Lampiran 1
LAPORAN KASUS I
A. Pengkajian
Pada kasus ini penulis melakukan pengkajian pada tanggal 25 juni 2012
1. Identitas pasien
Nama : Ny. M
Umur : 34 tahun
Jenis : Perempuan
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan : STM
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Desa Durian- Patumbak
Tanggal Masuk : 23 Juni 2012
No. Register : 048802
Diagnosa medis : Post Partum Spontan hari ke 3
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian dilakukan pada tanggal 25 Juni 2012 dan didapatkan hasil
pengkajian Ny. M dirawat di RS. G.L Tobing Tanjung Morawa dengan
rujukan bidan karena ketuban pecah dini namun tidah ada kemajuan
dalam persalinan. Saat tiba di rumah sakit his lemah sehingga untuk
membantu persalinan klien diberi sinto drip dan pada hari sabtu pukul
14.35 klien melahirkan secara normal.
b. Riwayat Kesehatan masa lalu
Awal menstruasi umur 12 tahun dengan lama menstruasi 5-7 hari.
95
rajin memeriksakan kehamilannya ke bidan dan mengaku tidak pernah
mengalami masalah saat hamil. Klien juga mengaku tidak pernah
mengalami hipertensi baik saat kehamilan maupun sebelum kehamilan,
klien juga mengaku tidak mengalami DM pada saat kehamilan maupun
sebelum kehamilan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang mengalami masalah
persalinan. Klien juga mengatakan tidak ada keluarganya yang
mengalami panggul sempit,riwayat penyakit DM, hipertensi, dan
Hepatitis B.
d. Pola Fungsional
1) Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Saat kehamilan klien selalu memeriksakan kehamilannya ke bidan.
Klien juga selalu menjaga pola makannya dengan memakan makanan
yang bergizi. Saat kontrol kehamilan klien mengatakan mendapatkan
obat-obatan dari bidan berupa obat penambah darah dan obat penguat
kandungan.
2) Pola Nutrisi dan Metabolik
Saat dilakukan pengkajian klien sudah mulai makan sedikit-sedikit,
dengan makanan biasa.
3) Pola Eliminasi
Saat dilakukan pengkajian klien sudah bisa BAK sendiri ke kamar
mandi dan juga sudah bias BAB.
4) Pola Aktivitas dan Latihan
Pada saat dilakukan pengkajian klien sudah bias berjalan
perlahan-lahan.
5) Pola Istirahat dan Tidur
Klien mengalami sulit tidur karena tidak nyaman dengan suasana di
rumah sakit. Klien mengatakan lebih nyaman berda di rumah.
Sebelum dan setelah persalinan, klien tidak mengalami penurunan
kemampuan sensasi (penglihatan, pendengaran, penghidung,
pengecapan, dan perabaan). Klien tidak menggunakan alat bantu
dengar maupun alat bantu penglihatan seperti kacamata. Saat sebelum
dan setelah persalinan tidak ada masalah dengan kemampuan
mengingat.
7) Pola Hubungan dengan Orang Lain
Pada saat sebelum dan setelah persalinan klien masih dapat bergaul
baik dengan lingkungan sekitar, klien berbicara dengan jelas dan dapat
menempatkan situasi yang ada.
8) Pola Reproduksi dan Seksual
Klien mengerti mengenai fungsi seksual maupun reproduksinya,
karena klien mengatahuinya dari orang tua dan sumber lainnya.
9) Persepsi Diri dan Konsep Diri
Klien berharap bisa cepat pulang. Perasaan klien saat ini adalah
merasa senang dan bahagia karena bertambahnya anggota baru di
dalam keluarga. Status dan posisi klien sebelum dirawat adalah
sebagai seorang istri dan ibu dari 2 orang anak. Klien menerima apa
yang terjadi pada dirinya dan tidak merasa rendah diri dengan
keadaannya sekarang.
10)Pola Mekanisme Koping
Dalam mengambil keputusan di keluarga Ny. N selalu
memusyawarahkan terlebih dahulu kepada suaminya dalam
menetapkan keputusan. Jika menghadapi masalah klien berusaha
memecahkan masalah tersebut dan memusyawarahkan dengan
keluarga.
11)Pola Nilai Kepercayaan/Keyakinan
Menurut pasien sumber kekuatan bagi dirinya adalah Allah SWT.
Tidak ada pertentangan dengan nilai/kebudayaan yang dianut terhadap
pengobatan yang dijalani saat ini.
97 a) Keadaan umum : tampak lemah
b) Kesadaran : compos mentis
c) TTV : TD = 130/80 mmHg Suhu = 370C
Nadi = 80 x/menit Respirasi = 20
x/menit
d) Kepala : Bentuk kepala simetris, tidak ada luka, warna
rambut
hitam, tebal, dan bersih tidak ada ketombe.
e) Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
tidak
terjadi penurunan kemampuan penglihatan.
f) Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada penggunaan
oksigen.
g) Telinga : Bersih, tidak ada serumen, pendengaran jelas.
h) Mulut : Bersih, mukosa bibir kering, tidak sianosis
i) Leher dan tenggorok : Tidak ada nyeri menelan, tidak ada pembesaran
tiroid
j) Dada : Simetris
k) Payudara : Putting sebelah kiri kurang menonjol, areola
menghitam, ASI belum keluar.
l) Paru-paru :
Inspeksi : Simetris, tidak menggunakan alat bantu pernafasan
Palpasi : Normal
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Vesikuler
m) Jantung
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ics 5
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Tidak ada suara gallop
n) Abdomen
Auskultasi : bising usus (+)
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada daerah bawah pusat,
tinggi fundus uteri adalah 28cm
Perkusi : Soepel
o) Ekstremitas atas : Tidak ada edema,tangan kanan terpasang infus RL
20 tetes/menit,tidak ada kemerahan
p) Ekstremitas bawah : Terdapat edema
q) Genitalia : Lochea rubra, warna merah segar
r) Kulit : Bersih,warna kuning langsat, turgor kulit baik
13)Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan Laboratorium tanggal 24 juni 2012 menunjukkan
nilai
Hb : 10,5 gr/dl.
Leukosit : 19.103/mm3
Eritrosit : 4,15.106/mm3
Trombosit : 318.103/mm3
99
B. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS :
Os mengatakan bahwa nyeri dirasakan meningkat saat bergerak seperti ditusuk-tusuk pada daerah perineum • Wajah tampak meringis • Os tampak sulit tidur
karena masih merasakan nyeri
• Terdapat luka episiotomy pada perineum
Post Partum Normal
Vagina dan Perineum
Ruptur dan Jaringan
Terputusnya kontinuitas jaringan (episiotomy)
Nyeri
Nyeri
2. DS :
• Os mengatakan ASI belum keluar
• Os mengatakan tidak
pernah melakukan perawatan payudara selama hamil
DO :
• ASI belum keluar.
• Payudara terasa keras saat dipalpasi
Potpartum normal
Perubahan fisiologis
Laktasi
Struktur dan karakter payudara ibu
Hormone estrogen
Hormone prolaktin meningkat
Pembentukan ASI
Perawatan Payudara tidak adekuat
Penyempitan pada ductus intiverus
ASI tidak keluar
Menyusui tidak efektif 3. DS:
Os mengatakan sulit bergerak karena nyeri. Os masih belajar untuk bergerak dan masih lemas. DO :
• TD : 130/90, HR : 82x/menit, RR : 22x/menit, T : 37oC
• Keterbatasan rentang gerak.
• Melambatnya gerakan • Skala nyeri : skala 6 • HB : 10,5 gr/dl.
Post Partum Normal
Vagina dan Perineum
Ruptur dan Jaringan
Terputusnya kontinuitas jaringan (episiotomy)
Nyeri
Hambatan mobilitas fisik
Hambatan mobilitas fisik
4. DO : • Jumlah darah yang keluar
pasca partum >500cc • Ketuban pecah dini saat
persalinan.
DS : Klien mengeluh lemah dan letih.
Post Partum Normal
Vagina dan Perineum
Ruptur dan Jaringan
Terputusnya kontinuitas jaringan (episiotomy)
Resiko tinggi infeksi
Resiko tinggi infeksi
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya luka
episiotomy ditandai dengan os mengatakan bahwa nyeri dirasakan
meningkat saat bergerak seperti ditusuk-tusuk pada daerah perineum, TD :
130/90, HR : 82x/menit, RR : 22x/menit, T : 37oC skala nyeri : skala 6, wajah tampak meringis, os tampak sulit tidur karena masih merasakan
nyeri, terdapat luka jahitan pada perineum
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri luka episiotpmy
101
nyeri, os masih belajar untuk bergerak, masih merasa lemas, adanya
keterbatasan rentang gerak, melambatnya gerakan, skala nyeri : skala 6,
TD : 130/90, HR : 82x/menit, RR : 22x/menit, T : 37oC
3. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan perawatan
payudara ditandai dengan os mengatakan ASI belum keluar, os
mengatakan tidak pernah melakukan perawatan payudara selama hamil,
ASI belum keluar dan payudara terasa keras saat dipalpasi.
