• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Manajemen Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien Post Persalinan Normal di Ruang Anyelir Rumah Sakit G.L. Tobing Tanjung Morawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengelolaan Manajemen Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien Post Persalinan Normal di Ruang Anyelir Rumah Sakit G.L. Tobing Tanjung Morawa"

Copied!
195
0
0

Teks penuh

(1)

L A P O R A N P B L K

Pengelolaan Manajemen Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien Post Persalinan Normal di Ruang Anyelir Rumah Sakit G.L. Tobing Tanjung

Morawa

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Mata Ajaran Pengalaman Belajar Lapangan Komprehensif

Oleh

Ewina Irwan 071101050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI FAKULTAS KEPERAWATAN

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT laporan Praktik Belajar Lapangan

Komprehensif (PBLK) dengan judul “Pengelolaan Manajemen Pelayanan dan

Asuhan Keperawatan Klien Post Persalinan Normal di Ruang Anyelir Rumah

Sakit G.L. Tobing Tanjung Morawa” dapat diselesaikan yang merupakan syarat

bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan Program Profesi Ners Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Selama proses pelaksanaan PBLK dan penyusunan laporan ini, banyak

kesulitan yang dihadapi penulis, namun karena berkat Allah SWT serta

bimbingan, bantuan, dan motivasi dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat

mengatasi kesulitan tersebut. Berkenaan dengan hal itu dalam kesempatan ini

penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya

kepada Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, MKep selaku dosen pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, petunjuk serta saran

sehingga laporan PBLK ini dapat diselesaikan. Kepada Ibu Salbiah, S.Kp, M.Kep

selaku Koordinator Mata Ajar Praktik Belajar Lapangan Komprehensif yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti PBLK.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada pihak RS. G.L Tobing PTPN2

Tanjung Morawa yang telah memberi ijin untuk melaksanakan kegiatan PBLK

ini. Kepada Ibu Rempita selaku Kepala Ruangan Anyelir dan seluruh pegawai di

(4)

Penulis mengucapkan terimakasih kepada suami tercinta Rahmat Rizki

Nasution SE, Ayahanda H. Irwan Amir, Ibunda Yenni Rusli, serta kakak adan

adik penulis kak fenny dan dani yang selalu memberikan semangat, dukungan,

doa, daya, dan dana kepada penulis.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada sahabat-sahabat teman

seperjuangan penulis selama 5 tahun di Fakultas Keperawatan USU (Melati,

Adek, Rini, Rianti, Tiva dan Novi). Terimakasih atas dukungan semangat dan doa

dari semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam membantu

penulis menyelesaikan PBLK ini.

Semoga segenap bantuan, bimbingan dan arahan yang telah diberikan

kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT. Akhirnya penulis juga

berharap laporan ini dapat memberi manfaat untuk meningkatkan pelayanan

keperawatan khususnya pelayanan keperawatan kepada pasien dengan post

persalinan normal dan dapat memberikan informasi yang berharga bagi dunia

keperawatan.

Medan, Juli 2012

(5)

DAFTAR ISI

Daftar bagan ... viii

Daftar Lampiran ... ix

BAB 2 PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar ... 6

BAB III PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN A. Landasan Teori ... 45

B. Tinjauan Kasus ... 67

1. Pengkajian ... 67

2. Diagnosa Keperawatan ... 69

3. Intervensi Keperawatan ... 70

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang Anyelirberdasarkan kategori asuhan keperawatan menurut Depkes

(7)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional ... 14

Skema 2. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Tim ... 16

Skema 3. Sistem Pemberian Keperawatan ”Primary Nursing” ... 17

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Laporan Kasus Pasien Kelolaan di Ruang Anyelir RS. G.L Tobing Tanjung Morawa

2. Planning of Action Kegiatan PBLK

3. Satuan Acara Pengajaran Pada Pasien Kelolaan 4. Laporan Hasil

5. Instrumen Pengkajian Manajeman Ruangan

6. Proposal Sosialisasi Manajemen Pelayanan di Ruanag Anyelir 7. Materi Pentingnya Pendidikan Kesehatan bagi Pasien

8. Undangan Sosialisasi

9. Asuhan Keperawatan dengan Metode Checklist

10.Petunjuk Teknis Penggunaan Askep dengan Metode Cheklist

(9)

Manajemen Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien Post Persalinan Normal di Ruang Anyelir Rumah Sakit G.L. Tobing Tanjung Morawa

Erwina Irwan

Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi

ABSTRAK :

Praktek Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) merupakan mata kuliah yang bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi dunia nyata seperti pada saat bekerja dengan memberikan kesesempatan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah di peroleh selama pendidikan. Kegiatan PBLK ini diharapkan secara langsung dapat memberikan masukan untuk peningkatan pelayanan keperawatan pada tempat yang menjadi lahan praktek. Praktek belajar lapangan ini dilakukan di Ruang Anyelir Rumah Sakit G.L Tobing Tanjung Morawa selama 4 minggu, dimulai sejak tanggal 11 juni sampai 7 juli 2012. Pelaksanaan manajemen ruangan dilakukan sejak tanggal 11 Juni – 2 Juli 2012 dan pelaksanaan asuhan keperawatan yang komprehensif dilakukan pada Ny. M dan Ny.F sejak tanggal 20 - 26 Juni 2012. Pasien mendapat asuhan keperawatan terkait masalah keperawatan yang dialami selama di rumah sakit dan informasi bagaimana perawatan pasien setelah berada di rumah.

(10)

Management Service and Nursing Care Normal Post Partum Client in Anyelir Room G.L. Tobing Hospital Tanjung Morawa

Erwina Irwan

Majority of Nurse Profession

ABSTRACT :

Comprehensive Field Practice Learning (Praktek Belajar Lanpangan Komprehensif - PBLK) is an college subject which is directed to prepare the students for the real daily working life that gives chance to improve the ability on applying all the theories and concepts learned in the colleges classes. This activity hopefully will give input and directly increase the quality of nursery service in the hospital where the practice held. The field practice took place in Anyelir Room G.L Tobing Hospital in Tanjung Morawa for 4 weeks, started on June 11th and ended in July 7th 2012. Management Room started on June 11th until July 2nd 2012 and comprehensive nursing care is given to Mrs. M and Mrs. F since June 20th until June 26th. Patients get nursing care about nursing problem in hospital and information about how to caring patients at home.

(11)

Manajemen Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien Post Persalinan Normal di Ruang Anyelir Rumah Sakit G.L. Tobing Tanjung Morawa

Erwina Irwan

Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi

ABSTRAK :

Praktek Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) merupakan mata kuliah yang bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi dunia nyata seperti pada saat bekerja dengan memberikan kesesempatan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah di peroleh selama pendidikan. Kegiatan PBLK ini diharapkan secara langsung dapat memberikan masukan untuk peningkatan pelayanan keperawatan pada tempat yang menjadi lahan praktek. Praktek belajar lapangan ini dilakukan di Ruang Anyelir Rumah Sakit G.L Tobing Tanjung Morawa selama 4 minggu, dimulai sejak tanggal 11 juni sampai 7 juli 2012. Pelaksanaan manajemen ruangan dilakukan sejak tanggal 11 Juni – 2 Juli 2012 dan pelaksanaan asuhan keperawatan yang komprehensif dilakukan pada Ny. M dan Ny.F sejak tanggal 20 - 26 Juni 2012. Pasien mendapat asuhan keperawatan terkait masalah keperawatan yang dialami selama di rumah sakit dan informasi bagaimana perawatan pasien setelah berada di rumah.

(12)

Management Service and Nursing Care Normal Post Partum Client in Anyelir Room G.L. Tobing Hospital Tanjung Morawa

Erwina Irwan

Majority of Nurse Profession

ABSTRACT :

Comprehensive Field Practice Learning (Praktek Belajar Lanpangan Komprehensif - PBLK) is an college subject which is directed to prepare the students for the real daily working life that gives chance to improve the ability on applying all the theories and concepts learned in the colleges classes. This activity hopefully will give input and directly increase the quality of nursery service in the hospital where the practice held. The field practice took place in Anyelir Room G.L Tobing Hospital in Tanjung Morawa for 4 weeks, started on June 11th and ended in July 7th 2012. Management Room started on June 11th until July 2nd 2012 and comprehensive nursing care is given to Mrs. M and Mrs. F since June 20th until June 26th. Patients get nursing care about nursing problem in hospital and information about how to caring patients at home.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit tidak terlepas dari profesi

keperawatan yang berperan penting dalam menjamin adanya asuhan keperawatan

yang berkualitas tinggi secara berkesinambungan yang melibatkan individu dalam

program pengendalian pelayanan rumah sakit. Keperawatan sebagai pelayanan

asuhan profesional bersifat humanistik menggunakan pendekatan holistik yang

dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang berorientasi kepada

kebutuhan klien dengan mengacu pada standar profesional keperawatan dan

menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama (Nursalam, 2002).

