• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Pasien dengan Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD) di Ruangan Anyelir RS. dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Pasien dengan Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD) di Ruangan Anyelir RS. dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa"

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

L A P O R A N P B L K

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Pasien dengan Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD)

di Ruangan Anyelir RS. dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Mata Ajaran Pengalaman Belajar Lapangan Komprehensif

Oleh

Riskina Syahputri Nasution S. Kep 071101022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI FAKULTAS KEPERAWATAN

(2)
(3)

Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD) di Ruangan Anyelir RS. dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa

Riskina Syahputri Nasution, S. Kep

Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi F. Kep USU

Abstrak

Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh selama proses pendidikan dengan cara mengelola manajemen pelayanan keperawatan dan memberikan asuhan keperawatan secara profesional kepada pasien. Kegiatan yang dilakukan selama PBLK mencakup pengelolaan manajemen ruangan dan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi selama satu bulan di Ruang Anyelir RS dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa. Asuhan keperawatan dalam PBLK ini dilakukan terhadap satu orang pasien perdarahan uterus disfungsional dengan memberikan intervensi yang terkait dengan masalah yang muncul pada pasien. Pelaksanaan manajemen ruangan dilakukan sejak tanggal 11 Juni 2012 sampai 02 Juli 2012 dan pelaksanaan asuhan keperawatan yang komprehensif dilakukan pada Nn. H dengan diagnosa perdarahan uterus disfungsional sebagai pasien kelolaan sejak tanggal 13-15 Juni 2012. Pasien mendapat asuhan keperawatan terkait dengan masalah keperawatan yang dialami selama di rumah sakit dan informasi bagaimana perawatan pasien setelah berada di rumah.

(4)

Management of Nursing Services and Nursing Care of Client with Disfunctional Uterine Bleeding in Anyelir RS dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa

Riskina Syahputri Nasution, S. Kep

Educational Studies Program Phase Professional Nurses F. Kep USU

Abstract

Comprehensive Field Practice Learning aims to improve the ability to apply all the theories and concepts that have been acquired during the educational process by managing nursing service management and provide professional nursing care to patient. Activities undertaken during Comprehensive Field Practice Learning includes the management of ward and Nursing Care Management from the assessment, diagnosis, intervention, implementation, and evaluation for a month in Anyelir RS dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa. Nursing care in this Comprehensive Field Practice Learning performed on one patient with disfunctional uterine bleeding- related interventions with problems that arise in patient. Implementation of space management Anyelir conducted from the date of June 11 to 30, 2012 and implementation of comprehensive nursing care performed at Nn. H with diagnosis of disfunctional uterine bleeding as patient managed from the date of June 13 to 15, 2012 in which patients received nursing care associated with nursing problems experienced during in hospital and how to care the patient after being at home

(5)

Kata Pengantar

Bismillaahirrahmaanirrahiim, Alhamdulillah, puji dan syukur ke hadirat

Allah SWT atas rahmat, karunia dan hidayah-Nya yang tiada terhitung sehingga

penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Belajar Lapangan Komprehensif

dengan judul “Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Pasien dengan

Perdarahan Uterus Disfungsiona di Ruangan Anyelir, RS. dr. G. L. Tobing

Tanjung Morawa” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan

Program Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara..

Shalawat beriring salam penulis hadiahkan kepada Uswatun Hasanah, Rasulullah

Muhammad SAW, semoga mendapat syafaat beliau di yaumul akhir kelak.

Selama proses penulisan laporan ini, penulis banyak mendapat bantuan,

bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butir-butir

pemikiran yang sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak

langsung. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Ibunda Sofia Deritawati Lubis S. H. dan Ayahanda Ir.

Syahlan Nasution, M. Si. yang selalu penulis rindukan, yang telah memberikan

kasih sayang yang tulus dan pengorbanan hidup, yang menjadi penyemangat

dikala penulis merasa lelah dan selalu mengirimkan beribu doa disetiap

malamnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

(6)

2. Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

3. Siti Saidah Nasution S.Kep, M.Kep, Sp.Mat selaku dosen pembimbing PBLK

yang telah memberikan pengetahuan, bimbingan, dorongan secara moral,

masukan dan arahan yang sangat membantu sehingga penyusunan laporan ini

dapat diselesaikan

4. Pihak RS dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa khususnya Rismayati, S. Kep, Ns

yang telah banyak membantu dalam menjalani PBLK dan seluruh pegawai

Ruang Anyelir RS dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa

5. Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberi bimbingan kepada penulis selama menjalani pendidikan akademik di

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

6. Saudara-saudaraku tersayang drg. Syahnita Sari Nugraha Nasution dan Fahrul

Rozi Harahap S.S (suami), Syoflaige Larunta Nasution, S.Pd dan Rabin

Suhardi, S.Pd (suami), Adhan Barqah Nasution, S.T, dan Suci Alhamna

Rahmadina Nasution atas do’a, dukungan, dan semangat yang diberikan

kepada penulis

7. Teman terdekat “Muhammad Bayu Rahman, Amd., S.S” yang telah banyak

membantu dan memberi semangat kepada penulis dalam menjalani pendidikan

ners.

8. Teman-teman dari stambuk 2007 yang tidak bisa disebutkan namanya

(7)

Akhirnya penulis mengharapkan semoga laporan ini dapat memberi

sumbangsih pemikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu, dan bagi

masyarakat

Medan, 07 Juli 2012

(Riskina Syahputri Nasution, S. Kep

NIM: 071101022

(8)

Daftar Isi

Halaman

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Abstrak ... iii

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi... viii

Daftar Tabel ... x

Daftar Skema ... xi

Daftar Lampiran ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 4

C. Manfaat ... 4

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar ... 6

1. Pengertian Manajemen dan Manajemen Keperawatan ... 6

2. Fungsi Manajemen Keperawatan ... 6

3. Standar Asuhan Keperawatan ... 10

4. Model Asuhan Keperawatan ... 13

B. Analisa Ruang Rawat ... 18

1. Pengkajian ... 18

2. Analisa Situasi ... 31

3. Rumusan Masalah ... 36

4. Rencana Penyelesaian Masalah... 37

5. Implementasi ... 41

6. Evaluasi ... 41

C. Pembahasan ... 43

1. Manajemen Ruangan ... 43

2. Asuhan Keperawatan Pasien Kelolaan... 45

BAB III PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN A. Landasan Teori ... 47

1. Pengertian ... 47

2. Etiologi ... 48

3. Patofisiologi ... 49

4. Manifestasi Klinik ... 50

5. Terapi ... 53

(9)

7. Asuhan Keperawatan ... 55

B. Tinjauan Kasus ... 66

1. Pengkajian ... 66

2. Diagnosa Keperawatan... 73

3. Intervensi Keperawatan ... 74

4. Implementasi dan Evaluasi ... 78

5. Ringkasan Keperawatan Pasien Pulang ... 82

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 86

(10)

Daftar Tabel

Tabel 1 Jumlah Tenaga Kerja……… 19

Tabel 2 Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga…….. 20

Tabel 3 Jumlah Tenaga Perawat yang Dibutuhkan ……….. 21

Tabel 4 Latar belakang kelainan perdarahan uterus disfungsional

(11)

Daftar Skema

Skema 1 Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional………… 14

Skema 2 Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Tim……… 16

Skema 3 Sistem Pemberian Keperawatan “Primary Nursing” ………… 17

(12)

Daftar Lampiran

Lampiran 1 Planning Of Action (POA)

Lampiran 2 Jadwal Konsul Laporan PBLK

Lampiran 3 Instrumen I : Penilaian Kepemimpinan

Lampiran 4 Instrumen II : Kepuasaa Kerja Perawat

Lampiran 5 Instrumen III : Kepuasan Pasien

Lampiran 6 Satuan Acara Penyuluhan Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD)

Lampiran 7 Leaflet Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD)

Lampiran 8 Laporan Hasil Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Perdarahan

Uterus Disfungsional (PUD)

Lampiran 9 Petunjuk Teknis Pengisian Asuhan Keperawatan dengan Metode

Checklist

Lampiran 10 Format Pengkajian dengan Metode Checklist

Lampiran 11 Format Asuhan Keperawatan dengan Metode Checklist

Lampiran 12 Proposal Sosialisasi

Lampiran 13 Undangan Sosialisasi

(13)

Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD) di Ruangan Anyelir RS. dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa

Riskina Syahputri Nasution, S. Kep

Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi F. Kep USU

Abstrak

Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh selama proses pendidikan dengan cara mengelola manajemen pelayanan keperawatan dan memberikan asuhan keperawatan secara profesional kepada pasien. Kegiatan yang dilakukan selama PBLK mencakup pengelolaan manajemen ruangan dan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi selama satu bulan di Ruang Anyelir RS dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa. Asuhan keperawatan dalam PBLK ini dilakukan terhadap satu orang pasien perdarahan uterus disfungsional dengan memberikan intervensi yang terkait dengan masalah yang muncul pada pasien. Pelaksanaan manajemen ruangan dilakukan sejak tanggal 11 Juni 2012 sampai 02 Juli 2012 dan pelaksanaan asuhan keperawatan yang komprehensif dilakukan pada Nn. H dengan diagnosa perdarahan uterus disfungsional sebagai pasien kelolaan sejak tanggal 13-15 Juni 2012. Pasien mendapat asuhan keperawatan terkait dengan masalah keperawatan yang dialami selama di rumah sakit dan informasi bagaimana perawatan pasien setelah berada di rumah.

