• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.S DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST OPERATIVE CLOSED FRAKTURE FEMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.S DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST OPERATIVE CLOSED FRAKTURE FEMUR "

Copied!
87
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Patah tulang atau patah tulang adalah suatu keadaan terputusnya kontinuitas tulang atau tulang rawan akibat adanya cedera yang kuat (Mansjoer, 2008). Jadi fenomena yang ada di masyarakat sampai saat ini adalah sering kita jumpai patah tulang atau sering patah tulang di bawah sangkar putung (Mulyono, 2006, dikutip dalam Sara, 2013).

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

  • Tujuan Umum
  • Tujuan Khusus

Melakukan evaluasi keperawatan atau menilai tingkat keberhasilan asuhan keperawatan pada klien yang terdiagnosis patah tulang femur pasca operasi di RSUD Bangil Pasuruan. Dokumentasi asuhan keperawatan pada klien terdiagnosis patah tulang femur pasca operasi di RSUD Bangil Pasuruan.

Manfaat Penelitian

  • Akademis
  • Praktis

Sebagai tambahan pengetahuan pada profesi keperawatan dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan pada klien yang terdiagnosis patah tulang femur pasca operasi di RSUD Bangil Pasuruan.

Metode Penulisan

  • Metode
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Sumber Data
  • Sistematika Penulisan

Palpasi : Tidak ada peningkatan denyut dan ritme nadi, tidak ada peningkatan JVP, CRT menurun >3 detik. Auskultasi : tekanan darah normal atau hipertensi (kadang teramati sebagai respon nyeri), bunyi jantung I dan II terdengar samar, tidak ada bunyi tambahan seperti murmur atau gallop. Pada pemeriksaan B8 didapatkan data : tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak terdapat pembesaran kelenjar parotis, tidak terdapat luka gangren.

Pemeriksaan kardiovaskular menunjukkan tidak nyeri dada, irama jantung teratur, bunyi jantung tunggal S1 S2, CRT < 2 detik, tidak sianosis, tidak terjadi peningkatan JVP (Muttaqin, 2011). Resonan, tanpa alat pernafasan, fremitus vokal : Getaran pada punggung semua sisi kanan dan kiri, pernafasan : vesikuler, tanpa tambahan suara nafas. Pada pemeriksaan neurologis di tinjauan pustaka, ditemukan sadar dengan skor GCS, tidak ada kejang, tidak ada kelainan saraf kranial.

Tidak ada nyeri kepala, sedangkan pada pemeriksaan kasus diketahui komponen kesadaran GCS 4-5-6 tidak mengalami nyeri kepala. Selain itu, tidak ditemukan kelainan saraf kranial lainnya. Muttaqin, 2011). Pada pemeriksaan B4, tinjauan pustaka didapatkan klien tidak ada keluhan berkemih, warna urine jernih, buang air kecil 3-4 kali/hari. tidak ada nyeri kandung kemih. Muttaqin, 2011). Pada pemeriksaan sistem pencernaan pada tinjauan kasus, mulut bersih, mukosa lembab, perut normal tanpa asites, tidak ada nyeri tekan atau massa pada perut, bunyi timpani normal, gerak peristaltik normal. Muttaqin, 2011).

Tabel 2.1 : Intervensi diagnosa Nyeri akut
Tabel 2.1 : Intervensi diagnosa Nyeri akut

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Penyakit

  • Definisi
  • Etiologi
  • Klasifikasi
  • Manifestasi Klinis
  • Komplikasi
  • Dampak Masalah
  • Pemeriksaan Penunjang
  • Penatalaksanaan

Konsep Asuhan Keperawatan

  • Pengkajian
  • Diagnosa Keperawatan
  • Rencana Keperawatan
  • Pelaksanaan
  • Evaluasi

Saat mendiagnosis nyeri terkait trauma jaringan pasca operasi selama 2 x 24 jam, harapannya skala nyeri turun ke skala 1-3, wajah tampak rileks. Saat mendiagnosis perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan penurunan suplai darah selama 2 x 24 jam tekanan sistolik dan diastolik dalam batas. Dalam mendiagnosis hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidaknyamanan, cedera muskuloskeletal, patah tulang, diharapkan selama 2 x 24 jam klien mampu beraktivitas dan beraktivitas, mempertahankan mobilitas optimal yang dapat ditoleransi dengan ciri-ciri : 0.

Dalam diagnosis, resiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder akibat trauma, dalam waktu 2 x 24 jam diharapkan: tidak ada tanda-tanda infeksi seperti nanah, luka bersih, tidak lembab dan tidak kotor, tanda vital dalam batas normal atau dapat diterima. Pada diagnosis risiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan persisten dari luka terbuka, dalam waktu 2 x 24 jam asupan volume cairan diharapkan teratasi, tidak ada tanda syok, turgor kulit lembab, CRT < 3 detik tidak.