Pelayanan komprehensif merupakan pelayanan klien secara total dan

pelayanan kesehatan holistik. Kesehatan holistik melibatkan individu secara total

baik keseluruhan status kehidupannya dan kualitas hidupnya dalam berespon

terhadap perubahan yang terjadi pada diri dan lingkungannya sehingga perawat

dapat memberikan pelayanan secara tepat dan efektif untuk membantu klien

dalam beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi di sekitarnya (Gillies, 1998).

Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) merupakan mata kuliah

yang bertujuan untuk melakukan perawatan pasien secara profesional dan

komprehensif, mengaplikasikan komunikasi efektif selama melakukan asuhan

keperawatan kepada pasien, mengaplikasikan penelitian untuk mengatasi masalah

(14)

keperawatan. Kegiatan PBLK ini juga diharapkan secara langsung dapat

memberikan masukan untuk peningkatan pelayanan keperawatan pada tempat

yang menjadi lahan praktik.

PBLK dilaksanakan selama empat minggu dengan lima hari praktik dari

hari Senin hingga Jumat di tempat kegiatan PBLK berdasarkan bidang

kepeminatan dengan dibimbing oleh seorang dosen pembimbing. Berdasarkan hal

ini praktikan memilih mata ajar Keperawatan Maternitas dan melakukan PBLK di

Ruang Anyelir RS. Dr. G.L. Tobing Tanjung Morawa dengan kegiatan pertama

yaitu penerapan asuhan keperawatan secara komprehensif dari pengkajian,

diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi sesuai dengan penemuan

fenomena kasus di ruangan. Kegiatan kedua yaitu melakukan manajemen

pelayanan keperawatan melalui proses pengorganisasian kegiatan keperawatan

secara efektif dan efisien dalam pelayanan keperawatan dengan selalu

meningkatkan pengelolaan pelayanan keperawatan sesuai dengan kasus kelolaan.

Berdasarkan hasil pengkajian di ruangan didapatkan bahwa kasus

terbanyak adalah persalinan spontan dimana perawatan post partum yang

diberikan belum optimal. Masa nifas (post partum ) adalah masa dimulai setelah

kelahiran placenta berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saifuddin,

2002).

Asuhan keperawatan masa nifas diperlukan pada perode ini karena

merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan bahwa 60%

(15)

pertama (Prawirardjo, 2006). Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini

masih merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan AKI negara-negara

ASEAN (Assosiation South East Asia Nation) lainnya. Menurut data BPS (Badan

Pusat Statistik), pada 2007 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih

mencapai 248/100.000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan negara-negara Asia

Tenggara lainnya, misalnya saja di Vietnam memiliki AKI 200 per 100.000

kelahiran hidup, di Singapura 5 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di

Malaysia 69 per 100.000 kelahiran hidup dan di Philipina 142 per 100.000

kelahiran hidup. Diharapkan untuk Indonesia Sehat 2010, AKI menurun menjadi

125 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2008). Menurut Survey Kesehatan

Rumah Tangga (SKRT) 1995 dan 2001 penyebab kematian ibu tertinggi tetap

pada perdarahan post partum yakni 396 per 100.000 kelahiran hidup.

Sehingga untuk menangani dan mencegah komplikasi yang timbul maka

diperlukan pemantauan khusus dalam pemberian asuhan keperawatan yang

komprehensif pada ibu post persalinan spontan. Asuhan keperawatan masa nifas

dilakukan untuk menemukan kondisi tidak normal dan masalah-masalah

kegawatdaruratan pada ibu dan perlu tidaknya rujukan terhadap keadaan kritis

yang terjadi (Saifuddin, 2001).

Berdasarkan hal ini, penulis menyusun intervensi penatalaksanaan askep

pada klien pada pasien nifas post persalinan spontan. Penulis berencana

memberikan asuhan keperawatan lengkap sesuai standar pelayanan keperawatan

(16)

oleh Ibu selama masa nifas dengan menggunakan media poster dan leaflet yang

sudah dipersiapkan sebelumnya.

B. Tujuan

Tujuan akhir kegiatan PBLK adalah untuk meningkatkan kemampuan

mahasiswa dalam mensintesa imu pengetahuan, menerapkan proses asuhan

keperawatan secara komprehensif sebagai bentuk pelayanan keperawatan

profesional, baik kepada individu, keluarga maupun masyarakat. Selain itu, dapat

melakukan pengelolaan manajemen asuhan keperawatan dan manajemen

pelayanan keperawatan melalui proses pengorganisasian kegiatan keperawatan

secara efektif dan efisien.

C. Manfaat

1. Mahasiswa Keperawatan

Sebagai latihan dan gambaran menjadi perawat professional yang dapat

memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien. Selain itu

juga melatih mahasiswa mengelola manajemen pelayanan keperawatan

secara efektif dan efisien.

2. Institusi Pendidikan

Untuk meningkatkan kompetensi lulusan institusi dan menghasilkan tugas

akhir dalam bentuk karya tulis ilmiah.

3. Lahan Praktik

Sebagai sumber pengembangan ilmiah dalam meningkatkan mutu pelayanan

(17)

dan menambah intervensi bagi perawat ruangan dalam melakukan asuhan

keperawatan pada pasien secara komprehensif.

D. Metode

Metode PBLK ini meliputi 2 pengelolaan yaitu: manajemen pelayanan

keperawatan yaitu melalui observasi, wawancara dan penyebaran kuesioner,

menganalisa masalah yang terdapat di ruangan sesuai dengan data yang didapat,

membuat Planning of Action sesuai temuan masalah dan kemudian melakukan

implementasi sesuai rencana yang telah disusun. Adapun pengelolaan selanjutnya

mengenai pengelolaan asuhan keperawatan yang meliputi metode observasi,

wawancara, pembuatan format pengkajian ibu nifas, merumuskan masalah sesuai

dengan data hasil pengkajian, menentukan intervensi berdasarkan rumusan

masalah, pemberian asuhan keperawatan sesuai kebutuhan pasien sesuai dengan

standar pelayanan antenatal, pemberian pendkes sesuai dengan keluhan yang

(18)

BAB II

PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN

A. Konsep Dasar

1. Pengertian Manajemen dan Manajemen Keperawatan

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam

menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup kegiatan POAC

(planning, organizing, actuating, controlling) terhadap staf, sarana, dan prasarana

dalam mencapai tujuan organisasi (Grant dan Massey, 1999 dikutip dari

Nursalam, 2007).

Muninjaya (2004) menyatakan bahwa manajemen adalah ilmu atau seni

tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, dan rasional

untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Swansburg (2000) menyatakan bahwa, manajemen keperawatan

berhubungan dengan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),

pengaturan staf (staffing), kepemimpinan (leading), dan pengendalian

(controlling) aktivitas-aktivitas upaya keperawatan atau divisi departemen

keperawatan dan dari sub unit departemen.

2. Fungsi Manajemen Keperawatan

Henry Fayol (1949 dalam Robins & Coulter, 2007) merupakan salah satu

ahli yang pertama kalinya mengusulkan bahwa semua manajer melaksanakan

empat fungsi manajemen yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian

(19)

(controlling). Henry Fayol juga menyakini bahwa fungsi-fungsi ini mencerminkan

inti dari proses manajemen secara akurat.

