• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Manajemen Volunteer Masyarakat Relawan Indonesia (MARI)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sistem Manajemen Volunteer Masyarakat Relawan Indonesia (MARI)

Yayasan PARAS

1. Tahapan Perencanaan (Planning)

Masyarakat Relawan Indonesia (MARI) adalah sebuah kelompok sukarelawan yang dibentuk dan diorganisir dengan rapih oleh Yayasan PARAS dengan tujuan menghimpun siapapun yang memiliki kepedulian dan jiwa sosial untuk membantu sesamanya keluar dari kesulitan. Yayasan PARAS didirikan tahun 2005, dengan visi mencita-citakan terjadinya

transformasi sosial budaya dalam masyarakat Indonesia yaitu rangkaian proses-proses perubahan yang pada akhirnya memunculkan masyarakat baru yang ditandai oleh kebebasan politik, tersedianya fasilitas ekonomi, terbukanya peluang-peluang sosial serta terjaminnya transparansi dan rasa

aman. Kata „paras‟ berarti wajah atau muka, Yayasan ini ingin

membangun wajah Indonesia, dari wajah yang penuh dengan goresan-goresan kemelaratan, kesewenang-wenangan dan keputus asaan ke wajah yang penuh keceriaan, dan keberanian dalam menatap masa depan. Pernyataan ini dapat di lihat dalam Visi PARAS di majalah terbitan MARI yang ditulis oleh Agung Harianto.37

Fokus kegiatan atau poros kegiatan Yayasan PARAS lebih pada upaya pendampingan. Sebagaimana dikemukakan oleh Pak Nanang Haroni selaku Manajer pengorganisasian Yayasan PARAS;

“PARAS itu kan didirikan tahun 2005, kalo Visi Misinya bisa dibaca di Liflet, fokus kegiatan atau poros kegiatannya lebih pada upaya

pendampingan.” 38

Secara spesifik, pendampingan yang dilakukan Yayasan PARAS mengarah pada proses pendampingan bagi para pendamping, jadi pada konteks ini PARAS mengambil posisi sebagai fasilitator, memberi suport bagi para pendamping yakni ahli pemberdayaan yang secara kapasitas memang merupakan kelompok yang memiliki fokus profesional pada

37

Agung Harianto, dkk. Mereka yang Terlupakan, Refleksi dan Potret Kemelaratan di Indonesia (Yogyakarta: REGOL)

38

bidang pemberdayaan. Hal ini dapat di lihat dalam contoh kegiatan yang dikemukakan oleh Pak Nanang;

”...Pendampinganitu dalam artian mensuport para pendamping... yang besar, yang ada datanya, yang bisa saya ingat dari data, bukan karena saya ikut terlibat itu proses pendampingan untuk nelayan-nelayan di kampung laut Cilacap Jawa Tengah, jadi sama posisinya dengan kegiatan yang lain pada waktu itu mensuport pendamping, jadi ada ahli pemberdayaan masyarakat dibidang pertanian yang memang punya konsern yang sama dan menjadi partner, sahabat PARAS sejak awal, mereka yang mensuport untuk menjadi pendampingnya itu yang menerima fasilitas pendampingan yang dibutuhkan untuk proses

pendampingan terhadap para nelayan...”39

Selain pendampingan PARAS juga melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat amal, sebuah kegiatan yang bobot kegiatannya lebih pada pemberian atau santunan. Ini dilakukan ketika dilapangan ditemukan sebuah kondisi dimana pendampingan tidak bisa dilakukan secara keseluruhan, kemudian sebagian lagi dilakukan kegiatan yang sifatnya kuratif. Hal ini juga sebagaimana dinyatakan oleh Pak Nanang Haroni;

