• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENUTUP

B. Saran

1. Institusi Pendidikan

Pihak institusi pendidikan melatih mahasiswa untuk menjadi seorang penyuluh yang baik dan benar sehingga dapat memberikan pendidikan kesehatan dengan berbagai variasi media yang menarik dan mampu bertindak sebagai seorang penyuluh kesehatan

2. Lahan Praktik

Pihak lahan praktik khususnya Ruang Anyelir RS dr. G. L. Tobing meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit melalui penerapan pendokumentasian asuhan keperawatan yang optimal, peningkatan kualitas sumber daya manusia, peningkatan pemberian pendidikan kesehatan dan pengadaan fasilitas sesuai kebutuhan.

Daftar Pustaka

Doengoes, M.E, et al. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC Handoko, Teguh. (2005). Perdarahan Uterus Disfungsional. Diunduh pada

tanggal 21 Juni 2012 dari14. http://www.scribd.com/doc/48983911/DISFUNGSIONAL-UTERINE

Hubber, Diane I. (2006). Leadership and Nursing Management Care. Phyladelphia: Saunders Elsevier

Kadarusman. (2005). Perdarahan Uterus Disfungsional Kronik pada Masa Reproduksi. Diunduh pada tanggal 21 Juni 2012 dari http://digilib.unsri.ac.id

Llewellyn-Jones, Derek. (2002). Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi. Jakarta: Hipokrates

Muninjaya, A. A. Gde. (2004). Manajemen Kesehatan Edisi 2. Jakarta: EGC Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan Edisi 2: Aplikasi dalam Praktik

Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika

Prawiroharjo. (2000). Komplikasi Perdarahan Uterus Disfungsional. Diunduh

pada tanggal 24 Juni 2012 dari

Rahman (2008). Pendidikan Kesehatan. Jakarta: Surya Cipta

Robbins, Stephen P. dan Mary Coulter. (2007). Manajemen Edisi 8. Jakarta: Indeks

Swansburg, Russel C. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC

Suseno, Sigid. (2007). Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD). Diunduh pada

tanggal 24 Juni 2012 dari

Yahya. (2008). Perdarahan Rahim Disfungsional. Diunduh pada tanggal 19 Juni 2012 dari

PLANNING OF ACTION (POA) KEPERAWATAN MATERNITAS DI RUMAH SAKIT DR. G.L. TOBING

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI FAKULTAS KEPERAWATAN USU MEDAN

NO. KEGIATAN Juni Juli 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 8 1 9 2 0 2 1 2 2 2 5 2 6 2 7 2 8 2 9 2 3 4 5 6 1. Orientasi PBLK Keperawatan Maternitas

a. Pengarahan tentang Kep.Maternitas di RS. G. L Tobing b.Orientasi di RS G.L. Tobing

2. Penyusunan instrumen pengkajian (Manajemen Pelayanan) 3. Pengkajian dan analisa situasi (Manajemen Pelayanan)

4. Konsul judul PBLK (individu) ; Perdarahan Uterus Disfungsional 5. Pengkajian pasien individu

6. Konsul BAB I

7. Penentuan rumusan masalah (Manajemen Pelayanan) 8. Intervensi rumusan masalah (Manajemen Pelayanan) 9. Sosialisasi intervensi rumusan masalah

10. Konsul BAB II

11. Penentuan diagnosa dan intervensi keperawatan (individu) 12. Konsul BAB III (pengkajian, diagnosa, intervensi)

13. Implementasi 14. Evaluasi

INSTRUMEN I Perilaku Pemimpin

Berilah tanda check list (√) pada salah satu dari kolom yang tersedia di samping pertanyaan untuk menunjukkan jawaban yang anda pilih

