• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menyukai Tugas yang Memiliki Taraf Kesulitan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.1 Menyukai Tugas yang Memiliki Taraf Kesulitan

berada di pesisir utara pulau Jawa, pesisir selatan Sumatera, dan pesisir barat Kalimantan, lebih dari seribu tahun lalu. Umumnya mereka datang untuk berdagang atau mencari kehidupan baru.Kehidupan baru masyarakat Tionghoa harus mengolah hubungan internal dalam dirinya dan alam semesta untuk pertumbuhan dan kesejahteraan hidup (Sugiarto, 2012:99).Menaklukkan alam dan mengeksploitasinya adalah bentuk perusakkan diri dan perendahan diri bagi manusia.Konsep inilah yang menuntun masyarakat Tionghoa menyesuaikan diri dengan alam.Inilah yang diajarkan oleh tradisi mereka menghadapi tempat yang baru.Mereka dituntut beradaptasi dengan alam dan semua yang berada di sekitarnya yang merupakan urusan-urusan sosial yang berhubungan dengan kemanusiaan. Menurut konfusius (Fung Yu lan, 2007: 11) mengatakan bahwa:

“Tugas sehari-hari berhadapan dengan urusan-urusan sosial dalam hubungan kemanusiaan bukanlah sesuatu yang asing bagi manusia bijaksana.Melaksanakan tugas ini merupakan hal yang sangat esensi dalam pengembangan penyempurnaan kepribadiannya.Ia melaksanakannya

39

bukan hanya sebagai seorang warga masyarakat tetapi juga sebagai seorang warga alam semesta.”

Masyarakat Tionghoa sangat mudah beradaptasi dan berbaur baik pria maupun wanita, tidak membedakan gender.Budaya watak gigih dan mudah beradaptasi masyarakat Tionghoa mempunyai hubungan sangat erat dengan etos kerja masyarakat Tionghoa dalam melakukan pekerjaannya. Mudah beradaptasi yang dimiliki oleh masyarakat Tionghoa dapat terlihat jelas dalam kehidupan sehari-hari mereka. Menurut pendapat Ann Wan Seng (2007: 3) yang mengatakan bahwa:

“Watak gigih dan mudah beradaptasi tidak dibedakan oleh masalah gender, wanita dan pria.Sifat gigih dan mudah beradaptasi yang dimiliki oleh masyarakat Tionghoa yang diujarkan oleh yang mengatakan masyarakat Tionghoa sangat fleksibel, mudah berubah, dan dapat menyesuaikan diri terhadap segala kondisi.”

Watak gigih mengacu pada sifat tidak mudah menyerah, tidak mudah putus asa dan selalu maju dalam menghadapi setiap rintangan.Sedangkan, sikap mudah beradaptasi mengacu pada sifat tidak mengalami kemunduran apabila ditempatkan pada lingkungan yang baru.Memiliki pribadi yang dapat menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar, sehingga banyak dari mereka cepat mendapatkan teman baru. Oleh karena itu, adanyarasa kemanusiaan yang terkandung sikap mengasihi terhadap manusia yang lain walaupun banyak perbedaan. Menurut konfusius (Fung Yu lan, 2007: 53) mengatakan bahwa: “...Rasa kemanusiaan terkandung dalam sikap mengasihi terhadap manusia yang lain. Manusia benar-benar mengasihi manusia yang lain adalah manusia yang dapat melaksanakan kewajibannya dalam masyarakat.”

40

Berbeda dengan masyarakat Tionghoa di Pasar Galang Deli Serdang. Menurut informan Aan (laki-laki, 55 tahun) masyarakat Tionghoa di Pasar Galang Deli Serdang sangat tertutup, sulit berbaur, dan adanya trauma bagi mereka pada bulan Mei 1998. Hal ini terjadi karena, adanya kesenjangan kehidupan ekonomi antara pribumi dengan masyarakat Tionghoa di pasar Galang Deli Serdang.Kehidupan ekonomi masyarakat Tionghoa di pasar Galang Deli Serdang semakin baik dan mengalami kemajuan yang cepat dibandingkan dengan masyarakat pribumi.Ketika terjadinya krisis ekonomi global membuat masyarakat pribumi semakin membenci masyarakat Tionghoa, bahkan pada puncaknya muncul sentimen anti-Tionghoa yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat pribumi mengakibatkan banyak kasus kejahatan, seperti: penjarahan barang-barang di toko-toko, pemerkosaan, pembunuhan, perampokkan, dan kejahatan yang sistematis.Peristiwa ini membuat masyarakat Tionghoa di pasar Galang Deli Serdang tidak mundur tetapi membuat mereka semakin maju dalam kegiatan perdagangan. Hal ini sependapat dengan informan Netty yang baru satu tahun tinggal di Galang Deli Serdang (perempuan, 28 tahun) menjelaskan bahwa:

“Baru satu tahun saya tinggal di kota Galang. Awalnya saya merasa sulit beradaptasi dengan lingkungan yang baru namun saya harus fleksibel, dan gigih dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan, contohnya: saya harus bersikap ramah terhadap semua konsumen yang datang ke toko saya.”

