• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Skema 4. Sistem Pemberian Keperawatan Manajemen Kasus

f. Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)

Yaitu suatu sistem (struktur proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang dapat menopang pemberian asuhan keperawatan. Lima Komponen dalam Model Praktek Keperawatan Profesional : (a) nilai-nilai profesional yang merupakan inti dari model praktek keperawatan profesional (MPKP), (b) hubungan antar profesional, (c) metode pemberian asuhan keperawatan, (d) pendekatan manejemen dalam perubahan pengambilan keputusan, (e) sistem kompetensi dan penghargaan.

Kepala Ruangan

Staf Perawat

Pasien/Klien

Staf Perawat Staf Perawat

B. Analisa Ruang Rawat

1. Pengkajian Manajemen Pelayanan

Pengkajian sistem manajemen di Ruang Anyelir (Obstetri & Ginekologi) dilakukan dengan analisa situasi ruangan pada tanggal 14 - 15 Juni 2012 melakukan wawancara terhadap Ka. Poliklinik, Karu VK, Karu Rawat Inap dan beberapa pegawai serta melakukan observasi yaitu observasi situasi dan kondisi ruangan, pelayanan asuhan kebidanan/ keperawatan, penyediaan sarana dan prasarana, sistem kerja dan komunikasi antara pegawai dalam memberikan asuhan keperawatan/ kebidanan. Tanggal 13 Juni 2012 dilakukan penyebaran kuesioner yaitu kuesioner tentang perilaku pemimpin yang diberikan kepada 5 orang bidan pelaksana, kepuasan kerja perawat yang diberikan kepada 7 bidan, dan kepuasan pasien yang diberikan kepada 5 orang pasien rawat inap. Setelah pengumpulan data selesai, kemudian dilakukan analisa data. Gambaran hasil analisa situasi Ruang Anyelir dideskripsikan sebagai berikut:

a. Man

Di ruang Anyelir saat ini memiliki empat belas orang pegawai yang terdiri dari 1 orang Ka. Poliklinik dengan pendidikan DIII Kebidanan, 1 orang Karu VK dengan pendidikan DIII Kebidanan, 1 orang Karu Rawat Inap dengan pendidikan DIII Kebidanan, dan 11 perawat pelaksana yang keseluruhannya berpendidikan DIII Kebidanan.

Proses perekrutan tenaga perawat secara umum di RS. G.L Tobing melalui ujian yang dilakukan oleh direksi. Pegawai yang diterima, diorientasikan

Divisi Keperawatan. Dari hasil orientasi tersebut akan diputuskan penempatan yang tepat untuk setiap pegawai..

1. Jumlah Tenaga Kerja di Ruang RUANG ANYELIR

No. Jabatan Pendidikan Jumlah

1. 2. 3. 4. Kepala Poliklinik Karu VK

Karu Rawat Inap Pelaksana DIII Kebidanan DIII Kebidanan DIII Kebidanan DIII Kebidanan 1 orang 1 orang 1 orang 11 orang Total 14 orang

Di Ruang Anyelir juga terdapat 1 orang tenaga non keperawatan yang membantu proses administrasi ruangan.

2. Beban Kerja dan Kebutuhan Tenaga Perawat

Berdasarkan data rekapitulasi jumlah pasien bulan Juni 2012, rata-rata pasien setiap harinya adalah 4 orang dengan tingkat ketergantungan pasien secara keseluruhan adalah minimal (Kepala Ruangan ruang Anyelir, 2012). Berdasarkan data tersebut dapat diketahui jumlah kebutuhan perawat di ruangan Anyelir adalah sebagai berikut:

Ruang Anyelir :Rata-rata pasien x 100 %

Tempat tidur pasien : 4 x 100 % = 40 % 10

Menurut Douglas, Lovevidge dan cunnings

Menurut Douglas, Lovevidge dan cunnings Klasifikasi ketergantungan pasien dibagi menjadi 3 kategori, yaitu perawatan minimal yang memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam, perawatan intermediet memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam, perawatan total memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam. Data pengkajian tanggal 09 Januari 2012 didapatkan rata-rata kondisi tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan tenaga sebagai berikut:

Tingkat ketergantungan Jumlah kebutuhan Tenaga Tingkat

ketergantungan

Jumlah pasien

Pagi Sore Malam

Minimal 4 4 x 0,17 = 0,68 4 x 0,14 = 0,56 4 x 0,07 = 0,28

Partial - - - -

Total - - - -

Jumlah 4 8,15 = 8 orang 0,56 = 1 orang 0,28 = 1 orang

Shift pagi : 1 orang

Shift siang : 1 orang

Shift malam : 1 orang

Faktor libur dan cuti = 25% x 4 = 1= 1 perawat

Tabel 1. Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang Anyelir berdasarkan kategori asuhan keperawatan menurut Depkes (2002)

No Kategori Rata-rata jumlah pasien/hari Rata-rata jam perawatan/hari Total perawatan/hari 1. Askep minimal 4 2 8 2. Askep sedang - - -

3. Askep agak berat - - -

4. Askep maksimal - - -

4 8

1) Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah:

Jumlah total perawatan = 8 = 1,14 Jam efektif perawat 7

2) Jumlah hari libur (loss day):

Jumlah hari minggu/tahun + cuti + hari besar x jumlah perawat Jumlah hari kerja efektif

52+7+14 x 1,14 = 0,29 = 0,3 286

3) Pekerjaan Non Keperawatan

Jumlah perawat yang dibutuhkan + jumlah hari libur x 25 % 1,14 + 0,3 x 0,25 = 0,36

Jumlah perawat yang dibutuhkan + Jumlah hari libur + Pekerjaan non keperawatan

1,14 + 0,3 + 0,36 = 2,1

Maka jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap RA4 bedah saraf menurut Depkes adalah 2,1 orang + 1 orang kepala ruangan = 3 orang.

Berdasarkan perhitungan diatas dapat disimpulkan menurut rumus Douglas bahwa perawat yang dibutuhkan sebanyak 5 orang, sehingga jika dibandingkan dengan jumlah perawat di ruangan Anyelir didapat kelebihan tenaga sebanyak 9 orang. Sedangkan menurut Depkes, dibutuhkan sebanyak 3 orang perawat sehingga kelebihan tenaga sebanyak 11 orang. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan menyatakan bahwa selama ini perawat melakukan tugas di luar nursing job seperti administrasi ruangan dilakukan oleh perawat.

Rumah sakit memberi kesempatan izin belajar pada tenaga perawat/bidan untuk meningkatkan pendidikannya, dimana perawat/ bidan yang ingin melanjutkan pendidikan terlebih dahulu membuat permohonan izin kuliah kepada kepala divisi keperawatan kemudian kepala divisi keperawatan akan menyampaikannya kepada kepala divisi SDM RS yang akan diteruskan kepada kepala RS. Setelah disetujui oleh kepela RS, maka kepela divisi keperawatan akan mengeluarkan jadwal tugas agar tidak mengganggu perkuliahan perawat/bidan yang melanjutkan pendidikannya. Saat ini tidak ada bidan/perawat di ruang anyelir yang sedang mengikuti pendidikan. Kepala Poliklinik mengatakan bahwa

faktor biaya dimana rumah sakit tidak menanggung biaya pendidikan pegawai dan sumber dananya merupakan biaya pribadi. Rumah sakit memberi kesempatan pada tenaga perawat/bidan untuk mengikuti pelatihan dimana pelatihan yang pernah diikuti oleh bidan di ruang Anyelir adalah sebanyak 1 kali yaitu pelatihan tentang manajemen asuhan keperawatan.

Ruang Anyelir tidak memiliki jadwal pertemuan secara teratur. Masalah-masalah yang terjadi dan informasi-informasi baru yang harus disosialisasikan dilakukan dalam pertemuan yang tidak terjadwal tergantung dari kebutuhan. Masalah yang terjadi akan diselesaikan terlebih dahulu oleh kepala ruangan dan apabila tidak terselesaikan makan akan diselesaikan oleh kepala divisi keperawatan. Kepala poliklinik mengatakan bahwa masalah-masalah yang terjadi selalu bisa diatasi dengan baik.