(14)

Management of Nursing Services and Nursing Care of Client with Disfunctional Uterine Bleeding in Anyelir RS dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa

Riskina Syahputri Nasution, S. Kep

Educational Studies Program Phase Professional Nurses F. Kep USU

Abstract

Comprehensive Field Practice Learning aims to improve the ability to apply all the theories and concepts that have been acquired during the educational process by managing nursing service management and provide professional nursing care to patient. Activities undertaken during Comprehensive Field Practice Learning includes the management of ward and Nursing Care Management from the assessment, diagnosis, intervention, implementation, and evaluation for a month in Anyelir RS dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa. Nursing care in this Comprehensive Field Practice Learning performed on one patient with disfunctional uterine bleeding- related interventions with problems that arise in patient. Implementation of space management Anyelir conducted from the date of June 11 to 30, 2012 and implementation of comprehensive nursing care performed at Nn. H with diagnosis of disfunctional uterine bleeding as patient managed from the date of June 13 to 15, 2012 in which patients received nursing care associated with nursing problems experienced during in hospital and how to care the patient after being at home

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) merupakan

mata kuliah yang bertujuan mempersiapkan mahasiswa menghadapi dunia nyata

dengan memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan dalam

mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh selama proses

pendidikan. Praktik Belajar Lapangan Komprehensif juga merupakan suatu sarana

dalam memberikan masukan secara langsung untuk peningkatan pelayanan

keperawatan pada lahan praktik.

Pada akhir kegiatan PBLK ini diharapkan mahasiswa mampu mensintesa

ilmu pengetahuan, menerapkan proses asuhan keperawatan secara komprehensif

sebagai bentuk pelayanan keperawatan profesional, baik kepada individu,

keluarga, maupun masyarakat. Selain pada pengelolaan manajemen asuhan

keperawatan, juga mampu melakukan manajemen pelayanan keperawatan melalui

proses pengorganisasian kegiatan-kegiatan keperawatan secara efektif dan efisien

dalam pelayanan keperawatan dengan selalu meningkatkan pengelolaan pelayanan

keperawatan.

Praktik Belajar Lapangan ini dilakukan di Ruang Anyelir RS G. L.

Tobing Tanjung Morawa selama 4 minggu, dimulai sejak 11 Juni 2012 sampai 07

Juli 2012. Kegiatan yang dilakukan selama PBLK ini mencakup manajemen

(16)

secara efektif dan efisien dalam pelayanan keperawatan dengan meningkatkan

pengelolaan pelayanan keperawatan dan manajemen asuhan keperawatan pada

lahan praktik dan pasien kelolaan.

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan di Ruang Anyelir pada 14-15

Juni 2012, ditemukan beberapa masalah yang terdapat di ruang tersebut.

Pelayanan kesehatan yang tidak maksimal disebabkan beberapa faktor

penghambat yang tidak mendukung pemberian pelayanan. Salah satu faktor

tersebut adalah sistem manajemen yang kurang tertata di ruang Anyelir. Oleh

karena itu, mahasiswa akan melakukan penerapan manajemen pelayanan

keperawatan melalui penataan kembali manajemen ruangan khususnya di Ruang

Anyelir. Manajemen yang dilakukan mencakup penataan individu terkait dengan

kinerja petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan maksimal, sistem yang

menjadi dasar aturan di ruangan dan fasilitas/ peralatan yang mendukung kinerja

petugas kesehatan di ruangan.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada petugas kesehatan

di Ruang Anyelir, ditemukan fenomena kasus terbanyak adalah pasien dengan

Perdarahan Uterus Disfunsional (PUD) sehingga untuk manajemen asuhan

keperawatan dilakukan penerapan asuhan keperawatan dengan pasien perdarahan

uterus disfungsional. Kadarusman (2005) menyatakan bahwa angka kejadian

perdarahan uterus disfungsional di masyarakat jauh lebih tinggi dibandingkan

dengan angka kejadian yang diajukan penulis. Hal ini berhubungan dengan

(17)

pemeriksaan. Selain itu sebagian perdarahan uterus disfungsional dapat berhenti

atau sembuh sendiri tanpa pengobatan.

Gangguan haid sering dialami wanita usia perimenars dan

perimenopause. Di Amerika Serikat dan Inggris, perdarahan uterus disfungsional

merupakan 10% dari kunjungan rumah sakit dan 90% dari kasus perdarahan

uterus abnormal. Berdasarkan golongan usia, 3-4% perdarahan uterus

disfungsional terjadi pada remaja. Dalam hubungannya dengan siklus haid,

perdarahan uterus disfungsional lebih sering ditemukan pada siklus anovulatorik

yaitu sekitar 85-90% (Kadarusman, 2005).

Di Indonesia belum ada angka yang menyebutkan kekerapan perdarahan

uterus disfungsional ini secara menyeluruh. Kebanyakan penulis memperkirakan

kekerapannya sama dengan di luar negeri, yaitu 10% dari kunjungan ginekologik.

Di RSCM/ FKUI pada tahun 1989 ditemukan 39% kasus perdarahan uterus

disfungsional dari kunjungan poliklinik endokronologi dan reproduksi

(Kadarusman, 2005).

Perdarahan Uterus Disfungsional merupakan perdarahan abnormal dari

uterus tanpa disertai kelainan organik dan hematologik melainkan hanya

merupakan gangguan fungsional (Kadarusman, 2005). Karakteristik perdarahan

uterus disfungsional bervariasi yaitu perdarahan yang banyak tetapi jarang hingga

perdarahan terus menerus dan berlangsung lama. Jika perdarahan tersebut tidak

segera ditangani dengan serius, perdarahan akan mengakibatkan komplikasi bagi

(18)

uterus disfungsional adalah infertilitas, anemia, dan penumpukan dinding rahim

tanpa perdarahan haid yang cukup.

Berdasarkan hal ini, penulis menyusun intervensi penatalaksanaan askep

pada pasien dengan perdarahan uterus disfungsional. Penulis berencana

memberikan asuhan keperawatan lengkap sesuai standar pelayanan keperawatan

dan diakhiri dengan pemberian edukasi sesuai dengan keluhan yang dirasakan

oleh pasien dengan gangguan perdarahan uterus disfungsional dengan

menggunakan media poster dan leaflet yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

B. Tujuan

Tujuan akhir kegiatan PBLK adalah untuk meningkatkan kemampuan

mahasiswa dalam mensintesa ilmu pengetahuan, menerapkan proses asuhan

keperawatan secara komprehensif sebagai bentuk pelayanan keperawatan

profesional, baik kepada individu, keluarga maupun masyarakat. Selain itu, dapat

melakukan pengelolaan manajemen asuhan keperawatan dan manajemen

pelayanan keperawatan melalui proses pengorganisasian kegiatan keperawatan

secara efektif dan efisien.

C. Manfaat

1. Mahasiswa Keperawatan

Manfaat PBLK terhadap mahasiswa adalah sebagai wadah latihan dan

(19)

keperawatan yang komprehensif pada pasien. Selain itu juga melatih mahasiswa

mengelola manajemen pelayanan keperawatan secara efektif dan efisien.

2. Institusi Pendidikan

Manfaat PBLK bagi institusi pendidikan adalah untuk meningkatkan

kompetensi lulusan institusi dan menghasilkan tugas akhir dalam bentuk karya

tulis ilmiah.

3. Lahan Praktik

Selama kegiatan PBLK, lahan praktik dapat menggunakan tenaga

mahasiswa sebagai perawat tambahan. Selain itu dapat meningkatkan mutu

pelayanan lahan praktik dengan penerapan intervensi kasus sesuai dengan kasus

kelolaan mahasiswa sehingga dapat menambah intervensi perawat ruangan dalam

(20)

BAB II

PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN

A. Konsep Dasar

1. Pengertian Manajemen dan Manajemen Keperawatan

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif

dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup kegiatan

POAC (planning, organizing, actuating, controlling) terhadap staf, sarana, dan

prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant dan Massey, 1999 dikutip dari

Nursalam, 2007).