Swansburg (2000) menyatakan bahwa fungsi manajemen terdiri atas lima

fungsi yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengaturan

staf (staffing), kepemimpinan (leading), dan pengendalian (controlling). Bab ini

akan membahas dan menjelaskan fungsi manajemen menurut Swansburg (2000)

yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan dalam

manajemen keperawatan adalah proses mental dimana semua manajer perawat

menggunakan data yang valid dan dapat dipercaya untuk mengembangkan

objektif dan menentukan sumber-sumber yang dibutuhkan dan cetak biru yang

digunakan dalam mencapai objektif. Tujuan utama dari perencanaan adalah

membuat kemungkinan yang paling baik dalam penggunaan personel, bahan, dan

alat (Swansburg, 2000). Huber (2006) menyatakan bahwa perencanaan

merupakan fungsi manajemen yang digunakan untuk memilih prioritas, hasil, dan

metode yang digunakan untuk sebuah sistem dan kemudian membimbing sistem

untuk mengikuti arahan tersebut. Robins dan Coulter (2007) menyatakan bahwa

fungsi perencanaan mencakup proses merumuskan sasaran, membangun strategi

untuk mencapai sasaran yang telah disepakati, dan mengembangkan perencanaan

tersebut untuk memadukan dan mengkoordinasikan sejumlah kegiatan.

(20)

Fungsi manajemen keperawatan dalam organisasi adalah mengembangkan

seseorang dan merancang organisasi yang paling sederhana untuk menyelesaikan

pekerjaan. Pengorganisasian meliputi proses memutuskan tingkat organisasi yang

diperlukan untuk mencapai objektif divisi keperawatan, departemen atau

pelayanan, dan unit (Swansburg, 2000). Huber (2006) menyatakan bahwa

pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan

mengalokasi dan mengatur sumber daya untuk menyelesaikan tujuan yang

dicapai. Peran manajer dalam fungsi pengorganisasian adalah menentukan, tugas

yang akan dikerjakan, individu yang akan mengerjakan, pengelompokkan tugas,

struktur pertanggungjawaban, dan proses pengambilan keputusan. Manajer

bertanggung jawab juga dalam merancang pekerjaan staf yang digunakan untuk

mencapai sasaran organisasi (Robins & Coulter, 2007).

c. Pengaturan staf (Staffing)

Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam

manajemen keperawatan. Pengaturan staf keperawatan merupakan proses yang

teratur, sistematis, rasional diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis

personel keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan

pada standar yang ditetapkan sebelumnya pada kelompok pasien dalam situasi

tertentu (Swansburg, 2000). Pengaturan staf memerlukan banyak perencanaan dari

manajer. Perencanaan pengaturan staf dipengaruhi oleh misi dan tujuan institusi,

dan dipengaruhi oleh kebijakan personel (Swansburg, 2000).

(21)

Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi kelompok untuk

menentukan dan mencapai tujuan. Kepemimpinan difokuskan kepada gaya

kepemimpinan situasi kemungkinan dan faktor-faktor seperti manusia, pekerjaan,

situasi, organisasi, dan faktor-faktor lingkungan. Manajer perawat dalam fungsi

ini berperan untuk merangsang motivasi dengan mempraktikkan fungsi

kepemimpinan karena perilaku motivasi merupakan promosi, autonomi, membuat

keputusan, dan manajemen partisipasi (Swansburg, 2000).

Fungsi kepemimpinan menurut Huber (2006) adalah fungsi manajemen

yang mengarahkan dan kemudian mempengaruhi individu tersebut untuk

mengikuti arahan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah disepakati dan yang

telah ditentukan. Fungsi kepemimpinan menurut Fayol dalam Robins & Coulter

(2007) adalah fungsi yang memotivasi stafnya ketika stafnya bekerja dan mencari

berbagai cara untuk menyelesaikan masalah perilaku stafnya.

e. Pengendalian atau Pengevaluasian (Controlling)

Pengendalian atau pengevaluasian adalah suatu fungsi yang terus menerus

dari manajemen keperawatan yang terjadi selama perencanaan, pengorganisasian,

dan pengerahan aktivitas. Melalui prsoses ini standar dibuat dan kemudian

digunakan, diikuti umpan balikyang menimbulkan perbaikan (Swansburg, 2000).

Huber (2006) menyatakan bahwa fungsi pengendalian adalah fungsi yang

digunakan untuk memantau dan mengatur perencanaan, proses, dan sumber daya

manusia yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah

(22)

Robins & Coulter (2007) menyatakan bahwa fungsi ini adalah fungsi yang

terakhir di dalam manajemen dan fungsi memantau dan mengevaluasi setiap

kegiatan yang telah berjalan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan dan

memantau kinerja stafnya, Kinerja tersebut kemudian dibandingkan dengan

sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila kinerja tersebut menyimpang

maka fungsi manajemen yang lain diperiksa kembali. Proses pengendalian ini

meliputi memantau, memperbandingkan, dan mengoreksi.

3. Standar Asuhan Keperawatan

Standar asuhan keperawatan telah dijabarkan oleh Departemen Kesehatan

RI pada tahun 1998 mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang meliputi

pengkajian, diagnosa, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan

evaluasi.

a. Standar I : Pengkajian Keperawatan

Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan

dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya untuk menentukan

kebutuhan asuhan keperawatan. Data kesehatan harus bermanfaat bagi semua

anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian keperawatan meliputi :

1) Pengumpulan data, kriteria: (a) menggunakan format yang baku, (b) sistematis,

(c) diisi sesuai item yang tersedia, (d) aktual, (e) valid

2) Pengelompokan data, kriteria: (a) data biologis, (b) data psikologis, (c) data

(23)

3) Perumusan Masalah, kriteria: (a) kesenjangan antara status kesehatan dengan

norma dan pola fungsi kehidupan, (b) perumusan masalah ditunjang oleh data

yang telah dikumpulkan

b. Standar II: Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data kasus kesehatan

pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasien.

Kriteria : (1) diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan

dan pemenuhan kebutuhan pasien, (2) dibuat sesuai dengan wewenang perawat,

(3) komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan gejala/ (PES) atau terdiri

dari masalah dan penyebab (PE), (4) bersifat aktual apabila masalah kesehatan

pasien sudah nyata terjadi, (5) bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien

kemungkinan besar akan terjadi, (6) dapat ditanggulangi oleh perawat.

c. Standar III: Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan.

Komponen perencanaan keperawatan meliputi:

1) Prioritas masalah, kriteria: (a) masalah yang mengancam kehidupan merupakan

prioritas utama, (b) masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah

prioritas kedua, (c) masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas

ketiga.

2) Tujuan asuhan keperawatan, kriteria: (a) spesifik, (b) bisa diukur, (c) bisa

dicapai, (d) realistik, (e) ada batas waktu.

(24)

belakang bidaya pasien/ keluarga, (d) menentukan alternatif tindakan yang

tepat, (e) mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku,

lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada, (f) menjamin rasa aman dan

nyaman bagi pasien, (g) kalimat instruksi, ringkas, tegas dengan bahasanya

yang mudah dimengerti.

d. Standar IV: Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang

ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang

mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan, serta pemulihan

kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarganya. Kriteria : (1)

dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan, (2) menyangkut keadaan

bio-psiko-sosio spiritual pasien, (3) menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang

akan dilakukan kepada pasien/ keluarga, (4) sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan, (5) menggunakan sumber daya yang ada, (6) menerapkan prinsip

aseptik dan antiseptik, (7) menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privasi

dan mengutamakan keselamatan pasien, (8) melaksanakan perbaikan tindakan

berdasarkan respon pasien, (9) merujuk dengan segera bila ada masalah yang

mengancam keselamatan pasien, (10) mencatat semua tindakan yang telah

dilaksanakan, (11) merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan,

(12) melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis yang

telah ditentukan.

(25)

Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis dan berencana

untuk menilai perkembangan pasien. Kriteria: (1) setiap tindakan keperawatan

dilakukan evaluasi, (2) evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada

rumusan tujuan, (3) hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan, (4)

evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan, (5) evaluasi dilakukan

sesuai dengan standar.

f. Standar VI: catatan asuhan keperawatan

Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual. Kriteria: (1)

dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat jalan, (2) dapat digunakan

sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan, (3) dilakukan segera setelah

tindakan dilaksanakan, (4) menulisannya harus jelas dan ringkas serta

menggunakan istilah yang baku, (5) sesuai dengan pelaksanaan proses

keperawatan, (6) setiap pencatatan harus mencantumkan inisial/ paraf/ nama

perawat yang melaksanakan tindakan dan waktunya, (7) menggunakan formulir

yang baku, (8) disimpan sesuai dengan pengaturan yang berlaku.