Kerangka Masalah

Pada pemeriksaan B1 ditemukan data : Bentuk dada : Cest normal, susunan tulang belakang : Normal, irama pernafasan teratur, tidak ada gangguan irama pernafasan (baik Cheyne-Stokes, Biot atau Kussmaul), tidak ada otot yang membantu pernafasan, perkusi toraks : Resonansi, tidak henti nafas, fremitus vokal : Getaran pada punggung seluruh sisi kanan dan kiri, bunyi nafas : Vesikular, tidak ada bunyi nafas tambahan. Pada pemeriksaan B2 data ditemukan, nyeri dada tidak ditemukan, irama jantung : teratur, denyut nadi : Posisi kuat : ICS IV midclavicula sinistra ICS V middleternalis dextra, bunyi jantung : S1 S2 tunggal, tidak ditemukan bunyi jantung tambahan, tidak ada sianosis, tidak ada jari tabuh, tidak ada JVP- pembesaran. Pada saat dilakukan pengkajian B1-B6 didapatkan sistem pernafasan mempunyai bentuk dada simetris, pola pernafasan teratur dengan frekuensi pernafasan 24x/menit, bunyi nafas vesikuler, tidak ada retraksi otot bantu pernafasan, perkusi.

Pada pemeriksaan B1 pada tinjauan literatur ditemukan tidak adanya perubahan yang menonjol seperti bentuk dada, adanya sesak nafas, pernafasan lubang hidung dan perluasan paru yang simetris antara kanan dan kiri. tidak ada kelembutan. Gerakan vokal fremitus antara kanan dan kiri sama. Suara paru-paru bergema. , Bunyi nafas vesikular tidak mempunyai bunyi tambahan seperti mengi atau ronki. Muttaqin, 2011). Pada telaah kasus didapatkan pada pemeriksaan B2 data ditemukan, tidak ada nyeri dada, irama jantung : teratur, denyut : Kuat Posisi : ICS IV. midclavicula sinistra ICS V midternalalis dextra, bunyi jantung : S1 S2 tunggal, tidak ditemukan bunyi jantung tambahan, tidak ada sianosis, tidak ada jari klab, tidak ada pembesaran JVP. Pada pemeriksaan kasus didapatkan selaput lendir lembab, bibir kering, lidah kotor, rongga mulut bersih, klien tidak menyikat gigi, kondisi gigi karies, tenggorokan meradang. baik, tidak ada gangguan menelan, bila diperiksa bentuk perut simetris, normal, bila diraba tidak ada nyeri tekan, gerak peristaltik 20x/menit, feses sekali di rumah sakit, konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan, feses khas bau, tempat penggunaan popok dewasa, tidak menggunakan obat pencahar.

Pada tinjauan kasus didapatkan kemampuan gerak sendi dan anggota badan : bebas, kekuatan otot pada tungkai atas (5,5), tungkai bawah (2,5) Terdapat patah tulang pada tungkai kanan, tidak ada dislokasi, akral. terasa hangat, turgor kembali < 3 detik, terdapat edema pada paha kanan atas, kebutuhan gerak klien kurang, klien sulit bergerak, klien tidak menunjukkan kemampuan mobilisasi, aktivitas klien dibantu oleh keluarga seperti mengelap, mandi, dan beraktivitas.

Gambar  2.1  Kerangka  Masalah  Fraktur  (Aplikasi  Asuhan  Keperawatan  Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc, 2015)
Gambar 2.1 Kerangka Masalah Fraktur (Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc, 2015)

MasalahKeperawatan

DiagnosaKeperawatan

RencanaKeperawatan

TindakanKeperawatan

CatatanPerkembangan

EvaluasiKeperawatan

PEMBAHASAN

Pengkajian

Pada pemeriksaan fisik keadaan umum dan tanda vital : tekanan darah dalam batas normal, frekuensi pernafasan 20x/menit, suhu : 36,2ᵒC, nadi 84x/menit, tidak ada sianosis, konjungtiva tidak anemia, CRT kembali dalam 3 detik, turgor kulit elastis, tidak ada nyeri dada, tidak sesak nafas, tidak menggunakan alat bantu pernafasan (Muttaqin, 2008). Tidak ada peningkatan denyut dan ritme nadi, tidak ada peningkatan JVP, CRT menurun > 3 detik Bunyi jantung tumpul Tekanan darah normal atau hipertensi (kadang terlihat sebagai respon nyeri), bunyi jantung I dan II lemah, ada tidak ada suara tambahan seperti murmur atau gallop. Muttaqin, 2011). Menurut hemat penulis, terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus, hal ini disebabkan karena pada tinjauan pustaka selaput lendir berwarna pucat, sedangkan pada studi kasus tidak ditemukan selaput lendir pucat.

Menurut penulis, terdapat kesenjangan antara studi kasus dan tinjauan pustaka. Hal ini disebabkan karena pada tinjauan pustaka pasien tidak menggunakan kateter, sedangkan pada studi kasus ditemukan pasien menggunakan alat bantu kateter. Tidak ada perubahan nyata pada sistem integumen, seperti warna kulit, jaringan parut/lesi, pendarahan, pembengkakan, tekstur kulit kasar, dan suhu kulit hangat.

