• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Landasan Teori

2.2.9. Sistem Kurs Valuta Asing

2.2.9.2. Sistem Kurs Tetap

Kurs tetap bukan merupakan kurs yang secara permanen abadi dan tetap, tetapi kurs lebih merupakan sistemnya yang diperkenalkan untuk berfluktuasi dalam batas sempit yang mengelilingi nilai prioritas dimana keduanya tetap berdiri dan kekal. (Suparmoko, 2000: 371)

Dalam sistem kurs tetap, kurs ditetapkan berdasarkan keputusan pemerintah. Kelebihan dari system ini adalah adanya kepastian nilai tukar yang dapat meningkatkan ekspektasi. Tetapi kelemahannya adalah kurs yang berlaku tidak selalu menggambarkan tingkat kelangkaan yang sebenarnya. Bisa terjadi nilai tukar yang ditetapkan pemerintah terlalu tinggi dibandingkan dengan kurs pasar (overvalued). Atau sebaliknya, nilai tukar yang ditetapkan pemerintah terlalu rendah dibanding dengan kurs pasar (undervalued). Bila selisih kurs yang ditetapkan dianggap terlalu jauh, maka pemerintah melakukan koreksi. Koreksi atas nilai tukar yang dinilai terlalu tinggi (devaluation), sedangkan koreksi untuk nilai tukar yang dinilai terlalu rendah disebut (revaluation). Jadi revaluasi dan devaluasi pada prinsipnya juga merupakan koreksi atas nilai tukar, seperti halnya dengan apresiasi dan depresiasi berdasarkan mekanisme pasar. Kondisi-kondisi yang dimaksud dapat dijelaskan dengan menggunakan kurva sebagai berikut : (Manurung, 2004 : 76)

Gambar 3 : Penentuan Nilai Tukar Dalam Sistem Kurs Tetap 1us$=Rp S2 US $ Kurs Baru 0 Q Q Devaluasi Kurs Awal S1 0 Q S1 US $ D1 Revaluasi

Sumber : Manurung Mandala 2004, uang, perbankan, dan ekonomi moneter (kajian konsektual Indonesia), Penerbit Fakultas Ekonomi UI, Jakarta, halaman 76.

2.2.9.3. Sistem Kurs Mengambang

Karakteristik dalam system kurs mengambang yaitu berfluktuasi dengan bebab sebagai reaksi perubahan permintaan dan penawaran valuta asing. Sistem kurs mengambang tercipta pada tahun 1973. Sistem kurs ini merupakan system kurs yang paling sederhana dan sesuai dengan modal persaingan kompetiti, dimana terdapat campur tangan pemerintah untuk mendukung kurs sehingga kurs bebas beraksi terhadap perubahan kondisi pasar dan juga faktor-faktor yang mendasari permintaan dan penawaran valuta asing. Implikasinya adalah bahwa system kurs mengambang akan lebih berfluktuasi dari pada system kurs tetap. (Suparmoko,2000:370)

Bila pertumbuhan permintaan lebih cepat dari pertumbuhan penawarannya maka mata uang tersebut akan semakin mahal (mengalami apresiasi). Bila nilai tukarnya melemah atau mengalami depresiasi, maka artinya pertumbuhan permintaan lebih lambat dari pertumbuhan penawaran. Secara sederhana dapat ditunjukkan dalam kurva sebagai berikut :

Gambar 4 : Penentuan Nilai Tukar Pada Kurs Mengembang 1us$=Rp Depresiasi 0 Q1 Q2 US $ S1 1us$=Rp S2 D2 D1 Apresiasi 0 Q1 Q2 US $ S1 D1 D2 S2       (a) (b)

Nilai Rupiah Menguat Nilai Rupiah melemah Sumber : Manurung Mandala 2004, uang, perbankan, dan ekonomi

moneter (kajian konsektual Indonesia), Penerbit Fakultas Ekonomi UI, Jakarta, halaman 74.

