IV-1
BAB IV
PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS
4.1. Menghitung Tebal Perkerasan Lentur 4.1.1. Data Parameter Perencanaan :
Jenis Perkerasan : Perkerasan Lentur
Tebal perkerasan : untuk 2 lajur dan 2 arah
Masa Konstruksi (n1) : 1 tahun
Umur rencana (n2) : 20 tahun
Lebar jalan : 5 meter
Angka pertumbuhan lalu lintas (i) : 3,1 % (diperoleh dari BPS Prov Banten)
Jalan yang direncanakan adakah jalan kelas III (jalan kolektor) Curah hujan rata – rata diperkirakan 2500 – 3000 mm/tahun Lalu lintas harian rata-rata pada tahun 2013 :
o Kendaraan ringan (Sedan, Jeep, Pickup & mini bus): 6624 unit/hari
o Bus Sedang : 94 unit/hari
o Bus Besar : 20 unit/hari
o Kendaraan berat menengah (truk 2 as) : 268 unit/hari o Kendaraan besar (truk 3 as & trailer) : 96 unit/hari Kemudian dari data lalu-lintas harian tersebut dikembangkan untuk dapat digunakan dalam perhitungan saat ini tahun 2014, pertumbuhan lalu lintas tersebut dapat dihitung dengan rumus berikut :
IV-2 Contoh perhitungan jenis kendaraan mobil bus sedang:
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐴𝐴 = (𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝑠𝑠 𝑋𝑋 (1 + 𝑖𝑖)𝑛𝑛)
= (94x (1+0,031)20) = 174
Perhitungan selanjutnya dapat di lihat di tabel berikut : Tabel 4.1. Nilai LHRS, LHRA
No. Jenis Kendaraan 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝑠𝑠
(Kendaraan) 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐴𝐴 = (𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝑠𝑠× (1 + 𝑖𝑖)𝑛𝑛) (Kendaraan) 1 Kendaraan ringan 6624 12.199 2 Bus Sedang 94 174 3 Bus Besar 20 37 4 Truk 2 as 268 494 5 Truk 3 as 96 177
LHRS = Lalu lintas harian rata – rata setiap jenis kendaraan.
LHRA = Lalu lintas harian rata – rata akhir.
n= deviasi tahun yang diperhitungkan ( 20 tahun)
Tabel 4.2. Angka Ekivalen pada masing-masing jenis kendaraan
No. Jenis Kendaraan
Beban Sumbu (Ton)
Angka Ekivalen (E)
1 Kendaraan ringan 2 (1+1) 0,0002 + 0,0002 = 0,0004
2 Bus Sedang 6 (2 +4) 0,0036 + 0,0577 = 0,0613
3 Bus Besar 8 (3+5) 0,0183 + 0,0121 = 0,0304
4 Truk 2 as 12 (5+7) 0,1410 + 0,0466 = 0,1876
IV-3 Contoh perhitungan nilai LEP, LEA, LET, dan LER:
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 = �∑𝑛𝑛𝑗𝑗 −1𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝑠𝑠𝐶𝐶𝑗𝑗 × 𝐿𝐿𝑗𝑗� = (6624 x 0,50 x 0,0004) = 1,32 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐴𝐴 = �∑𝑛𝑛𝑗𝑗 −1𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐴𝐴𝐶𝐶𝑗𝑗 × 𝐿𝐿𝑗𝑗� = (12.199 x 0,50 x 0,0004) = 2,44 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 = �12× (∑ 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 + ∑ 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐴𝐴)� = �12× (79,45 + 146,49)� = 112,97 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 = �𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 ×𝑈𝑈𝐿𝐿 10� = (112,97 x 20 10 ) = 225,94
IV-4 Perhitungan berikutnya dapat dilihat pada tabel 4.5
