikasi, dan industri pengolahan. Peningkatan kegiatan ekonomi, kemudian secara positif berdampak pada kenaikan penyerapan tenaga kerja terutama pada sektor sekunder dan tersier. Namun demikian, seiring keberhasilan tersebut, masih terdapat tantangan yang perlu mendapat perhatian yaitu meningkatnya ketimpangan pendapatan sehingga tingkat kemiskinan masih belum secara optimal ditekan. Di sisi lain, laju inflasi Sulbar triwulan I 2014, walaupun masih pada level yang tinggi sebagai dampak dari kebijakan harga pemerintah, dan cenderung meningkat, namun masih di bawah angka nasional. Di masa mendatang, TPID Sulbar diharapkan dapat lebih proaktif dalam menjaga dan mengendalikan harga melalui koordinasi yang lebih kuat serta memberikan rekomendasi kebijakan kepada pemerintah daerah terkait ketersediaan pasokan dan distribusi bahan pangan.

Dalam penyusunan laporan, Bank Indonesia memanfaatkan data serta informasi dari berbagai institusi baik secara langsung yaitu melalui survei dan liaison maupun dari data yang sudah tersedia. Sehubungan dengan hal tersebut, pada kesempatan ini, kami sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah berkontribusi baik berupa pemikiran maupun penyediaan data/informasi secara kontinyu, tepat waktu, dan reliable. Saran serta masukan dari para pengguna sangat kami harapkan untuk menghasilkan laporan yang lebih baik ke depan.

Makassar, 25 Juli 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Wilayah I - Sulampua

Suhaedi

(4)

iv Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan I 2014 Akselerasi Sektor Tersier Menopang Perekonomian

VISI BANK INDONESIA

Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil.

MISI BANK INDONESIA

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan

eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

NILAI-NILAI STRATEGIS

Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas

Trust and Integrity – Professionalism – Excellence – Public Interest – Coordination and Teamwork.

(5)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan I 2014

Akselerasi Sektor Tersier Menopang Perekonomian v

DAFTAR ISI

Daftar

Isi

KATA PENGANTAR

III

DAFTAR ISI

V

RINGKASAN EKSEKUTIF

1

1.

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

5

1.1. PERTUMBUHAN EKONOMI 6

1.2. SISI PERMINTAAN 6

1.3. SISI PENAWARAN 9

2.

KEUANGAN PEMERINTAH

15

2.1. STRUKTUR ANGGARAN 16

2.2. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN 16

3.

INFLASI DAERAH

19

3.1. INFLASI KELOMPOK BARANG DAN JASA 20

3.2. DISAGREGASI INFLASI 24

4.

SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

25

4.1. KONDISI UMUM PERBANKAN 26

4.2. STABILITAS SISTEM KEUANGAN 28

4.3. PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN 29

4.4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 30

5.

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

31

5.1. TENAGA KERJA 32

5.2. PENDUDUK MISKIN 33

5.3. RASIO GINI 34

(6)

DAFTAR ISI

vi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan I 2014 Akselerasi Sektor Tersier Menopang Perekonomian

6.

PROSPEK PEREKONOMIAN

37

6.1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI 38

6.2. PROSPEK INFLASI 40

(7)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan I 2014

Akselerasi Sektor Tersier Menopang Perekonomian 1

RINGKASAN EKSEKUTIF

Ringkasan

Eksekutif

Akselerasi Sektor Tersier Menopang Perekonomian

Gambaran Umum

Perekonomian Sulawesi Barat pada triwulan I 2014 berhasil tumbuh lebih tinggi disertai laju inflasi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Pada triwulan I 2014, perekonomian Sulawesi Barat (Sulbar) tumbuh sebesar 7,47% (yoy), di atas triwulan IV 2013 (7,20%, yoy). Pertumbuhan ekonomi Sulbar tersebut

lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional triwulan I 2014 yang melambat sebesar 5,21% (yoy). Pertumbuhan ekonomi terutama bersumber dari pertumbuhan tinggi sektor tersier dan kuatnya konsumsi rumah tangga. Tekanan inflasi tercatat mengalami peningkatan di triwulan laporan menjadi 6,24% (yoy) dari 5,91% (yoy) di triwulan IV 2013. Meningkatnya inflasi didorong terutama oleh biaya pada kelompok kesehatan yang meningkat signifikan dibandingkan akhir tahun 2013. Sektor perbankan masih melanjutkan trend perlambatan sejak pertengahan tahun 2013, akibat antara lain darilangkah kebijakan stabilisasi baik dari sisi kebijakan moneter maupun kebijakan makroprudensial. Perlambatan sektor perbankan tersebut juga searah dengan indikator-indikator keuangan Sulbar yang relatif melambat dari triwulan sebelumnya. Sebagai tantangan ke depan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang tinggi, diperlukan upaya untuk terus mendorong peningkatan produktivitas sektor utama. Adapun beberapa faktor risiko tekanan inflasi harus diwaspadai terutama terkait dengan ekspektasi masyarakat dalam menghadapi hari besar keagamaan serta dampak dari kebijakan administered price.

Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Kegiatan konsumsi rumah tangga tumbuh cukup baik, ditopang produksi sektor LGA dan angkutan-komunikasi.

Perekonomian Sulbar pada triwulan I 2014 mengalami akselerasi pertumbuhan karena kinerja sektor tersier yang pada akhirnya mendorong kegiatan konsumsi rumah tangga. Pertumbuhan ekonomi Sulbar pada triwulan laporan tercatat sebesar

7,47% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,20% (yoy). Dari sisi permintaan, akselerasi pertumbuhan dimotori oleh kinerja konsumsi rumah tangga serta ekspor. Dari sisi sektoral, sektor listrik-gas-air (LGA), angkutan-komunikasi dan industri pengolahan.

Keuangan Pemerintah

Realisasi pendapatan cukup signifikan, di sisi lain realisasi belanja masih relatif rendah.

Realisasi persentase pendapatan tercapai signifikan, sebaliknya realisasi persentase belanja daerah meskipun meningkat masih relatif rendah. Dari sisi pendapatan, target

(8)

RINGKASAN EKSEKUTIF

2 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan I 2014 Akselerasi Sektor Tersier Menopang Perekonomian

capaiannya lebih tinggi dari periode yang sama tahun 2013. Kenaikan berasal dari komponen dana perimbangan serta komponen lain-lain pendapatan yang sah. Sementara itu, realisasi persentase belanja daerah meskipun meningkat namun masih relatifrendah yaitu sebesar 13%, sesuai pola musimannya. Meski demikian, secara nominal, realisasi belanja triwulan I 2014 tersebut masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Inflasi Daerah

Inflasi Sulbar triwulan I 2014 naik, disebabkan oleh meningkatnya permintaan atas beberapa kelompok barang/jasa.

Pada triwulan I 2014, inflasi Sulbar tercatat sebesar 6,24% (yoy), lebih tinggi dari triwulan IV 2013 (5,91%, yoy), seiring meningkatnya permintaan pada beberapa kelompok barang/jasa yang dikonsumsi masyarakat. Naiknya inflasi didorong oleh

menguatnya tekanan inflasi kelompok makanan jadi, perumahan, kesehatan, serta kelompok transport. Meski demikian, inflasi tahunan Sulbar masih lebih rendah dari laju inflasi tahunan nasional yang pada triwulan I 2014 tercatat sebesar 7,32% (yoy).

Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

Kinerja sistem keuangan melambat namun risiko kredit masih terjaga baik...

Transaksi nontunai tumbuh melambat antara lain karena kegiatan sektor pemerintah pada triwulan awal tahun yang masih rendah.

Kinerja sistem keuangan Sulbar pada triwulan I 2014 tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Indikator utama perbankan memperlihatkan

melambatnya pertumbuhan aset, dana pihak ketiga, dan kredit. Perlambatan pertumbuhan aset bank umum terjadi pada bank pemerintah maupun bank swasta nasional. Sementara itu, kegiatan intermediasi yang tercermin dari LDR tercatat sangat tinggi(142,17%). Perlambatan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) terjadi pada jenis simpanan tabungan dan deposito, sedangkan giro meningkat. Perlambatan kredit juga terjadi pada kredit investasi dan kredit modal kerja. Sedangkan kredit konsumsi mengalami peningkatan. Secara sektoral, perlambatan penyaluran kredit dialami oleh sektor utama (pertambangan, industri pengolahan, perdagangan, pengangkutan, dan jasa sosial masyarakat). Disisi lain, kredit sektor pertanian mengalami peningkatan. Risiko kredit perbankan masih terjaga dengan baik, rasio NPLs bank umum masih berada pada level aman (4,68%). Alokasi kredit, hampir seluruhnya kepada sektor UMKM yaitu lebih dari 95% (jauh diatas ketentuan Bank Indonesia sebesar 20%), sisanya kepada sektor korporasi.

