• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S DENGAN NYERI AKUT PADA DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S DENGAN NYERI AKUT PADA DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI "

Copied!
92
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengobatan terhadap penderita hipertensi dapat dilakukan secara berkala untuk menurunkan tekanan darah melalui pengobatan anti hipertensi, namun ada juga beberapa alternatif untuk mengobati hipertensi yaitu dengan menjalani pola hidup sehat dan mengendalikan faktor risiko, dengan melakukan olahraga teratur, mengelola stres dan emosi, menjaga kesehatan. berhenti merokok. , hindari minuman beralkohol, dan periksa tekanan darah 2-3 kali seminggu. Beberapa artikel memuat temuan penelitian mengenai terapi relaksasi progresif yang mungkin merupakan salah satu terapi paling sederhana untuk menurunkan tekanan darah, walaupun secara medis belum dapat dipastikan kebenarannya, namun para peneliti meyakini bahwa terapi relaksasi progresif sangat efektif dalam mengurangi stres, mengurangi rasa sakit, mencegah penyakit, oleh karena itu berdasarkan fakta.

Rumusan Masalah

Relaksasi sendiri merupakan suatu prosedur dan teknik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan, dengan cara secara sengaja mengendurkan otot-otot tubuh setiap saat, sesuai keinginan. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk menulis karya ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien Penderita Hipertensi di Desa Wirogunan Kota Pasuruan” mengingat banyaknya penderita hipertensi di Desa Wirogunan.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian tentang asuhan keperawatan pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Wirogunan Kota Pasuruan.

Metode Penulisan

  • Metode
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Sumber Data
  • Studi Kepustakaan

Data yang sebelumnya dan sengaja dikumpulkan oleh peneliti digunakan untuk memenuhi kebutuhan data penelitian.

Sistematika Penulisan

Ini adalah suatu kondisi peningkatan tekanan darah arteri disertai mual, muntah dan sakit kepala yang berlanjut hingga koma dan disertai dengan tanda-tanda klinis defisit neurologis. Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah kesakitan dan kematian akibat komplikasi kardiovaskular yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah di atas 140/90 mmHg. Pengobatan nonfarmakologis pada pasien hipertensi bertujuan untuk menurunkan tekanan darah tinggi dengan memodifikasi faktor risiko yaitu.

Menghindari stres pada penderita hipertensi dapat dilakukan melalui relaksasi seperti relaksasi otot, yoga atau meditasi yang dapat mengontrol sistem saraf sehingga menurunkan tekanan darah tinggi (Hartono, 2007). Sistem saraf simpatis merupakan sistem saraf yang langsung merespon stres dengan meningkatkan tekanan darah. 2.2.11.2.7 Keadaan darurat hipertensi (misalnya hipertensi maligna) memerlukan obat penurun tekanan darah tinggi secara cepat dan segera.

Beberapa obat dapat dengan cepat menurunkan tekanan darah dan sebagian besar diberikan secara intravena: diazoksida, nitroprusside, nitrogliserin, labetalol. Lakukan pengkajian nyeri : P : akibat peningkatan tekanan darah P : nyeri yang terasa seperti ditekan R : nyeri kepala pada daerah leher S : 6. Lakukan pengkajian nyeri : P : akibat peningkatan tekanan darah P : nyeri yang terasa seperti tekanan R : sakit kepala di leher bagian belakang S : 4.

Diagnosis pertama yang didapat adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis: peningkatan tekanan pembuluh darah otak, data ini didukung oleh data subjektif: Ny. S mengatakan nyeri dari kepala hingga tengkuk, bila tekanan darah meningkat. Intervensi keperawatan lansia merupakan penyusunan beberapa intervensi keperawatan yang bermanfaat dalam menurunkan tekanan darah pada hipertensi. Dalam diagnosa keperawatan, nyeri akut berhubungan dengan cedera fisiologis obat: meningkatkan tekanan pembuluh darah otak, untuk menurunkan tekanan darah dan mengurangi sakit kepala, penerapannya diperlukan selama 3 hari.

Gambar 2.1 Klasifikasi Patwhay Hipertensi Nyeri Akut
Gambar 2.1 Klasifikasi Patwhay Hipertensi Nyeri Akut

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Penyakit Hipertensi

  • Definisi hipertensi

Konsep Dasar lansia

  • Definisi Lansia
  • Batasan Lansia
  • Klasifikasi Lansia
  • Kebutuhan Dasar Lansia
  • Hipertensi Pada Lansia
  • Etiologi
  • Patofisiologi
  • Patwhay Nyeri Pada Hipertensi
  • Komplikasi
  • Klasifikasi
  • Penatalaksanaan

Mekanisme yang mengontrol pembangunan dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, di medula otak. Untuk pertimbangan gerontologis, perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab atas perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia tua. Stroke dapat terjadi akibat perdarahan tekanan darah tinggi di otak, atau akibat keluarnya embolus dari pembuluh darah non-serebral yang terbuka di otak.