Tabel 4.3. Nilai LEP, LEA, LET, LER
No Jenis Kendaraan LEP �� 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝛲𝛲 𝑥𝑥𝐶𝐶𝑗𝑗× 𝐿𝐿𝑗𝑗 𝑛𝑛 𝑗𝑗−1 � LEA �� 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐴𝐴𝑥𝑥𝐶𝐶𝑗𝑗× 𝐿𝐿𝑗𝑗 𝑛𝑛 𝑗𝑗 −1 � LET �12 × �� 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 + � 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐴𝐴�� LER �𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 ×𝑈𝑈𝐿𝐿10 � 1 Kend. ringan 1,32 2,44 112,97 225,94 2 Bus Sedang 2,88 5,33 3 Bus Besar 0,30 0,56 4 Truk 2 as 25,14 46,34 5 Truk 3 as 49,80 91,82 Jumlah 79,45 146,49
Ket : Cj (Kendaraan Sedang) = 0,50 Ej = Angka Ekivalen
LEP = Lintas Ekivalen Permulaan LEA = Lintas Ekivalen Akhir LET = Lintas Ekivalen Tengah LER = Lintas Ekivalen Rencana
IV-5 4.1.2. Perhitungan ITP (Indeks Tebal Perkerasan)
Gambar 4.1. Korelasi DDT dan CBR
1. Berdasarkan Gambar diatas nilai CBR 10,5 diperoleh nilai DDT 6 2. Jalan Raya Kelas III, Klasifikasi jalan Kolektor.
IV-6 - % Kendaraan berat = 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽 ℎ 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑛𝑛𝑘𝑘𝐽𝐽𝑘𝑘𝐽𝐽𝐽𝐽𝑛𝑛 𝑏𝑏𝑘𝑘𝑘𝑘𝐽𝐽𝑏𝑏 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝑠𝑠 × 100% = 882 13081 × 100% = 6,74% - Kelandaian = 𝐿𝐿𝐽𝐽𝑘𝑘𝐸𝐸𝐽𝐽𝑠𝑠𝑖𝑖 𝑏𝑏𝑖𝑖𝑏𝑏𝑖𝑖𝑘𝑘 𝐵𝐵−𝐿𝐿𝐽𝐽𝑘𝑘𝐸𝐸𝐽𝐽𝑠𝑠𝑖𝑖 𝑏𝑏𝑖𝑖𝑏𝑏𝑖𝑖𝑘𝑘 𝐴𝐴 𝐽𝐽𝐽𝐽𝑘𝑘𝐽𝐽𝑘𝑘 𝐴𝐴−𝐵𝐵 × 100% = 1650−1350 4593 × 100% = 6,53% < 10%
Curah hujan berkisar 2500 – 3000 mm/tahun Sehingga dikategorikan > 900 mm. Termasuk pada iklim II Dengan mencocokkan hasil
perhitungan % kendaraan berat dan kelandaian pada tabel didapat FR = 2.0
4.1.3. Penentuan Indeks Permukaan ( IP ) 1. Indeks Permukaan Awal ( IPo )
Direncanakan Lapisan Permukaan LASTON MS 744 dengan Roughness >1000 mm/km dengan IPo = 3,9- 3,5
2. Indeks Permukaan Akhir ( IPt ) a. Jalan Kolektor
b. LER = 225,94 (Berdasarkan hasil perhitungan)
Dari tabel indeks permukaan pada akhir umur rencana diperoleh IPt = 2,0 (bila LER 100 - 1000)
IV-7 4.1.4. Mencari harga Indeks tebal pekerasan ( ITP )
LER= 225,94 IPt = 2,0 DDT= 6 FR = 2,0
Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa
Komponen SKBI 2.3.26. 1987
IV-8 Dengan melihat Nomogram 4 diperoleh nilai ITP = 8,5 dan ITP = 9,5
Direncanakan susunan lapisan perkerasan sebagai berikut :
1. Lapisan Permukaan ( Surface Course ), Dengan ITP 9,5 didapat : a1 = 0,40 ( LASTON MS 744 )
a2 = 0,14 ( Batu Pecah Kelas A CBR 100 % ) dengan tebal minimum 20 cm a3 = 0,13 ( Sirtu / Pitrun Kelas A CBR 70% ) dengan tebal minimum 10 cm ITP = (a1 x D1) + (a2 x D2) + (a3 x D3) 9,5 = (0,40 x D1) + (0,14 x 20) + ( 0,13 x 10) 9,5 = 4,1 + 0,40 D1 D1 = (9,5 – 4,1) : 0,40 D1 = 13,5 cm ~ 14 cm Dimana :
a1, a2, a3 : Koefisien relatife bahan perkerasan ( SKBI 2.3.26 1987 ) D1, D2, D3 : Tebal masing – masing lapis permukaan
4.2. Penyajian Gambar Hasil Analisis Perhitunagan Perkerasan Lentur
IV-9 4.3. Menghitung Tebal Perkerasan Kaku
4.3.1. Data parameter perencanaan :
Kuat tarik lentur (fcf) : 4 Mpa (f’c = 350 kg/cm2).