Perkembangan sistem pembayaran cenderung mengikuti arah pertumbuhan indikator perbankan yang mengalami perlambatan pada triwulan I 2014. Transaksi

nontunai menggunakan Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) tidak tumbuh setinggi periode lalu. Perlambatan tersebut dinilai merupakan dampak musiman seiring masih belum optimalnya kegiatan transaksi pelaku usaha maupun pemerintah di awal tahun.

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Tingkat pengangguran dan kesejahteraan mengalami peningkatan.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Barat sebesar 2,33% (Februari 2014) atau lebih tinggi dari tahun sebelumnya 2,00% (Februari 2013). Secara struktur, belum

terjadi perubahan yang signifikan pada porsi tenaga kerja di sektor primer, sekunder, maupun tersier. Adapun tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) Sulbar pada Februari 2014 tercatat sebesar 70,04%, mengalami penurunan dari Februari 2013 yang tercatat 72,43%. Sementara itu, ketimpangan kesejahteraan di Provinsi Sulawesi Barat kembali perlu mendapat perhatian setelah dua tahun terakhir menunjukkan pembaikan.

(9)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan I 2014

Akselerasi Sektor Tradable Menopang Perekonomian 3

Prospek Perekonomian

Pada triwulan II 2014 pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat diperkirakan akan meningkat namun juga diikuti oleh kenaikan inflasi.

Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014 dan untuk keseluruhan tahun 2014 ke depan, masing-masing diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 7,8% - 8,8% (yoy) dan 8,0% - 9,0% (yoy). Pertumbuhan ekonomi yang meningkat tersebut tidak terlepas dari

relatif menguatnya faktor-faktor pendukung pertumbuhan. Jika dibandingkan dengan ekonomi nasional, angka pertumbuhan ekonomi Sulbar 2014 tetap lebih baik. Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh permintaan domestik (lokal) yang tetap kuat. Sementara itu, di sisi penawaran, sektor pertanian mengalami peningkatan meski tidak seoptimal biasanya. Demikian pula untuk sektor industri yang diperkirakan akan meningkatkan produksinya untuk merespons kenaikan permintaan. Di sisi lain, laju inflasi triwulan II 2014 diprakirakan akan menghadapi tekanan, didorong kenaikan permintaan dan penyesuaian tarif (administered prices).

(10)

RINGKASAN EKSEKUTIF

4 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan I 2014 Akselerasi Sektor Tersier Menopang Perekonomian

(11)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan I 2014

Akselerasi Sektor Tersier Menopang Perekonomian 5

1. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Bab 1

Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Perekonomian Sulawesi Barat (Sulbar) pada triwulan I 2014 tumbuh menjadi sebesar 7,47% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 7,20% (yoy). Dari sisi permintaan, penguatan perekonomian Sulbar pada triwulan I 2014 terutama didorong oleh kenaikan komponen konsumsi rumah tangga, ekspor dan masih tingginya tingkat investasi (PMTB).Pada sisi penawaran, perekonomian Sulbar tumbuh menguat di triwulan I 2014, terutama didukung oleh membaiknya kinerja sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air (LGA), sektor angkutan-komunikasi, serta sektor jasa-jasa.

(12)

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

6 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan I 2014 Akselerasi Sektor Tersier Menopang Perekonomian

1.1. Pertumbuhan Ekonomi

Pada triwulan I-2014, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat (Sulbar) tumbuh 7,47% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya karena dorongankonsumsi rumah tangga, dan ekspor. Pertumbuhan ekonomi Sulbar pada

triwulan I 2014 tercatat sebesar 7,47% (yoy), lebih tinggi dari triwulan IV 2014 (7,20%; yoy) - Grafik 1.1. Dari sisi sektoral, menguatnya pertumbuhan terutama didukung oleh membaiknya kinerja sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air (LGA), sektor angkutan-komunikasi serta sektor jasa-jasa.

Sumber: BPS Sumber: BPS

Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Sulbar Grafik 1.2. Struktur Ekonomi Sulbar

1.2. Sisi Permintaan

Dari sisi permintaan, penguatan perekonomian Sulbar pada triwulan I 2014 terutama didorong oleh kenaikan komponen konsumsi rumah tangga, ekspor dan masih tingginya tingkat investasi (PMTB). Meski pertumbuhan PMTB

relative melambat, namun masih tumbuh sangat tinggi sehubungan dengan beberapa kelanjutan proyek-proyek jangka panjang dan empat mega proyek di Sulbar.Di samping itu, kinerja ekspor juga mengalami penguatan yang didukung oleh menguatnya kinerja sektor pertambangan dan angkutan.

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Komponen Pengeluaran

Sumber: Badan Pusat Statistik

*) Angka sementara **) Angka sangat sementara

Meski secara keseluruhan kinerja kegiatan konsumsi dan investasibelum tumbuh optimal namun pertumbuhan ekonomi Sulbar pada triwulan I 2014 meningkat. Sumbangan yang diberikan kedua komponen tersebut bagi

pertumbuhan tercatat masih mendominasi pertumbuhan triwulan laporan. Pada triwulan I 2014, sumbangan komponen konsumsi dan investasi masing-masing adalah sebesar 4,67% dan 1,49% (Tabel 1.1 dan Grafik 1.2).

0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16% 18% -200 400 600 800 1,000 1,200 1,400 1,600 1,800 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2010 2011 2012 2013 2014 R p M ily ar

PDRB ADHK (LHS) y.o.y Sulbar (RHS) y.o.y Nasional (RHS)

51.50% 0.75% 7.01% 0.55% 3.11% 12.48% 1.94% 5.34% 17.33% Pertanian

Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air Bersih Bangunan

Perdagangan, Hotel & Rest Angkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Jasa - jasa

Keterangan (searah jarum jam):

I II III IV I II III IV I 11.40 8.75 6.03 6.38 8.02 6.77 6.06 5.85 5.57 6.04 5.35 8.97 8.13 4.71 3.18 6.16 3.98 5.41 5.05 5.50 4.99 6.08 19.27 10.38 9.43 14.37 13.02 15.04 7.74 7.82 5.73 8.72 3.38 9.54 4.02 0.27 0.41 3.24 0.26 6.91 8.04 15.48 7.94 14.98 -40.08 -3.13 42.49 3.16 -1.04 -25.49 -17.97 -6.95 -8.07 -13.07 -8.15 22.02 8.96 0.30 0.22 6.83 11.92 12.26 5.46 7.47 9.15 8.87 8.80 6.10 6.53 0.79 5.28 7.53 5.72 3.01 4.41 5.06 7.49 15.56 8.94 4.03 8.16 9.01 7.30 7.29 6.85 7.20 7.16 7.47 2014** 2013 2012 2013** 2012* Pertumbuhan Komponen Penggunaan (%; yoy)

(13)

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan I 2014

Akselerasi Sektor Tradable Menopang Perekonomian 7

Sumber: Badan Pusat Statistik

*) Angka sementara **) Angka sangat sementara

Grafik 1.3. Sumbangan Pertumbuhan Menurut Komponen Pengeluaran

1.2.1 Konsumsi

Kegiatan konsumsi pada triwulan I 2014 tumbuh melambat dibandingkan triwulan IV 2013, terutama disebabkan oleh perlambatan konsumsi pemerintah. Konsumsi secara keseluruhan tercatat tumbuh sebesar 5,35% (yoy) sedangkan pada

triwulan sebelumnya tercatat tumbuh sebesar 5,57% (yoy). Dilihat dari pelakunya, tendensi perlambatan terutama terjadi pada konsumsi pemerintah yang didorong oleh persentase penyerapan anggaran belanja Provinsi Sulbar pada awal tahun 2014 relatif belum optimal.

Konsumsi rumah tangga dapat tumbuh lebih baik karena menguatnya daya beli masyarakat sehubungan dengan meningkatnya UMP pada tahun 2014 sebesar 20,17% dibandingkan tahun sebelumnya atau sebesar Rp1.400.000

(Grafik 1.3).Komponen konsumsi rumah tangga mencatat pertumbuhan sebesar 6,08% (yoy) pada triwulan laporan. Pada triwulan lalu, pertumbuhan komponen ini tercatat sebesar 5,50% (yoy).

