• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan Kepada Ny. D Dengan Gangguan Sistem Integumen : Urtikaria di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan DP : Ns. Lasma sinurat, S.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Asuhan Keperawatan Kepada Ny. D Dengan Gangguan Sistem Integumen : Urtikaria di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan DP : Ns. Lasma sinurat, S."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

Asuhan Keperawatan Kepada Ny. D Dengan Gangguan Sistem Integumen :

Urtikaria di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan 2013

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 1. MISERDIANI NAZARA 2. MESRAWATI BAGARIANG 3. RIYADOHTUN SYANIAH NST 4. SYALISMA TARIH 5. RIDWAN ANSORI

DP : Ns. Lasma sinurat, S.kep

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Sari Mutiara NDONESIA Medan

2013

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini disusun untuk mengetahui asuhan keperawatan pada system integument menyangkut penyakit urtikaria.

Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini, khususnya pada dosen pembimbing, yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan baik.

Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritikan dan saran agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih dan semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Mei 2013

(3)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Urtikaria adalah penyakit kulit yang sering di jumpai. Urtikaria adalah reaksi di kulit akibat bermacam-macam sebab, biasanya ditandai dengan edema (bengkak) setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit serta disertai keluhan gatal, rasa tersengat atau tertusuk. Di Indonesia, urtikaria dikenal dengan nama lain biduran atau kaligata. Walaupun pathogenesis dan penyebab yang di curigai telah di temukan,ternyata pengobatan yang di berikan kadang-kadang tidak memberi hasil seperti yang di harapkan.

Berdasarkan waktunya, urtikaria dapat berlangsung singkat (akut,kurang dari 6 minggu), lama (kronis, lebih 6 minggu) dan berulang (kambuhan).

Berdasarkan angka kejadiannya, disebutkan bahwa sekitar 15-20% populasi mengalami urtikaria dalam masa hidupnya. Kemungkinan mengalami urtikaria, tidak ada perbedaan ras dan umur (terbanyak pada kelompok umur 40-50 an) . Hanya saja, pada urtikaria kronis (berulang dan lama), lebih sering dialami pada wanita (60%).

Singkatnya, urtikaria terjadi sebagai akibat pelebaran pembuluh darah (istilah kerennya: vasodilatasi) dan peningkatan kepekaan pembuluh darah kecil (kapiler) sehingga menyebabkan pengeluaran cairan (transudasi) dari membran pembuluh darah, akibatnya terjadi bentol pada kulit. Kondisi ini dikarenakan adanya pelepasan histamin yang dipicu oleh paparan alergen (bahan atau apapun pencetus timbulnya reaksi alergi).

1.2 Tujuan Penulisan

1. Agar dapat mengerti pengertian urtikaria dan bentuk-bentuk dari urtikaria. 2. Agar dapat mengetahui etiologi dan patofisiologi dari urtikaria.

3. Agar dapat mengetahui penyebab gejala urtikaria dan system pengobatan yang dapat dilakukan kepada penderita urtikaria.

4. Agar dapat mengetahui pemberian asuhan keperawatan kepada penderita urtikaria mulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoritis Keperawatan a. Defenisi

Urtikaria (dikenal juga dengan “hives, nettle rash, gatal-gatal, kaligata, atau biduran”)

adalah suatu lesi kulit yang meninggi yang terjadi sebagai respon terhadap pencetus imun. Reaksi dari pembuluh darah berupa erupsi pada kulit yang berbatas tegas dan menimbulkan (bentol), berwarna merah, memutih bila ditekan, dan disertai rasa gatal. Urtikaria dapat berlangsung secara akut, kronik, atau berulang. Urtikaria akut umumnya berlangsung 20 menit sampai 3 jam, menghilang dan mungkin muncul di bagian kulit lain. Satu episode akut umumnya berlangsung 24 - 48 jam.

Urtikaria (urticaria, biduran, kaligata, liman) adalah reaksi alergi (melibatkan pembuluh darah

atau vaskuler) pada kulit (dan mukosa) yang ditandai dengan bentol-bentol (adakalanya hanya

berupa bercak merah) pada kulit, berwarna merah atau berwarna keputihan dan gatal, sebagai akibat pembengkaan (edema) interseluler.

Berdasarkan waktunya, urtikaria dapat berlangsung singkat (akut, kurang dari 6 minggu), lama (kronis, lebih 6 minggu) dan berulang (kambuhan).

Urtikaria dapat bersifat akut (berlangsung kurang dari 6 minggu) atau kronis (lebih dari 6 minggu). Urtikaria, yang dikenal dengan hives, terdiri atas plak edematosa (wheal) yang terkait dengan gatal yang hebat (pruritus). Wheal dipercaya terjadi bila terdapat kebocoran cairan dari pembuluh darah sebagai respons terhadap degranulasi sel mast. Aktivasi sel mast adalah mekanisme fisiologik primer dari hives. Urtikaria terjadi akibat pelepasan histamine selama respons peradangan terhadap alegi sehingga individu menjadi tersensitisasi. Urtikaria sering dikenal oleh orang awam dengan biduran.

(5)

Sebenarnya macam dari urtikaria ini sendiri sangat banyak, misalnya

 urtikaria karena tekanan

 urtikaria karena dingin (udara)

 urtikaria cahaya

 urtikaria kontak (biasanya karena eksposure pekerjaan)

 urtikaria idiopatik (tidak diketahui penyebabnya)

 urtikaria kolinergik (karena gigitan serangga)

b. Klasifikasi

1. URTIKARIA AKUT

Urtikaria akut hanya berlansung selama beberapa jam atau beberapa hari. yang sering terjadi penyebabnya adalah:

1) adanya kontak dengan tumbuhan ( misalnya jelatang ), bulu binatang/makanan.

2) akibat pencernaan makanan, terutama kacang-kacangan, kerangan-kerangan dan strouberi.

3) akibat memakan obat misalnya aspirin dan penisilin.

2. URTIKARIA KRONIS

Biasanya berlangsung beberapa minggu, beberapa bulan, atau beberapa tahun. pada bentuk urtikaria ini jarang didapatkan adanya faktor penyebab tunggal.

3. URTIKARIA PIGMENTOSA

Yaitu suatu erupsi pada kulit berupa hiperpigmentasi yang berlangsung sementara, kadang-kadang disertai pembengkakan dan rasa gatal.

4. URTIKARIA SISTEMIK ( PRURIGO SISTEMIK )

Adalah suatu bentuk prurigo yang sering kali terjadi pada bayi kelainan khas berupa urtikaria popular yaitu urtikaria yang berbentuk popular-popular yang berwarna kemerahan.

(6)

Berdasarkan penyebabnya, urtikaria dapat dibedakan menjadi: 1. heat rash yaitu urtikaria yang disebabkan panas

2. urtikaria idiopatik yaitu urtikaria yang belum jelas penyebabnya atau sulit dideteksi 3. cold urtikaria adalah urtikaria yang disebabkan oleh rangsangan dingin.

