• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.6 Sistem Manajemen Dana Bank Syariah

Hubungan antara bank syariah dengan nasabahnya bukan hubunggan antara debitur dan kreditur, melainkan hubungan kemitraan antara oenyandang dana (shahib al maal) dengan pengelola dana (mudharib). Oleh karena itu tingkat laba bank syariah bukan saha berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil untuk para pemegang saham, tetapi juga berpengaruh terhadap bagi hasil yang dapat diberikan kepada nasabah yang menyimpan dana. Dengan demikian kemampuan manajemen untuk melaksanakan fungsinya sebagai penyimpan harta, pengusaha dan pengelola investasi yang baik (professional investment manager) akan sangat menentukan kualitas usahanya. Faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen dana bank syariah dapat dikelompokkan menjadi lima, antara lain :

1. Kebijakan moneter 2. Lingkungan perbankan 3. Mobilisasi

4. Pasar modal

5. Hubungan peminjam dan pemodal 2.7 Penilaian Kesehatan Bank Syariah

Untuk menjaga agar aktivitas perbankan tetap eksis dan terus memberikan keuntungan, maka setiap manajemen bank diminta untuk menjaga kesehatannya dari waktu ke waktu. Penilaian kesehatan bank juga dilakukan untuk bank syariah baik bank umum syariah maupun bank perkreditan rakyat syariah. Hal ini dilakukan sesuai dengan perkembangan metodologi penilaian kondisi bank yang bersifat dinamis yang mendorong pengaturan kembali sistem penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan prinsip syariah.

Penialian kesehatan bank syariah dilakukan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.9/I/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah yang berlaku mulai 24 Januari 2007.Dari hasil penjelasan Deputi Gubernur Bank Indonesia menjelaskan bahwa penerapan ini dilakukan dengan memperkirakan produk dan jasa perbankan syariah ke depan kian beragam dan kompleks, sehingga eksposur risiko yang dihadapi juga meningkat. Meningkatnya eksposur risiko tersebut akan mengubah profil risiko bank syariah, yang pada gilirannya akan memengaruhi tingkat kesehatan bank tersebut. Dalam penilaian tingkat kesehatan, bank syariah telah memasukkan risiko yang melekat pada aktivitas bank (internet risk), yang meruakan bagian dari proses penilaian manajemen risiko.

Bank syariah wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulan, yang meliputi faktor-faktor :

1. Permodalan (capital) 2. Kualitas aset (asset quality) 3. Manajemen (management) 4. Rentabilitas (earning) 5. Likuiditas (liquidity)

6. Sensitivitas terhadap risiko pasar ( sensitivity to market risk)

22

Tabel 2.2

Faktor Penilaian Kesehatan Bank Syariah

No. Faktor yang

dinilai Komponen Bobot

1. Permodalan Rasio modal terhadap aktiva tertimbang

menurut risiko. 25%

2. Kualitas aktiva produktif

a. Aktiva produktif dikalsifikasikan terhadap aktiva produktif.

b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dibentuk oleh bank

a. Rasio laba usaha rata-rata terhadap volume usaha.

b. Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional.

5%

5%

5. Likuiditas

a. Rasio kewajiban bersih antar bank terhadap modal inti.

b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank dalam rupiah dan valuta asing.

5%

5%

Sumber : Muhammad, 2004:168

Khusus untuk tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan prinsip syariah ((BPRS), Bank Indonesia mengeluarkan aturan baru yang mulai berlaku 4 Desember 2007, yaitu Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 9/17/PBI/2007 perihal sistem penilaian tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah mengatur penilaian tingkat kesehatan BPRS mencakup penilaian :

1. Faktor permodalan (capital) 2. Faktor kualitas aset (asset quality) 3. Faktor rentabilitas (earning)

4. Faktor likuiditas (liquidity) atau faktor keuangan dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif

5. Sedangkan penilaian atas komponen dari faktor manajemen (management) dilakukan secara kualitatif.

Rincian penilaian tingkat kesehatan BPR berdasarkan prinsip syariah adalah sebagai berikut :

1. Penilaian secara kualitatif dilakukan dengan mempertimbangkan indikator pendukung dan/atau pembanding yang relevan.

2. Peringkat setiap komponen pembentuk faktor keuangan terdiri dari peringkat 1, peringkat2, peringkat3, peringkat4, dan peringkat5.

