PLANNING OF ACTION (POA) KEPERAWATAN MATERNITAS DI RUMAH SAKIT DR. G.L. TOBING
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI FAKULTAS KEPERAWATAN USU MEDAN
NO. KEGIATAN 1. Orientasi PBLK Keperawatan Maternitas
a. Pengarahan tentang Kep.Maternitas di RS. G. L Tobing b.Orientasi di RS G.L. Tobing
2. Penyusunan instrumen pengkajian (Manajemen Pelayanan) 3. Pengkajian dan analisa situasi (Manajemen Pelayanan)
4. Konsul judul PBLK (individu) ; Perdarahan Uterus Disfungsional 5. Pengkajian pasien individu
6. Konsul BAB I
7. Penentuan rumusan masalah (Manajemen Pelayanan) 8. Intervensi rumusan masalah (Manajemen Pelayanan) 9. Sosialisasi intervensi rumusan masalah
10. Konsul BAB II
11. Penentuan diagnosa dan intervensi keperawatan (individu) 12. Konsul BAB III (pengkajian, diagnosa, intervensi)
13. Implementasi 14. Evaluasi
INSTRUMEN I
Perilaku Pemimpin
Berilah tanda check list (√) pada salah satu dari kolom yang tersedia di samping pertanyaan untuk menunjukkan jawaban yang anda pilih
SL : selalu SR : sering K : kadang-kadang J : jarang TP : tidak pernah
Sikap perawat ruangan dalam menilai kepemimpinan kepala ruangan
No Pernyataan SL SR K J TP
1 Kepala ruangan mengingatkan anggota tim mengikuti standar dan peraturan
2 Kepala ruangan mendelegasikan tugas kepemimpinan kepada anggota tim lain apabila saya berhalangan hadir
3 Kepala ruangan mengoreksi dan memberi asuhan bila terjadi kesalahan pada anggota tim
4 Kepala ruangan mempertahankan dan
mengembangkan hubungan profesionalisme dengan anggota tim
5 Kepala ruangan berkomunikasi secara efekltif melalui tulisan pada anggota tim
6 Kepala ruangan mengkoordinasi kerja anggota tim
7 Kepala ruangan berbicara sebagai wakil dari kelompok demi kepentingan dan kesejahteraan kelompok pada atasan
8 Kepala ruangan menerapkan peran sebagai mentor yang efektif
9 Kepala ruangan menjelaskan alasan sikapnya sebelum bertindak sebagai pemimpin
bersama kelompok
11 Kepala ruangan memberitahukan terlebih dahulu tentang adanya perubahan
12 Kepala ruangan menciptakan situasi yang kondusif dalam berkomunikasi.
13 Kepala ruangan memperlakukan semua anggota kelompok dalam kesetaraan
14 Kepala ruangan memotivasi anggota kelompok untuk bekerja sesuai kemampuannya
15 Kepala ruangan menerima masukan dari anggota kelompok
16 Kepala ruangan memberi pujian/ penguatan pada anggota kelompok terhadap keberhasilan tindakan
17 Kepala ruangan memberi dukungan pada anggota kelompok terhadap tindakan mereka
18 Kepala ruangan berkonsultasi dengan anggota kelompok sebelum melakukan tindakan
19 Kepala ruangan meluangkan waktu untuk mendengarkan keluhan dari anggota kelompok
20 Kepala ruangan memotivasi anggota kelompok untuk bekerja sama sebagai tim
21 Kepala ruangan memberi masukan atau saran kepada anggota.
INSTRUMEN II
Kepuasan Kerja Perawat
Berilah tanda check list (√) pada salah satu dari kolom yang tersedia di samping pertanyaan untuk menunjukkan jawaban yang anda pilih
STP : Sangat tidak puas CP : Cukup puas P : Puas SP : Sangat puas TP : Tidak puas
No Pernyataan STP TP CP P SP
1 Tersedianya peralatan dan perlengkapan yang mendukung pekerjaan
2 Tersedianya fasilitas penunjang seperti kamar mandi, tempat parkir, kantin
3 Kondisi ruangan kerja terutama berkaitan dengan ventilasi udara, kebersihan dan kebisingan
4 Adanya jaminan atas kesehatan dan
keselamatan kerja
5 Perhatian institusi rumah sakit terhadap saudara
6 Hubungan antar karyawan dan kelompok kerja
7 Kemampuan dalam bekerjasama antar Karyawan
8 Sikap teman-teman sekerja terhadap saudara
9 Kesesuaian antara pekerjaan dan latar belakang pendidikan saudara
10 Kemampuan dalam menggunakan waktu
bekerja dengan penugasan yang diberikan
11 Kemampuan supervise/ pengawas dalam membuat keputusan
13 Kebebasan melakukan suatu metode sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan
14 Kesempatan untuk meningkatkan
kemampuan kerja melalui pelatihan atau pendidikan tambahan
15 Kesempatan untuk mendapat posisi yang lebih tinggi
16 Kesempatan untuk membuat suatu prestasi dan mendapat kenaikan pangkat
17 Jumlah reward yang saya terima
INSTRUMEN III
Kepuasan Pasien
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda checklist (√) pada pilihan jawaban yang telah disediakan.
Keterangan:
TP = Tidak Pernah KD = Kadang-kadang SR = Sering
SL =Selalu
No Pernyataan TP KD SR S
L 1 Perawat mengucapkan salam saat bertemu dengan
pasien
2 Perawat memperkenalkan diri saat bertemu dengan pasien
3 Perawat memanggil nama pasien dengan benar
4 Perawat menjelaskan tindakan yang akan
dilakukan
5 Perawat menjelaskan manfaat tindakan yang akan dilakukan
6 Perawat bersikap sopan santun dan ramah saat melakukan tindakan
7 Perawat menjaga lingkungan pasien agar tetap bersih
8 Perawat menjawab setiap pertanyaan yang
diajukan pasien
9 Perawat memeriksa kondisi pasien setelah dilakukan tindakan
10 Perawat mendampingi pasien pada waktu dokter melakukan pemeriksaan/ pengobatan
11 Perawat menanyakan kondisi pasien sebelum memberikan pelayanan
12 Perawat ramah kepada pasien dan keluarga
13 Perawat memberi kesempatan kepada pasien/ keluarga untuk menyampaikan keluhan kondisi kesehatan
14 Perawat memberikan jawaban yang memuaskan atas pertanyaan pasien
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL (PUD)
A. Pokok Bahasan : Perdarahan Uterus Disfungsional
B. Sub Pokok Bahasan :
1. Pengertian Perdarahan Uterus Disfungsional 2. Penyebab Perdarahan Uterus Disfungsional 3. Gejala Perdarahan Uterus Disfungsional 4. Komplikasi Perdarahan Uterus Disfungsional 5. Penanganan Perdarahan Uterus Disfungsional
C. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga dapat memahami dan mengerti tentang perdarahan uterus disfungsional
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 15-20 menit, diharapkan peserta penyuluhan akan mampu menjelaskan:
a. Pengertian Perdarahan Uterus Disfungsional b. Penyebab Perdarahan Uterus Disfungsional c. Gejala Perdarahan Uterus Disfungsional d. Komplikasi Perdarahan Uterus Disfungsional e. Penanganan Perdarahan Uterus Disfungsional
D. Sasaran
Nn. H dan keluarga Nn. H
E. Metode
F. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Kamis/ 14 Juni 2012
Tempat : Ruang Anyelir RS dr. G. L. Tobing, Tanjung Morawa Waktu : 11.00-11.30 WIB
G. Media
Poster dan leaflet
H. Pengorganisasian
Penyuluh : Riskina Syahputri Nasution, S.Kep
I. Rencana Pelaksanaan Kegiatan
No Tahap
Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Waktu
1. Pendahuluan Memberi salam dan
memperkenalkan diri.
Menjelaskan TIU dan TIK
Menjawab salam
Mendengarkan dan
memperhatikan
5 menit
2. Pelaksanaan Menjelaskan pengertian
Perdarahan Uterus Disfungsional
Menjelaskan penyebab
Perdarahan Uterus Disfungsional
Menjelaskan gejala
Perdarahan Uterus Disfungsional
Menjelaskan komplikasi
Perdarahan Uterus Disfungsional
Menjelaskan penanganan
Perdarahan Uterus Disfungsional
Mendengarkan dan
memperhatikan
Mendengarkan dan
memperhatikan
Mendengarkan dan
memperhatikan
Mendengarkan dan
memperhatikan
Mendengarkan dan
memperhatikan
20 menit
3. Penutup Memberi kesempatan kepada
peserta penyuluhan untuk bertanya.
Mengevaluasi peserta
penyuluhan tentang materi yang telah disampaikan.
