• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. T DENGAN DIAGNOSA MEDIS CVA INFARK DI RUANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. T DENGAN DIAGNOSA MEDIS CVA INFARK DI RUANG "

Copied!
92
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia yang dapat merusak atau membunuh sel saraf otak (Nabyl, 2012). Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini dapat disebabkan oleh penyumbatan, penyempitan, atau pecahnya pembuluh darah, sehingga mengakibatkan serangkaian reaksi biokimia yang dapat merusak atau membunuh sel-sel otak.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

  • Tujuan Umum
  • Tujuan Khusus

Manfaat Penelitian

  • Akademis
  • Bagi Pelayanan Di Rumah Sakit
  • Peneliti
  • Bagi Peneliti Kesehatan

Metode Penulisan

  • Metode
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Sumber Data
  • Studi Kepustakaan

Diantaranya data yang diperoleh dari keluarga atau orang terdekat pasien, rekam medis dari perawat, hasil penelitian dan tim kesehatan lainnya.

Sistematika Penulisan

  • Bagian Awal
  • Bagian Inti
  • Bagian Akhir

Sedangkan pada pemeriksaan kasus diperoleh data kesadaran komposit, CGS 4-5-6, orientasi baik, tidak kejang, tidak ada. Pada peninjauan kasus hanya ditemukan dua diagnosa keperawatan yaitu: Gangguan mobilitas di tempat tidur berhubungan dengan gangguan neuromuskular dan Risiko tidak efektifnya perfusi jaringan otak berhubungan dengan emboli.

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Penyakit

  • Pengertian
  • Etiologi
  • Patofisiologi
  • Manifestasi Klinis
  • Pemeriksaan Penunjang
  • Diagnosa Banding
  • Komplikasi
  • Penatalaksanaan

Sedangkan tinjauan kasus menunjukkan klien tidak mengalami kesulitan makan, tidak ada penurunan nafsu makan, tidak ada mual dan muntah. Diagnosis risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak terkait dengan emboli juga dibuat karena data klien ditemukan menunjukkan hal ini.

Asuhan Keperawatan

  • Pengkajian
  • Pelaksanaan
  • Evaluasi

Pathway

Tidak ada peningkatan tekanan darah, tidak ada pembesaran jantung, tidak ada peningkatan atau penurunan jumlah denyut nadi, tidak ada jari pemukul, JVP normal. Kesadaran composmentis, CGS 4-5-6, orientasi baik, tidak kejang, tidak sakit kepala, klien mengatakan kepala terasa ringan, pupil isochor, reflek cahaya baik, istirahat tidur: siang 2 jam/hari, malam 8 jam/hari . Klien tidak mengalami kesulitan makan, tidak kehilangan nafsu makan, tidak mual muntah.

Sedangkan pada tinjauan kasus diperoleh data pemeriksaan bentuk dada simetris, susunan tulang belakang normal, tidak ada otot bantu pernafasan, tidak dipasang alat pernafasan, tidak ada batuk dan produksi sputum, fremitus vokal klien simetris kanan dan kiri, tidak ada perkusi dada, bunyi nafas klien vaskular, tidak ada bunyi nafas tambahan. Pada tinjauan pustaka data menunjukkan tidak ada sianosis, terdeteksinya tanda-tanda peningkatan tekanan darah, tidak ada pembesaran jantung dan terdeteksi adanya pelebaran denyut nadi dan penurunan jumlah denyut nadi, perkusi biasanya tumpul, S1 teratur dan S2 bunyi jantung, gallop (-), murmur – sumsum (-) (Muttaqin, 2008). Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan literatur dan tinjauan kasus karena keduanya tidak ditemukan sianosis, perkusi jantung tumpul, tidak ada peningkatan denyut nadi karena klien tidak mempunyai riwayat hipertensi, tekanan darah klien dalam batas normal, sehingga tidak ada masalah. dengan sistem kardiovaskular.