4. Resiko tinggi : infeksi berhubungan dengan adanya luka episiotomy pada
perineum ditandai dengan klien mengatakan lemah dan letih, TD : 130/90,
HR : 82x/menit, RR : 22x/menit, T : 37oC, CRT < 2 detik, Leukosit : 19.103/mm3, jumlah darah yang keluar pasca partum >500cc dan ketuban pecah dini saat persalinan.
D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan/ Kriteria Hasil
Intervensi Keperawatan Rasional
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya luka episiotomy ditandai dengan os mengatakan bahwa nyeri dirasakan meningkat saat bergerak seperti ditusuk-tusuk pada daerah perineum, TD : 130/90, HR :
82x/menit,
Hasil yang
diharapkan : dapat mengontrol rasa nyerinya.
Kriteria hasil : Mampu
mengidentifikasika n cara mengurangi nyeri,
mengungkapkan keinginan untuk mengontrol nyerinya, dan mampu untuk tidur/istirahat dengan tepat.
• Kaji nyeri,
perhatikan lokasi, intensitas, dan lamanya.
• Ajarkan dan catat tipe nyeri serta tindakan untuk mengatasi nyeri. • Ajarkan teknik
relaksasi.
• Pertahankan tirah baring bila diindikasikan. • Anjurkan
menggunakan kompres hangat. • Berikan obat sesuai
indikasi.
• Masukan kateter dan dekatkan untuk kelancaran drainase.
• Memberikan informasi untuk membantu memudahkan tindakan keperawatan.
• Meningkatkan persepsi klien terhadap nyeri yang di dalamnya.
• Meningkatkan kenyamanan klien. • Tirah baring
diperlukan pada awal selama fase reteksi akut.
• Membantu mengurangi nyeri dan
RR :
22x/menit, T : 37oC skala nyeri : skala 6, wajah tampak meringis, os tampak sulit tidur karena masih merasakan nyeri,
terdapat luka jahitan pada perineum
kemih menurunkan tegangan
2. Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan nyeri luka
episiotpmy ditandai
dengan os mengatakan belum berani banyak bergerak karena nyeri, os masih belajar untuk bergerak,
Hasil yang diharapkan : mempertahankan posisi fungsi dibuktikan tidak adanya
kontraktur, meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit / kompensasi, dan mendemonstrasik an teknik/perilaku yang
memungkinkan melakukan kembali aktivitas.
• Kaji fungsi motorik dengan
menginstruksikan pasien untuk
melakukan gerakan. • Catat tipe anestesi
yang diberikan pada saat intra partus pada waktu klien sadar. • Berikan suatu alat agar pasien mampu untuk meminta pertolongan, seperti bel atau lampu pemanggil. • Bantu / lakukan
latihan ROM pada semua ekstremitas dan sendi, pakailah gerakan perlahan dan lembut.
• Anjurkan klien istirahat.
• Tingkatkan aktifitas secara bertahap.
• Mengevaluasi keadaan khusus. Pada beberapa lokasi trauma
mempengaruhi tipe dan pemilihan intervensi • Pengaruh anestesi dapat
mempengaruhi aktifitas klien
• Membuat pasien memiliki rasa aman, dapat mengatur diri dan mengurangi ketakutan karena ditinggal sendiri.
• Meningkatkan sirkulasi, meningkatkan
mobilisasi sendi dan mencegah kontraktur dan atrofi otot.
• Mencegah kelelahan • Aktifitas sedikit demi
sedikit dapat dilakukan oleh klien sesuai yang diinginkan,
103 RR :
22x/menit, T : 37oC
3. Menyusui tidak efektif berhubungan tidak pernah melakukan perawatan payudara selama hamil, ASI belum keluar dan payudara terasa keras saat
dipalpasi.
Hasil yang diharapkan : dapat
mengidentifikasi aktivitas yang menentukan atau meningkatkan menyusui yang berhasil.
• Kaji isapan bayi, jika ada lecet pada
putting.
• Berikan penkes breast care dan anjurkan klien breast care dan menyusui yang efektif. • Anjurkan klien
memberikan asi esklusif.
• Berikan informasi untuk rawat gabung. • Anjurkan bagaimana
cara memeras, menyimpan, dan mengirim atau memberikan ASI dengan aman.
• Menentukan kermampuan untuk memberikan perawatan yang tepat.
• Mendapatkan
pengetahuan bagaimana cara breast care
sehingga dapat mempelancar laktasi. • ASI dapat memenuhu
kebutuhan nutrisi bagi bayi sehingga
pertumbuhan optimal. • Menjaga meminimalkan
tidak efektifnya laktasi. • menjaga agar ASI tetap
bisa digunakan dan tetap higienis bagi bayi.
4. Resiko tinggi : infeksi berhubungan dengan
adanya luka episiotomy pada perineum ditandai dengan klien mengatakan Hasil yang diharapkan : tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, kalor, dolor, tumor dan fungsio laesa), tanda-tanda vital normal terutama suhu (36-370C), dan pencapaian tepat waktu dalam pemulihan luka tanpa komplikasi.
• Monitor tanda-tanda vital.
• Kaji luka pada abdomen dan balutan.
• Menjaga kebersihan sekitar luka dan lingkungan klien, rawat luka dengan teknik aseptik. • Dapatkan kultur
darah, vagina, dan plasenta sesuai indikasi.
• Suhu yang meningkat, dapat menunjukkan terjadinya infeksi (color).
• Mengidentifikasi apakah ada tanda-tanda infeksi adanya pus. • Mencegah kontaminasi
silang/penyebaran organisme infeksius
• Mengidentifikasi organisme yang
22x/menit, T : 37oC, CRT < 2 detik, Leukosit : 19.103/mm3, jumlah darah yang keluar pasca partum >500cc dan
laboratorium pasien.
• Berikan antibiotik pada praoperasi.
• Risiko infeksi pasca melahirkan dan penyembuhan buruk meningkat bila kadar hemoglobin rendah dan kehilangan darah berlebihan.
• Mencegah terjadinya proses infeksi.
E. Implementasi Keperawatan dan Catatan Perkembangan Pasien
Tanggal Diagnosa
Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan
25 Juni 2012
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya luka episiotomy ditandai dengan os mengatakan bahwa nyeri dirasakan meningkat saat bergerak seperti ditusuk-tusuk pada daerah perineum, TD : tampak meringis, os tampak sulit tidur karena masih merasakan nyeri, terdapat luka jahitan pada perineum
• Mengkaji nyeri, lokasi, intensitas, dan lamanya. • Mengajarkan dan catat tipe
nyeri serta tindakan untuk mengatasi nyeri.
• Mengajarkan teknik relaksasi : tarik nafas dan pengalihan perhatian. • Mempertahankan tirah
baring.
• Kolaborasi pemberian analgetik : asam mefenamat tab 3x1.
S :
Os masih merasakan nyeri pada daerah abdomen
O:
Skala nyeri : skala 6 Wajah masih tampak meringis
A :
Masalah belum teratasi
105 Hambatan
mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri luka episiotpmy
ditandai dengan os mengatakan
belum berani banyak bergerak karena nyeri, os masih belajar untuk bergerak, masih merasa lemas, adanya keterbatasan
rentang gerak, melambatnya
gerakan, skala nyeri : skala 6, TD : 130/90, HR : 82x/menit, RR : 22x/menit, T : 37oC
• Mengkaji fungsi motorik dengan menginstruksikan pasien untuk melakukan gerakan.
• Membantu pasien melakukan pergerakan ringan pada ekstremitas dan sendi, dan memakai gerakan perlahan dan lembut.
• Menganjurkan klien istirahat.
• Meningkatkan aktifitas secara bertahap.
S:
Os mengatakan belum berani banyak bergerak karena nyeri. Tetapi os sudah dapat turun dari tempat tidur.
O :
Keterbatasan rentang gerak.
