• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL : OSTEOPOROSIS

MUSKULOSKELETAL : OSTEOPOROSIS A.

A. DEFINISIDEFINISI 1.

1. Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total. TerdapatOsteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat  perubahan pergantian tulang ho

 perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar darimeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan masa tulang total.

kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secaraTulang secara  progresif menjadi porus, rapuh dan

 progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah, tulang menjadi mudah fraktur dengmudah patah, tulang menjadi mudah fraktur dengan stresan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal.

yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal. 2.

2. Osteoporosis adalah penyakit yang ditandai dengan berkurangnya massa Osteoporosis adalah penyakit yang ditandai dengan berkurangnya massa tulang dan adanyatulang dan adanya  perubahan mikroarsitektur jaringan tulang. Osteoporosis buk

 perubahan mikroarsitektur jaringan tulang. Osteoporosis bukan hanya berkurangnyaan hanya berkurangnya kepadatan tulang tetapi juga penurunan kekuatan

kepadatan tulang tetapi juga penurunan kekuatan tulang. Pada osteoporosis kerusakan tulangtulang. Pada osteoporosis kerusakan tulang lebih cepat daripada perbaikan yang dilakukan oleh tubuh. Osteoporosis sering disebut juga lebih cepat daripada perbaikan yang dilakukan oleh tubuh. Osteoporosis sering disebut juga dengan keropos tulang. Tulang-tulang yang sering mengalami fraktur/patah

dengan keropos tulang. Tulang-tulang yang sering mengalami fraktur/patah yaitu : tulangyaitu : tulang ruas tulang belakang, tulang pinggul, tungkai dan pergelangan le

ruas tulang belakang, tulang pinggul, tungkai dan pergelangan lengan bawah. (WHO).ngan bawah. (WHO). 3.

3. Osteoporosis merupakan penyakit metabolisme tulang yang ditandai dengan penguranganOsteoporosis merupakan penyakit metabolisme tulang yang ditandai dengan pengurangan massa tulang, kemunduran mikroarsitektur tulang

massa tulang, kemunduran mikroarsitektur tulang dan fragilitastulang yang meningkat,dan fragilitastulang yang meningkat, sehingga resiko fraktur menjadi lebih besar. Insidenosteoporosis meningkat sejalan dengan sehingga resiko fraktur menjadi lebih besar. Insidenosteoporosis meningkat sejalan dengan meningkatnya populasi usia lanjut (Adam,2002, Kaniawati, 2003; Hammett,

meningkatnya populasi usia lanjut (Adam,2002, Kaniawati, 2003; Hammett, 2004; Sennang,2004; Sennang, 2006).

2006). 4.

4. Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang ditandai dengan berkurangnya massa tulaOsteoporosis merupakan penyakit tulang yang ditandai dengan berkurangnya massa tulang,ng, sehingga tulang menjadi rapuh dan resiko terjadinya patah tulang meningkat. Dalam keadaan sehingga tulang menjadi rapuh dan resiko terjadinya patah tulang meningkat. Dalam keadaan Fisiologis/normal, tulang kita juga mengalami

Fisiologis/normal, tulang kita juga mengalami pengeroposan yang diikuti denganpengeroposan yang diikuti dengan  pembentukan sel-sel tulang baru di bagian tulang y

 pembentukan sel-sel tulang baru di bagian tulang yang keropos, sedangkan pada penyang keropos, sedangkan pada penyakitakit tulang osteoporosis, pengeroposan tulang terjadi berlebihan dan tidak diikuti proses

tulang osteoporosis, pengeroposan tulang terjadi berlebihan dan tidak diikuti proses  pembentukan yang cukup

 pembentukan yang cukup sehingga tulang jadi lebih tipis dan rapuh. (artikel kesehatan).sehingga tulang jadi lebih tipis dan rapuh. (artikel kesehatan). 5.

5. Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa massa tulangOsteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat akhirnya menimbulkan kerapuhan tulang. (Wikipedia).

dapat akhirnya menimbulkan kerapuhan tulang. (Wikipedia). 6.

