Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes selaku Direktur Akademi Keperawatan Kerta Ilmu Sidoarjo dan sebagai dosen pembimbing 1 dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Pihak-pihak yang turut berkontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini tidak dapat disebutkan satu persatu.
TINJAUAN KASUS
PEMBAHASAN
PENUTUP
Latar Belakang
Ketuban pecah dini adalah robeknya cairan ketuban sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu, dengan atau tanpa kontraksi. Menurut WHO, angka kejadian ketuban pecah dini (PROM) atau kejadian PROM (prelabour pecah ketuban) berkisar antara 5-10% dari seluruh kelahiran.
Rumusan Masalah
Pendidikan kesehatan pasca operasi caesar mengacu pada mobilisasi dini, juga mengajarkan ibu untuk segera mandiri dalam memenuhi kebutuhan dasar dan perawatan bayi serta pencegahan trombosis dan tromboemboli serta perawatan luka pasca operasi caesar untuk mencegah infeksi, teknik relaksasi untuk mengurangi rasa sakit. , serta nutrisi yang harus dikonsumsi untuk mempercepat penyembuhan luka dengan diet tinggi protein (Winkjosastro, 2010).
Tujuan Penelitian .1 Tujuan Umum
Manfaat Penelitian
Metode Penelitian .1 Metode
Data diperoleh melalui observasi langsung terhadap reaksi, sikap, dan perilaku pasien yang diamati. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari keluarga atau orang terdekat pasien, rekam medis perawat, hasil tes dan tim medis lainnya.
Sistematika Penulisan
Pada bab 2 akan dijelaskan secara teoritis konsep penyakit dan asuhan keperawatan pada pasien pasca operasi caesar dengan indikasi ketuban pecah dini. Asuhan keperawatan akan menggambarkan permasalahan yang timbul pada pasien Post op Sectio Caesarea dengan indikasi ketuban pecah dini.
Konsep Sectio Caesarea
Hanya mengelompokkan 2 kategori yaitu operasi caesar darurat dan elektif, disebut darurat jika terdapat kelainan pada kekuatan atau kontraksi rahim yang tidak mencukupi, 'penumpang' jika posisinya buruk atau presentasinya buruk dan 'penumpang' jika ukuran rahim. panggul sempit atau ada. merupakan kelainan anatomi (Mochtar, 2012). Operasi caesar ulang adalah suatu persalinan dimana dilakukan operasi caesar terhadap pasien yang pernah menjalani operasi caesar pada persalinan elektif sebelumnya.
Konsep Teori Ketuban Pecah Dini
Semua wanita hamil dengan ketuban pecah dini (PROM) harus dievaluasi kemungkinan karyomnionitis (radang karyon dan amnion). Selain itu, prolaps atau keluarnya tali pusat dapat terjadi pada kasus ketuban pecah dini (KPD) (Rahmawati, 2009).
Asuhan Keperawatan
Namun masalah utama yang sering terjadi pada ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah 'sindrom gangguan pernapasan'. Hipoplasia pare merupakan komplikasi fatal yang terjadi akibat ketuban pecah dini, infeksi intrauterin, kolapsnya tali pusat, kelahiran prematur dan distosia (Norma N., dkk, 2012). Pasca operasi caesar pada hari ke 0, pasien dengan kasus ini memerlukan istirahat yang cukup minimal 8 jam, dengan pasien berbaring dalam posisi terlentang.
Pasalnya, pasien H-0 pasca operasi caesar seringkali sulit tidur akibat nyeri luka operasi caesar. Palpasi: nyeri tekan uterus yang mungkin ada, penggunaan alat bantu kateter untuk membatasi aktivitas toilet pasien berhubungan dengan berkurangnya nyeri pasca operasi.
PENGKAJIAN
- IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
 - RIWAYAT KEPERAWATAN
 - RIWAYAT OBSETRI
 - Riwayat Keluarga Berencana
 - Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan a) Merokok : tidak ada
 - PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 - TERAPI
 
Inspeksi : tidak ada sianosis, tidak ada jari pemukul Palpasi : CRT <2 detik, denyut kuat, tidak ada JVP Perkusi : tumpul. Inspeksi : kesadaran kompensasi, GCS 4-5-6, orientasi baik, leher tidak kaku, tidak kejang, tidak sakit kepala, pasien tampak nyengir, istirahat/tidur di rumah 8 jam/hari, di rumah sakit 6 jam/hari Lain-lain: tidak ada . Inspeksi : bentuk genital normal, warna urine kuning, DC menempel, ada loche rubra, pembalut terpasang, frekuensi kencing ±1000 cc Palpasi : tidak nyeri tekan pada rahim.
Inspeksi : mulut simetris, mukosa lembab, bentuk bibir simetris, gigi bersih, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. Pemeriksaan : kulit bersih, warna kulit coklat, tidak ada patah tulang, tidak ada edema, ADL dilakukan di tempat tidur, tidak bisa miring ke kanan, miring ke kiri. Pemeriksaan : pupil isokhorik, konjungtiva merah muda, sklera putih, ketajaman penglihatan normal, tidak menggunakan alat bantu, mukosa hidung lembab, tidak ada sekret, tidak ada kelainan pada hidung, ketajaman pendengaran normal, tidak menggunakan alat bantu dengar, pengecapan normal.
Pemeriksaan : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar parotis, tidak ada nanah, tidak ada gangren.
Pengkajian
Tidak ada tindakan operasi pada tinjauan literatur dan tinjauan kasus karena keduanya mengeluhkan nyeri pada luka operasi di perut bagian bawah akibat operasi caesar. Ketika riwayat kesehatan saat ini dinilai dari tinjauan kasus, ditemukan bahwa nyeri atau ketidaknyamanan berasal dari sumber, misalnya trauma bedah atau nyeri insisional (Muttaqin, 2009). Sedangkan pada tinjauan kasus ditemukan bahwa klien mengeluh nyeri pada bekas luka operasi di perut bagian bawah akibat operasi caesar akibat sayatan pada dinding perut.
Tidak ada tindakan operasi dalam tinjauan literatur dan tinjauan kasus karena keduanya mengeluhkan nyeri pada luka operasi di perut akibat operasi caesar.
Riwayat keperawatan
Pada pemeriksaan kasus diperoleh data sebagai berikut : Inspeksi : tidak ada sianosis, tidak ada jari klab, Palpasi : CRT <2 detik, denyut kuat, tidak ada JVP. Tidak terdapat perbedaan antara tinjauan literatur dan tinjauan kasus karena hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan terhadap keduanya sama. Tidak terdapat perbedaan antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka karena hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan terhadap keduanya hampir sama.
Pada pemeriksaan fisik menurut Mitayani (2009), pada tinjauan pustaka, hasil pemeriksaan B8 (Endokrin) didapatkan data pemeriksaan : tidak ada luka gangren, palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar parotis. kelenjar, sedangkan pada tinjauan kasus data yang diperoleh adalah pemeriksaan: tidak terdapat luka gangren, Palpasi: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak. Pembesaran Kelenjar Parotis Tidak ada perbedaan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus karena hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan pada keduanya sama.
Diagnosa keperawatan .1 Antara lain
Dalam tinjauan literatur ditemukan bahwa diagnosis nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan bedah (Mansjoer, 2007), karena pasien pasca operasi caesar akan merasakan nyeri akibat sayatan bedah yang dilakukan pada dinding perut. Pada tinjauan kasus diperoleh hasil yang sama yaitu pasien mengeluhkan nyeri pada luka operasi di perut bagian bawah akibat sayatan. Sedangkan pada tinjauan kasus diperoleh hasil yang berbeda yaitu akibat tindakan pembedahan pada dinding perut, akibatnya aktivitas ibu menjadi terbatas sehingga ibu mengalami hambatan mobilitas fisik yang disebabkan oleh nyeri pada bekas luka operasi. , dengan data obyektif yang mendukung bahwa klien tidak mampu melakukan aktivitasnya secara mandiri, aktivitas klien hanya dibantu oleh keluarga dan perawat.
Dalam tinjauan literatur ditemukan bahwa diagnosis ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan kurangnya sumber informasi tentang perawatan payudara. Pada peninjauan kasus, ibu memutuskan untuk menyusui anaknya, namun ibu tidak mengetahui cara merawat payudaranya yang benar.
Perencanaan/intervensi
Setelah melakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan klien dapat kembali beraktivitas dengan kriteria sebagai berikut : Pasien mampu menjelaskan kembali pentingnya mobilisasi dini Pasien mampu melakukan aktivitas secara mandiri. Pasien mampu melakukan mobilisasi bertahap dengan posisi miring ke kanan/kiri, Klien mampu berpindah posisi, Tanda vital dalam batas normal, TD : 120/80 mmHg, N : 80-100x/menit, S C, Rr : 16-24x/menit, intervensi yang sama juga dilakukan yaitu Jelaskan pentingnya mobilisasi dini pada klien, Ajari klien tentang mobilisasi dini bertahap, Anjurkan pasien berguling ke kanan/condong ke kiri, Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi, Observasi tanda-tanda vital. . Menurut penulis, pemberian informasi tentang perawatan payudara pasca operasi caesar sebaiknya dilakukan bila klien baru pertama kali melahirkan dan menyusui. Kriteria waktu dimasukkan dalam peninjauan kasus karena pada kasus nyata kondisi pasien diketahui langsung berdasarkan peninjauan kasus untuk tujuan diagnostik pertama, kedua, dan ketiga setelah terpenuhinya kriteria hasil.
Kriteria hasil tinjauan pustaka menjadi acuan untuk membandingkan hasil yang diperoleh dalam studi kasus. Tidak terdapat perbedaan intervensi ketiga diagnosis yang ditunjukkan antara tinjauan literatur dan tinjauan kasus, hal ini disebabkan karena tidak terdapat perbedaan etiologi dari ketiga diagnosis tersebut.
Pelaksanaan/implementasi
Menurut penulis, pemberian obat pereda nyeri sesuai anjuran dokter sangat baik untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akibat proses pembedahan antara lain tindakan seperti menjelaskan kepada klien pentingnya mobilisasi dini untuk membantu pasien bergerak bebas, mengajarkan klien melakukan mobilisasi secara dini, menganjurkan pasien untuk miring ke kanan/miring ke kiri. , penilaian kemampuan mobilisasi klien, Observasi tanda vital, TD : 120/70 mmHg, N : 90x/menit, Rr : 21x/menit, S : 36,1˚C. Mobilisasi dini secara bertahap menurut penulis dapat membantu pasien untuk segera dapat melakukan aktivitas mandiri tanpa bantuan perawat dan keluarga, dengan cara berbaring miring ke kanan dan kiri, duduk, berjalan dan lain sebagainya.
Ketidakefektifan pemberian ASI berkaitan dengan kurangnya sumber informasi tentang perawatan payudara. Tindakan yang harus diambil. Jelaskan kepada pasien tentang pentingnya ASI dalam memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Pelajari. Jangan membersihkan puting Anda dengan alkohol atau bahan lain yang dapat menyebabkan iritasi, kering atau melepuh. Pegang kedua puting susu lalu tarik dan putar ke dalam dan ke luar (searah jarum jam dan berlawanan arah jarum jam) dengan kedua tangan lalu pijat. puting dari dalam 30 kali sehari Pijat kedua areola hingga keluar 1-2 puting Bersihkan kedua puting dan sekitarnya dengan handuk kering dan bersih Kenakan Bust Hounder (BH) yang secukupnya dan menopang payudara, jangan memakai bra yaitu mengencangkan dan menekan payudara, Anjurkan pasien untuk melakukan perawatan payudara yang tepat, Anjurkan pasien dalam penggunaan pompa payudara, Kaji ulang pengetahuan perawatan payudara, Pantau tanda vital TD: 120/70 mmHg, N: 90x/menit, Rr: 21x/ menit, S: 36,1˚C.
Evaluasi
Secara langsung pada pasien dengan diagnosa medis G1P0AB000 KPD hari ke 0 di bagian nifas RSUD Bangil Pasuruan, penulis dapat menarik kesimpulan dan saran yang mungkin berguna dalam meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan pada pasien pasca operasi caesar dengan tanda prematur. pecahnya ketuban.
Simpulan
Saran
Tujuan Instruksional Umum
Tujuan Instruksional Khusus
Kegiatan Penyuluhan
Isi Materi : Setting Ruangan
- Pengertian
 - Manfaat
 - Tujuan
 - Peralatan untuk perawatan payudara
 
Perawatan payudara merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan teratur untuk menjaga kesehatan payudara pada masa kehamilan guna mempersiapkan masa menyusui pada masa nifas. Perawatan payudara sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada masa kehamilan untuk mencoba mempersiapkan bentuk dan fungsi payudara sebelum ibu menyusui bayinya di kemudian hari. Perawatan yang dilakukan pada payudara bertujuan untuk melancarkan peredaran darah dan mencegah penyumbatan saluran susu sehingga memperlancar keluarnya ASI, menjaga kebersihan payudara agar terhindar dari infeksi, membuat puting menjadi elastis agar tidak mudah sakit. , menonjolkan puting untuk menjaga bentuk payudara dan mendeteksi adanya kelainan 4. Akibat jika tidak dilakukan perawatan payudara.
P ENGERTIAN
Manfaat
Peralatan Untuk
Perawatan Payudara
C ara perawatan payudara
Akibat jika tidak dilakukan perawatan