Sedangkan pada tinjauan kasus diperoleh data terdapat kelumpuhan pada tangan kiri dan tungkai kiri, tidak ada tremor, tidak ada dekubitus, tidak ada edema, tidak ada dislokasi, tidak ada patah tulang, kemampuan ADL sebagian, klien dapat makan sendiri, buang air kecil. , untuk buang air besar. berganti pakaian, duduk, menyeka dengan bantuan keluarga.

Gambar 2.3 Pathway CVA Infark (Nurarif & Kusuma, 2015) Ketidakmampuan
Gambar 2.3 Pathway CVA Infark (Nurarif & Kusuma, 2015) Ketidakmampuan

TINJAUAN KASUS

Pengkajian

Klien mengatakan, saat pulang ke rumah setelah bangun tidur, lengan kiri dan kaki kirinya tidak dapat digerakkan, serta kepalanya berputar-putar. Klien mengatakan penyakitnya akibat tidak menjaga kesehatannya, dan klien mengatakan ingin melakukan terapi kesehatan yang dianjurkan. Nafsu makan klien sebelum sakit baik dan juga baik pada saat sakit, pola makan klien sebelum sakit 3-4 kali sehari (habis 1 porsi) dan saat sakit 3 kali sehari (habis 1 porsi), jenis minuman sebelum sakit adalah air putih, kopi 2000cc per hari dan selama sakit air putih 1000cc per hari, tidak ada pantangan makanan, menu makanan sebelum sakit dan selama sakit tetap sama yaitu nasi, lauk pauk, sayur mayur.

Dari pemeriksaan didapatkan bentuk dada simetris, susunan ruas tulang belakang normal, tidak terdapat penambahan otot pernafasan, tidak dipasang alat pernafasan, dan tidak terdapat batuk atau produksi sputum. Terdapat kelumpuhan pada ekstremitas tangan kiri dan kaki kiri, tidak ada tremor, tidak ada luka tekan, tidak ada edema, tidak ada dislokasi, tidak ada patah tulang, kemampuan ADL parsial, klien dapat makan, buang air kecil, buang air besar, ganti baju, duduk sendiri, dengan bantuan keluarga. Klien mengatakan perannya sebagai kepala rumah tangga, klien juga mengatakan dapat memenuhi perannya sebagai kepala rumah tangga.

Klien mengatakan hubungan dengan keluarga baik, respon klien saat berinteraksi baik, tenang dan kooperatif.

Gambar 3.1 Genogram Keluarga Tn. T dengan diagnosa medis Cva Infark di RSUD  Bangil.
Gambar 3.1 Genogram Keluarga Tn. T dengan diagnosa medis Cva Infark di RSUD Bangil.

Diagnosa Keperawatan

Intervensi Keperawatan

Implementasi Keperawatan

Jawaban: Klien kooperatif dalam pemeriksaan dan ditemukan kelemahan otot pada tangan kiri dan tungkai kiri. Anjurkan klien untuk melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif (menggerakkan lengan dan kaki yang sehat ke atas dan ke bawah dalam posisi tidur, membantu klien menggerakkan lengan dan kaki yang sakit dengan menggerakkannya ke atas dan ke bawah dalam posisi tidur). Observasi kemampuan klien dalam melakukan mobilisasi (observasi klien pada saat mobilisasi, sebagian besar aktivitas klien dibantu oleh keluarga).

Respon: Klien bersikap kooperatif pada pemeriksaan dan mencatat kelemahan otot pada tangan kiri dan kaki kiri.

Evaluasi

Dalam tinjauan pustaka ditemukan bahwa perlu dilakukan pengukuran jumlah produksi urin karena berkaitan dengan asupan cairan. Pada tinjauan literatur dan tinjauan kasus, keduanya ditemukan kelumpuhan pada anggota gerak karena klien mengalami penurunan perubahan fungsional pada Nervus XI. Dalam tinjauan literatur ditemukan data klien yang menderita stroke mengalami kerusakan sensorik seperti penglihatan, berkurangnya indera perasa dan berkurangnya indra penciuman (Muttaqin, 2008).