6. Osteoporosis adalah kondisi terjadinya penurunan densitas / matriks / massa tulang,Osteoporosis adalah kondisi terjadinya penurunan densitas / matriks / massa tulang,  peningkatan porositas tulang, dan

 peningkatan porositas tulang, dan penurunan proses mineralisasi disertai dengan kerusakanpenurunan proses mineralisasi disertai dengan kerusakan arsitektur mikro jaringan t

arsitektur mikro jaringan tulang yang mengakibatkan penurunan kekokohan tulang sehinggaulang yang mengakibatkan penurunan kekokohan tulang sehingga tulang menjadi mudah patah (buku ajar asuhan keperawatan klien gangguan system

tulang menjadi mudah patah (buku ajar asuhan keperawatan klien gangguan system musculoskeletal).

musculoskeletal). 7.

7. Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total. TerdapatOsteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat  perubahan pergantian tulang ho

 perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar darimeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan masa tulang total.

kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secaraTulang secara  progresif menjadi porus, rapuh dan

 progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah; tulang menjadi mudah fraktur dengmudah patah; tulang menjadi mudah fraktur dengan stresan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal

yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal (Brunner&Suddarth, 2000).(Brunner&Suddarth, 2000). 8.

8. Osteoporosis adalah gangguan metabolisme tulang sehingga masa Osteoporosis adalah gangguan metabolisme tulang sehingga masa tulang berkurang.tulang berkurang. Resorpsi terjadi lebih cepat dari pada

Resorpsi terjadi lebih cepat dari pada formasi tulang, sehingga tulang menjadi tipisformasi tulang, sehingga tulang menjadi tipis

(Pusdiknakes, 1995). Jadi osteoporosis adalah kelainan atau gangguan yang terjadi karena (Pusdiknakes, 1995). Jadi osteoporosis adalah kelainan atau gangguan yang terjadi karena  penurunan masa tulang total.

 penurunan masa tulang total. B.

B. KLASIFIKASIKLASIFIKASI 1.

1. Osteoporosis primer Osteoporosis primer  a.

a. Tipe 1 adalah tipe yang terjadi pada wanita pascamenopause.Tipe 1 adalah tipe yang terjadi pada wanita pascamenopause.  b.

(2)

2. Osteoporosis sekunder

Osteoporosis sekunder terutama disebabkan oleh penyakit-penyakit tulang erosif misalnya mieloma multiple, hipertirodisme, hiperparatiroidisme dan akibat obat-obatan yang toksik untuk tulang (misalnya : glukokortikoid).

3. Osteoporosis Idiopatik

Osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya dan ditemukan pada : a. Usia kanak-kanak (juvenile)

 b. Usia remaja (adolesen). c. Wanita pra-menopause. d. Pria usia pertengahan

C. ETIOLOGI

Determinan penurunan Massa Tulang: 1. Faktor genetik 

Faktor genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur. Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang  besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang

normal. Setiap individu mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat genetiknya serta  beban mekanis den besar badannya. Apabila individu dengan tulang yang besar, kemudian

terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih mempunyai tulang lebih banyak dari pada individu yang mempunyai tulang kecil pada usia yang sama

2. Faktor mekanis

Di lain pihak, faktor mekanis mungkin merupakan faktor yang terpenting dalarn proses

 penurunan massa tulang sehubungan dengan lanjutnya usia.Walaupun demikian telah terbukti  bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi hormonal. Pada

umumnya aktivitas fisik akan menurun dengan bertambahnya usia dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan

 bertambahnya usia. 3. Kalsium

Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya Lisia, terutama pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak baik, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya  juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari keadaan ini jelas, bahwa pada

wanita masa menopause ada hubungan yang erat antara masukan kalsium dengan

keseimbangan kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita dalam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang serta eksresi melalui urin yang bertambah. Hasil akhir kekurangan / kehilangan estrogen pada masa menopause adalah pergeseran keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium sehari. 4. Protein

Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium.

Pada umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi

(3)

tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang negatif 

5. Estrogen

Berkurangnya / hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal. 6. Rokok dan kopi

Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat

memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja. 7. Alkohol

Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan. Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti .

D. PATOFISIOLOGI

Osteoporosis menunjukan adanya penurunan absolut dari jumlah tulang yang diperlukan sebagai kekuatan penyanggah mekanik. Berkurangnya masa tulang, dan de mikian pula dengan massa otot sesungguhnya berkaitan dengan proses menua. Hanya apabila

 berkurangnya (hilangnya) jaringan tulang cukup luas sampai menimbulkan gejala maka disebut osteoporosis.

Osteoporosis dapat dikategorikan menjadi 2 kategori, meliputi : 1. Primer : bentuk yang lebih umum .

2. Sekunder : berkurangnya jaringan tulang yang berkaitan dengan bermacam-macam sindrom  patologik yang jelas.

Hal ini meliputi :

1. Malnutrisi sebagai akibat kekurangan protein dalam diet atau karena si ndrom malabsorpsi. 2. Beberapa kelainan endokrin seperti sindrom cushing tirotoksikosis.

3. Immobilisasi yang cukup lama

E. MANIFESTASI KLINIS

1.  Nyeri tulang akut.Nyeri terutama terasa pada tulang belakang, nyeri dapat dengan atau tanpa fraktur yang nyata dan nyeri timbul mendadak.

2.  Nyeri berkurang pada saat beristirahat di tempat tidur.

3.  Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah bila melakukan aktivitas

4. Deformitas tulang. Dapat terjadi fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis angular yang menyebabkan medulla spinalis tertekan sehingga dapat terjadi paraparesis. 5. Gambaran klinis sebelum patah tulang, klien (terutama wanita tua) biasanya datang dengan

nyeri tulang belakang, bungkuk dan sudah menopause sedangkan gambaran klinis setelah terjadi patah tulang, klien biasanya datang dengan keluhan punggung terasa sangat nyeri (nyeri punggung akut), sakit pada pangkal paha, a tau bengkak pada pergelangan tangan setelah jatuh.

6. Kecenderungan penurunan tinggi badan.

7. Postur tubuh kelihatan memendek akibat dari Deformitas vertebra thorakalis. F. KOMPLIKASI

(4)

Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan mudah patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trokhanter, dan fraktur colles pada  pergelangan tangan.

G. PENATALAKSANAAN

1. Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi sepanjang hidup, dengan peningkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan dapat melindungi terhadap demineralisasi tulang.

2. Pada menopause dapat diberikan terapi pengganti hormone dengan estrogen dan

 progesterone untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah tulang yang diakibatkan.

3. Medical treatment, oabt-obatan dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis termasuk kalsitonin, natrium fluoride, dan natrium etridonat.

4. Pemasangan penyangga tulang belakang (spinal brace) untuk mengurangi nyeri punggung. H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium (misalnya : kalsium serum, fosfat serum, fosfatase alkali, eksresi kalsium urine,eksresi hidroksi prolin urine, LED).Pemeriksaan ini untuk menilai kecepatan  bone turnover.

Penilaian bone turnover rate dilakukan dengan membandingkan aktivitas formasi tulang dengan aktivitas resorpsi tulang. Apabila aktivitas pembentukan/formasi tulang lebih kecil dibandingkan dengan aktivitas resorpsi tulang maka pasien ini memiliki risiko tinggi terhadap osteoporosis. Evaluasi biokimia ini dilakukan melalui pemeriksaan darah dan urine pagi hari. 2. Pemeriksaan non-invasif yaitu :

1. Pemeriksaan analisis aktivasi neutron yang bertujuan untuk memeriksa kalsium total dan massa tulang.

2. Pemeriksaan absorpsiometri.

3. Pemeriksaan komputer tomografi (CT).

4. Pemeriksaan biopsi yaitu bersifat invasif dan berguna untuk memberikan informasi mengenai keadaan osteoklas, osteoblas, ketebalan trabekula dan kualitas menerali sasi tulang. Biopsi dilakukan pada tulang sternum atau krista iliaka.