Muninjaya (2004) menyatakan bahwa manajemen adalah ilmu atau seni

tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, dan rasional

untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Swansburg (2000) menyatakan bahwa, manajemen keperawatan

berhubungan dengan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),

pengaturan staf (staffing), kepemimpinan (leading), dan pengendalian

(controlling) aktivitas-aktivitas upaya keperawatan atau divisi departemen

keperawatan dan dari sub unit departemen.

2. Fungsi Manajemen Keperawatan

Henry Fayol (1949 dalam Robins & Coulter, 2007) merupakan salah

satu ahli yang pertama kalinya mengusulkan bahwa semua manajer melaksanakan

(21)

(organizing), mengarahkan (coordinating or directing), dan pengendalian

(controlling). Henry Fayol juga menyakini bahwa fungsi-fungsi ini mencerminkan

inti dari proses manajemen secara akurat.

Swansburg (2000) menyatakan bahwa fungsi manajemen terdiri atas

lima fungsi yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),

pengaturan staf (staffing), kepemimpinan (leading), dan pengendalian

(controlling). Bab ini akan membahas dan menjelaskan fungsi manajemen

menurut Swansburg (2000) yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan

dalam manajemen keperawatan adalah proses mental dimana semua manajer

perawat menggunakan data yang valid dan dapat dipercaya untuk

mengembangkan objektif dan menentukan sumber-sumber yang dibutuhkan dan

cetak biru yang digunakan dalam mencapai objektif. Tujuan utama dari

perencanaan adalah membuat kemungkinan yang paling baik dalam penggunaan

personel, bahan, dan alat (Swansburg, 2000). Huber (2006) menyatakan bahwa

perencanaan merupakan fungsi manajemen yang digunakan untuk memilih

prioritas, hasil, dan metode yang digunakan untuk sebuah sistem dan kemudian

membimbing sistem untuk mengikuti arahan tersebut. Robins dan Coulter (2007)

menyatakan bahwa fungsi perencanaan mencakup proses merumuskan sasaran,

membangun strategi untuk mencapai sasaran yang telah disepakati, dan

mengembangkan perencanaan tersebut untuk memadukan dan mengkoordinasikan

(22)

b. Pengorganisasian (Organizing)

Fungsi manajemen keperawatan dalam organisasi adalah

mengembangkan seseorang dan merancang organisasi yang paling sederhana

untuk menyelesaikan pekerjaan. Pengorganisasian meliputi proses memutuskan

tingkat organisasi yang diperlukan untuk mencapai objektif divisi keperawatan,

departemen atau pelayanan, dan unit (Swansburg, 2000). Huber (2006)

menyatakan bahwa pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang berhubungan

dengan mengalokasi dan mengatur sumber daya untuk menyelesaikan tujuan

yang dicapai. Peran manajer dalam fungsi pengorganisasian adalah menentukan,

tugas yang akan dikerjakan, individu yang akan mengerjakan, pengelompokkan

tugas, struktur pertanggungjawaban, dan proses pengambilan keputusan. Manajer

bertanggung jawab juga dalam merancang pekerjaan staf yang digunakan untuk

mencapai sasaran organisasi (Robins & Coulter, 2007).

c. Pengaturan staf (Staffing)

Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam

manajemen keperawatan. Pengaturan staf keperawatan merupakan proses yang

teratur, sistematis, rasional diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis

personel keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan

pada standar yang ditetapkan sebelumnya pada kelompok pasien dalam situasi

tertentu (Swansburg, 2000). Pengaturan staf memerlukan banyak perencanaan dari

manajer. Perencanaan pengaturan staf dipengaruhi oleh misi dan tujuan institusi,

(23)

d. Kepemimpinan (Leading)

Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi kelompok untuk

menentukan dan mencapai tujuan. Kepemimpinan difokuskan kepada gaya

kepemimpinan situasi kemungkinan dan faktor-faktor seperti manusia, pekerjaan,

situasi, organisasi, dan faktor-faktor lingkungan. Manajer perawat dalam fungsi

ini berperan untuk merangsang motivasi dengan mempraktikkan fungsi

kepemimpinan karena perilaku motivasi merupakan promosi, autonomi, membuat

keputusan, dan manajemen partisipasi (Swansburg, 2000).

Fungsi kepemimpinan menurut Huber (2006) adalah fungsi manajemen

yang mengarahkan dan kemudian mempengaruhi individu tersebut untuk

mengikuti arahan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah disepakati dan yang

telah ditentukan. Fungsi kepemimpinan menurut Fayol dalam Robins & Coulter

(2007) adalah fungsi yang memotivasi stafnya ketika stafnya bekerja dan mencari

berbagai cara untuk menyelesaikan masalah perilaku stafnya.

e. Pengendalian atau Pengevaluasian (Controlling)

Pengendalian atau pengevaluasian adalah suatu fungsi yang terus

menerus dari manajemen keperawatan yang terjadi selama perencanaan,

pengorganisasian, dan pengerahan aktivitas. Melalui prsoses ini standar dibuat dan

kemudian digunakan, diikuti umpan balikyang menimbulkan perbaikan

(Swansburg, 2000). Huber (2006) menyatakan bahwa fungsi pengendalian adalah

fungsi yang digunakan untuk memantau dan mengatur perencanaan, proses, dan

sumber daya manusia yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan-tujuan yang

(24)

Robins & Coulter (2007) menyatakan bahwa fungsi ini adalah fungsi

yang terakhir di dalam manajemen dan fungsi memantau dan mengevaluasi setiap

kegiatan yang telah berjalan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan dan

memantau kinerja stafnya, Kinerja tersebut kemudian dibandingkan dengan

sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila kinerja tersebut menyimpang

maka fungsi manajemen yang lain diperiksa kembali. Proses pengendalian ini

meliputi memantau, memperbandingkan, dan mengoreksi.

3. Standar Asuhan Keperawatan

Standar asuhan keperawatan telah dijabarkan oleh Departemen

Kesehatan RI pada tahun 1998 mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang

meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan keperawatan, implementasi

keperawatan dan evaluasi.

a. Standar I : Pengkajian Keperawatan

Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan

dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya untuk menentukan

kebutuhan asuhan keperawatan. Data kesehatan harus bermanfaat bagi semua

anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian keperawatan meliputi :

1) Pengumpulan data, kriteria: menggunakan format yang baku, sistematis,

diisi sesuai item yang tersedia, aktual, dan valid

2) Pengelompokan data, kriteria: data biologis, data psikologis, data sosial, dan

(25)

3) Perumusan masalah, kriteria: kesenjangan antara status kesehatan dengan

norma dan pola fungsi kehidupan serta perumusan masalah ditunjang oleh

data yang telah dikumpulkan

b. Standar II: Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data kasus kesehatan

pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasien.

Kriteria : diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan

pemenuhan kebutuhan pasien, dibuat sesuai dengan wewenang perawat,

komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan gejala/ (PES) atau terdiri dari

masalah dan penyebab (PE), bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien

sudah nyata terjadi, bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien

kemungkinan besar akan terjadi, dapat ditanggulangi oleh perawat.

c. Standar III: Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan.

Komponen perencanaan keperawatan meliputi:

1) Prioritas masalah, kriteria: masalah yang mengancam kehidupan merupakan

prioritas utama, masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah

prioritas kedua, masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas

ketiga.

2) Tujuan asuhan keperawatan, kriteria: spesifik, bisa diukur, bisa dicapai,

realistik, ada batas waktu.

3) Rencana tindakan, kriteria: disusun berdasarkan tindakan tujuan asuhan

(26)

belakang bidaya pasien/ keluarga, menentukan alternatif tindakan yang

tepat, mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku,

lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada, menjamin rasa aman dan

nyaman bagi pasien, kalimat instruksi, ringkas, tegas dengan bahasanya

yang mudah dimengerti.

d. Standar IV: Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang

ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang

mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan, serta pemulihan

kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarganya. Kriteria:

dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan, menyangkut keadaan

bio-psiko-sosio spiritual pasien, menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan

dilakukan kepada pasien/ keluarga, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,

menggunakan sumber daya yang ada, menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik,

menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privasi dan mengutamakan

keselamatan pasien, melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien,

merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam keselamatan pasien,

mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan, merapikan pasien dan alat

setiap selesai melakukan tindakan, melaksanakan tindakan keperawatan

berpedoman pada prosedur teknis yang telah ditentukan.

e. Standar V: Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis dan

(27)

keperawatan dilakukan evaluasi, evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada

pada rumusan tujuan, hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan, evaluasi

melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan serta dilakukan sesuai dengan

standar.

f. Standar VI: Catatan Asuhan Keperawatan

Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual. Kriteria:

dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat jalan, dapat digunakan sebagai

bahan informasi, komunikasi dan laporan, dilakukan segera setelah tindakan

dilaksanakan, menulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah

yang baku, sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan, setiap pencatatan

harus mencantumkan inisial/ paraf/ nama perawat yang melaksanakan tindakan

dan waktunya, menggunakan formulir yang baku, disimpan sesuai dengan

pengaturan yang berlaku.