Mutu baja tulangan : BJTU 32 (fy : tegangan leleh = 200kg/cm2)
BJTP 24 (fy : tegangan leleh = 2400 kg/cm2) untuk BBTT
Bahu jalan : Tidak.
Ruji (dowel) : Ya
Jalur lalu lintas : Perkerasan kaku. Lalu lintas harian rata – rata pada tahun 2013.
o Kendaraan ringan (Sedan, Jeep, Pickup & mini bus) : 6624 unit/hari
o Bus Sedang : 94 unit/hari
o Bus Besar : 20 unit/hari
o Kendaraan berat menengah (truk 2 as) : 268 unit/hari o Kendaraan besar (truk 3 as & trailer) : 96 unit/hari o Pertumbuhan lalu lintas (i) : 3,1 %
(Diperoleh dari BPS Provinsi Banten)
o Umur Rencana : 20 Tahun
Kemudian dari data lalu-lintas harian tersebut dikembangkan untuk dapat digunakan dalam perhitungan saat ini tahun 2014, pertumbuhan lalu lintas tersebut dapat dihitung dengan rumus berikut :
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 2014 = ∑𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 2013(1 + 𝑖𝑖)𝑛𝑛
i = pertumbuhan lalu-lintas
IV-10 n= 2014 -2013 = 1
Maka LHR untuk 2014 dapat dihitung seperti contoh : o Kendaraan ringan (Sedan, Jeep, Pickup & mini bus)
= 6.624 (1+0.031)1 = 6.823 unit/hari Analog dengan perhitungan tersebut didapat :
Tabel 4.4. LHR untuk tahun 2014
Jenis Kendaraan Tahun 2013 Tahun 2014
LV= kendaraan ringan : sedan, jeep, pickup & mini bus
6624 6823
Bus Sedang 94 97
Bus Besar 20 21
MHV ( truk 2 as ) 268 277
LT= Truk Besar ( truk kombinasi, truk 3 as & trailer )
96 99
TOTAL 7102 7317
Selanjutnya direncanakan perkerasan beton semen untuk jalan 2 lajur 2 arah, lebar jalan 5 m. Jalan yang direncanakan adalah perkerasan beton tanpa tulangan.
4.3.2. Analisis Lalu Lintas a. Perhitungan Beban sumbu
Volume lalu lintas sebagai faktor utama yang akan menentukan tebal perkerasan. Untuk itu perlu diketahui konfigurasi dan beban as setiap jenis kendaraan. Untuk perhitungan tebal perkerasan kaku volume lalu lintas yang diperhitungkan hanya kendaraan niaga/kendaraan berat. Sedangkan kendaraan ringan (LV) diabaikan. Lebih jelas tahap perhitungan beban sumbu seperti tahapan berikut ini dan hasil keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 4.2 :
IV-11 1. Kolom 2, menentukan konfigurasi beban sumbu berdasarkan jenis
kendaraan.