3. Radiologi

Pemeriksaan radiologi vertebra torakalis dan lumbalis AP dan lateral dilakukan untuk mencari adanya fraktur. Nilai diagnostik pemeriksaan radiologi biasa untuk mendeteksi osteoporosis secara dini kurang memuaskan karena pemeriksaan ini baru dapat mendeteksi osteoporosis setelah terjadi penurunan densitas massa tulang lebih dari 30%.

I. PENCEGAHAN

Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda hal ini bertujuan: Mencapai massa tulang dewasa (Proses konsolidasi) yang optimal

Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugar sepert i: 1. Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)

2. Latihan teratur setiap hari

3. Hindari :Makanan tinggi protein, Minum alcohol, Merokok, Minum kopi, Minum a ntasida yang mengandung aluminium.

(5)

ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN

Anamnesis

1. Riwayat kesehatan. Anamnesis memegang peranan penting pada evaluasi klien osteoporosis. Kadang keluhan utama (missal fraktur kolum femoris pada osteoporosis). Faktor lain yang  perlu diperhatikan adalah usia, jenis kelamin, ras, status haid, fraktur pada trauma minimal,

imobilisasi lama, penurunan tinggi badan pada orang tua, kurangnya paparan sinar matahari, kurang asupan kalasium, fosfat dan vitamin D. obat-obatan yang diminum dalam jangka  panjang, alkohol dan merokok merupakan factor risiko osteoporosis. Penyakit lain yang juga

harus ditanyakan adalah penyakit ginjal, saluran cerna, hati, endokrin dan insufisiensi  pancreas (diabetes mellitus, hipertiroid, hiperparatiroid, Sindrom Cushing, akromegali,

Hipogonadisme). Riwayat haid , usia menarke dan menopause, penggunaan obat kontrasepsi, serta riwayat keluarga yang menderita osteoporosis juga perlu dipertan yakan.

2. Pengkajian psikososial. Perlu mengkaji konsep diri pasien terutama citra diri khususnya pada klien dengan kifosis berat. Klien mungkin membatasi interaksi sosial karena perubahan yang tampak atau keterbatasan fisik, misalnya tidak mampu duduk dikursi dan lain-lain. Perubahan seksual dapat terjadi karena harga diri rendah atau tidak nyaman selama posisi interkoitus. Osteoporosis menyebabkan fraktur berulang sehingga perawat perlu mengkaji perasaan cemas dan takut pada pasien.

3. Pola aktivitas sehari-hari. Pola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olahraga,  pengisian waktu luang dan rekreasi, berpakaian, mandi, makan dan toilet. Beberapa

 perubahan yang terjadi sehubungan dengan dengan menurunnya gerak dan persendian adalah agility, stamina menurun, koordinasi menurun, dan dexteri ty (kemampuan memanipulasi ketrampilan motorik halus) menurun.

Adapun data subyektif dan obyektif yang bisa didapatkan dari klien dengan osteoporosis adalah :

Data subyektif :

1. Klien mengeluh nyeri tulang belakang.

2. Klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun.

3. Klien mengatakan membatasi pergaulannya karena perubahan yang tampak dan keterbatasan gerak.

4. Klien mengatakan stamina badannya terasa menurun.

5. Klien mengeluh bengkak pada pergelangan tangannya setelah jat uh. 6. Klien mengatakan kurang mengerti tentang proses penyakitnya. 7. Klien mengatakan buang air besar susah dan keras

Data obyektif :

1. Tulang belakang bungkuk.

2. Terdapat penurunan tinggi badan.

3. Klien tampak menggunakan penyangga tulang belakang (spinal brace). 4. Terdapat fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis angular. 5. Klien tampak gelisah.

6. Klien tampak meringis 4. Pemeriksaan fisik 

Pada pemeriksaan fisik menggunakan metode 6 B (Breathing, blood, brain, bladder, bowel dan bone) untuk mengkaji apakah di temukan ketidaksimetrisan rongga dada, apakah pasien  pusing, berkeringat dingin dan gelisah. Apakah juga ditemukan nyeri punggung yang disertai

(6)

 pembatasan gerak dan apakah ada penurunan tinggi badan, perubahan gaya berjalan, serta adakah deformitas tulang.