4. Model Asuhan Keperawatan

Dalam memberikan asuhan keperawatan, model asuhan keperawatan yang

yang lazim dipakai meliputi metode kasus, metode fungsional, tim keperawatan,

keperawatan primer dan sistem manajemen kasus (Kozier Erb, 1990 dikutip dari

Priharjo R, 1995).

a. Metode kasus

(26)

memberikan perawatan pada sejumlah pasien dalam waktu 8-12 jam setiap shift.

Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda pada setiap pergantian shift,

metode ini banyak dipakai pada keadaan kurang tenaga perawat. Jalan keluarnya

adalah dengan merekrut tenaga perawat yang baru.

b. Metode fungsional

Sistem tugas mengacu pada ilmu manajemen dalam bidang administrasi

bisnis yang berfokus pada tugas yang harus diselesaikan. Perawat dengan

pendidikan kurang akan melakukan tindakan yang lebih ringan dibandingkan

dengan perawatan profesional. Dalam model ini dibutuhkan pembagian tugas (job

description), prosedur, kebijakan dan alur komunikasi yang jelas. Metode ini

cukup ekonomis dan efisien serta mengarahkan pemusatan pengendalian.

Kelemahan dari metode ini adalah munculnya fragmentasi keperawatan dimana

pasien menerima perawatan dari berbagai kategori tenaga keperawatan.

Kepala Ruangan

Pasien/ klien

Perawat: Injeksi Perawat:

Merawat luka

Perawat: Merawat luka Perawat:

Pengobatan

(27)

c. Metode tim

Metode ini dirancang oleh Elanor Lambertson pada tahun 1950-an yang

digunakan untuk mengatasi fragmentasi dari metode orientasi pada tugas dan

memenuhi peningkatan tuntutan kebutuhan perawat profesional yang muncul

karena kemajuan teknologi, kesehatan dan peralatan. Tim keperawatan terdiri dari

perawat profesional (registered nursing), perawat praktis yang mendapat izin serta

pembantu perawat. Tim bertanggung jawab dalam memberikan asuhan

keperawatan kepada sejumlah pasien selama 8-12 jam. Metode ini lebih

menekankan segi manusiawi pasien dan para perawat anggota dimotivasi untuk

belajar (Nursalam, 2007).

Hal pokok yang harus diketahui adalah konfrensi tim yang dipimpin ketua

tim, rencana asuhan keperawatan dan keterampilan kepemimpinan. Tujuan

metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang berpusat pada

klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari memperkenalkan semua

personil adalah media untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan

anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat mengidentifikasi

tujuan asuhan keperawatan, mengidentifikasi kebutuhan anggota tim,

memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim

(28)

Skema 2 : Sistem pemberian asuhan keperawatan Tim

d. Keperawatan Primer

Metode ini merupakan sistem dimana perawat bertanggung jawab selama

24 jam sehari, 7 hari/ minggu. Ini merupakan metode yang memberikan perawatan

secara komprehensif, individual dan konsisten. Metode keperawatan primer

membutuhkan pengetahuan dan keterampilan manajemen. Perawat primer

mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan pasien,

mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana keperawatan,

dan mengevaluasi keefektifan keperawatan. Sementara perawat lain memberikan

tindakan keperawatan, perawat primer mengkoordinasikan keperawatan dan

menginformasikan tentang kesehatan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan

lainnya. Keperawatan primer melibatkan semua aspek peran profesional termasuk

pendidikan kesehatan, advokasi, pembuatan keputusan dan kesinambungan

perawatan. Perawat primer merupakan manejer garis terdepan bagi perawatan

pasien dengan akuntabilitas dan tanggung jawab yang menyertainya.

Kepala Ruangan

Ketua Tim

Staf Perawat

Pasien/ Klien

Ketua Tim

Staf Perawat

Pasien/ Klien

Ketua Tim

Staf Perawat

(29)

Skema 3 : Sistem pemberian keperawatan ”Primary Nursing

e. Sistem manejemen kasus

Metode ini merupakan sistem pelayanan keperawatan, dimana para

manajer kasus (case manager) bertanggung jawab terhadap muatan kasus pasien

selama dirawat. Para manejer dapat terkait dengan muatan kasus dalam beberapa

cara seperti :

1) Dengan dokter dan pasien tertentu

2) Dengan pasien secara geografis berada dalam satu unit atau unit-unit

3) Dengan mengadakan diagnosa

Metode ini mempertahankan filsafat keperawatan primer dan

membutuhkan seorang sarjana keperawatan atau perawat dengan pendidikan

tingkat master untuk mengimplementasikan praktek keperawatan dengan budget

Dokter Kepala ruangan Sarana / RS

Perawat primer

(30)

Skema 4 : Sistem pemberian keperawatan Manajemen Kasus

f. Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)

Yaitu suatu sistem (struktur proses dan nilai-nilai profesional) yang

memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan

termasuk lingkungan yang dapat menopang pemberian asuhan keperawatan.

Lima Komponen dalam Model Praktek Keperawatan Profesional : (a)

nilai-nilai profesional yang merupakan inti dari model praktek keperawatan

profesional (MPKP), (b) hubungan antar profesional, (c) metode pemberian

asuhan keperawatan, (d) pendekatan manejemen dalam perubahan

pengambilan keputusan, (e) sistem kompetensi dan penghargaan.

Kepala Ruangan

Staf Perawat

Pasien/Klien

Staf Perawat Staf Perawat

(31)

B. Analisa Ruang Rawat

1. Pengkajian Manajemen Pelayanan

Pengkajian sistem manajemen di Ruang Anyelir (Obstetri & Ginekologi)

dilakukan dengan analisa situasi ruangan pada tanggal 14 - 15 Juni 2012

melakukan wawancara terhadap Ka. Poliklinik, Karu VK, Karu Rawat Inap dan

beberapa pegawai serta melakukan observasi yaitu observasi situasi dan kondisi

ruangan, pelayanan asuhan kebidanan/ keperawatan, penyediaan sarana dan

prasarana, sistem kerja dan komunikasi antara pegawai dalam memberikan

asuhan keperawatan/ kebidanan. Tanggal 13 Juni 2012 dilakukan penyebaran

kuesioner yaitu kuesioner tentang perilaku pemimpin yang diberikan kepada 5

orang bidan pelaksana, kepuasan kerja perawat yang diberikan kepada 7 bidan,

dan kepuasan pasien yang diberikan kepada 5 orang pasien rawat inap. Setelah

pengumpulan data selesai, kemudian dilakukan analisa data. Gambaran hasil

analisa situasi Ruang Anyelir dideskripsikan sebagai berikut:

a. Man

Di ruang Anyelir saat ini memiliki empat belas orang pegawai yang terdiri

dari 1 orang Ka. Poliklinik dengan pendidikan DIII Kebidanan, 1 orang Karu VK

dengan pendidikan DIII Kebidanan, 1 orang Karu Rawat Inap dengan pendidikan

DIII Kebidanan, dan 11 perawat pelaksana yang keseluruhannya berpendidikan

DIII Kebidanan.

Proses perekrutan tenaga perawat secara umum di RS. G.L Tobing

(32)

Divisi Keperawatan. Dari hasil orientasi tersebut akan diputuskan penempatan

yang tepat untuk setiap pegawai..

1. Jumlah Tenaga Kerja di Ruang RUANG ANYELIR

No. Jabatan Pendidikan Jumlah

1.

2.

3.

4.

Kepala Poliklinik

Karu VK

Karu Rawat Inap

Pelaksana

DIII Kebidanan

DIII Kebidanan

DIII Kebidanan

DIII Kebidanan

1 orang

1 orang

1 orang

11 orang

Total 14 orang

Di Ruang Anyelir juga terdapat 1 orang tenaga non keperawatan yang

membantu proses administrasi ruangan.

