PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masyarakat umumnya belum mengetahui apa penyebab BPH, salah satunya adalah kebiasaan merokok masyarakat yang mempunyai risiko sangat tinggi terkena BPH (Khamriana et al, 2015). Komplikasi BPH adalah ISK berulang (infeksi saluran kemih), hematuria, gagal ginjal, retensi urin dan memerlukan pembedahan (Barkin, 2011).
Rumusan Masalah
Sebagai perawat juga penting untuk memberikan perawatan rehabilitatif kepada keluarga dan klien mengenai penatalaksanaan nyeri bila terjadi dan pentingnya buang air kecil yang benar pasca operasi TURP (Transurethral Resection of the Prostate) (Gupta A, 2010).
Tujuan Penelitian
- Tujuan Umum
- Tujuan Khusus
Manfaat Penelitian
Sebagai tambahan pengetahuan bagi profesi keperawatan dan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan pada klien pasca operasi (Reseksi Trans Uretra Prostat).
Metode Penelitian
- Metode
- Teknik Pengumpulan Data
- Sumber Data
- Studi Kepustakaan
Sistematika Penulisan
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Penyakit
Tidak ada benjolan atau massa, tidak ada nyeri tekan di perut, dan tidak ada pembesaran organ. Tidak ada rasa nyeri atau luka pada telinga, juga tidak ada nyeri tekan atau luka pada hidung.
Konsep Asuhan Keperawatan
- Pengkajian
- Diagnosa Keperawatan
- Intervensi Keperawatan
- Implementasi Keperawatan
- Evaluasi
Pathway
TINJAUAN KASUS
Pengkajian
- Identitas
- Riwayat Keperawatan
- Riwayat Kesehatan Keluarga
- Persepsi Dan Pengetahuan Tentang Penyakit
- Status Cairan Dan Nutrisi
- Genogram
- Pemeriksaan Fisik
- Data Psikososial
- Data Spiritual
- Data Penunjang
- Terapi
Klien kembali ke ruangan RS Mawar Kuning pada pukul 16.00 WIB dan pada saat pengkajian tanggal 31 Desember 2019 klien mengeluh nyeri pada area genital pasca operasi prostat kemarin, terasa seperti ditusuk, sering berlangsung 1 -2 menit jika beraktivitas di level 4. Masalah Keperawatan: nyeri akut. Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan 3.1.7.6 Sistem urinaria (B4).. 1) Inspeksi : bentuk genital normal, libido tidak dinilai, kebersihan genital tidak dinilai, frekuensi buang air kecil selama dirawat di rumah sakit tidak dinilai, kateter dengan 3 arah (+) , kateter irigasi (+), jumlah urin 1000cc berbau khas dan berwarna kuning bening dengan warna merah muda muda muncul di kantong urin. S dengan diagnosa medis pasca operasi TURP (Trans Urethral Resection of the Prostate) di kamar Kuning Mawar RSUD Sidoarjo. 1) Inspeksi : mulut bersih, tidak ada lesi, selaput lendir bibir lembab, bentuk bibir normal, gigi bersih, kebiasaan gosok gigi di rumah dua kali sehari, tidak pernah masuk rumah sakit, tenggorokan, tidak ada kesulitan menelan, tidak kemerahan dan amandel tidak membesar, tinja sehari sekali dengan konsistensi padat, warna kuning, bau khas, penggunaan popok, masalah pembuangan alve (-), penggunaan obat pencahar.
Mata: pupil isokortikal, refleks cahaya sensitif, mengecil bila terkena cahaya, konjungtiva merah muda, sklera, tidak ada ikterus, palpebra simetris, tidak ada strabismus, ketajaman penglihatan baik dengan alat bantu.
Diagnosa Keperawatan
- Daftar Masalah Keperawatan
- Daftar Diagnosa Berdasarkan Prioritas
Pada bab ini penulis akan membahas tentang proses keperawatan pada Tn. Sementara itu, penulis berencana untuk memberikan penjelasan kepada Bapak. S dan keluarga tentang penyebab nyeri, membantu memberikan posisi semi Fowler dan mengajarkan teknik distraksi (nafas panjang) dan relaksasi (ngobrol dengan klien atau keluarga lain) serta bekerjasama dengan tim medis lain dalam pemberian obat nyeri. dan antibiotik, sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara tinjauan kasus dan tinjauan literatur. Dalam mengkaji kasus tersebut, penulis membuat rencana untuk memberikan pendidikan kepada Bapak S dan memotivasinya untuk melakukan mobilisasi sesegera mungkin untuk mempercepat proses penyembuhan.