Klasifikasi hipertensi didasarkan pada hasil pengukuran tekanan darah menurut VIII National Joint Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC) dalam Smeltzer & Bare (2010), yaitu <130 mmHg untuk tekanan darah sistolik dan <85 mmHg untuk tekanan darah diastolik. Klasifikasi tekanan darah untuk orang dewasa berusia 18 tahun ke atas yang tidak mengonsumsi obat antihipertensi dan tidak sakit akut. Penurunan tekanan darah sistolik sebesar 5 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 2,5 mmHg dapat dicapai dengan mengurangi asupan garam sebanyak ½ sendok teh/hari (Dalimartha, 2008).

Mengonsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau lebih dari 1 gelas per hari pada wanita dapat meningkatkan tekanan darah, sehingga membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol dapat membantu menurunkan tekanan darah (PERKI, 2015). Kandungan utama rokok adalah tembakau, di dalam tembakau terdapat nikotin yang membuat jantung bekerja lebih keras karena menyempitkan pembuluh darah serta meningkatkan detak jantung dan tekanan darah (Dalimartha, 2008).

Konsep Asuhan Keperawatan Nyeri Akut

  • Pengkajian
  • Diagnosa Keperawatan
  • Intervensi
  • Implementasi
  • Evaluasi

2.3.1.11.1 Pemeriksaan kepala dan leher meliputi pemeriksaan bentuk kepala, sebaran rambut, warna rambut, struktur wajah, warna kulit, kelengkapan dan simetri mata, kelopak mata, kornea, konjungtiva dan sklera, pupil dan iris. , ketajaman penglihatan, tekanan bola mata, lubang hidung, lubang hidung, tulang hidung dan septum hidung, penilaian ukuran telinga, ketegangan telinga, kebersihan saluran telinga, ketajaman pendengaran, kondisi bibir, gusi dan gigi, kondisi lidah, langit-langit dan orofaring, posisi trakea, kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, vena jugularis dan nadi arteri karotis. 2.3.1.11.2 Pemeriksaan payudara meliputi pemeriksaan ada tidaknya kelainan berupa (warna kelenjar susu kemerahan, edema, papila payudara menonjol atau tidak, hiperpigmentasi aerola payudara, ada tidaknya sekret. 2.3.1.11.3 Pemeriksaan toraks meliputi pemeriksaan ada tidaknya kelainan berupa (bentuk dada, penggunaan otot bantu pernafasan, pola pernafasan), palpasi (penilaian suara premitus), perkusi (penilaian adanya kelainan bunyi perkusi) dan auskultasi (peningkatan suara napas dan adanya suara napas tambahan).

2.3.1.11.4 Pemeriksaan jantung meliputi inspeksi dan palpasi (mengamati ada tidaknya denyut dan ictus cordis), perkusi (menentukan batas jantung untuk menentukan ukuran jantung), auskultasi (mendengarkan bunyi jantung, tambahan suara jantung). suara, ada tidaknya murmur/murmur). Pemeriksaan abdomen meliputi pemeriksaan ada tidaknya kelainan berupa (bentuk perut, benjolan/massa, bayangan pembuluh darah, warna kulit perut, lesi pada perut), auskultasi (bising usus atau gerak peristaltik usus dengan nilai normal 5) atau bukan. -35 kali/menit), palpasi (nyeri tekan, benjolan/massa, benjolan/massa, pembesaran hati dan limpa) dan perkusi (penilaian bunyi perut dan pemeriksaan asites). 2.3.1.11.6 Pemeriksaan alat kelamin dan sekitarnya termasuk daerah kemaluan, meatus uretra, anus dan perineum apakah ada kelainan atau tidak.

2.3.1.11.8 Pemeriksaan integumen meliputi kebersihan, kehangatan, warna, turgor kulit, tekstur kulit, kelembaban dan ketidakteraturan kulit, serta ada tidaknya lesi. 2.3.1.11.9 Pemeriksaan neurologis meliputi pemeriksaan tingkat kesadaran (GCS), pemeriksaan saraf kranial (NI-NXII), fungsi motorik dan sensorik, serta pemeriksaan refleks.

Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan
Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan

Pengkajian

S mengatakan, waktu tidur seringkali berubah tidak menentu ketika sakit kepala bertambah sekitar 3 jam sehari. Pada diagnosa keperawatan terdapat gap antara tinjauan literatur dan tinjauan kasus, pada tinjauan kasus terdapat satu diagnosa yang tidak muncul pada tinjauan kasus yaitu intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. Pada diagnosa keperawatan gangguan pola tidur kedua berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur, tidak terdapat gap antara tinjauan literatur dan tinjauan kasus, keduanya menggambarkan intervensi keperawatan yang sama yaitu menjelaskan kepada pasien pentingnya tidur yang cukup selama penyakit, identifikasi lingkungan (misal 61. dan tempat tidur) batasi waktu tidur siang bila perlu Ciptakan lingkungan yang menyenangkan dan tenang.