Merangkum materi
penyuluhan yang telah
Mengajukan pertanyaan
Menjawab pertanyaan
penyuluh
Mendengarkan dan
disampaikan
Memberi salam penutup
menerima leaflet
Menjawab salam
J. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan mahasiswa memberikan materi penyuluhan b. Media dan alat memadai
c. Setting sesuai dengan kegiatan 2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan preplanning sesuai dengan alokasi waktu b. Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dengan aktif
c. Peserta panyuluhan menanyakan tentang hal-hal yang diajukan oleh penyuluh pada saat diskusi
3. Evaluasi Hasil
Peserta penyuluhan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh penyuluh pada saat evaluasi.
K. Referensi
Doengoes, M.E, et al. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC Handoko, Teguh. (2005). Perdarahan Uterus Disfungsional. Diunduh pada
tanggal 21 Juni 2012 dari14. http://www.scribd.com/doc/48983911/DISFUNGSIONAL-UTERINE
Kadarusman. (2005). Perdarahan Uterus Disfungsional Kronik pada Masa Reproduksi. Diunduh pada tanggal 21 Juni 2012 dari http://digilib.unsri.ac.id
Llewellyn-Jones, Derek. (2002). Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi. Jakarta: Hipokrates
Suseno, Sigid. (2007). Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD). Diunduh pada
tanggal 24 Juni 2012 dari
MATERI PENYULUHAN
PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL
A. Pengertian
Perdarahan uterus disfungsional merupakan perdarahan rahim abnormal
tanpa penyebab organik (gangguan organ) seperti kemungkinan kehamilan, tumor,
infeksi, koagulopati, dan penyakit radang panggul atau penyakit lainnya (Yahya,
2008). Kadarusman (2005) mengatakan perdarahan uterus disfungsional adalah
perdarahan abnormal dari uterus baik dalam jumlah, frekuensi maupun lamanya,
yang terjadi di dalam atau di luar haid sebagai wujud klinis gangguan fungsional
mekanisme kerja poros hipotalamus-hipofisis-ovarium, endometrium tanpa
kelainan organik alat reproduksi seperti radang, tumor, keganasan, kehamilan atau
gangguan sistemik lain.
Perdarahan uterus disfungsional dapat berlatar belakang
kelainan-kelainan ovulasi, siklus haid, jumlah perdarahan dan anemia yang ditimbulkannya
(Kadarusman, 2005). Berdasarkan kelainan tersebut maka perdarahan uterus
Tabel 4. Latar belakang kelainan perdarahan uterus disfungsional (PUD) dan bentuk kelainannya
Dasar Kelainan Bentuk Klinis
Ovulasi PUD ovulatorik
PUD anovulatorik
Siklus Metroragia
Polimenorea
Oligomenorea
Amenorea
Jumlah perdarahan Menoragia
Perdarahan bercak pra haid
Perdarahan bercak paca haid
Anemia PUD ringan
PUD sedang
PUD berat
B. Etiologi
Perdarahan uterus disfungsional dapat dibedakan menjadi penyebab
dengan siklus ovulasi dan penyebab yang berhubungan dengan siklus anovulasi.
Menurut Suseno (2007) terdapat beberapa kondisi yang dikaitkan dengan
perdarahan rahim disfungsional, antara lain :
1. Kegemukan (obesitas)
2. Faktor kejiwaan
3. Alat kontrasepsi hormonal
4. Alat kontrasepsi dalam rahim (intra uterine devices)
5. Beberapa penyakit dihubungkan dengan perdarahan rahim (DUB), misalnya:
trombositopenia (kekurangan trombosit atau faktor pembekuan darah),
Diabetes Mellitus, dan lain-lain
C. Manifestasi Klinik
Perdarahan rahim dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi. Jumlah
perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan berulang. Pada
siklus ovulasi biasanya perdarahan bersifat spontan, teratur dan lebih bisa
diprediksikan serta seringkali disertai rasa tidak nyaman sedangkan pada
anovulasi merupakan kebalikannya. Selain itu gejala yang dapat timbul
diantaranya seperti mood yang suka berubah-ubah, kekeringan atau kelembutan vagina serta rasa lelah yang berlebih (Suseno, 2007).
1. Siklus ovulasi
Karakteristik PUD bervariasi, mulai dari perdarahan banyak tapi jarang,
hingga spotting atau perdarahan yang terus menerus. Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10% dari perdarahan disfungsional dengan siklus pendek
(polimenorea) atau panjang (oligomenorea). Untuk menegakan diagnosis,
pengambilan sampel perlu dilakukan pada masa mendekati haid. Apabila siklus
haid tidal tidak lagi dikenali karena perdarahan yang lama dan tidak teratur,
bentuk kurve suhu badan basal dapat menolong.
Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe
sekresi tanpa ada sebab organik, maka harus dipertimbangkan sebagai etiologi :
a. Korpus luteum persistensi
Perdarahan kadang-kadang bersamaan dengan ovarium membesar dan
b. Insufisiensi korpus luteum
Hal ini menyebabkan premenstrual spotting, menoragia atau
polimenorea. Dasarnya ialah kurangnya produksi progesteron disebabkan oleh
gangguan LH releasing factor. Diagnosis ditegakkan apabila hasil biopsi endometrial dalam fase luteal tidak cocok dengan gambaran endometrium yang
seharusnya didapat pada hari siklus yang bersangkutan.
c. Apopleksia uteri
Wanita dengan hipertensi dapat mengalami pecahnya pembuluh darah
dalam uterus.
d. Kelainan darah seperti anemia, purpura trombositopenik dan gangguan
dalam mekanisme pembekuan darah.
2. Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation)
Perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding rahim di satu
bagian baru sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan lainnya sehingga
perdarahan rahim berkepanjangan (Suseno, 2007). Pada tipe ini berhubungan
dengan fluktuasi kadar estrogen dan jumlah folikel yang pada suatu waktu
fungsional aktif. Folikel-folike ini mengeluarkan estrogen sebelum mengalami
atresia dan kemudian diganti oelh folikel-folikel baru . Endometrium dibawah
pengaruh estrogen akan tumbuh terus, dan dari endometrium yang mula-mula
proliperatif dapat terjadi endometrium hiperplastik kistik. Jika gambaran ini
diperoleh pada saat kerokan dapat diambil kesimpulan bahwa perdarahan bersifat
anovulatoar. Biasanya perdarahan disfungsional ini terjadi pada masa pubertas
perdarahan tidak normal disebabkan oleh gangguan atau terlambatnya proses
maturasi pada hipotalamus, dengan akibat bahwa pembuatan Releasing factor dan hormon gonadotropin tidak sempurna. Pada wanita dalam masa pramenopause
proses terhentinya fungsi ovarium tidak selalu berjalan lancer (Handoko, 2005).
Bila pada masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali dan ada
harapan bahwa lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus haid menjadi
ovulatoar. Sedangkan pada wanita dewasa dan terutama dalam masa
pramenopause dengan perdarahan tidak teratur mutlak diperlukan kerokan untuk
menentukan ada tidaknya tumor ganas (Handoko, 2005).
D. Komplikasi
Menurut Suseno (2007), perdarahan uterus disfungsional memiliki
beberapa komplikasi yaitu:
1. Infertilitas dari kurangnya
2.
ovulasi
Parah anemia dari perdarahan haid berkepanjangan atau
3.
berat
Penumpukan dinding rahim tanpa perdarahan haid yang cukup (faktor
kemungkinan dalam perkembangan kanker endometrium)
E. Terapi
Tujuan terapi adalah mengontrol perdarahan, mencegah perdarahan
berulang, mencegah komplikasi, mengembalikan kekurangan zat besi dalam
tubuh, dan menjaga kesuburan. Tatalaksana awal dari perdarahan akut adalah
untuk terapi estrogen, maka penggunaan progesteron dianjurkan. Untuk
perdarahan disfungsional yang berlangsung dalam jangka waktu lama, terapi yang
diberikan tergantung dari status ovulasi pasien, usia, risiko kesehatan, dan pilihan
kontrasepsi. Kontrasepsi oral kombinasi dapat digunakan untuk terapinya. Pasien
yang menerima terapi hormonal sebaiknya dievaluasi 3 bulan setelah terapi
diberikan , dan kemudian 6 bulan untuk reevaluasi efek yang terjadi. Terapi
operasi dapat disarankan untuk kasus yang resisten terhadap terapi obat-obatan
(Kadarusman, 2005).
1. Pasien ditemukan pada waktu episode perdarahan berat
Dalam situasi ini, terapi yang diberikan bersifat darurat. Terdapat dua
metode yaitu kuretase dan memberikan hormone. Hormon yang dipilih biasanya
adalah combined equine estrogen (CEE), 25 mg diberikan secara intravena dan diulangi setiap 4 jam sebanyak 6 dosis. CEE dengan dosis ini dapat menyebabkan
mual yang berat pada bebepara wanita. Setelah CEE dapat menghentikan
perdarahan, harus diberikan progestogen selama 14 hari untuk menginduksi
perubahan sekresi dan kemudian pelepasan endometrium. Sebagai pengganti CEE
dapat diberikan 17-hidroksiprogesteron asetat 125-250 mg secara intramuscular,
atau norethisteron20-30 mg per oral setiap hari dalam dosis terbagi selama 4 hari.