2. Kolom 3, jumlah kendaraan diambil dari data lalu lintas harian tahun 2013
3. Kolom 4, jumlah sumbu per kendaraan
4. Kolom 5, jumlah sumbu didapat dari jumlah kendaraan (kolom 3) dikalikan dengan jumlah sumbu per kendaraan (kolom 4). Contoh : Jumlah sumbu kendaraan Bus Besar :
= Jml. Kend. x Jml. Sumbu per kend. = 21 x 2 = 42 bh
5. Kolom 6 sd kolom 11, menentukan STRT, STRG, STdRG masing-masing jenis kendaraan. Contoh :
Truk 2 as mempunyai STRT dengan beban sumbu 5 ton dan jumlah sumbu 277 buah. Mempunyai STRG dengan beban sumbu 7 ton dan jumlah sumbu 277 buah.
6. Menentukan jumlah total STRT, STRG, dan STdRG masing-masing jenis kendaraan. Contoh :
Jumlah total STRT didapat dari hasil penjumlahan sumbu masing-masing jenis kendaraan.
IV-12 Tabel 4.5. Perhitungan jumlah sumbu berdasarkan jenis dan bebannya.
Jenis Jml. Jml. S mbu Jml. STRT STRG STdRG Kendaraan Kend Per Kend. Sumbu BS JS BS JS BS JS
RD RB RGD RGB (bh) (bh) (bh) (ton) (bh) (ton) (bh) (ton) (bh) (1) (3) (4) (5)=3x4 (6) (7) (8) (9) (10) (11) LV 1 1 6823 0 0 Bus Sedang 2 97 4 97 Bus Besar 3 5 21 2 42 3 21 5 21 MHV (2 as) 5 7 277 2 554 5 277 7 277 LT ( 3 as ) 6 14 99 2 198 6 99 7 99 988 591 298 99
Konfigurasi beban sumbu
2 4 97 2 194
(2) ( ton )
Ket:RD = roda depan, RB = roda belakang, RGD = roda gandeng depan, RGB = roda gandeng
belakang, BS = beban sumbu, JS = jumlah sumbu, STRT = sumbu tunggal roda tunggal, STRG = sumbu tunggal roda ganda, STdRG = sumbu tandem roda ganda.
b. Perhitungan JSKN Rencana
Jumlah sumbu kendaraan niaga (JSKN) selama umur rencana (20 tahun).
JSKN = 365 x JSKNH x R x C
R dapat dicari dengan rumus dibawah ini :
R = (1 + i) UR – 1
i
R =
C dapat dilihat pada tabel 2.2 dengan perencanaan lebar jalan 5 m dan 2 arah.
(1 + 0.031)20 – 1
0.031
IV-13 Jadi, JSKN rencana = 365 x JSKNH x R x C
= 365 x 988 x 27,15 x 0.5 = 4,89 x 106
4.3.3. Perhitungan repetisi yang terjadi Tahap Perhitungan Tabel 4.3 :
1. Kolom 1, merupakan pengelompokan jenis kendaraan STRT, STRG, dan STdRG.
2. Kolom 2, beban sumbu masing-masing jenis kendaraan.
3. Kolom 3, penjumlahan sumbu yang memiliki beban sama, didapat dari table 4.5 kolom 6 dan kolom 7.
4. Kolom 4, Proporsi beban didapat dari jumlah sumbu masing-masing beban sumbu dibagi dengan total jumlah sumbu. Contoh : Proporsi beban STRT = 99 : 591
= 0,168
5. Kolom 5, Proporsi sumbu didapat dari jumlah total sumbu masing-masing jenis sumbu dibagi dengan Jumlah Kumulatif jenis sumbu.
