• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM KLASIFIKASI TANAH PUSAT PENELITIAN TANAH BOGOR

Kompetensi Dasar

Setelah mengikuti kuliah mengenai system klasifikasi Tanah Pusat Penelitian Tanah Bogor., 75 % mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis Tanah menurut system PPTBogor

Sasaran Belajar

1.Mahasiawa mampu menjelaskan jenis-jenis Tanah menurut system PPT Bogor 2.Mahasiswa mampu menjelaskan sifat-sifat Tanah menurut system PPT Bogor

Sistem klasifikasi tanah dari PPT (Pusat Penelitian Tanah) Bogor yang telah banyak dikenal di Indonesia adalah Sistem Dudal-Soepraptohardjo (1957). Sistem ini disusun oleh Dudal (seorang ahli survei dan klasifikasi tanah dari Belgia yang menganut sistem USDA, diperbantukan pada PPT mulai tahun 1950), dan Soepraptohardjo (Pimpinan Bagian Pemetaan Tanah PPT Bogor). Selanjutnya Sistem DS (1957) disempurnakan lagi dengan dikenalnya sistem FAO/UNESCO (1974) dan sistem Taksonomi Tanah (1975). Perubahan tersebut terutama menyangkut definisi jenis-jenis tanah dan macam tanah. Dengan perubahan definisi tersebut maka disamping nama-nama tanah lama yang tetap dipertahankan dikemukakan nama baru yang kebanyakan mirip dengan nama-nama tanah dari FAO/UNESCO, sedang horison penciri seeprti yang dikemukakan oleh USDA ataupun oleh FAO/UNESCO.

Sistem klasifikasi tanah ini, menggunakan 6 kategori yaitu Golongan (Ordo), Kumpulan (Sub-ordo), Jenis (Great soil group), Macam (Sub group), Rupa (Famili), dan Seri (Series). Pada kategori golongan dan kumpulan, tanah dibedakan atas dasar tingkat perkembangan dan susunan horison tanah. Pemberian nama tanah baru mulai pada kategori Jenis tanah, sehingga nama-nama tanah pada kategori golongan dan kumpulan tidak dikenal. Pada kategori rendah (rupa dan seri) penciri utamanya adalah tekstur dan drainase tanah. Salah satu contoh nama tanah :

Golongan : Dengan perkembangan profil.

Kumpulan : Horison ABC.

Jenis tanah : Latosol.

Rupa : Latosol Humic, tekstur halus, drainase baik.

Seri : Bogor.

Jenis-jenis Tanah Menurut Sistem Pusat Penelitian Tanah

Nama-nama tanah dalam tingkat jenis dan macam tanah dalam sistem Pusat Penelitian Tanah yang disempurnakan sangat mirip dengan sistem FAO/UNESCO. Walapun demikian nama-nama lama yang sudah terkenal tetap dipertahankan, tetapi menggunakan definisi-definisi baru.

Nama-nama tanah dan definisnya yang disederhanakan :

Organosol : Tanah organik (gambut yang tebalnya lebih dari 50 cm.

Litosol : Tanah mineral yang tebalnya 20 cm atau kurang. Di bawahnya terdapat

batuan keras yang padu.

Rendzina : Tanah dengan epipedon mollik (warna gelap, kandungan bahan

organik lebih 1 %, kejenuhan basa lebih 50 %, dibawahnya terdiri dari batuan kapur.

Tabel 1. Padanan nama Tanah menurut berbagai Sistem Klasifikasi (disederhanakan)

No. Sistem Dudal-Soepraptohardjo (1956-1961). Modifikasi 1978/1982 (PPT) FAO/UNESCO (1974) USDA Soil Taxonomy (1975)