Jika digunakan progestogen, mungkin akan terjadi withdrawal bleeding 3-6 hari kemudian. Hal ini dapat dihindarkan jika norethisteron (5-10 mg) diteruskan
2. Pasien ditemukan diantara episode perdarahan
Dalam situasi ini terdapat beberapa pilihan yang dibagi dalam dua
kelompok utama yaitu pengobatan hormonal dan pengobatan secara bedah
(Llewellyn-Jones, 2002).
3) Pengobatan hormonal
Terdiri dari progestogen, kontrasepsi oral, Danazol, dan Levonorgestrel intrauterine device.
4) Terapi bedah
Kuretase
Kuretase dapat mengontrol perdarahan berat dalam jangka waktu yang
singkat, tetapi biasanya kambuh kembali dalam jangka 4-6 bulan.
Ablasi Endometrium
Konsep prosedur ini adalah mengadakan ablasi lapisan basal
endometrium, regenerasi endometrium dapat dicegah atau dikurangi, dan
menoragi dapat sembuh. Keuntungan dari ablasi endometrium adalah tindakan ini
kurang invasif dan kurang nyeri dibandingkan histerektomi. Masa penyembuhan
3-7 hari.
Histerektomi
Histerektomi yaitu pengangkatan uterus melalui pembedahan.
Histerektomi dilakukan sebagai tindakan untuk penanganan keganasan dan
kondisi bukan keganasan tertentu, menongontrol perdarahan yang mengancam
jiwa, dan kejadian infeksi pelvis yang tidak sembuh atau rupture uteri yang tidak
LAPORAN HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN PENYULUHAN
”PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL”
A. Persiapan
Sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan tentang Perdarahan Uterus
Disfungsional (PUD), mahasiswa membuat kontrak dengan pasien kelolaan (Nn.
H) untuk memberikan pendidikan kesehatan mengenai Perdarahan Uterus
Disfungsional pada 14 Juni 2012.
Pada hari Rabu, 13 Juni 2012 mahasiswa mempersiapkan Satuan Acara
Penyuluhan (SAP) dan media penyuluhan berupa poster dan leaflet. Materi yang
akan diberikan dalam kegiatan ini mengenai defenisi PUD, etiologi PUD,
manifestasi klinis PUD, komplikasi PUD dan penatalaksanaan PUD.
.
B. Pelaksanaan
Adapun tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah setelah mengikuti
penyuluhan selama 30 menit, diharapkan peserta penyuluhan akan mampu
menjelaskan kembali mengenai Perdarahan Uterus Disfungsional.
Hari/ Tanggal : Kamis, 14 Juni 2012
Kegiatan
penyuluhan telah dilaksanakan pada :
Waktu : 11.00 - 11.30 WIB
Tempat : Ruang Anyelir RS dr. G. L. Tobing, Tanjung Morawa
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan kesehatan diawali mempersiapkan
Adapun kegiatan yang dilakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan
tentang defenisi PUD, etiologi PUD, manifestasi klinis PUD, komplikasi PUD
dan penatalaksanaan PUD.
Selama kegiatan penyuluhan berlangsung peserta mengikuti dan
memperhatikan penyuluhan dengan baik. Peserta penyuluhan juga bertanya
mengenai hal-hal yang kurang dipahami seperti menanyakan beberapa istilah
medis. Penyuluhan diikuti oleh Nn. H dan Ibu Nn. H.
C. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Kegiatan dilaksanakan di Ruang Anyelir RS dr. G. L. Tobing Tanjung
Morawa pada pukul 11.00 – 11.30 WIB
b. Media yang digunakan berupa Poster dan leaflet
c. Peserta penyuluhan berjumlah 2 orang
2 Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan tepat waktu
b. Peserta mengikuti kegiatan dengan aktif dan kooperatif
c. Peserta memberikan pertanyaan mengenai materi yang diberikan
Beberapa pertanyaan dari peserta antara lain:
a. Apa yang dimaksud perdarahan uterus disfungsional?
b. Bagaimana membedakan perdarahan tersebut normal atau karena
penyakit?
3. Evaluasi Hasil
Peserta penyuluh terdiri dari 2 orang. Kegiatan ini mendapat respon yang
baik dari peserta penyuluhan. Hal ini dibuktikan dengan peserta kooperatif dan
dapat menjawab pertanyaan penyuluh tentang pengertian PUD dan gejala yang
muncul.
D. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Penyuluhan merupakan suatu bentuk pendidikan kesehatan dalam bentuk
ceramah dan diskusi yang berguna untuk membagi pengetahuan kesehatan kepada
masyarakat. Kegiatan yang dilakukan berupa pemberian informasi tentang PUD.
Kegiatan penyuluhan berlangsung dengan baik dan lancar. Hal ini dibuktikan dari
respon positif dan ketertarikan peserta tersebut untuk mendengar diskusi dan
penyuluhan. Melalui penyuluhan ini diharapkan para peserta dapat mengerti
mengenai PUD dan penanganannya.
2. Saran
Bagi penyuluhan berikutnya diharapkan dapat memberikan materi yang
baru kepada masyarakat disarankan agar mempersiapkan materi dan peralatan
PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
METODE CHECKLIST
1. Pengisian metode ceklist dilakukan oleh perawat/bidan mulai dari
pengkajian, data objektif dan subjektif, diagnosa, tujuan/criteria hasil,
intervensi dan evaluasi.
2. Cara pengisian adalah dengan memberikan tanda ceklis pada kolom asuhan
yang diamati, apabila unsur tersebut dilakukan.
3. Data objektif adalah data yang diperoleh melalui inspeksi, palpasi, perkusi ,
dan auskultasi misalnya, TD (Tekanan Darah), HR (Hearth Rate/ Denyut Jantung), RR (Respiratory Rate/ Frekuensi Pernafasan), T (Temperature/ Suhu Tubuh), skala nyeri serta warna kulit.
4. Data subjekif yaitu data yang diperoleh dari keluhan langsung yang
dikatakan oleh pasien atau keluarga pasien/saksi lain misalnya pasien
mengatakan bahwa …. (kepala pusing, nyeri, atau mual). Perawat dan bidan
diperbolehkan menmberi tanda checklist lebih dari satu baik data objektif maupun subjektif sesuai pengkajian yang telah dilakukan
5. Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau
kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
6. Perumusan diagnosa keperawatan dapat dikategorikan menjadi :
a. Aktual : Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang
ditemukan.
b. Resiko : Menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak
dilakukan intervensi.
7. Pada kolom “faktor yang berhubungan”, perawat/bidan hanya boleh memilih
1 pilihan untuk setiap diagnosa keperawatan yang muncul.
8. Perawat/bidan dapat memilih beberapa tujuan dan kriteria hasil yang ingin
dicapai pada setiap diagnosa keperawatan
9. Intervensi keperawatan merupakan semua tindakan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini ke status
kesehatan yang diuraikan dalam hasil yang diharapkan. Rencana
keperawatan harus terorganisasi sehingga setiap perawat dapat
mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan kepada pasien dengan
cepat dan tepat. Perawat dapat memilih intervensi yang dilakukan mulai dari
tindakan yang dilakukan perawat maupun secara kolaboratif dengan profesi
lain maupun keluarga pasien.
10. Evaluasi keperawatan menunjukkan keberhasilan dari tindakan keperawatan
kepada pasien dengan membandingkan kepada kriteria hasil yang telah
ditetapkan sebelumnya. Evaluasi keperawatan terdiri dari unsur S
(Subjective), O (Objective), A (Analyze) dan P (Planning). Evaluasi subjektif merupakan evalusai berdasarkan data subjektif yang telah didapat
objektif merupakan evaluasi berdasarkan data objektif yang telah didapat
dengan membandingkannya dengan criteria hasil. Pada unsure analyze
perawat menentukan apakah masalah telah teratasi secara kese;uruhan atau
tidak. Jika belum teratasi maka perawat membuat planning atau rencana
apakah melanjutkan intervensi yang telah dibuat, memodifikasi intervensi
yang dikerjakan atau menghentikan intervensi jika tujuan tindakan telah
dicapai.