Contoh :
Proporsi sumbu STRT = 591 : 988 = 0,598
6. Kolom 6, Lalu lintas rencana didapat dari hasil perhitungan Jumlah sumbu kendaraan niaga (JSKN)
IV-14 7. Kolom 7, Repetisi yang terjadi diperoleh dari Proporsi Beban x
Proporsi Sumbu x Lalu-lintas Rencana. Contoh :
Repetisi yang terjadi untuk STRT = 0.168 x 0,598 x 4,89 x 106 = 0,5 x 106 kendaraan Tabel 4.6. Perhitungan repetisi sumbu rencana
Jenis Beban Jumlah Proporsi Proporsi Lalau-lintas Repetisi Sumbu Sumbu (ton) Sumbu Beban Sumbu Rencana yg terjadi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)=4x5x6 6 99 0,168 0,598 4.89 x 106 0.48 x 106 5 277 0,469 0,598 4.89 x 106 1.37 x 106 4 97 0,164 0,598 4.89 x 106 0.48 x 106 3 21 0,036 0,598 4.89 x 106 0.11 x 106 2 97 0,164 0,598 4.89 x 106 0.48 x 106 591 1,000 7 277 0,930 0,300 4.89 x 106 1.36 x 106 5 21 0,070 0,300 4.89 x 106 0.11 x 106 298 1,000 STdRG 14 99 1,000 0,100 4.89 x 106 0.48 x 106 Total 99 1,000 Komulaif 988 4.89 x 106 STRT STRG
4.3.4. Perhitungan tebal pelat beton
o Jenis perkerasan : BBTT dengan ruji
o Umur rencana : 20 Tahun
o JSKN : 4,89 x 106
o Faktor keamanan beban : 1.0
Untuk faktor keamanan beban didapat dari tabel 2.4 atau dalam table berikut ini dengan mempertimbangkan prosentase kendaraan niaga.
IV-15
No Penggunaan Nilai
Fkb 1 Jalan bebas hambatan utama (major freeway) dan jalan
berlajur banyak yang aliran dan lalu lintasnya tidak terhambat serta volume kendaraan niaga yang tinggi
Bila menggunakan data lalu lintas dari hasil survey beban (weight-in-motion) dan adanya kemungkinan route alternative, maka nilai factor keamanan beban dapat dikurangi menjadi 1,15.
1,2
2 Jalan bebas hambatan (freeway) mdan jalan arteri dengan volume kendaraan ringan menengah.
1,1
3 Jalan dengan volume kendaraan ringan rendah. 1,0
Jumlah kendaraan total seperti ditunjukkan Tabel 4.4 = 7317 unit Kendaraan niaga = (97 + 21 + 277 + 99) / 7317 x 100 %
= 6,75 %
Sebagai batasan klasifikasi adalah volume kendaraan niaga rendah jika < 15%. Dan volume kendaraan niaga menengah jika 15% ≤ x ≤ 50%. Dengan demikian untuk jalan yang direncanakan termasuk jalan dengan volume kendaraan niaga ringan rendah atau FKB =1,0
• Kuat tarik lentur beton : 4 Mpa (f’c = 350 kg/cm2) • Jenis dan tebal lapis pondasi : Bahan pengikat 125mm • Tebal pelat beton : 180 (taksiran)
• CBR tanah dasar :12 %
IV-16 Selanjutnya analisa fatik dan erosi dihitung dengan tahapan sebagai berikut serta hasil keseluruhan pada Tabel 4.4 :
1. Kolom 1, merupakan jenis sumbu masing-masing
kendaraan STRT, STRG, dan STdRG
2. Kolom 2, merupakan beban sumbu masing-masing jenis sumbu
3. Kolom 3, Beban Rencana per Roda diperoleh dari beban sumbu (kolom 2) dikalikan dengan faktor keamanan beban dibagi dengan jumlah roda. Contoh :