4. Model Asuhan Keperawatan

Dalam memberikan asuhan keperawatan, model asuhan keperawatan

yang yang lazim dipakai meliputi metode kasus, metode fungsional, tim

keperawatan, keperawatan primer dan sistem manajemen kasus (Kozier Erb, 1990

dikutip dari Priharjo R, 1995).

a. Metode Kasus

Metode ini disebut juga sebagai perawatan total (total care) yang

merupakan metode paling awal. Pada metode ini seorang perawat bertanggung

(28)

setiap shift. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda pada setiap pergantian

shift, metode ini banyak dipakai pada keadaan kurang tenaga perawat. Jalan

keluarnya adalah dengan merekrut tenaga perawat yang baru.

b. Metode Fungsional

Sistem tugas mengacu pada ilmu manajemen dalam bidang administrasi

bisnis yang berfokus pada tugas yang harus diselesaikan. Perawat dengan

pendidikan kurang akan melakukan tindakan yang lebih ringan dibandingkan

dengan perawatan profesional. Dalam model ini dibutuhkan pembagian tugas (job

description), prosedur, kebijakan dan alur komunikasi yang jelas. Metode ini

cukup ekonomis dan efisien serta mengarahkan pemusatan pengendalian.

Kelemahan dari metode ini adalah munculnya fragmentasi keperawatan dimana

pasien menerima perawatan dari berbagai kategori tenaga keperawatan.

Kepala Ruangan

Pasien/ klien

Perawat: Injeksi Perawat:

Merawat luka

Perawat: Merawat luka Perawat:

Pengobatan

(29)

c. Metode Tim

Metode ini dirancang oleh Elanor Lambertson pada tahun 1950-an yang

digunakan untuk mengatasi fragmentasi dari metode orientasi pada tugas dan

memenuhi peningkatan tuntutan kebutuhan perawat profesional yang muncul

karena kemajuan teknologi, kesehatan dan peralatan. Tim keperawatan terdiri dari

perawat profesional (registered nursing), perawat praktis yang mendapat izin serta

pembantu perawat. Tim bertanggung jawab dalam memberikan asuhan

keperawatan kepada sejumlah pasien selama 8-12 jam. Metode ini lebih

menekankan segi manusiawi pasien dan para perawat anggota dimotivasi untuk

belajar (Nursalam, 2007).

Hal pokok yang harus diketahui adalah konfrensi tim yang dipimpin

ketua tim, rencana asuhan keperawatan dan keterampilan kepemimpinan. Tujuan

metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang berpusat pada

klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari memperkenalkan semua

personil adalah media untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan

anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat mengidentifikasi

tujuan asuhan keperawatan, mengidentifikasi kebutuhan anggota tim,

memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim

(30)

Skema 2 : Sistem pemberian asuhan keperawatan Tim d. Keperawatan Primer

Metode ini merupakan sistem dimana perawat bertanggung jawab

selama 24 jam sehari, 7 hari/ minggu. Ini merupakan metode yang memberikan

perawatan secara komprehensif, individual dan konsisten. Metode keperawatan

primer membutuhkan pengetahuan dan keterampilan manajemen. Perawat primer

mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan pasien,

mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana keperawatan,

dan mengevaluasi keefektifan keperawatan. Sementara perawat lain memberikan

tindakan keperawatan, perawat primer mengkoordinasikan keperawatan dan

menginformasikan tentang kesehatan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan

lainnya. Keperawatan primer melibatkan semua aspek peran profesional termasuk

pendidikan kesehatan, advokasi, pembuatan keputusan dan kesinambungan

perawatan. Perawat primer merupakan manejer garis terdepan bagi perawatan

pasien dengan akuntabilitas dan tanggung jawab yang menyertainya. Kepala Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim

Ketua Tim

Staf Staf

Staf

Pasien/ Klien Pasien/ Klien

(31)

Skema 3 : Sistem pemberian keperawatan ”Primary Nursing” e. Sistem Manejemen Kasus

Metode ini merupakan sistem pelayanan keperawatan, dimana para

manajer kasus (case manager) bertanggung jawab terhadap muatan kasus pasien

selama dirawat. Para manejer dapat terkait dengan muatan kasus dalam beberapa

cara seperti :

1) Dengan dokter dan pasien tertentu

2) Dengan pasien secara geografis berada dalam satu unit atau unit-unit

3) Dengan mengadakan diagnosa

Metode ini mempertahankan filsafat keperawatan primer dan

membutuhkan seorang sarjana keperawatan atau perawat dengan pendidikan

tingkat master untuk mengimplementasikan praktek keperawatan dengan budget

yang tinggi.

Sarana / Kepala

Dokter

Perawat

PP malam PP sore

(32)

Skema 4 : Sistem pemberian keperawatan Manajemen Kasus f. Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)

Yaitu suatu sistem (struktur proses dan nilai-nilai profesional) yang

memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan

termasuk lingkungan yang dapat menopang pemberian asuhan keperawatan. Lima

Komponen dalam Model Praktek Keperawatan Profesional : nilai-nilai profesional

yang merupakan inti dari model praktek keperawatan profesional (MPKP),

hubungan antar profesional, metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan

manejemen dalam perubahan pengambilan keputusan, sistem kompetensi dan

penghargaan.

B. Analisa Ruang Rawat 1. Pengkajian

Pengkajian sistem manajemen di Ruang Anyelir (Obstetri & Ginekologi)

dilakukan dengan analisa situasi ruangan pada tanggal 14 - 15 Juni 2012

melakukan wawancara terhadap Ka. Poliklinik, Karu VK, Karu Rawat Inap dan

beberapa pegawai serta melakukan observasi yaitu observasi situasi dan kondisi

ruangan, pelayanan asuhan kebidanan/ keperawatan, penyediaan sarana dan Kepala Ruangan

Staf Perawat Staf Perawat

Staf Perawat

Pasien/Klien

(33)

prasarana, sistem kerja dan komunikasi antara pegawai dalam memberikan

asuhan keperawatan/ kebidanan. Tanggal 13 Juni 2012 dilakukan penyebaran

kuesioner yaitu kuesioner tentang perilaku pemimpin yang diberikan kepada 5

orang bidan pelaksana, kepuasan kerja perawat yang diberikan kepada 7 bidan,

dan kepuasan pasien yang diberikan kepada 5 orang pasien rawat inap. Setelah

pengumpulan data selesai, kemudian dilakukan analisa data. Gambaran hasil

analisa situasi Ruang Anyelir dideskripsikan sebagai berikut:

a. Man

Di ruang Anyelir saat ini memiliki empat belas orang pegawai yang

terdiri dari 1 orang Ka. Poliklinik dengan pendidikan DIII Kebidanan, 1 orang

Karu VK dengan pendidikan DIII Kebidanan, 1 orang Karu Rawat Inap dengan

pendidikan DIII Kebidanan, dan 11 perawat pelaksana yang keseluruhannya

berpendidikan DIII Kebidanan.

Proses perekrutan tenaga perawat secara umum di RS. G.L Tobing

melalui ujian yang dilakukan oleh direksi. Pegawai yang diterima, diorientasikan

selama 3 bulan yang kinerjanya dinilai oleh Karu disampaikan kepada Kepala

Divisi Keperawatan. Dari hasil orientasi tersebut akan diputuskan penempatan

yang tepat untuk setiap pegawai..

[image:33.595.105.460.665.747.2]

1) Jumlah Tenaga Kerja di Ruang Anyelir

Tabel 1. Jumlah tenaga kerja

No. Jabatan Pendidikan Jumlah

1. 2. 3. 4.

Kepala Poliklinik Karu VK

Karu Rawat Inap Pelaksana

DIII Kebidanan DIII Kebidanan DIII Kebidanan DIII Kebidanan

1 orang 1 orang 1 orang 11 orang

(34)

Di Ruang Anyelir juga terdapat 1 orang tenaga non keperawatan yang

membantu proses administrasi ruangan.