Melambatnya gerakan Skala nyeri : skala 6 TD : 130/90 mmHg A :
Masalah belum teratasi P:
Lanjutkan intervensi
Menyusui tidak efektif
berhubungan dengan
ketidakadekuatan perawatan
payudara ditandai dengan os
mengatakan ASI belum keluar, os mengatakan tidak pernah melakukan perawatan
payudara selama hamil, ASI belum keluar dan
payudara terasa keras saat dipalpasi.
• Menkaji isapan bayi, jika ada lecet pada putting.
• Memberikan penkes breast care dan anjurkan klien breast care dan menyusui yang efektif.
• Memberikan informasi untuk rawat gabung.
• Menganjurkan bagaimana cara memeras, menyimpan, dan mengirim atau memberikan ASI dengan aman.
S :
Os mengatakan ASI belum keluar dan akan mencoba tentang penkes yang telah diberikan yaitu perawatan payudara.
O :
ASI belum keluar. A:
Masalah belum teratasi P:
Lanjutkan intervensi
Resiko tinggi : infeksi
berhubungan
• Memonitor tanda-tanda vital. • Mengkaji luka pada
perineum.
S :
dengan adanya luka episiotomy pada perineum ditandai dengan klien mengatakan lemah dan letih, TD : 130/90, HR :
jumlah darah yang keluar pasca partum >500cc dan ketuban pecah
dini saat persalinan.
• Menjaga kebersihan sekitar luka dan lingkungan klien, Mencatat nilai laboratorium pasien.
• Memberikan antibiotik inj. Cefotaxim 1 amp/8 jm, metronidazole 1 flash/8jam dan amoxicillin tab 3x1.
perineum
O :
Adanya luka bekas episiotomy
Tidak adanya
kemerahan, tidak ada edem, tidak ada kebiruan
Masalah teratasi, tidak terjadi infeksi pada pasien
P:
Lanjutkan intervensi
26 Juni 2012
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya luka episiotomy ditandai dengan os mengatakan bahwa nyeri dirasakan meningkat saat bergerak seperti ditusuk-tusuk pada daerah perineum, TD : tampak meringis, os tampak sulit tidur karena masih merasakan nyeri, terdapat luka jahitan pada
• Mengkaji nyeri, lokasi, intensitas, dan lamanya. • Mengajarkan dan catat tipe
nyeri serta tindakan untuk mengatasi nyeri.
• Menganjurkan tetap
melakukan teknik relaksasi : tarik nafas dan pengalihan perhatian.
• Mempertahankan tirah baring.
• Kolaborasi pemberian analgetik : asam mefenamat tab 3x1.
S :
Os mengatakan nyeri pada daerah abdomen berkurang
O:
Skala nyeri : skala 4 Wajah masih tampak meringis
A :
Masalah belum teratasi
107 perineum
Hambatan
mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri luka episiotpmy
ditandai dengan os mengatakan
belum berani banyak bergerak karena nyeri, os masih belajar untuk bergerak, masih merasa lemas, adanya keterbatasan
rentang gerak, melambatnya
gerakan, skala nyeri : skala 6, TD : 130/90, HR : 82x/menit, RR : 22x/menit, T : 37oC
• Mengkaji fungsi motorik dengan menginstruksikan pasien untuk melakukan gerakan.
• Membantu pasien melakukan pergerakan ringan pada ekstremitas dan sendi, dan memakai gerakan perlahan dan lembut.
• Menganjurkan klien istirahat.
• Meningkatkan aktifitas secara bertahap.
S:
Os mengatakan sudah dapat turun dan berjalan dari tempat tidur.
O :
Skala nyeri : skala 4 TD : 125/80 mmHg
A :
Masalah teratasi
P:
Intervensi di hentikan
Menyusui tidak efektif
berhubungan dengan
ketidakadekuatan perawatan
payudara ditandai dengan os
mengatakan ASI belum keluar, os mengatakan tidak pernah melakukan perawatan
payudara selama hamil, ASI belum keluar dan
payudara terasa keras saat dipalpasi.
• Menkaji isapan bayi, jika ada lecet pada putting.
• Memberikan penkes tentang ASI eksklusif dan nutrisi pada ibu post partum.
• Menganjurkan klien
memberikan asi esklusif
• Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi nutrisinya • Memberikan informasi untuk
rawat gabung.
S :
Os mengatakan ASI sudah mulai keluar namun sedikit dan akan tetap melakukan
perawatan payudara. Os juga mengatakan
mengerti tentang penkes ASI ekslusif dan nutrisi pada ibu post partum
O :
ASI sudah keluar namun sedikit.
A:
Masalah belum teratasi
P:
infeksi berhubungan
dengan adanya luka episiotomy pada perineum ditandai dengan klien mengatakan lemah dan letih, TD : 130/90, HR :
jumlah darah yang keluar pasca partum >500cc dan ketuban pecah
dini saat persalinan.
• Mengkaji luka pada perineum dan balutan. • Menjaga kebersihan sekitar
luka dan lingkungan klien, rawat luka dengan teknik aseptik.
• Mencatat nilai laboratorium pasien.
• Memberikan antibiotik inj. Cefotaxim 1 amp/12 jm dan amoxicillin 3x1 tab.
Klien mengatakan adanya luka pada perineum
O :
Adanya luka pada perineum
Tidak adanya
kemerahan, tidak ada edem, tidak ada kebiruan
Balutan bersih
TTV (S = 36,80C, HR = 80 x/menit)
A:
Masalah teratasi, tidak terjadi infeksi pada pasien
P:
109
LAPORAN KASUS II
A. Pengkajian
Pada bab ini penulis melakukan pengkajian pada tanggal 25 juni 2012
1. Identitas pasien
Nama : Ny. F
Umur : 20 tahun
Jenis : Perempuan
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Gg. Sumber Lr. Setia
Tanggal Masuk : 18 Juni 2012
No. Register : 061513
Diagnosa medis : Post persalinan spontan hari pertama
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian dilakukan pada tanggal 20 Juni 2012 dan didapatkan hasil
pengkajian Ny. F dirawat di RS. G.L Tobing Tanjung Morawa karena
merasa keluar lender bercampur darah dan Ny. F merasa mulas di
perut.. Saat tiba di rumah sakit his kuat, perineum menmaximal dan
janin belum masuk PAP. Pada hari rabu 20 juni 2012 klien melahirkan
bayi laki-laki seberat 2450 gram, panjang 48cm dengan usia kehamilan
36-38 minggu.
b. Riwayat Kesehatan masa lalu
Awal menstruasi umur 11 tahun dengan lama menstruasi 5-7 hari.
Setiap bulan rutin menstruasi sesuai jadwal. Selama kehamilan klien
pernah mengalami masalah saat hamil. Klien juga mengaku tidak
pernah mengalami hipertensi baik saat kehamilan maupun sebelum
kehamilan, klien juga mengaku tidak mengalami DM pada saat
kehamilan maupun sebelum kehamilan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang mengalami masalah
persalinan. Klien juga mengatakan tidak ada keluarganya yang
mengalami panggul sempit,riwayat penyakit DM, hipertensi, dan
Hepatitis B.
d. Pola Fungsional
1)Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Saat kehamilan klien selalu memeriksakan kehamilannya ke rumah
sakit. Klien juga selalu menjaga pola makannya dengan memakan
makanan yang bergizi. Saat kontrol kehamilan klien mengatakan
mendapatkan obat-obatan berupa vitamin dari dokter.
2)Pola Nutrisi dan Metabolik
Saat dilakukan pengkajian klien sudah mulai makan sedikit-sedikit,
dengan makanan biasa.
3)Pola Eliminasi
Saat dilakukan pengkajian klien belum bisa BAK sendiri ke kamar
mandi.
4)Pola Aktivitas dan Latihan
Pada saat dilakukan pengkajian klien masih terlihat lemah dan
lelah.
5)Pola Istirahat dan Tidur
Klien merasa tidak nyaman dengan suasana di rumah sakit. Namun
karena lelah setelah melahirkan klien tetap tidur walau tidak
nyenyak.
6)Pola Persepsi Sensori dan Kognitif
Sebelum dan setelah persalinan, klien tidak mengalami penurunan
111
pengecapan, dan perabaan). Klien tidak menggunakan alat bantu
dengar maupun alat bantu penglihatan seperti kacamata. Saat
sebelum dan setelah persalinan tidak ada masalah dengan
kemampuan mengingat.
7)Pola Hubungan dengan Orang Lain
Pada saat sebelum dan setelah persalinan klien masih dapat bergaul
baik dengan lingkungan sekitar, klien berbicara dengan jelas dan
dapat menempatkan situasi yang ada.