3. Peringkat setiap komponen pembentuk faktor manajemen terdiri dari peringkat A, peringkat B, peringkat C, peringkat D.

4. Proses penilaian peringkat faktor keuangan dilakukan dengan pembobotan atas nilai peringkat faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas, dan likuiditas.

5. Berdasarkan hasil penilaian peringkat faktor keuangan dan penilaian peringkat faktor manajemen, diterapkan peringkat komposit yang merupakan peringkat akhir hasil penilaian tingkat kesehatan bank.

6. Proses penilaian peringkat komposit dilaksanakan melalui penggabungan atas peringkat faktor keuangan dan peringkat manajemen menggunakan tabel konversi dengan mempertimbangkan indikator pendukung dan unsur judgement.

Selanjutnya untuk menentukan peringkat komposit yang merupakan peringkat akhir hasil penilaian tingkat kesehatan bank ditetapkan sebagai berikut :

24

Tabel 2.3

Peringkat Komposit Kesehatan Bank

No. Peringkat Keterangan

1. Komposit 1

Bank yang memiliki kondisi tingkat kesehatan yang sangan baik sebagai hasil dari pengelolaan usaha yang sangat baik.

2. Komposit 2 Bank yang memiliki kondisi tingkat kesehatan yang baik sebagai hasil dari pengelolaan usaha yang baik.

3. Komposit 3

Bank yang memiliki kondisi tingkat kesehatan yang tidak baik sebagai hasil dari pengelolaan usaha yang tidak baik.

Sumber : Kasmir, 2016:257

Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) wajib melakukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang terkait dengan penilaian Tingkat Kesehatan BPRS secara triwulan, untuk posisi akhir bulan Maret, Juni, September, dan Desember.

Bank Indonesia dapat meminta Direksi, Dewan Komisaris, dan/atau Pemegang Saham untuk menyampaikan rencana tindakan (action plan) apabila hasil penilaian menunjukkan :

1. Satu atau lebih faktor permodalan, faktor kualitas aset, faktor rentabilitas, dan faktor likuiditas memiliki oeringkat 4 atau 5.

2. Faktor manajemen memiliki peringkat C atau D.

3. Memiliki peringkat komposit 4 atau 6.

2.8 Aspek-Aspek Penilaian Kinerja Keuangan Bank Syariah

Salah satu alat ukur yang digunakan untuk menentukan kondisi suatu bank dikenal dengan nama analisis CAMELS yang terdiri dari capital, asset, management, earning, liquidity, and sensitivity.

2.8.1 Aspek Permodalan (capital)

Dalam aspek ini yang dinilai adalah permodalan yang dimiliki oleh bank yang didasarkan pada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan kepada CAR (capital adequacy ratio) yang telah ditetapkan BI.Perbandingan rasio CAR adalah rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (AMTR). Sesuai ketentuan yang telah ditetapkan pemerintah, maka CAR perbankan untuk tahun 2002 minimal harus 8%.

2.8.2 Aspek Kualitas Aset (asset)

Penilaian aset harus sesuai dengan Peraturan oleh Bank Indonesia dengan mempertimbangkan antara aktiva produktif yang dikasifikasikan terhadap aktiva produktif. Kemudian rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif dikasifikasikan. Rasio ini dapat dilihat dari neraca yang telah dilaporkan secara berkala kepada Bank Indonesia.

2.8.3 Aspek Kualitas Manajemen (management)

Dalam aspek ini, yang dinilai adalah manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas dan manajemen likuiditas.