4. pressure urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan rangsangan tekanan 5. contak urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan oleh alergi

6. aquagenic urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan oleh rangsangan air 7. solar urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan sengatan sinar matahari 8. vaskulitik urtikaria

9. cholirgening urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan panas, latihan berat dan stress.

c. Etiologi

Urtikaria paling sering bersift idiopatik, hampir 80% tidak diketahui penyebabnya. Diduga penyebab urtikaria bermacam-macam, antara lain

1. Obat

Bermacam obat dapat menimbulkan urtikaria, baik secara imunologik maupun non-imunologik. Hampir semua obat sistemik menimbulkan urtikaria, secara imunologik terdapat 2 tipe, yaitu tipe I atau II. Contohnya ialah aspirin, obat anti inflamasi non steroid, penisilin, sepalosporin, diuretik, dan alkohol. Sedangkan obat yang secara non-imunologik langsung merangsang sel mast untuk melepaskan histamin, misalnya opium dan zat kontras. Aspirin menimbulkan urtikaria karena menghambat sintesis prostaglandin di asam arakidonat.

2. Makanan

Peranan makanan ternyata lebih penting pada urtikaria akut, umumnya akibat reaksi imunologik, pada beberapa kasus urtikaria terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah mengkonsumsi makanan tersebut. Makanan berupa protein atau bahan yang dicampurkan ke dalamnya seperti zat warna, penyedap rasa, atau bahan pengawet, sering menimbulkan urtikaria alergika. Makanan yang paling sering menimbulkan urtikaria pada orang dewasa yaitu, ikan, kerang, udang, telur, kacang, buah beri, coklat, arbei, keju. Sedangkan pada bayi yang paling sering yaitu, susu dan produk susu, telur, tepung, dan buah-buah sitrus (jeruk).

(7)

3. Gigitan atau sengatan serangga

Gigitan atau sengatan serangga dapat menimbulkan urtika setempat, agaknya hal ini lebih banyak diperantarai oleh IgE (tipe I) dan tipe seluler (tipe IV). Tetapi venom dan toksin bakteri, biasanya dapat pula mengaktifkan komplemen. Nyamuk, kepinting, dan serangga lainnya menimbulkan urtika bentuk papular di sekitar tempat gigitan, biasanya sembuh sendiri setelah beberapa hari, minggu, atau bulan.

4. Bahan fotosenzitiser

Bahan semacam ini, misalnya griseovulfin, fenotiazin, sulfonamid, bahan kosmetik, dan sabun germisid sering menimbulkan urtikaria.

5. Inhalan

Inhalan berupa serbuk sari bunga (polen), spora jamur, debu, asap, bulu binatang, dan aerosol, umumnya lebih mudah menimbulkan urtikaria alergik.

6. Kontaktan

Kontaktan yang sering menimbulkan urtikaria ialah kutu binatang, serbuk tekstil, air liur binatang, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, bahan kimia, misalnya insect repellent (penangkis serangga), dan bahan kosmetik. Keadaan ini disebabkan bahan tersebut menembus kulit dan menimbulkan urtikaria.

7. Trauma Fisik

Trauma fisik dapat diakibatkan oleh

- Faktor dingin, yakni berenang atau memegang benda dingin.

- Faktor panas, misalnya sinar matahari, radiasi, dan panas pembakaran.

- Faktor tekanan, yaitu goresan, pakaian ketat, ikat pinggang, air yang menetes atau semprotan air. Fenomena ini disebut dermografisme atau fenomena darier.

(8)

8. Infeksi dan infestasi

Bermacam-macam infeksi dapat menimbulkan urtikaria, misalnya infeksi bakteri, virus, jamur, maupun infeksi parasit.

- Infeksi oleh bakteri contohnya pada infeksi tonsil, infeksi gigi dan sinusitis.

- Infeksi virus hepatitis, mononukleosis dan infeksi virus coxsackie pernah dilaporkan sebagai faktor penyebab. Karena itu pada urtikaria yang idiopatik perlu dipikirkan kemungkinan infeksi virus subklinis.

- Infeksi jamur kandida dan dermatofit sering dilaporkan sebagai penyebab urtikaria. Infeksi cacing pita, cacing tambang, cacing gelang juga Schistosoma atau Echinococcus dapat menyebabkan urtikaria. Infeksi parasit biasanya paling sering pada daerah beriklim tropis.

9. Psikis

Tekanan jiwa dapat memacu sel mast atau langsung menyebabkan peningkatan permeabilitas dan vasodilatasi kapiler. Penyelidikan memperlihatkan bahwa hipnosis menghambat eritema dan urtika, pada percobaan induksi psikis, ternyata suhu kulit dan ambang rangsang eritema meningkat.

10. Genetik

Faktor genetik juga berperan penting pada urtikaria, walaupun jarang menunjukkan penurunan autosomal dominan.

11. Penyakt sistemik

Beberapa penyakit kolagen dan keganasan dapat menimbulkan urtikaria, reaksi lebih sering disebabkan reaksi kompleks antigen-antibodi. Contoh penyakit sistemik yang sering menyebabkan urtikaria yaitu, sistemik lupus eritematosa (SLE), penyakit serum, hipetiroid, penyakit tiroid autoimun, karsinoma, limfoma, penyakit rheumatoid arthritis, leukositoklast vaskulitis, polisitemia vera (urtikaria akne-urtikaria papul melebihi vesikel), demam reumatik, dan reaksi transfusi darah.

(9)

d. Tanda Dan Gejala

1. Timbulnya bintik-bintik merah atau lebih pucat pada kulit. Bintik-bintik merah ini dapat mengalami edema sehingga tampak seperti benjolan.

2. Sering disertai rasa gatal yang hebat dan suhu yang >panas pada sekitar benjolan tersebut. 3. Terjadi angioderma, dimana edema luas ke dalam jaringan subkutan, terutama di sekitar

mata, bibir dan di dalam orofaring.

4. Adanya pembengkakan dapat menghawatirkan, kadang-kadang bisa menutupi mata secara keseluruhan dan mengganggu jalan udara untuk pernafasan.

e. Patofisiologi

Faktor-faktor pencetus : Fx. Imunologik/non imunologik

Kulit

Melakukan Pertahanan

Induksi Respon Antiodi IgE

Sel Mast Basofil

Pelepasan mediator (H, SRSA, Serotonin,Kinin)

Anafilaksis Sistemik

Urtikaria

Patofisiologi dari urtikaria ini sendiri mirip dengan reaksi hipersensifitas. Pada awalnya alergen yang menempel pada kulit merangsang sel mast untuk membentuk antibodi IgE, setelah

(10)

terbentuk, maka IgE berikatan dengan sel mast. Setelah itu, pada saat terpajan untuk yang kedua kalinya, maka alergen akan berikatan dengan IgE yang sudah berikatan dengan sel mast sebelumbnya. Akibat dari ikatan tersebut, maka akan mengubah kestabilan dari isi sel mast yang mengakibatkan sel mast akan mengalami degranulasi dan pada akhirnya sel mast akan mengekuarkan histamin yang ada di dalamnya. Perlu diketahui bahwa sanya sel mast adalah mediator kimia yang dapat menyebabkan gejala yang terjadi pada seseorang yang mengalami urtikaria.

Pada urtikaria, maka gejala yang akan terjadi dapat meliputi merah, gatal dan sedikit ada benjolan pada permukaan kulit, yang menyebabkan hal itu terjadi yaitu, pada dasarnya sel mast ini sendiri terletak didekat saraf perifer, dan pembuluh darah. Kemerahan dan bengkak yang terjadi karena histamin yang dikeluarkan sel mast itu menyerang pembuluh darah yang menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas. Gatal yang terjadi juga diakibatkan karena histamin menyentuh saraf perifer.

f. Manifestasi klinis

1. Timbulnya bintik-bintik merah atau lebih pucat pada kulit. Bintik-bintik merah ini dapat

mengalami edema sehingga tampak seperti benjolan.

2. Sering disertai rasa gatal yang hebat dan suhu yang > panas pada sekitar benjolan tersebut. 3. Terjadi angiodema, dimana edema luas kedalam jaringan subkutan, terutama disekitar mata,

bibir dan di dalam orofaring

4. Adanya pembengkakan dapat menghawatirkan, kadang-kadang bisa menutupi mata secara

keseluruhan dan mengganggu jalan udara untuk pernafasan.

5. Komplikasi

1. Urtikaria dan angiodema dapat menyebabkan rasa gatal yang menimbulkan ketidaknyamanan. Urtikaria kronik juga menyebabkan stres psikologis dan sebaliknya sehingga mempengaruhi kualitas hidup penderita seperti pada penderita penyakit jantung. 2. Lesi-lesi urtikaria bisa sembuh tanpa komplikasi. Namun pasien dengan gatal yang hebat bisa menyebabkan purpura dan excoriasi yang bisa menjadi infeksi sekunder. Penggunaan antihistamin bisa menyebabkan somnolens dan bibir kering. Pasien dengan keadaan penyakit yang berat bisa mempengaruhi kualitas hidup.

(11)

6. Penatalaksanaan

- Non Farmakologi

Yang bisa dilakukan untuk pengobatan secara non farmakologi ini adalah dengan menghindari alergen yang diperkirakan sebagai penyebab dari urtikaria, tetapi pada umumnya hal ini sulit dilaksanakan

- Farmakologi

Untuk pengobatan secara farmakologi yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan obat antihistamin. Antimistamin ini sendiri sekarang sudah terbit 2 generasi, generasi I dengan efek sedative nya (yang dapat menyebabkan kantuk) dan antihistamin generasi II yang tidak lagi mempunyai efek sedative. Antihistamin generasi II ini lebih aman untuk mereka yang mempunyai pekerjaan berat yang harus tahan kantuk, misalnya supir. Selain dengan antihistamin, kortikosteroid pun bisa dipakai untuk kombinasi.

Penanganan dan pengobatan urtikaria dapat berbeda tergantung pada kondisi pasien dan penyakit yang dideritanya. Pilihan pengobatan :

1. Antihistamin 2. Epinefrin 3. Imunomudulator 4. Imunosupresan 5. Kortikosteroid 2.1.1 Pengkajian

Untuk menetapkan bahan alergen penyebab urtikaria kontak alergik diperlukan anamnesis yang teliti, riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisik dan uji tempel. Anamnesis ditujukan selain untuk menegakkan diagnosis juga untuk mencari kausanya. Karena hal ini penting dalam menentukan terapi dan tindak lanjutnya, yaitu mencegah kekambuhan. Diperlukan kesabaran, ketelitian, pengertian dan kerjasama yang baik dengan pasien. Pada anamnesis perlu juga ditanyakan riwayat atopi, perjalanan penyakit, pekerjaan, hobi, riwayat kontaktan dan pengobatan yang pernah diberikan oleh dokter maupun dilakukan sendiri, obyek personal meliputi pertanyaan tentang pakaian baru,

(12)

sepatu lama, kosmetika, kaca mata, dan jam tangan serta kondisi lain yaitu riwayat medis umum dan mungkin faktor psikologik.

Pemeriksaan fisik didapatkan, biasanya klien mengeluh gatal, rasa terbakar, atau tertusuk. Klien tampak eritema dan edema setempat berbatas tegas, kadang-kadang bagian tengah tampak lebih pucat. Bentuknya dapat papular seperti pada urtikaria akibat sengatan serangga, besarnya dapat lentikular, numular, sampai plakat. Kriteria diagnosis urtikaria alergik adalah :

Adanya riwayat kontak dengan suatu bahan satu kali tetapi lama, beberapa kali atau satu kali tetapi sebelumnya pernah atau sering kontak dengan bahan serupa.

1. Terdapat tanda-tanda urtikaria terutama pada tempat kontak.

2. Terdapat tanda-tanda urtikaria disekitar tempat kontak dan lain tempat yang serupa dengan tempat kontak tetapi lebih ringan serta timbulnya lebih lambat, yang tumbuhnya setelah pada tempat kontak.

3. Rasa gatal

4. Uji tempel dengan bahan yang dicurigai hasilnya positif.

Identitas Pasien. Keluhan Utama :

Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok

Riwayat Kesehatan.

a. Riwayat Penyakit Sekarang :

Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.

b. Riwayat Penyakit Dahulu :

Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya. c. Riwayat Penyakit Keluarga :

Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya. d. Riwayat Psikososial :

Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami stress yang berkepanjangan.

(13)

e. Riwayat Pemakaian Obat :

Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.

f. Pemeriksaan fisik KU : lemah

TTV : suhu naik atau turun.

Kepala : Bila kulit kepala sudah terkena dapat terjadi alopesia.

Mulut : Dapat juga mengenai membrane mukosa terutama yang disebabkan oleh obat. Abdomen : Adanya limfadenopati dan hepatomegali.

Ekstremitas : Perubahan kuku dan kuku dapat lepas.

Kulit : Kulit periorbital mengalami inflamasi dan edema sehingga terjadi ekstropion pada keadaan kronis dapat terjadi gangguan pigmentasi. Adanya eritema , pengelupasan kulit , sisik halus dan skuama.

2.1.2 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pola tidur (pruritus) b/d vasodilatasi subkutan 2. Gangguan citra diri tubuh b/d angioedema

3. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang penyakitnya 4. Resiko kerusakan jaringan kulit b/d vasodilatasi subkutan

2.1.3 Intervensi

1. Gangguan pola tidur (pruritus) b/d vasodilatasi subkutan

Intervensi Rasional

- hindari minuman yang mengandung kafein, pada malam hari

- Beri posisi yang nyaman

- Ciptakan lingkungan yang tenang

- Memudahkan pasien untuk dapat tidur.

- Posisi yang nyaman dapat meningkatkan relaksasi sehingga menstimulasi untuk tidur

(14)

dan nyaman

- Anjurkan pasien untuk

mengkomsumsi makanan/minuman tinggi protein sebelum tidur.

- Kaji kebiasaan tidur klien sebelum dan selama sakit

memberikan rasa nyaman sehingga mempermudah klien tidur.

- Pencernaan protein menghasilkan triptopan yang mempunyai efek sedative.

- Untuk mengetahui kebiasaan tidur klien serta gangguan yang dirasakan, dan membantu dalam

2. Gangguan citra diri tubuh b/d angioedema

Intervensi Rasional

- Kaji makna perubahan pada pasien

- Bersikap realistis dan positif selama pengobatan.

- Menyusun tujuan dalam keterbatasan

- Dorong interaksi keluarga dan dengan tim rehabilitas

- Berikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaan mereka.

- Episode traumatic mengakibatkan perubahan tiba-tiba, tidak diantisipasi, membuat perasaan kehilangan pada perubahan actual/yang dirasakan.ini memerlukan dukungan perbaikan optimal

- Meningkatkan kepercayaan

- Mengadakan hubungan antara pasien dengan perawat.

- Mempertahankan/membuka garis komunikasi dan memberikan dukungan - meringankan beban psikologis klien.

(15)

3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakitnya

Intervensi Rasional

- Observasi tingkat kecemasan pasien

- Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya

- Bina hubungan yang baik antara perawat dengan klien.

- Beri dorongan spiritual

- Health Education tentang penyakit yang diderita pasien.

- mengetahui sejauh mana kekhwatiran / kecemasan pasien dan pemahaman pasien mengenai penyakitnya.

- Mengurangi beban perasaan pasien.

- Meningkatkan hubungan terapeutik antara perawat dengan pasien.

- Membantu pasien lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan menerima keadaanya dengan ikhlas.

- Dengan informasi denga baik dapat menurunkan kecemasan pasien.

4. Resiko kerusakan jaringan kulit berhubungan dengan vasodilatasi subkutan

Intervensi Rasional

- Kaji dan catat keadaan dan warna kulit

- Pijat kulit dengan lembut.

- Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk

- Kompres atau mandi air hangat dengan mencampurkan koloit Aveeno oatmeal.

- Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan derajat kerusakan kulit. - Memperbaiki sirkulasi darah

- Menghindari kerusakan kulit

(16)

2.2.4 Implementasi

1. Gangguan pola tidur (pruritus) b/d vasodilatasi subkutan

- menghindari minuman yang mengandung kafein pada malam hari - memberi posisi yang nyaman

- menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman

- menganjurkan pasien untuk mengkomsumsi makanan/minuman tinggi protein sebelum tidur.

- Mengkaji kebiasaan tidur klien sebelum dan selama sakit

2. Gangguan citra diri tubuh b/d angioedema - Mengkaji makna perubahan pada pasien

- Memberi sikap realistis dan positif selama pengobatan. - Menyusun tujuan dalam keterbatasan

- Mendorong interaksi keluarga dan dengan tim rehabilitas

- Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaan mereka.

3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakitnya - Mengobservasi tingkat kecemasan pasien

- Memberi kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya - Membina hubungan yang baik antara perawat dengan klien.

- Memberi dorongan spiritual

- Memberi Health Education tentang penyakit yang diderita pasien.

4. Resiko kerusakan jaringan kulit berhubungan dengan vasodilatasi subkutan - Mengkaji dan catat keadaan dan warna kulit

- Memberi pijatan pada kulit dengan lembut. - Menganjurkan pasien untuk tidak menggaruk

(17)

2.2 Landasan Kasus A. Kasus

Ny. D usia 39 tahun, datang ke IGD rumah sakit Sari Mutiara Medan pada tanggal 3 Mei 2013 dengan keluhan utama bentol kemerahan dan gatal pada bagian tubuh tertentu setiap mengkonsumsi makanan seafood (kerang dan udang). Gejala ini timbul kumat-kumatan setiap kali mengkonsumsi seafood kadang sembuh spontan tapi kadang juga harus mengkonsumsi obat antihistamin untuk mengurangi rasa gatal karena alergi. Klien mengeluh demam, disamping itu dia tidak bisa tidur malam hari karena gatal sehingga klien terlihat lesu, lingkaran mata tampak menghitam. Gatal terlihat disekitar leher dan tangan. Kulit tampak eritema, terlihat papul disertai plak. Akibat rasa gatal yang berlebihan kadang bekas garukan di sekitar kulit yang terkontaminasi terlihat rseperti luka. Sehingga dia terkadang merasa malu bertemu dengan orang-orang disekitarnya Hasil pemeriksaan TTV : temp 39oC, HR: 80 x/i, RR: 24x/i, TD 120/80 mmHg. Hasil pemeriksaan laboratorium Leukosit darah 12.000/mm3. Dia juga mengakui tidak paham tentang penyakitnya dan tampak cemas.

2.2.1 Pengkajian

DS :

 Klien mengeluh bentol kemerahan dan gatal pada bagian tubuh tertentu

 Klien mengatakan rasa gatal kumat setiap mengkonsumsi makanan seafood

 Klien mengeluh tidak bisa tidur pada malam hari karena gatal

 Klien mengatakan terkadang merasa malu bertemu dengan orang-orang disekitarnya

 Klien mengeluh demam.

 Klien mengatakan kadang juga harus mengkonsumsi obat antihistamin untuk mengurangi rasa gatal

 Klien tidak paham akan penyakitnya DO :

 gatal terlihat disekitar leher dan tangan

(18)

 Kulit tampak eritema, terlihat papul disertai plak.

 TTV : Temp 39oC, HR: 80 x/i, RR: 24x/i, TD 120/80 mmHg

 Hasil lab : Leuksosit darah 12.000/mm3

 pasien terlihat lesu, lingkaran mata tampak menghitam

2.2.2 Analisa Data

No Subject Etiologi Problem

1. DS :

- Klien mengeluh bentol kemerahan dan gatal pada bagian tubuh tertentu - Klien mengeluh

demam. DO :

- bekas garukan terlihat seperti luka - eritema (+), papul (+), dan plak (+) - TTV : Temp 39oC, HR: 80 x/i, RR: 24x/i, TD 120/80 mmHg

- Hasil lab : Leuksosit darah 12.000/mm3

Infeksi kulit Gangguan integritas kulit

2. DS :

- Klien mengeluh bentol kemerahan dan gatal pada bagian tubuh tertentu - Klien mengatakan

(19)

rasa gatal kumat setiap mengkonsumsi makanan seafood DO : - gatal terlihat disekitar leher dan tangan

3. DS :

- Klien mengeluh tidak bisa tidur pada malam hari karena gatal

DO :

- pasien terlihat lesu, lingkaran mata tampak menghitam

Pruritus nocturnal Gangguan pola tidur

4. DS :

- Klien mengeluh bentol kemerahan dan gatal pada bagian tubuh tertentu

- Klien mengatakan rasa gatal kumat setiap mengkonsumsi makanan seafood - Klien mengatakan terkadang merasa malu bertemu

Penampang kulit tidak bagus

(20)

dengan orang-orang disekitarnya

DO :

- gatal terlihat disekitar leher dan tangan

- bekas garukan terlihat seperti luka - Kulit tampak

eritema, terlihat papul disertai plak. 5. DS :

- Klien tidak paham akan penyakitnya DO :

- tampak cemas

Inadekuat informasi Kurang pengetahuan

Prioritas Masalah

1. Gangguan integritas kulit b/d infeksi pada kulit d/d Klien mengeluh bentol kemerahan dan gatal pada bagian tubuh tertentu, kien mengeluh demam, bekas garukan terlihat seperti luka, eritema, papul, dan plak (+), TTV : Temp 38oC, HR: 80 x/i, RR: 24x/i, TD 120/80 mmHg, Hasil lab : Leuksosit darah 12.000/mm3.

2. Gangguan pola tidur b/d pruritus d/d Klien mengeluh tidak bisa tidur pada malam hari karena gatal, pasien terlihat lesu, lingkaran mata tampak menghitam.

3. Gangguan citra tubuh b/d Penampang kulit tidak bagus d/d Klien mengeluh bentol kemerahan dan gatal pada bagian tubuh tertentu, Klien mengatakan rasa gatal kumat setiap mengkonsumsi makanan seafood, Klien mengatakan terkadang merasa malu bertemu dengan orang-orang disekitarnya, gatal terlihat disekitar leher dan tangan, bekas garukan terlihat seperti luka

(21)

4. Resiko kerusakan kulit b/d paparan allergen d/d Klien mengeluh bentol kemerahan dan gatal pada bagian tubuh tertentu, Klien mengatakan rasa gatal kumat setiap mengkonsumsi makanan seafood, gatal terlihat disekitar leher dan tangan, kulit tampak eritema, terlihat papul disertai plak.

5. Kurang pengetahuan b/d inadekuatnya informasi yang didapat pasien d/d Klien tidak paham akan penyakitnya, dan tampak cemas

(22)

Asuhan Keperawatan Kepada Ny. D Dengan Gangguan Sistem Integumen : Urtikaria di Rumah Sakit Sari

Mutiara Medan 2013

No Dx. Kep Tujuan /KH Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi 1. Gangguan integritas

kulit b/d infeksi pada kulit d/d Klien mengeluh bentol kemerahan dan gatal pada bagian tubuh tertentu, klien mengeluh demam, bekas garukan terlihat seperti luka, eritema, papul, dan plak (+), TTV : Temp 39oC, HR: 80 x/i, RR: 24x/i, TD 120/80 mmHg, Hasil lab : Leuksosit darah 12.000/mm3. Tujuan : Tidak terjadi infeksi Kriteria hasil :  Hasil pengukuran tanda vital dalam batas normal. -RR :12-24 x/menit - N : 70-82 x/menit - T : 37 OC - TD :120/80mmHg - Leukosit normal (4.000-11.000/mm3)  Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi 1. Lakukan teknik aseptic dan antiseptic dalam melakukan tindakan pada pasien.

2. Ukur tanda vital tiap 4-6 jam Dengan teknik septik dan aseptik dapat mengurangi dan mencegah kontaminasi kuman. Suhu yang meningkat adalah indikasi terjadinya proses infeksi. Jam 08.00 melakukan teknik aseptic dan antiseptic dalam melakukan tindakan pada pasien. H : kontaminasi kuman (-) Jam 08.10 mengukur tanda vital tiap 4-6 jam H : TD(120/80mmHg) - HR (80x/i) - RR (24x/i) - T (390C) 03-05-2013 S : klien masih mengeluh demam O : bekas garukan masih terlihat A : masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan

(23)

(kalor,dolor, rubor, tumor, infusiolesa)  Hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal Leuksosit darah : 4.000 – 11.000/mm3 3. Observasi adanya tanda-tanda infeksi 4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet TKTP 5. Libatkan peran serta keluarga dalam memberikan bantuan pada klien. Deteksi dini terhadap tanda-tanda infeksi Untuk menghindari alergen dari makanan. Memandirikan keluarga dalam memberikan bantuan pada klien Jam 08.20 mengobservasi adanya tanda-tanda infeksi H : eritema, papul, plak (+) Jam 08.30 Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet TKTP H : terpapar allergen makanan (-) Jam 08.40 Melibatkan peran serta keluarga dalam memberikan bantuan pada

(24)

6. Jaga lingkungan klien agar tetap bersih. 7. Kolaborasi dengan dokter : beri kortikosteroid Menghindari alergen yang dapat meningkatkan urtikaria. Pemberian obat kortikosteroid untuk mengobati infeksi peradangan. klien. H : keluarga mampu mandiri Jam 08.50 Menjaga lingkungan klien agar tetap bersih. H : Lingkungan bersih Jam 09.00 Melakukan kolaborasi dengan dokter : memberi kortikosteroid H : infeksi (-) 2. Gangguan pola tidur b/d

pruritus d/d Klien mengeluh tidak bisa tidur pada malam hari karena gatal, pasien

Tujuan : Klien bisa beristirahat tanpa adanya pruritus. Kriteria Hasil : 1. Sarankan pada klien untuk menjaga kenyamanan lingkungan Lingkungan yang nyaman meningkatkan relaksasi. Jam 09.10 menyarankan pada klien untuk menjaga kenyamanan 03-05-2013 S : klien masih mengeluh tidak bisa

(25)

terlihat lesu, lingkaran mata tampak menghitam. 1.Mencapai tidur yang nyenyak. 2.Melaporkan gatal mereda. 3.Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat. 4.Menghindari konsumsi kafein. 5.Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur. 6.Mengenali pola istirahat/tidur yang memuaskan. sebelum tidur. 2. Anjurkan pada klien agar menjaga kulitnya agar selalu lembab. 3. Sarankan klien menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur. Tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yang kering dan gatal biasanya tidak dapat disembuhkan tetapi bisa dikendalikan. Kafein memiliki efek puncak 2-4 jam setelah dikonsumsi. lingkungan sebelum tidur. H : klien bisa tidur dengan nyaman

Jam 09.20 menganjurkan pada klien agar menjaga kulitnya agar selalu lembab. H : kulit tidak kering dan gatal

Jam 09.30 Menyarankan klien menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur O : Lingkaran mata masih tampak hitam A : masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan

(26)

4. Ajarkan klien melakukan gerak badan secara teratur. 5. Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi dan kelembaban yang baik. Memberikan efek menguntungkan bila dilaksanakan di sore hari. Memudahkan peralihan dari keadaan terjaga ke keadaan tertidur. tidur.

H : klien bisa tidur lebih cepat Jam 09.40 Mengajarkan klien melakukan gerak badan secara teratur H : klien bisa merasa lebih rileks

Jam 09.50 Menasihati klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi dan kelembaban yang baik.

H : kualitas tidur klien semakin baik

(27)

3. Gangguan citra tubuh b/d Penampang kulit tidak bagus d/d Klien mengeluh bentol kemerahan dan gatal pada bagian tubuh tertentu, Klien mengatakan rasa gatal kumat setiap mengkonsumsi

makanan seafood, Klien mengatakan terkadang merasa malu bertemu dengan orang-orang disekitarnya, gatal terlihat disekitar leher dan tangan, bekas garukan terlihat seperti luka

Tujuan :

Pengembangan peningkatan

penerimaan diri pada klien tercapai

Kriteria Hasil : - Klien mampu menerima keadaan diri. - Klien mamppu berinteraksi kembali dengan orang sekitar 1. Kaji adanya gangguan citra tubuh (menghindari kontak mata,ucapan merendahkan diri sendiri). 2. Identifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan. Gangguan citra tubuh akan menyertai setiap penyakit/keadaan yang tampak nyata bagi klien, kesan orang terhadap dirinya berpengaruh terhadap konsep diri. 2. Terdapat hubungan antara stadium perkembangan, citra diri dan reaksi serta pemahaman klien terhadap kondisi kulitnya. Jam 10.00 mengkaji adanya gangguan citra tubuh H : eritema, papul, dan plak (+) terlihat di bagian leher dan tangan klien. Jam 10.20 Mengidentifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan. H : klien merasa minder dengan kulitnya yang berbekas luka 03-05-2013 S : klien kadang masih merasa malu bertemu dengan orang O : bekas garukan masih terlihat A : masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan

(28)

3. Berikan kesempatan pengungkapan perasaan. 4. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas

mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali masalahnya. 3. Klien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami. 4. Memberikan kesempatan pada klien untuk menetralkan kecemasan yang tidak perlu terjadi dan memulihkan realitas situasi, ketakutan akibat garukan Jam 10.30 Memberikan kesempatan pengungkapan perasaan. H : klien terbuka berbicara pada perawat Jam 10.40 Menilai dan membantu klien menetralkan kecemasan, rasa keprihatinan dan ketakutannya H : klien paham akan kondisi yang sedang dialaminya

(29)

5. Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri seperti merias diri.

6. Dorong sosialisasi dengan orang lain.

merusak adaptasi klien Membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi. Membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi. Jam 10.50 Mendukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri seperti merias diri.

H : citra diri klien mulai kembali terbangun Jam 11.00 Mendorong sosialisasi dengan orang lain. H : klien bisa berinteraksi dengan orang lain 4. Resiko kerusakan kulit

b/d paparan allergen d/d Tujuan : Tidak terjadi 1. ajari klien menghindari atau Menghindari alergen akan Jam 11.10 Mengajari klien 03-05-2013 S : paparan

(30)

Klien mengeluh bentol kemerahan dan gatal pada bagian tubuh tertentu, Klien mengatakan rasa gatal kumat setiap mengkonsumsi

makanan seafood, gatal terlihat disekitar leher dan tangan, kulit tampak eritema, terlihat papul disertai plak

kerusakan pada kulit klien Kriteria hasil : Klien akan mempertahankan integritas kulit, ditandai dengan menghindari alergen. menurunkan paparan terhadap alergen yang telah diketahui.

2. Cegah klien untuk tidak

mengkonsumsi makanan seafood

3. Berikan bedak misal : salisil talk 1 % untuk mengurangi rasa menurunkan respon alergi. Menghindari dari bahan makanan yang mengandung alergen. Bedak salisil dapat mengurangi rasa gatal menghindari atau menurunkan paparan terhadap alergen yang telah diketahui. H : klien paham mengenai paparan alergen Jam 11.20 Mencegah klien untuk tidak mengkonsumsi makanan seafood H : klien terhindar dari paparan alergen Jam 11.30 Memberikan bedak salisil untuk mengurangi rasa allergen (-) O : eritema, papul disertai plak (-) A : masalah teratasi P : intervensi dihentikan

(31)

gatal 4. Kolaborasi dengan dokter : beri antihistamin 5. Sarankan klien untuk menggunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah atau di tempat kerja, bila memungkinkan. Pemberian antihistamin bertujuan untuk mengobati reaksi alergi. AC membantu menurunkan paparan terhadap beberapa alergen yang ada di lingkungan. gatal H : rasa gatal berkurang Jam 11.40 Melakukan kolaborasi dengan dokter : memberi antihistamin H : alergi (-) Jam 11.50 Menyarankan klien untuk menggunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah atau di tempat kerja, bila memungkinkan. H : rasa nyaman meningkat

(32)

5. Kurang pengetahuan b/d inadekuatnya informasi yang didapat pasien d/d Klien tidak paham akan penyakitnya, dan tampak cemas Tujuan : Terapi dapat dipahami dan dijalankan Kriteria Hasil : - Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit. - Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.

1. Kaji apakah klien memahami dan mengerti tentang penyakitnya.

2. Jaga agar klien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki kesalahan konsepsi/informasi Memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana penyuluhan Klien harus memiliki perasaan bahwa sesuatu dapat mereka perbuat, kebanyakan klien merasakan manfaat. Jam 12.00 Mengkaji apakah klien memahami dan mengerti tentang penyakitnya. H : klien paham akan penyakitnya Jam 12.10

Menjaga agar klien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki kesalahan konsepsi/informasi H : klien mendapat informasi yang jelas 03-05-2013 S : inadekuatnya informasi (-) O : cemas (-) A : masalah teratasi P : intervensi dihentikan

(33)

3. Peragakan penerapan terapi seperti, mandi dan penggunaan obat-obatan lainnya.

4. Nasihati klien agar selalu menjaga hygiene pribadi juga lingkungan. Memungkinkan klien memperoleh cara yang tepat untuk melakukan terapi. Dengan terjaganya hygiene, dermatitis alergi sukar untuk kambuh kembali Jam 12.20 Memperagakan penerapan terapi seperti, mandi dan penggunaan obat-obatan lainnya. H : klien bisa memperagakan ulang terapi Jam 12.30 Menasihati klien agar selalu menjaga hygiene pribadi juga lingkungan. H : klien paham dan lebih bisa menjaga hygiene pribadinya

(34)

5. Anjurkan klien untuk menghindari mengkonsumsi makanan yang mudah menyebabkan kekambuhan alergi Dengan tidak mengkonsumsi makanan yang mengakibatkan klien mudah terpapar allergen akan menekan tingkat keparahan alergi klien Jam 12.40 Menganjurkan klien untuk menghindari mengkonsumsi makanan yang mudah menyebabkan kekambuhan alergi H : alergi (-)

(35)

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengkajian

1. Riwayat Kesehatan

Untuk menetapkan bahan alergen penyebab urtikaria kontak alergik diperlukan anamnesis yang teliti, riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisik dan uji tempel. Anamnesis ditujukan selain untuk menegakkan diagnosis juga untuk mencari kausanya. Karena hal ini penting dalam menentukan terapi dan tindak lanjutnya, yaitu mencegah kekambuhan. Diperlukan kesabaran, ketelitian, pengertian dan kerjasama yang baik dengan pasien. Pada anamnesis perlu juga ditanyakan riwayat atopi, perjalanan penyakit, pekerjaan, hobi, riwayat kontaktan dan pengobatan yang pernah diberikan oleh dokter maupun dilakukan sendiri, obyek personal meliputi pertanyaan tentang pakaian baru, sepatu lama, kosmetika, kaca mata, dan jam tangan serta kondisi lain yaitu riwayat medis umum dan mungkin faktor psikologik.

Pemeriksaan fisik didapatkan, biasanya klien mengeluh gatal, rasa terbakar, atau tertusuk. Klien tampak eritema dan edema setempat berbatas tegas, kadang-kadang bagian tengah tampak lebih pucat. Bentuknya dapat papular seperti pada urtikaria akibat sengatan serangga, besarnya dapat lentikular, numular, sampai plakat. Kriteria diagnosis urtikaria alergik adalah :

Adanya riwayat kontak dengan suatu bahan satu kali tetapi lama, beberapa kali atau satu kali tetapi sebelumnya pernah atau sering kontak dengan bahan serupa.

- Terdapat tanda-tanda urtikaria terutama pada tempat kontak.

- Terdapat tanda-tanda urtikaria disekitar tempat kontak dan lain tempat yang serupa dengan tempat kontak tetapi lebih ringan serta timbulnya lebih lambat, yang tumbuhnya setelah pada tempat kontak.

- Rasa gatal

(36)

Identitas Pasien. Keluhan Utama :

Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok

Riwayat Kesehatan.

- Riwayat Penyakit Sekarang :

Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.

- Riwayat Penyakit Dahulu :

Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya. - Riwayat Penyakit Keluarga :

Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya. - Riwayat Psikososial :

Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami stress yang berkepanjangan.

- Riwayat Pemakaian Obat :

Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.

Pemeriksaan fisik - KU : lemah

- TTV : suhu naik atau turun.

- Kepala : Bila kulit kepala sudah terkena dapat terjadi alopesia.

- Mulut : Dapat juga mengenai membrane mukosa terutama yang disebabkan oleh obat. - Abdomen : Adanya limfadenopati dan hepatomegali.

- Ekstremitas : Perubahan kuku dan kuku dapat lepas.

- Kulit : Kulit periorbital mengalami inflamasi dan edema sehingga terjadi ekstropion pada keadaan kronis dapat terjadi gangguan pigmentasi. Adanya eritema , pengelupasan kulit , sisik halus dan skuama.

(37)

Sesuai dengan kajian kasus :

DS :

 Klien mengeluh bentol kemerahan dan gatal pada bagian tubuh tertentu

 Klien mengatakan rasa gatal kumat setiap mengkonsumsi makanan seafood

 Klien mengeluh tidak bisa tidur pada malam hari karena gatal

 Klien mengatakan terkadang merasa malu bertemu dengan orang-orang disekitarnya

 Klien mengeluh demam.

 Klien mengatakan kadang juga harus mengkonsumsi obat antihistamin untuk mengurangi rasa gatal

 Klien tidak paham akan penyakitnya DO :

 gatal terlihat disekitar leher dan tangan

 bekas garukan terlihat seperti luka

 Kulit tampak eritema, terlihat papul disertai plak.

 TTV : Temp 39oC, HR: 80 x/i, RR: 24x/i, TD 120/80 mmHg

 Hasil lab : Leuksosit darah 12.000/mm3

 pasien terlihat lesu, lingkaran mata tampak menghitam

3.2 Diagnosa

Berdasarkan teori ada 4 diagnosa :

1. Gangguan pola tidur (pruritus) b/d vasodilatasi subkutan 2. Gangguan citra diri tubuh b/d angioedema

3. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang penyakitnya 4. Resiko kerusakan jaringan kulit b/d vasodilatasi subkutan

(38)

Berdasarkan kasus ada 5 diagnosa :

1 Gangguan integritas kulit b/d infeksi pada kulit d/d Klien mengeluh bentol kemerahan dan gatal pada bagian tubuh tertentu, kien mengeluh demam, bekas garukan terlihat seperti luka, eritema, papul, dan plak (+), TTV : Temp 39oC, HR: 80 x/i, RR: 24x/i, TD 120/80 mmHg, Hasil lab : Leuksosit darah 12.000/mm3.

2 Gangguan pola tidur b/d pruritus d/d Klien mengeluh tidak bisa tidur pada malam hari karena gatal, pasien terlihat lesu, lingkaran mata tampak menghitam.

3 Gangguan citra tubuh b/d Penampang kulit tidak bagus d/d Klien mengeluh bentol kemerahan dan gatal pada bagian tubuh tertentu, Klien mengatakan rasa gatal kumat setiap mengkonsumsi makanan seafood, Klien mengatakan terkadang merasa malu bertemu dengan orang-orang disekitarnya, gatal terlihat disekitar leher dan tangan, bekas garukan terlihat seperti luka

4 Resiko kerusakan kulit b/d paparan allergen d/d Klien mengeluh bentol kemerahan dan gatal pada bagian tubuh tertentu, Klien mengatakan rasa gatal kumat setiap mengkonsumsi makanan seafood, gatal terlihat disekitar leher dan tangan, kulit tampak eritema, terlihat papul disertai plak.

5 Kurang pengetahuan b/d inadekuatnya informasi yang didapat pasien d/d Klien tidak paham akan penyakitnya, dan tampak cemas

3.3 Intervensi

Berdasarkan teori :

 Dx. 1

- hindari minuman yang mengandung kafein, pada malam hari - Beri posisi yang nyaman

- Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman

- Anjurkan pasien untuk mengkomsumsi makanan/minuman tinggi protein sebelum tidur. - Kaji kebiasaan tidur klien sebelum dan selama sakit

 Dx. 2

- Kaji makna perubahan pada pasien

(39)

- Menyusun tujuan dalam keterbatasan

- Dorong interaksi keluarga dan dengan tim rehabilitas

- Berikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaan mereka.

 Dx. 3

- Observasi tingkat kecemasan pasien

- Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya - Bina hubungan yang baik antara perawat dengan klien.

- Beri dorongan spiritual

- Health Education tentang penyakit yang diderita pasien.

 Dx. 4

- Kaji dan catat keadaan dan warna kulit - Pijat kulit dengan lembut.

- Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk

- Kompres atau mandi air hangat dengan mencampurkan koloit Aveeno oatmeal.

Berdasarkan kasus :

 Dx. 1

- Lakukan teknik aseptic dan antiseptic dalam melakukan tindakan pada pasien. - Ukur tanda vital tiap 4-6 jam

- Observasi adanya tanda-tanda infeksi

- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet TKTP

- Libatkan peran serta keluarga dalam memberikan bantuan pada klien. - Jaga lingkungan klien agar tetap bersih.

- Kolaborasi dengan dokter : beri kortikosteroid

 Dx. 2

- Sarankan pada klien untuk menjaga kenyamanan lingkungan sebelum tidur. - Anjurkan pada klien agar menjaga kulitnya agar selalu lembab.

- Sarankan klien menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur. - Ajarkan klien melakukan gerak badan secara teratur.

- Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi dan kelembaban yang baik.

(40)

 Dx. 3

- Kaji adanya gangguan citra tubuh (menghindari kontak mata, ucapan merendahkan diri sendiri)

- Identifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan. - Berikan kesempatan pengungkapan perasaan.

- Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali masalahnya.

- Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri seperti merias diri. - Dorong sosialisasi dengan orang lain.

 Dx. 4

- ajari klien menghindari atau menurunkan paparan terhadap alergen yang telah diketahui. - Cegah klien untuk tidak mengkonsumsi makanan seafood

- Berikan bedak misal : salisil untuk mengurangi rasa gatal - Kolaborasi dengan dokter : beri antihistamin

- Sarankan klien untuk menggunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah atau di tempat kerja, bila memungkinkan.

 Dx.5

- Kaji apakah klien memahami dan mengerti tentang penyakitnya.

- Jaga agar klien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki kesalahan konsepsi/informasi

- Peragakan penerapan terapi seperti, mandi dan penggunaan obat-obatan lainnya. - Nasihati klien agar selalu menjaga hygiene pribadi juga lingkungan.

- Anjurkan klien untuk menghindari mengkonsumsi makanan yang mudah menyebabkan kekambuhan alergi

3.4 Implementasi

Berdasarkan teori :

 Dx.1

- menghindari minuman yang mengandung kafein pada malam hari - memberi posisi yang nyaman

(41)

- menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman

- menganjurkan pasien untuk mengkomsumsi makanan/minuman tinggi protein sebelum tidur.

- Mengkaji kebiasaan tidur klien sebelum dan selama sakit

 Dx.2

- Mengkaji makna perubahan pada pasien

- Memberi sikap realistis dan positif selama pengobatan. - Menyusun tujuan dalam keterbatasan

- Mendorong interaksi keluarga dan dengan tim rehabilitas

- Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaan mereka.

 Dx.3

- Mengobservasi tingkat kecemasan pasien

- Memberi kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya - Membina hubungan yang baik antara perawat dengan klien.

- Memberi dorongan spiritual

- Memberi Health Education tentang penyakit yang diderita pasien.

 Dx.4

- Mengkaji dan catat keadaan dan warna kulit - Memberi pijatan pada kulit dengan lembut. - Menganjurkan pasien untuk tidak menggaruk

- Memberi kompres atau mandi air hangat dengan mencampurkan koloit Aveeno oatmeal

Berdasarkan kasus :

 Dx.1

- Jam 08.00

melakukan teknik aseptic dan antiseptic dalam melakukan tindakan pada pasien. H : kontaminasi kuman (-)

- Jam 08.10

mengukur tanda vital tiap 4-6 jam

(42)

- Jam 08.20

mengobservasi adanya tanda-tanda infeksi H : eritema, papul, plak (+)

- Jam 08.30

Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet TKTP H : terpapar allergen makanan (-)

- Jam 08.40

Melibatkan peran serta keluarga dalam memberikan bantuan pada klien. H : keluarga mampu mandiri

- Jam 08.50

Menjaga lingkungan klien agar tetap bersih. H : Lingkungan bersih

- Jam 09.00

Melakukan kolaborasi dengan dokter : memberi kortikosteroid H : infeksi (-)

Dx.2

- Jam 09.10

menyarankan pada klien untuk menjaga kenyamanan lingkungan sebelum tidur. H : klien bisa tidur dengan nyaman

- Jam 09.20

menganjurkan pada klien agar menjaga kulitnya agar selalu lembab. H : kulit tidak kering dan gatal

- Jam 09.30

Menyarankan klien menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur. H : klien bisa tidur lebih cepat

- Jam 09.40

Mengajarkan klien melakukan gerak badan secara teratur H : klien bisa merasa lebih rileks

(43)

- Jam 09.50

Menasihati klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi dan kelembaban yang baik.

H : kualitas tidur klien semakin baik

 Dx.3

- Jam 10.00

mengkaji adanya gangguan citra tubuh

H : eritema, papul, dan plak (+) terlihat di bagian leher dan tangan klien. - Jam 10.20

Mengidentifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan.

H : klien merasa minder dengan kulitnya yang berbekas luka akibat garukan - Jam 10.30

Memberikan kesempatan pengungkapan perasaan. H : klien terbuka berbicara pada perawat

- Jam 10.40

Menilai dan membantu klien menetralkan kecemasan, rasa keprihatinan dan ketakutannya H : klien paham akan kondisi yang sedang dialaminya

- Jam 10.50

Mendukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri seperti merias diri. H : citra diri klien mulai kembali terbangun

- Jam 11.00

Mendorong sosialisasi dengan orang lain. H : klien bisa berinteraksi dengan orang lain

 Dx.4

- Jam 11.10

Mengajari klien menghindari atau menurunkan paparan terhadap alergen yang telah diketahui.

H : klien paham mengenai paparan alergen - Jam 11.20

Mencegah klien untuk tidak mengkonsumsi makanan seafood H : klien terhindar dari paparan alergen

(44)

- Jam 11.30

Memberikan bedak salisil untuk mengurangi rasa gatal H : rasa gatal berkurang

- Jam 11.40

Melakukan kolaborasi dengan dokter : memberi antihistamin H : alergi (-)

- Jam 11.50

Menyarankan klien untuk menggunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah atau di tempat kerja, bila memungkinkan.

H : rasa nyaman meningkat

 Dx.5

- Jam 12.00

Mengkaji apakah klien memahami dan mengerti tentang penyakitnya. H : klien paham akan penyakitnya

- Jam 12.10

Menjaga agar klien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki kesalahan konsepsi/informasi

H : klien mendapat informasi yang jelas - Jam 12.20

Memperagakan penerapan terapi seperti, mandi dan penggunaan obat-obatan lainnya. H : klien bisa memperagakan ulang terapi

- Jam 12.30

Menasihati klien agar selalu menjaga hygiene pribadi juga lingkungan. H : klien paham dan lebih bisa menjaga hygiene pribadinya

- Jam 12.40

Menganjurkan klien untuk menghindari mengkonsumsi makanan yang mudah menyebabkan kekambuhan alergi

(45)

3.5 Evaluasi Dx.1

S : klien masih mengeluh demam O : bekas garukan masih terlihat A : masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan

Dx.2

S : klien masih mengeluh tidak bisa tidur O : Lingkaran mata masih tampak hitam A : masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

 Dx.3

S : klien kadang masih merasa malu bertemu dengan orang O : bekas garukan masih terlihat

A : masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan

 Dx.4

S : paparan allergen (-)

O : eritema, papul disertai plak (-) A : masalah teratasi P : intervensi dihentikan  Dx.5 S : inadekuatnya informasi (-) O : cemas (-) A : masalah teratasi P : intervensi dihentikan

Referensi

Dokumen terkait

konsep matematika yang dapat digunakan pada penerapan. ekonomi

Manajemen berkeyakinan bahwa asumsi- asumsi yang digunakan dalam estimasi nilai pakai dalam laporan keuangan konsolidasian adalah tepat dan wajar, namun demikian,

clouds, while possible point within the data with the relati registration ste parameters of surface registr Inhere, the IC one-step (mu presented, sta mathematical the performan

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan, bahwa bukti elektronik dalam hukum acara pidana berstatus sebagai alat bukti yang berdiri sendiri dan alat bukti yang tidak berdiri sendiri

Tujuan penelitian adalah menginterpretasikan hasil pengukuran tebal film pada aliran dua fase udara- air berlawanan arah dalam pipa kompleks pada.. bagian horizontal

Tiara Sulistyawati, 1202307, Analisis Strategi Bersaing Pada Rumah Makan Mang Didin Asgar di Tasikmalaya di bawah bimbingan Fitri Rahmafitria, S.P., M.. dan

(2014), Analisis Efisiensi Dalam Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) Studi Kasus Pada Industri Dodol Nanas dan Wajit Nanas

Hasil perbandingan kedua pengaruh di atas, dapat dianalisa nilai pengaruh tidak langsung (indirect effect) pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawati melalui