Pada sisi lain, komponen konsumsi pemerintah tumbuh melambat di triwulan I 2014 dibandingkan triwulan IV 2013 seiring dengan masih belum optimalnya realisasi belanja daerah Provinsi Sulbar pada awal tahun 2014. Pada triwulan

laporan, konsumsi pemerintah mencatat angka pertumbuhan sebesar 3,38% (yoy), lebih rendah dari triwulan IV 2013 (5,73%; yoy). Persentase total realisasi belanja pemerintah tercatat baru sebesar 13,00% pada triwulan I 2014.

Sumber: BPS

Grafik 1.4. Perkembangan Upah Minimum Provinsi

1.2.2 Investasi

Pada triwulan I 2014, investasi dalam bentuk PMTB kembali tumbuh tinggi meski sedikit melambat dari capaian pada triwulan sebelumnya, hal ini didorong oleh kelanjutan proyek-proyek investasi jangka panjang dan empat mega proyek di Sulbar tahun 2014. Komponen PMTB Sulbar tercatat tumbuh hingga 14,98% (yoy) setelah pada triwulan

IV2013bertumbuh sebesar 15,48% (yoy). Pertumbuhan investasi yang tinggi antara lain disebabkan oleh kelanjutan proyek-proyek jangka panjang seperti pembangunan PLTA oleh Kalla Group dan proyek pembangunan fasilitas Pelabuhan

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00

I II III IV I II III IV I II III IV I 2,011.00 2012* 2013** 2014**

Impor Ekspor Investasi (PMTB) Konsumsi PDRB

0 5 10 15 20 25 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 %, yoy Rp Juta

(14)

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

8 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan I 2014 Akselerasi Sektor Tersier Menopang Perekonomian

Belang-belang yang berada pada kerangka Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) sudah melewati fase groundbreaking tahun 2013. Kemudian pembangunan empat mega proyek pembangunan di Sulbar pada tahun 2014. Keempat mega proyek tersebut di antaranya adalah jalan arteri yang akan dibangun mulai dari kantor Gubernur Sulbar, sampai Bandara Tampapadang, Mamuju, sepanjang 23 kilometer. Selain itu, kredit yang disalurkan perbankan untuk keperluan investasi juga tetap tumbuh di level yang tinggi (30,22%; yoy) meski sedikit melambat dari triwulan sebelumnya (Grafik 1.5).

Masih bergulirnya proyek investasi dalam rangka pembangunan kawasan industri di Sulbar juga menjadi penopang pertumbuhan komponen PMTB. Berbagai proyek pembangunan serta investasi barang modal yang ditujukan untuk

memajukan kinerja sektor riil tersebut merupakan realisasi dari terpilihnya Sulbar sebagai daerah percepatan pembangunan industri nasional yang antara lain ditujukan bagi subsektor pengolahan minyak kelapa sawit, minyak goreng, kakao, serta rotan.

Sumber: Laporan Bank, diolah

Grafik 1.5. Penyaluran Kredit Investasi

1.2.3 Ekspor dan Impor

Neraca perdagangan Sulbar masih defisit pada triwulan I 2014. Defisit yang terjadi pada triwulan laporan sedikit lebih dalam, sumbangan net ekspor bagi pertumbuhan ekonomi Sulbar pada triwulan laporan juga relatif menurun dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 0,36% menjadi 0,13% (Grafik 1.7). Hal ini terutama didorong oleh

penguatan pada komponen impor yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan ekspor.

Ekspor Sulbar pada triwulan I 2014 tercatat tumbuh sebesar 8,87% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (7,47%; yoy). Hal tersebut dinilai merupakan dorongan dari tingkat produksi sektor tradable, khususnya sektor pertanian yang

menghasilkan komoditas unggulan Sulbar seperti kakao, kopi, dan jagung yang tumbuh menguat pada triwulan laporan. Adapun penguatan ekspor didorong oleh peningkatan produksi CPO yang menjadi produk olahan unggulan dari Sulbar, seiring mulai beroperasinya penambahan kapasitas pabrik CPO.Sementara itu, impor juga tumbuh menguat dari 4,41% (yoy) di triwulan IV 2013 menjadi 7,49% (yoy) pada triwulan I2014. Menguatnya permintaan masyarakat pada triwulan laporan mendorong penguatan konsumsi dan impor karena sebagian besar barang yang dikonsumsi masyarakat masih berasal dari luar daerah.

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.6. Perkembangan Net Ekspor

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900

I II III IV I II III IV I II III IV I 2011 2012 2013 2014 %, yoy R p M ili ar

Kredit Investasi gKredit Investasi - Skala Kanan

-300 -250 -200 -150 -100 -50 0 -1500 -1000 -500 0 500 1000 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2010 2011 2012 2013 2014

(15)

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan I 2014

Akselerasi Sektor Tradable Menopang Perekonomian 9

1.3. Sisi Penawaran

Pada sisi penawaran, perekonomian Sulbar tumbuh menguat di triwulan I 2014, terutama didukung oleh membaiknya kinerja sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air (LGA), sektor angkutan-komunikasi serta sektor jasa-jasa.

Adapun perlambatan pertumbuhan sektor indutsri pertanian, pertambangan dan industri, bangunan, perdagangan-hotel-restoran (PHR), dan keuangan, persewaan dan jasa perusahaan menjadi hambatan terakselerasinya ekonomi Sulbar lebih lanjut.Meski demikian, sumbangan sektor pertanian masih menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat.

Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sektor Ekonomi

Sumber: Badan Pusat Statistik

*) Angka sementara **) Angka sangat sementara

Sumber: Badan Pusat Statistik

*) Angka sementara **) Angka sangat sementara

Grafik 1.7. Sumbangan Pertumbuhan Menurut Sektor Ekonomi

1.3.1 Sektor Pertanian

Pada triwulan I 2014, sektor pertanian tumbuh sedikit melambat meski masih tumbuh tinggi seiring produksi di beberapa subsektor yang cukup baik pada periode laporan. Sektor pertanian tercatat mampu tumbuh sebesar 8,42%

(yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 8,89% (yoy). Hal ini terkonfirmasi dari Indeks NTP dan pertumbuhan NTP pada triwulan I 2014 yang cenderung menurun sehubungan dengan belum memasuki periode panen raya. Meski demikian, sektor pertanian Sulbar masih tumbuh tinggi karena pemerintah Sulbar berupaya meningkatkan produksi padi hingga mencapai 1 (satu) juta ton per tahun dengan cara melakukan perluasan areal tanam padi dan peningkatan sarana pertanian (sarana irigasi, pemupukan berimbang, dan pemanfaatan benih unggul bermutu).

I II III IV I II III IV I

1. Pertanian 22.95 8.05 -3.00 0.36 6.94 2.71 4.06 7.56 8.89 5.60 8.42 2. Pertambangan & Penggalian -9.84 1.41 22.99 29.98 11.77 24.62 13.96 -0.84 10.06 10.60 7.92 3. Industri Pengolahan 3.54 4.17 3.16 11.45 5.57 14.01 7.38 3.69 3.05 6.84 7.77 4. Listrik,Gas & Air Bersih 12.72 18.59 19.07 14.60 16.23 6.61 16.72 15.90 22.28 15.58 27.19 5. Bangunan 7.44 3.87 10.64 10.85 8.62 8.79 10.68 10.80 10.65 10.36 9.60 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 5.78 5.53 4.89 12.91 7.31 7.99 8.17 11.48 7.68 8.82 6.43 7. Angkutan & Komunikasi 9.26 2.09 8.10 3.40 5.64 4.47 10.85 9.36 9.88 8.69 10.18 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0.73 8.61 6.68 8.81 6.25 9.68 8.68 10.47 11.59 10.13 8.60 9. Jasa - jasa 20.04 21.92 18.16 20.24 20.00 17.24 13.58 1.09 2.01 7.53 3.17

15.56 8.94 4.03 8.16 9.01 7.30 7.29 6.85 7.20 7.16 7.47

Pertumbuhan Sektor Ekonomi (%; yoy) 2012* 2012 2013** 2013 2014** -4 -2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

I II III IV I II III IV I II III IV I 2011 2012* 2013** 2014**

(16)

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

10 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan I 2014 Akselerasi Sektor Tersier Menopang Perekonomian Sumber: BPS

Grafik 1.8. Nilai Tukar Petani

1.3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian di Sulbar tumbuh sebesar 7,92% (yoy), meski melambat pada triwulan I 2014 setelah sebelumnya tumbuh 10,06% (yoy). Masih cukup tingginya kinerja sektor ini disebabkan karena kegiatan

subsektor penggalian yang melanjutkan eksplorasi dan pekerjaan di luar eksplorasi masih terus memberikan kontribusi yang positif terhadap pertumbuhan Sulbar. Di Sulbar setidaknya masih terdapat tiga blok migas yang masih pada tahap eksplorasi. Di sisi lain, tinggi pertumbuhan sektor ini juga tercermin dari indikator penyaluran kredit perbankan untuk sektor pertambangan yang tumbuh signifikan (Grafik 1.9).

