• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTHRITIS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI KRONIS DI DESA CUKURGONDANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ARTHRITIS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI KRONIS DI DESA CUKURGONDANG "

Copied!
115
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Artritis reumatoid merupakan penyakit autoimun yang disebabkan oleh peradangan atau peradangan yang dapat menyebabkan kerusakan sendi dan nyeri. Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, biasanya hanya kombinasi faktor genetik, lingkungan, hormonal, dan sistem reproduksi. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan pada lansia rheumatoid arthritis dengan masalah keperawatan nyeri kronis di Desa Cukurgondang Grati Kabupaten Pasuruan.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Menjelaskan tentang evaluasi asuhan keperawatan pada lansia penderita rheumatoid arthritis dengan nyeri kronis pada masalah keperawatan di desa Cukurgondang Grati kabupaten Pasuruan.

Manfaat Studi Kasus

Metode Penulisan

Sistematika Penulisan

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Dasar Penyakit

  • Definisi Rheumatoid Arthritis
  • Etiologi Rheumatoid Arthritis
  • Manifestasi Klinis
  • Klasifikasi
  • Patofisiologi
  • Penatalaksanaan
  • Komplikasi

Pada rheumatoid arthritis respon TH1 lebih dominan sehingga estrogen dan progesteron mempunyai efek berlawanan terhadap perkembangan penyakit ini (Suarjana, 2009). Selain itu, manifestasi klinis rheumatoid arthritis sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan stadium dan tingkat keparahan penyakit. Nyeri, bengkak, panas, eritema, dan penurunan fungsi merupakan gambaran klinis klasik dari rheumatoid arthritis (Smeltzer & Bare, 2002).

Gambar 2.1 Pathway Rheumatoid Arthritis  Sumber: (Made Bima, 2019)
Gambar 2.1 Pathway Rheumatoid Arthritis Sumber: (Made Bima, 2019)

Konsep Diagnosa

  • Definisi Nyeri
  • Tipe-tipe Nyeri
  • Penilaian Skala Nyeri
  • Batasan Karakteristik
  • Faktor Yang Mempengaruhi Respon Nyeri
  • Tujuan Manajemen Nyeri
  • Prosedur Manajemen Nyeri
  • Risiko Manajemen Nyeri

Dari sini, dokter dapat menentukan skala nyeri dan menentukan apa akar penyebab nyeri yang dirasakan. Namun, hal ini mungkin berbeda-beda tergantung penyakit yang dialami dan metode penanganan nyeri yang digunakan. Efek samping yang dialami pasien sebaiknya dilaporkan kepada dokter sebagai bahan evaluasi suatu prosedur penatalaksanaan nyeri yang diberikan.

Gambar 2.2 : Skala Angka Nyeri
Gambar 2.2 : Skala Angka Nyeri

Konsep Lansia

  • Pengertian Lansia
  • Batasan-batasan lanjut usia
  • Ciri-ciri Lansia
  • Karakteristik Lansia
  • Tipe-tipe Lansia
  • Pendekatan Perawatan Lansia
  • Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan
  • Perubahan-perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Misalnya lansia yang mempunyai motivasi rendah dalam melakukan aktivitas akan mempercepat proses penurunan fisik, namun ada juga lansia yang mempunyai motivasi tinggi maka penurunan fisik pada lansia akan memakan waktu lebih lama. Kondisi ini diakibatkan oleh adanya sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat dengan adanya opini-opini yang kurang baik, misalnya lansia lebih suka mempertahankan pendapatnya, sikap sosial di masyarakat menjadi negatif, namun ada juga lansia yang mempunyai toleransi terhadap orang lain. masyarakat sehingga sikap sosial masyarakat positif. Perubahan peran lansia harus terjadi atas dasar keinginannya sendiri, bukan atas dasar tekanan lingkungan.