SL : selalu SR : sering K : kadang-kadang J : jarang TP : tidak pernah

Sikap perawat ruangan dalam menilai kepemimpinan kepala ruangan

No Pernyataan SL SR K J TP

1 Kepala ruangan mengingatkan anggota tim mengikuti standar dan peraturan

2 Kepala ruangan mendelegasikan tugas kepemimpinan kepada anggota tim lain apabila saya berhalangan hadir

3 Kepala ruangan mengoreksi dan memberi asuhan bila terjadi kesalahan pada anggota tim

4 Kepala ruangan mempertahankan dan

mengembangkan hubungan profesionalisme dengan anggota tim

5 Kepala ruangan berkomunikasi secara efekltif melalui tulisan pada anggota tim

6 Kepala ruangan mengkoordinasi kerja anggota tim

7 Kepala ruangan berbicara sebagai wakil dari kelompok demi kepentingan dan kesejahteraan kelompok pada atasan

8 Kepala ruangan menerapkan peran sebagai mentor yang efektif

9 Kepala ruangan menjelaskan alasan sikapnya sebelum bertindak sebagai pemimpin

bersama kelompok

11 Kepala ruangan memberitahukan terlebih dahulu tentang adanya perubahan

12 Kepala ruangan menciptakan situasi yang kondusif dalam berkomunikasi.

13 Kepala ruangan memperlakukan semua anggota kelompok dalam kesetaraan

14 Kepala ruangan memotivasi anggota kelompok untuk bekerja sesuai kemampuannya

15 Kepala ruangan menerima masukan dari anggota kelompok

16 Kepala ruangan memberi pujian/ penguatan pada anggota kelompok terhadap keberhasilan tindakan

17 Kepala ruangan memberi dukungan pada anggota kelompok terhadap tindakan mereka 18 Kepala ruangan berkonsultasi dengan anggota

kelompok sebelum melakukan tindakan

19 Kepala ruangan meluangkan waktu untuk mendengarkan keluhan dari anggota kelompok

20 Kepala ruangan memotivasi anggota kelompok untuk bekerja sama sebagai tim

21 Kepala ruangan memberi masukan atau saran kepada anggota.

22 Kepala ruangan mendiskusikan masalah yang ada di ruangan bersama anggotanya.

INSTRUMEN II Kepuasan Kerja Perawat

Berilah tanda check list (√) pada salah satu dari kolom yang tersedia di samping pertanyaan untuk menunjukkan jawaban yang anda pilih

STP : Sangat tidak puas CP : Cukup puas P : Puas SP : Sangat puas TP : Tidak puas

No Pernyataan STP TP CP P SP

1 Tersedianya peralatan dan perlengkapan yang mendukung pekerjaan

2 Tersedianya fasilitas penunjang seperti kamar mandi, tempat parkir, kantin

3 Kondisi ruangan kerja terutama berkaitan dengan ventilasi udara, kebersihan dan kebisingan

4 Adanya jaminan atas kesehatan dan

keselamatan kerja

5 Perhatian institusi rumah sakit terhadap saudara

6 Hubungan antar karyawan dan kelompok kerja

7 Kemampuan dalam bekerjasama antar Karyawan

8 Sikap teman-teman sekerja terhadap saudara

9 Kesesuaian antara pekerjaan dan latar belakang pendidikan saudara

10 Kemampuan dalam menggunakan waktu

bekerja dengan penugasan yang diberikan

11 Kemampuan supervise/ pengawas dalam membuat keputusan

13 Kebebasan melakukan suatu metode sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan

14 Kesempatan untuk meningkatkan

kemampuan kerja melalui pelatihan atau pendidikan tambahan

15 Kesempatan untuk mendapat posisi yang lebih tinggi

16 Kesempatan untuk membuat suatu prestasi dan mendapat kenaikan pangkat

17 Jumlah reward yang saya terima

dibandingkan dengan pekerjaan yang saya lakukan

INSTRUMEN III Kepuasan Pasien

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda checklist (√) pada pilihan jawaban yang telah disediakan.

Keterangan: TP = Tidak Pernah KD = Kadang-kadang SR = Sering SL =Selalu No Pernyataan TP KD SR S L