RUMAH SAKIT G.L. TOBING PTPN 2 TANJUNG MORAWA
RUANG ANYELIR FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MATERNITAS
Tanggal masuk : Ruang Rawat : No. MR :
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : ……… Umur : Tgl/Bln/Thn :
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Status Kawin : Kawin Belum Kawin
Agama : Islam Kristen Hindu Budha
Pendidikan : Sarjana Diploma/Akademi SMU
SLTP SD Tidak Sekolah
Pekerjaan : PNS Swasta TNI/POLRI ………
Alamat :
Tanggal Pengkajian :
Diagnosa Medis :
PENANGGUNG JAWAB
Nama :
Hub. dgn pasien : Suami/Istri Anak Ayah Ibu
Pekerjaan : PNS Swasta TNI/POLRI ………
Alamat :
II.KELUHAN UTAMA
……… ……… ………
III. PENGKAJIAN IBU NIFAS
Nama/Umur Ibu : G P A
Pekerjaan : Nifas hari ke :
Agama : No. MR :
1. Warna kulit
Normal Pucat Sianosis Kemerahan
2. Suhu
Hangat Panas Dingin
3. Kelembaban kulit
Lembut Berisi Penuh Bengkak Merah Nyeri 6. Kondisi Puting
Normal Datar Masuk ke dalam Lecet
7. Tinggi Uterus
U/U ....J/U ...U/J
8. Posisi Uterus
Midline Kanan umbilikus Kiri umbilikus
9. Konsistensi uterus
Kenyal Lembut Kenyal dengan massage 10. Warna Lochia
Rubra Serosa Alba 11. Bau Lochia
ada Tidak berbau/normal
12. Kondisi perineum
Utuh/menyatu Bengkak Edema Hematom 13 Episiotomi
Bersih Kemerahan Edema
14. Homan’s Sign
Negatif Positif
15. Status emosional
Tenang Cemas Takut Depresi Afek datar
16. Aktivitas
Di tempat tidur Ambulasi Ke kamar mandi 17. Personal Hygiene
Mandi dengan waslap di tempat tidur Mandi guyur
Pericare Foley care
18. Nafsu makan
Puasa Baik cukup Tidak ada 19. Tipe Diet
Cairan jernih M I MII MB
IV. PENGKAJIAN IBU HAMIL
Nama/Umur Klien : G P A H Mg
Pekerjaan : THT :
Agama : TP :
PERSEPSI DAN HARAPAN KLIEN TERHADAP KEHAMILAN 1. Alasan datang ke Rumah Sakit
Periksa kehamilan Kontrol
2. Kehamilan mempengaruhi kebiasaan hidup sehari-hari
Ya Tidak
3. Orang yang paling penting kehadirannya untuk menemani ibu ke Rumah Sakit
Ibu Suami Lain-lain
4. Tempat direncanakan persalinan
Rumah Sakit Klinik
5. Pelihara kucing atau binatang peliharaan lain
RIWAYAT OBSTETRIK YANG LALU
1. G P A Jumlah anak laki-laki perempuan
No. Umur Kehamilan Persalinan Nifas Sekarang
2. Penolong persalinan yang lalu Dokter Bidan
3. Yang menemani pada persalinan yang lalu
Ibu Suami Lain-lain
4. Komplikasi pada kehamilan yang lalu
Peningkatan tekanan darah Hiperemesis gravidarum Pembengkakan tangan, wajah Diabetes
Infeksi saluran kencing Lainnya, jelaskan Perdarahan
5. Setelah persalinan, masalah yang mengganggu
Perdarahan Persalinan lama Kejang Persalinan prematur Lainnya, Jelaskan
6. Masalah bayi pada persalinan yang lalu
Perdarahan Menyusui/makan Jaundice Lahir mati
Cacat Lainnya, Jelaskan
KEHAMILAN SEKARANG
1. Rasa ketidaknyamanan selama kehamilan
Ada Tidak ada
2. Gangguan tidur selama kehamilan
Ada Tidak Ada
3. Makanan yang tidak disukai atau pantang dimakan selama hamil
Ya Tidak
4. Kehamilan ini mempengaruhi pola BAB
Ya Tidak
6. Kehamilan ini mempengaruhi pola BAK
Ya Tidak
7. Selama kehamilan, merasakan ada gangguan bernafas
Ya Tidak
RIWAYAT PRENATAL
1. Orang tua, saudara atau anggota keluarga terdekat pernah menderita penyakit berikut Hipertensi Diabetes Mellitus
Penyakit Ginjal Penyakit vaskular
Tuberkulosis Kanker
Komplikasi kehamilan Gangguan Jiwa 2. Klien pernah menderita penyakit berikut
3. Riwayat Menstruasi
a. Menstruasi pertama umur Tahun
b. Siklus mentruasi: interval hari, Jumlah , Nyeri , bercak c. HPHT :
V. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum Baik Lemah Buruk b. Tanda-tanda Vital
TD :……… HR:………… RR ………. T :……..
BB :…….. TB:………… c. Pemeriksaan Kepala dan Leher
1. Kepala dan Rambut
•Bentuk kepala Bulat Lonjong
•Kebersihan Kulit Kepala Bersih Kotor Data Subjektif : ………..
2. Mata
Ikterus Anemia Konjungtiva Pucat
Data Subjektif : ……….. 3. Hidung
Pernafasan cuping hidung Normal Data Subjektif : ………..
4. Telinga Normal
Data Subjektif : ……….. 5. Mulut/Bibir
Sianosis Mukosa kering Data Subjektif : ……….. 6. Leher / Tekanan Vena Jugularis
Meningkat Normal Data Subjektif : ……….. d. Pemeriksaan Kulit
Lembab Kering
Data Subjektif : ……….. e. Pemeriksaan Thorak / Dada
1. Inspeksi 4. Auskultasi Vesikuler Ronchi
Data Subjektif : ……….. f. Pemeriksaan Jantung
Inspeksi Ictus cordis ada Ictus cordis tidak ada
Palpasi Ictus cordis teraba Ictus cordis tidak teraba
Kanan :
Auskultasi
Frekuensi ………x/i
Irama Reguler Irreguler
S1 Normal Abnormal
S2 Normal Abnormal Data Subjektif : ………..
g. Pemeriksaan abdomen
Peristaltik usus Ada Tidak ada
Frekuensi :
Nyeri tekan Ada Tidak ada
Hepar Teraba Tidak teraba Ascites Ada Tidak ada Data Subjektif : ………..
h. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
Edema scrotum/labia Ada Tidak ada Data Subjektif : ………..
i. Pemeriksaan ekstremitas
Edema pada ekstremitas atas Ada Tidak ada Edema pada ekstremitas bawah Ada Tidak ada Data Subjektif : ………..
j. Pemeriksaan neurologis
Kesadaran :
GCS :
Kekuatan Otot : I II III IV Data Subjektif : ………..
VI. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK
a.Diagnosa Medis:
b. Pemeriksaan Diagnostik 1. Laboratorium
Kesan :……… 2. Rontgen :
Kesan : ………… 3. EKG :
Kesan : …………. 4. Dan lain - lain
Pengkajian Bayi baru lahir
Nama Bayi : Tanggal/Waktu lahir : P/L
Nama Ibu/Umur: Pekerjaan Ibu :
1. Keadaan Umum :
Baik Lemah Buruk 2. Warna Kulit :
Normal Pucat Sianosis Kemerahan 3. Tonus Otot
Baik Lemah 4. Postur :
Baik Buruk 5. Berat Badan : ...gram 6. Panjang Badan : ...Cm
7. Respon bayi terhadap rangsangan interna dan eksterna Baik Lemah
8. Nadi : ...x/menit 9. RR : ...x/menit 10. Suhu:...oC
11. Usaha bernafas pada bayi
Retraksi Gasping Grunting 12. Kualitas tangisan
Kuat Lemah Melengking 13. Irama Pernapasan :
Reguler Ireguler 14. Pernapasan cuping hidung
Ada Tidak ada
15. Joundice pada kulit
Ada Tidak ada 16. Petechiae pada kulit
Ada Tidak ada 17. Distensi Abdomen
Ada Tidak ada 18. Tali pusat
Merah Berbau Basah Berdarah 19. Intake Nutrisi
ASI PASI 20. Jumlah ASI
Menetes Mengalir Memancar 21. Jumlah PASI : ... cc
22. Keadaan Tali pusat
Normal Tidak
23. Patensi anus
Nama pasien : No.MR : No. Tempat Tidur :
Hari/ Tanggal
Data Diagnosa
Tujuan/ Kriteria Evaluasi
Intervensi Evaluasi Nama/Paraf
DS :
Haus
DO :
Perubahan status mental
Penurunan tekanan darah
Penurunan
volume/tekanan nadi
Penurunan turgor kulit/lidah
Penurunan haluaran urine
Penurunan pengisian vena
Kulit/membran mukosa kering
Hematorkrit meningkat
Suhu tubuh meningkat
Frekuensi nadi meningkat
Konsentrasi urine meningkat
Penurunan berat badan yang tiba-tiba
Kelemahan
Kekurangan volume cairan
Faktor yang berhubungan:
Kehilangan volume cairan aktif
Konsumsi alkohol yang
berlebihan secara terus menerus
Kegagalan mekanisme pengaturan (seperti, Diabetes Insipidus, hiperaldosterinosme)
Asupan cairan yang tidak adekuat
Tujuan:
Kekurangan volume cairan akan teratasi, dibuktikan dengan keseimbangan cairan,
keseimbangan elektrolit dan asam-basa, hidrasi yang adekuat , dan status nutrisi yang adekuat; Asupan makanan dan cairan
Dengan kriteria hasil:
Pasien akan tidak memiliki konsentrasi urine yang berlebihan
Pasien akan tidak mengalami haus yang tidak normal
Pasien akan memiliki keseimbangan asupan dan haluaran yang seimbang dalam 24 jam
Pasien akan menampilkan hidrasi yang baik (membran mukosa lembab, mampu berkeringan)
Aktivitas Keperawatan:
Pantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan
Observasi kehilangan cairan yang tinggi elektrolit (Misalnya diare, drainase luka, pengisapan nasogastrik, diaphoresis)
Pantau perdarahan
Identifikasi faktor yang berkontribusi terhadap bertambah buruknya dehidrasi (Misalnya, obat-obatan, deman, stres, dan program pengobatan)
Tinjau ulang elektrolit, terutama natrium, kalium, klorida, dan kreatinin
Kaji adanya vertigo atau hipotensi postural
Kaji orientasi terhadap orang, tempat, dan waktu
Timbang berat badan dan pantau kemajuannya
Tentukan jumlah cairan yang masuk selama 24 jam
Tingkatkan asupan oral (Misalnya, berikan cairan oral yang disukai pasien, letakkan pada tempat yang mudah dijangkau, berikan sedotan.