1. Tanah Aluvial Tanah Aluvial Fluvisol Entisol

2. Andosol Andosol Andosol Inceptisol

3. Brown Forest Soil Kambisol Cambisol Andisol

4. Grumusol Grumusol Vertisol Inceptisol

5. Latosol Kambisol Latosol Lateritik Cambisol Nitosol Ferralsol Vertisol Inceptisol Ultisol

6. Litosol Litosol Litosol Entisol

7. Mediteran Mediteran Luvisol Alfisol/Inceptisol

8. Organosol Organosol Histosol Histosol

9. Podsol Podsol Podsol Spodosol

10. Podsol Merah Kuning Podsolik Acrisol Ultisol

11. Podsol Coklat Kambisol Cambisol Inceptisol

Kekelabuan

13. Regosol Regosol Regosol Entisol/Inceptisol

14. Renzina Renzina Renzina Rendoll

15. - Ranker Ranker

-16. Tanah-tanah Berglei Glei Humus Glei Humus Rendah Hidromorf Kelabu Aluvial Hidromorf Gleisol Gleisol Humik Gleisol Podsolik Gleiik Gleisol Hidrik Gleysol Gleyic Acrisol

Aquic Sub ordo Inceptisol (Aquept) Inceptisol (Aquept) Ultisol

(Aquult)

Inceptisol (Aquept)

17. Planosol Planosol Planosol Inceptisol (Aquept)

Grumusol : Tanah dengan kadar liat lebih dari 30 % bersifat mengembang dan mengkerut. Kalau musim kering tanah keras dan retak-retak karena mengkerut, kalau basah lengket (mengembang).

Gleisol : Tanah yang selalu jenuh air sehingga berwarna kelabu atau menunjukkan sifat-sifat hidromorfik lain.

Aluvial : Tanah berasal dari endapan baru, berlapis-lapis, bahan organik jumlahnya berubah tidak teratur dengan kedalaman. Hanya terdapat

epipedon ochrik, histik atau sulfurik, kandungan pasir kurang dari 60 %. Arenosol : Tanah berstektur kasar dari bahan albik yang terdapat pada kedalaman

sekurang-kurangnya 50 cm dari permukaan atau memperlihatkan ciri-ciri mirip horison argilik, kambik atau oksik, tetapi tidak memenuhi syarat karena tekstur teralu kasar. Tidak mempunyai horison penciri kecuali epipedon ochrik.

Andosol : Tanah-tanah yang umumnya berwarna hitam (epipedon mollik atau

umbrik dan mempunyai horison kambik; bulk density) kerapatan lindak kurang dari 0.85 gr/cm3; banyak mengandung bahan amorf, atau lebih dari 60 % terdiri dari abu vuklanik vitrik, cinders, atau bahan pryroklasik lain. Latosol : Tanah dengan kadar liat lebih dari 60 %, remah sampai gumpal, gembur, warna seragam dengan batas-batas horison yang kabur, solum dalam (lebih dari 150 cm),kejenuhan basa kurang dari 50 %, umumnya mempunyai epipedon umbrik dan horison kambik.

Brunizem : Seperti Latosol, tetapi kejenuhan basa lebih dari 50 %.

Kambisol : Tanah dengan horison kambik, atau epipedon umbrik, atau mollik. Tidak ada gejala-gejala hidromorfik (pengaruh air).

Nitosol : Tanah dengan penumbunan liat (horison argilik). Dari horison

penimbunan liat maksimum ke horison-horison dibawahnya, kadar liat kurang dari 20 %. Mempunyai sifat ortosik (Kapasitas Tukar Kation kurang dari 24 me/100 gr liat).

Podsolik : Tanah dengan horison penimbunan liat (horison argilik), dan kejenuhan basa kurang dari 50 %. Tidak mempunyai horison albik.

Mediteran : Seperti tanah Podsolik mempunyai horison argilik tetapi kejenuhan

basa lebih dari 50 %.

Planosol : Tanah dengan horison albik yang terletak di atas horison dengan permeabilitas lambat (misalnya horison argilik atau natrik yang memperlihatkan perubahan tekstur nyata, adanya liat berat atau

pragipan, dan memperlihatkan ciri-ciri hidromorfik sekurang-kurangnya pada sebagaian dari horison albik.

Podsol : Tanah hosison penimbunan besi, Al oksida dan bahan oraganik (= horison spodik). Mempunyai horison albik.

Oksisol : Tanah dengan pelapukan lanjut dan mempunyai horison oksik, yaitu horison dengan kandungan mineral mudah lapuk rendah, fraksi liat dengan aktifitas rendah, Kapasitas Tukar Kation rendah (kurang dari 16 me/100 gr liat). Tanah ini juga mempunyai batas-batas horison yang tidak jelas.