“Tetapi tidak semua yang ada di situ didampingi, sebagian besar,

sebagian tersentuh tapi sifatnya kuratif, memberi kemudian pergi...”40

Pada tahun 2006, Dibentuklah sebuah divisi baru dalam kepengurusan PARAS yang pada fokus kerjanya tetap merujuk pada PARAS karena MARI memang bagian dari PARAS, divisi baru ini kemudian dirumuskan dan ditetapkan dengan nama Masyarakat Relawan Indonesia (MARI) secara kinerja lebih pada wilayah pengorganisasian kerelawan hal-hal

39

Informan Nanang Haroni, 15 Juli 2010

40

yang terkait dengan kinerja kerelawanan, dimana pada tataran publikasi dan praktek di lapangan Masyarakat Relawan Indonesia lebih dikenal oleh masyarakat pada umumnya dibandingkan PARAS sebagai wadah atau induk organisasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Pak Nanang Haroni;

“..., tahun 2006, waktu itu, tidak lama setelah Sirajuddin Abbas Menjabat sebagai direktur pelaksana ada semacam perubahan fokus kegiatan posisinya sebenarnya membuat divisi baru, yaitu Mayarakat Relawan Indonesia, jadi posisi baru, yang pendampingan tetap berjalan, Masyarakat Relawan Indonesia diposisikan sebagai Divisi baru, dalam satu tahun itu paling tidak, divisi itu yang keliatannya banyak terekspos karena itu mewakili yayasan PARAS ke luar gitu, nah yang menonjol ya itu divisi Masyarakat Relawan, tidak ada bedanya sebenarnya secara kelembagaan karena dia adalah bagian dari program dan tujuan besar dari program yang ditetapkan, intinya sih pada akhirnya dia sebagai divisi semakin mengkristal, semakin menjadi semakin dilihat, Masyarakat Relawan ini semakin mengkristal sebaga divisi yang mengelola kegiatan-kegiatan kerelawanan,...”41

Jadi pada dasarnya, Masyarakat Relawan Indonesia (MARI) diproyeksikan untuk menterjemahkan Visi PARAS melalui kegiatan-kegiatan kongkrit kemanusiaan. Ditengah upaya Indonesia bangkit dari keterpurukan, dimana semangat Bineka Tunggal Ika mulai terkikis, disintergrasi tumbuh sebagai acaman klasik yang muncul kembali kepermukaan, kemiskinan dan kebodohan menjadi pekerjaan rumah yang tidak kunjung ditemukan jalan keluarnya, bencana alam juga menjadi bagian dari tantangan itu untuk dicarikan jalan keluar penanganannya. Pada konteks ini MARI dirumus untuk menjadi solusi teknis dari tantangan-tantangan itu melalui kegiatan-kegiatan kemanusiaan yang akan penulis paparkan dalam pembahasan selanjutya. Tetapi secara garis besar,

41

MARI merupakan perwujudan dari upaya menciptakan senyuman dan keberdayaan sebagaimana dicita-citakan PARAS sebagai induk organisai. 2. Tahapan Pengorganisasian (Organizing)

MARI membagi beberapa kriteria atau jenis relawan yang kemudian menjadi tipe relawan yang akan didistribusikan dalam kegiatan sosial sebagai relawan. Ada tiga jenis relawan yang menjadi fokus pengelolaan relawan MARI.

a. Relawan Ibu rumah tangga,

b. Relawan pekerja (kariawan)

c. Relawan mahasiswa atau pelajar.

Sebagaimana diterangkan oleh Pak Nanang Haroni;

”... secara konsep itu ada beberapa, saya lupa persisnya tetapi saya ingin mengatakan beberapa jenis relawan yang mau kita kelola yaitu Relawan Ibu Rumah Tangga, Mahasiswa atau Pelajar dan Kariawan,

kalo pelajar mulai dilakukan pada tahun 2007”.42

Perekutan relawan menjadi bagian penting dalam pengorganisasian relawan. Pada fase awal, Masyarakat Relawan Indonesia memulai perekrutan relawan melalui orang-orang terdekat lebih dulu dengan pengurus bagi pengurus MARI yang dalam kegiatan sehari-harinya juga aktif sebagi pengajar di kampus-kampus atau sekolah-sekolah, mereka melakuka perekrutan di lingkungan kampus. Ini disampaikan oleh Yuni;