8)Pola Reproduksi dan Seksual
Klien mengerti mengenai fungsi seksual maupun reproduksinya,
karena klien mengatahuinya dari orang tua dan sumber lainnya.
9)Persepsi Diri dan Konsep Diri
Klien berharap bisa cepat pulang. Perasaan klien saat ini adalah
merasa senang dan bahagia karena merupakan pelangalaman
pertama menjadi ibu karena Ny. F baru melahirkan putra pertama.
Status dan posisi klien sebelum dirawat adalah sebagai seorang
istri. Klien menerima apa yang terjadi pada dirinya dan tidak
merasa rendah diri dengan keadaannya sekarang.
10) Pola Mekanisme Koping
Dalam mengambil keputusan di keluarga Ny. F selalu
memusyawarahkan terlebih dahulu kepada suaminya dalam
menetapkan keputusan. Jika menghadapi masalah klien berusaha
memecahkan masalah tersebut dan memusyawarahkan dengan
keluarga.
11) Pola Nilai Kepercayaan/Keyakinan
Menurut pasien sumber kekuatan bagi dirinya adalah Allah SWT.
Tidak ada pertentangan dengan nilai/kebudayaan yang dianut
terhadap pengobatan yang dijalani saat ini.
12)Pengkajian Fisik Ibu
a) Keadaan umum : tampak lemah
c) TTV : TD = 100/70 mmHg Suhu = 370C
Nadi = 82 x/menit Respirasi = 22
x/menit
d) Kepala : Bentuk kepala simetris, tidak ada luka, warna
rambut hitam, tebal, dan bersih tidak ada ketombe.
e) Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
tidak terjadi penurunan kemampuan penglihatan.
f) Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada penggunaan
oksigen.
g) Telinga : Bersih, tidak ada serumen, pendengaran jelas.
h) Mulut : Bersih, mukosa bibir kering, tidak sianosis
i) Leher dan tenggorok : Tidak ada nyeri menelan, tidak ada pembesaran
tiroid
j) Dada : Simetris
k) Payudara : Putting sebelah kanan dan kiri kurang menonjol,
areola
menghitam, ASI belum keluar.
l) Paru-paru :
Inspeksi : Simetris, tidak menggunakan alat bantu pernafasan
Palpasi : Normal
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Vesikuler
m) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ics 5
Perkusi : Pekak
113 n) Abdomen
Auskultasi : bising usus (+)
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada daerah bawah pusat.
Perkusi : Soepel
o) Ekstremitas atas : Tidak ada edema,tangan kanan terpasang infus RL
20
tetes/menit,tidak ada kemerahan
p) Ekstremitas bawah : Terdapat edema
q) Genitalia : Lochea rubra, warna merah segar, terpasang
kateter
r) Kulit : Bersih,warna kuning langsat, turgor kulit baik
13)Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan penunjang dilakukan kepeda Ny. F
B. Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1. DS :
Os mengatakan bahwa nyeri dirasakan meningkat saat bergerak seperti ditusuk-tusuk pada daerah perineum • Wajah tampak meringis • Os tampak sulit tidur
karena masih merasakan nyeri
• Terdapat luka episiotomy pada perineum
Post Partum Normal
Vagina dan Perineum
Ruptur dan Jaringan
Terputusnya kontinuitas jaringan (episiotomy)
Nyeri
Nyeri
2. DS :
• Os mengatakan ASI belum keluar
Potpartum normal
Perubahan fisiologis
• Os mengatakan tidak pernah melakukan perawatan payudara selama hamil
DO :
• ASI belum keluar.
• Payudara terasa keras saat dipalpasi
Laktasi
Struktur dan karakter payudara ibu
Hormone estrogen
Hormone prolaktin meningkat
Pembentukan ASI
Perawatan Payudara tidak adekuat
Penyempitan pada ductus intiverus
ASI tidak keluar
Menyusui tidak efektif 3. DS:
Os mengatakan sulit bergerak karena nyeri. Os belum bisa bergerak dan masih lemas. DO :
• TD : 100/70, HR : 82x/menit, RR : 22x/menit, T : 37oC
• Keterbatasan rentang gerak.
• Melambatnya gerakan • Skala nyeri : skala 6
Post Partum Normal
Vagina dan Perineum
Ruptur dan Jaringan
Terputusnya kontinuitas jaringan (episiotomy)
Nyeri
Hambatan mobilitas fisik
115
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya luka
episiotomy ditandai dengan os mengatakan bahwa nyeri dirasakan
meningkat saat bergerak seperti ditusuk-tusuk pada daerah perineum, TD :
100/70, HR : 82x/menit, RR : 22x/menit, T : 37oC skala nyeri : skala 6, wajah tampak meringis, os tampak sulit tidur karena masih merasakan
nyeri, terdapat luka jahitan pada perineum
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri luka episiotpmy
ditandai dengan os mengatakan belum berani banyak bergerak karena
nyeri, os masih belajar untuk bergerak, masih merasa lemas, adanya
keterbatasan rentang gerak, melambatnya gerakan, skala nyeri : skala 6,
TD : 100/70, HR : 82x/menit, RR : 22x/menit, T : 37oC
3. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan perawatan
payudara ditandai dengan os mengatakan ASI belum keluar, os
mengatakan tidak pernah melakukan perawatan payudara selama hamil,
ASI belum keluar dan payudara terasa keras saat dipalpasi.
D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan/ Kriteria Hasil
Intervensi Keperawatan Rasional
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya luka episiotomy ditandai dengan os mengatakan bahwa nyeri dirasakan meningkat saat bergerak seperti
ditusuk-Hasil yang
diharapkan : dapat mengontrol rasa nyerinya.
Kriteria hasil : Mampu
mengidentifikasika n cara mengurangi nyeri,
mengungkapkan keinginan untuk mengontrol nyerinya, dan mampu untuk tidur/istirahat
• Kaji nyeri,
perhatikan lokasi, intensitas, dan lamanya.
• Ajarkan dan catat tipe nyeri serta tindakan untuk mengatasi nyeri. • Ajarkan teknik
relaksasi.
• Pertahankan tirah baring bila diindikasikan. • Anjurkan
• Memberikan informasi untuk membantu memudahkan tindakan keperawatan.
• Meningkatkan persepsi klien terhadap nyeri yang di dalamnya.
• Meningkatkan kenyamanan klien. • Tirah baring
tusuk pada
22x/menit, T : 37oC skala nyeri : skala 6, wajah tampak meringis, os tampak sulit tidur karena masih merasakan nyeri,
terdapat luka jahitan pada perineum
dengan tepat. menggunakan kompres hangat. • Berikan obat sesuai
indikasi.
• Masukan kateter dan dekatkan untuk kelancaran drainase.
• Membantu mengurangi nyeri dan
meningkatkan kenyamanan klien. • Mengurangi nyeri. • Pengaliran kandung
kemih menurunkan tegangan
2. Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan nyeri luka
episiotpmy ditandai
dengan os mengatakan belum berani banyak bergerak karena nyeri, os masih belajar untuk bergerak,
Hasil yang diharapkan : mempertahankan posisi fungsi dibuktikan tidak adanya
kontraktur, meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit / kompensasi, dan mendemonstrasik an teknik/perilaku yang
memungkinkan melakukan kembali aktivitas.
• Kaji fungsi motorik dengan
menginstruksikan pasien untuk
melakukan gerakan. • Catat tipe anestesi
yang diberikan pada saat intra partus pada waktu klien sadar. • Berikan suatu alat agar pasien mampu untuk meminta pertolongan, seperti bel atau lampu pemanggil. • Bantu / lakukan
latihan ROM pada semua ekstremitas dan sendi, pakailah gerakan perlahan dan lembut.
• Anjurkan klien istirahat.
• Tingkatkan aktifitas
• Mengevaluasi keadaan khusus. Pada beberapa lokasi trauma
mempengaruhi tipe dan pemilihan intervensi • Pengaruh anestesi dapat
mempengaruhi aktifitas klien
• Membuat pasien memiliki rasa aman, dapat mengatur diri dan mengurangi ketakutan karena ditinggal sendiri.
• Meningkatkan sirkulasi, meningkatkan
mobilisasi sendi dan mencegah kontraktur dan atrofi otot.
117 22x/menit, T
: 37oC
secara bertahap. sedikit dapat dilakukan oleh klien sesuai yang diinginkan,
memberikan rasa tenang dan aman pada klien emosional.
3. Menyusui tidak efektif berhubungan tidak pernah melakukan perawatan payudara selama hamil, ASI belum keluar dan payudara terasa keras saat
dipalpasi.