1.3.3 Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan pada triwulan I 2014 mencatat akselerasi pertumbuhan signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor industri pengolahan mencatat pertumbuhan sebesar 3,05% (yoy) di triwulan IV 2013 dan kemudian

tumbuh 7,77% (yoy) pada triwulan laporan. Peningkatan pertumbuhan ini dinilai merupakan dampak dari peningkatan produksi beberapa subsektor industri pengolahan di Sulbar sehingga terjadi peningkatan kinerja pada subsektor tersebut dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.10). Penguatan ini dinilai disebabkan oleh produksi CPO yang meningkat karena jumlah pabrik pengolahan komoditas tersebut yang bertambah sejak tahun 2013.

Sumber: Laporan Bank, diolah Sumber: BPS

Grafik 1.9. Kredit Sektor Pertambangan Grafik 1.10. Pertumbuhan Produksi Industri

1.3.4 Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih

Sektor LGA mencatat pertumbuhan yang tertinggi pada triwulan I 2014 yaitu sebesar 27,19% (yoy) setelah sebelumnya tumbuh sebesar 22,28% (yoy). Penguatan ini terkonfirmasi dari akselerasi pertumbuhan kredit perbankan yang

disalurkan ke sektor LGA pada triwulan I 2014 (Grafik 1.11). Hal ini dikarenakan jumlah gabungan pelanggan listrik di Sulsel, Sulbar, dan Sultra terus meningkat. Selain itu, potensi Propinsi Sulawesi Barat sebagai Propinsi PLTM (Pembangkit

-2.50% -2.00% -1.50% -1.00% -0.50% 0.00% 0.50% 1.00% 1.50% 100.5 101 101.5 102 102.5 103 103.5 104 104.5 105 105.5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2011 2012 2013 2014 NTP Gworth NTP (yoy) -30 -25 -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 0 1 1 2 2 3 3 4

I II III IV I II III IV I II III IV I 2011 2012 2013 2014 %, yoy R p M ili ar Pertambangan gKredit -30 -25 -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 I II III IV I 2013 2014 %, qtq

IMK = Industri Mikro dan Kecil IBS = Industri Besar dan Sedang

(17)

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan I 2014

Akselerasi Sektor Tradable Menopang Perekonomian 11 Listrik Tenaga Mini-Hidro) di Indonesia dalam proses optimalisasi pemanfaatan potensi airnya untuk dibangun PLTM. Sulbar memiliki sejumlah pembangkit PLTM, yaitu diantaranya : PLTM Balla (2 x 0,35 MW), PLTM Kalukku (2 x 0,7 MW), PLTM Bona Hau (2 x 2 MW) dan PLTM Budong-budong (2 x 1 MW) dan pada tahun 2013 hampir 67 % kebutuhan listrik di Mamuju dapat dipasok dengan energi air yang lebih murah dibanding BBM.

1.3.5 Sektor Bangunan

Sektor bangunan tumbuh stabil dengan sedikit tendensi perlambatan pada triwulan I 2014. Sektor ini tercatat tumbuh

sebesar 9,60% (yoy) pada triwulan laporan. Pada triwulan sebelumnya, sektor ini tumbuh sebesar 10,65% (yoy). Masih cukup tinggi dan relatif stabilnya pertumbuhan sektor bangunan diindikasikan oleh masih kuatnya pertumbuhan realisasi pengadaan semen di Sulbar (Grafik 1.12).

Masih cukup tingginya pertumbuhan sektor bangunan pada triwulan awal 2014, antara lain karena dampak dari pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Tumbuan oleh Kalla Group. Megaproyek itu diawali dengan pembangunan jalan ke lokasi PLTA Tumbuan di Desa Karama Kecamatan Kalumpang Kabupaten Mamuju.Karama merupakan daerah paling timur Sulbar, berbatasan langsung daerah Luwu Sulbar.Pembangunan infrastruktur jalan telah dimulai pada akhir Oktober 2013, melalui dua tahap. Pertama dari Le’beng Kecamatan Kalukku sampai dengan kota kecamatan Kalumpang, kemudian dari Kalumpang ke Karama. Pembangunan jalan dari Kalumpang ke Karama dilakukan dengan kualitas terbaik agar dapat dilalui sarana dan prasarana PLTA yang sangat berat hingga ratusan ton.

Sumber: Laporan Bank, diolah Sumber: ASI, diolah

Grafik 1.11. Kredit Sektor LGA Grafik 1.12. Realisasi Pengadaan Semen

1.3.6 Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Pada triwulan I-2014, sektor PHR tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan. Sektor ini tumbuh sebesar 7,68%

(yoy) pada triwulan IV 2013 dan kemudian melambat menjadi 6,43% (yoy) pada triwulan laporan. Dari subsektor perdagangan, perlambatan dinilai dipengaruhi oleh komponen konsumsi yang secara keseluruhan mengalami perlambatan. Sementara itu, subsektor pariwisata juga menunjukkan tendensi pertumbuhan yang belum optimal, khususnya dari indikator rata-rata jumlah tamu per kamar hotel di Sulbar yang selama triwulan I 2014 masih cenderung menurun meski pada level yang moderate dibandingkan periode sebelumnya (Grafik 1.13).

-20 0 20 40 60 80 100 120 140 160 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2

I II III IV I II III IV I II III IV I 2011 2012 2013 2014 %, yoy R p M ili ar

Listrik, Gas, dan Air gKredit

-20 0 20 40 60 80 100 120 0 10 20 30 40 50 60 70

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

%; yoy Ribu Ton

Realisasi Pengadaan Semen gPengadaan Semen - Skala Kanan

(18)

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

12 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan I 2014 Akselerasi Sektor Tersier Menopang Perekonomian Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 1.13. Rata-rata Tamu Per Kamar Hotel & Akomodasi Lainnya

1.3.7 Sektor Angkutan dan Komunikasi

Sektor angkutan dan komunikasi Sulbar tumbuh sebesar 10,18% (yoy) pada triwulan I 2014, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (9,88%; yoy). Menguatnya pertumbuhan di sektor ini didorong terutama oleh penguatan pada subsektor

transportasi laut seiring dengan belum naiknya harga tiket kapal laut(Grafik 1.15), sedangkan di sisi lain kenaikan harga tiket pesawat akibat penerapan tarif surcharge atau tarif tambahan pada 1 Maret 2014, diiringi dengan kenaikan airport tax yang diberlakukan per 1 April 2014.Selain itu, dominasi peningkatan subsektor perdagangan dapat terlihat dari arus perdagangan ekspor dan impor yang tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya.

Potensi transportasi kelautan di wilayah Sulbar sangat baik mengingat Sulbar memiliki luas lautan sekitar 20.000 kilometer persegi dan sedang terus melakukan peningkatan percepatan pembangunan dermaga untuk memperlancar alur transportasi laut guna mendorong peningkatan ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat di daerah ini.Terdapat lima pelabuhan yang akan menjadi motor tonggak penggerak perekonomian Sulbar, yaitu pelabuhan Pasangkayu di Mamuju Utara, pelabuhan Mamuju, pelabuhan Belang-Belang dan pelabuhan tanjung Selopa di Kabupaten Polman.

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.14. Jumlah Penumpang Pesawat Udara Grafik 1.15. Jumlah Penumpang Kapal Laut

1.3.8 Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan tercatat mengalami perlambatan pada triwulan I 2014. Sektor ini

masih tumbuh tinggi hingga 8,60% (yoy) meski sedikit melambat dari 11,59% (yoy) pada triwulan IV 2013. Perlambatan pada sektor keuangan tercermin dari melambatnya kinerja subsektor jasa dunia usaha bank umum Sulbar yang melambat pada triwulan laporan (Grafik 1.16).

