• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Menggunakan alat pantograf

3.2.7. Sistem Koordinat dan Proyeksi Peta

Sistem Koordinat adalah perpotongan antara dua garis sumbu koordinat. Macam koordinat adalah:

a. Koordinat Geografis

Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (BB dan BT), yang berpotongan dengan garis lintang (LU dan LS) atau koordinat yang penyebutannya menggunakan garis lintang dan bujur. Koordinatnya menggunakan derajat, menit dan detik. Misal Co 120° 32' 12" BT 5° 17' 14" LS.

b. Koordinat Grid

Perpotongan antara sumbu absis (x) dengan ordinal (y) pada koordinat grid.

Kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak (meter), sebelah selatan ke utara dan barat ke timur dari titik acuan.

c. Koordinat Lokal

Untuk memudahkan membaca koordinat pada peta yang tidak ada gridnya, dapat dibuat garis-garis faring seperti grid pada peta.

Skala bilangan dari sistem koordinat geografis dan grid terletak pada tepi peta. Kedua sistern koordinat ini adalah sistem yang berlaku secara internasional.

Namun dalam pembacaan sering membingungkan, karenanya pembacaan koordinat dibuat sederhana atau tidak dibaca seluruhnya.

Misal: 72100 mE dibaca 21, 9° 9700 mN dibaca 97, dan lain-lain.

Teknik pembacaan koordinat ada dua cara, yaitu:

1. Cara Koordinat Peta

Menentukan koordinat ini dilakukan diatas peta dan bukan dilapangan.

Penunjukkan koordinat ini menggunakan

a. Sistem Enam Angka Misal, koordinat titik A (374;622), titik B (377;461) b. Cara Delapan Angka Misal, koordinat titik A (3740;6225), titik B (3376;4614) 2. Cara Koordinat Geografis

Untuk Indonesia sebagai patokan perhitungan adalah Jakarta yang dianggap 0 atau 106° 4$' 27,79". Sehingga di wilayah Indonesia awal perhitungan adalah kota Jakarta. Bila di sebelah barat kota Jakarta akan berlaku pengurangan dan sebaliknya. Sebagai patokan letak lintang adalah garis ekuator (sebagai 0). Untuk koordinat geografis yang perlu diperhatikan adalah petunjuk letak peta.

Proyeksi Peta adalah suatu teknik pemindahan gambar peta ke berbagai

Pada prinsipnya arti proyeksi peta adalah usaha mengubah bentuk bola (bidang lengkung) kebentuk bidang datar, dengan persyaratan sebagai berikut :

a. Bentuk yang diubah itu harus tetap.

b. Luas permukaan yang diubah harus tetap

c. Jarak antara satu titik dengan titik yang lain diatas permukaan yang diubah harus tetap.

Untuk memenuhi ketiga syarat itu sekaligus suatu hal yang tidak mungkin. Untuk memenuhi satu syarat dari tiga syarat diatas untuk seluruh bola dunia, juga merupakan hal yang tidak mungkin. Yang bisa dilakukan hanyalah satu saja dari syarat diatas untuk sebagian kecil permukaan bumi.

Oleh karena itu, untuk dapat membuat rangka peta yang meliputi wilayah yang lebih besar harus dilakukan kompromi ketiga syarat diatas. Akibat dari kompromi itu maka lahir bermacam jenis proyeksi peta.

Proyeksi berdasarkan bidang asal :

• Bidang datar (zenithal)

• Kerucut (conical)

• Silinder/tabung (cylindricah)

• Gubahan (arbitratry)

Jenis proyeksi no 1 sampai no 3 merupakan proyeksi murni, tetapi proyeksi yang dipergunakan untuk menggambarkan peta yang kita jumpai sehari-hari tidak ada yang menggunakan proyeksi murni diatas, melainkan proyeksi atau rangka peta yang diperoleh melalui perhitungan (proyeksi gubahan).

Dalam kesempatan ini tidak akan dijelaskan bagaimana perhitungan proyeksi tersebut diatas, akan tetapi cukup jenis proyeksi apa yang biasa digunakan dalam menyediakan kerangka peta diseluruh dunia.