Hasil yang diharapkan : dapat
mengidentifikasi aktivitas yang menentukan atau meningkatkan menyusui yang berhasil.
• Kaji isapan bayi, jika ada lecet pada
putting.
• Berikan penkes breast care dan anjurkan klien breast care dan menyusui yang efektif. • Anjurkan klien
memberikan asi esklusif.
• Berikan informasi untuk rawat gabung. • Anjurkan bagaimana
cara memeras, menyimpan, dan mengirim atau memberikan ASI dengan aman.
• Menentukan kermampuan untuk memberikan perawatan yang tepat.
• Mendapatkan
pengetahuan bagaimana cara breast care
sehingga dapat mempelancar laktasi. • ASI dapat memenuhu
kebutuhan nutrisi bagi bayi sehingga
pertumbuhan optimal. • Menjaga meminimalkan
tidak efektifnya laktasi. • menjaga agar ASI tetap
bisa digunakan dan tetap higienis bagi bayi.
E. Implementasi Keperawatan dan Catatan Perkembangan Pasien
Tanggal Diagnosa
Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan
20 Juni 2012
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan
• Mengkaji nyeri, lokasi, intensitas, dan lamanya. • Mengajarkan dan catat tipe
S :
dengan adanya luka episiotomy ditandai dengan os mengatakan bahwa nyeri dirasakan meningkat saat bergerak seperti ditusuk-tusuk pada daerah perineum, TD : tampak meringis, os tampak sulit tidur karena masih merasakan nyeri, terdapat luka jahitan pada perineum
nyeri serta tindakan untuk mengatasi nyeri.
• Mengajarkan teknik relaksasi : tarik nafas dan pengalihan perhatian. • Mempertahankan tirah
baring.
• Kolaborasi pemberian analgetik : asam mefenamat tab 3x1.
abdomen
O:
Skala nyeri : skala 6 Wajah masih tampak meringis
A :
Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi dan anjurkan tetap melakukan teknik relaksasi
Hambatan
mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri luka episiotpmy
ditandai dengan os mengatakan
belum berani banyak bergerak karena nyeri, os masih belajar untuk bergerak, masih merasa lemas, adanya keterbatasan
rentang gerak, melambatnya
gerakan, skala nyeri : skala 6, TD : 100/70, HR : 82x/menit, RR : 22x/menit, T :
• Mengkaji fungsi motorik dengan menginstruksikan pasien untuk melakukan gerakan.
• Membantu pasien melakukan pergerakan ringan pada ekstremitas dan sendi, dan memakai gerakan perlahan dan lembut.
• Menganjurkan klien istirahat.
• Meningkatkan aktifitas secara bertahap.
S:
Os mengatakan belum berani banyak bergerak karena nyeri. Tetapi os sudah dapat turun dari tempat tidur.
O :
Keterbatasan rentang gerak.
Melambatnya gerakan Skala nyeri : skala 6 TD : 100/70 mmHg A :
Masalah belum teratasi P:
119 37oC
Menyusui tidak efektif
berhubungan dengan
ketidakadekuatan perawatan
payudara ditandai dengan os
mengatakan ASI belum keluar, os mengatakan tidak pernah melakukan perawatan
payudara selama hamil, ASI belum keluar dan
payudara terasa keras saat dipalpasi.
• Mengkaji isapan bayi, jika ada lecet pada putting.
• Memberikan penkes breast care dan anjurkan klien breast care dan menyusui yang efektif.
• Memberikan informasi untuk rawat gabung.
• Menganjurkan bagaimana cara memeras, menyimpan, dan mengirim atau memberikan ASI dengan aman.
S :
Os mengatakan ASI belum keluar dan akan mencoba tentang penkes yang telah diberikan yaitu perawatan payudara.
O :
ASI belum keluar. A:
Masalah belum teratasi P:
Lanjutkan intervensi
21 Juni 2012
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya luka episiotomy ditandai dengan os mengatakan bahwa nyeri dirasakan meningkat saat bergerak seperti ditusuk-tusuk pada daerah perineum, TD : tampak meringis, os tampak sulit tidur karena masih merasakan nyeri, terdapat luka jahitan pada
• Mengkaji nyeri, lokasi, intensitas, dan lamanya. • Mengajarkan dan catat tipe
nyeri serta tindakan untuk mengatasi nyeri.
• Menganjurkan tetap
melakukan teknik relaksasi : tarik nafas dan pengalihan perhatian.
• Mempertahankan tirah baring.
• Kolaborasi pemberian analgetik : asam mefenamat tab 3x1.
S :
Os mengatakan nyeri pada daerah abdomen berkurang
O:
Skala nyeri : skala 4 Wajah masih tampak meringis
A :
Masalah belum teratasi
perineum Hambatan
mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri luka episiotpmy
ditandai dengan os mengatakan
belum berani banyak bergerak karena nyeri, os masih belajar untuk bergerak, masih merasa lemas, adanya keterbatasan
rentang gerak, melambatnya
gerakan, skala nyeri : skala 4, TD : 125/80, HR : 82x/menit, RR : 22x/menit, T : 37oC
• Mengkaji fungsi motorik dengan menginstruksikan pasien untuk melakukan gerakan.
• Membantu pasien melakukan pergerakan ringan pada ekstremitas dan sendi, dan memakai gerakan perlahan dan lembut.
• Menganjurkan klien istirahat.
• Meningkatkan aktifitas secara bertahap.
S:
Os mengatakan sudah dapat turun dan berjalan dari tempat tidur.
O :
Skala nyeri : skala 4 TD : 125/80 mmHg
A :
Masalah teratasi
P:
Intervensi di hentikan
Menyusui tidak efektif
berhubungan dengan
ketidakadekuatan perawatan
payudara ditandai dengan os
mengatakan ASI belum keluar, os mengatakan tidak pernah melakukan perawatan
payudara selama hamil, ASI belum keluar dan
payudara terasa keras saat dipalpasi.
• Menkaji isapan bayi, jika ada lecet pada putting.
• Memberikan penkes tentang ASI eksklusif dan nutrisi pada ibu post partum.
• Menganjurkan klien
memberikan asi esklusif
• Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi nutrisinya • Memberikan informasi untuk
rawat gabung.
S :
Os mengatakan ASI sudah mulai keluar namun sedikit dan akan tetap melakukan
perawatan payudara. Os juga mengatakan
mengerti tentang penkes ASI ekslusif dan nutrisi pada ibu post partum
O :
ASI sudah keluar namun sedikit.
A:
Masalah belum teratasi
P:
121
Lampiran 2
PLANNING OF ACTION (POA) KEPERAWATAN MATERNITAS DI RUMAH SAKIT DR. G.L. TOBING
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI FAKULTAS KEPERAWATAN USU MEDAN
NO. KEGIATAN Juni Juli
11 12 13 14 15 18 19 20 21 22 25 26 27 28 29 2 3 4 5 6 1. Orientasi PBLK Keperawatan Maternitas
a. Pengarahan tentang Kep.Maternitas di RS. G. L Tobing b. Orientasi di RS G.L. Tobing
2. Penyusunan instrumen pengkajian (Manajemen Pelayanan) 3. Pengkajian dan analisa situasi (Manajemen Pelayanan) 4. Konsul judul PBLK (individu)
5. Pengkajian pasien individu 6. Konsul BAB I
7. Penentuan rumusan masalah (Manajemen Pelayanan) 8. Intervensi rumusan masalah (Manajemen Pelayanan) 9. Sosialisasi intervensi rumusan masalah
10. Konsul BAB II
11. Penentuan diagnosa dan intervensi keperawatan (individu) 12. Konsul BAB III (pengkajian, diagnosa, intervensi) 13. Implementasi
14. Evaluasi
15. Penyusunan pengumpulan laporan
Diketahui oleh,
Mahasiswa Dosen Pembimbing Ka. Bidang Keperawatan
Lampiran 3
PRE PLANING PENDIDIKAN KESEHATAN
TENTANG ASI EKSLUSIF PADA PASIEN KELOLAAN Ny. M
di RUANG ANYELIR RS. G.L. TOBING
A. Latar Belakang
ASI Eksklusif adalah perilaku dimana hanya memberikan Air Susu
Ibu (ASI) saja kepada bayi dari sejak lahir sampai berumur enam bulan pertama
tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, air kelapa muda, jeruk, madu,
air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya,
bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim.
Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu
setidaknya selama 6 bulan, dan setelah 6 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan
makanan padat. Sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun
atau bahkan lebih dari 2 tahun.