Perlakuan yang buruk terhadap lansia berarti mereka cenderung mengembangkan citra diri yang buruk, sehingga dapat menampilkan perilaku yang buruk. Misalnya: lansia yang tinggal bersama keluarganya seringkali tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan karena dianggap memiliki cara berpikir yang kolot. Kondisi ini menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan, mudah tersinggung bahkan rendah diri. - harga diri. Perawatan lanjut usia juga dapat dilakukan dengan pendekatan fisik melalui perhatian terhadap kesehatan, kebutuhan, kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih dapat dicapai dan dikembangkan, serta penyakit atau penyakit yang dapat dicegah. kemajuan.

Klien lanjut usia yang masih aktif dan mempunyai kondisi fisik yang masih mampu beraktivitas tanpa bantuan orang lain sehingga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari masih mampu melakukannya sendiri. Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia : Jaringan ikat (kolagen dan elastin), tulang rawan, tulang, otot dan sendi. Perubahan sistem kardiovaskular pada lansia adalah bertambahnya massa jantung, hipertrofi ventrikel kiri sehingga luas jantung mengecil, kondisi ini terjadi karena adanya perubahan pada jaringan ikat.

Kematian pasangan, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan dapat melemahkan pertahanan jiwa lansia yang sudah rapuh.

Konsep Asuhan Keperawatan

  • Pengkajian
  • Konsep Asuhan Keperawatan Lansia
  • Analisa Data
  • Diagnosa keperawatan
  • Intervensi Keperawatan
  • Implementasi Keperawatan
  • Evaluasi Keperawatan

Skala yang ditentukan dengan indeks Katz pada ADL terdiri dari dua kategori yaitu independensi tinggi (indeks A, B, C, D) dan independensi rendah (E, F dan G). 9 Apakah Anda lebih sering berada di rumah dibandingkan keluar rumah dan melakukan hal baru? Memberikan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri (misal TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik guide imagery, kompres panas/dingin, terapi bermain)2.

Belajar melakukan mobilisasi sederhana (misalnya duduk di tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur, berpindah dari tempat tidur ke kursi).

Tabel 2.2 Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
Tabel 2.2 Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)

Kerangka Masalah

TINJAUAN KASUS

Pengkajian

Keluhan utama : Klien mengatakan sering mengeluh nyeri pada lutut kanan selama kurang lebih 3 tahun, seperti ditusuk terus menerus pada skala 7, lutut tidak dapat ditekuk. Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir : Klien mengatakan sering mengeluh nyeri pada lutut seperti ditusuk terus menerus 2. Upaya penanggulangan : Klien mengatakan kompres air hangat pada lutut, minum air putih dan mendapat bantuan untuk memulai alat bantu jalan .

Pembuangan Sampah: Keluarga klien mengatakan mereka membuang sampah ke tempat sampah dan kemudian dibawa oleh petugas kebersihan. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan : Keluarga klien mengatakan klien tidak bisa diam sehingga membuatnya mudah lelah. Identitas : Klien mengatakan bahwa ia hadir dalam rumah tangga sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya.

Peran diri : Klien mengatakan dirinya sedih karena terkadang tidak dapat melakukan pekerjaan rumah jika penyakitnya kambuh dan jalannya dibantu dengan alat bantu jalan. Diri ideal : Klien mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya agar dapat beraktivitas seperti biasa dan tidak lagi menggunakan alat bantu jalan. Pola hubungan peran: Klien mengatakan jika klien sakit maka keluarga tidak ada masalah karena memahami keadaan.

Persepsi kesehatan dan pola penatalaksanaan kesehatan: Klien mengatakan jika sakit, ia yakin Allah SWT akan menghapuskan dosa-dosanya dan menyembuhkan penyakitnya secara pasti.

Gambar 3.1 Genogram pada Klien Ny.S Tn.
Gambar 3.1 Genogram pada Klien Ny.S Tn.

Analisa Data

Diagnosa Keperawatan

Intervensi Keperawatan

Implementasi Keperawatan

Evaluasi

Tinjauan kasus menunjukkan bahwa klien yang menderita rheumatoid arthritis adalah perempuan dan lanjut usia (lansia). Dengan demikian, tidak ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus akibat gejala yang dirasakan pada sistem muskuloskeletal. Dengan demikian, tidak terdapat kesenjangan antara penelusuran literatur dan studi kasus, karena klien tidak mengeluhkan sistem kardiovaskular.