Masyarakat Tionghoa di pasar Galang Deli Serdang memiliki sikap tenggang rasa dalam berdagang. Sikap tenggang rasa adalah salah satu nilai tradisional yang menjadi ciri penting budaya berdagang masyarakat Tionghoa di pasar Galang Deli Serdang. Tenggang rasa menekankan kerjasama yang baik sebagai dasar keberhasilan, dan gunakanlah sesuatu hal yang disukai, mampu

41

untuk dikerjakan berdasarkan hati nurani dan jangan menggunakan sesuatu yang tidak mampu untuk dikerjakan dan tidak disukai. Menurut konfusius (Fung Yu lan, 2007: 53) mengatakan bahwa:

“Jangan menggunakan sesuatu yang tidak mampu kamu sukai yang dimiliki atasanmu dalam memperlakukan bawahanmu.Jangan menggunakan sesuatu yang kamu tidak sukai yang dimiliki bawahanmu dalam melayani atasanmu. Jangan menggunakan sesuatu yang kamu tidak sukai dari orang yang mendahuluimu dalam menghadapi orang-orang yang yang datang setelahmu. Jangan menggunakan sesuatu yang kamu tidak sukai dari orang yang dibelakangmu, dalam mengikuti orang-orang di depanmu. Jangan menggunakan sesuatu yang tidak kamu sukai yang terletak di sebelah kananmu, untuk diperlihatkan kepada orang-orang tang berada di sebelah kiri.Jangan kamu menggunakan sesuatu yang tidak kamu sukai yang terletak di sebelah kiri untuk diperlihatkan kepada orang-orang yang berada di sebelah kanan.”

Masyarakat Tionghoa di pasar Galang Deli Serdang sangat percaya bahwa dalam berdagang persahabatan lebih penting daripada peraturan atau hasil. Menurut Konfusius (Yuan Wang, 2000:41) mengemukakan: “...Jika orang dapat belajar untuk saling mempercayai maka undang-undang dan peraturan praktis tidak akan diperlukan. Ajaran ini menekankan peranan prinsip-prinsip moral, bukan aturan-aturan hukum.”

Persahabatan yang dapat menjalin relasi yang kuat. Relasi yang kuat merupakan motor penggerak dalam kekeluargaan. Relasi yang kuat sesama masyarakat Tionghoa di pasar Galang Deli Serdang menjadi pilar cara pandang dalam kerangka kerja ekonomi. Menurut informan Yosai Yok (perempuan, 81 tahun) mengatakan bahwa:

“Perkumpulan masyarakat Tionghoa di kota Galang sudah ada sejak lama, yaitu sejak saya berdagang selama 47 tahun. Relasi ini untuk bekerja sama, saling tolong-menolong. Relasi ini membuat masyarakat Tionghoa di kota Galang saling perduli bahkan saling menguntungkan satu sama lain.”

42

Relasi yang kuat dapat menciptakan rasa pertemanan.Pertemanan harus dilandasi dengan sikap setia dan tulus hati.Jika melakukan kesalahan terhadap teman, jangan segan untuk meminta maaf. Menurut Konfusius (Boye De Mente, 1989: 183) yang mengatakan bahwa:

“Jadikanlah kesetiaan dan ketulusan sebagai pedoman dalam hidupmu.Jangan mencari teman yang sebaik dirimu.Kalau engkau melakukan kesalahan, jangan ragu-ragu untuk membetulkan kesalahan tersebut.Bercita-citalah tidak hanya untuk berhasil, tetapi juga berguna untuk temanmu sesama manusia.”

Masyarakat Tionghoa di pasar Galang Deli Serdang mengutuk aktualisai diri sendiri, tetapi menonjolkan unsur-unsur kebersamaan (non-individual) organisasi masyarakat. Konfusius dengan tegas menganggap sifat mementingkan diri sendiri sebagai akar segala kejahatan. Menumpuk kekayaan pribadi melalui perdagangan suatu bentuk mementingkan diri sendiri tidak memperoleh prioritas dalam masyarakat Tionghoa dan tidak menggunakan cara kotor. Menurut konfusius (Yuan Wang, 2007: 34) mengatakan bahwa: “... Segala bentuk promosi diri, seperti menonjolkan diri sendiri di tempat kerja akan memancing orang saling bersaing demi kepentingan masing-masing.”Hal ini sependapat dengan informan yang benama Aan (laki-laki, 55 tahun) bahwa:

“Menggunakan cara kotor, semua orang akan menjauh. Setiap pedagang sama-sama buka usaha dan tidak boleh makan rejeki orang dan tidak boleh mengejek orang bahkan menyepelkan orang.Oleh karena itu, harus memiliki ketrampilan, kreatifitas dan harus memiliki ide untuk mengembangkan usaha agar lebih maju. ”

Mereka berpendapat bahwa sukses itu sesungguhnya adalah penghargaan yang mereka terima dari orang lain, sebagaimana imbalan atas jasa atau kontribusi mereka kepada orang lain. Mereka percaya bahwan sukses bersifat mutual benefit,

43

timbal balik, atau saling menguntungkan dan itu harus ditebus dengan kerja keras. Itu sebabnya dengan rendah hati mereka memikirkan dan mencari tahu apa yang orang lain inginkan untuk mereka penuhi. Hal ini jelas berlawanan dengan kecenderungan umum yang menginginkan agar orang lain memberikan dan melakukan apa yang mereka inginkan.

Dokumen terkait