”Cara rekrutmennya biasanya dari temen ke temen, kan pertama ngerekrut, kaya Pak Abbas, taukan ngerti kan ? modelnya kayak Pak

42

Abbas, jadi masing-masing, Pak Abbas kan jadi direktur, salah satu anggota paras juga kan, jadi merekrutnya itu, kayak anak muridnya

gitu, kaya bawahannya gitu, anak buahnya gitu…. Untuk pertama kalinya kayak gitu”43

Selanjutnya setelah ada relawan yang menjadi bagian dalam Masyarakat Relawan Indonesia, relawan yang sudah terlibat ini menjadi jaringan kerelawanan tersendiri dimana secara perekrutan kerelawanan mereka menjadi bagian dari sistem perekrutan itu. Hal ini senada dengan pernyataan Yuni;

”...relawan yang udah bergabung sejak pertama terus jadi jaringan

MARI, jadi ketika MARI membuat kegiatan terus membutuhkan relawan yang banyak, mereka itulah yang ngajak temennya untuk

gabung di MARI.”44

Proses perekrutan relawan Ibu rumah tangga disosialisasikan melalui jaringan kerja yang kemudian jaringan kerja ini menginformasikan kepada istrinya atau tetangga terdekatnya, bahwa ada kegiatan kerelawanan yang membutuhkan bantuan Ibu-ibu sebagai volunteer. Sebagimana yang di ungkapkan Yuni Relawan salah satu MARI;

”... misalkan saya ngajak kamu, rik ikut yu rik misalnya kamu udah punya pacar atau udah punya isteri gitu kan istri kamu ibu rumah tangga tu ya kamu ngajak istri kamu, jadi isteri kamu juga bisa disebut relawan, gitu.”45

Pada dasarnya perekrutan relawan di Masyarakat Relawan Indonesia (MARI) tidak terlalu di targetkan pada jenis relawan tertentu, seperti

43

Informan Yuni Fornita 17 Agustus 2010

44

Informan Yuni Fornita 17 Agustus 2010

45

ditulis sebelumnya, perekrutan dilakukan secara terbuka untuk siapapun. Adapun jenis relawan seperti dikelompokkan sebelumnya, untuk mempermudah MARI dalam hal ini sebagai kepanjangan tangan dari PARAS menyampaikan cita-cita organisasi. Sebagaimana disinggung oleh Kang Taufik;

”Jenis relawan yang dijadikan target MARI, hanya untuk

mempermudah MARI dalam menyampaikan maksud dan tujuan diadakannya beberapa kegiatan, dengan asumsi jenis relawan seperti ini adalah represetasi dari beberapa kelompok fital, baik keluarga,

lingkungan kerja dan lingkungan pelajar.”46

Di samping itu jenis relawan ini dapat dimobilisasi untuk kegiatan-kegiatan tertentu menurut keahlian dasarnya; sebagaiman dikatakan oleh Pak Nanang Haroni;

”Kalo pendistribusian itu tergantung pada keperluan dalam artian tidak ada distribusi khusus, pendistribusian bisa jadi tergantung pada karakter kerjanya, kalo semisal wilayah pendampingan bagi para pelajar, maksudnya untuk mengajar, berartikan yang kita pergunakan minimal relawan dari pelajar juga.”47

Relawan yang aktif di kegiatan kerelawanan MARI selain terdiri dari relawan yang meluangkan waktu untuk kegiatan kerelawanan di MARI juga orang-orang yang memang memiliki kegiatan kerelawanan di lembaga kerelawanan lain. Hal ini dapat di lihat dari pengakuan Kang Taufik;