Beban Rencana per Roda STRT = (60 x 1.0) : 2 = 30 KN 4. Kolom 4, Repetisi yang Terjadi diperoleh dari perhitungan
pada tabel 4.6 kolom 7
5. Kolom 5, Faktor Tegangan dan Erosi, TE (Tegangan Ekivalen) dan FE (Faktor Erosi) didapat dari tabel
IV-17 Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Tanpa Bahu Beton dengan asumsi tebal plat 160 mm dan CBR efektif 50%. Sedangkan FRT diperoleh dari TE dibagi dengan kuat tarik lentur (fcf). Contoh :
FRT untuk STRT = 1.3 : 4 = 0,33
Tabel 4.7. Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Tanpa Bahu Beton T ebal CBR Eff. Slab T nh. (mm) dasar ST RT ST RG ST dRG ST rRG ST RT ST RG ST dRG ST rRG ST RT ST RG ST dRG ST rRG (%) 160 5 1,29 2,1 1,81 1,35 2,57 3,17 3,33 3,37 2,36 2,97 3,09 3,2 160 10 1,23 1,98 1,66 1,24 2,55 3,15 3,28 3,32 2,35 2,96 3,07 3,15 160 15 1,2 1,92 1,59 1,19 2,55 3,15 3,25 3,29 2,35 2,96 3,05 3,12 160 20 1,18 1,88 1,55 1,17 2,54 3,14 3,24 3,28 2,35 2,95 3,04 3,11 160 25 1,16 1,84 1,51 1,14 2,54 3,14 3,23 3,26 2,35 2,95 3,03 3,09 160 35 1,12 1,76 1,43 1,09 2,53 3,13 3,2 3,22 2,34 2,94 3,01 3,06 160 50 1,3 1,96 1,58 1,25 2,66 3,26 3,28 3,3 2,49 3,09 3,13 3,15 160 75 1,03 1,57 1,26 1,01 2,49 3,1 3,13 3,14 2,32 2,92 2,97 2,99
T egangan Set ara Fakt or Erosi
T anpa Ruji Dengan Ruji / Bet on Bert ulang
6. Kolom 6, Repetisi ijin analisa fatik diperoleh dengan memplotkan nilai beban rencana per roda dengan nilai FRT pada gambar (terlampir)
7. Kolom 7, Prosentase rusak analisa fatik diperoleh dari Repetisi yang terjadi (kolom 4) dikali 100 dibagi dengan Repetisi Ijin (Kolom 6). Contoh
Prosentase Rusak untuk STRT = (0,48x106 x 100) : 1,5 x 107
IV-18 8. Kolom 8, Repetisi ijin analisa erosi diperoleh dengan
memplotkan nilai beban rencana per roda dengan nilai FE (Faktor Erosi) pada gambar (terlampir)
9. Kolom 9, Prosentase rusak analisa erosi diperoleh dari repetisi yang terjadi (kolom 4) dikali 100 dibagi dengan Repetisi Ijin (Kolom 8). Contoh :
Prosentase Rusak untuk STRT = (0,48 x106 x 100) : 1 x 108
IV-19 Gambar 4.4. Perhitungan Repetisi Beban Ijin Analisa Fatik STRT
Beban per Roda = 30
Faktor Rasio Tegangan = 0,33 Repetisi Beban Ijin = 1,5 x 107
IV-20 Gambar 4.5. Perhitungan Repetisi Beban Ijin Analisa Fatik STRG
Beban per Roda = 17,5
Faktor Rasio Tegangan = 0,49
IV-21 Gambar 4.6. Perhitungan Repetisi Beban Ijin Analisa Fatik STdRG
Beban per Roda = 17,5
Faktor Rasio Tegangan = 0,40
IV-22 Gambar 4.7. Perhitungan Repetisi Beban Ijin Analisa Erosi STRT
Beban per Roda = 30
Faktor Erosi = 2,49
IV-23 Gambar 4.8. Perhitungan Repetisi Beban Ijin Analisa Erosi STRG
Beban per Roda = 17,5
Faktor Erosi = 3,09
IV-24 Gambar 4.9. Perhitungan Repetisi Beban Ijin Analisa Erosi STdRG
Beban per Roda = 17,5
Faktor Erosi = 3,13
IV-25 Tabel 4.8. Analisa Fatik dan erosi, tebal plat 160 mm