Pada tinjauan kasus, klien rheumatoid arthritis juga tidak menemukan keluhan pada saluran kemih. Jadi tidak ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus karena gejala penyakit rheumatoid arthritis yang terjadi pada pasien. Dalam tinjauan kasus, klien penyakit rheumatoid arthritis juga tidak ditemukan adanya keluhan pada sistem pencernaannya.

Jadi tidak ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus karena gejala rheumatoid arthritis terjadi pada sistem muskuloskeletal dan klien juga tidak mengeluhkan pada sistem pencernaan. Pada tinjauan kasus, klien rheumatoid arthritis juga tidak memiliki keluhan sistem sensorik. Pada tinjauan kasus, klien rheumatoid arthritis juga tidak menemukan keluhan pada sistem endokrin.

Jadi tidak ada kesenjangan antara tinjauan literatur dan tinjauan kasus karena klien tidak mengeluhkan sistem endokrin.

PEMBAHASAN

Pengkajian

Menurut Suarjana (2009), faktor risiko rheumatoid arthritis secara teoritis meliputi jenis kelamin perempuan dan usia. Jadi tidak ada kesenjangan antara tinjauan literatur dan tinjauan kasus, karena hormon estrogen dan prolaktin yang dimiliki wanita bersifat pro-inflamasi, sehingga memungkinkan terjadinya peradangan tingkat tinggi, termasuk peradangan sendi. Untuk keluhan utama disini tidak ada gap, karena penderita rheumatoid arthritis mengalami kendala mobilisasi fisik sehingga mengeluh nyeri saat bergerak dan menggunakan alat bantu jalan sehingga tidak ada resiko.

Dalam tinjauan literatur menurut Buffer (2010) menunjukkan tanda dan gejala yang umum atau sangat parah pada lansia yaitu persendian yang terasa nyeri dan kaku di pagi hari, diawali dengan nyeri dan kaku pada area lutut, bahu, siku, pergelangan tangan dan kaki serta jari – jari mulai terlihat bengkak setelah beberapa bulan, bila disentuh akan terasa hangat, timbul kemerahan dan terasa perih atau perih. Dalam tinjauan pustaka menurut Suarjana (2009), kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan biasanya adalah merokok dan aktivitas sehari-hari yang berat. Dalam tinjauan pustaka, menurut Daud (2004), rheumatoid arthritis merupakan penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan kronis, yang ditandai dengan adanya sinovitis erosif simetris yang mengenai jaringan sendi atau organ lain.

Dalam tinjauan pustaka Sya'diyah (2018), komplikasi yang dapat terjadi pada penderita rheumatoid arthritis, yaitu neuropati perifer yang menyerang saraf, paling sering terjadi pada tangan dan kaki. Dalam tinjauan pustaka menurut Adellia (2011), rheumatoid arthritis merupakan suatu kelainan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan kemerahan pada area sendi dan jaringan sekitarnya. Pada penelitian ini tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan literatur dan tinjauan kasus karena klien mengalami kelainan pada lutut yang menyebabkan klien kesulitan bergerak.

Jadi tidak ada kesenjangan antara tinjauan literatur dan tinjauan kasus, karena gejala reumatoid terdapat pada sistem muskuloskeletal dan klien tidak mengalami gangguan pada sistem sensorik.

Diagnosa Keperawatan

Intervensi Keperawatan

Implementasi Keperawatan

Evaluasi Keperawatan

Pada akhir evaluasi keperawatan, diagnosa nyeri kronik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal kronik menyimpulkan bahwa permasalahan keperawatan klien telah teratasi karena sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan perawat yaitu pengurangan nyeri. Diagnosa perawat terhadap berkurangnya mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri menyimpulkan bahwa masalah terselesaikan karena sesuai dengan tujuan yang ditetapkan perawat yaitu peningkatan mobilitas fisik. Diagnosa keperawatan yang terjadi pada klien ada 2 yaitu nyeri kronik dan berkurangnya mobilitas fisik.