2. Beban Kerja dan Kebutuhan Tenaga Perawat

Berdasarkan data rekapitulasi jumlah pasien bulan Juni 2012, rata-rata

pasien setiap harinya adalah 4 orang dengan tingkat ketergantungan pasien secara

keseluruhan adalah minimal (Kepala Ruangan ruang Anyelir, 2012). Berdasarkan

data tersebut dapat diketahui jumlah kebutuhan perawat di ruangan Anyelir

adalah sebagai berikut:

Ruang Anyelir :Rata-rata pasien x 100 %

Tempat tidur pasien

: 4 x 100 % = 40 %

(33)

Menurut Douglas, Lovevidge dan cunnings

Menurut Douglas, Lovevidge dan cunnings Klasifikasi ketergantungan

pasien dibagi menjadi 3 kategori, yaitu perawatan minimal yang memerlukan

waktu 1-2 jam/24 jam, perawatan intermediet memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam,

perawatan total memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam. Data pengkajian tanggal 09

Januari 2012 didapatkan rata-rata kondisi tingkat ketergantungan pasien dan

kebutuhan tenaga sebagai berikut:

Tingkat ketergantungan Jumlah kebutuhan Tenaga

Tingkat

ketergantungan

Jumlah

pasien

Pagi Sore Malam

Minimal 4 4 x 0,17 = 0,68 4 x 0,14 = 0,56 4 x 0,07 = 0,28

Partial - - - -

Total - - - -

Jumlah 4 8,15 = 8 orang 0,56 = 1 orang 0,28 = 1 orang

Shift pagi : 1 orang

Shift siang : 1 orang

Shift malam : 1 orang

Faktor libur dan cuti = 25% x 4 = 1= 1 perawat

(34)

Tabel 1. Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang Anyelir

berdasarkan kategori asuhan keperawatan menurut Depkes (2002)

No Kategori Rata-rata jumlah

pasien/hari

Rata-rata jam

perawatan/hari

Total

perawatan/hari

1. Askep minimal 4 2 8

2. Askep sedang - - -

3. Askep agak berat - - -

4. Askep maksimal - - -

4 8

1) Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah:

Jumlah total perawatan = 8 = 1,14

Jam efektif perawat 7

2) Jumlah hari libur (loss day):

Jumlah hari minggu/tahun + cuti + hari besar x jumlah perawat

Jumlah hari kerja efektif

52+7+14 x 1,14 = 0,29 = 0,3

286

3) Pekerjaan Non Keperawatan

Jumlah perawat yang dibutuhkan + jumlah hari libur x 25 %

1,14 + 0,3 x 0,25 = 0,36

(35)

Jumlah perawat yang dibutuhkan + Jumlah hari libur + Pekerjaan non

keperawatan

1,14 + 0,3 + 0,36 = 2,1

Maka jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap RA4 bedah saraf

menurut Depkes adalah 2,1 orang + 1 orang kepala ruangan = 3 orang.

Berdasarkan perhitungan diatas dapat disimpulkan menurut rumus Douglas

bahwa perawat yang dibutuhkan sebanyak 5 orang, sehingga jika dibandingkan

dengan jumlah perawat di ruangan Anyelir didapat kelebihan tenaga sebanyak 9

orang. Sedangkan menurut Depkes, dibutuhkan sebanyak 3 orang perawat

sehingga kelebihan tenaga sebanyak 11 orang. Berdasarkan hasil wawancara

dengan Kepala Ruangan menyatakan bahwa selama ini perawat melakukan tugas

di luar nursing job seperti administrasi ruangan dilakukan oleh perawat.

Rumah sakit memberi kesempatan izin belajar pada tenaga perawat/bidan

untuk meningkatkan pendidikannya, dimana perawat/ bidan yang ingin

melanjutkan pendidikan terlebih dahulu membuat permohonan izin kuliah kepada

kepala divisi keperawatan kemudian kepala divisi keperawatan akan

menyampaikannya kepada kepala divisi SDM RS yang akan diteruskan kepada

kepala RS. Setelah disetujui oleh kepela RS, maka kepela divisi keperawatan akan

mengeluarkan jadwal tugas agar tidak mengganggu perkuliahan perawat/bidan

yang melanjutkan pendidikannya. Saat ini tidak ada bidan/perawat di ruang

(36)

faktor biaya dimana rumah sakit tidak menanggung biaya pendidikan pegawai dan

sumber dananya merupakan biaya pribadi. Rumah sakit memberi kesempatan

pada tenaga perawat/bidan untuk mengikuti pelatihan dimana pelatihan yang

pernah diikuti oleh bidan di ruang Anyelir adalah sebanyak 1 kali yaitu pelatihan

tentang manajemen asuhan keperawatan.

Ruang Anyelir tidak memiliki jadwal pertemuan secara teratur.

Masalah-masalah yang terjadi dan informasi-informasi baru yang harus disosialisasikan

dilakukan dalam pertemuan yang tidak terjadwal tergantung dari kebutuhan.

Masalah yang terjadi akan diselesaikan terlebih dahulu oleh kepala ruangan dan

apabila tidak terselesaikan makan akan diselesaikan oleh kepala divisi

keperawatan. Kepala poliklinik mengatakan bahwa masalah-masalah yang terjadi

selalu bisa diatasi dengan baik.

Kepala Poliklinik/ruangan memberi teguran kepada perawat yang lalai,

malas atau memiliki kinerja yang buruk. Teguran secara lisan diberikan sebanyak

3 kali, apabila tenaga perawat yang mendapat teguran tidak dapat melakukan

perbaikan, maka diberikan punishment berupa laporan Kepala poliklinik/ruangan

kepada Divisi Keperawatan. Kepala Poliklinik mengatakan bahwa semua

anggotanya selalu menanggapi teguran-teguran yang diberikan dengan baik. Hasil

kuesioner kepuasan kerja perawat yang dibagikan kepada 8 orang bidan di ruang

Anyelir didapatkan data bahwa 12,5 % menyatakan tidak puas dengan perlakuan

atasan selama bekerja, 75 % menyatakan cukup puas, dan 12,5 % menyatakan

(37)

Dari hasil pengolahan kuesioner kepuasan pasien yang dibagikan kepada 5

orang pasien inap di Ruang Anyelir menyatakan 100% pasien rawat inap puas

dengan pelayanan di Ruang Anyelir

3. Kolaborasi dan Koordinasi

Kolaborasi dan koordinasi dengan tim kesehatan lain yaitu dokter cukup

baik. Perawat dan dokter biasanya berdiskusi bersama sebelum mengambil

keputusan ataupun tindakan kepada pasien terutama jika pasien perlu melakukan

pemeriksaan kesehatan lebih lanjut.

b. Metode

Ruang Anyelir memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat umum,

memiliki dasar dan perkembangan yang utama yaitu visi, misi, tujuan dan motto

RS G.L Tobing Tanjung Morawa yang telah dijadikan standar. Berikut adalah

Visi dan Misi RS G.L Tobing Tanjung Morawa :

Visi RS G.L Tobing Tanjung Morawa:

”Menjadi rumah sakit rujukan yang mandiri, unggulan, dan berdaya saing”

Misi RS G.L Tobing Tanjung Morawa:

1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna khususnya terhadap

karyawan PT. Perkebunan Nusantara-II (persero) dan keluarganya.

2. Melaksanakan manajemen rumah sakit secara profesional

3. Membangun kepercayaan pelanggan melalui sumber daya manusia yang

profesional, berkualitas, dan berbudaya kerja prima

(38)

5. Menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan serta menciptakan nilai

tambah

Tujuan RS G.L Tobing Tanjung Morawa:

“ Menjadikan Rumah Sakit Perkebunan-II sebagai pilihan utama pelayanan

kesehatan bagi masyarakat kesehatan dan sekitarnya

Motto RS G.L Tobing Tanjung Morawa:

”Kami Peduli Kesehatan Anda”

Sedangkan misi, falsafah, motto dan tujuan bidang keperawatan RS dr. G.

L. Tobing adalah :

Misi RS G.L Tobing Tanjung Morawa:

1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan rumah sakit melalui pelayanan

keperawatan dan kebidanan yang berkualitas.

2. Mengembangkan SDM keperawatan dan kebidanan melalui pendidikan

berkelanjutan untuk melaksanakan keperawatan dan kebidanan yang

profesional.

Falsafah Keperawatan :

“Memberikan pelayanan terpadu secara profesional kepada pasien dan keluarga

(39)

Motto Keperawatan :

“RSGLT “ : Ramah

Senyum

Gigih

Lues

Terampil

Tujuan Umum:

1. Memberikan pelayanan keperawatan yang menjamin keselamatan pasien.

2. Memberikan pelayanan yang prima dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan

pasien berdasarkan standar profesi keperawatan/ standar asuhan keperawatan

(SAK), standar etika keperawatan, standar komunikasi terapeutik, standar

prosedur operasional (SPO).