2.2.9.4. Sistem Kurs Mengambang Terkendali

Sistem kurs mengambang terkendali (managed floating Sistem) adalah sebuah system dimana penguasaan moneter campur tangan dalam pasar mata uang asing untuk memerlukan fluktuasi jangka pendek atau tanpa mempengaruhi arah jangka panjang dalam nilai tukar. (Manurung,2004 :74)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi nilai mata uang antara mata uang satu dengan mata uang lainnya atau negara lain : (Manurung,2004:75-76)

1. Tingkat Inflasi

Inflasi adalah suatu dimana keadaan senantiasi terjadi peningkatan harga- harga secara umum, atau suatu keadaan dimana senantiasa terjadi penurunan nilai mata uang, karena semakin meningkatnya jumlah uang beredar di masyarakat.

2. Tingkat Bunga

Apabila tingkat bunga dalam negeri lebih tinggi dari tingkat bunga luar negeri akan mengakibatkan aktiva dalam negeri lebih menarik bagi penanam modal dari dalam maupun luar negeri, sehingga akan menyebabkan terjadinya pemasukan modal yang cenderung menimbulkan apresiasi dalam nilai tukar mata uang dalam negeri.

3. Tingkat Pendapatan

Bila pendapatan riil masyarakat dalam negeri meningkat, maka permintaan akan barang-barang impor akan meningkat, yang berarti peningkatkan permintaan valuta asing, hal ini akan mengakibatkan nilai tukar mata uang asing mengalami peningkatan, dan mata uang dalam negeri akan mengalami depresiasi.

4. Faktor Spekulasi

Spekulasi adalah kegiatan membeli atau menjual mata uang asing dengan tujuan memperoleh keuntungan dari penurunan atau peningkatan dalam nilai mata uang dalam negeri.

2.2.9.5. Sistem Kurs Yang Berubah-ubah

Didalam pasar bebas perubahan kurs tergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing. Permintaan valuta asing diperlukan guna melakukan transaksi pembayaran keluar negeri (impor). Permintaan valuta asing di tentukan dari transaksi debit dalam neraca Pembayaran internasional, Sedangkan penawaran valuta asing berasal dari eksportir, yakni berasal dari transaksi kredit neraca pembayaran internasional, suatu mata uang dikatakan kuat apabila transaksi autonomus debet (surplus neraca pembayaran) sebaliknya di katakan lemah apabila neraca pembayarannya mengalami defisit.

2.2.9.6. Sistem Kurs yang Stabil

Sistem kurs bebas sering menimbulkan adanya tindakan spekulasi sebagai akibat ketidaktentuan di dalam kurs valuta asing, oleh karena itu

1. Aktif :pemerintah menyediakan dana untuk tujuan stabilitas kurs. 2. Pasif: suatu negara yang menggunakan sistem standartemas.

2.2.9.7. Perubahan-Perubahan Kurs Valuta asing

Apabila kurs valuta asing sepenuhnya ditentukan oleh mekanisme pasar maka kurs tersebut akan selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Beberapa faktor yang mempunyai pengaruh besar terhadap perubahan dalam kurs pertukaran. (Salvator,2004:74)

Perubahan ini mempengaruhi permintaan. Apabila penduduk suatu negara semakin lebih menyukai barang-barang dari suatu negara lain, maka permintaan ke atas mata uang negara lain tersebut bertambah. Maka perubahan seperti itu mempengaruhi kecenderungan untuk menaikkan nilai mata uang negara lain teersebut.

2. Perubahan harga dari barang-barang ekspor

Apabila barang-barang ekspor mengalami perubahan maka perubahan ini akan mempengaruhi permintaan ke atas barang ekspor itu. Perubahan ini akan mempengaruhi kurs valuta asing. Kenaikkan harga barang-barang ekspor akan mengurangi permintaan ke atas barang tersebut di luar negeri. Maka kenaikkan tersebut akan mengurangi penawaran mata uang asing. 3. Kenaikkan harga-harga umum (inflasi)

Berlakunya keadaan demikian di suatu negara dapat menurunkan nilai mata uangnya. Disatu pihak kenaikkan harga-harga itu akan menyebabkan penduduk negara itu semakin banyak mengimpor dari negara lain. Oleh karenanya permintaan atas valuta asing bertambah mahal dan ini akan mengurangi permintaannya dan selanjutnya akan menurunkan penawaran valuta asing.