46

Informan Taufik 30 Juli 2010

47

”...saya berkecimpung, karena saya sendiri bukan di MARI aja menjadi volunteer jadi ke yang lain kita siap...”48

MARI juga menjalin komunikasi dengan berbagai profesional, untuk menunjang kecakapan MARI dalam memberikan layanan atau bantuan pada korban bencana juga pada setiap kegiatan pendidikan yang diselenggarakan oleh MARI. Hal ini dapat dilihat dari keterangan yang diberikan oleh Pak Nanag Haroni;

”...ada ahli pemberdayaan masyarakat dibidang pertanian yang memang punya konsern yang sama dan menjadi partner, sahabat

PARAS sejak awal...”49

MARI menghimpun berbagai golongan dan sumber daya manusia dalam masyarakat untuk dilibatkan dalam berbagai kegiatan MARI, kemudian mereka bekerja secara teknis sebagai relawan.

3. Tahapan Pengaktualisasian (Actuating)

a. Pelatihan Sebelum Terjun ke Lapangan

Calon relawan mendapatkan pelatihan sebelum diterjunkan kelapangan sebagai relawan. Sebelumnya penulis ingin membuat klasifikasi relawan yang berkiprah di PARAS, setidaknya ada dua klasifikasi relawan pertama relawan yang memang sudah memiliki keampuan kerelawanan atau sudah memiliki pengalaman cukup baik sebagai relawan, ke dua relawan yang sama sekali belum pernah memiliki pengalaman secara teknis dalam dunia relawan. Relawan yang sudah memiliki kemampuan atau pengalaman

48

Informan Taufik 30 Juli 2010

49

sebagai relawan adalah relawan yang sebelumnya pernah membaktikan dirinya untuk kegiatan kerelawanan, seperti aktif sebagai relawan dilembaga lain atau sudah pernah terjun sebagai relawan di bebrapa daerah bencana

“Kebetulan kan saya menjadi volunteer, terjun langsung menjadi volunteer tahun 2004, kebetulan waktu tsunami Aceh, menjadi volunteer beneran lah istilahnya, terjun ke lapangan, satu angkatan dari

UIN, UMJ banyak dari Universitas lainnya bergabung...”50

Kemudian relawan yang secara personal memiliki kemampuan profesional di bidang tertentu yang dibutuhkan dalam kegiatan kerelawanan.

”...ada ahli pemberdayaan masyarakat...”51

Selanjutnya relawan yang bisa jadi memiliki kemampuan khusus tetapi tidak memiliki pengalaman secara teknis maupun pengetahuan tentang dunia kerelawanan.

“...kita tidak memilah-milah, yang jelas dia mau jadi volunteer apa engga kita berangkat ke lapangan itu yang pertama saya ga pernah dan teman-teman tidak pernah menanyakan dia punya skill apa udah, tapi dia mau ga jadi volunteer itu yang pertama, ada juga volunteer yang

baru pertama kali terjun menjadi relawan...”52

50

Informan Taufik 30 Juli 2010

51

Informan Nanang Haroni, 15 Juli 2010

52

Sebelum diterjukan ke lapangan, relawan mendapatkan pelatihan terlebih dahulu tekait dengan teknis fungsi dan tugas yang akan dikerjakan di lapangan.

“Kalo yang sekarang sedang berjalan itu, pendidikan tanggap bencana tu ada pelatihan untuk relawannya dulu, jadi sebelum kita terjun ke mana, ke sekolah-sekolah itu, kita juga dilatih sama Bang Oo waktu itu yah. Dan sebelum melakukan kegiatan takutnya lupa ada breefing dulu.”53