1 Perawat mengucapkan salam saat bertemu dengan pasien

2 Perawat memperkenalkan diri saat bertemu dengan pasien

3 Perawat memanggil nama pasien dengan benar

4 Perawat menjelaskan tindakan yang akan

dilakukan

5 Perawat menjelaskan manfaat tindakan yang akan dilakukan

6 Perawat bersikap sopan santun dan ramah saat melakukan tindakan

7 Perawat menjaga lingkungan pasien agar tetap bersih

8 Perawat menjawab setiap pertanyaan yang

diajukan pasien

9 Perawat memeriksa kondisi pasien setelah dilakukan tindakan

10 Perawat mendampingi pasien pada waktu dokter melakukan pemeriksaan/ pengobatan

11 Perawat menanyakan kondisi pasien sebelum memberikan pelayanan

12 Perawat ramah kepada pasien dan keluarga

13 Perawat memberi kesempatan kepada pasien/ keluarga untuk menyampaikan keluhan kondisi kesehatan

14 Perawat memberikan jawaban yang memuaskan atas pertanyaan pasien

15 Perawat bersedia membantu saat pasien mengalami masalah dengan administrasinya

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL (PUD) A. Pokok Bahasan : Perdarahan Uterus Disfungsional

B. Sub Pokok Bahasan :

1. Pengertian Perdarahan Uterus Disfungsional 2. Penyebab Perdarahan Uterus Disfungsional 3. Gejala Perdarahan Uterus Disfungsional 4. Komplikasi Perdarahan Uterus Disfungsional 5. Penanganan Perdarahan Uterus Disfungsional

C. Tujuan

1. Tujuan Instruksional Umum

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga dapat memahami dan mengerti tentang perdarahan uterus disfungsional

Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 15-20 menit, diharapkan peserta penyuluhan akan mampu menjelaskan:

a. Pengertian Perdarahan Uterus Disfungsional b. Penyebab Perdarahan Uterus Disfungsional c. Gejala Perdarahan Uterus Disfungsional d. Komplikasi Perdarahan Uterus Disfungsional e. Penanganan Perdarahan Uterus Disfungsional

D. Sasaran

Nn. H dan keluarga Nn. H

E. Metode

F. Waktu dan Tempat

Hari/tanggal : Kamis/ 14 Juni 2012

Tempat : Ruang Anyelir RS dr. G. L. Tobing, Tanjung Morawa Waktu : 11.00-11.30 WIB

G. Media

Poster dan leaflet

H. Pengorganisasian

Penyuluh : Riskina Syahputri Nasution, S.Kep

I. Rencana Pelaksanaan Kegiatan No Tahap

Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Waktu

1. Pendahuluan  Memberi salam dan

memperkenalkan diri.  Menjelaskan TIU dan TIK

 Menjawab salam

 Mendengarkan dan

memperhatikan

5 menit

2. Pelaksanaan Menjelaskan pengertian

Perdarahan Uterus Disfungsional Menjelaskan penyebab Perdarahan Uterus Disfungsional Menjelaskan gejala Perdarahan Uterus Disfungsional Menjelaskan komplikasi Perdarahan Uterus Disfungsional Menjelaskan penanganan Perdarahan Uterus Disfungsional  Mendengarkan dan memperhatikan  Mendengarkan dan memperhatikan  Mendengarkan dan memperhatikan  Mendengarkan dan memperhatikan  Mendengarkan dan memperhatikan 20 menit

3. Penutup  Memberi kesempatan kepada

peserta penyuluhan untuk bertanya.

 Mengevaluasi peserta

penyuluhan tentang materi yang telah disampaikan.

 Merangkum materi

penyuluhan yang telah

 Mengajukan pertanyaan  Menjawab pertanyaan penyuluh  Mendengarkan dan memperhatikan serta 5 menit

disampaikan

 Memberi salam penutup

menerima leaflet  Menjawab salam

J. Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

a. Kesiapan mahasiswa memberikan materi penyuluhan b. Media dan alat memadai

c. Setting sesuai dengan kegiatan 2. Evaluasi Proses

a. Pelaksanaan preplanning sesuai dengan alokasi waktu b. Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dengan aktif

c. Peserta panyuluhan menanyakan tentang hal-hal yang diajukan oleh penyuluh pada saat diskusi

3. Evaluasi Hasil

Peserta penyuluhan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh penyuluh pada saat evaluasi.