2) Beban Kerja dan Kebutuhan Tenaga Perawat

Berdasarkan data rekapitulasi jumlah pasien bulan Juni 2012, rata-rata

pasien setiap harinya adalah 4 orang dengan tingkat ketergantungan pasien secara

keseluruhan adalah minimal (Kepala Ruangan ruang Anyelir, 2012). Berdasarkan

data tersebut dapat diketahui jumlah kebutuhan perawat di ruangan Anyelir

adalah sebagai berikut:

Ruang Anyelir :Rata-rata pasien x 100 %

Tempat tidur pasien

: 4 x 100 % = 40 % 10

(Douglas, Lovevidge dan cunning)

Menurut Douglas, Lovevidge dan cunnings Klasifikasi ketergantungan

pasien dibagi menjadi 3 kategori, yaitu perawatan minimal yang memerlukan

waktu 1-2 jam/24 jam, perawatan intermediet memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam,

perawatan total memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam. Data pengkajian tanggal 09

Januari 2012 didapatkan rata-rata kondisi tingkat ketergantungan pasien dan

[image:34.595.115.579.610.711.2]

kebutuhan tenaga pada Tabel.3

Tabel.2 Tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan tenaga

Tingkat ketergantungan Jumlah kebutuhan Tenaga Tingkat

ketergantungan

Jumlah

pasien Pagi Sore Malam

Minimal 4 4 x 0,17 = 0,68 4 x 0,14 = 0,56 4 x 0,07 = 0,28

Partial - - - -

Total - - - -

(35)

Shift pagi : 1 orang

Shift siang : 1 orang

Shift malam : 1 orang

Faktor libur dan cuti = 25% x 4 = 1= 1 perawat

Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan ketergantungan

pasien adalah:

[image:35.595.112.551.362.505.2]

P + S + M + L+ 1 Karu = 1 + 1 + 1 + 1 + 1 = 5 perawat

Tabel 3. Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di Anyelir berdasarkan kategori

asuhan keperawatan menurut Depkes (2002)

No Kategori Rata-rata jumlah pasien/hari

Rata-rata jam perawatan/hari

Total perawatan/hari

1. Askep minimal 4 2 8

2. Askep sedang - - -

3. Askep agak berat - - -

4. Askep maksimal - - -

4 8

a) Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah:

Jumlah total perawatan = 8 = 1,14

Jam efektif perawat 7

b) Jumlah hari libur (loss day):

Jumlah hari minggu/tahun + cuti + hari besar x jumlah perawat

Jumlah hari kerja efektif

52+7+14 x 1,14 = 0,29 = 0,3

(36)

c) Pekerjaan Non Keperawatan:

Jumlah perawat yang dibutuhkan + jumlah hari libur x 25 %

1,14 + 0,3 x 0,25 = 0,36

d) Jumlah kebutuhan perawat:

Jumlah perawat yang dibutuhkan + Jumlah hari libur + Pekerjaan non

keperawatan

1,14 + 0,3 + 0,36 = 2,1

Maka jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap Anyelir

menurut Depkes adalah 2,1 orang + 1 orang kepala ruangan = 3 orang.

Berdasarkan perhitungan diatas dapat disimpulkan menurut rumus

Douglas bahwa perawat yang dibutuhkan sebanyak 5 orang, sehingga jika

dibandingkan dengan jumlah perawat di ruangan Anyelir didapat kelebihan tenaga

sebanyak 9 orang. Sedangkan menurut Depkes, dibutuhkan sebanyak 3 orang

perawat sehingga kelebihan tenaga sebanyak 11 orang. Berdasarkan hasil

wawancara dengan Kepala Ruangan menyatakan bahwa selama ini perawat

melakukan tugas di luar nursing job seperti administrasi ruangan dilakukan oleh

perawat.

Rumah sakit memberi kesempatan izin belajar pada tenaga

perawat/bidan untuk meningkatkan pendidikannya, dimana perawat/ bidan yang

ingin melanjutkan pendidikan terlebih dahulu membuat permohonan izin kuliah

kepada kepala divisi keperawatan kemudian kepala divisi keperawatan akan

menyampaikannya kepada kepala divisi SDM RS yang akan diteruskan kepada

(37)

mengeluarkan jadwal tugas agar tidak mengganggu perkuliahan perawat/bidan

yang melanjutkan pendidikannya. Saat ini tidak ada bidan/perawat di ruang

anyelir yang sedang mengikuti pendidikan. Kepala Poliklinik mengatakan bahwa

minat bidan di Ruang Anyelir untuk melanjutkan pendidikannya kurang karena

faktor biaya dimana rumah sakit tidak menanggung biaya pendidikan pegawai dan

sumber dananya merupakan biaya pribadi. Rumah sakit memberi kesempatan

pada tenaga perawat/bidan untuk mengikuti pelatihan dimana pelatihan yang

pernah diikuti oleh bidan di ruang Anyelir adalah sebanyak 1 kali yaitu pelatihan

tentang manajemen asuhan keperawatan.

Ruang Anyelir tidak memiliki jadwal pertemuan secara teratur.

Masalah-masalah yang terjadi dan informasi-informasi baru yang harus disosialisasikan

dilakukan dalam pertemuan yang tidak terjadwal tergantung dari kebutuhan.

Masalah yang terjadi akan diselesaikan terlebih dahulu oleh kepala ruangan dan

apabila tidak terselesaikan makan akan diselesaikan oleh kepala divisi

keperawatan. Kepala poliklinik mengatakan bahwa masalah-masalah yang terjadi

selalu bisa diatasi dengan baik.

Kepala Poliklinik/ruangan memberi teguran kepada perawat yang lalai,

malas atau memiliki kinerja yang buruk. Teguran secara lisan diberikan sebanyak

3 kali, apabila tenaga perawat yang mendapat teguran tidak dapat melakukan

perbaikan, maka diberikan punishment berupa laporan Kepala poliklinik/ruangan

kepada Divisi Keperawatan. Kepala Poliklinik mengatakan bahwa semua

anggotanya selalu menanggapi teguran-teguran yang diberikan dengan baik. Hasil

(38)

Anyelir didapatkan data bahwa 12,5 % menyatakan tidak puas dengan perlakuan

atasan selama bekerja, 75 % menyatakan cukup puas, dan 12,5 % menyatakan

puas.

Dari hasil pengolahan kuesioner kepuasan pasien yang dibagikan kepada

5 orang pasien inap di Ruang Anyelir menyatakan 100% pasien rawat inap puas

dengan pelayanan di Ruang Anyelir

3) Kolaborasi dan Koordinasi

Kolaborasi dan koordinasi dengan tim kesehatan lain yaitu dokter cukup

baik. Perawat dan dokter biasanya berdiskusi bersama sebelum mengambil

keputusan ataupun tindakan kepada pasien terutama jika pasien perlu melakukan

pemeriksaan kesehatan lebih lanjut.

b. Metode

Ruang Anyelir memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat umum,

memiliki dasar dan perkembangan yang utama yaitu visi, misi, tujuan dan motto

RS G.L Tobing Tanjung Morawa yang telah dijadikan standar. Berikut adalah

Visi dan Misi RS G.L Tobing Tanjung Morawa :

Visi RS G.L Tobing Tanjung Morawa:

”Menjadi rumah sakit rujukan yang mandiri, unggulan, dan berdaya

saing”

Misi RS G.L Tobing Tanjung Morawa:

1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna khususnya terhadap

karyawan PT. Perkebunan Nusantara-II (persero) dan keluarganya.

(39)

3) Membangun kepercayaan pelanggan melalui sumber daya manusia yang

profesional, berkualitas, dan berbudaya kerja prima

4) Memberikan konstribusi yang optimal bagi perusahaan maupun masyarakat

sekitar

5) Menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan serta menciptakan nilai

tambah

Tujuan RS G.L Tobing Tanjung Morawa:

“ Menjadikan Rumah Sakit Perkebunan-II sebagai pilihan utama

pelayanan kesehatan bagi masyarakat kesehatan dan sekitarnya

Motto RS G.L Tobing Tanjung Morawa:

”Kami Peduli Kesehatan Anda”

Sedangkan misi, falsafah, motto dan tujuan bidang keperawatan RS dr.

G. L. Tobing adalah :

Misi RS G.L Tobing Tanjung Morawa:

1) Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan rumah sakit melalui pelayanan

keperawatan dan kebidanan yang berkualitas.

2) Mengembangkan SDM keperawatan dan kebidanan melalui pendidikan

berkelanjutan untuk melaksanakan keperawatan dan kebidanan yang

profesional.