b. Jenis Kegiatan

MARI melibatkan diri pada beberapa sektor, terutama pada dua sektor fital yakni pendidikan dan penanggulangan bencana, ini terlihat dari program-program dan kegiatan MARI yang terfokus pada dua kegiatan itu. Pada wilayah pedidikan, MARI memfasilitasi orang-orang yang ingin menyumbang bagi anak-anak kurang mampu untuk bersekolah. Kegiatan ini teramu dalam program OASE (Orangtua Asuh Anak Sekolah) Yayasan PARAS.54 Selanjutnya program Penguatan Multikulturalisme Melalui Jaringan Guru, pelaksanaan pogram ini adalah dengan mengadakan pelatihan program pendidikan multikultural mengajar. Kemudian sebagai lanjutan dilaksanakan diskusi melalui program monitoring dan evaluasi di dua tempat terpisah di Banten yakni Kota Lebak dan Pandeglang. Monitoring dilakukan terhadap proses belajar mengajar di empat sekolah di Kabupaten Lebak dan tiga sekolah di Pandeglang, tempat guru-guru peserta pelatihan program pendidikan multikultural mengajar. Diantara

53

Informan Yuni Fornita 17 Agustus 2010

54

sekolah-sekolah tersebut adalah SMAN 1 Malingping, SMAN 1 Wanasalam, SMAN 2 Banjarsari, dan Madrasah Aliyah Cisamping, SMAN 4 Pandeglang, Madrasah Aliyah Nurul Arifin, dan Madrasah Aliyah Mathlaul Anwar, Jiput, Pandeglang. Sejak awal perancangannya, program ini dimaksudkan untuk memperkuat wawasan multikulturalisme dikalangan guru sekolah menengah baik MA maupun SMA di Profinsi Banten khususnya di Lebak dan Pandelang.55 Selanjutnya Rumah Sekolah Kampung Bambu, Kali Baru Cilincing Jakarta Pusat, sebuah sekolah darurat yang dibuat untuk anak-anak tidak mampu di daerah Kali Baru Cilincing Jakarta Pusat.56

Dalam kegiatan penanggulangan bencana MARI mengacu pada dua bentuk kegiatan pertama pendidikan, pendidikan dalam hal ini lebih mengarah pada pelatihan siaga bencana bagi pelajar dan ke dua

penaggulangan bencana. Pada wilayah pendidikan siaga bencana, salah satu kegiatan MARI yang bisa diambil sebagai contoh kegiatan yaitu Pelatihan Tanggap Bencana Sekolah membangun kesiagaan dan kepekaan pada tahun 2008. Pelatihan tanggap bencana digelar di sejumlah sekolah, program ini dilakukan sekaligus dengan kegiatan pengumpulan donasi perlengkapan sekolah yang kelak disampaikan langsung anak didik kepada siswa tidak mampu. Program disusun sedemikian rupa dalam serangkaian refleksi dan permainan sesuai usia anak. Chairijal, relawan yang juga penggerak masyarakat di kawasan Tanggerang, bertugas menyusun cetak

55

Parasnews, 2010, hal. 8

56

biru pelatihan sekaligus menjadi komando pelaksanaan di lapangan. Prinsipnya sederhana, pelatihan menggunakan alat dan permainan (games and material) untuk menciptakan suasana bencana lewat pengandaian yang tidak disadari anak (manipulation), memberi kesadaran tentang banyaknya pilihan tindakan juga alat untuk mengatasi sebuah situasi

(choice), sesuai dengan bahasa anak dan orang dewasa, hanya memberi suport. Pelatihan sudah dilaksanakan di Sekolah Alam Semut-semut (Depok), SDN Muara 02 Teluk Naga (Tanggerang), SD Cakra Buana (Depok), Sekolah Alam Citra Alam (Ciganjur) dan Sekolah Cakra Nusantar Cinere. Pelatihan ini berbasis materi tentang gempa, tapi dari sini siswa juga digiring untuk berefleksi tentang berbagai bencana dan bagaimana seharusnya mereka bertindak. Diakhir pelatihan relawan dan pihak sekolah mendiskusikan kegiatan bersama dengan sekolah lain sekaligus menyampaikan donasi perlengkapan sekolah dari siswa, yang terkumpul sebelumnya.57 Seluruh kegiatan in dikawal sejumlah relawan Mahasiswa dari UIN Jakarta dan STIKIM Lenteng Agung Depok, Jawa Barat.58