K. Referensi

Doengoes, M.E, et al. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC Handoko, Teguh. (2005). Perdarahan Uterus Disfungsional. Diunduh pada

tanggal 21 Juni 2012 dari14. http://www.scribd.com/doc/48983911/DISFUNGSIONAL-UTERINE

Kadarusman. (2005). Perdarahan Uterus Disfungsional Kronik pada Masa Reproduksi. Diunduh pada tanggal 21 Juni 2012 dari http://digilib.unsri.ac.id

Llewellyn-Jones, Derek. (2002). Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi. Jakarta: Hipokrates

Suseno, Sigid. (2007). Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD). Diunduh pada

tanggal 24 Juni 2012 dari

Yahya. (2008). Perdarahan Rahim Disfungsional. Diunduh pada tanggal 19 Juni 2012 dari

MATERI PENYULUHAN

PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL A. Pengertian

Perdarahan uterus disfungsional merupakan perdarahan rahim abnormal tanpa penyebab organik (gangguan organ) seperti kemungkinan kehamilan, tumor, infeksi, koagulopati, dan penyakit radang panggul atau penyakit lainnya (Yahya, 2008). Kadarusman (2005) mengatakan perdarahan uterus disfungsional adalah perdarahan abnormal dari uterus baik dalam jumlah, frekuensi maupun lamanya, yang terjadi di dalam atau di luar haid sebagai wujud klinis gangguan fungsional mekanisme kerja poros hipotalamus-hipofisis-ovarium, endometrium tanpa kelainan organik alat reproduksi seperti radang, tumor, keganasan, kehamilan atau gangguan sistemik lain.

Perdarahan uterus disfungsional dapat berlatar belakang kelainan-kelainan ovulasi, siklus haid, jumlah perdarahan dan anemia yang ditimbulkannya (Kadarusman, 2005). Berdasarkan kelainan tersebut maka perdarahan uterus disfungsional dapat dibagi seperti tabel 4.

Tabel 4. Latar belakang kelainan perdarahan uterus disfungsional (PUD) dan bentuk kelainannya

Dasar Kelainan Bentuk Klinis

Ovulasi  PUD ovulatorik

 PUD anovulatorik

Siklus  Metroragia

 Polimenorea

 Oligomenorea

 Amenorea

Jumlah perdarahan  Menoragia

 Perdarahan bercak pra haid  Perdarahan bercak paca haid

Anemia  PUD ringan

 PUD sedang

 PUD berat

B. Etiologi

Perdarahan uterus disfungsional dapat dibedakan menjadi penyebab dengan siklus ovulasi dan penyebab yang berhubungan dengan siklus anovulasi. Menurut Suseno (2007) terdapat beberapa kondisi yang dikaitkan dengan perdarahan rahim disfungsional, antara lain :

1. Kegemukan (obesitas) 2. Faktor kejiwaan

3. Alat kontrasepsi hormonal

4. Alat kontrasepsi dalam rahim (intra uterine devices)

5. Beberapa penyakit dihubungkan dengan perdarahan rahim (DUB), misalnya: trombositopenia (kekurangan trombosit atau faktor pembekuan darah), Diabetes Mellitus, dan lain-lain

6. Tumor organ reproduksi, kista ovarium (polycystic ovary disease), infeksi vagina, dan lain-lain

C. Manifestasi Klinik

Perdarahan rahim dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi. Jumlah perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan berulang. Pada siklus ovulasi biasanya perdarahan bersifat spontan, teratur dan lebih bisa diprediksikan serta seringkali disertai rasa tidak nyaman sedangkan pada anovulasi merupakan kebalikannya. Selain itu gejala yang dapat timbul diantaranya seperti mood yang suka berubah-ubah, kekeringan atau kelembutan vagina serta rasa lelah yang berlebih (Suseno, 2007).

1. Siklus ovulasi

Karakteristik PUD bervariasi, mulai dari perdarahan banyak tapi jarang, hingga spotting atau perdarahan yang terus menerus. Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10% dari perdarahan disfungsional dengan siklus pendek (polimenorea) atau panjang (oligomenorea). Untuk menegakan diagnosis, pengambilan sampel perlu dilakukan pada masa mendekati haid. Apabila siklus haid tidal tidak lagi dikenali karena perdarahan yang lama dan tidak teratur, bentuk kurve suhu badan basal dapat menolong.

Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa ada sebab organik, maka harus dipertimbangkan sebagai etiologi : a. Korpus luteum persistensi

Perdarahan kadang-kadang bersamaan dengan ovarium membesar dan dapat juga menyebabkan pelepasan endometrium tidak teratur.

b. Insufisiensi korpus luteum

Hal ini menyebabkan premenstrual spotting, menoragia atau polimenorea. Dasarnya ialah kurangnya produksi progesteron disebabkan oleh gangguan LH releasing factor. Diagnosis ditegakkan apabila hasil biopsi endometrial dalam fase luteal tidak cocok dengan gambaran endometrium yang seharusnya didapat pada hari siklus yang bersangkutan.

c. Apopleksia uteri

Wanita dengan hipertensi dapat mengalami pecahnya pembuluh darah dalam uterus.

d. Kelainan darah seperti anemia, purpura trombositopenik dan gangguan dalam mekanisme pembekuan darah.

2. Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation)

Perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding rahim di satu bagian baru sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan lainnya sehingga perdarahan rahim berkepanjangan (Suseno, 2007). Pada tipe ini berhubungan dengan fluktuasi kadar estrogen dan jumlah folikel yang pada suatu waktu fungsional aktif. Folikel-folike ini mengeluarkan estrogen sebelum mengalami atresia dan kemudian diganti oelh folikel-folikel baru . Endometrium dibawah pengaruh estrogen akan tumbuh terus, dan dari endometrium yang mula-mula proliperatif dapat terjadi endometrium hiperplastik kistik. Jika gambaran ini diperoleh pada saat kerokan dapat diambil kesimpulan bahwa perdarahan bersifat anovulatoar. Biasanya perdarahan disfungsional ini terjadi pada masa pubertas dan masa pramenopause. Pada masa pubertas terjadi sesudah menarche,

perdarahan tidak normal disebabkan oleh gangguan atau terlambatnya proses maturasi pada hipotalamus, dengan akibat bahwa pembuatan Releasing factor dan hormon gonadotropin tidak sempurna. Pada wanita dalam masa pramenopause proses terhentinya fungsi ovarium tidak selalu berjalan lancer (Handoko, 2005).

Bila pada masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali dan ada harapan bahwa lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus haid menjadi ovulatoar. Sedangkan pada wanita dewasa dan terutama dalam masa pramenopause dengan perdarahan tidak teratur mutlak diperlukan kerokan untuk menentukan ada tidaknya tumor ganas (Handoko, 2005).

D. Komplikasi

Menurut Suseno (2007), perdarahan uterus disfungsional memiliki beberapa komplikasi yaitu:

1. Infertilitas dari kurangnya 2.

ovulasi

Parah anemia dari perdarahan haid berkepanjangan atau 3.

berat

Penumpukan dinding rahim tanpa perdarahan haid yang cukup (faktor kemungkinan dalam perkembangan kanker endometrium)

E. Terapi

Tujuan terapi adalah mengontrol perdarahan, mencegah perdarahan berulang, mencegah komplikasi, mengembalikan kekurangan zat besi dalam tubuh, dan menjaga kesuburan. Tatalaksana awal dari perdarahan akut adalah pemulihan kondisi hemodinamik dari ibu. Apabila pasien memiliki kontraindikasi

untuk terapi estrogen, maka penggunaan progesteron dianjurkan. Untuk perdarahan disfungsional yang berlangsung dalam jangka waktu lama, terapi yang diberikan tergantung dari status ovulasi pasien, usia, risiko kesehatan, dan pilihan kontrasepsi. Kontrasepsi oral kombinasi dapat digunakan untuk terapinya. Pasien yang menerima terapi hormonal sebaiknya dievaluasi 3 bulan setelah terapi diberikan , dan kemudian 6 bulan untuk reevaluasi efek yang terjadi. Terapi operasi dapat disarankan untuk kasus yang resisten terhadap terapi obat-obatan (Kadarusman, 2005).

1. Pasien ditemukan pada waktu episode perdarahan berat

Dalam situasi ini, terapi yang diberikan bersifat darurat. Terdapat dua metode yaitu kuretase dan memberikan hormone. Hormon yang dipilih biasanya adalah combined equine estrogen (CEE), 25 mg diberikan secara intravena dan diulangi setiap 4 jam sebanyak 6 dosis. CEE dengan dosis ini dapat menyebabkan mual yang berat pada bebepara wanita. Setelah CEE dapat menghentikan perdarahan, harus diberikan progestogen selama 14 hari untuk menginduksi perubahan sekresi dan kemudian pelepasan endometrium. Sebagai pengganti CEE dapat diberikan 17-hidroksiprogesteron asetat 125-250 mg secara intramuscular, atau norethisteron20-30 mg per oral setiap hari dalam dosis terbagi selama 4 hari. Jika digunakan progestogen, mungkin akan terjadi withdrawal bleeding 3-6 hari kemudian. Hal ini dapat dihindarkan jika norethisteron (5-10 mg) diteruskan selama 20 hari ( Llewellyn-Jones, 2002).