Falsafah Keperawatan :

“Memberikan pelayanan terpadu secara profesional kepada pasien dan

(40)

Motto Keperawatan :

“RSGLT “ : Ramah

Senyum

Gigih

Lues

Terampil

Tujuan Umum:

1) Memberikan pelayanan keperawatan yang menjamin keselamatan pasien.

2) Memberikan pelayanan yang prima dan memuaskan sesuai dengan

kebutuhan pasien berdasarkan standar profesi keperawatan/ standar asuhan

keperawatan (SAK), standar etika keperawatan, standar komunikasi

terapeutik, standar prosedur operasional (SPO).

3) Menciptakan lingkungan kerja yang kondusifdalam meningkatkan

produktivitas kerja.

4) Meminimalkan infeksi nosokomial.

5) Memberikan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan

yang optimal.

Ruang Anyelir belum memiliki Standar Asuhan Kebidanan (SAK) yang

menjadi dasar pemberian asuhan kebidanan tetapi sudah memiliki Standar

Prosedur Operasional (SPO). Adapun tujuan khusus pelayanan keperwatan ruang

(41)

1) Menurunkan angka kematian ibu dan bayi 24 jam pertama.

2) Melibatkan keluarga dalam proses persalinan untuk meminimalkan rasa

sakit.

3) Meningkatkan hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi melalui IMD dan

Rooming In.

4) Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang menyusui,

memandikan, pemberian nutrisi, imunisasi, dan personal hygiene

(membersihkan tali pusat).

5) Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang senam hamil.

6) Meminimalkan hari rata-rata rawat 1-2 hari.

Berdasarkan hasil observasi, bidan belum optimal menjalankan SAK,

SOP, serta pendokumentasian asuhan kebidanan pada setiap pasien. Ruangan juga

memiliki buku dokumentasi tindakan yang diberikan kepada pasien.

Berdasarkan hasil observasi diperoleh bahwa pendidikan kesehatan pada

pasien dan keluarga hanya dilakukan oleh bidan saat memberikan tindakan medis

kepada pasien. Pemberian pendidikan kesehatan dilakukan tanpa media tetapi

hanya berupa pemberian informasi dan diskusi.

Hasil observasi penulis selama praktek di Ruang Anyelir bahwa

mahasiswa juga jarang melakukan pendidikan kesehatan karena kurangnya

penekanan dari perawat ruangan kepada mahasiswa untuk melakukan pendidikan

kesehatan dan kesadaran mahasiswa itu sendiri akan manfaat pendidikan

(42)

Pelayanan kesehatan di ruang Anyelir dilakukan oleh bidan dan dokter

melakukan visite sesuai dengan jadwal kunjungan yang telah ditentukan.

Pengisian buku status kesehatan pasien seperti asuhan keperawatan dilakukan

bidan di ruang Anyelir. Berdasarkan observasi yang dilakukan, bidan selalu

mendampingi mahasiswa praktik saat melakukan tindakan keperawatan/

kebidanan kepada pasien.

Metode asuhan kebidanan di Ruang Anyelir menggunakan metode

Fungsional. Ruang Anyelir terdiri atas beberapa penanggung jawab (PJ) dan tiap

PJ melakukan tugasnya sesuai tanggung jawab. Dari hasil observasi dan

wawancara diperoleh bahwa pelaksanaan metode fungsional ini belum dilakukan

dengan baik karena bidan di Ruang Anyelir melakukan tugas rangkap juga

sebagai perawat. Selanjutnya, hasil pengkajian melalui wawancara dengan Kapoli

didapatkan bahwa sistem pendelegasian tugas keperawatan di Ruang Anyelir

belum jelas karena belum adanya sistem pendelegasian secara tertulis yang dibuat

oleh RS dr. G. L. Tobing. Dalam penerapannya, pendelegasian tugas dilakukan

secara tertulis yaitu pendelegasian tugas yang dilakukan kepala ruangan dan

kepela poliklinik kepada perawat pelaksana secara langsug.

Supervisi biasanya dilakukan oleh Kepala Bidang Keperawatan RS dr.

G. L. Tobing dengan waktu yang tidak ditetapkan. Supervisi dilakukan secara

nonformal selama pelayanan. Kepala ruangan maupun poliklinik tidak pernah

melakukan supervisi untuk menilai kinerja perawat.

Pengelolaan peralatan dilakukan bidan yang bertanggung jawab dalam

(43)

setiap pergantian shift. Tetapi pemeriksaan kondisi peralatan dan keadaan ruangan

secara keseluruhan tidak dilakukan secara teratur.

c. Money

Ruang Anyelir memiliki sistem keuangan yang diatur langsung oleh

rumah sakit baik untuk pelayanan maupun untuk penggajian pegawai ruangan.

Tenaga perawat memperoleh gaji sesuai dengan golongan/ jabatan masing-masing

di ruangan. Sistem pembayaran pasien juga dikelola langsung oleh bagian

keuangan rumah sakit dan jenis pembayaran tergantung pada jaminan yang

digunakan pasien.

d. Material

Pengajuan logistik sarana maupun prasarana ruangan Anyelir dilakukan

secara periodik misalnya 6 bulan sekali. Untuk pengajuan logistik bahan habis

pakai seperti jelly dilakukan dengan membuat permohonan amprahan ke apotik

rumah sakit saat barang-barang tersebut diperlukan. Pengelolaan alat di Ruang

Anyelir sebagai berikut :

1) Penggunaan alat tenun, seperti laken, selimut, sarung dan bantal disediakan

oleh RS. Penggantian alat-alat tenun dilakukan setiap seminggu sekali.

Pencucian alat tenun dilakukan secara sentrallisasi di ruang laundry, ruang

Anyelir hanya mengantar alat tenun yang kotor. Penyimpanan alat tenun

dilakukan secara baik yaitu disimpan dalam lemari.

2) Perawatan untuk alat rumah tangga seperti tempat tidur dilakukan dengan

perbaikan bila terjadi kerusakan, sedangkan untuk bantal, tilam dan lainnya

(44)

3) Sudah terdapat pemisahan dalam penggunaan tempat sampah, baik tempat

(45)

2. Analisa Situasi

a. Man

Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness) Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Threatened)  Seluruh tenaga bidan di

Ruang Anyelir RS dr.

G. L. Tobing

merupakan lulusan D3 Kebidanan.

 Semua perawat/bidan

Ruang Anyelir memiliki pengalaman kerja yang cukup lama (> 23 tahun).

 Dari hasil kuesioner didapat data bahwa (100%) perawat/bidan menyatakan cukup puas dengan pekerjaanya.  Dari hasil kuesioner

kepuasan pasien diperoleh data bahwa (100%) pasien merasa cukup puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh perawat/bidan.

 Pegawai kurang optimal

dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien.  Belum memiliki SAK.

 Belum menjalankan SPO

secara optimal.

 Pendidikan kapoli/karu yang tidak mencapai standar keprofesionalan seorang karu/kapoli.

 Tidak adanya beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

 Adanya mahasiswa yang

praktek di ruang anylir rata-rata 2-4 orang per minggu.

 RS. G.L Tobing memberi

kesempatan kepada pegawai-pegawai yang berkeinginan melanjutkan pendidikan.

Adanya persaingan mutu

pelayanan dengan rumah sakit

lain sehingga harus

meningkatkan mutu pelayanan.

RS G.L. Tobing merupakan

rumah sakit tipe C.

(46)

 Adanya pembagian waktu kerja yakni 3 shift (pagi, siang dan malam).

 Pegawai mendampingi pasien saat visite dokter.

(47)

b. Metode

Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness) Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Threatened)  Ruang Anyelir sudah

memiliki struktur organisasi yang jelas.

 Ruang Anyelir memilik Standar Prosedur Operasional (SPO).

 Adanya ketetapan

jadwal buka-tutup dan

sudah terlaksana

dengan baik

 Setiap ada konflik

langsung diselesaikan bersama-sama

 Dari hasi kuesioner yang dibagikan, didapat bahwa 12,5 % menyatakan tidak puas

dengan perilaku pemimpin, 75 % cukup

puas, dan 12,5 % puas.

Ruang Anyelir belum

memiliki Standar Asuhan Kebidanan yang jelas.

Ruang Anyelir belum

memiliki alur pendelegasian tugas yang jelas (belum

memiliki sistem pendelegasian tugas secara

tertulis).

Tidak ada jadwal pertemuan rutin pegawai di ruang Anyelir

Supervisi hanya dilakukan oleh kepala bidang keperawatan dengan waktu yang tidak ditentukan.