Saat melakukan diagnosis pertama, nyeri akut dikaitkan dengan agen fisiologis: peningkatan tekanan pembuluh darah otak memerlukan implementasi tiga hari, yaitu, dengan pengakuan masalahnya, pendidikan kedokteran tentang nyeri dilakukan, dan kemudian keputusan dibuat tentang tindakan. menerima. Pada akhir evaluasi keperawatan, diagnosis keperawatan nyeri akut berhubungan dengan penyebab fisiologis cedera: peningkatan tekanan pembuluh darah otak. frekuensi nyeri berkurang, masalah tidur berkurang secara signifikan, ekspresi wajah saat nyeri berkurang. Hal ini sesuai dengan teori menurut Kelompok Kerja DPP PPNI SLKI (2017) bahwa tujuan keperawatan dalam mendiagnosis nyeri akut berkaitan dengan penyebab fisiologis cedera: peningkatan tekanan pembuluh darah otak, yaitu berkurangnya frekuensi nyeri.

Pada akhir evaluasi keperawatan, diagnosis kedua pola tidur terganggu berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur, disimpulkan permasalahan teratasi karena sesuai dengan tujuan yang ditetapkan perawat yaitu jam tidur teratur. Diagnosa keperawatan gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur memerlukan penerapan selama 3 hari. Judul KTI : Asuhan Keperawatan Ny. S dengan hipertensi dalam diagnosa medis nyeri akut di Kelurahan Wirogunan Kota Pasuruan.

Menjelaskan pengertian hipertensi 2. Menjelaskan penyebab hipertensi 3. Menjelaskan tanda dan gejala hipertensi 4. Menjelaskan cara mencegah hipertensi.

Tabel 3.1 Pemeriksaan Dada Pada Ny. S Dengan Diagnosa Medis  Hipertensi Di Kelurahan Wirogunan
Tabel 3.1 Pemeriksaan Dada Pada Ny. S Dengan Diagnosa Medis Hipertensi Di Kelurahan Wirogunan

Analisa Data

Diagnosa Keperawatan

Intervensi

Implementasi

Evaluasi

PEMBAHASAN

Pengkajian

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis terhadap pengalaman atau respon individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan, terhadap risiko masalah kesehatan atau terhadap proses kehidupan (SDKI, 2017). Diagnosis yang muncul pada lansia dengan hipertensi sesuai dengan kelompok kerja SDKI DPP PPNI.

Intervensi

Untuk diagnosa keperawatan terdapat gap antara tinjauan literatur dengan tinjauan kasus, terdapat satu diagnosa pada tinjauan kasus yang tidak muncul pada tinjauan kasus yaitu intoleransi olahraga berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. dan tempat tidur) batasi waktu tidur siang bila perlu Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenteram.

Implementasi

Evaluasi

Tidak ada kendala yang ditemui dalam pelaksanaan tindakan keperawatan karena pasien dan keluarga bekerjasama dengan perawat sehingga rencana dapat terlaksana. Setelah melakukan observasi dan pelaksanaan asuhan keperawatan secara langsung pada pasien kasus hipertensi pada lansia di Kelurahan Wirogunan Kota Pasuruan, penulis dapat menarik kesimpulan serta saran yang mungkin dapat membantu dalam meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada pasien hipertensi. Berikut ini penulis ambil kesimpulan dari hasil gambaran asuhan keperawatan pada pasien hipertensi.

Kronologis Kejadian : Klien mengalami sakit kepala sampai leher bagian belakang dan sulit tidur, nyeri dirasakan hilang timbul, nyeri terasa tertekan. Mengembangkan dan meningkatkan pemahaman perawat tentang konsep manusia secara komprehensif sehingga mampu melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik. Penelitian Kesehatan Dasar (Risk Das) (2018), Badan Penelitian dan Pengembangan. https://www.litbang.kemkes,go.id/report-riset-ksehatan-dasar-riskesdas/. Buku Panduan Keperawatan Bedah Medis Vol 2. Asuhan Keperawatan pada Lansia Penderita Hipertensi di Panti Jompo Tresna Nirwana Puri Samarinda Skripsi.

Melalui surat ini kami mohon kepada Camat Wirogunan Kota Pasuruan agar siswa kami dapat melakukan pendataan dasar di tempat tersebut. Peserta mampu memahami dan memahami: 1. Menjelaskan pengertian hipertensi 2. Menjelaskan penyebab terjadinya hipertensi 3. Menjelaskan tanda dan gejala hipertensi 4. Menjelaskan faktor risiko terjadinya hipertensi 5. Menjelaskan upaya pengendalian dan pencegahan hipertensi.

PENUTUP

Simpulan

Saran

Gambar

Gambar 2.1 Klasifikasi Patwhay Hipertensi Nyeri Akut
Tabel 2.1 klasifikasi tekanan darah menurut WHO (2013)
Tabel 2.2 klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT)
Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

geografis dan segmentasi demografis. Target pasar toko mebel samsuri adalah pasar sasaran jangka pendek, pasar sasaran primer dan sasaran sekunder. Dan posisi pasar toko