Sedangkan data tinjauan kasus menunjukkan tidak ada kerusakan pada indra, seperti penglihatan, berkurangnya indera perasa, dan berkurangnya indra penciuman. Dari kasus tersebut maka muncul diagnosa keperawatan : hambatan mobilitas di tempat tidur berhubungan dengan gangguan neuromuskular, karena pada saat dilakukan pemeriksaan data diketahui bahwa klien dalam keadaan tirah baring dan mengalami kelumpuhan anggota badan, serta ADL klien. didukung oleh keluarga di tempat tidur. Intervensi keperawatan mengungkapkan diagnosis tambahan : Hambatan mobilitas di tempat tidur berhubungan dengan gangguan neuromuskular, dimana diagnosis ini tidak ditemukan pada penelusuran literatur karena disesuaikan dengan kebutuhan klien pada studi kasus.

Sedangkan pada case review, implementasinya disiapkan dan dilaksanakan pada pasien serta terdapat dokumentasi dan intervensi keperawatan.

Tabel 3.6 Evaluasi keperawatan pada Tn. T dengan diagnosa medis Cva Infark  di RSUD Bangil
Tabel 3.6 Evaluasi keperawatan pada Tn. T dengan diagnosa medis Cva Infark di RSUD Bangil

PEMBAHASAN

Pengkajian

Penelusuran literatur menemukan data peningkatan produksi sputum, sesak nafas, penggunaan otot bantu pernafasan dan peningkatan frekuensi pernafasan. Tinjauan literatur menemukan data adanya sinkop, pusing, sakit kepala parah, kelemahan, kesemutan, mati rasa pada sisi depresi, seperti kematian atau kelumpuhan. Sedangkan pada tinjauan kasus diperoleh data bentuk alat kelamin normal, frekuensi buang air kecil 6-7 kali sehari, jumlah urin 1050 cc/.

Pada tinjauan kasus tidak ditemukan inkontinensia urin atau kerusakan kontrol sfingter urin karena hanya Saraf XI klien yang mengalami penurunan fungsi sehingga tidak mengganggu fungsi saraf lainnya. Dalam tinjauan literatur diperoleh data mengenai penilaian status gizi klien meliputi jumlah, frekuensi dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Pada tinjauan kasus tidak ditemukan adanya gangguan penglihatan, gangguan pengecapan maupun gangguan penciuman karena tidak adanya perubahan fungsi pada saraf I, II, III, IV, VI, V, X, XI.

Dalam tinjauan literatur dan tinjauan kasus, tidak ditemukan pembesaran kelenjar endokrin karena pada sebagian besar kasus CVA, organ yang diserang adalah pembuluh darah otak sehingga terjadi perubahan fungsi pada beberapa atau beberapa saraf.

Diagnosa Keperawatan

Pada diagnosa keperawatan muncul diagnosa baru sesuai dengan kondisi klien yaitu : Hambatan mobilitas di tempat tidur berhubungan dengan masalah neuromuskular karena klien mengalami penurunan fungsi anggota tubuh dan tidak mampu melakukan aktivitas fisik seperti biasanya. Bila mendiagnosis risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan emboli, sebaiknya dilakukan tindakan keperawatan. Baringkan klien terlentang. Amati tingkat kesadaran klien. Amati status neurologis klien. Bekerja sama dengan dokter dalam pemberian terapi obat. Dalam diagnosa keperawatan gangguan mobilitas di tempat tidur berhubungan dengan neuromuskular, dilakukan seluruh perencanaan tindakan keperawatan seperti membangun hubungan saling percaya (sapa sopan, perkenalan, menanyakan nama dan menunjukkan tujuan pertemuan), menjelaskan pentingnya dan cara melakukan latihan gerakan aktif dan.