Dokumentasi Asuhan

kebidanan belum optimal dilaksanakan

RS GL. Tobing memberikan pelayanan pada pasien Jamsostek, Jamkesmas, dan umum.

(48)

c. Money

Kekuatan (Stenght) Kelemahan (Weakness) Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Ihreatened)

Ruangan (Ruang

Anyelir) memiliki sistem budgeting yang

diatur langsung oleh direktorat Rumah Sakit baik untuk pelayanan

maupun untuk penggajian pegawai ruangan.

Tunjangan diberikan

sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan oleh RS GL. Tobing

Sistem pembayaran

biaya pelayanan kesehatan di bagian keuangan RS GL Tobing.

 Sistem pembayaran gaji

pegawai yang masih manual.

Adanya bantuan/jaminan

pembayaran bagi masyarakat miskin melalui JAMKESMAS

(jaminan kesehatan

msyarakat), Jamsostek

(Jaminan Sosial dan Tenaga Kerja),

RS GL Tobing memberikan tunjangan seperti tunjangan kontrakan rumah, tunjangan transportasi, tunjangan jabatan.

 Rumah sakit lain yang

(49)

d. Material

Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness) Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Threatened)  Perawatan alat-alat

dilakukan setiap saat setelah alat dipakai ataupun pasien keluar dari ruangan yaitu dengan dibersihkan dan dirapikan.

 RRuuaanngg AAnnyyeelliirr m

meemmiilliikkii1100bbeedd. .  RRuuaannggaann ssuuddaahh

m

meemmiilliikkii ppeemmbbuuaannggaann s

saammppaahh mmeeddiiss ddaann nnoonn m

meeddiiss. .

 RRuuaannggaann mmeemmiilliikkii s

saarraannaa kkoommuunniikkaassii t

tiiddaakk llaannggssuunngg sseeppeerrttii p

paappaann ppeenngguummuummaann y

yaanngg ddaappaatt d

diimmaannffaaaattkkaann..

 Adanya operan alat-alat medis setiap hari namun,

belum ada pendokumentasian data

setiap hari.

 Tidak adanya

penanggungjawab terhadap peralatan yang rusak di Ruang Anyelir.

 Adanya keterbatasan alat-alat medis

 Belum adanya label nama tempat sampah medis dan non-medis, benda tajam.

Adanya kebutuhan dana/

anggaran dari PTPN 2 yang memasok dan mensubsidi peralatan di rumah sakit.

 Rumah sakit lain yang

(50)

3. Rumusan Masalah

a. Pegawai kurang optimal dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada

pasien.

b. Belum optimal supervisi terhadap pelaksanaan SAK dan SPO.

c. Pendidikan kapoli/karu yang tidak mencapai standar keprofesionalan

seorang karu/kapoli.

d. Tidak adanya beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih

tinggi.

e. Ruang Anyelir belum memiliki Standar Asuhan Kebidanan yang jelas.

f. Ruang Anyelir belum memiliki alur pendelegasian tugas yang jelas (belum

adanya sistem pendelegasian secara tertulis).

g. Belum adanya penanggung jawab asuhan kebidanan.

h. Belum ada jadwal pertemuan rutin pegawai Ruang Anyelir.

i. Supervisi hanya dilakukan oleh kepala bidang keperawatan dengan waktu

yang tidak ditentukan.

j. Dokumentasi asuhan keperawatan belum optimal dilaksanakan.

k. Sistem pembayaran gaji pegawai yang masih manual.

l. Adanya operan alat-alat medis setiap hari namun, belum ada

pendokumentasian data setiap hari.

m. Tidak adanya penanggungjawab terhadap peralatan yang rusak di ruang

Anyelir.

(51)

o. Belum adanya pelabelan nama di setiap tempat sampah medis dan non

medis, benda tajam.

4. Rencana Penyelesaian Masalah

Berdasarkan perumusan masalah yang diperoleh, mahasiswa profesi

Ners Fakultas Keperawatan USU hanya dapat membuat intervensi dari beberapa

rumusan masalah yang diperoleh karena adanya keterbatasan yang dihadapi oleh

mahasiswa profesi Ners Fakultas Keperawatan USU. Adapun beberapa intervensi

dari beberapa perumusan masalah yang diperoleh adalah :

a. Pegawai kurang optimal dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada

pasien.

Intervensi yang akan dilakukan :

1) Pengusulan kepada kepala ruangan untuk melakukan promosi kesehatan

secara terjadwal sesuai kebutuhan pasien.

2) Penyediaan beberapa topik leaflet.

3) Penyediaan tempat leaflet yang akan diletakkan di meja nurse station.

4) Pengadaan poster berdasarkan kasus terbanyak yang ada di ruang Anyelir.

5) Role model melalui pemberian pendidikan kesehatan oleh mahasiswa

profesi Ners Fakultas Keperawatan USU.

b. Dokumentasi asuhan keperawatan belum optimal dilaksanakan.

Intervensi yang akan dilakukan :

1) Pengajuan format dokumentasi asuhan keperawatan sistem checklist kepada

(52)

2) Sosialisasi format dokumentasi asuhan keperawatan sistem checklist dan

aplikasi format dokumentasi asuhan keperawatan sistem checklist tersebut

melalui sebuah kasus kepada kepala divis keperawatan dan perawat/bidan di

ruang Anyelir RS G. L. Tobing.

3) Pendokumentasian asuhan keperawatan oleh mahasiswa profesi Ners

Fakultas Keperawatan USU.

c. Belum adanya pelabelan nama di setiap tempat sampah medis dan non

medis, benda tajam.

Intervensi yang akan dilakukan :

1) Pengusulan pembuatan label nama sampah medis, non-medis, dan benda

tajam.

(53)

No Masalah Tujuan Rencana Tindakan Waktu Penanggung Jawab 1. Pegawai kurang

optimal dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien Meningkatkan

pengetahuan pasien yang berhubungan dengan penyakit pasien dan yang

sesuai dengan kebutuhannya

 Pengusulan kepada kepala ruangan untuk melakukan promosi kesehatan secara terjadwal sesuai kebutuhan pasien.

 Penyediaan beberapa topik leaflet.  Penyediaan tempat leaflet yang akan

diletakkan di meja nurse station.  Pengadaan poster berdasarkan kasus

terbanyak yang ada di ruang Anyelir.

 Role model melalui pemberian

pendidikan kesehatan oleh mahasiswa profesi Ners Fakultas Keperawatan USU

25 Juni 2012 Riskina Syahputri Nasution, S. Kep

Wahyu Ningsih

Lase, S. Kep

2. Dokumentasi Asuhan

kebidanan belum optimal

dilaksanakan

Melengkapi dokumentasi asuhan keperawatan yang ada di ruang Anyelir

 Pengajuan format dokumentasi

asuhan keperawatan kepada kepala bidang keperawatan RS G. L. Tobing.

 Sosialisasi format dokumentasi asuhan keperawatan sistem checklist dan aplikasi format dokumentasi asuhan keperawatan sistem checklist tersebut melalui sebuah kasus kepada kepala divis keperawatan dan perawat/bidan di ruang Anyelir RS G. L. Tobing.

 Pendokumentasian asuhan

(54)

keperawatan oleh mahasiswa profesi Ners Fakultas Keperawatan USU

3. Belum adanya

pelabelan nama di setiap tempat sampah medis, non medis, dan benda tajam.

Untuk mengetahui secara jelas nama tempat sampah medis dan non-medis serta menghindari terjadinya pencampuran sampah medis dan non-medis.

 Pengusulan pembuatan label nama sampah medis, non-medis, dan benda tajam.

 Penempelan label nama sampah

medis, non-medis, dan benda tajam.

26 Juni 2012 Septian M.

(55)

5. Implementasi

Berdasarkan data pengkajian dan perumusan masalah yang telah didapat,

maka dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu:

a. 21 Juni 2012 dilakukan sosialisasi mengenai rencana kegiatan yang akan

dilakukan di Ruang Anyelir. Kegiatan ini diikuti oleh kepala bidang

keperawatan RS dr. G. L. Tobing dan pegawai di Ruang Anyelir.

b. 25 Juni 2012 diusulkan beberapa leaflet dan poster yang akan dijadikan

media pendidikan kesehatan di Ruang Anyelir.

c. 26 Juni 2012 telah dilakukan penempelan label tempat sampah di Ruang

Anyelir yang terdiri dari sampah medis, sampah non medis, benda tajam,

dan botol

d. 28 Juni 2012 diusulkan materi mengenai pentingnya pendidikan kesehatan

bagi pegawai dan format pengkajian dan asuhan keperawatan berdasarkan

Nic Noc dengan metode checklist

e. 02 Juli 2012 dilakukan pengenalan format pengkajian dan asuhan

keperawatan berdasarkan Nic Noc dengan metode checklist, sosialisasi

pentingnya pendidikan kesehatan bagi pegawai, dan penyerahan poster,

leaflet serta tempat leaflet yang akan diletakkan di nurse station.

