• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Tinjauan Pustaka

2. Sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak

a. Dasar Hukum Sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3). Dasar hukum yang mengatur mengenai sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) antara lain:

1) Undang-Undang tahun 1998 Jo. UU No.6 tahun 2000 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

2) Keputusan Menteri Keuangan No.5/KMK.01/93 jo. Keputusan Menteri Keuangan No.536/KMK.03/2002 tentang penunjukan

Bank persepsi dalam rangka pengelolaan setoran penerimaan negara

3) Keputusan Menteri Keuangan No.493/KMK.03/1996 jo. Keputusan Menteri Keuangan No. 538/KMK.03/2002 tentang pengelolaan penerimaan dan pengeluaran negara melalui PT.Pos Indonesia ( Persero)

4) Keputusan bersama Direktorat Jenderal Anggaran No.Kep-76/A/2002 dan DJP No.Kep-288/PJ/2002 tentang pentatausahaan penerimaan setoran pajak melalui Bank persepsi dan Bank devisa persepsi yang diolah secara online.

5) Keputusan Direktorat Jendaral Pajak No.Kep-383/PJ/2002 tentang tata cara pembayaran SSP melalui sistem pembayaran online dan penyampaian SPT dalam bentuk digital

6) Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No.Kep-162/PJ/2003 tentang sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) pada DJP. b. Pengertian Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak.

Monitoring Pelaporan pembayaran Pajak(MP3), merupakan sarana bagi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam mengawasi pembayaran pajak secara elektronik yang disebut e- payment. Sistem pembayaran pajak ini dilakukan oleh PT Pos (Persero), Bank Persepsi/ Bank Devisa Persepsi yang telah melakukan hubungan pertukaran informasi data secara online dengan Direktorat Jenderal Pajak, pembayaran setoran pajak melalui sistem pembayaran online dapat dilaksanakan melalui

PT.Pos indonesia (persero) atau teller Bank Persepsi dan Bank Devisa Persepsi secara online, maupun menggunakan fasilitas alat transaksi yang disediakan oleh bank persepsi dan Bank Devisa Persepsi online.

Sesuai dengan keputusan Direktorat Jenderal Pajak No/Kep 12/PJ/2003 tentang pelaksanaan Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak. Tempat pembayaran yang akan memberikan pelayanan pembayaran pajak secara online wajib mengajukan permohonan hubungan online dengan Direkorat Jenderal Pajak. Direktorat Jenderal Pajak akan menghubungi Direkur informasi perpajakan dengan tembusan Direktorat Jenderal Anggaran. Direktorat Jendaral Informasi kemudian melakukan kerja sama untuk menyelaraskan sistem pembayaran pajak online. Setelah penyelarasan sistem pembayaran pajak berhasil dengan baik, maka Direktorat Jendral Pajak menerbitkan surat rekomendasi yang disampaikan kepada Direktorat Jendral Anggaran. Tembusan kepada tempat pembayaran pajak secara online.

Sesuai dengan keputusan Direktorat Jendral Pajak No.Kep 383/PJ/2002 wajib pajak dapat melakukan pembayaran setoran pejak melalui sistem pembayaran online terhitung mulai tanggal 1 Juli 2002. sedangkan untuk wajib pajak besar wajib melakukan pembayaran setoran pajak melalui sistem pembayaran online dan menyampaikan SPT dalam bentuk digital terhitung mulai tanggal 1 September 2002.

Wajib pajak yang melakukan pembayaran pajak melalui unit Bank Presepsi, Bank Devisa Presepsi dan Pos Indonesia (Persero) yang belum

dapat melakukan administrasi penerimaan pajak secara online namun masih berhak menerima pembayaran pajak dapat melakukan pembayaran pajak pada unit tersebut tidak secara online sampai tanggal 31 Desember 2003.

c. Fungsi Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3)

Adapun fungsi dari Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) adalah sebagai berikut :

1) Meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak

Dengan adanya kemudahan pembayaran pajak melalui sistem pembayaran pajak secara online serta fasilitas alat pembayaran yang disediakan, wajib pajak tidak lagi mengalami kesulitan untuk melkasanakan kewajiban perpajakannya. Selain itu, dengan adanya fasilitas ini akses wajib pajak semakin mudah dan cepat

2) Memberikan kepastian hukum kepada wajib pajak

Sejak dilakukannya penyetoran pajak oleh wajib pajak melalui Bank yang sudah online dengan Direktorat Jenderal Pajak, maka wajib pajak yang sudah menyetor pajak yang harus dibayarkan pada tanggal tersebut secara otomatis sudah melaporkan kewajiban perpajakannya kepada Direktorat Jenderal Pajak. Dibandingkan dengan sistem pelaporan yang sudah ada, melalui sisitem MP3 data pembayaran pajak wajib pajak dapat langsung terekam dan diolah dalam database nasional maupun lokal tanpa harus menunggu berkas wajib pajak yang melewati prosedur administrasi atau tatausaha

pajak yang ada. Dengan demikian wajib pajak tidak dirugikan akibat kesalahan prosedur administrasi atau tatausaha perpajakan.