Data subyektif dan obyektif diperoleh dari penilaian tinjauan kasus yang dilakukan penulis.Pada data subyektif untuk diagnosis nyeri akut berhubungan dengan agen kerusakan fisik (luka bedah), Tn. S mengatakan nyerinya sudah berkurang. , Tn. Sedangkan untuk data obyektif Pak Minuta. Setelah melakukan observasi dan melaksanakan asuhan keperawatan langsung pada Tn. Medis Pasca Operasi (Reseksi Trans Uretra Prostat).
Rencana Tindakan Keperawatan
Implementasi Keperawatan
S dengan diagnosa pasca operasi (transurethral resection prostat) di ruang Mawar Kuning RSUD Sidoarjo pada tanggal 31 Desember 2019-2 Januari 2020. Evaluasi intensitas dan frekuensi nyeri, nyeri pada alat kelamin, seolah-olah tertusuk pisau dan terjadi saat beraktivitas. Evaluasi intensitas dan frekuensi nyeri, nyeri pada alat kelamin seperti ditusuk pisau, yang terjadi saat beraktivitas.
Nilai intensitas dan frekuensi nyeri, nyeri pada alat kelamin, seperti ditusuk dan terjadi saat beraktivitas, skala = 0, wajah rileks.
Evaluasi
S diketahui kesulitan melakukan aktivitas akibat luka operasi tersebut dan Tn. S masih terpasang kateter irigasi, oleh karena itu disarankan untuk membatasi aktivitasnya dan hal ini menyebabkan perlunya bantuan untuk memenuhi kebutuhan ADL-nya, padahal menurut tinjauan pustaka tidak ditemukan. S mengikuti instruksi membatasi aktivitas pasca operasi, tidak ada tanda-tanda hematuria dan hematemesis, tanda vital : tekanan darah 130/60 mmHg, nadi 80x/menit, suhu 36,9°C, frekuensi pernafasan 18x/menit. Dan Tuan.
S terlihat rileks, hasil observasi berada pada kisaran 0, dan Tn. S mengatakan nyeri pada area genital sudah tidak terjadi lagi, mau beraktivitas atau tidak.
PEMBAHASAN
Pengkajian
Berdasarkan tinjauan literatur, sistem pernapasan menunjukkan hidung simetris, bersih dan tidak mengeluarkan sekret, pergerakan dada simetris, ritme pernapasan teratur, namun bila timbul nyeri, dapat terjadi pernapasan pendek dan cepat, serta tidak terjadi retraksi otot. bantuan pernafasan, tidak ada pernafasan dari lubang hidung, frekuensi pernafasan.dalam batas normal 18-20x/menit, fermitus taktil antara kanan dan kiri. Pemeriksaan fisik susunan saraf didapatkan komposisi kesadaran, GCS 4-5-6, bentuk wajah simetris, pupil isokor, dan tidak ada sakit kepala. Pemeriksaan fisik sistem pencernaan menunjukkan nafsu makan klien baik, bentuk perut simetris, tidak ada asites, terdapat luka tusuk pada daerah supra pubis (kuadran VIII), tidak ada mual dan muntah, amandel tidak edema. dan mukosa labial lembab, tidak terdapat wasir pada anus, tidak terdapat massa dan benjolan, tidak terdapat nyeri tekan pada perut dan tidak terdapat pembesaran organ, bising usus normal terdengar bunyi gendang 15-35x/menit ( Mustika, dkk.2012).
Pada tinjauan pustaka didapatkan postur tubuh klien proporsional dengan jenis kelamin dan usia, tidak tampak hiperpigmentasi pada kulit, terdapat jakun pada klien, tidak terdapat pembesaran payudara klien, terdapat tidak ada pembesaran. perut karena lemak, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, GDS dalam batas normal, tidak ada nyeri tekan kecuali supra pubis akibat sayatan (Mustika, dkk 2012).