2.8.4 Aspek Earning

Merupakan aspek yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan. Kegunaan aspek ini juga untuk mengukur

26

tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan.

Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat di atas standar yang telah ditetapkan. Penilaian ini meliputi hal-hal seperti :

1. Rasio laba terhadap total aset (ROA)

2. Pebandingan biaya operasi dengan pendapatan operasi (BOPO) 2.8.5 Aspek Likuiditas (liquidity)

Suatu bank dapat dikatakan likuid, apabila bank yang bersangkutan mampu membayar semua utangnya terutama utang-utang jangka pendek. Utang jangka pendek yang dimaksud yaitu seperti simpanan tabungan, giro dan deposito.

Dikatakan likuid jika pada saat ditagih bank mampu membayar, bank juga harus mampu memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Penilaian dalam aspek ini meliputi :

1. Rasio kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar.

2. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank seperti KLBI, giro, tabungan, deposito dan lain-lain.

2.8.6 Aspek Sensitivitas (sensitivity)

Aspek sensitivitas mulai diberlakukan oleh Bank Indonesia sejak Mei 2004. Sensitivitas terhadap risiko ini penting agar tujuan memperoleh laba dapat tercapai dan pada akhirnya kesehatan bank juga terjamin. Risiko yang dihadapi terdiri dari risiko lingkungan, risiko manajemen, risiko penyerahan, dan risiko keuangan.

Di samping CAMELS, kesehatan bank juga dipengaruhi hasil penilaian lainnya, yaitu penilaian terhadap :

1. Ketentuan pelaksanaan pemberian Kredit Usaha Kecil (KUK) dan pelaksanaan kredit ekkspor.

2. Pelanggaran terhadap ketentuan batas maksimum pemberian kredit (BMPK) atau sering disebut legal lending limit.

3. Pelanggaran posisi devisa netto.

Batas minimal dan maksimal untuk menentukan predikat suatu bank dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 2.4 Batas Predikat Bank

Nilai Kredit Predikat

81 – 100 Sehat

66 - <81 Cukup Sehat

51 - <66 Kurang Sehat

0 - <51 Tidak Sehat

Sumber : Kasmir, 2016: 51

2.9 Penyelamatan dan Penyehatan Bank Syariah

Dalam ketentuan Pasal 54 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 diatur mengenai langkah-langkah penyelamatan dan penyehatan perbankan syariah yang mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan kegiatan usahanya.

Menurut ketentuan ini, dalam hal bank syariah mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan kegiatan usahanya, Bank Indonesia berwenang melakukan tindakan dalam rangja tindak lanjut pengawasan (Usman, 2014 : 376), antara lain :

1. Membatasi kewenangan rapat umum pemegang saham, komisaris, direksi dan pemegang saham, antara lain pembatasan keputusan pemberian bonus,

28

pemberian dividen kepada pemilik bank syariah, atau kenaikan gaji bagi pegawai dan pengurus.

2. Meminta pemegang saham menambah modal.

3. Meminta pemegang saham mengganti anggota dewan komisaris dan/atau direksi bank syariah.

4. Meminta bank syariah menghapus bukukan penyaluran dana yang macet dan memperhitungkan kerugian bank syariah dan modalnya.

5. Meminta bank syariah melakukan penggabungan atau peleburan dengan bank syariah lain.

6. Meminta bank syariah dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajibannya.

7. Meminta bank syariah menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan bank syariah kepada pihak lain.

8. Meminta bank syariah menjual sebagian atau seluruh harta dan/atau kewajiban bank syariah kepada pihak lain diluar bank yang bersangkutan, bauk bank lain, badan usaha lain, maupun individu yang memenuhi persyaratan.