Kepala Poliklinik/ruangan memberi teguran kepada perawat yang lalai, malas atau memiliki kinerja yang buruk. Teguran secara lisan diberikan sebanyak 3 kali, apabila tenaga perawat yang mendapat teguran tidak dapat melakukan perbaikan, maka diberikan punishment berupa laporan Kepala poliklinik/ruangan kepada Divisi Keperawatan. Kepala Poliklinik mengatakan bahwa semua anggotanya selalu menanggapi teguran-teguran yang diberikan dengan baik. Hasil kuesioner kepuasan kerja perawat yang dibagikan kepada 8 orang bidan di ruang Anyelir didapatkan data bahwa 12,5 % menyatakan tidak puas dengan perlakuan atasan selama bekerja, 75 % menyatakan cukup puas, dan 12,5 % menyatakan puas.

Dari hasil pengolahan kuesioner kepuasan pasien yang dibagikan kepada 5 orang pasien inap di Ruang Anyelir menyatakan 100% pasien rawat inap puas dengan pelayanan di Ruang Anyelir

3. Kolaborasi dan Koordinasi

Kolaborasi dan koordinasi dengan tim kesehatan lain yaitu dokter cukup baik. Perawat dan dokter biasanya berdiskusi bersama sebelum mengambil keputusan ataupun tindakan kepada pasien terutama jika pasien perlu melakukan pemeriksaan kesehatan lebih lanjut.

b. Metode

Ruang Anyelir memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat umum, memiliki dasar dan perkembangan yang utama yaitu visi, misi, tujuan dan motto RS G.L Tobing Tanjung Morawa yang telah dijadikan standar. Berikut adalah Visi dan Misi RS G.L Tobing Tanjung Morawa :

Visi RS G.L Tobing Tanjung Morawa:

”Menjadi rumah sakit rujukan yang mandiri, unggulan, dan berdaya saing” Misi RS G.L Tobing Tanjung Morawa:

1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna khususnya terhadap karyawan PT. Perkebunan Nusantara-II (persero) dan keluarganya.

2. Melaksanakan manajemen rumah sakit secara profesional

3. Membangun kepercayaan pelanggan melalui sumber daya manusia yang profesional, berkualitas, dan berbudaya kerja prima

5. Menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan serta menciptakan nilai tambah

Tujuan RS G.L Tobing Tanjung Morawa:

“ Menjadikan Rumah Sakit Perkebunan-II sebagai pilihan utama pelayanan kesehatan bagi masyarakat kesehatan dan sekitarnya

Motto RS G.L Tobing Tanjung Morawa: ”Kami Peduli Kesehatan Anda”

Sedangkan misi, falsafah, motto dan tujuan bidang keperawatan RS dr. G. L. Tobing adalah :

Misi RS G.L Tobing Tanjung Morawa:

1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan rumah sakit melalui pelayanan keperawatan dan kebidanan yang berkualitas.

2. Mengembangkan SDM keperawatan dan kebidanan melalui pendidikan

berkelanjutan untuk melaksanakan keperawatan dan kebidanan yang profesional.

Falsafah Keperawatan :

“Memberikan pelayanan terpadu secara profesional kepada pasien dan keluarga dengan cinta kasih untuk meningkatkan mutu kesehatan”

Motto Keperawatan : “RSGLT “ : Ramah Senyum Gigih Lues Terampil Tujuan Umum:

1. Memberikan pelayanan keperawatan yang menjamin keselamatan pasien. 2. Memberikan pelayanan yang prima dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan

pasien berdasarkan standar profesi keperawatan/ standar asuhan keperawatan (SAK), standar etika keperawatan, standar komunikasi terapeutik, standar prosedur operasional (SPO).

3. Menciptakan lingkungan kerja yang kondusifdalam meningkatkan

produktivitas kerja.

4. Meminimalkan infeksi nosokomial.

5. Memberikan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal.

Ruang Anyelir belum memiliki Standar Asuhan Kebidanan (SAK) yang menjadi dasar pemberian asuhan kebidanan tetapi sudah memiliki Standar Prosedur Operasional (SPO). Adapun tujuan khusus pelayanan keperwatan ruang Anyelir adalah :

2. Melibatkan keluarga dalam proses persalinan untuk meminimalkan rasa sakit. 3. Meningkatkan hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi melalui IMD dan

Rooming In.

4. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang menyusui, memandikan, pemberian nutrisi, imunisasi, dan personal hygiene (membersihkan tali pusat). 5. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang senam hamil.