Contoh proyeksi gubahan :

• Proyeksi Bonne sama luas

• Proyeksi Sinusoidal

• Proyeksi Lambert

• Proyeksi Mercator

• Proyeksi Mollweide

• Proyeksi Gall

• Proyeksi Polyder

• Proyeksi Homolografik

Kapan masing-masing proyeksi itu dipakai ? a. Seluruh dunia

• Dalam dua belahan bumi dipakai proyeksi Zenital kutub

• Peta-peta statistik (penyebaran penduduk, hasil pertanian) pakai Molweide

• Arus laut, iklim pakai Molweide atau Gall

• Navigasi dengan arah kompas tetap hanya Mercator b. Daerah kutub

• Proyeksi Lambert

• Proyeksi Zenithal sama jarak

c. Daerah Belahan Bumi Selatan

• Sinussoidal

• Lambert

• Bonne

d. Untuk Daerah yang lebar kesamping tidak jauh dari khatulistiwa Pilih satu dari jenis proyeksi kerucut

• Proyeksi satu dari jenis proyeksi kerucut

• Proyeksi apapun sebenarnya dapat dipakai

Untuk daerah yang membujur Utara-Selatan tidak jauh dari Khatulistiwa pilih Lambert atau Bonne

3.2.8. Analisis Informasi Peta a. Analisis Informasi Peta Dasar

Dalam membaca, menganalisis serta mengambil informasi dari sebuah peta khususnya peta dasar, kita harus memahami dengan baik semua simbol atau informasi yang ada pada peta terlebih dahulu. Jika kita mampu membaca peta dengan baik dan benar, maka kita akan memiliki gambaran mengenai keadaan wilayah yang ada dalam peta, walaupun belum pernah melihat atau mengenal medan (muka bumi) yang bersangkutan secara langsung.

Peta dasar yang biasa dipakai adalah peta rupa bumi Indonesia.

Ada beberapa hal perlu ketahui dalam membaca peta antara lain:

• Isi peta dan tempat yang digambarkan, melalui judul.

• Lokasi daerah, melalui letak garis lintang dan garis bujur.

• Arah, melalui petunjuk arah (orientasi).

• Jarak atau luas suatu tempat di lapangan, melalui skala peta.

• Ketinggian tempat, melalui titik trianggulasi (ketinggian) atau melalui garis kontur.

• Kemiringan lereng, melalui garis kontur dan jarak antara garis kontur yang berdekatan.

• Sumber daya alam, melalui keterangan (legenda).

• Kenampakan alam, misalnya relief, pegunungan/gunung, lembah/sungai, jaringan lalu lintas, persebaran kota. Kenampakan alam ini dapat diketahui melalui simbol-simbol peta dan keterangan peta.

Selanjutnya kita dapat menafsirkan peta yang kita baca, antara lain sebagai berikut:

• Peta yang banyak gunung/pegunungan dan lembah/sungai, menunjukkan bahwa daerah itu berelief kasar.

• Alur-alur yang lurus, menunjukkan bahwa daerah itu tinggi dan miring, jika alur sungai berbelok-belok (berbentuk meander), menunjukkan daerah itu relatif datar.

• Pola (bentuk) pemukiman penduduk yang memusat dan melingkar, menunjukkan daerah itu kering (sulit air) tetapi di tempat-tempat tertentu terdapat sumber-sumber air.

Dengan membaca peta Anda akan dapat mengetahui:

• Jarak lurus antar kota.

• Keadaan alam suatu wilayah, misalnya suatu daerah sulit dilalui kendaraan karena daerahnya berawa-rawa.

• Keadaan topografi (relief) suatu wilayah.

• Keadaan penduduk suatu wilayah, misalnya kepadatan dan persebarannya.

• Keadaan sosial budaya penduduk, misalnya mata pencaharian, persebaran sarana kota dan persebaran permukiman.

b. Analisis Informasi Peta Tematik

Dalam memahami dan menganalisis suatu peta tematik, perlu mengetahui terlebih dahulu tentang syarat, jenis, simbol dan warna peta. Untuk membaca sebuah peta kontur misalnya, kita harus memperhatikan beberapa hal dibawah ini :

• Punggungan Gunung

Punggungan gunung merupakan rangkaian garis kontur berbentuk huruf U, dimana Ujung dari huruf U menunjukkan ternpat atau daerah yang lebih pendek dari kontur di atasnya.