Para ahli menemukan bahwa mamfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi
hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. peningkatan ini
sesuai dengan pemberian ASI ekslusif serta lamanya pemberian ASI
bersama-sama dengan makanan padat setelah bayi berumur 6 bulan. (peningkatan
mamfaat menyusui/ASI seiring dengan lamanya pemberian ASI.Red.)
berdasarkan hal-hal diatas, WHO-UNICEF membuat deklarasi yang dikenal
dengan Deklarasi innocenti (innocenti Declaration). deklarasi yang dilahirkan di
Innocenti Italia tahun 1990 ini bertujuan untuk melindungi, mempromosikan
dan memberi dukunan pada pemberian ASI.
123
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
A. Pokok bahasan : Asi Ekslusif
B. Sub Pokok Bahasan : 1. Pengertian asi ekslusif
2. Pentingnya asi ekslusif
3. Keuntungan untuk ibu
4. Persiapan pemberian asi dengan botol
C. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan pada ibu post partum diharapkan
ibu dapat mengetahui tenatang pentingnya asi ekslusif.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit, pengunjung poli
ibu hamil diharapkan mampu :
1. Menjelaskan pengertian asi ekslusif
2. Menyebutkan pentingnya asi ekslusif
3. Menyebutkan keuntungan untuk ibu.
4. Menjelaskan bagaimana cara persiapan pemberian asi dengan
botol
D. Sasaran
Ibu post partum di Ruang Anyelir RS G.L. Tobing
E. Waktu
Hari/Tanggal : Senin / 25 Juni 2012
Waktu Penyuluhan : 30 menit
F. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
G. Media Penyuluhan
1. Leaflet
H. Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan
NO KEGIATAN PENGAJAR PESERTA MEDIA WAKTU
1 Pendahuluan - Memberi salam - Memperkenalkan
diri
- Menjelaskan tujuan, manfaat dan cakupan materi
- Menjawab salam.
- Mendengarkan dan
memperhatikan - Mendengarkan
3 menit
2 Penyajian/ Kegiatan Inti
- Menjelaskan pengertian asi ekslusif
- Menyebutkan pentingnya asi ekslusif
- Menyebutkan keuntungan untuk ibu. - Menjelaskan
bagaimana cara persiapan
pemberian asi dengan botol -
- Mendengarkan dan
memperhatikan
- Memperhatikan dan menyimak.
- Mendengarkan dan
memperhatikan .
- Memperhatikan dan menyimak.
- Bertanya
125 3 Penutup - Mengevaluasi
pengetahuan ibu .
- Menyimpulkan materi yang telah disampaikan.
- Memberi salam.
- Menjawab pertanyaan.
- Mendengarkan dan
memperhatikan
- Menjawab salam
Leaflet 7 menit
I. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. SAP sudah selesai satu hari sebelum dilaksanakan penyuluhan.
b. Kesiapan mahasiswa memberikan materi penyuluhan.
c. Media dan alat memadai.
d. Setting sesuai dengan kegiatan.
2. Evaluasi Proses
a. Alat dan tempat dapat digunakan sesuai dengan rencana.
b. Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dengan aktif.
c. Peserta penyuluhan menanyakan tentang hal hal yang diajukan oleh
penyuluh pada saat evaluasi.
3. Evaluasi Hasil
a. 80% pengunjung dapat menjelaskan pengertian asi ekslusif
b. 80% pengunjung dapat menyebutkan pentingnya asi ekslusif
c. 80% pengunjung dapat menyebutkan keuntungan untuk ibu.
d. 80% pengunjung dapat menjelaskan bagaimana cara persiapan
L. Referensi
Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks Keluarga, Depkes RI, 1992.
Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Arcan, 1998; Karangan: Prof. Dr. Ida
Bagus Gede Manuaba, SpOG.
127
PRE PLANING PENDIDIKAN KESEHATAN
TENTANG ASI EKSLUSIF PADA PASIEN KELOLAAN Ny. F
di RUANG ANYELIR RS. G.L. TOBING
A. Latar Belakang
ASI Eksklusif adalah perilaku dimana hanya memberikan Air Susu Ibu
(ASI) saja kepada bayi dari sejak lahir sampai berumur enam bulan pertama
tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, air kelapa muda, jeruk, madu,
air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya,
bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim.
Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu
setidaknya selama 6 bulan, dan setelah 6 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan
makanan padat. Sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun
atau bahkan lebih dari 2 tahun.
Para ahli menemukan bahwa mamfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi
hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. peningkatan ini
sesuai dengan pemberian ASI ekslusif serta lamanya pemberian ASI
bersama-sama dengan makanan padat setelah bayi berumur 6 bulan. (peningkatan
mamfaat menyusui/ASI seiring dengan lamanya pemberian ASI.Red.)
berdasarkan hal-hal diatas, WHO-UNICEF membuat deklarasi yang dikenal
dengan Deklarasi innocenti (innocenti Declaration). deklarasi yang dilahirkan di
Innocenti Italia tahun 1990 ini bertujuan untuk melindungi, mempromosikan
dan memberi dukunan pada pemberian ASI.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
B. Pokok bahasan : Pencegahan Hipertensi dalam Kehamilan
C. Sub Pokok Bahasan : 1. Pengertian asi ekslusif
2. Pentingnya asi ekslusif
3. Keuntungan untuk ibu
4. Persiapan pemberian asi dengan botol
D. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan pada ibu post partum diharapkan
ibu dapat mengetahui tenatang pentingnya asi ekslusif.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit, pengunjung poli
ibu hamil diharapkan mampu :
- Menjelaskan pengertian asi ekslusif
- Menyebutkan pentingnya asi ekslusif
- Menyebutkan keuntungan untuk ibu.
129
E. Sasaran
Ibu post partum (Ny. F) di Ruang Anyelir RS G.L. Tobing
F. Waktu
H. Media Penyuluhan
2. Leaflet
I. Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan
NO KEGIATAN PENGAJAR PESERTA MEDIA WAKTU
1 Pendahuluan - Memberi salam - Memperkenalkan
diri
- Menjelaskan tujuan, manfaat dan cakupan materi
- Menjawab salam.
- Mendengarkan dan
memperhatikan - Mendengarkan
3 menit
2 Penyajian/ Kegiatan Inti
- Menjelaskan pengertian asi ekslusif
- Menyebutkan pentingnya asi ekslusif
- Menyebutkan keuntungan untuk ibu. - Menjelaskan
bagaimana cara persiapan
- Mendengarkan dan
memperhatikan
- Memperhatikan dan menyimak.
- Mendengarkan dan
pemberian asi dengan botol -
memperhatikan .
- Memperhatikan dan menyimak.
- Bertanya 3 Penutup - Mengevaluasi
pengetahuan ibu .
- Menyimpulkan materi yang telah disampaikan.
- Memberi salam.
- Menjawab pertanyaan.
- Mendengarkan dan
memperhatikan
- Menjawab salam
Leaflet 7 menit
J. Evaluasi
4. Evaluasi Struktur
a. SAP sudah selesai satu hari sebelum dilaksanakan penyuluhan.
b. Kesiapan mahasiswa memberikan materi penyuluhan.
c. Media dan alat memadai.
d. Setting sesuai dengan kegiatan.
5. Evaluasi Proses
a. Alat dan tempat dapat digunakan sesuai dengan rencana.
b. Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dengan aktif.
c. Peserta penyuluhan menanyakan tentang hal hal yang diajukan oleh
penyuluh pada saat evaluasi.
6. Evaluasi Hasil
a. 80% pengunjung dapat menjelaskan pengertian asi ekslusif
b. 80% pengunjung dapat menyebutkan pentingnya asi ekslusif
c. 80% pengunjung dapat menyebutkan keuntungan untuk ibu.
d. 80% pengunjung dapat menjelaskan bagaimana cara persiapan
131
L. Referensi
Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks Keluarga, Depkes RI, 1992.
Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Arcan, 1998; Karangan: Prof. Dr. Ida
Bagus Gede Manuaba, SpOG.
ASI EKSLUSIF
A. Defenisi
ASI ekslusif atau pemberian ASI secara ekslusif adalah bayio hanya
diberi ASI saja sejak usia 30 menit setelah lahir sampai usia 6 bulan tanpa
tambahan cairan lain seperti susu formula, sari buah, air putih dan lain-lain. Dan
tanpa makanan tambahan padat seperti biscuit, bubur susu, bubur nasi atau nasi
tim.
B. Keuntungan Untuk Bayi
1. ASI adalah makanan alamiah yang disediakan untuk bayi anda dengan
komposisi nutrisi yang sesuai unutk perkembangan bayi sehat.