3. Menciptakan lingkungan kerja yang kondusifdalam meningkatkan

produktivitas kerja.

4. Meminimalkan infeksi nosokomial.

5. Memberikan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan

yang optimal.

Ruang Anyelir belum memiliki Standar Asuhan Kebidanan (SAK) yang

menjadi dasar pemberian asuhan kebidanan tetapi sudah memiliki Standar

Prosedur Operasional (SPO). Adapun tujuan khusus pelayanan keperwatan ruang

(40)

2. Melibatkan keluarga dalam proses persalinan untuk meminimalkan rasa sakit.

3. Meningkatkan hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi melalui IMD dan

Rooming In.

4. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang menyusui, memandikan,

pemberian nutrisi, imunisasi, dan personal hygiene (membersihkan tali pusat).

5. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang senam hamil.

6. Meminimalkan hari rata-rata rawat 1-2 hari.

Berdasarkan hasil observasi, bidan belum optimal menjalankan SAK,

SOP, serta pendokumentasian asuhan kebidanan pada setiap pasien. Ruangan juga

memiliki buku dokumentasi tindakan yang diberikan kepada pasien.

Berdasarkan hasil observasi diperoleh bahwa pendidikan kesehatan pada

pasien dan keluarga hanya dilakukan oleh bidan saat memberikan tindakan medis

kepada pasien. Pemberian pendidikan kesehatan dilakukan tanpa media tetapi

hanya berupa pemberian informasi dan diskusi.

Hasil observasi penulis selama praktek di Ruang Anyelir bahwa

mahasiswa juga jarang melakukan pendidikan kesehatan karena kurangnya

penekanan dari perawat ruangan kepada mahasiswa untuk melakukan pendidikan

kesehatan dan kesadaran mahasiswa itu sendiri akan manfaat pendidikan

kesehatan kepada pasien.

Pelayanan kesehatan di ruang Anyelir dilakukan oleh bidan dan dokter

melakukan visite sesuai dengan jadwal kunjungan yang telah ditentukan.

Pengisian buku status kesehatan pasien seperti asuhan keperawatan dilakukan

(41)

mendampingi mahasiswa praktik saat melakukan tindakan keperawatan/

kebidanan kepada pasien.

Metode asuhan kebidanan di Ruang Anyelir menggunakan metode

Fungsional. Ruang Anyelir terdiri atas beberapa penanggung jawab (PJ) dan tiap

PJ melakukan tugasnya sesuai tanggung jawab. Dari hasil observasi dan

wawancara diperoleh bahwa pelaksanaan metode fungsional ini belum dilakukan

dengan baik karena bidan di Ruang Anyelir melakukan tugas rangkap juga

sebagai perawat. Selanjutnya, hasil pengkajian melalui wawancara dengan Kapoli

didapatkan bahwa sistem pendelegasian tugas keperawatan di Ruang Anyelir

belum jelas karena belum adanya sistem pendelegasian secara tertulis yang dibuat

oleh RS G. L. Tobing. Dalam penerapannya, pendelegasian tugas dilakukan

secara tertulis yaitu pendelegasian tugas yang dilakukan kepala ruangan dan

kepela poliklinik kepada perawat pelaksana secara langsug.

Supervisi biasanya dilakukan oleh Kepala Bidang Keperawatan RS GL.

Tobing dengan waktu yang tidak ditetapkan. Supervisi dilakukan secara

nonformal selama pelayanan. Kepala ruangan maupun poliklinik tidak pernah

melakukan supervisi untuk menilai kinerja perawat.

Pengelolaan peralatan dilakukan bidan yang bertanggung jawab dalam

mengelola peralatan (inventaris). Biasanya pengecekan alat-alat medis dilakukan

setiap pergantian shift. Tetapi pemeriksaan kondisi peralatan dan keadaan ruangan

(42)

c. Money

Ruang Anyelir memiliki sistem keuangan yang diatur langsung oleh rumah

sakit baik untuk pelayanan maupun untuk penggajian pegawai ruangan. Tenaga

perawat memperoleh gaji sesuai dengan golongan/ jabatan masing-masing di

ruangan. Sistem pembayaran pasien juga dikelola langsung oleh bagian keuangan

rumah sakit dan jenis pembayaran tergantung pada jaminan yang digunakan

pasien.

d. Material

Pengajuan logistik sarana maupun prasarana ruangan Anyelir dilakukan

secara periodik misalnya 6 bulan sekali. Untuk pengajuan logistik bahan habis

pakai seperti jelly dilakukan dengan membuat permohonan amprahan ke apotik

rumah sakit saat barang-barang tersebut diperlukan. Pengelolaan alat di Ruang

Anyelir, sebagai berikut :

1. Penggunaan alat tenun, seperti laken, selimut, sarung dan bantal disediakan

oleh RS. Penggantian alat-alat tenun dilakukan setiap seminggu sekali.

Pencucian alat tenun dilakukan secara sentrallisasi di ruang laundry, ruang

Anyelir hanya mengantar alat tenun yang kotor. Penyimpanan alat tenun

dilakukan secara baik, yaitu disimpan dalam lemari.

2. Perawatan untuk alat rumah tangga seperti tempat tidur dilakukan dengan

perbaikan bila terjadi kerusakan, sedangkan untuk bantal, tilam dan lainnya

disimpan di gudang.

3. Sudah terdapat pemisahan dalam penggunaan tempat sampah, baik tempat

(43)

2. Analisa Situasi

a. Man

Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness) Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Threatened) • Seluruh tenaga bidan di

ruang anyelir RS GL. Tobing merupakan lulusan D3 Kebidanan.

• Semua perawat/bidan

RUANG ANYELIR memiliki pengalaman kerja yang cukup lama (> 23 tahun).

• Dari hasil kuesioner

didapat data bahwa (100%) perawat/bidan menyatakan cukup puas dengan pekerjaanya.

• Dari hasil kuesioner

kepuasan pasien diperoleh data bahwa (100%) pasien merasa cukup puas terhadap

pelayanan yang diberikan oleh

• Pegawai kurang

optimal dalam melakukan pendidikan

kesehatan kepada pasien.

• Belum memiliki SAK.

• Belum menjalankan

SPO secara optimal.

• Pendidikan kapoli/karu yang tidak mencapai standar keprofesionalan seorang karu/kapoli.

• Tidak adanya beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

• Adanya mahasiswa yang

praktek di ruang anylir rata-rata 2-4 orang per minggu.

• RS. G.L Tobing memberi

kesempatan kepada pegawai-pegawai yang berkeinginan melanjutkan pendidikan.

• Adanya persaingan mutu

pelayanan dengan rumah sakit

lain sehingga harus

meningkatkan mutu pelayanan.

• RS G.L. Tobing merupakan

rumah sakit tipe C.

(44)

yakni 3 shift (pagi, siang dan malam).

• Pegawai mendampingi

pasien saat visite dokter.

• Sebanyak 100 % pasien

menyatakan puas terhadap pelayanan yang

diberikan oleh perawat/bidan di ruang

Anyelir.

b. Method

Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness) Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Threatened) • Ruang Anyelir sudah memiliki

struktur organisasi yang jelas.

• Ruang Anyelir memilik

Standar Prosedur Operasional (SPO).

• Adanya ketetapan jadwal buka-tutup dan sudah terlaksana dengan baik

• Setiap ada konflik langsung diselesaikan bersama-sama

• Dari hasi kuesioner yang

• Ruang Anyelir belum

memiliki Standar Asuhan Kebidanan yang jelas.

• Ruang Anyelir belum

memiliki alur pendelegasian tugas yang jelas (belum

memiliki sistem pendelegasian tugas secara

tertulis).

• Tidak ada jadwal pertemuan rutin pegawai di ruang

• RS GL. Tobing

memberikan pelayanan pada pasien Jamsostek, Jamkesmas, dan umum.

• Adanya tuntutan akan

(45)

dibagikan, didapat bahwa 12,5 % menyatakan tidak puas dengan perilaku pemimpin, 75 % cukup puas, dan 12,5 % puas.

Anyelir

• Supervisi hanya dilakukan oleh kepala bidang keperawatan dengan waktu yang tidak ditentukan.