Aktivitas Kolaboratif:
Laporkan dan catat haluaran urin
Berikan terapi IV sesuai dengan anjuran
Laporkan abnormalitas elektrolit
S:
cairan oral dan atau intravena yang adekuat.
Pendidikan untuk pasien dan keluarga:
Anjurkan pasien untuk
menginformasikan perawat bila pasien haus
A:
P:
Referensi
Nama pasien : No.MR : No. Tempat Tidur
Hari/ Tanggal
Data Diagnosa
Tujuan/ Kriteria Evaluasi
Intervensi Evaluasi Nama/Paraf
DS:
Kram Abdomen
Nyeri abdomen
Tidak Selera Makan
Indigesti
Gangguan Pengecapan
Kekurangan makanan
Rasa penuh diperut segera setelah mengunyah makanan.
DO:
Mudah pecahnya pembuluh darah kapiler
Diare atau steatorin
Kekurangan makanan
Kehilangan rambut yang berlebihan
Peristaltik usus hiperaktif.
Kurang informasi
Tidak ada selera makan
Miskonsepsi
Konjungtiva dan membran mukosa pucat
Tonus otot lemah
Menolak makanan
Perih dan inflamasi kavitas bukal.
Kelemahan otot.
Nutrisi, ketidakseimbangan, kurang dari kebutuhan tubuh.
Faktor yang berhubungan:
Ketidakmampuan untuk menelan atau mencerna makanan dan menyerap nutien yang diakibatkan karena faktor biologis, psikologis, atau ekonomi
Ketergantungan kimiawi
Penyakit kronis (sebutkan)
Intoleransi makanan
Kebutuhan metabolik tinggi
Kurangnya pengetahuan dasar nutrisi
Akses pada makanan terbatas
Hilangnya nafsu makan
Mual/muntah
Gangguan psikologis (sebutkan)
Tujuan:
Status nutrisi: makanan, cairan, dan intake adekuat.
Dengan kriteria hasil:
BB bertambah dan dalam batas normal.
Nilai laboratorium (tranferin, albumin, dan elektrolit) dalam batas normal.
Menunjukkan level energi adekuat.
Aktivitas Keperawatan:
Kaji motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan.
Monitor nilai-nilai laboratorium, terutama transferin, albumin, dan elektrolit.
Tanyakan makanan kesukaan pasien.
Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
Monitor catatan intake kalori dan komponen nutrisi.
Monitor BB pasien.
Kaji dan dokumentasikan drat kesulitan mengunyah dan menelan.
Identifikasi faktor-faktor penyebab mual dan muntah.
Identifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kehilangan selera makan pasien (misalnya, medikasi, masalah emosional).
Monitor perilaku pasien yang berhubungan dengan penurunan BB.
Pendidikan kesehatan untuk pasien dan keluarga:
Ajarkan metode perencanaan makan.
Berikan penkes tentang makanan yang bernutrisi tetapi tidak mahal.
Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan cara untuk melakukannya.
Aktivitas Kolaborasi:
Kolaborasi dengan dokter untuk
S:
Toleransi terhadap diet yang dianjurkan
Menyatakan keinginan untuk mengikuti diet
makan, supleman.
Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein untuk pasien dengan ketidakadekuatan asupan protein atau kehilangan protein
Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab perubahan nutrisi
A:
P:
Referensi
Nama pasien : No.MR : No. Tempat Tidur :
Hari/ Tanggal
Data Diagnosa
Tujuan/ Kriteria Evaluasi
Intervensi Evaluasi Nama/Paraf
DS : -
DO:
Ketidakmampuan untuk : □ Menyuap makanan dari
piring ke mulut □ Mengunyah makanan □ Menyelesaikan makan □ Meletakan makanan ke
piring
□ Memegang alat makan □ Memasukkan makanan dengan cara yang dapat diterima oleh
masyarakat
□ Memasukkan makanan secara aman
□ Memasukkan makanan dengan cukup
□ Memanipulasi makanan di mulut
□ Membuka wadah □ Mengambil cangkir atau
gelas
□ Menyiapkan makanan untuk diingesti □ Menelan makanan
menggunakan alat bantu
Defisit Perawatan Diri: makan
Faktor yang berhubungan:
Penurunan atau kurang motivasi
Ketidaknyamanan
Hambatan lingkungan
Gangguan muskuloskeletal
Gangguan neuromuskular
Nyeri
Gangguan kognitif atau persepsi
Ansietas berat
Kelemahan atau kelelahan
Tujuan:
Menunjukan perawatan diri : aktivitas kehidupan sehari-hari. Dengan kriteria hasil:
Mampu untuk makan secara mandiri
Menunjukan asupan
makanan/cairan yang adekuat
Aktivitas keperawatan :
□ Kaji kemampuan menggunakan alat bantu
□ Kaji tingkat kekuatan dan toleransi terhadap aktivitas
□ Kaji peningkatan atau penurunan untuk makan sendiri
□ Kaji defisit sensori, kognitif, atau fisik yang dapat menyulitkan makan □ Kaji kemampuan untuk mengunyah
dan menelan makanan
□ Kaji keadekuatan asupan nutrisi
Pendidikan untuk Pasien dan Keluarga : □ Tunjukan penggunaan alat bantu dan
aktivitas yang adaptif
□ Ajarkan pasien menggunakan metode alternatif untuk makan/minum.
Aktivitas kolaboratif :
□ Rujuk pasien dan keluarga pada layanan sosial untuk pertolongan kesehatan di rumah.
□ Gunakan terapi fisik dan okupasi sebagai sumber dalam perencanaan aktivitas perawatan pasien.
Aktivitas lain :
□ Akomodasi defisit kognitif dengan cara berikut :
□ Hindari penggunaan makanan peralatan makan yang tajam. □ Periksa makanan di pipi □ Makan di lingkungan yang sepi
S:
pendek dan sederhana
□ Sediakan makanan dalam porsi kecil □ Dukung pencapaian pasien
□ Dukung kemandirian dalam makan dan minum, bantu pasien jika diperlukan.