DiagnosaKeperawatan

Terdapat nyeri, kekuatan otot pada daerah fraktur berubah akibat rusaknya kerangka neuromuskular, terjadi deformitas pada daerah trauma. Analisis data pada tinjauan pustaka hanya menguraikan teori, sedangkan pada studi kasus disesuaikan dengan keluhan nyata yang dialami pelanggan karena penulis berhubungan langsung dengan pelanggan. Menurut penulis, terdapat gap karena banyak analisis dalam tinjauan pustaka yang tidak dimuat dalam tinjauan kasus. Diagnosanya ada dua yaitu nyeri akut yang berhubungan dengan fraktur femur kanan tertutup pasca operasi dan hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan adanya fraktur femur kanan.Menurut penulis, terdapat kesenjangan dalam diagnosa keperawatan karena menurut tinjauan literatur terdapat 11 diagnosa, sedangkan pada case review penulis hanya menemukan 2 diagnosa.

Perencanaan

Nyeri akut berhubungan dengan fraktur pasca operasi tulang paha kanan. Setelah melakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri yang dirasakan pasien berkurang sebesar, Kriteria hasil : Pasien tampak rileks, Wajah pasien tidak menyeringai, Pasien dapat menunjukkan traksi dan relaksasi, Skala nyeri berkurang, Ttv berada dalam batas normal. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya patah tulang femur kanan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan mobilitas fisik pasien meningkat, Kriteria Hasil : Pasien dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri, kekuatan otot pasien meningkat, ROM menurut pendapat penulis tinjauan kasus dan tinjauan literatur tidak tersedia. Kesenjangan ini disebabkan oleh penilaian kasus, termasuk kriteria waktu, karena dalam kasus nyata situasi klien bersifat mendesak. Terdapat kesamaan intervensi diagnosa keperawatan yang disajikan antara tinjauan literatur dan studi kasus, namun setiap intervensi tetap mengacu pada target, data dan kriteria hasil yang telah ditentukan.

Pelaksanaan

Penerapan rencana keperawatan dilakukan secara terkoordinasi dan terpadu untuk menegakkan diagnosis pada kasus-kasus yang tidak semuanya sama dalam tinjauan pustaka, hal ini karena disesuaikan dengan keadaan klien saat ini. Hal-hal yang menunjang pemberian asuhan keperawatan antara lain: kerjasama perawat, dokter ruangan dan tim kesehatan lainnya, ketersediaan sarana dan prasarana di ruangan yang menunjang pelaksanaan asuhan keperawatan, dan penerimaan kehadiran penulis. Nyeri akut berhubungan dengan fraktur tertutup femur kanan pasca operasi dilakukan tindakan keperawatan, Ciptakan hubungan saling percaya, cuci tangan 6 langkah, kaji derajat nyeri, ajari pasien teknik distraksi dan relaksasi, bekerjasama dalam pemberian analgetik .

Tidak ada kendala yang ditemui saat melakukan tindakan keperawatan karena klien dan keluarga bekerjasama dengan perawat sehingga rencana tindakan dapat terlaksana. Menurut hemat penulis, tidak terdapat kesenjangan pada tinjauan literatur dan tinjauan kasus, karena penulis telah melakukan implementasi sesuai tinjauan literatur, mulai dari membangun hubungan saling percaya, mencuci tangan dalam 6 langkah, pengkajian rasa sakit. skala, mengajari pasien teknik gangguan dan relaksasi, bekerja sama dalam memberikan obat pereda nyeri.

EvaluasiKeperawatan

Pada akhir evaluasi, semua tujuan dapat tercapai karena adanya kerjasama yang baik antara klien, keluarga dan tim kesehatan. Setelah melakukan observasi dan melakukan asuhan keperawatan secara langsung pada klien dengan diagnosa medis patah tulang femur kanan tertutup pasca operasi di Ruang Rawat Inap Melati RSUD Bangil Pasuruan, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan serta saran yang dapat bermanfaat bagi meningkatkan mutu pelayanan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis Pasca op fraktur femur kanan tertutup. Untuk mengatasi permasalahan tersebut penulis melibatkan secara aktif keluarga dan klien dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, karena banyak tindakan keperawatan yang memerlukan kerjasama antara perawat, klien dan keluarga. 5.1.5 Pada akhir evaluasi, semua tujuan dapat tercapai karena adanya kerjasama yang baik antara klien, keluarga dan kesehatan tim.

Mengembangkan dan meningkatkan pemahaman perawat tentang konsep manusia secara komprehensif sehingga mampu melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik. Nurarif, Amin Huda., Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan NANDA. Yogyakarta: MediAction.

PENUTUP

Simpulan

Hasil evaluasi pada Bpk.

Saran

Gambar

Tabel 2.1 : Intervensi diagnosa Nyeri akut
Tabel 2.2 : Intervensi diagnosa Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer  Tujuan/kriteria hasil  Intervensi   Rasional   Setelah  di  lakukan
Tabel 2.3 : Intervensi diagnosa Kerusakan intregitas kulit
Tabel 2.4 : Intervensi diagnosa Hambatan mobilitas fisik
+7

Referensi

Dokumen terkait

68 BAB 4 PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan membahas asuhan keperawatan keluarga pada pasien gout arthritis yang mengalami masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik dan nyeri