6. Meminimalkan hari rata-rata rawat 1-2 hari.

Berdasarkan hasil observasi, bidan belum optimal menjalankan SAK, SOP, serta pendokumentasian asuhan kebidanan pada setiap pasien. Ruangan juga memiliki buku dokumentasi tindakan yang diberikan kepada pasien.

Berdasarkan hasil observasi diperoleh bahwa pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga hanya dilakukan oleh bidan saat memberikan tindakan medis kepada pasien. Pemberian pendidikan kesehatan dilakukan tanpa media tetapi hanya berupa pemberian informasi dan diskusi.

Hasil observasi penulis selama praktek di Ruang Anyelir bahwa mahasiswa juga jarang melakukan pendidikan kesehatan karena kurangnya penekanan dari perawat ruangan kepada mahasiswa untuk melakukan pendidikan kesehatan dan kesadaran mahasiswa itu sendiri akan manfaat pendidikan kesehatan kepada pasien.

Pelayanan kesehatan di ruang Anyelir dilakukan oleh bidan dan dokter melakukan visite sesuai dengan jadwal kunjungan yang telah ditentukan. Pengisian buku status kesehatan pasien seperti asuhan keperawatan dilakukan bidan di ruang Anyelir. Berdasarkan observasi yang dilakukan, bidan selalu

mendampingi mahasiswa praktik saat melakukan tindakan keperawatan/ kebidanan kepada pasien.

Metode asuhan kebidanan di Ruang Anyelir menggunakan metode Fungsional. Ruang Anyelir terdiri atas beberapa penanggung jawab (PJ) dan tiap PJ melakukan tugasnya sesuai tanggung jawab. Dari hasil observasi dan wawancara diperoleh bahwa pelaksanaan metode fungsional ini belum dilakukan dengan baik karena bidan di Ruang Anyelir melakukan tugas rangkap juga sebagai perawat. Selanjutnya, hasil pengkajian melalui wawancara dengan Kapoli didapatkan bahwa sistem pendelegasian tugas keperawatan di Ruang Anyelir belum jelas karena belum adanya sistem pendelegasian secara tertulis yang dibuat oleh RS G. L. Tobing. Dalam penerapannya, pendelegasian tugas dilakukan secara tertulis yaitu pendelegasian tugas yang dilakukan kepala ruangan dan kepela poliklinik kepada perawat pelaksana secara langsug.

Supervisi biasanya dilakukan oleh Kepala Bidang Keperawatan RS GL. Tobing dengan waktu yang tidak ditetapkan. Supervisi dilakukan secara nonformal selama pelayanan. Kepala ruangan maupun poliklinik tidak pernah melakukan supervisi untuk menilai kinerja perawat.

Pengelolaan peralatan dilakukan bidan yang bertanggung jawab dalam mengelola peralatan (inventaris). Biasanya pengecekan alat-alat medis dilakukan setiap pergantian shift. Tetapi pemeriksaan kondisi peralatan dan keadaan ruangan secara keseluruhan tidak dilakukan secara teratur.

c. Money

Ruang Anyelir memiliki sistem keuangan yang diatur langsung oleh rumah sakit baik untuk pelayanan maupun untuk penggajian pegawai ruangan. Tenaga perawat memperoleh gaji sesuai dengan golongan/ jabatan masing-masing di ruangan. Sistem pembayaran pasien juga dikelola langsung oleh bagian keuangan rumah sakit dan jenis pembayaran tergantung pada jaminan yang digunakan pasien.

d. Material

Pengajuan logistik sarana maupun prasarana ruangan Anyelir dilakukan secara periodik misalnya 6 bulan sekali. Untuk pengajuan logistik bahan habis pakai seperti jelly dilakukan dengan membuat permohonan amprahan ke apotik rumah sakit saat barang-barang tersebut diperlukan. Pengelolaan alat di Ruang Anyelir, sebagai berikut :

1. Penggunaan alat tenun, seperti laken, selimut, sarung dan bantal disediakan oleh RS. Penggantian alat-alat tenun dilakukan setiap seminggu sekali. Pencucian alat tenun dilakukan secara sentrallisasi di ruang laundry, ruang Anyelir hanya mengantar alat tenun yang kotor. Penyimpanan alat tenun dilakukan secara baik, yaitu disimpan dalam lemari.