A:
P:
Referensi
Nama pasien : No.MR : No. Tempat Tidur
Hari/ Tanggal
Data Diagnosa
Tujuan/ Kriteria Evaluasi
Intervensi Evaluasi Nama/Paraf
DS:-
DO:
□ Ketidakmampuan melakukan kegiatan eliminasi/ke kamar kecil
□ Duduk/bangun dari toilet
□ Melepas dan mengenakan pakaian □ Membersihkan diri
sehabis eliminasi □ Menyiram toilet
Defisit Perawatan Diri: toileting
Faktor yang berhubungan:
Penurunan atau kurang motivasi
Hambatan lingkungan
Kerusakan status mobilitas
Hambatan kemampuan untuk berpindah
Kerusakan musculoskeletal
Kerusakan neuromuskular
Nyeri
Kerusakan persepsi atau kognitif
Ansietas berat
Kelemahan atau kelelahan
Tujuan:
Menunjukkan perawatan diri: Aktivitas kehidupan sehari-hari ditandai dengan indikator: ketergantungan, membutuhkan bantuan orang lain/alat bantu, mandiri dengan bantuan alat bantu atau mandiri sepenuhnya
Dengan kriteria hasil:
Menerima bantuan dari pemberi perawatan
Mengenali/mengetahui kebutuhan akan bantuan untuk toileting
Mengenali dan berespons terhadap urgensi untuk berkemih atau defekasi
Aktivitas keperawatan
□ Kaji kemampuan untuk berjalan secara mandiri dan aman □ Kaji kemampuan untuk
menggunakan alat bantu, misal walker, tongkat
□ Pantau tingkat kekuatan dan toleransi aktivitas
□ Kaji adanya peningkatan atau penurunan kemampuan untuk toileting sendiri
□ Kaji defisit sensori, kognitif, atau fisik yang dapat yang dapat membatasi kemampuan toileting sendiri
Pendidikan untuk pasien dan keluarga : □ Ajarkan pasien dan keluarga tentang
teknik pemindahan dan ambulasi □ Tunjukan penggunaan alat bantu
adaptif
□ Pantau perawatan diri : toileting : ajarkan pasien atau orang lain yang berkepentingan dalam rutinitas toileting
Pengelolaan lingkungan :
□ Berikan informasi perawatan diri terhadap keluarga/orang lain yang penting terhadap ingkungan rumah yang aman untuk pasien
Aktivitas kolaboratif :
□ Tawarkan pengobatan nyeri sebelum S:
dari toilet
Membersihkan diri setelah toileting
pelayanan sosial
Aktivitas lain :
□ Hindari penggunaan kateter menetap atau kateter kondom bila
memungkinkan
□ Letakan pispot atau urinal dalam jangkauan pasien
□ Bantuan perawatan diri □ Pengelolaan lingkungan seperti
menyingkirkan bahaya lingkungan, menyediakan pengharum ruangan
A:
P:
Referensi
Nama pasien : No.MR : No. Tempat Tidur :
Hari/ Tanggal
Data Diagnosa
Tujuan/ Kriteria Evaluasi
Intervensi Evaluasi Nama/Paraf
DS: -
DO:
Ketidakmampuan untuk : □ Mengeringkan badan □ Mengambil
perlengkapan mandi □ Masuk dan keluar
kamar mandi □ Mendapatkan atau
menyediakan air □ Mengatur suhu dan
aliran mandi
□ Membersihkan tubuh atau anggota tubuh
Defisit Perawatan Diri: mandi
Faktor yang berhubungan:
Penurunan atau kurang motivasi
Hambatan lingkungan
Ketidakmampuan merasakan bagian tubuh atau hubungan tertentu
Kerusakan neuromuskular
Nyeri
Gangguan persepsi atau kognitif
Ansietas hebat
Kelemahan dan kelelahan
Tujuan:
Menunjukan perawatan diri : aktivitas kehidupan sehari-hari yang ditandai dengan indikator :
membutuhkan bantuan orang lain atau alat bantu, mandiri dengan alat bantu, mandiri dengan sepenuhnya. Dengan kriteria hasil:
Menerima bantuan atau perawatan total dari pemberi perawatan jika diperlukan
Mengungkapkan secara verbal kepuasan tentang kebersihan tubuh dan hygiene mulut
Mempertahankan mobilitas yang diperlukan untuk ke kamar mandi dan menyediakan perlengkapan mandi
Aktivitas Keperawatan: □ Kaji kemampuan untuk
menggunakan alat bantu. □ Kaji membran mukosa oral dan
kebersihan tubuh setiap hari. □ Kaji kondisi kulit saat mandi. □ Antau adanya perubahan kemampuan
fungsi.
□ Pantau bantuan perawatan diri : mandi : seperti pantau kebersihan kuku berdasarkan kemampuan diri pasien.
Pendidikan untuk pasien dan keluarga : □ Ajarkan pasien atau keluarga
pengguaan metode alternatif untuk mandi dan hygiene mulut
Akitivitas kolaboratif :
□ Tawarkan pengobatan nyeri sebelum mandi
□ Rujuk pasien dan keluarga ke layanan sosial untuk perawatan di rumah
□ Gunakan ahli fisiotherapi dan terapi kerja sebagai sumber-sumber dalam merencanakan aktivitas keperawatan pasien
Aktivitas lain :
□ Libatkan keluarga dalam penentuan rencana
□ Bantuan perawatan diri : mandi : seperti letakan sabun, handuk,
S:
mengatur pancaran dan suhu air
Membersihkan dan mengeringkan tubuh
Melakukan perawatan mulut
Menggunakan deodoran
A:
P:
Referensi
Nama pasien : No.MR : No. Tempat Tidur :
Hari/ Tanggal
Data Diagnosa
Tujuan/ Kriteria Evaluasi
Intervensi Evaluasi Nama/Paraf
DS :
□ Nyeri abdomen □ Nyeri tekan pada
abdomen dengan atau tanpa resistensi otot yang dapat dipalpasi □ Anoreksi
□ Perasaan penuh atau tekanan pada rektal □ Kelelahan umum □ Sakit kepala □ Peningkatan tekanan
abdomen □ Sakit kepala □ Peningkatan tekanan
abdomen
□ Sakit di lambung karena sulit mencerna
□ Mual
□ Nyeri saat defekasi
DO:
□ Darah merah segar dalam feses
□ Perubahan pada suara abdomen (borborigmi) □ Perubahan pada pola
defekasi
□ Feses gelap atau hitam atau seperti tar □ Penurunan frekuensi □ Penurunan volume feses □ Distensi abdomen □ Feses yang kering,
Konstipasi
Faktor yang berhubungan:
Kelemahan otot abdomen
Pengingkaran
kebiasaan/mengabaikan keinginan untuk berdefekasi
Ketidakadekuatan defekasi
Aktivias fisik tidak cukup
Kebiasaan defekasi tidak teratur
Perubahan lingkungan yang baru terjadi
Depresi
Antasidnberisi aluminium
Antikolinergik
Antikonvulsan
Antidepresan
Diuretik
Kelebihan dosis laksatif
Ketidakseimbangan elektrolit
Hemoroid
Megakolon
Obesitas
Obstruksi pasca operasi
Kehamilan
Tumor
Dehidrasi
Pola makan yang buruk
Penurunan motilitas saluran gastrointestinal
Tujuan:
Kemampuan saluran
Aktivitas Keperawatan: □ Kaji dan dokumentasikan :
□ Warna dan konsistensi feses pertama pasca operasi. Frekuensi, warna, dan konsistensi feses, keluarnya flatus, adanya impaksi, tidak adanya bising usus dan distensi abdomen pada keempat kuadran.
□ Pantau tanda dan gejala ruptur usus dan atau peritonitis
□ Identifikasi faktor misalnya (pengobatan,tirah baring, dan diet) yang dapat menyebabkan atau berkontribusi terhadap konstipasi. □ Ajarkan masalah dan rasional
tindakan kepada pasien.
□ Ajarkan kepada pasien/ keluarga bagaimana untuk mempunyai catat harian makanan.
□ Anjurkan pasien pasien untuk meminta obat nyeri sebelum defekasi untuk memudahkan keluarnya feses tanpa nyeri.
□ Anjurkan aktivitas optimal untuk merangsang eliminasi defekasi untuk memudahkan keluarnya feses tanpa nyeri.
□ Anjurkan aktivitas optimal untuk merangsang eliminasi defekasi pasien.
□ Berikan privasi dan keamanan untuk pasien selama eliminasi defekasi. □ Berikan perawatan dalam sikap yang
menerima, tidak menghakimi. □
S:
atau hiperaktif □ Pengeluaran cairan
feses lambat
□ Massa abdomen dapat dipalpasi
□ Massa rektal yang dapat dipalpasi
□ Bunyi pekak pada perkusi abdomen □ Adanya feses, seperti
pastel lembut di rektum □ Flatus berat
□ Mengejan saat defekasi □ Tidak mampu
mengeluarkan feses □ Muntah
dengan kriteria hasil :
□ Pola eliminasi dalam rentang yang diharapkan, feses lembut dan berbentuk
□ Mengeluarkan feses tanpa bantuan
□ Mengonsumsi cairan dan serat dengan adekuat
□ Latihan dalam jumlah yang adekuat
□ Menunjukkan pengetahuan program defekasi yang dibutuhkan untuk mengatasi efek samping pengobatan □ Melaporkan keluarnya feses
dengan berkurangnya nyeri dan mengejan
Aktivitas Kolaboratif:
□ Konsultasikan kepada ahli gizi untuk meningkatkan serat dan cairan diet. □ Minta program dari dokter untuk
memberikan bantuan eliminasi, seperti diet serat, pelembut feses, enema, dan laksatif.
□ Konsultasikan kepada dokter tentang penurunan/ peningkatan frekuensi bising usus.
□ Konsultasikan kepada dokter jika tanda dan gejala krastipasi atau impaksi terus berlangsung.