Selanjutnya, apabila tindakan penyelamatan dan penyehatan tersebut belum cukup untuk mengatasi kesulitan yang dialami bank syariah, maka Bank Indonesia menyatakan bank syariah yang bersangkutan tidak dapat disehatkan dan menyerahkan penanganannya ke Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk diselamatkan atau tidak diselamatkan. Dalam hal LPS menyatakan bank syariah tidak diselamatkan, Bank Indonesia atas permintaan LPS mencabut izin usaha

bank syariah dan penanganan lebih lanjut dilakukan oleh LPS sesuai dengan

30

2.11 Kerangka Konseptual

Menurut Supranto (2003:324), pada dasarnya kerangka berpikir (framework of thinking) sama dengan kerangka teoritis (theoritical framework.

Menurut Uma Sekaran dalam bukunya yang berjudul Methods for Business (2000) mengatakan bahwa, kerangka berpikir dapat diartikan sebagai model konseptual mengenai bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor atau variabel yang telah dikenali (diidentifikasi) sebagai masalah yang penting sekali (Supranto, 2003:324).

Berikut ini adalah kerangka konseptual dari kinerja keuangan bank syariah devisa dan bank syariah non devisa di Indonesia :

One Way Anova (perbandingan)

Gambar 2.2

Kerangka Konseptual Perbedaan Kinerja Keuangan Bank Syariah Devisa dan Bank Syariah Non Devisa

Dalam upaya mempertahankan pertumbuhan dan kesehatan bank, upaya yang perlu dilakukan adalah senantiasa meningkatkan solvabilitas dan profitabilitas. Dalam aspek permodalan (capital) yang dinilai adalah permodalan

Kinerja Keuangan

32

yang dimiliki oleh bank yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank, penilaian tersebut didasarkan pada CAR yang telah ditetapkan BI.

ROA menunjukkan kemampuan bank memperoleh keuntungan dari pengolahan aset yang dimilikinya. Untuk mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh bank dinilai berdasarkan NPF (Non Performing Financing). FDR (Financing to Deposit Ratio) menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana oleh deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. BOPO (Belanja Operasional terhadap Pendapatan Operasional) menggambarkan efisiensi perbankan dalam melakukan kegiatannya.

SIZE merupakan suatu variabel yang digunakan untuk menilai ukuran perusahaan. 2.12 Hipotesis

Menurut Yusuf (2014:130), hipotesis adalah dugaan sementara yang harus dibuktikan kebenarannya melalui penyelidikan ilmiah. Hipotesis dapat juga dikatakan kesimpulan sementara, merupakan suatu konstruk yang masih perlu dibuktikan, suatu kesimpulan yang belum teruji kebenarannya. Berikut adalah hipotesis peneltian ini :

H1 : Ada perbedaan yang signifikan antara CAR yang dicapai bank syariah devisa dan bank syariah non devisa.

H2 : Ada perbedaan yang signifikan antara ROA yang dicapai bank syariah devisa dan bank syariah non devisa.

H3 : Ada perbedaan yang signifikan antara FDR yang dicapai bank syariah devisa dan bank syariah non devisa.

H4 : Ada perbedaan yang signifikan antara NPF yang dicapai bank syariah devisa dan bank syariah non devisa.

H5 : Ada perbedaan yang signifikan antara BOPO yang dicapai bank syariah devisa dan bank syariah non devisa.

H6 : Ada perbedaan yang signifikan antara SIZE bank syariah devisa dan bank syariah non devisa.

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif merupakan penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi tertentu atau mencoba menggambarkan fenomena secara detail. Menurut tingkat eksplanasinya, penelitian ini tergolong penelitian komparatif, yaitu suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Penelitian ini mengacu pada data berupa angka-angka sehingga dikategorikan dalam penelitian yang bersifat kuantitatif.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini adalah Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan yang diakses melalui website. Waktu penelitian ini dimulai dari April 2017 sampai dengan Desember 2017.