Pada diagnosa keperawatan risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan emboli, semua perencanaan tindakan keperawatan dilakukan seperti memposisikan klien terlentang (tempat tidur klien rata dan meminta klien berbaring dengan posisi terlentang tanpa bantal untuk istirahat. ), observasi tingkat kesadaran klien (kesadaran klien composmentis, GCS 4-5-6, keadaan umum baik, klien kooperatif), observasi status neurologis klien (periksa 12 saraf, temukan penurunan fungsi pada saraf XI), kerjasama dengan dokter dalam pemberian terapi obat. Pada akhir evaluasi diagnosa keperawatan hambatan mobilitas di tempat tidur berhubungan dengan neuromuskular, disimpulkan bahwa masalah keperawatan pasien teratasi sebagian karena klien mengalami peningkatan kekuatan otot pada ekstremitas kanan atas 5 dan hingga 3x24 jam bawah 5 berpengalaman. , pada ekstremitas atas kiri 3 dan ekstremitas bawah 2. Hal ini sesuai dengan teori menurut Nurarif & Kusuma (2015), bahwa tujuan keperawatan diagnosa keperawatan hambatan mobilitas di tempat tidur berkaitan dengan neuromuskular yaitu meningkatkan kekuatan otot klien .

Hal ini sesuai dengan teori menurut Nurarif & Kusuma (2015), bahwa tujuan keperawatan diagnosis keperawatan adalah risiko tidak efektifnya perfusi jaringan serebral berhubungan dengan emboli.

Perencanaan

Pelaksanaan

Evaluasi

Dalam tinjauan literatur, evaluasi tidak dapat dilakukan karena merupakan kasus semu, sedangkan dalam tinjauan kasus, evaluasi dapat dilakukan karena kondisi pasien dan masalahnya dapat diketahui secara langsung. Sedangkan kekuatan otot pada anggota gerak yang mengalami penurunan fungsi mencapai skor 5, memerlukan waktu 5-7 hari, dan tujuan yang ditetapkan perawat adalah meningkatkan kekuatan otot klien. Pada akhir evaluasi diagnosa keperawatan Risiko Tidak Efektifnya Perfusi Jaringan Otak Terkait Emboli Vaskular Serebral ditetapkan bahwa masalah keperawatan pasien teratasi karena sesuai dengan tujuan yang ditetapkan perawat, dan sebaliknya tidak ada penurunan kesadaran, GCS 4-5-6, sensasi menggiring bola hilang.

Masih ada yang kurang sesuai ekspektasi karena ada masalah yang terselesaikan sebagian, namun Pak. Setelah melakukan observasi dan melakukan asuhan keperawatan secara langsung pada klien kasus CVA infark di RSUD Bangil Pasuruan, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan serta saran yang dapat berguna dalam meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada klien CVA Serangan Jantung. Kriteria hasil adalah klien mampu menjelaskan kembali pentingnya latihan rentang gerak aktif dan pasif, klien melaporkan mampu menggerakkan ekstremitas yang terkena, klien mampu mendemonstrasikan kembali latihan rentang gerak aktif dan pasif, kekuatan otot meningkat.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut penulis melibatkan klien secara aktif dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, karena banyak tindakan keperawatan yang memerlukan kerjasama antara perawat dan klien.

PENUTUP

Simpulan

Saran

Gambar

Gambar 2.3 Pathway CVA Infark (Nurarif & Kusuma, 2015) Ketidakmampuan
Gambar 3.1 Genogram Keluarga Tn. T dengan diagnosa medis Cva Infark di RSUD  Bangil.
Tabel 3.1 Hasil pemeriksaan laboratorium pada Tn. T dengan diagnosa   medis CVA Infark
Tabel  3.2  Analisa  data  pada  Tn.  T  dengan  diagnosa  medis  Cva  Infark  di  RSUD  Bangil
+5

Referensi

Dokumen terkait