Jenis Beban Beban Rep etisi Faktor
Sumbu Sumbu Rencana Yang Tegangan Rep etisi Persen Rep etisi Persen
Ton (KN) Per Roda Terjadi dan Erosi Ijin Rusak Ijin Rusak
(KN) (%) (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)= (8) (9)= (4)x100/(6) (4)x100/(8) STRT 6 (60) 30,00 0.48 x 106 TE = 1.09 1.5X107 3,20 1X108 0,48 5 (50) 25,00 1.37 x 106 FE = 2.33 TT 0 TT 0 4 (40) 20,00 0.48 x 106 FRT = 0.28 TT 0 TT 0 3 (30) 15,00 0.11 x 106 TT 0 TT 0 2 (20) 10,00 0.48 x 106 TT 0 TT 0 STRG 7 (70) 17,50 1.36 x 106 TE = 1.67 TT 0 1,4X107 9,72 5 (50) 12,50 0.11 x 106 FE = 2.93 TT 0 TT 0 FRT = 0.42 STdRG 14 (140) 17,50 0.48 x 106 TE = 1.35 TT 0 5X106 9,60 FE = 2.99 FRT = 0.34 Total Analisa Erosi Analisa Fatik 3,2% < 100% 19,78% < 100%
Dengan pelat beton tebal 160 mm, hasil Perhitungan diperoleh Persen Rusak Analisa Fatik 3,2% dan Persen Rusak Analisa Erosi 19,78% atau seluruhnya kurang dari 100%. Dengan demikian pelat beton dengan ketebalan 160 mm dapat dipakai.
4.3.5. Dowel dan Tie Bars
4.3.5.1. Sambungan Melintang (dowel)
Berdasarkan tabel 2.11 Diameter ruji, digunakan besi diameter 28 mm panjang 45 cm dengan jarak 30 cm.
IV-26 4.3.5.2. Sambungan Memanjang (Tie bars)
At = 204 x b x h At = 204 x 2,5 x 0.16
= 81,6 mm²
Digunakan besi ulir dengan diameter 10 mm At = π (0.5d)² = 3.14 (5)² = 78,5 mm² L = (38.3 x Ø) + 75 = (38.3 x 10) + 75 = 458 mm dibulatkan menjadi 500 mm = 50 cm
Jadi digunakan tulangan ulir berdiameter 10 mm panjang 50 cm jarak 75 cm
IV-27 4.4. Penyajian Gambar Hasil Analisis Perhitungan Perkerasan Kaku
Gambar 4.10. Denah Perkerasan Beton
Gambar 4.11. Detail Sambungan Tie Bars
IV-28 4.5. Perbandingan Reancana Anggaran Biaya (RAB) Per M2
Tabel 4.9. Perbandingan Rencana Anggaran Biaya (RAB) per m2
Harga Sat. A PERKERASAN LENTUR (5x5 m2) 1 Sirtu (CBR 70%) thk. 10 cm M3 2,5 Rp 285.000 Rp 712.500 2 Macadam (CBR100 %) thk. 20 cm M3 5 Rp 285.000 Rp 1.425.000 3 Aspal LASTON MS 744 thk. 14 cm M3 3,5 Rp 2.760.000 Rp 9.660.000 11.797.500 Rp Harga / M2 Rp 337.071 B PERKERASAN KAKU (5x5 m2)
1 Lapis Pondasi Agregat B thk. 12,5 cm M3 3,13 Rp 285.000 Rp 892.050
2 Beton K-350 thk. 16 cm M3 4 Rp 1.795.000 Rp 7.180.000 3 Besi tulangan Kg 62,83 Rp 15.000 Rp 942.450 9.014.500 Rp Harga / M2 Rp 257.557 Jumlah Harga SUB TOTAL A SUB TOTAL B
No. Item Pekerjaan Sat. Volume
Dengan hasil perhitungan biaya tersebut dapat diketahui perbandingannya, perhitungan biaya hasil analisis perkerasan lentur lebih mahal daripada biaya perkerasan kaku. Hal tersebut disebabkan karena komposisi ketebalan masing-masing perkerasan berbeda, perkerasan kaku beton K-350 tebal 16 cm + lapis pondasi 12,5 cm sedangkan perkerasan lentur dengan lapis permukaan 14 cm + lapis pondasi 20 cm dan lapis pondasi bawah 10 cm.