6. Evaluasi

a. Pada tanggal 21 Juni 2012, pukul 11.00 WIB, sosialisasi rencana kegiatan

dilakukan dalam ruang nurse station yang diikuti oleh kepala bidang

(56)

berjalan dengan lancer dan rencana kegiatan yang akan dilakukan disetujui

oleh kepala bidang keperawatan dan seluruh pegawai di Ruang Anyelir.

b. Pada tanggal 25 Juni telah diusulkan beberapa jenis poster dan leaflet. Saat

dikonsulkan, kepala bidang keperawatan memberikan beberapa saran

mengenai penyajian media pendidikan kesehatan tersebut seperti perbaikan

istilah dan beberapa gambar.

c. Pada tanggal 26 Juni 2012 dilakukan pelabelan tempat sampah sehingga

sampah di ruangan tidak tercampur

d. 28 Juni 2012 diusulkan materi mengenai pentingnya pendidikan kesehatan

bagi pegawai dan format pengkajian dan asuhan keperawatan berdasarkan

Nic Noc dengan metode checklist. Format tersebut mendapat beberapa revisi

mengenai istilah dalam format pengkajian agar lebih disederhanakan.

e. 02 Juli 2012 dilakukan pengenalan format pengkajian dan asuhan

keperawatan berdasarkan Nic Noc dengan metode checklist, sosialisasi

pentingnya pendidikan kesehatan bagi pegawai, dan penyerahan dua buah

poster yang berjudul ASI Eksklusif dan Perdarahan Uterus Disfungsional,

lima buah jenis leaflet yang berjudul ASI Eksklusif, Gizi Ibu Menyusui,

Perawatan Payudara, Perdarahan Uterus Disfungsional, dan Myoma Uteri,

serta tempat leaflet yang akan diletakkan di nurse station. Saat dilakukan

pengenalan format tersebut, terdapat beberapa pertanyaan mengenai istilah,

cara pengisian, dan lain-lain. Pegawai aktif bertanya dan berdiskusi dalam

(57)

C. Pembahasan

1. Manajemen Ruangan

Ruang Anyelir merupakan suatu ruangan dengan sistem fungsional.

Menurut Kozier Erb (1990 dikutip dari Priharjo R, 1995), sistem fungsional

memiliki sistem tugas mengacu pada ilmu manajemen dalam bidang administrasi

bisnis yang berfokus pada tugas yang harus diselesaikan. Berdasarkan hasil

pengkajian, Ruang Anyelir memiliki beberapa masalah yaitu pegawai kurang

optimal dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien, dokumentasi

asuhan keperawatan belum optimal dilaksanakan, serta belum adanya pelabelan

nama di setiap tempat sampah medis, non medis, benda tajam, dan botol infus.

a. Pegawai kurang optimal dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada

pasien.

Berdasarkan hasil observasi, diperoleh data bahwa dalam memberikan

pelayanan kesehatan, pegawai tidak memberikan pendidikan kesehatan sesuai

kebutuhan pasien. Rahman (2008) mengatakan bahwa pendidikan kesehatan

merupakan ilmu pengetahuan yang harus diberikan pada pasien dan keluarga

pasien sesuai kebutuhannya.. Oleh karena itu, kelompok mengajukan pengusulan

kepada kepala ruangan untuk melakukan promosi kesehatan secara terjadwal

sesuai kebutuhan pasien, menyediaan beberapa topik leaflet, menyediaan tempat

leaflet yang akan diletakkan di meja nurse station, serta membuat poster

berdasarkan kasus terbanyak yang ada di ruang Anyelir. Mahasiswa profesi Ners

(58)

pendidikan kesehatan sehingga dapat menjadi contoh bagi pegawai untuk dapat

memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien.

b. Pelaksanaan asuhan keperawatan yang belum optimal

Tidak terlaksananya asuhan keperawatan yang belum optimal

merupakan salah satu masalah yang muncul di Ruang Anyelir. Untuk mengatasi

hal tersebut, mahasiswa membuat format pengkajian dan asuhan keperawatan

dengan bentuk checklist sehingga dapat dijadikan alat komunikasi antar petugas

kesehatan. Saat dilakukan sosialisasi format pengkajian dan asuhan keperawatan,

pegawai di Ruang Anyelir merasa sangat terbantu walau beberapa kesulitan

muncul terkait pengisian format tersebut. Untuk memudahkan pengisian format,

mahasiswa juga memberikan petunjuk teknis pengisian sehingga pegawai

memiliki panduan untuk menerapkan dokumentasi asuhan keperawatan.

c. Belum adanya pelabelan nama di setiap tempat sampah media, non medis,

benda tajam, dan botol infus.

Ruang Anyelir telah memiliki tempat sampah sesuai dengan jenisnya,

tetapi belum terdapat label di setiap tempat sampah. Hal ini tidak menutup

kemungkinan tercampurnya sampah dengan jenis yang berbeda seperti tercampur

antara sampah medis dan non medis. Untuk mengatasi hal tersebut, mahasiswa

melengkapinya dengan membuat label tempat sampah bagi sampah medis, non

(59)

2. Pasien Kelolaan

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada petugas kesehatan

di Ruang Anyelir, ditemukan fenomena kasus terbanyak adalah pasien dengan

Perdarahan Uterus Disfunsional (PUD) sehingga untuk manajemen asuhan

keperawatan dilakukan penerapan asuhan keperawatan dengan pasien perdarahan

uterus disfungsional. Data pasien yang diperoleh saat pengkajian adalah Nn. H

datang dengan keluhan perdarahan yang banyak saat menstruasi dengan lama

menstruasi lebih dari tujuh hari. Pasien tampak lemah dan pucat. Berdasarkan

hasil pemeriksaan fisik diperoleh data tekanan darah : 110/ 70 mmHg, HR: 80 x/

menit, RR: 20x/ menit, Hb: 5.6 mg/dL. Hal ini sesuai dengan pedapat Suseno

(2007) yang mengatakan bahwa manifestasi klinis dari Perdarahan Uterus

Disfungsional diantaranya seperti mood yang suka berubah-ubah, kekeringan

atau kelembutan vagina serta rasa lelah yang berlebih.

Berdasarkan pengkajian, maka mahasiswa merumuskan lima diagnose

keperawatan yaitu:

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan atau

absobsi nutrient yang diperlukan

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

oksigen (pengiriman) dari kebutuhan

a. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi prognosis dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber

(60)

b. Ansietas berhubungan dengan perubahan pada status kesehatan

c. Perubahan menjadi orangtua berhubungan dengan kondisi sakit pada anak

Selama dirawat di rumah sakit, Nn. H mendapat asuhan keperawatan

sesuai diagnose yang muncul. Pendidikan kesehatan mengenai PUD juga

diberikan untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga pasien mengenai

PUD. Pasien dirawat selama tiga hari dengan kondisi membaik. Saat pulang

(61)

BAB III

PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Landasan Teori 1. Pengertian

Perdarahan uterus disfungsional merupakan perdarahan rahim abnormal

tanpa penyebab organik (gangguan organ) seperti kemungkinan kehamilan, tumor,

infeksi, koagulopati, dan penyakit radang panggul atau penyakit lainnya (Yahya,

2008). Kadarusman (2005) mengatakan perdarahan uterus disfungsional adalah

perdarahan abnormal dari uterus baik dalam jumlah, frekuensi maupun lamanya,

yang terjadi di dalam atau di luar haid sebagai wujud klinis gangguan fungsional

mekanisme kerja poros hipotalamus-hipofisis-ovarium, endometrium tanpa

kelainan organik alat reproduksi seperti radang, tumor, keganasan, kehamilan atau

gangguan sistemik lain.

Perdarahan uterus disfungsional dapat berlatar belakang

kelainan-kelainan ovulasi, siklus haid, jumlah perdarahan dan anemia yang ditimbulkannya

(Kadarusman, 2005). Berdasarkan kelainan tersebut maka perdarahan uterus

(62)
[image:62.595.108.517.164.380.2]

Tabel 4. Latar belakang kelainan perdarahan uterus disf

Gambar

Tabel 1. Jumlah tenaga kerja
Tabel.2 Tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan tenaga
Tabel 3. Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di Anyelir berdasarkan kategori
Tabel 4. Latar belakang kelainan perdarahan uterus disfungsional (PUD)
+2

Referensi

Dokumen terkait