• Dokumentasi Asuhan

kebidanan belum optimal dilaksanakan

c. Money

Kekuatan (Stenght) Kelemahan (Weakness) Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Ihreatened)

• Ruangan (Ruang Anyelir)

memiliki sistem budgeting

yang diatur langsung oleh direktorat Rumah Sakit baik untuk pelayanan maupun untuk penggajian pegawai ruangan.

• Tunjangan diberikan sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan oleh RS

• Sistem pembayaran gaji

pegawai yang masih manual.

• Adanya bantuan/jaminan

pembayaran bagi masyarakat miskin melalui

JAMKESMAS (jaminan

kesehatan msyarakat), Jamsostek (Jaminan Sosial dan Tenaga Kerja),

• RS GL Tobing

memberikan tunjangan seperti tunjangan

• Rumah sakit lain yang

mempunyai

(46)

d. Material

pelayanan kesehatan di bagian keuangan RS GL Tobing.

tunjangan jabatan.

Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness) Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Threatened)

• Perawatan alat-alat

dilakukan setiap saat setelah alat dipakai ataupun pasien keluar dari ruangan yaitu dengan dibersihkan dan dirapikan.

• Adanya operan alat-alat

medis setiap hari namun,

belum ada pendokumentasian data

setiap hari.

• Tidak adanya

penanggungjawab terhadap peralatan yang rusak di Ruang Anyelir.

• Adanya keterbatasan alat-alat medis

• Belum adanya label nama

tempat sampah medis dan non-medis, benda tajam.

• Adanya kebutuhan dana/

anggaran dari PTPN 2 yang memasok dan mensubsidi peralatan di rumah sakit.

• Rumah sakit lain yang

(47)

3. Rumusan Masalah

a. Pegawai kurang optimal dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada

pasien.

b. Belum optimal supervisi terhadap pelaksanaan SAK dan SPO.

c. Pendidikan kapoli/karu yang tidak mencapai standar keprofesionalan

seorang karu/kapoli.

d. Tidak adanya beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih

tinggi.

e. Ruang Anyelir belum memiliki Standar Asuhan Kebidanan yang jelas.

f. Ruang Anyelir belum memiliki alur pendelegasian tugas yang jelas (belum

adanya sistem pendelegasian secara tertulis).

g. Belum adanya penanggung jawab asuhan kebidanan.

h. Belum ada jadwal pertemuan rutin pegawai Ruang Anyelir.

i. Supervisi hanya dilakukan oleh kepala bidang keperawatan dengan waktu

yang tidak ditentukan.

j. Dokumentasi asuhan keperawatan belum optimal dilaksanakan.

k. Sistem pembayaran gaji pegawai yang masih manual.

l. Adanya operan alat-alat medis setiap hari namun, belum ada

pendokumentasian data setiap hari.

m. Tidak adanya penanggungjawab terhadap peralatan yang rusak di ruang

Anyelir.

(48)

o. Belum adanya pelabelan nama di setiap tempat sampah medis dan non

medis, benda tajam.

4. Rencana Penyelesaian Masalah

Berdasarkan perumusan masalah yang diperoleh, mahasiswa profesi Ners

Fakultas Keperawatan USU hanya dapat membuat intervensi dari beberapa

rumusan masalah yang diperoleh karena adanya keterbatasan yang dihadapi oleh

mahasiswa profesi Ners Fakultas Keperawatan USU. Adapun beberapa intervensi

dari beberapa perumusan masalah yang diperoleh adalah :

a. Pegawai kurang optimal dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada

pasien. Intervensi yang akan dilakukan :

1)Pengusulan kepada kepala ruangan untuk melakukan promosi kesehatan

secara terjadwal sesuai kebutuhan pasien.

2)Penyediaan beberapa topik leaflet.

3)Penyediaan tempat leaflet yang akan diletakkan di meja nurse station.

4)Pengadaan poster berdasarkan kasus terbanyak yang ada di ruang Anyelir.

5)Role model melalui pemberian pendidikan kesehatan oleh mahasiswa

profesi Ners Fakultas Keperawatan USU.

b. Dokumentasi asuhan keperawatan belum optimal dilaksanakan. Intervensi

yang akan dilakukan :

1)Pengajuan format dokumentasi asuhan keperawatan sistem checklist

kepada kepala bidang keperawatan RS G. L. Tobing.

2)Sosialisasi format dokumentasi asuhan keperawatan sistem checklist dan

(49)

tersebut melalui sebuah kasus kepada kepala divis keperawatan dan

perawat/bidan di ruang Anyelir RS G. L. Tobing.

3)Pendokumentasian asuhan keperawatan oleh mahasiswa profesi Ners

Fakultas Keperawatan USU.

c. Belum adanya pelabelan nama di setiap tempat sampah medis dan non medis,

benda tajam. Intervensi yang akan dilakukan :

1)Pengusulan pembuatan label nama sampah medis, non-medis, dan benda

tajam.

(50)

5. Implementasi

a. Manajemen Ruangan

No Masalah Tujuan Rencana Tindakan Waktu Penanggung

Jawab

1. Pegawai kurang optimal

dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien

Meningkatkan pengetahuan pasien yang berhubungan dengan penyakit pasien dan yang sesuai dengan kebutuhannya

1) Pengusulan kepada kepala ruangan untuk melakukan promosi kesehatan secara

terjadwal sesuai kebutuhan pasien.

2) Penyediaan beberapa

topik leaflet.

3) Penyediaan tempat leaflet yang akan diletakkan di meja nurse station.

4) Pengadaan poster

berdasarkan kasus terbanyak yang ada di ruang Anyelir.

5) Role model melalui

pemberian pendidikan kesehatan oleh mahasiswa profesi Ners Fakultas Keperawatan USU.

2. Dokumentasi Asuhan

keperawatan belum

optimal dilaksanakan

Melengkapi dokumentasi asuhan keperawatan yang ada di ruang Anyelir

1) Pengajuan format

(51)

kepala bidang keperawatan RS G. L.

Tobing.

2) Sosialisasi format

dokumentasi asuhan keperawatan kepada kepala bidang keperawatan RS G. L.

Tobing.

3) Pendokumentasian asuhan

keperawatan oleh mahasiswa profesi Ners

Fakultas Keperawatan USU.

3. Belum adanya pelabelan

nama di setiap tempat sampah medis, non medis, dan benda tajam.

Untuk mengetahui secara jelas nama tempat sampah medis dan non-medis serta menghindari terjadinya pencampuran sampah medis dan non-medis

1) Pengusulan pembuatan

label nama sampah medis, non-medis, dan benda tajam.

2) Penempelan label nama

sampah medis, non-medis, dan benda tajam.

29 Juni 2012

(52)

b. Manajemen Asuhan Keperawatan

1) Melakukan penyuluhan tentang Asi Ekslusif pada Ny. M tanggal 26 Juni

2012 dan pada Ny. F pada tanggal 20 Juni 2012

2) Melakukan penyuluhan mengenai perawatan payudara post partum pada

Ny. M tanggal 27 Juni 2012 dan Ny. F 21 Juni 2012-07-08

6. Evaluasi

a. Manajemen Ruangan

1) Setelah diberikan penyegaran mengenai pentingnya pendidikan

kesehatan pada pasien pada tanggal 2 Juli 2012 perawat ruangan

memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien. Penyediaan poster,

tempat leaflet dan beberapa leflet sangat membantu perawat diruangan

dalam memberikan pendkes.

2) Setelah diajukan dan disosialisasikannya format asuhan keperawatan

dengan menggunakan metode checklist, perawat sangat merasa

terbantu karena mempermudah pekerjaan dan meningkatkan pelayanan

keperawatan.

3) Setelah diberinya pelabelan tempat-tempat sampah sangat

mempermudah kerja perawat dalam memberikan pelayanan kepada

pasien.

b. Manajemen Asuhan Keperawatan

1) Setelah diberi pendidikan kesehatan mengenai Asi Ekslusif kedua

klien mengatakan mengerti dan paham dengan apa yang dikatan oleh

(53)

2) Setelah diberi pendidikan kesehatan mengenai Perawatan Payudara

kedua klien mengatakan mengerti dan paham dengan apa yang dikatan

oleh perawat dan akan menerapkan nya di rumah.