Bahan diskusi :

1.Mengapa sistem di atas dinamakan sistem PPT Bogor

Latihan terstruktur :

Mahasiswa mencari data-data beberapa jenis tanah yang diklasifikasi menurut PPT Bogor.

Tugas mandiri :

Mahasiswa membuat rangkuman beberapa jenis tanah beserta sifat-sifatnya.

Daftar Pustaka

Buol, S.W; F.D. Hole, and R.J. Mc.Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. The IOWA State University Press, Ames.

Darmawijaya, M.I. 1980. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada Press. Yogyakarta.

Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. CV. Akademika Pressindo, Jakarta.

V. SISTEM KLASIFIKASI TANAH FAO/UNESCO

Kompetensi Dasar

Setelah mengikuti kuliah mengenai system klasifikasi Tanah FAO/UNESCO., 75 % mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis Tanah menurut system FAO/UNESCO

Sasaran Belajar

1.Mahasiawa mampu menjelaskan jenis-jenis Tanah menurut system FAO/UNESCO 2.Mahasiswa mampu menjelaskan sifat-sifat Tanah menurut system FAO/UNESCO

Sistem klasifikasi tanah ini dibuat dalam rangka pembuatan peta tanah dunia dengan skala 1 : 5.000.000. Peta tanah ini terdiri dari 12 peta tanah. Sistem ini terdiri dari 2 kategori. Kategori pertama setara dengan great soil group, dan kategori kedua setara dengan sub group dalam Taksonomi Tanah (USDA).

Untuk pengklasifikasian, digunakan horison-horison penciri yang sebagian diambil dari kriteria-kriteria horison penciri pada Taksonomi Tanah dan sebagian dari sistem klasifikasi tanah ini. Nama-nama tanah diambil dari nama-nama tanah klasik yang sudah terkenal dari Rusia, eropa barat, Kanada, Amerika Serikat dan beberapa nama baru yang khusus dikembangkan untuk tujuan ini. Tampaknya dari nama-nama tanah tersebut bahwa sistem ini merupakan komromi dari berbagai sistem dengan tujuan agar diterima oleh semua pakar di dunia.

Beberapa nama dan sifat tanah dalam kategori ―great group menurut sistem‖ FAO/UNESCO sebagai berikut :

Fluvisol : Tanah-tanah berasal dari endapan baru, hanya mempunyai horison penciri ochrik, umbrik, histik atau sulfurik, bahan organik menurun tidak teratur dengan kedalaman, berlapis-lapis.

Gleysol : Tanah dengan sifat-sifat hidromorfik (dipengaruhi air sehingga

berwarna kelabu, gley dan lain-lain), hanya mempunyai epipedon ochrik, histik, horison kambik, kalsik atau gipsik.

bahan endapan baru, tidak menunjukkan sifat-sifat hidromorfik, tidak bersifat mengembang dan mengkerut, tidak didominasi bahan amorf. Bila bertekstur pasir, tidak memenuhi syarat untuk Arenosol.

Lithosol : Tanah yang tebalnya hanya 10 cm atau kurang, di bawahnya terdapat lapisan batuan yang padu.

Arenosol : Tanah dengan tekstur kasar (pasir), terdiri dari bahan albik yang terdapat pada kedalaman 50 cm atau lebih, mempunyai sifat-sifat sebagai horison argilik, kambik atau oksik, tetapi tidak memenuhi syarat karena tekstur yang kasar tersebut. Tidak mempunyai horison penciri lain kecuali epipedon ochrik. Tidak terdapat sifat hidromorfik, tidak berkadar garam tinggi.

Rendzina : Tanah dengan epipedon mollik yang terdapat langsung di atas batuan kapur.

Ranker : Tanah dengan epipedon umbrik yang tebalnya kurang dari 25 cm. Tidak

ada horison penciri lain.

Andosol : Tanah dengan epipedon mollik atau umbrik atau ochrik dan horison kambik, serta mempunyai bulk density kurang dari 0,85 g/cc dan didominasi bahan amorf, atau lebih dari 60 % terdiri dari bahan vulkanik vitrik, cinder, atau pyroklastik vitrik yang lain.