Penulis menggunakan dua diagnosa tersebut, yaitu nyeri kronik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal, ditandai dengan seringnya keluhan nyeri lutut, seperti tertusuk terus-menerus pada skala 7, dan penurunan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, ditandai dengan kesulitan menggerakkan lutut klien. Bila didiagnosis nyeri kronik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal yang ditandai dengan seringnya keluhan nyeri lutut seperti ditusuk terus menerus dengan skala 7 setelah intervensi keperawatan seminggu sekali selama 3 hari maka tingkat nyeri menurun dengan kriteria outcome : berkurangnya keluhan nyeri dan darah. tekanan membaik. Implementasi diagnosa keperawatan nyeri kronik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal yang ditandai dengan seringnya keluhan nyeri lutut seperti tertusuk terus menerus dengan skala 7, dilakukan dengan 3 kali kunjungan seminggu sekali pada tanggal 29 Februari – 11 Februari 2021.

Dalam diagnosis gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri yang ditandai dengan pergerakan lutut klien sulit melakukan kunjungan 3 kali seminggu mulai tanggal 29-11 Februari 2021. Petugas kesehatan atau perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Artritis Reumatoid kronik. permasalahan nyeri lebih menekankan pada aspek kenyamanan sehingga pelaksanaannya bersifat komprehensif. Diharapkan semakin banyak referensi terkait asuhan keperawatan pada klien yang mengalami rheumatoid arthritis dengan masalah selain nyeri kronik guna memperluas ilmu pengetahuan bagi penulis dan siapapun yang tertarik untuk mendalami topik tersebut.

Analisis Penggunaan Proses Keperawatan Terkait Manajemen Nyeri Terhadap Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Program Studi Keperawatan Universitas Tanjungpura Pontianak vol. 4, tidak. 1 hari 1-11.

PENUTUP

Simpulan

  • Pengkajian
  • Diagnosa Keperawatan
  • Intervensi Keperawatan
  • Implementasi Keperawatan
  • Evaluasi

20x/menit, tampak gelisah, tampak meringis, lutut bengkak, klien tidak dapat duduk, kaki tidak dapat ditekuk, dapat berjalan dengan walker, persendian kaku, tampak meringis dan gelisah. Selama tindakan keperawatan dilakukan, penulis memperkirakan bahwa klien secara keseluruhan mengalami penurunan tingkat nyeri dan peningkatan mobilitas fisik.

Saran

  • Bagi Klien

Kelas E : Mandiri dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, toileting dan satu fungsi tambahan. Kelas F : Mandiri dalam segala hal kecuali mandi, berpakaian, toileting, berjalan dan satu fungsi tambahan. Skor Salah: 0-2: Fungsi Intelektual Utuh Skor Salah: 3-4: Gangguan Intelektual Ringan Skor Salah: 5-7: Gangguan Intelektual Sedang Skor Salah: 8-10: Gangguan Intelektual Berat.

Saya puas bahwa saya dapat meminta bantuan keluarga (teman) saya ketika ada sesuatu yang mengganggu saya. Saya senang dengan cara keluarga (teman) saya berbicara kepada saya tentang berbagai hal dan mengungkapkan masalah saya. Saya puas dengan cara keluarga (teman) saya mengekspresikan dan menanggapi emosi saya seperti marah, sedih, atau cinta.

Gambar

Gambar 2.1 Pathway Rheumatoid Arthritis  Sumber: (Made Bima, 2019)
Gambar 2.2 : Skala Angka Nyeri
Tabel 2.2 Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
Tabel 2.4 Rencana Tindakan Asuhan Keperawatan pada Pasien Rheumatoid Arthritis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pembahasan in penulis akan menguraikan tentang kesenjangan yang terjadi antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan pada keluarga dengan