Pendidikan untuk Pasien dan Keluarga: □ Informasi kepada pasien
kemungkinan konstipasi yang dirangsang oleh obat.
□ Instruksikan pasien dalam bantuan eliminasi defekasi yang akan meningkatkan pola defekasi yang akan meningkatkan pola defekasi yang optimal di rumah.
□ Ajarkan kepada pasien tentang efek diet ( misalnya, cairan dan serat) pada eliminasi.
□ Instruksikan pasien tentang konsekuensi penggunaan laksatif jangka panjang.
□ Tekankan penghindaran mengenjan selama defekasi untuk mencegah perubahan pada tanda vital, sakit kepala atau perdarahan.
□ Ajarkan etiologi masalah dan rasional tindakan kepada pasien.
A:
P:
Referensi
Nama pasien : No.MR : No. Tempat Tidur :
Hari/ Tanggal
Data Diagnosa
Tujuan/ Kriteria Evaluasi
Intervensi Evaluasi Nama/Paraf
DS :
□ Bangun lebih awal atau lebih lambat dari yang diinginkan
□ Ketidakpuasan tidur □ Keluhan verbal tentang
kesulitan untuk tidur □ Keluhan verbal tentang
perasaan tidak dapat beristirahat dengan baik
DO :
□ Penurunan kemampuan berfungsi
□ Penurunan proporsi tidur fase REM (misalnya, REM melambung,
hiperaktivitas, emosi yang labil, agitasi dan impulsivitas, gambaran polisomnografik yang atipikal)
□ Penurunan proporsi tidur tahap 3 dan 4 (misalnya, hiperesponsif, mengantuk yang berlebihan, dan penurunan motivasi) □ Insomnia dini hari □ Peningkatan proporsi
tidur tahap 1 □ Total waktu tidur
Gangguan pola tidur
Faktor yang berhubungan
Perubahan tidur yang berhubungan dengan proses penuaan
Ansietas
Antisipasi
Agens biokimia
Suhu tubuh
Rasa bosan
Awitan masa kanak-kanak
Pajanan gelap/cahaya siang hari
Depresi
Keletihan
Ketakutan
Sering melakukan perjalanan yang menyebrangi zona waktu
Perubahan jadwal tidur/bangun yang sering
Berduka
Kesepian
Perubahan hormonal secara periodik yang berhubungan dengan gender
Pikiran sebelum tidur
Pergantian tugas jaga
Penggunaan agens anti tidur yang terus menerus
Kegaduhan
Mual, demam
Posisi tubuh
Napas pendek
Aktivitas Keperawatan:
□ Tentukan efek samping pengobatan pada pola tidur pasien
□ Pantau pola tidur pasien dan catat hubungan faktor-faktor fisik (misalnya, fisiologis, psikologis, gaya hidup, perubahan shift kerja yang sering, perubahan zona waktu yang cepat, jam kerja panjang yang berlebihan, dan faktor-faktor lingkungan lainnya) yang dapat berpengaruh pada gangguan pola tidur
Aktivitas Kolaborasi:
□ Diskusikan dengan dokter tentang perlunya meninjau kembali program pengobatan jika berpengaruh pada pola tidur
□ Dukung penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor fase tidur REM
Aktivitas Lain:
□ Hindari suara keras dan penggunaan lampu saat tidur malam, berikan lingkungan yang tenang, damai, dan minimalkan gangguan
□ Cari teman sekamar yang cocok bagi pasien, jika memungkinkan
□ Bantu pasien untuk mengidentifikasi fakktor-faktor yang menyebabkan kurang tidur, seperti ketakutan, masalah yang tidak terselesaikan, dan
S:
□ Perpanjangan waktu bangun
□ Gangguan dorongan diri untuk tidur dengan pola normal
□ Perpanjangan waktu bangun
□ Gangguan dorongan diri untuk tidur dengan pola normal
□ Insomnia pada saat tidur □ Awitan tidur lebih dari
30 menit
□ Bangun 3 kali atau lebih di malam hari
Tujuan:
Pasien akan menunjukkan tidur yang baik
Dengan kriteria hasil: □ Jumlah jam tidur tidak
terganggu
□ Tidak ada masalah dengan pola, kualitas, dan rutinitas tidur atau istirahat
□ Perasaan segar setelah tidur atau istirahat
□ Tidur siang yang sesuai usia □ Terjaga dengan waktu yang
sesuai
iritabilitas dan perubahan mood adalah konsekuensi umumyang menyebabkan deprivasi tidurFasilitasi untuk
mempertahankan rutinitas waktu tidur pasien, pertanda keperluan sebelum tidur, dan benda-benda yang familiar (misalnya untuk anak-anak, mainan/ selimut yang disukai, ayunan, dot, atau dongeng sebelum tidur ; untuk orang dewasa, buku-buku bacaan) jika diperlukan □ Ajarkan pasien untuk menghindari
makanan dan minuman pada jam tidur yang dapat mengganggu tidur □ Bantu pasien untuk membatasi tidur
di siang hari dengan meyediakan aktivitas yang meningkatkan kondisi terjaga, jika diperlukan
□ Lakukan pijatan yang nyaman, pengaturan posisi, dan sentuhan afektif
□ Berikan tidur siang, jika diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tidur □ kelompokkan aktivitas perawatan
untuk meminimalkan tindakan yang dapat membangunkan; berikan siklus tidur minimal 90 menit
A:
P:
Referensi
Nama pasien : No.MR : No. Tempat Tidur :
Hari/ Tanggal
Data Diagnosa
Tujuan/ Kriteria Evaluasi
Intervensi Evaluasi Nama/Paraf
DS : -
DO :
□ TD meningkat □ Jumlah leukosit
abnormal □ Suhu tubuh
meningkat >380 □ Lesi kulit,
kemerahan, pus C
Resiko Tinggi Infeksi
Faktor yang berhubungan:
Penyakit kronis
Imunosupresi
Imunitas yang tidak adekuat
Pertahanan tubuh yang tidak adekuat (kulit terluka, trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan pH pada sekresi, dan peristaltis yang berubah)
Prosedur invasif
Malnutrisi
Agens farmasi
Trauma
Tujuan:
Faktor resiko infeksi akan hilang Dengan kriteria hasil:
Tanda-tanda vital
□ Terbebas dari tanda atau gejala infeksi
□ Menunjukkan hygiene pribadi yang adekuat
□ Mengindikasikan status gastrointestinal, pernapasan, genitourinaria, dan imun dalam batas normal
□ Menggambarkan faktor yang menunjukkan penularan infeksi □ Melaporkan tanda atau gejala
infeksi serta mengikuti prosedur pernapasan dan
Aktivitas Keperawatan:
□ Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
□ Monitor TTV dan catat adanya peningkatan suhu tubuh □ Pantau adanya tanda-tanda
septicemia seperti perubahan status mental (bingung, stupor)
□ Monitor pernafasan, suara nafas untuk mengkaji adanya infeksi saluran nafas
□ Lakukan tindakan invasif secara steril
□ Pertahankan masukan nutrisi adekuat □ Lakukan perawatan luka dengan
teknik steril
□ Laukan perawatan kateter, IVFD, drain, setiap hari dengan teknik steril
Aktivitas Kolaborasi □ Kultur drainase luka □ Irigasi luka
□ Pemeriksaan hematologi dan kultur urine
□ Pemberian antibiotik sesuai indikasi S:
O:
P:
Referensi
Nama pasien : No.MR : No. Tempat Tidur
Hari/ Tanggal
Data Diagnosa
Tujuan/ Kriteria Evaluasi
Intervensi Evaluasi Nama/Paraf
DS : -
DO :
□ Penurunan waktu reaksi □ Kesulitan bergerak □ Perubahan cara berjalan □ Keterbatasan
kemampuan untuk melakukan
keterampilan motorik halus
□ Keterbatasan kemampuan untuk melakukan
keterampilan motorik kasar
□ Keterbatasan rentang pergerakan
□ Pemendekan pernapasan yang diinduksi oleh pergerakan
□ Ketidakstabilan posisi tubuh saat melakukan rutinitas aktivitas kehidupan sehari-hari □ Melambatnya
pergarakan □ Pergerakan tak
koordinasi atau menyentak
Gangguan Mobilitas fisik
Faktor yang berhubungan:
Perubahan metabolism sel
Gangguan kognitif
Keyakinan cultural terhadap aktivitas sesuai dengan usia
Penurunan kekuatan, kendali, dan massa otot
Perkembangan terhambat
Ketidaknyamanan
Intoleransi aktivitas/penurunan kekuatan dan ketahanan
Kaku sendi atau kontraktur
Keterbatasan ketahanan kardiovaskular
Hilangnya integritas struktur tulang
Pengobatan