3.3 Batasan Operasional

Objek penelitian dalam penelitian ini terdiri dari sepuluh bank umum syariah, yang terbagi dalam empat bank umum syariah devisa dan enam bank umum syariah non devisa. Bank umum syariah devisa di Indonesia antara lain yaitu PT. Bank BNI Syariah, PT. Bank Mega Syariah, PT. Bank Muamalat Indonesia, dan PT. Bank Syariah Mandiri, sedangkan bank umum syariah non devisa antara lain yaitu PT. Bank BCA Syariah, PT. Bank BRI Syariah, PT. Bank Jabar Banten Syariah, PT. Bank Panin Syariah, PT. Bank Syariah Bukopin, dan PT. Bank Victoria Syariah. Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah laporan keuangan triwulan periode 2012 sampai dengan 2016 yang telah dipublikasikan.

3.4 Defenisi Operasional

Dalam aspek permodalan (capital) yang dinilai adalah permodalan yang dimiliki oleh bank yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank, penilaian tersebut didasarkan pada CAR (capital adequaci ratio) yang telah ditetapkan BI. ROA (return on asset) menunjukkan kemampuan bank memperoleh keuntungan dari pengolahan aset yang dimilikinya. FDR (financing to deposit ratio) adalah perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan pihak ketiga yang berhasil diusahakan oleh bank. NPF (non performing financing) merupakan rasio yang menunjukan kemampuan sebuah bank dalam mengelola pembiayaan bermasalah yang telah disalurkan oleh bank.

BOPO (beban operasional pendapatan operasional) adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Pada perbankan ukuran (size) lebih cenderung dilihat dari total assetnya karena produk utama utama dari bank adalah pembiayaan serta investasi, sedangkan pada perusahaan yang bergerak pada penjualan langsung seperti customer goods lebih dipakai penjualanya.

3.4.1 Capital Adequacy Ratio (CAR)

CAR merupakan rasio untuk mengukur permodalan dan cadangan penghapusan dalam menanggung perkreditan, terutama risiko yang terjadi karena bunga gagal ditarik. Berikut ini adalah rumus untuk menghitung nilai CAR.

36

Keterangan :

ATMR : aktiva tertimbang menurut risiko

3.4.2 Return On Asset (ROA)

ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen menghasilkan income dari pengelolaan aset. ROA menunjukkan kemampuan bank memperoleh keuntungan dari pengolahan aset yang dimilikinya. Berikut ini adalah rumus untuk menghitung nilai ROA :

3.4.3 Financing Deposit Ratio (FDR)

Financing deposit ratio merupakan rasio antara jumlah pembiayaan yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank.FDR tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk menghitung nilai FDR :

Keterangan :

DPK : Dana pihak ketiga

3.4.4 Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional

BOPO (Beban Operasional Pendapatan Operasional) adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Semakin rendah BOPO maka semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang didapat bank akan semakin besar. Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung BOPO :

3.4.5 Non Performing Financing (NPF)

Non Perfoming Financing (NPF) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh bank. Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan bahwa kualitas pembiayaan semakin tidak sehat.

Rumus perhitungan NPF adalah sebagai berikut :

3.4.6 Size

Size merupakan suatu ukuran yang menunjukkan besar kecil suatu perusahaan yang dapat dilihat dari total asset yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap.

Pada perbankan ukuran (size) lebih cenderung dilihat dari total assetnya karena produk utama utama dari bank adalah pembiayaan serta investasi

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini skala pengukuran variabel yang digunakan adalah skala rasio. Dalam ilmu statistika, data rasio merupakan tipe data dengan level

38

pengukuran yang paling tinggi. Data ini termasuk dalam kelompok data kuantitatif. Angka yang digunakan pada data ini menunjukkan angka sesungguhnya yang datanya dapat dikalikan atau dibagi, bukan hanya sebagai simbol dan memiliki nilai nol yang sesungguhnya.

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian 3.6.1 Populasi

Pengertian populasi menurut Suharjo (2013:7) adalah keseluruhan objek yang akan diteliti. Populasi ini sering juga disebut universe. Anggota populasi dapat berupa benda hidup maupun benda mati, dimana sifat-sifat yang ada padanya dapat diukur atau diamati. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bank syariah di Indonesia yang berjumlah tiga belas bank syariah.