Bentuk kegiatan lain terkait dengan bencana adalah penanggulangan bencana itu sendiri. Ada beberapa kejadian bencana Gempa di Jogja, Gempa bumi dan tsunami di Pangandaran, Banjir di Jakarta, bendungan jebol Situ Gintung di Tanggerang Selatan. Kebetulan relawan MARI mendapat kesempatan untuk terjun secara langsung menagani beberapa

57

Paras News Edisi Februari 2009, hal. 2

58

masalah di daerah bencana tersebut. Ada banyak hal yang bisa dilakukan dalam penanggulangan bencana alam, hal ini tentunya menuntut kreatifitas dan kepekaan para relawan secara personal dari mulai bantuan dalam skala kecil (hanya bantuan tenaga saja) sampai bantuan dalam sekala besar yang membutuhkan pemikiran serius para relawan. Gempa bumi Jogja merupakan bagian penting dari catatan perjalanan MARI, relawan melakukan kegiatan yang inspirasi dan konsep kerelawananya di dapat kemudian dirumuskan di tempat bencana itu, kegiatan dimulai dari hal terkecil seperti membersihkan rumah-rumah penduduk, setelah keluhan masyarakat korban gempa betul-betul terdeteksi dengan baik, MARI membuat rancangan pengadaan rumah tinggal sementara yang idenya dari mas Imdad, pegadaan MCK, kemudian pengadaan Air bersih yang idenya dari Kang Taufik, dan mendirikan kembali sekolah TK yang hancur oleh gempa.

“...Nah berbekal dengan pengalaman-pengalaman orang-orang ini kita disana misalkan, contoh lah di djogja yang umum aja pertama membantu membersihkan rumah, tapi setelah kita di sana, kita membuat program sendiri bersama pengurus yah, misalkan pengadaan rumah tinggal sementara, terus pengadaan MCK, pengadaan air, waktu itu yang air ya ide saya yang rumah tinggal idenya mas imdad gitu, terus mengadakan pengajian-pengajian membuka TK, bukan membuka yanh membuka kembali yang kemaren di djogja itu runtuh kita buka

kembali di tenda darurat itu secara spontan...”59

Di tempat lain, 2-7 Februari MARI melakukan tindakan sigap bencana banjir di Jakarta, setelah pada tanggal 1 Februari Jakarta diguyur hujan

59

lebat kemudian air membanjiri Ibu kota hingga 3-4 meter. MARI melakukan kegiatan-kegiatan tanggap darurat (emergency respose) di berbagai daerah banjir. Konsolidasi relawan segera dilakukan sejak hari pertama dan mereka pula yang memfasilitasi relawan baru baik individu maupun kelompok untuk bergabung. Bantuan dilakukan dalam beberapa bentuk, evakuasi dan pengiriman bahan makanan kepada penduduk yang terjebak di kawasan Antasari, Ciledug dan Cipinang Muara. Penyaluran bantuan logistik ke sejumlah kantung pengungsian termasuk masyarakat Bukit Duri dan Ciledug Tanggerang.60 kemudian bekerjasama dengan Klinik Tribrata Polri melakuakan pengobatan geratis, tim kesehatan terdiri dari 3 dokter dan 8 perawat dipimpin oleh dr Dyah Ellyaningsih.61

c. Pola Komunikasi

Relawan adalah orang-orang yang melakukan sesuatu (membantu) secara sukarela tanpa mengharapkan imbalan apapun (tanpa pamrih), dengan ini sering kali relawan tidak memilki ikatan formal dengan lembaga apapun tempat relawan tersebut menyumbangkan tenaganya, di sisi lain organisasi kerelawanan juga memiliki kecenderungan untuk lebih memposisikan diri sebagai organisasi yang tidak mengikat. Maka dari itu sebagai sebuah sebuah organisasi yang tidak mengikat, organisasi kerelawanan dituntut untuk merancang sebuah konsep ikatan yang secara teknis tidak dipandang sebagai sistem yang mengikat. Wahana Lingkungan Hidup (WALHI), sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat yang