1) Memonitor Kepatuhan Wajib Pajak

Pengawasan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya mulai dari penyetoran hingga pelaporan kewajiban perpajakannya dapat dilakukan dengan bantuan sarana Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3). Pengawasan kewajiban perpajakan dengan sistem ini selalu dilakukan pengawasan oleh Account Refresentativ pada seksi pengawasan dan konsultasi di Kantor Pelayanan Pajak Modern terhadap semua wajib pajak yang menjadi tanggung jawabnya.

2) Menjamin validitas dan akurasi data pembayaran pajak

Dengan pelaksanaan sisitem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) yang telah diterapkan, maka kesalahan akan perhitungan atau kurang akuratnya data yang diterima dari masing-masing pos yang berada dalam alur SSP maupun data pembayaran pajak semua wajib pajak dapat dihindari. Hal ini karena adanya sistem yang terintegrasi dari pengelolaan secara otomatis sehingga sedikit menggunakan cara manual atau pengelolaan langsung melalui Sumber Daya Manusia. Data yang dikelola dari Bank hingga ke Kantor Pelayanaan Pajak tidak akan salah akibat human error. 3) Menghindari kejahatan di bidang perpajakan

Tidak dapat dihindari sistem manual yang diterapkan selama ini terdapat banyak kelemahan. Di antaranya pemalsuan atas SSP sehingga mengurangi kinerja KPP dalam mencapai target penerimaan. Hal tersebut juga merugikan negara serta menciptakan tindakan kriminalitas bagi wajib pajak serta oknum yang bekerjasama.

Dengan penerapan sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak ini, tindakan kriminal di bidang perpajakan dapat dicegah dan segera terdeteksi.

4) Mempercepat pengambilan keputusan

Dengan akses informasi, penerimaan pajak yang lebih cepat dan akurat. Data informasi yang disediakan dari saran Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) ini mempercepat dalam menghasilkan Laporan Penerimaan Pajak (LPP) bulanan. Laporan penerimaan pajak yang telah dihasilkan menampung berbagai informasi tentang perpajakan, mulai dari rencana penerimaan, realisasi hingga perbandingan rencana dan realisasi. Sehingga Kantor Pelayanan Pajak dapat membuat analisa atas kinerjanya dan mengambil langkah kebijaksanaannya untuk meningkatkan penerimaan pajak. Selain itu, informasi yang diterima dari sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) dapat digunakan untuk menganalisa kepatuhan wajib pajak atau gambaran kemampuan perpajakan setiap wajib pajak.

d. Tata Cara Pelaksanaan Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) Berikut ini adalah gambaran umum mengenai tata cara pelaksanaan sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak :

1) Teller Bank memasukkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), kode KPP, Nomor kode administrasi Pajak, kode mata anggaran pajak dan kode administrasi pajak. Kemudian data-data tersebut di kirim ke Direktorat Jenderal Pajak

2) Bank menerima konfirmasi atas data pembayaran yang dikirimkan ke Direktorat Jenderal Pajak serta menampilkan nama wajib pajak, alamat, kota kedudukan wajib pajak, uraian MAP dan uraian jenis setoran.

3) Teller Bank memasukkan masa pajak, tahun pajak, Nomor ketetapan pajak ( jika membuat STP atau SKP) dan jumlah pembayaran pajak. 4) Pada saat data pembayaran wajib pajak sudah selesai dicatat di

komputer kantor pusat Direktorat Jenderal Pajak, Nomor Transaksi Pembayaran Pajak (NTPP) di generate oleh sistem yang ada di Direktorat Jenderal Pajak dan akan muncul dalam layar komputer teller Bank.

5) Nomor transaksi pembayaran pajak selanjutnya dapat dicetak di SSP dengan printer atau dikutip oleh Bank dan ditulis ke SSP

6) Bank dan DJP melakukan rekonsiliasi, yaitu proses identifikasi perbedaan dan persamaan data pembayaran setoran pajak yang

tercatat dalam sistem komputer DJP dengan kantor penerima pembayaran pajak setiap hari pada jam tertentu.

Walaupun pembayaran pajak sudah dilakukan dengan sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3), namun pelaporan pembayaran pajak dengan sarana SSP masih dilakukan dengan prosedur standar yaitu alur penyampaian SSP lembar ke 2 yang disampaikan olen Bank melalui kantor penerimaan dan pembendaharaan negara dan kantor wilayah DJP. Hal ini dilakukan sebagai legalitas terhadap penyetoran penerimaan negara yang ditangani sepenuhnya oleh Kantor Penerimaan dan Pembendaharaan Negara (KPPN), kemudian SSP khusus yang digunakan sebagai SSP lembar ke 3 yang dijadikan sarana pelaporan pembayaran wajib pajak diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak untuk dilakukan Cross check.

Dokumen terkait