2. Pasien ditemukan diantara episode perdarahan

Dalam situasi ini terdapat beberapa pilihan yang dibagi dalam dua kelompok utama yaitu pengobatan hormonal dan pengobatan secara bedah (Llewellyn-Jones, 2002).

3) Pengobatan hormonal

Terdiri dari progestogen, kontrasepsi oral, Danazol, dan Levonorgestrel intrauterine device.

4) Terapi bedah

Kuretase

Kuretase dapat mengontrol perdarahan berat dalam jangka waktu yang singkat, tetapi biasanya kambuh kembali dalam jangka 4-6 bulan.

Ablasi Endometrium

Konsep prosedur ini adalah mengadakan ablasi lapisan basal endometrium, regenerasi endometrium dapat dicegah atau dikurangi, dan menoragi dapat sembuh. Keuntungan dari ablasi endometrium adalah tindakan ini kurang invasif dan kurang nyeri dibandingkan histerektomi. Masa penyembuhan 3-7 hari.

Histerektomi

Histerektomi yaitu pengangkatan uterus melalui pembedahan. Histerektomi dilakukan sebagai tindakan untuk penanganan keganasan dan kondisi bukan keganasan tertentu, menongontrol perdarahan yang mengancam jiwa, dan kejadian infeksi pelvis yang tidak sembuh atau rupture uteri yang tidak dapat diperbaiki (Doenges, 2002)

LAPORAN HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN PENYULUHAN ”PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL”

A. Persiapan

Sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan tentang Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD), mahasiswa membuat kontrak dengan pasien kelolaan (Nn. H) untuk memberikan pendidikan kesehatan mengenai Perdarahan Uterus Disfungsional pada 14 Juni 2012.

Pada hari Rabu, 13 Juni 2012 mahasiswa mempersiapkan Satuan Acara Penyuluhan (SAP) dan media penyuluhan berupa poster dan leaflet. Materi yang akan diberikan dalam kegiatan ini mengenai defenisi PUD, etiologi PUD, manifestasi klinis PUD, komplikasi PUD dan penatalaksanaan PUD.

.

B. Pelaksanaan

Adapun tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, diharapkan peserta penyuluhan akan mampu menjelaskan kembali mengenai Perdarahan Uterus Disfungsional.

Hari/ Tanggal : Kamis, 14 Juni 2012

Kegiatan penyuluhan telah dilaksanakan pada :

Waktu : 11.00 - 11.30 WIB

Tempat : Ruang Anyelir RS dr. G. L. Tobing, Tanjung Morawa Pelaksanaan kegiatan penyuluhan kesehatan diawali mempersiapkan media pada pukul 10.00 WIB. Setelah itu, mahasiswa mengadakan penyuluhan.

Adapun kegiatan yang dilakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang defenisi PUD, etiologi PUD, manifestasi klinis PUD, komplikasi PUD dan penatalaksanaan PUD.

Selama kegiatan penyuluhan berlangsung peserta mengikuti dan memperhatikan penyuluhan dengan baik. Peserta penyuluhan juga bertanya mengenai hal-hal yang kurang dipahami seperti menanyakan beberapa istilah medis. Penyuluhan diikuti oleh Nn. H dan Ibu Nn. H.

C. Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

a. Kegiatan dilaksanakan di Ruang Anyelir RS dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa pada pukul 11.00 – 11.30 WIB

b. Media yang digunakan berupa Poster dan leaflet c. Peserta penyuluhan berjumlah 2 orang

2 Evaluasi Proses

a. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan tepat waktu

b. Peserta mengikuti kegiatan dengan aktif dan kooperatif

c. Peserta memberikan pertanyaan mengenai materi yang diberikan Beberapa pertanyaan dari peserta antara lain:

a. Apa yang dimaksud perdarahan uterus disfungsional?

b. Bagaimana membedakan perdarahan tersebut normal atau karena penyakit?