Kerusakan musculoskeletal
Nyeri
Kerusakan sensori persepsi
Tujuan:
□ Rentang pergerakan sendi dengan gerakan atas inisiatif sendiri
□ Kemampuan untuk bergerak dengan maksud tertentu Dengan kriteria evaluasi:
□ Pasien akan melakukan rentang pergerakan penuh seluruh sendi □ Pasien mampu berbalik sendiri
di tempat tidur atau
Aktivitas Keperawatan:
□ Lakukan pengkajian tingkat mobilitas pasien secara terus-menerus
□ Kaji tingkat kesadaran
□ Kaji kekuatan otot dan mobilitas sendi (rentang pergerakan) □ Kaji kebutuhan untuk bantuan dari
rumah lembaga kesehatan atau organisasi lainnya
Pendidikan untuk pasien dan keluarga □ Latih rentang gerak pergerakan
aktif/pasif untuk memperbaiki kekuatan dan daya tahan otot □ Latih teknik membalik dan
memperbaiki kesejajaran tubuh
Aktivitas lain
□ Tempatkan tombol/lampu pemanggil pada tempat yang mudah diraih □ Berikan alat bantuan
□ Berikan penguatan positif selama aktivitas
□ Lakukan tindakan pengendalian nyeri sebelum memulai latihan atau tidakan terapi fisik
□ Pastikan rencana perawatan yang memasukkan sejumlah kebutuhan personel untuk membalik pasien
Aktivitas kolaboratif
□ Gunakan ahli terapi fisik/okupasi sebagai sumber dalam rencana
S:
tingkat yang realistis
□ Menunjukkan penggunaan alat bantu yang benar
□ Meminta bantuan reposisi, sesuai dengan kebutuhan
mobilitas di tempat tidur A:
P:
Referensi
Nama pasien : No.MR : No. Tempat Tidur :
Hari/ Tanggal
Data Diagnosa
Tujuan/ Kriteria Evaluasi
Intervensi Evaluasi Nama/Paraf
DS:
□ Melaporkan rasa sakit
DO:
□ Perubahan pada tonus otot
□ Distraksi/penjagaan/ting kah laku protektif □ Pemfokusan diri;
pandangan yang sempit □ Respons autonomik
Gangguan rasa nyaman: Nyeri
Faktor yang berhubungan:
Gangguan pada kulit, jaringan, dan integritas
Munculnya saluran dan selang
Tujuan:
Mengatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol/ dihilangkan Dengan Kriteria evaluasi:
Tampak rileks
Dapat beristirahat/tidur
Ikut serta dalam aktivitas sesuai kemampuan
Aktivitas Keperawatan
Catat umur dan berat pasien, masalah medis/psikologis yang muncul kembali, sensitivitas idiosinkatrik analgesic dan proses intraoperasi (mis: ukuran/lokasi insisi,
penggantian saluran, zat-zat anestesi yang digunakan
Evaluasi rasa sakit secara regular, catat karakteristik, lokasi dan intensitas (skala -10)
Catat munculnya rasa cemas/takut dan hubungkan dengan lingkungan dan persiapkan untuk prosedur
Kaji tanda-tanda vital, perhatikan takikardia, hipertensi dan
peningkatan pernafasan, bahkan jika pasien menyangkal adanya rasa sakit
Kaji penyebab ketidaknyamanan yang mungkin selain dari prosedur operasi
Berikan informasi mengenai sifat ketidaknyamanan, sesuai kebutuhan
Lakukan reposisi sesuai petunjuk, misalnya posisi semi fowler, miring
Dorong penggunaan teknik relaksasi misalnya latihan napas dalam, bimbingan imajinasi, visualisasi
Berikan perawatan oral regular
Observasi efek analgesik
Aktivitas Kolaborasi:
Berikan obat sesuai petunjuk
Analgesik IV
S:
Analgesik lokal misalnya blok epidural
A:
P:
Referensi
Nama pasien : No.MR : No. Tempat Tidur :
Hari/ Tanggal
Data Diagnosa
Tujuan/ Kriteria Evaluasi
Intervensi Evaluasi Nama/Paraf
DS:
□ Mendapatkan suplai susu yang tidak adekuat □ Ketidakpuasan
proses menyusui (seperti yang diungkapkan ibu) DO :
□ Ketidak adekuatan suplai susu yang actual terjadi □ Menggeliat dan
menangis pada payudara
□ Rewel dan menangis pada payudara ibu □ Ketidakmampuan
bayi untuk menempel pada payudara ibu dengan tepat
□ Pengosongan masing-masing payudara setiap kali menyusui yang tidak mencukupi □ Kesempatan untuk
menghisap pada patudara yang tidak mencukupi
□ Tidak ada
pengeluaran oksitosin yang dapat diamati. □ Menghisap payudara
tanpa ditopang. □
Ketidak efektifan pemberian asi
Faktor yang berhubungan: □ Reflex menghisap bayi
yang tidak adekuat □ Kelainan pada bayi □ Bayi menerima tambahan
makanan dari payudara buatan.
□ Penghentian proses menyusui
□ Kurang pengetahuan □ Kecemasan atau ambivalen
ibu
□ Kelainan pada payudara □ Pasangan/keluarga tidak
mendukung □ Prematuritas
□ Riwayat pembedahan pada payudara
□ Riwayat kegagalan menyusui
Tujuan:
Ibu dan bayi akan mengalami pemberian ASI efektif.
Dengan Kriteria evaluasi:
Sikap penempelan bayi yang sesuai
Mencengkram dan mengkompresi aerola dengan tepat
Menghisap dan menempatkan lidah bayi
Aktivitas Keperawatan
Kaji kemampuan bayi untuk menghisap/menelan
Tentukan keinginan dan motivasi ibu untuk menyusui
Evaluasi pemahaman ibu tentang isyarat menyusui dari bayi
Pantau keterampilan ibu dalam menempelkan bayi pada putting
Pantau integritas kulit putting
Evaluasi pemahaman tentang penghambatan kelenjar susu dan mastitis
Pantau kemampuan untuk mengurangi kobgesti payudara dengan benar
Instruksikan ibu dlaam teknik menyusui yang meningkatkan keterampilan dalam menyusui bayinya
Instruksikan ibu tetntang pemompaan payudara untuk mempertahan kan suplai asi selama penundaan atau penghentian refleks menghisap bayi.
Aktivitas Kolaborasi:
Anjurkan kepada ibu untuk
mengeluarkan asi secukupnya untuk mengurangi pembengakkan
payudara, memungkinkan payudara menonjol.
Tingkatkan jumlah menyusui sesuai kebutuhan untuk bayi yang menangis atau terbangun.
S:
asupan bayi yang dapat diamati □ Kemerahan yang terus
menerus dalam minggu pertama menyusui □ Menolak untuk
latching on □ Tidak berespon
terhadap
ketidaknyamanan
Pertumbuhan berat badan sesuai usia
Kepuasan bayi setelah menyusui
Ibu akan mempertahankan menyusui efekstif selama diinginkannya
Menggambarkan
peningkatan kepercayaan diri terkait dengan menyusui
Tidak mengalami nyeri tekan pada payudara
Tawarkan makanan atau cairan untuk ibu selama siang dan sore hari sebelum waktu menyusui
A:
P:
Referensi
Nama pasien : No.MR : No. Tempat Tidur :
Hari/ Tanggal
Data Diagnosa
Tujuan/ Kriteria Evaluasi
Intervensi Evaluasi Nama/Paraf
DS: - DO :
□ Perubahan laju metabolism □ Dehidrasi □ Terpajan suhu
lingkungan yang ekstreme
□ Usia yang ekstreme □ Berat badan yang
ekstreme
□ Kesakitan atau trauma yang mempengaruhi suhu tubuh
□ Imaturasi suhu bayi-sistem regulasi □ Ketidakmampuan
untuk berkeringat □ Ketidakaktifan □ Pakaian yang sesuai
dengan suhu lingkungan
□ Berat badan bayi yang rendah
□ Aktifitas berlebihan
Resiko perubahan suhu Tubuh
Tujuan:
Menunjukkan hidarsi. Dengan Kriteria evaluasi:
Hidrasi kulit
Bayi baru lahir : tidak letargi
Membrane mucosa lembab
Mata tidak cekung
Kemampuan berkeringat
Aktivitas Keperawatan
Evaluasi lingkungan rumah tentang factor-faktor yang dapat mengganggu suhu tubuh.
Kaji tanda dan gejala awal hipotermi
Pantau suhu tubuh minimal tiap 2 jam sesuai dengan kebutuhan
Pantau dan laporkan tanda atau gejala hipotermi
Pantau suhu bayi baru lahir sampai stabil
Segera selimuti bayi setelah kelahiran untuk mencegah kehilangan panas
Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
Aktivitas Kolaborasi:
Laporkan kepda dokter jika hidrasi adekuat tidak dapat dipertahankan
Berikan obat anitpiretik sesuai kebutuhan pasien
S:
A: