• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan pada Klien Pneumonia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Asuhan Keperawatan pada Klien Pneumonia"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pneumonia adalah radang parenkim paru. Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada sejumlah penyebab nonifeksi yang kadang-kadang perlu dipertimbangkan, selain itu pneumonia juga seringkali disebabkan oleh virus dan bakteri. Pneumonia bacterial (atau pneumokokus) secara khas diawali dengan awitan menggigil, demam yang timbul dengan cepat, dan nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernapas dan batuk. Pneumonia atipikal beragam dalam gejalanya, tergantung pada organisme penyebab. Pneumonia akibat virus kebanyakan didahului gejala-gejala pernapasan beberapa hari, termasuk rhinitis dan batuk.

Pneumonia merupakan infeksi saluran nafas bawah yang masih menjadi masalah kesehatan di Negara berkembang maupun Negara maju. menurut survey demografi kesehatan Indonesia, angka kematian balita pada tahun 2007 sebesar 44 per 1000 kelahiran hidup. Menurut Riskesdas, penyebab kematian balita karena pneumonia adalah nomer 2 dari seluruh kasus kematian balita (15,5%). Sehingga jumlah kematian balita akibat pneumonia tahun 2007 adalah 30.470 balita, atau rata-rata 83 balita meninggal setiap hari akibat pneumonia. Prevalensi pneumonia pada balita usia kurang dari 1 tahun di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2007 adalah 0,2%, sedangkan untuk usia 1-4 tahu mencapai 0,7%. Dari hasil pencatatan dan pelaporan tahun 2012, cakupan penemuan penderita pneumonia balita di Jawa Timur sebesar 27,08% dengan jumlah penderita yang dilaporakan oleh kabupaten/kota adalah 84.392 orang. Target cakupan penemuan penderita pneumonia balita pada than 2012 adalah sebesar 80% dari 38 kabupaten/kota yang mencapai target tersebut hanyalah 3 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Bojonegoro, Kota Pasuruan dan Kabupaten Gresik. Rendahnya capaian target penemuan penderita pneumonia karena masih ada petugas puskesmas yang kurang memahami pengklasifikasian pneumonia pada balita, kurang aktifnya deteksi dini pneumonia atau masih belum optimalnya dalam tatalaksana penderita pneumonia dan rendahnya kelengkapan laporan dari puskesmas yang ada di kabupaten/kota.

Mengingat pneumonia merupakan salah satu penyakit berat yang dapat mengancam jiwa, termasuk di dalamnya adalah balita maka diperlukan penanganan yang serius agar kasus pneumonia dapat menurun presentasi kejadiannya. Jika tidak maka akan dapat menimbulkan komplikasi pada sistem tubuh.

(2)

respirasi, dan memberikan insformasi tentang proses penyakit/prognosis dan treatment.

1.2 Tujuan

a) Tujuan Umum

Mahasiswa dapat memahami konsep teori dan asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem pernapasan, khususnya pneumonia.

b) Tujuan khusus 1) Konsep teori

a) Menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem pernapasan b) Mengetahui definisi pneumonia

c) Mengetahui etiologi pneumonia

d) Mengetahui patofisiologi dan WOC pneumonia e) Mengetahui manifestasi klinis pneumonia f) Mengetahui penatalaksanaan pneumonia g) Mengetahui komplikasi pneumonia h) Mengetahui prognosis pneumonia

i) Dapat menjelaskan proses keperawatan pada klien pneumonia j) Dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien pneumonia

2) Asuhan keperawatan klien dengan gangguan pneumonia a) Menjelaskan tentang pengkajian klien dengan pneumonia

b) Menjelaskan tentang diagnosis keperawatan klien dengan pneumonia

c) Menjelaskan intervensi dan rasional tindakan kepada klien dengan pneumonia

1.3 Manfaat

a) Untuk memermudah mahasiswa dalam mencari sumber informasi mengenai pneumonia

(3)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan fisiologi sistem pernapasan A) Anatomi dan fisiologi sistem pernapasan

1) Organ-organ pernapasan atas a) Hidung

Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai 2 lubang, dipisahkan oleh sekat hidung (septum oil) di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung. Hidung terdiri dari hidung luar dan nasi di belakang hidung luar.

b) Faring

Merupakan tempat persimpangan antara jalan napas dan jalan makanan. Terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Faring dibagi atas tiga bagian: (1) Bagian atas yang sama tingginya dengan koana yang disebut nasofaring. Terletak tepat di belakang cavum nasi, di bawah basis cranii dan di depan vertebrae cervicalis I dan II.

(2) Bagian tengah yag sama tingginya dengan ismus fausium disebut orofaring. Orofaring berhubungan ke bawah dengan laringofaring, merupakan bagian dari faring yang terletak tepat di belakang laring, dan dengan ujung atas esophagus.

(3) Bagian abawah sekat, dinamakan langiofaring. c) Laring

Merupakan saluran pendek yang menghubungkan faring dan trakea dan bertindak sebagai pembentuk suara.

2) Organ saluran pernapasan bawah

a) Trakea

Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda. Panjang trakea 9-11 cm dan di belakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh oto polos.

b) Bronkhial dan alveoli

Ujung distal trakea membagi menjadi bronki primer kanan dan kiri yang terletak di dalam rongga dada. Fungsi percabangan bronkial untuk memberikan saluran bagi udara antara trakea dan alveoli.

Alveoli berjumlah 300-500 juta di dalam paru-paru, fungsinya adalah sebagai satu-satunya tempat pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan aliran darah.

c) Paru-paru

(4)

Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru kanan dan kiri. Kapasitas paru-paru:

(1) Kapasitas total

Jumla udara yang dapat mengisi paru-paru pada inspirasi sedalam-dalamnya.

(2) Kapasitas vital

Jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi maksimal Bagian-bagian paru:

a) Pleura adalah bagian terluar dri paru-paru dikelilingi oleh membran halus, licin atau pleura.

b) Mediastinum adalah bagian dinding yang membagi rongga toraks menjadi 2 bagian.

c) Lobus adalah bagian paru-paru dibagi menjadi lobus kiri terdiri atas lobus bawah dan atas tengah dan bawah.

d) Bronkus dan bronkiolus terdapat beberapa divisi bronkus di dalam setiap lobus paru. Bronkiolus adalah percabangan dari bronkus.

e) Alveoli paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli yang tersusun dalam kloster antara 15-20 alveoli.

d) Toraks

Rongga toraks terdiri dari rongga pleura kanan dan kiri dan bagian tengah yang disebut mediastinum. Toraks mempunyai peranan penting dalam pernapasan, karena bentuk elips dari tulang rusuk dan sudut perlekatannya tulang belakang. Perubahan dalam ukuran toraks inilah yang memungkinkan terjadinya proses inspirasi dan ekspirasi.

B) Fisiologi pernapasan

Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi.

Pernapsan paru-paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi pada paru-paru. Pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernapas dimana oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar, alveoli memisahkan oksigen dari darah, O2 menembus membran, diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan ke seluruh tubuh. Guna pernapasan:

1) Mengambil O2 yang kemudian di bawa oleh darah ke seluruh tubuh (sel-selnya) untuk mengadakan pembakaran.

2) Mengeluarkan CO2 yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran, kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang (karena tidak berguna lagi oleh tubuh).

(5)

Pernapasan dalam keadaan normal Orang dewasa : 16-24 kali/menit Anak-anak kira-kira : 24 kali/menit Bayi kira-kira : 30 kali/menit

Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks, yang merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan. Efek dari gerakan ini adalah secara bergantian meningkatkan dan menurunkan kapasitas dada. Inspirasi adalah ketika kapasitas dalam dada meningkat, udara masuk melalui trakea. Ekspirasi adalah ketika dinding dada dan diafragma kembali ke ukuran semula.

2.2 Tinjauan Pustaka

2.2.1 Definisi Pneumonia

Pneumonia merupakan suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat terjadi berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi dan darah dialirkan ke sekitar alveoli yang tidak berfungsi. Hiposekmia dapat terjadi tergantung banyaknya jumlah alveoli yang rusak.

Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agens infeksius. Pneumonia adalah penyakit infeksius yang sering menyebabkan kematian di Amerika Serikat. Dengan pria menduduki peringkat ke-empat pria dan wanita menempati peringkat ke-lima sebagai akibat hospitalisasi.

Pneumonia adalah radang parenkim paru. Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada sejumlah penyebab nonifeksi yang kadang-kadang perlu dipertimbangkan.

2.2.2 Etiologi

(6)

Jenis Etiologi Gejala Sindroma

tipikal

Streptococcus pneumonia jenis pneumonia tidak penyulut

Streptococcus pneumonia dengan penyulut

Onset mendadak dingin, menggigil, dan demam (39-40 °C)

Nyeri pada pleuritis Batuk produktif, sputum hijau, purulent, dan mungkin mengandung bercak darah, serta hidung kemerahan Refraksi intercostal, penggunaan otot aksesorius, dan bisa timbul sianosis. Sindrom

atipikal Haemophilus influenzaStaphylococcus aureus Onset bertahap dalam 3-5hari Malaise, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, dan batuk kering

Nyeri dada karena batuk Mycoplasma pneumonia

Virus pathogen

Aspirasi Aspirasi basil gram negative: Klebsiela, Pseudomonas,

Enterobacter, Escherichia proteus, dan basil garam positif: Staphyloccus Aspirasi asam lambung

Anaerobic campuran: mulanya onset perlahan Demam rendah, dan batuk

Produksi sputum/bau busuk

Foto dada: jaringan interstitial yang terkena di paru-parunya.

Infeksi gram negative atau positif

Gambaran klinik mungkin sama dengan pneumonia klasik Distress respirasi

mendadak, dyspnea berat, sianosis, batuk,

hiposekmia, dan diikuti tanda infeksi sekunder Hematogen Terjadi bila kuman

pathogen menyebar ke paru-paru melalui aliran darah: Staphyloccus, E. coli, dan anaerob enteric

Gejala pulmonal timul minimal dibanding gejala septicemia

(7)

Berikut merupakan tabel penyebab pneumonia pada anak berdasarkan usia:

Umur Kuman Penyebab

Lahir – 3 minggu Group B Streptococcus

Kuman gram negative (misalnya E.Coli)

3 minggu – 3 bulan Virus (RSV, parainfluenza virus, Influenza A dan B, adenovirus) Chlamydia trachomatis

Sterptococcus pneumonia 4 bulan – 4 tahun Streptococcus pneumonia

Virus

Haemophilus influenza Group A streptococcus (streptococcus pyogenes) Streptococcus aureus Mycoplasma pnaumoniae Spesies streptococcus lainnya

Lebih 5 tahun Mycoplasma pneumonia

Chlamydia pneumonia Streptococcus pneumonia

(8)

2.2.3 Patofisiologi

Inhalasi mikroba dengan jalan Melalui udara

Aspirasi organisme dari nasofaring

Hematogen

Reaksi inflamasi hebat

Nyeri dada Panas dan demam

Anoreksia pausea vomit

Mk: Nyeri

pleuritis Membran paru-paru meradang dan berlubang

Red blood Count (RBC), white Blood Count (WBC), dan cairan keluar masuk ke alveoli

Sekresi, edema, dan prochopasme

Dispanea Sianosis Batuk Etiologi: Jamur, Bakteri, Virus

Mk: Bersihan jalan napas tidak efektif dan pola napas tidak

teratur

Akumulasi sputum di jalan napas

Suplai O2 menurun

Mk: Toleransi Aktivitas

Tertelan di labung

Keseimbangan asam basa terganggu

Mual dan muntah

Mk: kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

(9)

Paru terlindungi dari infeksi melalui beberapa mekanisme: filtrasi di partikel hidung, pencegahan aspirasi dengan refleks epiglottis, ekspulsi benda asing melalui refleks batuk, pembersihan ke arah kranial oleh mukosilier, fagositosis kuman oleh makrofag elveolar, netralisasi kuman oleh substansi imun local dan drainase melalui sistem limfatik. Faktor predisposisi pneumonia: aspirasi, gangguan imun, septisema, malnutrisi, campak, pertussis, penyakit jantung bawaan, gangguan neuromuscular, kontaminasi perinatal dan gangguan klirens mucus atau sekresi seperti pada fibrosis kistik, benda asing atau disfungsi silier.

Mikroorganisme mencapai paru melalui jalan nafas, aliran darah, aspirasi benda asing, transplasental atau selama persalinan pada neonatur. Umumnya pneumonia terjadi akibat inhalasi atau aspirasi mikroorganisme, sebagian kecil terjadi melalui aliran darah (hematogen). Secara klinis sulit membedakan pneumonia bakteri dan virus. Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia tersering pada bayi dan anak kecil. Pneumonia lobaris lebih sering ditemukan dengan pertambahan umur. Pada pneumonia berat bisa terjadi hiposekmia, hiperkapnea, asidosis respiratorik, asidosis metabolik, dan gagal napas.

2.2.4 Manifestasi klinis

Klasifikasi pneumonia berdasarkan penyebabnya: a) Pneumonia Bacterial,

b) Pneumonia Atipikal, c) Pneumonia akibat virus.

Pneumonia bacterial (atau pneumokokus) secara khas diawali dengan awitan menggigil, demam yang timbul dengan cepat (39,5°C sampai 40,5°C [101°F sampai 105°F], dan nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernapas dan batuk. Pasien sangat sakit dengan takipnea sangat jelas (25 sampai 45 kali/menit) disertai dengan pernapasan mendengkur, pernapassan cuping hidung, dan penggunaan otot-otot aksesori pernapasan.

Pneumonia atipikal beragam dalam gejalanya, tergantung pada organisme penyebab. Banyak pasien mengalami infeksi saluran pernapasan atas (kongesti nasal, sakit tenggorok), dan awitan gejala pneumonianya bertahap. Gejala yang menonjol adalah sakit kepala, demam tingkat rendah, nyeri pleuritis, myalgia, ruam, dan faringitis. Setelah beberapa hari, sputum mukoid atau mukopurulen dikeluarkan.

Nadi cepat dan bersambung (bounding). Nadi biasanya meningkat sekitar 10kali/menit untuk setiap kenaikan satu derajat Celcius. Bradikardia relative untuk suatu demam tingkatan tertentu dapat menandakan infeksi virus, infeksi Micoplasma, atau infeksi dengan spesies Legionella.

(10)

Sputum berbusa, bersemu darah sering dihasilkan pada pneumonia pneumokokus, stafilokokus, Klebsiella, dan streptokokus. Pneumonia Klebsiella sering juga mempunyai sputum yang kental; sputum H. Influenzae biasanya berwarna hijau.

Tanda-tanda lain terjadi pada pasien dengan kondisi seperti kanker, atau pada mereka yang menjalani pengobatan dengan imunosupresan, yang menurunkan daya tahan terhadap infeksi dan terhadap organisme yang sebelumnya tidak dianggap pathogen serius. Pasien demikian menunjukkan deman, krekles, dan temuan fisik yang menandai area solid (konsolidasi) pada lobus-lobus paru, termasuk peningkatan fremitus taktil, perkusi pekak, bunyi napas bronkovesikular atau bronkial, egofoni (bunyi mengembik yang terauskultasi), dan bisikan pektoriloquy (bunyi bisikan yang terauskultasi melalui dinding dada). Perubahan ini terjadi karena bunyi ditranmisikan lebih baik melalui jaringan padat atau tebal (konsolidasi) ketimbang melalui jaringan normal.

Pada pasien lansia atau mereka yang menderita PPOM, gejala –gejala dapat berkembang secara tersembunyi. Sputum purulent mungkin menjadi satu-satunya tanda pneumonia pada pasien ini. Sangat sulit untuk mendeteksi perubahan yang halus pada kondisi mereka karena telah mengalami gangguan fungsi paru yang serius.

Pneumonia akibat virus. Kebanyakan virus pneumonia didahului gejala-gejala pernapasan beberapa hari, termasuk rhinitis dan batuk. Seringkali anggota keluarga yang lain sakit. Walaupun biasanya ada demam, suhu biasanya lebih rendah daripada pneumonia bakteri. Takipnea, yang disertai dengan retraksi intercostal, subcostal, dan suprasentral; pelebaran cuping hidung; dan penggunaan otot tambahan sering ada. Infeksi berat dapat disertai dengan sianosis dan kelelahan pernapasan. Auskultasi dada dapat menampakkan ronki dan mengi yang luas, tetapi ronki dan mengi ini sukar dilokalisasi sumbernya dari suara yang kebetulan ini pada anak yang amat muda dengan dada hipersonor. Pneumonia virus tidak dapat secara tepat dibedakan dari penyakit mikoplasma atas dasar klinis murni dan kadang-kadang mungkin sukar dibedakan dari pneumonia bakteri. Lagipula, bukti adanya infeksi virus ada pada banyak penderita yang telah konfirmasi pneumonia bakteri.

2.2.5 Penatalaksanaan

Konsolidasi atau area yang menebal dalam paru-paru yang akan tampak pada rontgen dada mencakup area berbecak atau keseluruhan lobus (pneumonia lobaris). Pada pemeriksaan fisik, temuan akan beragam tergantung pada keparahan pneumonia. Temuan tersebut dapat mencakup bunyi napas bronkovesikular atau bronkial, krekles, peningkatan fremitus, egofoni positif, dan pekak pada perkusi.

(11)

Pneumonia mikoplasma memberikan respons terhadap eritromasin, tetrasiklin, dan derivate tetrasiklin (doksisiklin). Pneumonia atipikal lainnya mempunyai penyebab virus, dan kebanyakan tidak memberikan respon terhadap antimicrobial. Pneumocystis carinii memberikan respon terhadap pentamidin dan trimethoprim-sulfametoksazol (Bactrim, TMP-SMZ). Inhalasi lembab, hangat sangat membantu dalam menghilangkan iritasi bronkial. Asuhan keperawatan dan pengobatan ( dengan pengecualian terapi antimkrobial) sama dengan yang diberikan untuk pasien yang mengalami pneumonia akibat bakteri.

Pasien menjalani tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda penyembuhan. Jika dirawat di rumah sakit, pasien diamati dengan cermat dan secara kontinu sampai kondisi klinis membaik.

Jika terjadi hipoksemia, pasien diberikan oksigen. Analisa gas darah arteri dilakukan untuk menentukan kebutuhan oksigen dan untuk mengevaluasi keefektifan terapi oksigen. Oksigen dengan konsentrasi tinggi merupakan kontraindikasi pada pasien dengan PPOM karena oksigen ini dapat memperburuk ventilasi alveolar dengan menggantikan dorongan ventilasi yang masih tersisa dan mengarah pada dekompensasi. Tindakan dukungan pernapasan seperti intibasi endotrakeal, inspirasi oksigen konsentrasi tinggi, ventilasi mekanis, dan tekanan ekspirasi akhir positif (PEEP) mungkin diperlukan untuk beberapa pasien tersebut.

2.2.6 Komplikasi

Potensial komplikasi pneumonia yang mungkin terjadi : 1) Hipotensi dan syok

Syok dan gagal pernapasan. Pasien biasanya memberikan respos terhadap pengobatan dalam 24 sampai 48 jam setelah terapi antibiotic diberikan. Komplikasi pneumonia mencakup hipertensi dan syok serta gagal pernapasan (terutama pada penyakit baksteri gram negative yang menyerang lansia).

Komplikasi ini ditemukan terutama pada pasien yang tidak mendapat pengobatan spesifik, mendapat pengobatan yang tidak mencukupi atau menunda pengobatan atau terapi antimikroba dimana oragnisme penginfeksinya resisten, atau pada mereka dengan penyakit sebelumnya yang menyulitkan pneumonia.

(12)

2) Gagal pernapasan

Efek pneumonia terhadap paru-paru pada orang yang menderita pneumonia sering kesulitan bernafas, dan itu tidak mungkin bagi mereka untuk tetap cukup bernafas tanpa bantuan agar tetap hidup. Bantuan pernapasan non-invasiv yang dapat membantu seperti mesin untuk jalan nafas dengan bilevel tekanan positif, dalam kasus lain pemasangan endotracheal tube kalau perlu dan ventilator dapat digunakan untuk membantu pernafasan. Pneumonia dapat menyebabkan gagal nafas oleh pencetus akut respiratory distress.

3) Atelectasis

Atelectasis adalah suatu kondisi dimana paru-paru tidak dapat mengebang secara sempurna. Atelectasis (akibat obstruksi bronkus oleh penumpukan sekresi) dapat terjadi pada sembarang fase dari pneumonia akut.

4) Efusi pleural

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura berupa transudate atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura viseralis. Efusi pleural, dimana cairan terkumpul dalam rongga pleural cukup umum terjadi dan dapat menandakan dimulainya epiema (cairan purulent di dalam ruang pleura). Torasentesis diagnostic biasanya perlu dilakukan untuk menegakkan efusi pleura. Setelah efusi pleura terlihat dala gambaran rontgen dada, mungkin dipasang selang dada untuk mengatasi infeksi pleura dengan membuat drainase yang tepat dari empyema.

5) Delirium

Delirium adalah kemungkinan komplikasi lain dan dianggap sebagai kedaruratan medis ketika hal ini terjadi. Keadaan ini mungkin disebabkan oleh hipoksia, meningitis, atau sindrom putus zat alcohol. Pasien dengan delirium dberikan oksigen, hidrasi yang adekuat, dan sediasi riangan sesuai yang diresepkan dan diobservasi dengan konstan.

6) Superinfeksi

Superinfeksi dapat terjadi dengan pemberian dosis antibiotic yang sangat besar, seperti penisilin, atau dengan penggunaan kombinasi antibiotic. Jika pasien membaik dan demam menghilang setelah diberikan terapi antibiotic, tetapi selanjutnya terjadi peningkatan suhu tubuh disertai dengan batuk dan adanya bukti penyesuaian pneumonia, kemungkinannya adalah superinfeksi. Antibiotic diganti dengan penyesuaian atau dihentikan sama sekali pada beberapa kasus.

2.2.7 Prognosis

(13)

berakhir lama, pneumonia karena mycoplasma memerlukan empat sampai lima minggu untuk memutuskan sama sekali.

Pada umumnya prognosis, tergantung dari faktor penderita, bakteri penyebab dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat. Perawatan yang baik dan intensif sangat mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat. Dengan pengobatan, kebanyakan jenis pneumonia bakteri akan stabil dalam waktu 3–6 hari. Kadang-kadang memakan waktu beberapa minggu sebelum kebanyakan gejala diatasi. Hasil rontgen biasanya bersih dalam waktu empat minggu dan mortalitas rendah (kurang dari 1%). Di kalangan lansia atau orang yang memiliki masalah paru-paru lain penyembuhan mungkin memakan waktu lebih dari 12 minggu. Di kalangan orang yang memerlukan perawatan di rumah sakit, mortalitas mungkin hingga 10% dan di kalangan mereka yang memerlukan perawatan intensif (ICU) mortalitas bisa mencapai 30–50%.

Pneumonia adalah infeksi yang diperoleh di rumah sakit paling umum yang menyebabkan kematian. Sebelum adanya antibiotik, mortalitas biasanya 30% di kalangan mereka yang dirawat di rumah sakit. Komplikasi bisa muncul terutama di kalangan lansia dan mereka yang memiliki masalah kesehatan dasar. Ini bisa termasuk, antara lain: empiema, abses paru-paru, bronkiolitis obliteran, sindrom kesulitan pernafasan akut, sepsis, dan memburuknya masalah kesehatan dasar.

2.3 Proses Keperawatan 2.3.1 Pengkajian

Sebagian besar pasien dengan pneumonia tidak dirawat di rumah sakit. Namun demikian, karena banyak pasien yang dirawat di rumah sakit mengalami pneumonia, pengkajian yang cermat oleh perawat merupakan hal penting untuk mendeteksi masalah ini. Adanya demam pada setiap pasien yang dirawat harus mewaspadakan perwat terhadap kemungkinan pneumonia bakterialis.

Pengkajian keperawatan lebih jauh mengidentifikasi manifestasi klinis pneumonia; nyeri, takipnea; penggunaan otot-otot aksesori pernapasan untuk bernapas; nadi cepat,bounding atau bradikardia relative; batuk; dan sputum purulent. Keparahan, letak, dan penyebab nyeri dada harus diidentifikasi juga hal apa yang dapat menghilangkannya. Segala perubahan dalam suhu dan nadi, jumlah, bau, dan warna sekresi, frekuensi dan keparahan batuk, dan tingkat takipnea atau sesak napas juga dipantau. Konsolidasi pada paru-paru dikaji dengan mengevaluasi bunyi napas (pernapasan bronkial, ronki bronkovesikular, atau krekles), fremitus, egofoni, pektoriloquy berbisik, dan hasil perkusi ( pekak pada bagian dada yang sakit).

Pasien dikaji terhadap perilaku yang tidak biasa, perubahan status mental, prostrasi, dan gagal jantung kongestif. Mungkin tampak gelisah, delirium, terutama pada pasien dengan pecandu alcohol.

1) Anamnesis

(14)

tinggi terus-menerus, sesak, kebiruan di sekitar mulut, menggigil (pada anak), kejang (pada bayi) dan nyeri dada. Biasanya anak lebih suka berbaring pada sisi yang sakit. Pada bayi muda sering menunjukkan gejala nonspesifik seperti hipotermi, penurunan kesadaran, kejang atau kembung sehingga sulit dibedakan dengan meningitis, sepsis atau ileus.

2) Pemeriksaan fisik

A) B1-B6

a) B1 (Breating)

Pemeriksaan fisik pada klien dengan pneumonia merupakan pemeriksaan fokus dan berurutan. Pemeriksaan ini terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

b) B2 (Blood)

Pada klien dengan pneumonia pengkajian yang didapat meliputi: 1) Inspeksi :

Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum 2) Palpasi :

Denyut nadi perifer melemah 3) Perkusi :

Batas jantung tidak mengalami pergeseran 4) Auskultasi :

Tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan biasanya tidak didapatkan

c) B3 (Brain)

Klien dengan pneumonia yang berat sering terjadi penurunan kesadaran, didapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi berat. Pada pengkajian objektif, wajah klien tampak meringis, menangis, merintih, mengerang, dan menggeliat.

d) B4 (Bladder)

Pengukuran volume urine berhubungan dengan intake cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria, karena hal tersebut tanda awal dari syok.

e) B5 (Bowel)

Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan napsu makan, dan penurunan berat badan.

f) B6 (bone)

Kelemahan dan keletihan fisik secara umum sering menyebabkan ketergantungan klien terhadap bantuan orang lain dalam melakukan aktifitas sehati-hari

B) Heat to Toe

a) Inspeksi

(15)

(2) Barrel chest (diameter antero-posterior dan transversal sebanding).

(3) Penggunaan otot bantu napas. (4) Hipertropi otot bantu napas. (5) Pelebaran sela iga.

(6) Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis leher dan edema tungkai.

b) Palpasi

Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar.

c) Perkusi

Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah.

d) Auskultasi

(1) Suara napas vesikuler normal, atau melemah.

(2) Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa.

(3) Ekspirasi memanjang.

(4) Bunyi jantung terdengar jauh.

3) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium yang nonspesifik yang seringkali dilakukan diantaranya :

a) Hitung leukosit: dapat terjadi leukositosis dengan hitung jenis bergeser ke kiri

b) Laju endap darah: meningkat pada infeksi bacterial namun banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya.

c) C Reactive Protein (CRP): meningkat pada infeksi bacterial d) Procalcitonin: dianggap lebih baik disbanding CRP

Bila fasilitas memungkinkan pemeriksaan analisis gas darah menunjukkan keadaan hiposekmia (karena ventilation perfusion mismatch). Kadar PaCO2 dapat rendah, normal atau meningkat tergantung kelainannya. Dapat terjadi asidosis respiratorik, asidosis metabolic, dan gagal napas. Pemeriksaan kultur darah jarang menunjukkan respons terhadap penanganan awal.

(16)

Luas kelainan pada gambaran radiologis biasa sebanding dengan derajat klinis penyakit, kecuali pada infeksi mikoplasma yang gambaran radiologis lebih berat daripada keadaan klinis. Gambaran lain yang dapat dijumpai :

(1) Konsolidasi pada satu lobus atau lebih pada pneumonia lobaris. (2) Penebalan pleura pada pleuritis.

(3) Komplikasi pneumonia seperti atelectasis, efusi pleura, pneumomediastinum, pneumotoraks, abses, pneumatokel.

2.3.2 Intervensi

a) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan faktor penumpukan sputum pada jalan napas.

Tujuan : Anak dapat bernapas dengan baik dan efektif.

Kriteria hasil : Rasa sesak napas menghilang dan frekuensi napas dapat kembali normal sesuai dengan usia

Intervensi dan rasional :

1) Memperbaiki Potensi Jalan Napas. Membuang sekresi adalah penting karena sekresi yang tertahan akan mengganggu pertukaran gas dan dapat memperlambat pemulihan. Perbanyak masukan cairan (2-3 L/ hari), karena hidrasi yang adekuat mengencerkan dan membebaskan sekresi paru dan juga mengganti cairan yang diakibatkan oleh demam, diaphoresis, dehidrasi, dan frekuensi pernapasan cepat. Udara yang dilembabkan untuk melepaskan sekresi yang memperbaiki ventilasi. Masker wajah dengan kelembaban tinggi (menggunakan baik udara yang dikompres atau oksigen) memberikan udara yang hangat, dilembabkan pada percabangan bronkial dan mengencerkan cairan. Pasien didorong untuk batuk dengan cara yang diuraikan bagi pasien pascaoperatif.

(17)

b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan persediaan dan kebutuhan oksigen dalam tubuh manusia

Tujuan : Anak dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan. Kriteria hasil : Dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan dan tidak meraskaan sesak napas.

Intervensi dan rasional :

1) Peningkatan istirahat dan penghematan energi. Pasien yang lemah didorong untuk istirahat dan tetap ditempat tidur untuk menghindari terlalu banyak gerakan dan kemungkinan memperburuk gejala. Posisi yang nyaman untuk meningkatkan istirahat dan pernapasan (misalnya posisi semi Fowler) dilakukan dan diubah dengan teratur. Pasien rawat jalan untuk tidak terlalu bekerja berat dan hanya melakukan aktivitas sedang – sedang saja. Jika diresepkan sedatif atau transkuiliser, status mental pasien (sensorium) dievaluasi sebelum obat – obat diberikan. Gelisah, konfusi, dan agresi mungkin timbul karena hipoksia serebral, dalam kasus ini pemberian sedatif merupakan kontraindikasi.

2) Penyuluhan pasien dan pertimbangan perawatan di Rumah. Setelah demam menghilang, pasien secara bertahap dapat meningkatkan aktivitas. Keletihan dan kelemahan dapat berkepanjangan setelah pneumonia. Dorong latihan pernapasan untuk membersihkan paru – paru dan meningkatkan ekspansi penuh paru. Pasien diinstruksikan untuk kembali ke klinik atau ke dokter untuk pemeriksaan rontgen dada tindak lanjut dan pemeriksaan lengkap. Pasien yang sangat lemah dapat membutuhkan kunjungan rumah oleh perawat untuk memantau status, mencegah komplikasi lebih lanjut, dan memberikan penyuluhan pasien yang berkepanjangan.

3) Dorong pasien untuk berhenti merokok. Karena merokok akan merusak aktivitas siliaris trakeobronkial, yang merupakan pertahanan garis depan paru – paru. Merokok juga mengiritasi sel – sel mukosa bronki dan menghambat fungsi sel – sel makrofag (pemangsa). Pasien diinstruksikan untuk menghindari keletihan, perubahan suhu mendadak, dan masukan alkohol yang berlebihan, yang menurunkan daya tahan terhadap pneumonia. Perawat bersama pasien meninjau prinsip –prinsip nutrisi dan istirahat yang adekuat, karen satu episode pneumonia dapat membuat pasien retan terhadap kambuhan infeksi saluran pernapasan. Pasien didorong untuk mendapatkan vaksinn influenza pada waktu yang diharuskan, karena influenza meningkatkan kerentanan terhadap pneumonia bakterialis sekunder, terutama yang disebabkan oleh Staphylococcus, H. Influenzae, dan S. Pneumoniae. Pasien juga didorong untuk mendapatkan nasihat medis mengenai penerimaan vaksin (Pneumovax) untuk s. Pneumoniae.

c) Pemenuhan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor peningkatan metabolism tubuh dan penurunan nafsu makan.

Tujuan : memperbaiki nafsu makan anak

Kriteria hasil : kebutuhan nutrisi tubuh dapat terpenuhi dan nafsu makan dapat kembali membaik

Intervensi dan rasional :

(18)

frekuensi pernapasan mengarah pada peningkatan kehilangan cairan tidak kasat mata selama ekhalasi. Pasien dapat dengan cepat menjadi dehidrasi. Oleh karenanya, perbanyak pemberian cairan (sedikitnya 2 L/hari). Seringkali, pasien yang mengalami kesulitan bernapas kehilangan napsu makan mereka dan hanya akan minum cairan. Cairan, selanjutnya akan bermanfaat untuk penggantian kehilangan volume. Nutrien juga dapat diberikan melalui IV.

2) Pantau jumlah makanan yang dikonsumsi. Penurunan nafsu makan pada pasien dapat mengakibatkan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, oleh karena itu dengan pemantauan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh klien dapat mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan sasaran yang diharapkan.

3) Jaga kebersihan mulut. Bau yang kurang menyenangkan dapat mempengaruhi nafsu makan klien. Seringkali klien yang merasa tidak enak makan karena bau mulutnya yang dianggap mengganggu lebih memilih untuk tidak makan. Oleh karea itu menjaga dan mempertahankan bau kesegaran mulut dan ruangan sangat perlu dilakukan.

2.3.3 Evaluasi

1) Menunjukkan perbaikan patensi jalan napas seperti yang ditunjukkan dengan gas darah adekuat, suhu tubuh normal, bunyi napas normal, dan batuk dengan efektif.

2) Istirahat dan menghemat energy dengan tetap berada di tempat tidur ketika menunjukkan gejala.

3) Memperhatikan masukan cairan yang adekuat seperti yang dibuktikan dengan meminum sejumlah cairan yang dianjurkan dan mempunyai turgor kulit yang baik.

4) Mematuhi protocol pengobatan dan strategi pencegahan. 5) Bebas dari komplikasi

a) Tanda-tanda vital dan gas darah arteri normal b) Batuk produktif

c) Menunjukkan tidak adanya gejala-gejala syok, gagal pernapasan, atau efusi pleural.

d) Terorientasi dan waspada terhadap lingkungan sekitar.

2.4 Asuhan Keperawatan 2.4.1 Kasus

An.A (4 tahun) datang ke rumah sakit dengan ibunya dan mengeluhkan pilek, batuk berdahak dan kadang disertai dengan sesak napas. Berat badannya menurun 2kg dari berat badan awalnya yaitu dari 16kg menjadi 14kg karena penurunan nafsu makan yang dialami oleh klien. TD 130/90 mmHg; HR 90x/menit; RR 45x/menit.

2.4.2 Pengkajian

Nama : An. A

(19)

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Surabaya

Agama : Islam

Masuk rumah sakit : 24 Mei 2015 Tanggal pengkajian : 24 Mei 2015

2.4.3 Keluhan utama

Pilek, batuk berdahak dan kadang disertai sesak napas.

2.4.4 Riwayat penyakit sekarang

Saat ini Nn. A mengalami pilek, batuk berdahak dan kadang disertai dengan sesak napas. Nafsu makannya menurun semenjak 3 hari yang lalu sehingga berat badannya juga menurun.

2.4.5 Riwayat penyakit dahulu Tidak ditemukan.

2.4.6 Riwayat penyakit keluarga Tidak ditemukan.

2.4.7 Pemeriksaan fisik a) B1 (breathing) :

Pola napas : Irama Teratur √ Tidak Teratur Jenis √ Dispneu Kusmaul

Ceyne Stokes Lain-lain : …. Bunyi napas : Vesikuler Kanan Kiri

√ Ronchi Kanan Kiri Melemah Kanan Kiri Menghilang Kanan Kiri Sesak napas : √ Ya Tidak

Otot bantu napas : Ya, sebutkan….. √ Tidak Batuk : √ Ya Tidak

Produksi sputum : √ Ya, warna kuning kecoklatan Tidak Pergerakan dada : √ Simetris Asimetris

Alat bantu napas : Ya √ Tidak

Masalah Keperawatan : Gangguan bersihan jalan napas & Intoleransi Aktivitas

b) B2 (blood)

Irama jantung : √ Reguler Irreguler

Nyeri Dada : √ Ya Tidak

(20)

Cyanosis : Ya √ Tidak Lain – lain : ...

Diagnosis Keperawatan :

Penurunan curah jantung

Ketidakefektifan perfusi jaringan : kardiopulmonal Ketidakefektifan perfusi jaringan : perifer

Nyeri akut Lain – lain : ...

c) B3 (brain)

i) Reflek fisiologi :

√ Patella √ Triceps √ Biceps lain – lain :... ii) Reflek patologis :

Babinsky Brudzinky Kernig lain – lain :... iii) Keluhan pusing : Ya √ Tidak

iv) Lain – lain : ... v) Penglihatan (mata) :

1) Sclera

Anemis Ikterus lain – lain : ... 2) Penglihatan

√ Normal Kabur Kacamata Lensa Kontak Lain – lain : ...

vi) Gangguan pendengaran : Ya √ Tidak Jelaskan : ... vii) Penciuman (hidung) :

√ Tidak Bermasalah Tersumbat Sekret Epistaksis Gangguan Penciuman : Ya, jelaskan : ...

viii) Pola Tidur : Normal √ Sulit Tidur Sering Bangun ix) Istirahat / tidur : 8 jam / hari

x) Insomnia : Ya √ Tidak xi) Somnambulisme : Ya √ Tidak xii) Lain – lain : ...

Pengkajian Nyeri

Pencetus Kualitas Lokasi/ Radiasi

Skala (1-10)

Waktu Penyebab nyeri hilang/berkurang

h

Nyeri mempengaruhi :

(21)

Aktivitas Fisik Nafsu Makan Lain – lain : ...

Diagnosis Keperawatan :

Gangguan sensori / persepsi : penglihatan Gangguan sensori / persepsi : pendengaran Gangguan sensori / persepsi : penciuman Insomnia

Deprivasi tidur √ Nyeri akut

Nyeri kronik Resiko jatuh

Resiko disfungsi nerovaskuler perifer Lain – lain :...

d) B4 (bladder)

i) Kebersihan : √ Bersih Kotor ii) Urin : Jumlah : - cc/ hr Warna : ... iii) Kateter : Jenis : - Mulai : ... iv) Kendung kencing

Membesar : Ya √ Tidak Nyeri tekan : Ya √ Tidak

v) Gangguan :

√ Normal Anuria Oliguri

Retensi Nokturia Inkontinensia Hematuri lain – lain : ...

vi) Intake cairan total : 600 cc/hr vii) IWL : ... cc/ hr viii) Lain – lain : ...

Diagnosis Keperawatan :

Gangguan eliminasi urine Retensi urin

Inkontinensia urine total Inkontensia urine fungsional Inkontensia urine overflow Resiko infeksi

Lain – lain : ...

e) B5 (bowel) i) Nafsu makan :

Baik √ Menurun frekuensi : 3 x/hari Mual Muntah

ii) Porsi makan :

Habis √ Tidak Ket : ... iii) Diet saat ini : Bebas iv) Makanan kesukaan :... v) Perubahan BB:

√ Tidak Ya, kira – kira ... kg/bulan/minggu vi) Alat bantu makan

(22)

a) Mulut : √ Bersih Kotor Berbau

b) Mukosa : √ Lembab Kering Stomatitis c) Tenggorokan :

Nyeri telan Kesulitan menelan Pembesaran tonsil Lain – lain :.. d) Abdomen

√ Normal Tegang Kembung Ascites Nyeri tekan, lokasi ...

ix) Peristaltik : 11 x/menit

x) Pembesaran hepar : Ya √ Tidak xi) Pembesaran lien : Ya √ tidak

BAB : 1 x/ hari

Teratur : √ Ya Tidak Terakhir tanggal : ... Hemoroid Menela

Konsistensi : ... Bau : ... Warna : ... xii) Lain – lain :....

Diagnosis Keperawatan :

Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh Ketidakseimbangan nutrisi : labuh dari kebutuhan tubuh Gangguan menelan

Inkontenensia alvi Diare

Konstipasi Resiko konstipasi Lain – lain : ...

f) B6 (bone) i) Kekuatan otot :

5 5

5 5 ii) Fraktur : Ya √ Tidak

iii) Dikubitus : √ Tidak ada Ada, lokasi : ..., derajat iv) Luka : √ Tidak Ya, lokasi ... plus : Ya Tidak

v) Kulit : √ Normal Luka Memar

Kering gatal – gatal Bersisik vi) Warna kulit : Ikterus Sianotik Kemerahan

Pucat Hiperpigmentasi Ptechie vii) Akral : √ Hangat Dingin √ Merah

√ Kering Lembab/ basah Pucat viii) Turgor : √ Baik Sedang Jelek

ix) Odema : Tidak ada Ada, lokasi ...

x) Pemakaian alat bantu : Traksi Gips Lokasi : ... xi) Lokasi : ...

xii) Lain – lain : ...

Diagnosis Keperawatan :

(23)

Hambatan mobilitas fisik Keletihan Hambatan mobilitas fisik di tempat tidur

Kelambatan pemulihan pasca bedah Intoleransi aktivitas Kerusakan integritas kulit

Kerusakan integritas jaringan

Resiko kekurangan volume cairan Resiko infeksi Resiko ketidakseimbangan volume cairan

Resiko cidera

anaknya batuk berdahak dan sesak napas.

Ibu klien

mengatakan

anaknya batuk dengan dahak

Klien kesulitan bernapas

Terjadi infeksi dan kerja sel goblet meningkat

Produksi sputum meningkat di jalan napas

Ketidakefektifan bersihan jalan napas

Gangguan bersihan jalan napas tidak efektif dan pola napas tidak efektif.

2. DS:

Ibu klien

mengatakan

anaknya mudah

lelah saat

beraktivitas.

Ibu klien

mengatakan

anaknya sering sesak napas

Eksudat+serous masuk alveoli sehingga terjadi

(24)

lelah, dan dan suplai O2 turun

Intoleransi aktivitas

3. DS:

Ibu klien

mengatakan nafsu makan anaknya berkurang, hanya mampu

menghabiskan ½ porsi.

Ibu klien

mengatakan berat badan anaknya turun 2kg dari 16kg menjadi 14kg. dihindari penderita adalah minuman beralkohol, dan asap rokok.

Terjadi infeksi dan kerja sel goblet meningkat

Produksi sputum meningkat di jalan napas

Sputum tertelan di

Keperawatan Tujuan/KriteriaHasil Intervensi Rasional 1. Bersihan jalan

napas tidak efektif

berhubungan

Tujuan Umum : Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam sputum

(25)

dengan faktor penumpukan sputum pada jalan nafas.

dapat dikeluarkan sehingga jalan napas menjadi bersih dan kembali efektif.

Tujuan Khusus : a) Jalan napas sehingga naas klien dapa kembali

normal yaitu 19-23

kali/menit

Kriteria hasil :

a) Klien dapat

inspirasi klien akan sesuai dengan anjuran dan sesuai dengan anjuran. sekali dengan menggunakan 2) Posisi tegak lurus

memungkinkan ekspansi paru lebih penuh sekresi sehingga secret dapat keluar pada saat batuk.

5) Pemberian oksigen

tambahan dapat menurunkan kerja pernapasan dengan

menyediakan lebih banyak oksigen untuk dikirim ke sel. insentif dapat membantu

(26)

objektif terhadap

Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 klien dapat melakukan aktivitas normal sehari-hari.

pertukaran gas dapat teratasi.

Kriteria Hasil :

a) Klien dapat melakukan ADL,

b) Klien dapat berjalan jauh tanpa frekuensi nadi dan frekuensi napas sebelum dan sesudah aktivitas. 2) Tunda

aktivitas jika frekuensi nadi dan frekuensi napas

istirahat tanpa diganggu diantara berbagai aktivitas. 4) Pertahankan

terapi oksigen selama kemajuan yang dicapai atau

meningkat jika aktivitas

meningkat, daya tahan dapat lebih lama, jika ada waktu istirahat diantara

aktivitas. 3) Untuk

menyimpan energi.

4) Aktivitas fisik meningkatkan kebutuhan

oksigen dan sistem tubuh akan berusaha menyesuaikanny a. Keseluruhan sistem

(27)

imobilisasi. 3. Perubahan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan dengan faktor peningkatan

Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 kebutuhan b) Menaikkan nafsu

makan,

c) Meningkatkan metabolisme tubuh.

Kriteria Hasil :

a) Nafsu makan klien dapat meningkat, b) Berat badan

klien kembali seperti semula dan

timbang berat badan setiap hari. Hasil pemeriksaan: protein total, albumin, dan tinggi kalori tinggi protein.

dikunyah jika ada sesak napas berat.

1) Untuk

mengidentifikasi

kemajuan-kemajuan atau penyimpangan lebih sedikit energi.

2.4.10 Evaluasi Tindakan

(28)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Organ pernapasan dalam tubuh dibedakan menjadi organ pernapasan atas dan organ pernapasan bawah. Organ pernapasan atas terdiri dari hidung, faring dan laring. Sedangkan untuk organ pernapasan bawah terdiri dari trakea, bronchial, paru-paru, toraks.

Pneumonia merupakan suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada sejumlah penyebab nonifeksi yang kadang-kadang perlu dipertimbangkan.

Virus penyebab pneumonia yang paling lazim adalah virus sinsitial pernapasan (respiratory syncytial virus VRS), parainfluenzae, influenza, dan adenovirus. Jenis dan keparahan penyakit dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk umur, jenis kelamin, musim dalam tahun tersebut, dan kepadatan penduduk. Anak laki-laki terkena sedikit lebih sering daripada anak perempuan. Tidak seperti bronkiolitis, dimana angka serangan puncak adalah dalam tahun pertama, angka serangan puncak untuk pneumonia virus adalah antara umur 2 dan 3 tahun dan sedikit demi sedikit menurun sesudahnya.

Mikroorganisme mencapai paru melalui jalan nafas, aliran darah, aspirasi benda asing, transplasental atau selama persalinan pada neonatur. Umumnya pneumonia terjadi akibat inhalasi atau aspirasi mikroorganisme, sebagian kecil terjadi melalui aliran darah (hematogen). Secara klinis sulit membedakan pneumonia bakteri dan virus. Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia tersering pada bayi dan anak kecil. Pneumonia lobaris lebih sering ditemukan dengan pertambahan umur. Pada pneumonia berat bisa terjadi hiposekmia, hiperkapnea, asidosis respiratorik, asidosis metabolik, dan gagal napas.

Pneumonia bacterial (atau pneumokokus) secara khas diawali dengan awitan menggigil, demam yang timbul dengan cepat (39,5°C sampai 40,5°C [ 101°F sampai 105°F ], dan nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernapas dan batuk. Pneumonia atipikal beragam dalam gejalanya, tergantung pada organisme penyebab. Pneumonia akibat virus kebanyakan didahului gejala-gejala pernapasan beberapa hari, termasuk rhinitis dan batuk.

Pengobatan pneumonia termasuk pemberian antibiotic yang sesuai seperti yang ditetapkan oleh hasil pewarnaan Gram. Penisilin G merupakan antibiotic pilihan untuk infeksi oleh S. pneumoniae. Medikasi efektif lainnya termasuk eritromasin, klindamisin, sefalosporin generasi kedua dan ketiga, penisilin lainnya, dan trimethoprim sulfametoksazol (Bactrim).

(29)

antimkrobial) sama dengan yang diberikan untuk pasien yang mengalami pneumonia akibat bakteri.

Potensial komplikasi pneumonia yang mungkin terjadi antara kain hipotensi dan syok, gagal pernapasan, atelectasis, efusi pleural, delirium, dan super infeksi.

Pada umumnya prognosis, tergantung dari faktor penderita, bakteri penyebab dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat. Perawatan yang baik dan intensif sangat mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat. Dengan pengobatan, kebanyakan jenis pneumonia bakteri akan stabil dalam waktu 3–6 hari. Kadang-kadang memakan waktu beberapa minggu sebelum kebanyakan gejala diatasi. Hasil rontgen biasanya bersih dalam waktu empat minggu dan mortalitas rendah (kurang dari 1%). Di kalangan lansia atau orang yang memiliki masalah paru-paru lain penyembuhan mungkin memakan waktu lebih dari 12 minggu. Di kalangan orang yang memerlukan perawatan di rumah sakit, mortalitas mungkin hingga 10% dan di kalangan mereka yang memerlukan perawatan intensif (ICU) mortalitas bisa mencapai 30–50%.

3.2 Saran

(30)

WOC (Web Of Caution)

DAFTAR PUSTAKA Etiologi : jamur, bakteri,

virus

Terhirup/ teraspirasi

Masuk ke alveoli

Proses peradangan

PNEUMONIA

Peningkatan

suhu tubuh Eksudat+serous masuk alveoli

Peningkatan konsentrasi

protein, cairan alveoli Infeksi

Kerja sel

goblet Akumulasisekret

Hiperter mi

Tekanan osmotik dan Mk: Resiko tinggi

kekurangan volume cairan Produksi

Sputum

Konsolidasi di alveoli

Difusi turun Akumulasi

sputum di Komplience parumenurun

Tertelan di lambung

Akumulasi cairan di Akumulasi

sputum Suplai O

2

turun Mk: Bersihan

jalan napas tidak efektif dan pola napas tidak

Keseimbangan asam basa dilambung

terganggu

Cairan menekan Sesak napas

Perubahan

asam-basa Mk: Nyeri

Pleuritik Mk: Toleransi

aktivitas Mual, muntah

(31)

Dewanto, George, Wita J. Suwono, Budi Riyanto, dan Yuda Taruna. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC Dinas Kesehatan Jawa Timur. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun

2012. Surabaya

Engram, Barbara.1999.Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Vol.1.Jakarta: EGC

Gibson, John.2003.Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat Edisi 2.Jakarta:EGC

Kemenkes RI.2010.Buletin Jendela Epidemiologi Pneumonia Balita.Jakarta

Muttaqin, Arif.Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta:Salemba Medika.

Soemyarso, Ninik Asmaningsih, Darto Saharso, dan Sjamsul Arief.2014.Modul Pembelajaran Ilmu Kesehatan Anak.Surabaya:Airlangga University Press (AUP)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Seperti telah diutarakan, novel ini adalah novel biasa tentang obsesi, ambisi, harta dan cinta --- dengan kata lain, tema yang diusung oleh pengarang novel ini adalah

Pada hari ini Rabu tanggal Tiga bulan Agustus tahun Dua Ribu Enam Belas (03-08-2016) bertempat di Sekretariat ULP Kabupaten Sumbawa, Kelompok Kerja 34 Pekerjaan Konstruksi

Berdasarkan data yang dihimpun, ditabulasikan dan diinterpretasikan, maka dapat di simpulkan bahwa terdapat hubungan antara kedisiplinan guru Pendidikan Agama Islam dan

Masyarakat tidak perlu khawatir tentang tumpukan sampah yang ada karena tumpukan sampah yang ada itu akan kami gunakan dan di daur ulang menjadi barang yang

Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Number Head Together dan Two Stay Two Stray terhadap Pemahaman Konsep Pada Mata Pelajaran Ekonomi.. Universitas Pendidikan Indonesia

SIMALUNGUN PADA UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN TENTANG PENETAPAN PEMENANG PELELANGAN UMUM PASCAKUALIFIKASI E-LELANG PEKERJAAN KONSTRUKSI

Aturan Hukum (AH) Karena seluruh unsur syarat yang termuat dalam Pasal 76E Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak terpenuhi, sehingga Pasal 82