-60 -40 -20 0 20 40 60 80 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 2012 2013 2014 %, yoy Orang per Kamar

GPR Hotel GPR Akomodasi Lainnya gGPR Hotel gGPR Akomodasi Lainnya

-40% -20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000

I II III IV I II III IV I II III IV I 2011 2012 2013 2014

Berangkat Datang yoy-kanan

Orang -40% -30% -20% -10% 0% 10% 20% 30% 40% 0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000

I II III IV I II III IV I II III IV I 2011 2012 2013 2014

(19)

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan I 2014

Akselerasi Sektor Tradable Menopang Perekonomian 13

1.3.9 Sektor Jasa-jasa

Pada triwulan I2014, sektor jasa-jasa berhasil tumbuh menguat dari 2,01% (yoy) menjadi 3,17% (yoy). Penguatan ini

dinilai disumbangkan salah satunya oleh peningkatan layanan sosial bagi masyarakat yang tercermin dari meningkatnya pertumbuhan kredit perbankan bagi sektor jasa sosial masyarakat di triwulan laporan (Grafik 1.17). Pertumbuhan yang meningkat ini menjadi indikasi meningkatnya kinerja jasa pendidikan, kesehatan, maupun jenis jasa lainnya bagi masyarakat baik yang disediakan oleh pemerintah maupun pihak swasta.

Sumber: Laporan Bank, diolah Sumber: Perusahaan Properti

Grafik 1.16. Kredit Jasa Dunia Usaha Grafik 1.17. Kredit Jasa Sosial Masyarakat

-200 -100 0 100 200 300 400 500 600 700 800 0 20 40 60 80 100 120

I II III IV I II III IV I II III IV I 2011 2012 2013 2014 %, yoy R p M ili ar

Jasa Dunia Usaha gKredit

-50 0 50 100 150 200 250 300 350 400 0 50 100 150 200 250 300 350

I II III IV I II III IV I II III IV I 2011 2012 2013 2014 %, yoy R p M ili ar

(20)

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

14 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan I 2014 Akselerasi Sektor Tersier Menopang Perekonomian

(21)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan I 2014

Akselerasi Sektor Tersier Menopang Perekonomian 15

2. KEUANGAN PEMERINTAH

Bab 2

Keuangan Pemerintah

Realisasi pendapatan daerah relatif mencatat kinerja yang lebih baik pada triwulan I 2014 dibandingkan triwulan yang sama tahun 2013. Realisasi pos pendapatan di awal tahun 2014 mencapai 28,95% sedangkan pada triwulan I 2013 tercatat sebesar 27,65%. Persentase realisasi pendapatan daerah yang lebih baik tersebut didukung oleh lebih baiknya realisasi pendapatan dari komponen dana perimbangan serta lain-lain pendapatan yang sah. Sementar itu, realisasi komponen PAD pada triwulan I 2014 tercatat sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan I 2013. Sementara dari sisi belanja, realisasi belanja daerah meskipun mencatat kenaikan dibandingkan triwulan sama tahun sebelumya namun masih cukup rendah yaitu 13,00% (realisasi triwulan I 2013 sebesar 7,78%). Lebih tingginya realisasi persentase penyerapan anggaran belanja hibah, belanja pegawai, dan belanja modal mendukung pencapaian tersebut.

(22)

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH

16 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan I 2014 Akselerasi Sektor Tersier Menopang Perekonomian

2.1. Struktur Anggaran

Nominal APBD Sulbar terlihat terus mengalami peningkatan, jika dibandingkan dengan APBD pada tahun-tahun sebelumnya. Pada sisi pendapatan, anggaran pendapatan daerah pada triwulan I tahun 2014 tercatat lebih tinggi dari

anggaran pendapatan pada periode yang sama pada tahun sebelumnya. Peningkatan anggaran pendapatan tersebut terjadi karena sejumlah pos di dalamnya mengalami peningkatan, antara lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang didorong oleh peningkatan penerimaan Pajak Daerah, Dana Perimbangan yang sebagian besar didorong oleh Dana Alokasi Umum, serta porsi Lain-Lain Pendapatan Yang Sah mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2013, salah satunya didorong oleh Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus yang cukup besar. Dari sisi belanja, sebagian besar komponen dari sisi belanja mengalami peningkatan.Peningkatan terbesar terjadi pada komponen belanja bagi hasil kepada Provinsi/kota/kabupaten/desa dan komponen belanja modal.

Anggaran pendapatan daerah 2014 secara nominal naik 12,47% (yoy) dibandingkan 2013. Pada triwulan I 2014

pendapatan Provinsi Sulbar dianggarkan sebesar Rp1,226 triliun, sedangkan pada triwulan I 2013 dianggarkan sebesar Rp1,090 triliun. Peningkatan anggaran pendapatan daerah pada 2014 tersebut didorong oleh peningkatan pada pos Pendapatan Asli Daerah yang antara lain didorong oleh komponen Pajak Daerah, pos Dana Perimbangan yang didorong oleh Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus, dan pos Lain-lain Pendapatan yang Sah. Komponen Pajak Daerah yang merupakan bagian dari pos pendapatan asli daerah mengalami peningkatan sebesar 45,9% meningkat ke angka Rp176,605 milyar dari sebelumnya Rp120,32 milyar.

Dana perimbangan pada anggaran triwulan I 2014 provinsi Sulawesi barat tercatat Rp849,33 milyar atau meningkat sebesar 10,33% dari sebelumnya Rp769,83 milyar pada triwulan I 2013. Meskipun terjadi penurunan pada pos Dana Bagi Hasil Pajak / bukan Pajak sebesar 39,62%, pos Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus mengalami peningkatan anggaran masing masing sebesar 13,23% dan 7,59% (yoy). Pos Lain-lain Pendapatan yang Sah mengalami peningkatan sebesar 3,20%, didorong oleh komponen Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus yang meningkat sebesar 3,36%.

Grafik 2.1. Proporsi Pendapatan APBD Grafik 2.2. Proporsi Belanja APBD

Anggaran belanja daerah2014, secara nominal naik 14,12% (yoy) dibandingkan 2013. Anggaran belanja daerah

mengalami peningkatan karena terdapat kenaikan pada komponen belanja langsung sebesar 13,9%. di dalam komponen tersebut, pos belanja barang dan jasa mengalami kenaikan sebesar 12,8%, dan belanja modal sebesar 39,4%. namun, pada komponen yang sama pos belanja pegawai ditiadakan dimana hal ini sesuai dengan kebijakan pemda Sulbar untuk menghapus honor pegawai. Peningkatan pada pos belanja barang dan jasa dan belanja modal menunjukkan bahwa pemerintah provinsi member perhatian pada pembangunan infrastruktur di wilayah Sulawesi Barat.

2.2. Perkembangan Realisasi Anggaran

2.2.1 Pendapatan

Persentase realisasi pendapatan pada triwulan I tahun 2014 sedikit lebih tinggi daripada realisasi pada triwulan I tahun 2013.Pada triwulan pertama 2014, realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Barat sebesar Rp354,95 miliar, atau

mencapai realisasi 28,95%. Kinerja realisasi pendapatan daerah Provinsi Sulbar tersebutmeningkat jika dibandingkan periode yang sama 2013, dimana realisasi pendapatan Provinsi Sulbar mencapaiRp301,49 miliar atau27,65% dari total pendapatan yang dianggarkan. Sebagian dari komponen pendapatan APBD, persentase realisasinya lebih tinggi daripada

Rp26,2M Rp47,5M Rp109,0M Rp154,0M Rp155,8M Rp161,486 Rp483,9M Rp456,8M Rp511,7M Rp663,0M Rp769,8M Rp849,335 Rp64,0M Rp82,2M Rp103,5M Rp134,9M Rp164,5M Rp215,353 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 2009 2010 2011 2012 2013 TW I 2014 PAD Dana Perimbangan Lain-lain Pendapatan yang Sah

Rp373,2M Rp421,8M Rp535,7M Rp820,5M Rp961,3M Rp1,028,048 Rp230,7M Rp186,8M Rp240,3M Rp148,5M Rp228,2M Rp277,192 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 2009 2010 2011 2012 2013 TW I 2014 Belanja Modal Belanja Operasional

(23)

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan I 2014

Akselerasi Sektor Tradable Menopang Perekonomian 17 tahun sebelumnya, kecuali retribusi daerah yang mengalami penurunan sebesar 49,62%, Dana bagi hasil pajak / bukan pajak sebesar 98,6%.

Tabel 2.1. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Triwulan I 2014

Keterangan: angka sementara (APBD Provinsi Sulawesi Barat Unaudited) Sumber: Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Sulbar

Realisasi persentase dana perimbangan (DAU dan DAK) masih belum optimal seperti yang telah dianggarkan.