Disamping dipengaruhi oleh perubahan dalam permintaan dan penawaran ke atas baran g-barang yang diperdagangkan diantara berbagai negara, kurs valuta asing dipengaruhi pula oleh aliran modal jangka panjang dan jangka pendek. Tingkat bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat mempengaruhi jumlah serta aliran modal jangka panjang dan jangka pendek. Tingkat pendapatan investasi yang lebih menarik akan mendorong pemasukan modal ke negara tersebut.

2.2.9.8. Permintaan dan Penawaran Valuta Asing a. Permintaan Valuta Asing

Permintaan valuta asing merupakan keinginan dari penduduk suatu negara untuk memperoleh suatu jenis mata uang asing. Permintaan tersebut memberikan gambaran tentang besarnya jumlah suatu valuta asing tertentu yang ingin diperoleh penduduk suatu negara. Dengan tujuan digunakan untuk membayar atau membiayai pembelian barang – barang dari luar negeri dan asset – asset di luar negeri. Keinginan penduduk yang bertambah besar untuk memperoleh barang dari suatu negara akan menurunkan permintaan valuta asing. (Sukirno, 2000 : 292).

b. Penawaran Valuta Asing

Merupakan keinginan dari penduduk suatu negara untuk membeli mata uang asing atau negara lain. Keinginan tersebut menunjukkan banyaknya (jumlah) mata uang suatu negara yang akan digunakan untuk membeli produk –

produk atau barang negara lain dan ditawarkan kepada penduduk negara lain. Maka semakin mahal harga mata uang suatu negara, makin banyak penawarannya. Sebaliknya apabila harga mata uang suatu negara murah, penawarannya akan semakin sedikit. (Sukirno, 2001 : 359).

2.2.9.9. Fungsi Pasar Valuta Asing

Pasar valuta asing mempunyai beberapa fungsi pokok dalam membantu kelancaran lalu lintas pembayaran internasional yaitu :

a) Mempermudah penukaran valuta asing serta pemindahan dana dari satu negara ke negara lain.

b) Karena sering dapat transaksi internasional yang tidak perlu segera diselesaikan pembayaran dan penyerahan barangnya, maka pasar valuta asing memberikan kemudahan untuk dilaksanakannya perjanjian/kontrak jual beli dengan kredit.

c) Memungkinkan dilakukannya hedging. Hedging dilakukan apabila pada saat yang sama melakukan transaksi jual beli valuta asing di pasar yang berbeda, untuk menghilangkan/mengurangi resiko kerugian akibat perubahan kurs. (Nopirin, 1999 : 234).

2.3. Kerangka Pikir

Gambar 5 : Faktor Yang Mempengaruhi Penghimpunan Dana Masyarakat Pada Bank Syariah Di Indonesia

Analisis Beberapa

Tingkat  Suku Bunga  Konvensional 

(X1) 

Nisbah Bagi Hasil  (X2) 

Jumlah Kantor Bank  (X3) 

Daya Saing Produk Bank  Syariah 

Keuntungan Nasabah

Transaksi masyarakat di  bank syariah 

Nilai Mata Uang Rupiah

(Y) 

Penghimpunan Dana Bank  Syariah 

(X4)   Kurs Valuta asing 

Sumber : Peneliti

Tingkat Suku Bunga Konvensional, yaitu besar kecilnya tingkat suku bunga sebuah bank akan berpengaruh pada tingkat suku bunga simpanan bank konvensional yang akan mempengaruhi minat masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank syariah yang tidak menganut sistem bunga. Semakin rendah tingkat suku bunga bank konvensional, maka akan meningkatkan minat masyarakat dalam memilih dan menggunakan produk yang ada dibank syariah.(Siswanto,2002 :106-111)