2. ASI mudah dicerna oleh bayi
3. ASI jarang menyebabkan konstipasi
4. Nutrisi yang terkandung dalam ASI sangat mudah siserap oleh bayi
5. ASI dapat mencegah karies gigi karena mengandung mineral selenium
6. ASI kaya akan antibody (zat kekebalan tubuh) yang membantu bayi untuk
melawan infeksi dan penyakit lainnya
7. Darai suatu penelitian di Denmark menemukan bahwa bayi yang diberikan
ASI sampai lebih dari 9 bulan akan menjadi dewasa yang lebih cerdas.
Hal ini karena ASI mengandung DHA/AA
8. Bayi yang diberikan ASI ekslusif sampai 6 bulan akan menurunkan resiko
133
9. ASI juga menurunkan resiko diare, infeksi saluran nafas bagian bawah,
infeksi saluran kencing dan juga resiko kematian bayi mendadak
10. Memberikan ASI juga membina ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi
C. Keuntungan Untuk Ibu
1. Memberikan ASI segera setelah melahirkan akan meningkatkan kontraksi
rahim yang berarti mengutrangi resiko pendarahan
2. Memberikan ASI juga membantu memperkecil ukuran rahim keukuran
sebelum hamil
3. Menyusui (ASI) membakar kalori sehingga membantu penurunan berat
badan lebih cepat
4. Beberapa ahli menyatakan bahwa terjadinya kanker payudara pada wanita
menyusui sangat rendah
D. Persiapan pemberian ASI dengan Botol.
Adakalanya para ibu mengalamai hambatan untuk memberikan ASI
karena berbagai alasan. Berikut adalah tips memberikan ASI dengan
menggunakan botol.
1. Sterilkan semua peralatan menyusui: botol, dot, pompa ASI dan
perlengkapan lainnya. Salah satu cara sterilisasi adalah dengan
merebusnya.
2. Jika Anda masih belum bekerja, cobalah untuk memompa ASI anda dan
masukkan ke dalam botol. Minta pertolongan orang lain untuk
3. Saat Anda bekerja, pompalah ASI Anda dan masukkan kedalam botol
lalu disimpan dalam lemari pendingin. Jika di kantor tidak tersedia
pendingin, bawalah dengan menggunakan es batu. Bawa ASI anda dalam
sebuah kotak.
4. Untuk menjaga bayi Anda kekurangan susu, Anda dapat memberikan
susu formula sebagai selingan. Latihlah pemberian susu formula secara
selang seling dengan ASI, agar pencernaannya terlatih.
5. Sementara persediaan ASI habis, si kecil sudah dapat menyesuaikan diri
135
DAFTAR ABSENSI PESERTA PENYULUHAN
NO NAMA ALAMAT T.TANGAN
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
PASIEN KELOLAAN Ny. F di RUANG ANYELIR RS. G.L. TOBING
OLEH :
ERWINA IRWAN S. Kep
PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
137
PRE PLANING PENDIDIKAN KESEHATAN
PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POSTPARTUM (Ny. M) di
RUANG ANYELIR RS. GL. TOBING
A. Latar Belakang
Menyusui adalah salah satu tugas dan kewajiban seorang ibu. Asi adalah
makanan terbaik untuk bayi. Asi mengandung banyak antibody sehingga mampu
mengganjal penyakit. Menyusui merupakan proses alamiah sehingga banyak
sekali keuntungan yang didapat dari proses menyusui baik bagi ibu ataupun untuk
sang bayi (Ferrer, 1999).
Perawatan payudara pada masa kehamilan mungkin berpengaruh dengan
keberhasilan pengeluaran ASI pertama pada ibu post partum. Perawatan payudara
adalah usaha untuk memperlancar aliran ASI dan mencegah masalah-masalah
yang mungkin muncul pada saat menyusui seperti putting susu nyeri atau lecet,
payudara bengkak dan saluran susu tersumbat. Maka perawatan payudara selama
kehamilan sangat bermanfaat.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
A. Pokok bahasan : Perawatan Payudara pada Ibu Post Partum
B. Sub Pokok Bahasan : 1. Pengertian perawatan payudara pada ibu
postpartum
2. Tujuan perawatan payudara pada ibu
postpartum
3. Persiapan alat
4. Cara Perawatan
C. Tujuan
a) Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan pada ibu post partum diharapkan
ibu dapat mengetahui tentang perawatan payudara pada ibu postpartum
b) Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit, pengunjung poli
ibu hamil diharapkan mampu :
1) Menjelaskan pengertian perawatan payudara pada ibu postpartum
2) Menjelaskan tujuan perawatan payudara pada ibu postpartum
3) Menyebutkan persiapan alat.
139
D. Sasaran
Ibu post partum (Ny. M) di Ruang Anyelir RS G.L. Tobing
E. Waktu
G. Media Penyuluhan
1. Leaflet
H. Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan
NO KEGIATAN PENGAJAR PESERTA MEDIA WAKTU
1 Pendahuluan - Memberi salam - Memperkenalkan
diri
- Menjelaskan
tujuan, manfaat dan cakupan materi
- Menjawab salam.
- Mendengarkan dan
memperhatikan - Mendengarkan
3 menit
2 Penyajian/ Kegiatan Inti
Menjelaskan pengertian
perawatan payudara
pada ibu postpartum
Menjelaskan tujuan perawatan payudara pada ibu postpartum
Menyebutkan
- Mendengarkan dan
memperhatikan
- Memperhatikan dan menyimak.
persiapan alat. Menjelaskan bagaimana cara perawatan
payudara.
- Mendengarkan dan
memperhatikan .
- Memperhatikan dan menyimak.
- Bertanya 3 Penutup - Mengevaluasi
pengetahuan ibu .
- Menyimpulkan materi yang telah disampaikan.
- Memberi salam.
- Menjawab pertanyaan.
- Mendengarkan dan
memperhatikan
- Menjawab salam
Leaflet
I. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. SAP sudah selesai satu hari sebelum dilaksanakan penyuluhan.
b. Kesiapan mahasiswa memberikan materi penyuluhan.
c. Media dan alat memadai.
d. Setting sesuai dengan kegiatan.
2. Evaluasi Proses
a. Alat dan tempat dapat digunakan sesuai dengan rencana.
b. Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dengan aktif.
c. Peserta penyuluhan menanyakan tentang hal hal yang diajukan
oleh penyuluh pada saat evaluasi.
3. Evaluasi Hasil
a. 80% pengunjung dapat menjelaskan pengertian perawatan payudara pada
141
b. 80% pengunjung dapat menyebutkan tujuan perawatan payudara pada ibu
postpartum
c. 80% pengunjung dapat menyebutkan persiapan alat u.
d. 80% pengunjung dapat menjelaskan bagaimana cara perawatan payudara.
L. Referensi
Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Arcan, 1998; Karangan: Prof. Dr. Ida
PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POSTPARTUM
A. Defenisi
Perawatan payudara pada ibu post partum adalah melakukan perawatan
payudara pada Ibu sesudah melahirkan untuk melancarkan proses laktasi
B. Tujuan
1.Menjaga kebersihan Payudara
2.Melancarkan sirkulasi di payudara
3.Merangsang produksi ASI
4. Mencegah pembengkakan payudara
C. Persiapan Alat
1. Waskom berisi air hangat dan dingin
2. Handuk kecil
3. Minyak/baby oil
D. Cara Perawatan
1. Cara Pertama
a. Basahi kedua telapak tangan dengan Baby Oil atau minyak kelapa
b. Tempatkan tangan pada Payudara kemudian lakukan gerakan memutar
mengelilingi payudara ke arah luar
c. Ketika tangan kiri berada dibawah payudara dan kemudian angkat
payudara sebentar dan lepaskan secara perlahan
143 2. Cara Kedua
a. Tangan kanan membentuk kepalan tangan dengan buku-buku jari
b. Lakukan pengurutan dari pangkal ke ujung atau kearah putting susu dan
merata keseluruh payudara
c. Lakukan secara bergantian untuk payudara yang lain
Lakukan gerakan 25 s/d 30 kali
3. Cara Ketiga
a. Lanjutkan dengan sisi tanghan dan lakukan pengurutan dari pangkal ke
ujung atau ke arah putting susu
b. Lakuakan secara bergantian untuk payudara yang lain
Lakukan gerakan 25 s/d 30 kali
4. Cara Keempat
a. Cara yang lain dapat dilakukan dengan kedua tangan ke arah putting susu.
b. Kedua Ibu jari di atas payudara dan jari-jari yang lain menopang
payudara.