Vertisol : Tanah dengan kandungan liat 30 % atau lebih, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah menjadi keras, dan retak-retak karena mengkerut, kalau basah mengembang dan lengket. Solonet : Tanah dengan horison natrik. Tidak mempunyai horison albik dengan

sifat-sifat hidromorfik dan tidak terdapat perubahan tekstur yang tiba-tiba.

Yermosol : Tanah yang terdapat di daerah beriklim arid (sangat kering), mempunyai epipedon ochrik yang sangat lemah, dan horison kambik, argilik, kalsik atau gipsik.

Xerolsol : Seperti Yermosol tetapi epipedon ochrik sedikit lebih berkembang. Kastanozem : Tanah dengan epipedon mollik berwarna coklat (kroma > 2), tebal 15 cm

mengandung bahan kapur halus.

Chernozem : Tanah dengan epipedon mollik berwarna hitam (kroma < 2) yang tebalnya 15 cm atau lebih. Sdifat-sifat lain seperti Kastanozem. Phaeozem : Tanah dengan epipedon mollik, tidak mempunyai horison kalsik,

gipsik, tidak mempunyai horison yang banyak mengandung kapur halus. Greyzem : Tanah dengan epipedon mollik yang berwarna hitam (kroma < 2), tebal

15 cm atau lebih, terdapat selaput (bleached coating) pada permukaan struktur tanah.

Cambisol : Tanah dengan horison kambik dan epipedon ochrik atau umbrik, horison kalsik atau gipsik. Horison kambik mungkin tidak ada bila mempunyai epipedon umbrik yang tebalnya lebih dari 25 cm.

Luvisol : Tanah dengan horison argillik dan mempunyai KB 50 % atau lebih. Tidak mempunyai epipedon mollik.

Podzoluvisol : Tanah dengan horison argillik, dan batas horison eluviasi dengan

Horison di bawahnya terputus-putus (terdapat lidah-lidah horison eluviasi = tonguing).

Podsol : Tanah dengan horison spodik. Biasanya dengan horison albik. Planosol : Tanah dengan horison albik di atas horison yang mempunyai

permeabilitas lambat misalnya horison argillik atau natrik dengan perubahan tekstur yang tiba-tiba, lapisan liat berat, atau fragipan. Menunjukkan sifat hidromorfik paling sedikit pada sebagian horison albik.

Acrisol : Tanah dengan horison argillik dan mempunyai KB kurang dari 50 %. Tidak terdapat epipedon mollik.

Nitosol : Tanah dengan horison argillik, dan kandungan liat tidak menurun lebih dari 20 % pada horison-horison di daerah horison penimbunan liat maksimum. Tidak terdapat epipedon mollik.

Ferrasol : Tanah dengan horison oksik, KTK (NH4Cl) lebih 1,5 me/100 g liat. Tidak terdapat epipedon umbrik.

Dalam tingkat sub group nama tanah terdiri dari dua patah kata seeprti halnya sistem Taksonomi Tanah, dimana kata kedua menunjukkan nama great group, sedangkan kata pertama menunjukkan sifat utama dari sub group tersebut.

Contoh :

Great group : Fluvisol

Sub group : Claseric Fulvisol

Great group : Regosol

Sub group : Humic Regosol

Bahan diskusi :

1.Atas dasar apa disusunya system klasifikasi FAO/UNESCO 2.Berapa kategori dalam system FAO/UNESCO

Latihan terstruktur :

Mahasiswa menguraikan sifat-sifat tanah dari beberapa jenis tanah

Tugas mandiri :

Mahasiswa merangkum beberapa jenis tanah yang ada di Indonesia berdasarkan peta tanah menurut FAO/Unesco.

Daftar Pustaka

Buol, S.W; F.D. Hole, and R.J. Mc.Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. The IOWA State University Press, Ames.

Driessen, P.M and R. Dudal. 1989.1Major Soil of the World. Agricultural University Wageningen. Amsterdam.

Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. CV. Akademika Pressindo, Jakarta.

Dokumen terkait