Persentase realisasi subkomponen dana alokasi umum (DAU) yang sebesar Rp403,20 miliar (33,33%) dan dana alokasi khusus (DAK) yang masih belum ada realisasi, sesuai dengan anggaran yang disampaikan oleh pemerintah pusat. Komponen yang berada di bawah realisasi tahun sebelumnya adalah lain-lain PAD yang sah, yang mana sampai dengan triwulan I 2014 baru mencapai Rp0,11 miliar (0,82%), lebih rendah dibanding tahun sebelumnya (Rp215,63 miliar atau 22,07%). Sementara komponen yang realisasinya berada di atas realisasi tahun sebelumnya adalah komponen transfer pemerintah pusat lainnya yang mencapai Rp230,60 miliar (25,67%).

2.2.2 Belanja

Persentase realisasi belanja daerah tahun 2014 lebih tinggi dibanding pencapaian periode tahun 2013. Pada

Triwulan I tahun 2014, realisasi belanja daerah Provinsi Sulbarmencapai 13,00%, lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, dimana belanja daerah terealisasi sebesar 7,78%. Realisasi belanja daerah untuk belanja barang dan jasa berada pada angka 11,98% lebih tinggi dari triwulan I tahun 2013 (4,29%). Sementara itu belanja modal yang terkait dengan pembangunan infrastruktur daerah persentase realisasi sebesar 3,72%, lebih rendah dari tahun 2013 (0,36%).

7.12% 27.59% 41.84% 99.84% 8.24% 33.75% 43.83% 103.30% 7.92% 25.80% 48.04% 88.41% 7.78% 24.31% 45.63% 87.98% 13.00% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

(24)

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH

18 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan I 2014 Akselerasi Sektor Tersier Menopang Perekonomian

Grafik 2.3. Rasio Realisasi Belanja APBD Terhadap PDRB ADHB

Dibanding dengan Triwulan I tahun 2013, terjadi peningkatan realisasi komponen Belanja Modal dan Belanja Operasional pada Triwulan I tahun 2014 ini. Sebelumnya, pada tahun 2013 realisasi untuk masing masing komponen tersebut Rp0,72 miliar dan Rp88,29 milyar. Pada periode yang sama di tahun 2014 realisasi dari Belanja Modal dan Belanja Operasional masing masing sebesar Rp10,3 milyar dan Rp159,4 milyar.

(25)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan I 2014

Akselerasi Sektor Tersier Menopang Perekonomian 19

3. INFLASI DAERAH

Bab 3

Inflasi Daerah

Pada triwulan I 2014, inflasi Sulbar tercatat sebesar 6,24% (yoy), lebih tinggi dari triwulan IV 2013 (5,91%, yoy). Naiknya inflasi didorong oleh menguatnya tekanan inflasi kelompok makanan jadi, perumahan, kesehatan, serta kelompok transport.Secara umum, tekanan inflasi dimaksud didorong oleh kenaikan harga pada saat lelang gula, tren peningkatan harga emas internasional, melemahnya nilai tukar Rupiah, danekspektasi kenaikan biaya beban dan administrasi oleh PDAM. Sedangkan kenaikan harga yang khusus dipicu atas kebijakan pemerintah antara lain adanya, kenaikan harga LPG 12 kg, kenaikan harga tiket angkutan udara akibat pemberlakukan biaya surcharge dan airport tax. Di masa mendatang,TPID Sulbar di harapkan dapat lebih berperan aktif dalam pengendalian inflasi melalui program-program kerjanya antara lain melalui pemantauan, koordinasi dengan pihak

(26)

BAB 3 INFLASI DAERAH

20 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan I 2014 Akselerasi Sektor Tersier Menopang Perekonomian

3.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa

1

Pada triwulan I 2014, tekanan inflasi di Sulbar tercatat lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang disebabkan oleh kenaikan laju inflasi pada beberapa kelompok barang/jasa yang dikonsumsi masyarakat.Inflasi tercatat sebesar 6,24%

(yoy), meningkat dari inflasi pada triwulan IV-2013 sebesar 5,91% (yoy). Naiknya inflasi didorong oleh menguatnya tekanan inflasi kelompok makanan jadi, perumahan, kesehatan, serta kelompok transport (Tabel 3.1). Sementara itu, kelompok lainnya tercatat mengalami penurunan. Secara berurutan, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok kesehatan (14,49%, yoy), kelompok transport (11,81%, yoy), kelompok makanan jadi (9,31%, yoy), kelompok perumahan (5,82%, yoy), kelompok pendidikan (3,38%, yoy), kelompok sandang (2,79%, yoy), dan kelompok bahan makanan (1,09%, yoy).Meski demikian, inflasi tahunan Sulbar masih lebih rendah dari laju inflasi tahunan nasional yang pada triwulan I 2014 tercatat sebesar 7,32% (yoy) (Grafik 3.1).

Tabel 3.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa

Sumber: Badan Pusat Statistik

Mulai Januari 2014, metode perhitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) berubah. Aspek yang mengalami perubahan antara lain adalah jumlah kabupaten/kota yang disurvei, jumlah komoditas

dalam keranjang perhitungan inflasi, serta tahun dasar nilai konsumsi (NK) yang digunakan. Meski demikian, jumlah kabupaten/kota survei perhitungan inflasi di Sulbar masih tetap sama yaitu sebanyak 1 (satu) kota, yaitu Mamuju.

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 3.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Barat

3.1.1 Kelompok Bahan Makanan

Kelompok bahan makanan mengalami inflasi yang cukup rendah padatriwulan laporan sehinggamenahan percepatan laju inflasi. Kelompok Bahan Makanan mencatat inflasi 1,09% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 5,65

(yoy). Kelompok Bahan Makanan menyumbangkan penurunan inflasi terbeasr terhadap inflasi Sulbar secara keseluruhan. Menurunnya inflasi kelompok bahan makanan dipengaruhi oleh menurunnya permintaan pada saat awal tahun dan pasokan bahan makanan yang relatif aman atau berlimpah.

1

Terdapat 7 (tujuh) kelompok barang dan jasa dalam perhitungan inflasi

I II III IV I II III IV I II III IV I

Bahan Makanan 14.18 12.77 8.02 2.05 -0.31 -1.47 1.46 3.34 8.52 6.54 6.78 5.65 1.09 Makanan Jadi 1.71 3.47 5.43 6.61 6.09 6.57 5.38 4.40 3.27 4.31 5.06 5.98 9.31 Perumahan 5.41 6.28 7.01 9.30 7.75 6.74 5.56 3.06 2.53 2.88 4.72 5.03 5.82 Sandang 3.07 2.64 10.61 7.98 9.02 8.05 3.68 5.18 3.65 3.54 2.97 0.85 2.79 Kesehatan 3.44 4.18 4.39 3.35 4.33 4.22 4.45 2.45 1.52 1.28 4.99 7.00 14.49 Pendidikan 6.35 7.22 10.97 4.12 3.34 2.46 5.06 6.21 6.88 7.01 4.17 4.25 3.38 Transpor -0.03 0.20 -0.30 1.16 0.90 0.92 0.67 0.88 0.45 2.89 8.73 10.06 11.81 UMUM/TOTAL 5.92 6.18 6.05 4.91 3.81 3.24 3.70 3.28 4.19 4.30 5.86 5.91 6.24 KETERANGAN 2011 2012 2013 2014 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

%, yoy y.o.y - Nasional y.o.y - Sulbar q.t.q - Sulbar

6.24 7.32

(27)

BAB 3 INFLASI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan I 2014

Akselerasi Sektor Tradable Menopang Perekonomian 21 Deflasi yang cukup besar tercatat pada sub kelompok bumbu-bumbuan yang mengalami deflasi lebih dalam dari 1,54% (yoy) menjadi deflasi sebesar 30,81% (yoy).

Tabel 3.2. Inflasi Kelompok Bahan Makanan

Sumber: BPS

Grafik 3.2. Inflasi Kelompok Bahan Makanan

3.1.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau

Kelompok Makanan Jadi – Minuman – Rokok -Tembakau tercatat mengalami inflasi sebesar 9,31% (yoy). Laju inflasi

tahunan tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,98% (yoy). Peningkatan inflasi tercatat pada sub kelompok makanan jadi dan sub-kelompok minuman tidak beralkohol, dimana kenaikan terbesar terjadi pada sub kelompok minuman tidak beralkohol, yaitu dari deflasi 0,33% (yoy) menjadi sebesar 4,69% (yoy). Sub kelompok minuman tidak beralkohol terjadi inflasi, sebagai akibat kenaikan harga lelang gula sehingga harga gula ditingkat eceran ikut naik pada periode laporan.