2. Perawatan untuk alat rumah tangga seperti tempat tidur dilakukan dengan perbaikan bila terjadi kerusakan, sedangkan untuk bantal, tilam dan lainnya disimpan di gudang.

3. Sudah terdapat pemisahan dalam penggunaan tempat sampah, baik tempat sampah benda tajam, tempat sampah infeksi dan non infeksi.

2. Analisa Situasi

a. Man

Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness) Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Threatened) • Seluruh tenaga bidan di

ruang anyelir RS GL. Tobing merupakan lulusan D3 Kebidanan. • Semua perawat/bidan RUANG ANYELIR memiliki pengalaman kerja yang cukup lama (> 23 tahun).

• Dari hasil kuesioner

didapat data bahwa (100%) perawat/bidan menyatakan cukup puas dengan pekerjaanya.

• Dari hasil kuesioner

kepuasan pasien diperoleh data bahwa (100%) pasien merasa cukup puas terhadap

pelayanan yang diberikan oleh • Pegawai kurang optimal dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien.

• Belum memiliki SAK.

• Belum menjalankan

SPO secara optimal.

• Pendidikan kapoli/karu yang tidak mencapai standar keprofesionalan seorang karu/kapoli.

• Tidak adanya beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

• Adanya mahasiswa yang

praktek di ruang anylir rata-rata 2-4 orang per minggu.

• RS. G.L Tobing memberi

kesempatan kepada pegawai-pegawai yang berkeinginan melanjutkan pendidikan.

• Adanya persaingan mutu

pelayanan dengan rumah sakit

lain sehingga harus

meningkatkan mutu pelayanan.

• RS G.L. Tobing merupakan

rumah sakit tipe C.

• Era globalisasi yang menuntut adanya pelayanan keperawatan/ kebidanan yang berkualitas dan bermutu.

yakni 3 shift (pagi, siang dan malam).

• Pegawai mendampingi

pasien saat visite dokter.

• Sebanyak 100 % pasien

menyatakan puas terhadap pelayanan yang

diberikan oleh perawat/bidan di ruang

Anyelir.

b. Method

Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness) Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Threatened) • Ruang Anyelir sudah memiliki

struktur organisasi yang jelas.

• Ruang Anyelir memilik

Standar Prosedur Operasional (SPO).

• Adanya ketetapan jadwal buka-tutup dan sudah terlaksana dengan baik

• Setiap ada konflik langsung diselesaikan bersama-sama

• Dari hasi kuesioner yang

• Ruang Anyelir belum

memiliki Standar Asuhan Kebidanan yang jelas.

• Ruang Anyelir belum

memiliki alur pendelegasian tugas yang jelas (belum

memiliki sistem pendelegasian tugas secara

tertulis).

• Tidak ada jadwal pertemuan rutin pegawai di ruang

• RS GL. Tobing

memberikan pelayanan pada pasien Jamsostek, Jamkesmas, dan umum.

• Adanya tuntutan akan

pelayanan keperawatan yang lebih profesional

dibagikan, didapat bahwa 12,5 % menyatakan tidak puas dengan perilaku pemimpin, 75 % cukup puas, dan 12,5 % puas.

Anyelir

• Supervisi hanya dilakukan oleh kepala bidang keperawatan dengan waktu yang tidak ditentukan.

• Dokumentasi Asuhan

kebidanan belum optimal dilaksanakan

c. Money

Kekuatan (Stenght) Kelemahan (Weakness) Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Ihreatened)

• Ruangan (Ruang Anyelir)

memiliki sistem budgeting

yang diatur langsung oleh direktorat Rumah Sakit baik untuk pelayanan maupun untuk penggajian pegawai ruangan.

• Tunjangan diberikan sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan oleh RS

• Sistem pembayaran gaji

pegawai yang masih manual.

• Adanya bantuan/jaminan

pembayaran bagi masyarakat miskin melalui

JAMKESMAS (jaminan

kesehatan msyarakat), Jamsostek (Jaminan Sosial dan Tenaga Kerja),

• RS GL Tobing

memberikan tunjangan seperti tunjangan

• Rumah sakit lain yang

mempunyai

donatur/yayasan untuk meningkatkan kebutuhan rumah sakit dengan dana yang tinggi.

d. Material

pelayanan kesehatan di bagian keuangan RS GL Tobing.

tunjangan jabatan.

Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness) Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Threatened)

• Perawatan alat-alat

dilakukan setiap saat setelah alat dipakai ataupun pasien keluar dari ruangan yaitu dengan dibersihkan dan dirapikan. • RRuuaannggAAnnyyeelliirrmmeemmiilliikkii1100 b beedd. . • RRuuaannggaann ssuuddaahh mmeemmiilliikkii p peemmbbuuaannggaannssaammppaahhmmeeddiiss d daannnnoonnmmeeddiiss.. • RRuuaannggaann mmeemmiilliikkii ssaarraannaa k koommuunniikkaassii ttiiddaakk llaannggssuunngg s seeppeerrttii ppaappaann ppeenngguummuummaann y yaannggddaappaattddiimmaannffaaaattkkaann. .

• Adanya operan alat-alat

medis setiap hari namun,

belum ada pendokumentasian data

setiap hari.

• Tidak adanya

penanggungjawab terhadap peralatan yang rusak di Ruang Anyelir.

• Adanya keterbatasan alat-alat medis

• Belum adanya label nama

tempat sampah medis dan non-medis, benda tajam.

• Adanya kebutuhan dana/

anggaran dari PTPN 2 yang memasok dan mensubsidi peralatan di rumah sakit.

• Rumah sakit lain yang

mempunyai fasilitas yang lebih lengkap.

3. Rumusan Masalah

a. Pegawai kurang optimal dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien.

b. Belum optimal supervisi terhadap pelaksanaan SAK dan SPO.

c. Pendidikan kapoli/karu yang tidak mencapai standar keprofesionalan seorang karu/kapoli.

d. Tidak adanya beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

e. Ruang Anyelir belum memiliki Standar Asuhan Kebidanan yang jelas. f. Ruang Anyelir belum memiliki alur pendelegasian tugas yang jelas (belum

adanya sistem pendelegasian secara tertulis).

g. Belum adanya penanggung jawab asuhan kebidanan. h. Belum ada jadwal pertemuan rutin pegawai Ruang Anyelir.

i. Supervisi hanya dilakukan oleh kepala bidang keperawatan dengan waktu yang tidak ditentukan.

j. Dokumentasi asuhan keperawatan belum optimal dilaksanakan. k. Sistem pembayaran gaji pegawai yang masih manual.

l. Adanya operan alat-alat medis setiap hari namun, belum ada

pendokumentasian data setiap hari.

m. Tidak adanya penanggungjawab terhadap peralatan yang rusak di ruang Anyelir.

o. Belum adanya pelabelan nama di setiap tempat sampah medis dan non medis, benda tajam.

4. Rencana Penyelesaian Masalah

Berdasarkan perumusan masalah yang diperoleh, mahasiswa profesi Ners

Fakultas Keperawatan USU hanya dapat membuat intervensi dari beberapa rumusan masalah yang diperoleh karena adanya keterbatasan yang dihadapi oleh mahasiswa profesi Ners Fakultas Keperawatan USU. Adapun beberapa intervensi dari beberapa perumusan masalah yang diperoleh adalah :

a. Pegawai kurang optimal dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien. Intervensi yang akan dilakukan :

1)Pengusulan kepada kepala ruangan untuk melakukan promosi kesehatan secara terjadwal sesuai kebutuhan pasien.

2)Penyediaan beberapa topik leaflet.

3)Penyediaan tempat leaflet yang akan diletakkan di meja nurse station.

4)Pengadaan poster berdasarkan kasus terbanyak yang ada di ruang Anyelir. 5)Role model melalui pemberian pendidikan kesehatan oleh mahasiswa

profesi Ners Fakultas Keperawatan USU.

b. Dokumentasi asuhan keperawatan belum optimal dilaksanakan. Intervensi yang akan dilakukan :

1)Pengajuan format dokumentasi asuhan keperawatan sistem checklist

kepada kepala bidang keperawatan RS G. L. Tobing.

2)Sosialisasi format dokumentasi asuhan keperawatan sistem checklist dan aplikasi format dokumentasi asuhan keperawatan sistem checklist

tersebut melalui sebuah kasus kepada kepala divis keperawatan dan perawat/bidan di ruang Anyelir RS G. L. Tobing.