• Lembah atau Sungai

Lembah atau sungai merupakan rangkaian garis kontur yang berbentuk n (huruf V terbalik) dengan Ujung yang tajam.

• Daerah landai datar dan terjal

Daerah datar/landai garis kontumya jarang jarang, sedangkan daerah terjal/curam garis konturnya rapat. Selain itu, ada pula yang dikenal dengan istilah Interval Kontur (Contour Interval) atau jarak antar kontur. Setiap kelipatan lima garis kontur, biasanya ada yng ditebalkan untuk memudahkan penelusuran dan pembacaan garis kontur. Garis kontur ini disebut dengan indeks kontuir (Contour Indeks). Berikut ini disajikan contoh penghitungan interval kontur.

Pada peta skala 1 : 50.000 dicantumkan interval konturnya 25 meter. Untuk mencari interval kontur berlaku rumus 1/2000 x skala peta. Tapi rumus ini tidak berlaku untuk semua peta, pada peta GUNUNG MERAPI/1408-244/JICA TOKYO-1977/1:25.000, tertera dalam legenda peta interval konturnya 10 meter sehingga berlaku rumus 1/2500 x skala peta. Jadi untuk penentuan interval kontur belum ada rumus yang baku, namun dapat dicari dengan:

o Carl dua titik ketinggian yang berbeda atau berdekatan. Misal titik A dan B.

o Hitung selisih ketinggiannya (antara A dan B).

o Hitung jumlah kontur antara A dan B.

o Bagilah selisih ketinggian antara A - B dengan jumlah kontur antara A - B, hasilnya adalah Interval Kontur.

c. Orientasi utara peta

Setiap kali menghadapi peta topografi, pertama-tama carilah arah utara peta tersebut. Selanjutnya lihat Judul Peta (judul peta selalu berada pada bagian utara, bagian atas dari peta). Atau lihat tulisan nama gunung atau desa di kolom peta, utara peta adalah bagian atas dari tulisan tersebut.

Pada peta topografi terdapat tiga arah utara yang harus diperhatikan sebelum menggunakan peta dan kompas, karena tiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis.

Tiga arah utara tersebut adalah:

Utara Sebenarnya (True North/US/TN) diberi simbol * (bintang), yaitu utara yang melalui Kutub Utara di Selatan Bumi.

Utara Peta (Grid North/UP/GN) diberi simbol GN, yaitu Utara yang sejajar dengan garis jala vertikal atau sumbu Y. Hanya ada di peta.

Utara Magnetis (Magnetic North/UM) diberi simbol T (anak panah separuh), yaitu Utara yang ditunjukkan oleh jarum kompas. Utara magnetis selalu mengalami perubahan tiap tahunnya (ke Barat atau ke Timur) dikarenakan oleh pengaruh rotasi bumi. Hanya ada di medan.

Karena ketiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis, maka akan terjadi penyimpangan-penyimpangan sudut, antara lain :

Penyimpangan sudut antara US - UP balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Peta (IP) atau Konvergensi Merimion. Yang menjadi patokan adalah Utara Sebenarnya (US).

Penyimpangan sudut antara US - UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Magnetis (IM) atau Deklinasi. Yang menjadi patokan adalah Utara sebenarnya ((US).

Penyirnpangan sudut antara UP - UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Utara Peta-Utara Magnetis atau Deviasi. Yang menjadi patokan adalah Utara Peta (UP).

d. Mengenal tanda medan

Selain tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta, untuk keperluan orientasi harus juga digunakan bentuk-bentuk bentang alam yang mencolok di lapangan dan mudah dikenal di peta, disebut Tanda Medan. Beberapa tanda medan yang dapat dibaca pada peta sebelum berangkat ke lapangan, yaitu:

• Lembah antara dua puncak

• Lembah yang curam

• Persimpangan jalan atau Ujung desa

• Perpotongan sungai dengan jalan setapak

• Percabangan dan kelokan sungai, air terjun, dan lain-lain.

Untuk daerah yang datar dapat digunakan-.

• Persimpangan jalan

• Percabangan sungai, jembatan, dan lain-lain.

Dokumen terkait