Diagnosa Keperawatan
Pada diagnosa keperawatan pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik (sayatan bedah) untuk tinjauan literatur menurut (Nur Arif & Kusuma, 2015) direncanakan tindakan keperawatan mandiri yaitu menjelaskan penyebab nyeri, teknik penatalaksanaan nyeri seperti sebagai distraksi (nafas panjang) dan relaksasi (mengajak klien lain berbicara), serta melakukan tindakan bekerjasama dengan dokter untuk memberikan obat antispasmodik dan analgesik. Untuk diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri akut, antara tinjauan literatur dan studi kasus tidak ditemukan kesenjangan karena dalam tinjauan literatur menurut (Nurarif & Kusuma, 2015), perawat harus memberikan informasi tentang pentingnya mobilisasi sedini mungkin setelah masa pembedahan dan memotivasi klien untuk segera melakukan mobilisasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Diagnosis ketiga menyangkut keterbatasan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri akut. Evaluasi dilakukan selama 1x24 jam. Diharapkan klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri dan klien memahami pentingnya mobilisasi segera setelah operasi.
Peneliti hendaknya dapat meningkatkan ketrampilan atau pengetahuannya dalam memberikan asuhan keperawatan yang lebih berkualitas pada klien dengan diagnosa Pasca TURP.
Intervensi
Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan pengelolaan dan realisasi rencana keperawatan yang disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012). Implementasi yang dilakukan penulis sama dengan perumusan rencana tindakan keperawatan yang disusun sebelum melakukan tindakan keperawatan pada klien berdasarkan data yang diperoleh dari pengkajian dan rumusan diagnosa keperawatan. Pada diagnosa keperawatan yang pertama yaitu nyeri akut yang berhubungan dengan agen cidera fisik (sayatan bedah), penulis terlebih dahulu membangun hubungan saling percaya dengan klien dan keluarganya, kemudian menjelaskan penyebab nyeri dan teknik penanganan nyeri untuk mengatasi nyeri tersebut. mengendalikan apa yang muncul. yaitu distraksi (nafas dalam-dalam) dan relaksasi (berbicara dengan klien lain atau keluarga), pemberian posisi semi Fowler agar merasa nyaman, selalu tanda-tanda vital, serta observasi intensitas dan luasnya skala nyeri dan juga bersama dokter untuk melakukan penatalaksanaan. obat pereda nyeri (antrain 1gr) dan antibiotik (anbacim 1gr).
Pada diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akut, penulis menerapkan rencana tindakan keperawatan seperti menjelaskan tujuan peningkatan mobilitas fisik untuk proses penyembuhan, memberikan motivasi pada klien untuk berlatih memenuhi kebutuhan ADL. secara mandiri membimbing dan membantu klien dalam mobilisasi dan membantu memenuhi kebutuhan ADL klien serta pengkajian fungsi vital klien setelah melakukan latihan.
Evaluasi
Dari hasil uraian pada Bab 4 tentang asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa Pasca TURP, peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut. Bagi institusi pelayanan kesehatan diharapkan Rumah Sakit khususnya RSUD Sidoarjo dapat memberikan pelayanan dan menjaga hubungan kerjasama yang baik antara tim pelayanan kesehatan dengan klien dan keluarga, bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal terhadap klien baik klien dengan BPH, dan klien dengan BPH. dengan menyediakan fasilitas yang mendukung pemulihan. Mustika, dkk 2012. Asuhan keperawatan pada Tuan B pasca operasi prostatektomi hari ke 1 di ruang Mawar III DR. MOEWARDI RSUD SURAKARTA. Diakses pada hari Jumat tanggal 12 September 2019 pukul 20.00 WIB.
Anda dapat menjadi agen perubahan dengan berbagi pesan tentang pentingnya perawatan di rumah pasca operasi TURP BPH.
PENUTUP
Simpulan
S dan keluarga mempelajari penyebab nyeri dan teknik penatalaksanaan nyeri seperti distraksi (nafas panjang) dan relaksasi (berbicara dengan klien atau keluarga lain), observasi tingkat skala nyeri dan tanda-tanda vital.
Saran
Agung, dkk 2017. Hubungan Obesitas, Merokok dan Konsumsi Alkohol dengan Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) di Klinik Bedah RSU Bina Sina Bukit Tinggi. Bukit Tinggi: RSU Bina Sina Bukit Tinggi. Menurut Riskesdas Provinsi Jawa Timur, pada tahun 2019 berdasarkan survei di RSUD Provinsi Jawa Timur ditemukan 1,5% juta orang menderita BPH dibandingkan jumlah penduduk saat ini yang berjumlah 267 juta orang. Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah kondisi pembesaran prostat patologis yang paling umum terjadi pada pria lanjut usia dan penyebab paling umum kedua dari intervensi medis pada pria berusia di atas 50 tahun.
Infeksi saluran kemih, wasir atau ambeien, hematuria dan kencing berdarah, batu kandung kemih, dan gagal ginjal.