C. Pembahasan

1. Manajemen ruangan

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh praktikan di ruang

RB2B pada tanggal 11- 16 Juni 2012 ada beberapa masalah yang dijumpai

diantaranya (1) Pegawai kurang optimal dalam melakukan pendidikan kesehatan

kepada pasien; (2) Dokumentasi asuhan keperawatan belum optimal dilaksanakan;

(3) Belum adanya pelabelan nama di setiap tempat sampah medis dan non medis,

benda tajam.

Untuk menyelesaikan masalah tersebut, praktikan menyusun rencana

tindakan yang disesuaikan dengan kemampuan. Rencana tindakan tersebut telah

dilaksanakan dan dievaluasi dan kemudian dibandingkan dengan teori yang ada.

a) Pegawai kurang optimal dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada

pasien.

Menurut WHO (1954) dalam Notoatmodjo (2003) bahwa tujuan

pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan dan

mencegah timbulnya penyakit, mempertahankan derajat kesehatan yang sudah

ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit serta membantu

(54)

Menurut Machfoed (2005), pendidikan kesehatan merupakan proses

perubahan yang bertujuan untuk mengubah individu, kelompok dan

masyarakat menuju hal-hal yang positif secara terencana melalui proses

belajar. Perubahan tersebut mencakup antara lain pengetahuan, sikap, dan

keterampilan melalui proses pendidikan kesehatan.

Maka dari itu, untuk menyelesaikan masalah tersebut praktikan membuat

poster, tempat leflet dan leaflet untuk mempermudah kerja perawat di ruangan

dalam melaksanakan pendidikan kesehatan kepada pasien. Selain itu praktikan

juga membuat penyuluhan mengenai pentingnya pendidikan kesehatan bagi

pasien kepada perawat-perawat di ruangan. Dari hasil evaluasi didapat bahwa

perawat merasa antusias selama sosialisasi berlangsung dan perawat measa

terbantu dengan adanya media pendkes tersebut.

b) Dokumentasi asuhan keperawatan belum optimal dilaksanakan

Dokumentasi merupakan tulisan dan pencatatan suatu kegiatan/aktivitas

tertentu secara sah/legal. Pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan

penulisan dan pencatatan yang dilakukan oleh perawat tentang informasi

kesehatan klien termasuk data pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi

dan evaluasi keperawatan (Carpenito, 1998).

Dokumentasi keperawatan merupakan bukti otentik tentang respon klien dan

perubahan yang terjadi dari tindakan yang dilakukan oleh perawat baik secara

mandiri maupun kolaborasi yang merupakan bagian permanen dari rekam medik

(55)

perawat dalam membantu menyelesaikan masalah pasien. Untuk meyelesaikan

masalah ini, praktikan membuatkan format asuhan keperawatan dengan metode

checklist serta mensosialisasikannya kepada perawat di ruangan. Hal ini untuk

mempermudah pekerjaan perawat dalam melakukan pendokumentasian. Dari hasil

evaluasi diketahui setelah diberikan sosialisasi perawat ruangan mengatakan

merasa terbantu dengan adanya format yang baru Karena penggunaanya yang

mudah dan cepat.

c) Belum adanya pelabelan nama di setiap tempat sampah medis dan non medis,

benda tajam.

Menurut Kepmenkes RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004 limbah rumah sakit

adalah semua sampah yang dihasilkan rumah sakit baik bentuk padat, cair maupun

gas. Pemilahan sampah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan

sampah. Rumah sakit menghasilkan limbah dalam jumlah yang besr beberapa

diantaranya membehayakan kesehatan lingkungan dan pengunjung rumah sakit.

Di negara maju, jumlahnya diperkirakan 0,5-0,6 kg per tempat tidur rumah sakit

perhari. Pembuangan limbah yang berjumlah cukup besar ini paling baik jika

dilakukan dengan memilah-milah limbah kedalam kategori untuk masing-masing

kategori diterapkan cara pembuangan limbah yang berbeda. Prinsip umum

pembuangan limbah rumah sakit adalah sejauh mungkin menghindari resiko

kontaminasi antarauma (KLMNH, 1995).

(56)

pada tempat sampah medis, non medis, benda tajam dan botol infuse bekas. Dari

hasil evaluasi didapat setelah pelabelan dilakukan tidak ada lagi sampah di

ruangan yang tercampur jenisnya dengan yang lain. Perawat, pasien dan

pengunjung merasa terbantu dengan pelabelan yang dilakukan.

2. Manajemen Asuhan Keperawatan

Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari keseluruhan upaya kesehatan

(promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) yang menitikberatkan pada upaya

untuk meningkatkan perilaku hidup sehat. Menurut WHO (1954) dalam

Notoatmodjo (2003) tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan

status kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit, mempertahankan derajat

kesehatan yang sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit

serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan.

Berdasarkan hasil kegiatan PBLK ini menunjukkan bahwa pemberian

pendidikan kesehatan merupakan bagian yang terintegrasi dengan pemberian

asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan yang diberikan secara optimal dapat

membantu mengatasi masalah pasien dan memenuhi kebutuhan dasar pasien demi

meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteran pasien. Praktikan memberi

pendidikan kesehatan mengenai asi ekslusif dan perawatan payudara pada ibu post

(57)

BAB III

PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Landasan Teori

1. Pengertian

Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas

(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya

kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6

minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke

keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010).

Partus di anggap spontan atau normal jika wanita berada dalammasa

aterm, tidak terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi puncak kepala dan

persalinana selesai dalam 24 jam (Bobak, 2005).

Partus spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan dengan ketentuan ibu atau tanpa anjuran atau obatobatan

(prawiroharjo, 2000). Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada

perineum sewaktu persalinan (Mohtar, 1998)

2. Adaptasi Fisiologis

Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai

organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini

kadang-kadang disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan (Bobak,

(58)

a. Sistem reproduksi

1) Proses involusi

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah

melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat

kontraksi otot-otot polos uterus. Uterus, pada waktu hamil penuh

baratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira

500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr dua minggu setelah

lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam

panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50- 60gr. Pada

masa pasca partum penurunan kadar hormone menyebapkan

terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi

yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa

hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar

setelah hamil.

2) Kontraksi

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna

segerasetelah bayi lahir, hormon oksigen yang dilepas dari

kelenjarhipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,

mengopresipembuluh darah dan membantu hemostasis. Selama 1-2

jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa

berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan

kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara intravena atau

(59)

3) Tempat plasenta

Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi

vaskular dan trombus menurunkan tempat plasenta ke suatu area

yang meninggi dan bernodul tidak teratur. Pertumbuhan

endometrium ke atas menyebapkan pelepasan jaringan nekrotik

dan mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi

karakteristik penyembuha luka. Regenerasi endometrum, selesai

pada akhir minggu ketiga masa pasca partum, kecuali pada bekas

tempat plasenta.

4) Lochea

Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna

merah, kemudian menjadi merah tua atau merah coklat. Lochea

rubra terutama mengandung darah dan debris desidua dan debris

trofoblastik. Aliran menyembur menjadi merah setelah 2-4 hari.

Lochea serosa terdiri dari darah lama, serum, leukosit dan denrus

jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, cairan berwarna kuning

atau putih. Lochea alba mengandung leukosit, desidua, sel epitel,

mukus, serum dan bakteri. Lochea alba bisa bertahan 2-6 minggu

setelah bayi lahir.

5) Serviks

Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca

(60)

uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh selama beberapa hari

setelah ibu melahirkan.

6) Vagina dan perineum

Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap

ke ukuran sebelum hami, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae

akan kembali terlihat pada sekitar minggu keempat, walaupun tidak

akan semenonjol pada wanita nulipara.

b. Sistem endokrin

1) Hormon plasenta

Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan

kortisol, serta placental enzyme insulinase membalik efek

diabetagenik kehamilan. Sehingga kadar gula darah menurun

secara yang bermakna pada masa puerperium. Kadar esterogen dan

progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar,

penurunan kadar esterogen berkaitan dengan pembengkakan

payudara dan diuresis cairan ekstra seluler berlebih yang

terakumulasi selama masa hamil

2) Hormon hipofisis

Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui

dan tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi

pada wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan

ovulasi. Karena kadar follikel-stimulating hormone terbukti sama

Gambar

Tabel 1. Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang Anyelir

Referensi

Dokumen terkait