Nisbah bagi hasil, merupakan keuntungan yang didapat oleh nasabah sebagai bentuk konpensasi atas dana yang dikelolah oleh bank. Keuntungan sesuai dengan nisbah yang telah disepakati. Apabila nisbah bagi hasil di bank syariah meningkat, maka minat nasabah untuk menabung juga meningkat. Hal ini disebabkan karena keinginan masyarakat untuk memperoleh keuntungan dari bagi hasil tersebut, sehingga menyebabkan dana yang dihimpun dibank syariah juga meningkat (Muhammad, 2002:106)

Jumlah kantor bank syariah, merupakan penjumlahan dari kantor bank syariah yang ada di Indonesia. Makin banyaknya jumlah kantor bank maka kesempatan masyarakat untuk menabung semakin banyak dan meningkat. Dengan adanya kondisi yang seperti ini maka akan semakin membuka kesempatan bagi masyarakat yang ingin memenuhi kebutuhannya di bidang perbankan. Dalam hal ini adalah menabung dan menyimpan dananya pada lembaga perbankan, tanpa

adanya alasan yang disebabkan lokasi bank yang jauh dari tempat tinggal, sehingga mereka malas dan enggan untuk menabung uangnya di bank karena tidak memiliki waktu luang. (Latumaerissa, 1999 : 150)

Kurs valuta asing dalam periode tertentu dapat saja tetap nilainya, tetapi pada umumnya kurs mata uang sering mengalami fluktuasi bahkan ada kalanya mengalami gejolak yang besar. Nilai tukar USS terhadap rupiah mempunyai hubungan yang berbanding lurus yaitu searah, apabila kurs valas turun terhadap nilai tukar rupiah maka mengakibatkan nilai mata uang rupiah yang dihimpun oleh bank syariah akan meningkat. (Aprilia,2006:46)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, dan tujuan penelitian, yang,merupakan factor penunjang dalam penelitian ini, maka dapat diambil suatu dugaan atau pendapat sementara yang perlu diuji kembali kebenarannya yaitu : 1. Diduga ada pengaruh dari tingkat suku bunga (X1), nisbah bagi hasil (X2),

Valuta Asing (X4), baik secara simultan maupun parsial terhadap penghimpunan dana masyarakat bank syariah di Indonesia

2. Diduga variabel Jumlah kantor Bank Syariah (X3) paling dominan terhadap penghimpunan dana masyarakat pada Bank Syariah di Indonesia.

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Yang dimaksud dengan definisi operasional ialah mendefinisikan yang berasal dari teori untuk dapat dioprasikan ke dalam suatu penelitian. Adapun untuk mengetahui pengukuran dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel terikat (Y)

Jumlah dana yang dihimpun masyarakat pada bank syari’ah di Indonesia (Y). Adalah besarnya simpanan masyarakat pada Bank Syariah baik berupa tabungan, deposito, atau giro sesuai dengan prinsip syariah. Satuan dinyatakan dalam miliar.

2. Variabel bebas (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah: a. Tingkat suku bunga

Adalah tingkat balas jasa yang diperoleh masyarakat atas sejumlah dana atau pinjaman yang telah diberikan. Variable ini dinyatakan dalam satuan persen (%).

b. Nisbah bagi hasil

Nisbah bagi hasil merupakan proporsi atau rasio besarnya dana yang akan dibagi sesuai kesepakatan antara pihak bank dan nasabah. Variable ini dinyatakan dalam satuan persen (%).

c. Jumlah kantor bank

Jumlah kantor bank adalah jumlah kantor bank yang dimiliki Bank Syariah yang terdapat di Iindonesia. Variable ini dinyatakan dalam satuan ( unit). d. Valuta asing

Perbandingan harga sebuah mata uang dari suatu negara yang dinyatakan dengan mata uang asing lainnya. Digunakan untuk membiayai transaksi keuangan internasional. Variable ini dinyatakan dalam satuan rupiah dolar.

Dokumen terkait