3. Evaluasi Hasil

Peserta penyuluh terdiri dari 2 orang. Kegiatan ini mendapat respon yang baik dari peserta penyuluhan. Hal ini dibuktikan dengan peserta kooperatif dan dapat menjawab pertanyaan penyuluh tentang pengertian PUD dan gejala yang muncul.

D. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Penyuluhan merupakan suatu bentuk pendidikan kesehatan dalam bentuk ceramah dan diskusi yang berguna untuk membagi pengetahuan kesehatan kepada masyarakat. Kegiatan yang dilakukan berupa pemberian informasi tentang PUD. Kegiatan penyuluhan berlangsung dengan baik dan lancar. Hal ini dibuktikan dari respon positif dan ketertarikan peserta tersebut untuk mendengar diskusi dan penyuluhan. Melalui penyuluhan ini diharapkan para peserta dapat mengerti mengenai PUD dan penanganannya.

2. Saran

Bagi penyuluhan berikutnya diharapkan dapat memberikan materi yang baru kepada masyarakat disarankan agar mempersiapkan materi dan peralatan lebih maksimal.

PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN METODE CHECKLIST

1. Pengisian metode ceklist dilakukan oleh perawat/bidan mulai dari pengkajian, data objektif dan subjektif, diagnosa, tujuan/criteria hasil, intervensi dan evaluasi.

2. Cara pengisian adalah dengan memberikan tanda ceklis pada kolom asuhan yang diamati, apabila unsur tersebut dilakukan.

3. Data objektif adalah data yang diperoleh melalui inspeksi, palpasi, perkusi , dan auskultasi misalnya, TD (Tekanan Darah), HR (Hearth Rate/ Denyut Jantung), RR (Respiratory Rate/ Frekuensi Pernafasan), T (Temperature/ Suhu Tubuh), skala nyeri serta warna kulit.

4. Data subjekif yaitu data yang diperoleh dari keluhan langsung yang dikatakan oleh pasien atau keluarga pasien/saksi lain misalnya pasien mengatakan bahwa …. (kepala pusing, nyeri, atau mual). Perawat dan bidan diperbolehkan menmberi tanda checklist lebih dari satu baik data objektif maupun subjektif sesuai pengkajian yang telah dilakukan

5. Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah.

6. Perumusan diagnosa keperawatan dapat dikategorikan menjadi :

a. Aktual : Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang ditemukan.

b. Resiko : Menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi.

7. Pada kolom “faktor yang berhubungan”, perawat/bidan hanya boleh memilih 1 pilihan untuk setiap diagnosa keperawatan yang muncul.

8. Perawat/bidan dapat memilih beberapa tujuan dan kriteria hasil yang ingin dicapai pada setiap diagnosa keperawatan

9. Intervensi keperawatan merupakan semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini ke status kesehatan yang diuraikan dalam hasil yang diharapkan. Rencana keperawatan harus terorganisasi sehingga setiap perawat dapat mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan kepada pasien dengan cepat dan tepat. Perawat dapat memilih intervensi yang dilakukan mulai dari tindakan yang dilakukan perawat maupun secara kolaboratif dengan profesi lain maupun keluarga pasien.

10. Evaluasi keperawatan menunjukkan keberhasilan dari tindakan keperawatan kepada pasien dengan membandingkan kepada kriteria hasil yang telah ditetapkan sebelumnya. Evaluasi keperawatan terdiri dari unsur S (Subjective), O (Objective), A (Analyze) dan P (Planning). Evaluasi subjektif merupakan evalusai berdasarkan data subjektif yang telah didapat dengan membandingkannya dengan kriteria hasil. Sedangkan evaluasi

objektif merupakan evaluasi berdasarkan data objektif yang telah didapat dengan membandingkannya dengan criteria hasil. Pada unsure analyze perawat menentukan apakah masalah telah teratasi secara kese;uruhan atau tidak. Jika belum teratasi maka perawat membuat planning atau rencana apakah melanjutkan intervensi yang telah dibuat, memodifikasi intervensi yang dikerjakan atau menghentikan intervensi jika tujuan tindakan telah

Dokumen terkait