3)Pendokumentasian asuhan keperawatan oleh mahasiswa profesi Ners

Fakultas Keperawatan USU.

c. Belum adanya pelabelan nama di setiap tempat sampah medis dan non medis, benda tajam. Intervensi yang akan dilakukan :

1)Pengusulan pembuatan label nama sampah medis, non-medis, dan benda tajam.

5. Implementasi

a. Manajemen Ruangan

No Masalah Tujuan Rencana Tindakan Waktu Penanggung

Jawab

1. Pegawai kurang optimal

dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien

Meningkatkan pengetahuan pasien yang berhubungan dengan penyakit pasien dan yang sesuai dengan kebutuhannya

1) Pengusulan kepada kepala ruangan untuk melakukan promosi kesehatan secara

terjadwal sesuai kebutuhan pasien.

2) Penyediaan beberapa

topik leaflet.

3) Penyediaan tempat leaflet yang akan diletakkan di meja nurse station.

4) Pengadaan poster

berdasarkan kasus terbanyak yang ada di ruang Anyelir.

5) Role model melalui

pemberian pendidikan kesehatan oleh mahasiswa profesi Ners Fakultas Keperawatan USU. 25 Juni 2012 Rizkina Nasution, S.Kep Wahyu Ningsih Lase, S.Kep 2. Dokumentasi Asuhan keperawatan belum optimal dilaksanakan Melengkapi dokumentasi asuhan keperawatan yang ada di ruang Anyelir

1) Pengajuan format dokumentasi asuhan keperawatan kepada 27 Juni 2012 Erwina Irwan, S.Kep

kepala bidang keperawatan RS G. L. Tobing. 2) Sosialisasi format dokumentasi asuhan keperawatan kepada kepala bidang keperawatan RS G. L. Tobing. 3) Pendokumentasian asuhan keperawatan oleh mahasiswa profesi Ners

Fakultas Keperawatan USU.

3. Belum adanya pelabelan

nama di setiap tempat sampah medis, non medis, dan benda tajam.

Untuk mengetahui secara jelas nama tempat sampah medis dan non-medis serta menghindari terjadinya pencampuran sampah medis dan non-medis

1) Pengusulan pembuatan

label nama sampah medis, non-medis, dan benda tajam.

2) Penempelan label nama

sampah medis, non-medis, dan benda tajam.

29 Juni 2012

Septian M. Sebayang, S.Kep

b. Manajemen Asuhan Keperawatan

1) Melakukan penyuluhan tentang Asi Ekslusif pada Ny. M tanggal 26 Juni 2012 dan pada Ny. F pada tanggal 20 Juni 2012

2) Melakukan penyuluhan mengenai perawatan payudara post partum pada Ny. M tanggal 27 Juni 2012 dan Ny. F 21 Juni 2012-07-08

6. Evaluasi

a. Manajemen Ruangan

1) Setelah diberikan penyegaran mengenai pentingnya pendidikan

kesehatan pada pasien pada tanggal 2 Juli 2012 perawat ruangan memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien. Penyediaan poster, tempat leaflet dan beberapa leflet sangat membantu perawat diruangan dalam memberikan pendkes.

2) Setelah diajukan dan disosialisasikannya format asuhan keperawatan dengan menggunakan metode checklist, perawat sangat merasa terbantu karena mempermudah pekerjaan dan meningkatkan pelayanan keperawatan.

3) Setelah diberinya pelabelan tempat-tempat sampah sangat

mempermudah kerja perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

b. Manajemen Asuhan Keperawatan

1) Setelah diberi pendidikan kesehatan mengenai Asi Ekslusif kedua klien mengatakan mengerti dan paham dengan apa yang dikatan oleh perawat dan akan menerapkan nya di rumah

2) Setelah diberi pendidikan kesehatan mengenai Perawatan Payudara kedua klien mengatakan mengerti dan paham dengan apa yang dikatan oleh perawat dan akan menerapkan nya di rumah.

C. Pembahasan 1. Manajemen ruangan

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh praktikan di ruang RB2B pada tanggal 11- 16 Juni 2012 ada beberapa masalah yang dijumpai

Dokumen terkait