c. Lakukan massage/memijat berulang-ulang 25 s/d 30 kali
5. Perawatan Terakhir
a. Terakhir lakukan gerakan memelintir putting susu sampai putting susu
Elastis dan kenyal
b. Kemudian cuci payudara dengan air hangat dan kompres payudara
dengan handuk kecil yang sudah dibasahi dengan air hangat secara
c. Kemudian lanjutkan dengan kompres dingin dan diakhiri dengan air
dingin
d. Ulangi secara bergantian sebanyak 3 kali pada setiap payudara
145
DAFTAR ABSENSI PESERTA PENYULUHAN
NO NAMA ALAMAT T.TANGAN
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POSTPARTUM (Ny. M) di
RUANG ANYELIR RS. GL. TOBING
OLEH :
ERWINA IRWAN S. Kep
PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
147
PRE PLANING PENDIDIKAN KESEHATAN
PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POSTPARTUM (Ny. F)
di RUANG ANYELIR RS. GL. TOBING
A.Latar Belakang
Menyusui adalah salah satu tugas dan kewajiban seorang ibu. Asi adalah
makanan terbaik untuk bayi. Asi mengandung banyak antibody sehingga mampu
mengganjal penyakit. Menyusui merupakan proses alamiah sehingga banyak
sekali keuntungan yang didapat dari proses menyusui baik bagi ibu ataupun untuk
sang bayi (Ferrer, 1999).
Perawatan payudara pada masa kehamilan mungkin berpengaruh dengan
keberhasilan pengeluaran ASI pertama pada ibu post partum. Perawatan payudara
adalah usaha untuk memperlancar aliran ASI dan mencegah masalah-masalah
yang mungkin muncul pada saat menyusui seperti putting susu nyeri atau lecet,
payudara bengkak dan saluran susu tersumbat. Maka perawatan payudara selama
kehamilan sangat bermanfaat.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
A. Pokok bahasan : Perawatan Payudara pada Ibu Post Partum
B. Sub Pokok Bahasan :
Pengertian perawatan payudara pada ibu postpartum
Tujuan perawatan payudara pada ibu postpartum
a. Persiapan alat
b. Cara Perawatan
C.. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan pada ibu post partum diharapkan
ibu dapat mengetahui tentang perawatan payudara pada ibu postpartum
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit, pengunjung poli
ibu hamil diharapkan mampu :
1) Menjelaskan pengertian perawatan payudara pada ibu postpartum
2) Menjelaskan tujuan perawatan payudara pada ibu postpartum
3) Menyebutkan persiapan alat.
4) Menjelaskan bagaimana cara perawatan payudara
C. Sasaran
149
F. Media Penyuluhan
Leaflet
G. Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan
NO KEGIATAN PENGAJAR PESERTA MEDIA WAKTU
1 Pendahuluan - Memberi salam - Memperkenalkan
diri
- Menjelaskan
tujuan, manfaat dan cakupan materi
- Menjawab salam.
- Mendengarkan dan
memperhatikan - Mendengarkan
3 menit
2 Penyajian/ Kegiatan Inti
Menjelaskan pengertian
perawatan payudara
pada ibu postpartum
Menjelaskan tujuan perawatan payudara pada ibu postpartum
Menyebutkan
- Mendengarkan dan
memperhatikan
- Memperhatikan dan menyimak.
persiapan alat. Menjelaskan bagaimana cara perawatan
payudara. - Mendengarkan dan
memperhatikan .
- Memperhatikan dan menyimak.
- Bertanya 3 Penutup - Mengevaluasi
pengetahuan ibu .
- Menyimpulkan materi yang telah disampaikan.
- Memberi salam.
- Menjawab pertanyaan.
- Mendengarkan dan
memperhatikan
- Menjawab salam
Leaflet 7 menit
H. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. SAP sudah selesai satu hari sebelum dilaksanakan penyuluhan.
b. Kesiapan mahasiswa memberikan materi penyuluhan.
c. Media dan alat memadai.
d. Setting sesuai dengan kegiatan.
2. Evaluasi Proses
a. Alat dan tempat dapat digunakan sesuai dengan rencana.
b. Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dengan aktif.
c. Peserta penyuluhan menanyakan tentang hal hal yang diajukan oleh
151 3. Evaluasi Hasil
a. 80% pengunjung dapat menjelaskan pengertian perawatan payudara
pada ibu postpartum
b. 80% pengunjung dapat menyebutkan tujuan perawatan payudara
pada ibu postpartum
c. 80% pengunjung dapat menyebutkan persiapan alat u.
d. 80% pengunjung dapat menjelaskan bagaimana cara perawatan
payudara.
L. Referensi
Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Arcan, 1998; Karangan: Prof. Dr. Ida
PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POSTPARTUM
A. Defenisi
Perawatan payudara pada ibu post partum adalah melakukan perawatan
payudara pada Ibu sesudah melahirkan untuk melancarkan proses laktasi
B. Tujuan
1.Menjaga kebersihan Payudara
2.Melancarkan sirkulasi di payudara
3.Merangsang produksi ASI
4. Mencegah pembengkakan payudara
C. Persiapan Alat
1. Waskom berisi air hangat dan dingin
2. Handuk kecil
3. Minyak/baby oil
D. Cara Perawatan
1. Cara Pertama
a. Basahi kedua telapak tangan dengan Baby Oil atau minyak kelapa
b. Tempatkan tangan pada Payudara kemudian lakukan gerakan memutar
mengelilingi payudara ke arah luar
c. Ketika tangan kiri berada dibawah payudara dan kemudian angkat
payudara sebentar dan lepaskan secara perlahan
153 2. Cara Kedua
a. Tangan kanan membentuk kepalan tangan dengan buku-buku jari
b. Lakukan pengurutan dari pangkal ke ujung atau kearah putting susu dan
merata keseluruh payudara
c. Lakukan secara bergantian untuk payudara yang lain
Lakukan gerakan 25 s/d 30 kali
3. Cara Ketiga
a. Lanjutkan dengan sisi tanghan dan lakukan pengurutan dari pangkal ke
ujung atau ke arah putting susu
b. Lakuakan secara bergantian untuk payudara yang lain
c.Lakukan gerakan 25 s/d 30 kali
4. Cara Keempat
a. Cara yang lain dapat dilakukan dengan kedua tangan ke arah putting susu.
b. Kedua Ibu jari di atas payudara dan jari-jari yang lain menopang
payudara.
c. Lakukan massage/memijat berulang-ulang 25 s/d 30 kali
5. Perawatan Terakhir
a. Terakhir lakukan gerakan memelintir putting susu sampai putting susu
Elastis dan kenyal
b. Kemudian cuci payudara dengan air hangat dan kompres payudara
dengan handuk kecil yang sudah dibasahi dengan air hangat secara
c. Kemudian lanjutkan dengan kompres dingin dan diakhiri dengan air
dingin
d. Ulangi secara bergantian sebanyak 3 kali pada setiap payudara
155
DAFTAR ABSENSI PESERTA PENYULUHAN
NO NAMA ALAMAT T.TANGAN
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POSTPARTUM (Ny. F) di RUANG
ANYELIR RS. GL. TOBING
OLEH :
ERWINA IRWAN S. Kep
PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
157
ASI EKSLUSIF
A. Defenisi
ASI ekslusif atau pemberian ASI secara ekslusif adalah bayio hanya
diberi ASI saja sejak usia 30 menit setelah lahir sampai usia 6 bulan tanpa
tambahan cairan lain seperti susu formula, sari buah, air putih dan lain-lain. Dan
tanpa makanan tambahan padat seperti biscuit, bubur susu, bubur nasi atau nasi
tim.
B. Keuntungan Untuk Bayi
1. ASI adalah makanan alamiah yang disediakan untuk bayi anda dengan
komposisi nutrisi yang sesuai unutk perkembangan bayi sehat.
2. ASI mudah dicerna oleh bayi
3. ASI jarang menyebabkan konstipasi
4. Nutrisi yang terkandung dalam ASI sangat mudah siserap oleh bayi
5. ASI dapat mencegah karies gigi karena mengandung mineral selenium
6. ASI kaya akan antibody (zat kekebalan tubuh) yang membantu bayi untuk
melawan infeksi dan penyakit lainnya
7. Darai suatu penelitian di Denmark menemukan bahwa bayi yang diberikan
ASI sampai lebih dari 9 bulan akan menjadi dewasa yang lebih cerdas.
Hal ini karena ASI mengandung DHA/AA
8. Bayi yang diberikan ASI ekslusif sampai 6 bulan akan menurunkan resiko