Tabel 3.3. Inflasi Kelompok Makanan Jadi

Sumber: BPS

Grafik 3.3. Inflasi Kelompok Makanan Jadi

3.1.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar

Kelompok Perumahan – Air – Listrik - Gas-Bahan Bakar pada triwulan I-2014 mencatat inflasi sebesar 5,82% (yoy), sedikit

diatas periode sebelumnya 5,03% (yoy). Inflasi kelompok perumahan pada triwulan laporan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, terutama karena adanya tekanan inflasi pada sub kelompok bahan bakar, penerangan, dan air. Meningkatnya inflasi pada sub kelompok bahan bakar sebagai akibat dari ekspektasi kenaikan biaya beban dan administrasi oleh PDAM per April 2014, sedangkan ekspektasi kenaikan listrik yang baru akan naik per Juli 2014, juga berpengaruh terhadap inflasi kelompok dimaksud.

IV-2013 I-2014

Padi-padian 4.49 4.74

Daging & Hasilnya -3.31 -4.89

Ikan Segar 12.21 11.08

Ikan Diawetkan 2.14 7.03

Telur, Susu & Hslnya 8.68 5.56

Sayur-sayuran 5.28 2.81

Kacang-kacangan 15.22 9.92

Buah-buahan 13.37 5.88

Bumbu-bumbuan -1.54 -30.81

Lemak & Minyak -8.79 -3.95

Bahan Makan Lainnya 0.18 1.65

Inflasi Kelompok 5.65 1.09

SUB KELOMPOK y.o.y (%)

3.45 5.637.61 12.56 14.18 12.77 8.02 2.05 -0.31-1.471.46 3.34 8.52 6.53 6.78 5.65 1.09 -4 -20 2 4 6 8 10 12 14 16

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012 2013 2014

% Inflasi yoy

IV-2013 I-2014

Makanan Jadi 5.06 9.59

Minuman Tdk Beralkohol -0.33 4.69 Tembakau & Min. Beralkohol 11.01 12.54

Inflasi Kelompok 5.98 9.31

SUB KELOMPOK y.o.y (%)

6.08 4.46 3.05 2.53 1.71 3.47 5.43 6.61 6.096.575.75 4.40 3.27 4.305.06 5.98 9.31 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2010 2011 2012 2013 2014

(28)

BAB 3 INFLASI DAERAH

22 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan I 2014 Akselerasi Sektor Tersier Menopang Perekonomian

Tabel 3.4. Inflasi Kelompok Perumahan

Sumber: BPS

Grafik 3.4. Inflasi Kelompok Perumahan

3.1.4 Kelompok Sandang

Kelompok Sandang pada periode laporan mencatat inflasi sebesar 2,97% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 0,85% (yoy). Meningkatnya laju inflasi kelompok ini terutama disebabkan oleh peningkatan inflasi sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya. Inflasi tersebut, terutama dipengaruhi oleh faktor tren peningkatan harga emas internasional.

Tabel 3.5. Inflasi Kelompok Sandang

Sumber: BPS

Grafik 3.5. Inflasi Kelompok Sandang

3.1.5 Kelompok Kesehatan

Kelompok Kesehatan pada triwulan laporan mencatat peningkatan inflasi tahunan dari sebesar 7,00% (yoy) menjadi

14,49% (yoy) pada triwulan laporan. Naiknya laju inflasi kelompok ini secara signifikan terutama karena kenaikan inflasi sub kelompok jasa kesehatan dan sub kelompok jasa perawatan jasmani.

Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap US dollar, berdampak pada produksi obat di dalam negeri karena masih sangat

tergantung dengan bahan baku dari luar negeri. Kenaikan harga obat ini membuat Rumah Sakit (RS) menaikan tarif jasa layanannya, yang kemudian diperhitungkan kedalam biaya operasional RS.

IV-2013 I-2014

Biaya Tempat Tinggal 6.19 4.92 Bhn Bkr, Penerangan & Air 2.38 9.02 Perlengkapan Rumah Tangga 4.95 6.49

Penyelenggaraan RT 3.54 4.10

Inflasi Kelompok 5.03 5.82

SUB KELOMPOK y.o.y (%)

2.01 2.202.54 3.10 5.41 6.28 7.01 9.30 7.75 6.74 5.46 3.06 2.532.88 4.725.03 5.82 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012 2013 2014 % Inflasi yoy IV-2013 I-2014 Sandang Laki-laki 2.37 2.15 Sandang Wanita 3.06 3.81 Sandang Anak-anak 0.63 2.70

Brg Pribadi & Sandang Lainnya -2.41 2.28

Inflasi Kelompok 0.85 2.79

SUB KELOMPOK

y.o.y (%)

3.19 6.62 3.98 3.413.072.64 10.61 7.98 9.02 8.05 6.78 5.18 3.653.54 2.97 0.85 2.79 0 2 4 6 8 10 12 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2010 2011 2012 2013 2014 Inflasi yoy

(29)

BAB 3 INFLASI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan I 2014

Akselerasi Sektor Tradable Menopang Perekonomian 23

Tabel 3.6. Inflasi Kelompok Kesehatan

Sumber: BPS

Grafik 3.6. Inflasi Kelompok Kesehatan

3.1.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga

Kelompok Pendidikan – Rekreasi - Olahraga mengalami sedikit penurunan laju inflasi dibandingkan triwulan IV-2014,

yaitu dari 4,25% (yoy) menjadi 3,38% (yoy). Penurunan terutama pada sub jasa pendidikan dan sub perlengkapan/peralatan pendidikan. Hal ini disebabkan oleh masih belum optimalnya permintaan akan perlengkapan/peralatan pendidikan, seperti tas, seragam sekolah, dan alat-alat tulis sehubungan dengan belum memasuknya periode tahun ajaran baru. Penurunan tersebut merupakan pengaruh dari hilangnya dampak kenaikan tarif pendidikan pada 2013.

Tabel 3.7. Inflasi Kelompok Pendidikan

Sumber: BPS

Grafik 3.7. Inflasi Kelompok Pendidikan

3.1.7 Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan tercatat mengalami inflasi sebesar 11,81% (yoy), meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 10,06% (yoy). Inflasi kelompok tersebut didorong terutama oleh inflasi sub kelompok transpor dan sarana-penunjang transpor. Hal ini disebabkan oleh naiknya tarif angkutan udara pasca diberlakukannya tambahan biaya (surcharge) akibat kenaikan harga avtur dan menguatnya dollar Amerika. Tarif angkutan udara yang diberlakukan sejak awal Maret 2014 tersebut belum termasuk pajak. Tekanan harga juga didorong oleh kenaikan airport tax per 1 April, yang antara lain juga dibelakukan di Bandara Sultan Hasanuddin, salah satu dari lima bandara yang meningkatkan tarifnya.

IV-2013 I-2014

Jasa Kesehatan 12.79 31.06

Obat-obatan 6.78 7.21

Jasa Perawatan Jasmani 1.15 17.45

Perawatan Jasmani & Kosmetika 5.88 6.20

Inflasi Kelompok 7.00 14.49 y.o.y (%) SUB KELOMPOK 3.10 2.61 1.41 4.91 3.44 4.18 3.75 3.35 4.33 4.22 3.67 2.45 1.52 1.28 4.99 7.00 14.49 0 2 4 6 8 10 12 14 16 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2010 2011 2012 2013 2014 % Inflasi yoy IV-2013 I-2014 Jasa Pendidikan 6.91 4.27 Kursus-kursus/Pelatihan 0.84 2.46 Perlengkapan/Peralatan Pendd 3.39 1.99 Rekreasi 2.35 2.59 Olahraga 1.18 4.47 Inflasi Kelompok 4.25 3.38

SUB KELOMPOK y.o.y (%)

2.47 1.69 -0.91 4.36 6.357.22 5.78 4.12 3.34 2.463.21 6.88 7.01 4.17 4.25 3.38 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2010 2011 2012 2013 2014 % Inflasi yoy 6.21

(30)

BAB 3 INFLASI DAERAH

24 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan I 2014 Akselerasi Sektor Tersier Menopang Perekonomian

Tabel 3.8. Inflasi Kelompok Transpor

Sumber: BPS

Grafik 3.8. Inflasi Kelompok Transpor

3.2. Disagregasi Inflasi

2

Bila dilihat dari disagregasinya berdasarkan kelompoknya, peningkatan inflasi pada triwulan I-2014 didorong oleh komponen inflasi inti dan administered.Pada triwulan I-2014 kelompok inflasi core meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya, terutama terjadi pada kelompok sandangakibat tingginya harga emas internasional. Selain itu, kelompok kesehatan juga meningkat sangat signifikan akibat melemahnya Rupiah terhadap USD sehingga harga obat-obatan cenderung meningkat. Kemudian, inflasi administered meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya,yang terjadi pada kelompok transport, hal ini disebabkan oleh diberlakukannya tambahan biaya (surcharge) akibat kenaikan biaya avtur. Selain itu, kenaikan aiport tax di Bandara Sultan Hasanuddin juga meningkatkan harga tiket pesawat ke Mamuju.