1. B1 (breathing )

Inspeksi : ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang Palpasi : traktil fremitus seimbang kanan dan kiri

Perkusi : cuaca resonan pada seluruh lapang paru

Auskultasi : pada usia lanjut biasanya didapatkan suara ronki. 2. B2 (blood)

Pengisian kapiler kurang dari 1 detik sering terjadi keringat dingin dan pusing, adanya pulsus  perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah atau edema yang berkaitan dengan

efek obat. 3. B3 (brain)

Kesadaran biasanya kompos mentis, pada kasus yang lebih parah klien dapat mengeluh  pusing dan gelisah.

4. B4 (Bladder)

Produksi urine dalam batas normal dan tidak ada keluhan padasistem perkemi han. 5. B5 (bowel)

Untuk kasus osteoporosis tidak ada gangguan eleminasi namun perlu dikaji juga frekuensi, konsistensi, warna serta bau feses.

6. B6 (Bone)

Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis, klien osteoporosis sering menunjukkan kifosis atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan. Ada perubahan gaya

 berjalan, deformitas tulang, leg-length inequality dan nyeri spinal. Lokasi fraktur yang terjadi adalah antara vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Masalah yang biasa terjadi pada klien osteoporosis a dalah sebagai berikut : 1.  Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot

2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan skeletal (kifosis) , nyeri sekunder, atau fraktur baru ditandai dengan klien mengeluh

kemampuan gerak cepat menurun, klien mengatakan badan terasa lemas, stamina menurun, dan terdapat penurunan tinggi badan.

3. Risiko cedera yang berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan

ketidakseimbangan tubuh ditandai dengan klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun, tulang belakang terlihat bungkuk.

4. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang berhubungan dengan kurang informasi, salah persepsi ditandai dengan klien mengatakan kurang ,mengerti tentang penyakitnya, klien tampak gelisah.

5. Gangguan eliminasi alvi yang berhubungan dengan kompresi saraf pencernaan ileus paralitik ditandai dengan klien mengatakan buang air besar susah dan keras.

6. Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan keletihan atau gangguan gerak ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada tulang belakang, kemampuan gerak cepat menurun, klien mengatakan badan terasa lemas dan stamina menurun serta terdapat fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis angular.

7. Gangguan citra diri yang berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta  psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi ditandai dengan klien mengatakan

membatasi pergaulan dan tampak menggunakan penyangga tulang belakang (spinal brace). C. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Diagnosa keperawatan : Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot Intervensi :

(7)

1. Anjurkan istirahat di tempat tidur dengan posisi telentang atau miring.

2. Atur posisi lutut fleksi, meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot. 3. Kompres hangat intermiten dan pijat pungung dapat memperbaiki otot. 4. Anjurkan posisi tubuh yang baik dan ajarkan mekanika t ubuh.

5. Gunakan korset atau brace punggung, saat pasien turun dari tempat tidur. 6. Kolaborasi dalam pemberian analgesik untuk mengurangi rasa nyeri

2. Diagnosa keperawatan : Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan skeletal (kifosis) , nyeri sekunder, atau fraktur baru ditandai dengan klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun, klien mengatakan badan terasa lemas, stamina menurun, dan terdapat penurunan tinggi badan.

Intervensi :

1. Gunakan matras dengan tempat tidur papan untuk membantu memperbaiki posisi tulang  belakang.

2. Bantu pasien menggunakan alat bantu walker atau tongkat

3. Bantu dan anjarkan latihan ROM setiap 4 jam untuk meningkatkan fungsi persendian dan mencegah kontraktur.

4. Anjurkan menggunakan brace punggung atau korset, pasien perlu dilatih menggunakannya dan jelas tujuannya.

5. Kolaborasi dalam pemberian analgetik, estrogen, kalsium, dan vitamin D.

6. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam program diet tinggi kalsium serta vitamin C dan D 7. Kolaborasi dengan petugas laboratorium dalam memantau kadar kalsium.