60

Paras News Edisi April 2007, hal. 4

61

fokus pada kegiatan-kegiatan pemeliharaan lingkungan hidup juga menjadikan relawan sebagai mediator dalam setiap programnya, merekrut orang-orang yang secara naluri memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup, dalam orang-orang yang menyumbangkan tenaganya untuk aktif sebagai relawan di WALHI memang memilki hobi dalam memelihara lingkungannya, hal ini kemudian berdampak pada loyalitas relawan untuk terus mengabdikan diri sebagai relawan di WALHI walau tanpa ikatan formal.

Pada beberapa konteks kegiatan Masyarakat Relawan Indonesia (MARI) juga memakai tipe rekrutmen yang relatif sama, MARI sebaga divisi yang menangani masalah kerelawanan di Yayasan PARAS, membangun pola rekrutman berbasis hobi. Seperti yang diakui salah satu relawan MARI Yuni Fornita;

“Ga tau ya rik saya suka sih sama kegiatan-kegiatan sosial kayak gitu, kaya bikin acara-acara gitu, suka aja”.62

Pola itu kemudian ditambah dengan jalinan komunikasi yang cukup efektif dalam memperkuat ikatan emosional baik pengurus dengan relawan ataupun sebaliknya maupun antara sesama relawan. Ada beberapa kegiatan rutin maupun sifatnya temporar yang secara teknis sebetulnya tidak dimaksudkan untuk meperkuat hubungan emosional tapi berpengaruh cukup efektif pada pembangunan emosional itu sendiri. Diantaranya diskusi bulanan yang membahas tema-tema kajian tentang pendidikan

62

bahasan kemudian terkonfrontir dengan kepekaan sosial yang secara naluriah memang dimiliki oleh setiap manusia pada konteks ini peserta diskusi. Hal ini lantas membangun kepekaan yang lebih mendalam pada setiap peserta diskusi untuk kemudian lebih terpacu lagi utuk bergerak. Selain pertemuan rutin melalui diskusi ada pertemuan yang sifatnya insidental, pada beberapa kesempatan, bisa diambil contoh, bulan puasa staf PARAS selalu menggelar buka puasa bersama dan mengundang relawan, pertemuan-pertemuan ini juga dilakukan pada hari besar lainnya. Seperti pernyataan Yuni;

”Ada banyak cara sih, kaya misalkan ada acara buka puasa bersama,

biasanya pengurus MARI bikin acara buka puasa bersama di rumah salah satu pengurusnya, terus kegiatan hari besar lainya, itu juga bagus terus kebanyakan volunteer juga suka dan interes gitu sama acara-acara kaya gitu, terus juga ada diskusi biasanya sih diadain tiap bulan sekali, ngebahas tentang masalah pendidikan gitu, trus dari obrolan-obrolan kecil juga, kita sering ngobrolin hal-hal tentang sosial gitu, yang lama-lama bikin kita kesel trus bikin acara buat menanggulangi masalah itu deh.”63

Komunikasi melalui situs jejaring sosial pun dilakukan, MARI membuat grup di facebook sebagai wadah silaturahmi apabila tidak memungkinkan untuk bertemu secara fisik. Segala bentuk informasi kaitannya dengan kegiatan yang memang melibatkan relawan ataupun tidak selalu di perbaharui melalui jejaring sosial ataupun pada pertemuan rutin PARAS.

Pola-pola konfensional seperti dihubungi (melalui telfon atau sms) ketika ada kegiatan juga dilakukan oleh pengurus MARI untuk

63

memaksimalkan informasi bagi para relawan yang ingin terlibat dalam

Dokumen terkait