2

Analisis disagregasi membagi inflasi menjadi inflasi inti (core inflation) dan inflasi noninti (volatile food dan administered price). Hal ini dilakukan untuk menghasilkan indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental.

IV-2013 I-2014

Transpor 13.26 16.08

Komunikasi & Pengiriman 2.06 1.78 Sarana & Penunjang Transpor 2.77 4.57

Jasa Keuangan 0.42 0.00

Inflasi Kelompok 10.06 11.81

SUB KELOMPOK y.o.y (%)

0.65 1.04 1.48 1.16 0.90 0.92 0.52 0.88 0.45 2.89 8.73 10.06 11.81 0 2 4 6 8 10 12 14 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 % inflasi yoy

(31)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan I 2014

Akselerasi Sektor Tersier Menopang Perekonomian 25

4. SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Bab 4

Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

Kinerja perbankan di Sulbar pada triwulan I 2014, dari indikator utama yaitu aset, dana pihak ketiga (DPK), dan kredit/pembiayaan yang disalurkan, memperlihatkan pertumbuhan yang lebih rendah dari triwulan IV 2013. Perlambatan pertumbuhan aset bank umum terjadi pada bank pemerintah maupun bank swasta. Sementara itu, kegiatan intermediasi meningkat pada triwulan I 2014 dengan LDR yang tercatat sebesar 142,17% seiring lebih dalamnya perlambatan yang dialami oleh penghimpunan DPK dibandingkan penyaluran kredit. Perlambatan pertumbuhan kredit didorong oleh melambatnya pertumbuhan kredit sektor utama.Kinerja kredit UMKM dan korporasi juga tercatat mengalami perlambatan. Meski demikian, risiko kredit perbankan masih terjaga pada level yang aman dengan angka Non Performing Loans (NPLs) yang secara total berada di bawah 5%. Adapun perlambatan kinerja perbankan mempengaruhi kinerja sistem pembayaran di Sulbar.Sesuai pola historisnya, perkembangan transasksi nontunai (RTGS) belum optimal di awal tahun karena kegiatan transaksi yang lebih sedikit dibandingkan triwulan lalu.

(32)

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

26 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan I 2014 Akselerasi Sektor Tersier Menopang Perekonomian

4.1. Kondisi Umum Perbankan

3

4.1.1 Perkembangan Kelembagaan

Dari sisi kelembagaan, pada triwulan I 2014, jumlah bank umum di Sulbar relatif tidak berubah dari triwulan sebelumnya yaitu sebanyak 14 bank. Dari jumlah tersebut, 12 diantaranya merupakan bank konvensional sedangkan

sisanya merupakan bank syariah. Kemudian, jumlah BPR juga tercatat masih tetap sama seperti periode sebelumnya yaitu sebanyak 3 (tiga) BPR. Sementara itu, jumlah jaringan kantor bank di Sulbar hingga periode laporan tercatat sebanyak 81 kantor (Tabel 4.1).

Tabel 4.1. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum dan BPR

4.1.2 Aset Perbankan

Total aset bank umum Sulbar pada triwulan I 2014 tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset

perbankan tercatat tumbuh sebesar 14,44% (yoy) atau menjadi Rp4,42 triliun, lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2013 yang tumbuh sebesar 15,79% (yoy) (Tabel 4.2). Melambatnya pertumbuhan aset perbankan didorong oleh perlambatan pertumbuhan aset bank pemerintah serta bank swasta nasional. Aset bank pemerintah tercatat tumbuh 12,98% (yoy) menjadi Rp3,92 triliun setelah sebelumnya tumbuh sebesar 13,74% (yoy). Aset bank swasta juga tumbuh melambat dari 34,43% (yoy) pada triwulan IV 2013 menjadi 27,40% (yoy) dengan total kredit sebesar Rp0,50 triliun.

Tabel 4.2. Aset Bank Umum Menurut Kelompok Bank

4.1.3 Intermediasi Perbankan

Baik penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) maupun kredit mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan I 2014. Jenis simpanan tabungan menjadi salah satu penyebab perlambatan kinerja DPK dengan angka pertumbuhan

tercatat sebesar 13,22% (yoy) di triwulan I 2014 setelah sebelumnya tercatat sebesar 16,16% (yoy). Jenis simpanan berupa deposito tercatat mengalami kontraksi sebesar -2,21% (yoy) setelah pada triwulan IV 2013 mampu tumbuh sebesar 12,08% (yoy). Di sisi lain, simpanan jenis giro mengalami akselerasi perlambatan di tengah perlambatan simpanan jenis yang lain. Giro tumbuh sebesar 3,50% (yoy) pada triwulan I 2014 setelah tumbuh tipis sebesar 1,27% (yoy) pada triwulan sebelumnya (Tabel 4.3). Selanjutnya, DPK secara total tumbuh melambat sebesar 9,10% (yoy) menjadi Rp2,79 triliun setelah mencatat pertumbuhan sebesar 13,07% (yoy).

3

Dimulai dengan publikasi pada triwulan I 2014, asesmen perkembangan indikator perbankan menggunakan data lokasi bank untuk kr edit yang disalurkan serta menggunakan data lokasi bank pelapor untuk DPK yang dihimpun

2014 I II III IV I II III IV I

Bank Umum (Konv. + Syariah) 12 12 12 12 13 13 13 14 14

Konvensional 10 10 10 10 11 11 11 12 12

Syariah 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Jumlah Kantor* 70 74 74 75 76 76 76 81 81

BPR 3 3 3 3 3 3 3 3 3

*) Termasuk Kanwil, KP, KC, KCP, BRI Unit, KK, KF

RINCIAN 2012 2013

2014 2014

I II III IV I I II III IV I

Total Aset 24.94 21.27 24.07 15.79 14.44 3,860 4,122 4,440 4,291 4,417

Bank Pemerintah 24.97 21.27 23.11 13.74 12.98 3,471 3,704 3,980 3,796 3,922 Bank Swasta Nasional 24.62 21.28 33.05 34.43 27.40 389 418 460 495 495

Aset Menurut Kelompok Bank

Nominal (Rp Miliar)

2013 2013

Gambar

Grafik 1.7. Sumbangan Pertumbuhan Menurut Sektor Ekonomi
Grafik 1.11. Kredit Sektor LGA  Grafik 1.12. Realisasi Pengadaan Semen
Grafik 1.13. Rata-rata Tamu Per Kamar Hotel & Akomodasi Lainnya
Grafik 1.16. Kredit Jasa Dunia Usaha  Grafik 1.17. Kredit Jasa Sosial Masyarakat -200-1000100200300400500600700800020406080100120
+7

Referensi

Dokumen terkait

Merendah di sisi belakang kemudian meninggi dengan kenaikan sudut yang !ukup tajam pada area (asade menjadi sebuah ungkapan kehati#hatian untuk menunjukkan eksistensinya

Siklus manajemen SDM/penggajian adalah rangkaian aktivitas bisnis berulang dan Siklus manajemen SDM/penggajian adalah rangkaian aktivitas bisnis berulang

Nefron memiliki enam segmen yaitu kapsula glomerulus yang merupakan ujung buntu yang meluas pada nefron, tubuli konvoluti, tubuli rekti proksimalis, segmen tipis,

Penelitian ekstraksi bertingkat petroleum eter-kloroform-metanol dari daun, kulit akar, akar, kulit batang dan batang Fagraea racemosa terhadap pereaksi radikal

Peraturan Daerah Kabupaten Murung Raya yang selanjutnya disingkat Perda adalah Peraturan Daerah ditetapkan bersama oleh Bupati Murung Raya, Dewan Perwakilan Rakyat

Alokasi Terhadap HMETD Yang Tidak Dilaksanakan Apabila Saham baru yang ditawarkan dalam Penawaran Umum Terbatas III ini tidak seluruhnya diambil oleh Pemegang Saham Perseroan,

Kolom 3, Beban Rencana per Roda diperoleh dari beban sumbu (kolom 2) dikalikan dengan faktor keamanan beban dibagi dengan jumlah roda.. Kolom 4, Repetisi yang Terjadi diperoleh

Mengingat betapa pentingnya kegunaan dari pakan alami khususnya untuk budidaya ikan pada stadium benih / larva, maka pada saat praktikum, praktikan diharapkan dapat lebih memahami