3. Diagnosa keperawatan : Risiko cedera yang berhubungan dengan dampak sekunder  perubahan skeletal dan ketidakseimbangan tubuh ditandai dengan klien mengeluh

kemampuan gerak cepat menurun, tulang belakang terlihat bungkuk. Intervensi :

1. Anjurkan melakukan Aktivitas fisik secara teratur hal ini sangat penting untuk memperkuat otot, mencegah atrofi dan memperlambat demineralisasi tulang progresif.

2. Ajarkan Latihan isometrik, latihan ini dapat digunakan untuk memperkuat otot batang tubuh. 3. Anjurkan untuk Berjalan, mekanika tubuh yang baik, dan postur yang baik.

4. Hindari Membungkuk mendadak, melenggok dan mengangkat beban lama.

5. Lakukan aktivitas pembebanan berat badan Sebaiknya dilakukan di lu ar rumah di bawah sinar matahari, karena sangat diperlukan untuk memperbaiki kemampuan tubuh

menghasilkan vitamin D.

4. Diagnosa Keperawatan : Kurang pengetahuan mengenai proses ost eoporosis dan program terapi yang berhubungan dengan kurang informasi, salah persepsi ditandai dengan klien mengatakan kurang ,mengerti tentang penyakitnya, klien tampak gelis ah.

Intervensi :

1. Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya oeteoporosis. 2. Anjurkan diet atau suplemen kalsium yang memadai.

3. Timbang Berat badan secara teratur dan modifikasi gaya hidup seperti Pengurangan kafein, sigaret dan alkohol, hal ini dapat membantu mempertahankan massa tulang.

4. Anjurkan Latihan aktivitas fisik yang mana merupakan kunci utama untuk menumbuhkan tulang dengan kepadatan tinggi yang tahan terhadap terjadinya oestoeporosis.

5. Anjurkan pada lansia untuk tetap membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar matahari dan latihan yang memadai untuk meminimalkan efek oesteoporosis.

6. Berikan Pendidikan pasien mengenai efek samping penggunaan obat. Karena nyeri lambung dan distensi abdomen merupakan efek samping yang sering terjadi pada suplemen kalsium, maka pasien sebaiknya meminum suplemen kalsium bersama makanan untuk mengurangi

(8)

terjadinya efek samping tersebut. Selain itu, asupan cairan yang memadai dapat menurunkan risiko pembentukan batu ginjal.

5. Diagnosa Keperawatan : Gangguan eliminasi alvi yang berhubungan dengan kompresi saraf  pencernaan ileus paralitik ditandai dengan klien mengatakan buang air besar susah dan keras.

Intervensi :

1. Berikan diet tinggi serat.

2. Berikan tambahan cairan dan gunakan pelunak tinja sesuai ketentuan dapat membantu atau meminimalkan konstipasi.

3. Pantau asupan pasien, bising usus dan aktivitas usus karena bila terjadi kolaps vertebra pada T10-L2, maka pasien dapat mengalami ileus.

Referensi

Dokumen terkait

Seperti telah diutarakan, novel ini adalah novel biasa tentang obsesi, ambisi, harta dan cinta --- dengan kata lain, tema yang diusung oleh pengarang novel ini adalah

clouds, while possible point within the data with the relati registration ste parameters of surface registr Inhere, the IC one-step (mu presented, sta mathematical the performan

Kripik Kulit Singkong dengan aneka rasa yang kaya akan insoluble fiber (serat yang tidak larut dalam air) yang bermanfaat untuk memperlancar proses buang air besar, sehingga

 Menjawab pertanyaan yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau lembar kerja yang telah disediakan.  Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru melemparkan

Uji coba produk pengembangan dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap media pembelajaran biologi pada materi sistem saraf yang menggunakan adobe

Penutupan rekening Tabungan BritAma Junio dengan menggunakan sistem Brinet pada Bank Rakyat Indonesia hanya dapat dilakukan oleh nasabah yang membuka rekening

Menurut FN (Formularium Nasional) edisi ke-2 suspensi adalah sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan ata tanpa zat tambahan, yang akan terdispersi

 Intoksikasi akut merupakan fenomena peralihan yang timbul akibat penggunaan alcohol atau zat psikoaktif lain sehingga terjadi gangguan kesadaran, fungsi kognitif,