Tabel 3.1

Daftar Bank Syariah di Indonesia No. Nama Bank Syariah di Indonesia

1. PT. Bank BNI Syariah 2. PT. Bank Mega Syariah 3. PT. Bank Muamalat Indonesia 4. PT. Bank Syariah Mandiri 5. PT. Bank BCA Syariah 6. PT. Bank BRI Syariah

7. PT. Bank Jabar Banten Syariah 8. PT. Bank Panin Syariah

9. PT. Bank Syariah Bukopin 10. PT. Bank Victoria Syariah

11. PT. Bank Maybank Syariah Indonesia

12. PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah 13. Bank Aceh Syariah

Sumber : www.bi.go.iddiakses pada rabu 10 Mei 2017 pukul 21.09 WIB

3.6.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi. Sampel merupakan suatu jumlah yang terbatas dari unsur yang terpilih dari suatu populasi. Unsur tersebut

hendaklah mewakili populasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling merupakan salah satu teknik pengambilan sampel dimana peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian. Syarat yang digunakan dengan purposive sampling yaitu :

1. Kriteria atau batasan ditetapkan dengan teliti.

2. Sampel yang diambil sebagai subjek penelitian adalah sampel yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.

Dalam penelitian ini kriteria yang digunakan adalah :

1. Bank syariah devisa dan bank syariah non devisa yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan dan triwulan dari tahun 2012 sampai tahun 2016 secara berturut-turut.

2. Bank syariah devisa dan bank syariah non devisa yang mempublikasikan data-data mengenai variabel yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka ada delapan bank yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini termasuk lima bank syariah devisa dan tujuh bank syariah non devisa. Berikut ini daftar bank syariah yang akan dijadikan sampel :

Tabel 3.2

Sampel Bank Syariah Devisa dan Bank Syariah Non Devisa

No. Bank Syariah Non Devisa Bank SyariahDevisa 1. PT. Bank BCA Syariah PT. Bank Syariah Mandiri 2. PT. Bank BRI Syariah PT. Bank Mega Syariah 3. PT. Bank Syariah Bukopin PT. Bank BNI Syariah

40

4. PT. Bank Maybank Syariah

Indonesia PT. Bank Panin Syariah

Sumber : www.bi.go.iddiakses pada rabu 10 Mei 2017 pukul 21.09 WIB

3.7 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Sumber data sekunder berasal dari media perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan triwulan bank syariah yang dipublikasi selama periode 2012 sampai 2016.

3.8 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Dalam penelitian ini data diambil melalui laporan keuangan yang dipublikasi melalui website resmi Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan dan website resmi masing-masing bank yang dijadikan sampe dalam penelitian ini.

3.9 Uji Hipotesis

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik statistik yaitu uji-F atau sering disebut juga One Way Anova. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan analisis statistik yang menggunakan software statistik spss ver.22. Tujuan dari uji hipotesis yang penelitian ini adalah untuk menentukan menerima atau menolak hipotesis yang telah dibuat. Langkah-langkah pengujian One Way Anova adalah sebagai berikut :

1. Menentukan hipotesis penelitian.

Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara CAR yang dicapai bank syariah devisa dan bank syariah non devisa.

H1 : Ada perbedaan yang signifikan antara CAR yang dicapai bank syariah devisa dan bank syariah non devisa.

H0 : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara ROA yang dicapai bank syariah devisa dan bank syariah non devisa.

H2 : Ada perbedaan yang signifikan antara ROA yang dicapai bank syariah devisa dan bank syariah non devisa.

H0 : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara FDR yang dicapai bank syariah devisa dan bank syariah non devisa.

H3 : Ada perbedaan yang signifikan antara FDR yang dicapai bank syariah devisa dan bank syariah non devisa.

H3 : Ada perbedaan yang signifikan antara FDR yang dicapai bank syariah devisa dan bank syariah non devisa.

Dokumen terkait