• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN NYERI KRONIS PADA DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI DI DESA PANGGREH JABON KABUPATEN SIDOARJO Oleh :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN NYERI KRONIS PADA DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI DI DESA PANGGREH JABON KABUPATEN SIDOARJO Oleh :"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

KRONIS PADA DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI DI DESA PANGGREH JABON KABUPATEN SIDOARJO

Oleh :

PIPIT DESI KURNIASARI 1801126

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA SIDOARJO

2021

(2)

ii

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN NYERI KRONIS PADA DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI DI DESA

PANGGREH JABON KABUPATEN SIDOARJO

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Oleh :

PIPIT DESI KURNIASARI 1801126

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA SIDOARJO

2021

(3)

iii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Salasa Khajarul Karimah

NIM : 1801130

Tempat, Tanggal Lahir : Pasuruan, 12 agustus 2000

Institusi : Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. K DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA DIAGNOSA MEDIS ASAM URAT DI KELURAHAN GEMPENG KECAMATAN BANGIL KABUPATEN PASURUAN” adalah bukan Karya Tulis Ilmiah orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi.

Sidoarjo, 27 Mei 2021 Penulis,

Salasa Khajarul Karimah NIM. 1801130

Mengetahui, Pembimbing 1

Ns. Kusuma Wijaya Ridi Putra, S.Kep.,MNS NIDN : 0731108603

Pembimbing 2

Nurul Huda, S. Psi., S.Kep. Ns. M.Si NIDN : 3424097001

(4)

iv

LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH

Nama : Salasa Khajarul Karimah

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. K DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA DIAGNOSA MEDIS ASAM URAT DI KELURAHAN GEMPENG KECAMATAN BANGIL KABUPATEN PASURUAN

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah pada tanggal : 27 Mei 2021

Oleh:

Pembimbing 1

Ns. Kusuma Wijaya Ridi Putra, S.Kep.,MNS NIDN : 0731108603

Pembimbing 2

Nurul Huda, S. Psi., S.Kep. Ns. M.Si) NIDN : 3424097001

Mengetahui, Direktur

Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes NIDN : 0703087801

(5)

v

HALAMAN PENGESAHAN

Telah diuji dan disetujui oleh Tim Penguji pada sidang di Program Studi DIII Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

Tanggal : 27 Mei 2021 TIM PENGUJI

Tanda Tangan Ketua : 1. Ns. Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes

Anggota : 1. Ns. Nurul Huda, S.Kep, S.Psi., M.Si

2. Ns. Kusuma Wijaya Ridi Putra, S.Kep.,MNS

Mengetahui,

Direktur

Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes NIDN : 0703087801

(6)

vi MOTTO

“DO THE BEST, BE GOOD, THEN WILL BE THE BEST”

LAKUKAN YANG TERBAIK, BERSIKAPLAH YANG BAIK, MAKA KAU AKAN MENJADI YANG TERBAIK.

“IF YOU FALL A THOUSAND TIMES, STAND UP MILLIONS OF TIMES BECAUSE YOU DO NOT KNOW HOW CLOSE

YOU ARE TO SUCCESS”

JIKA KAMU JATUH RIBUAN KALI, BERDIRILAH JUTAAN KALI KARENA KAMU TIDAK TAHU SEBERAPA DEKAT KAMU

DENGAN KESUKSESAN.

(7)

vii

LEMBAR PERSEMBAHAN

Alhamdulillah Hirobbilalamin saya ucapkan kepada Allah S.W.T karna atas ijinNya tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

Tugas akhir ini saya persembahkan kepada :

Ayah, ibu, kakak, dan adik saya ucapkan banyak terima kasih karena selama ini telah memberi dukungan, do’a, dan semangat. Semoga Allah S.W.T memberi saya kesempatan untuk membahagiakan kalian kelak.

Sahabat saya Eko Prasetyo, Nur Elisah Fauziyyah, Firliana Triwidyanti, Salasa Khajarul Karimah, Dinda Fadillah Putrianti dan Muhammad Zainul Akbar terima kasih karena hingga saat ini tetap mensupport dan saling memberi semangat.

Semoga kebersamaan tetap terjalin erat.

Bapak dan Ibu dosen terutama Ibu Ida Zuhroidah, S.Kep. Ns. M.Kep, Ibu Erik Kusuma, S.Kep. Ns., M.Kes, Bapak Nurul Huda, S. Psi., S.Kep. Ns. M.Si dan Bapak Mukhammad Toha, S.Kep. Ns., M.MKes., M.Kep terima kasih saya ucapkan atas ilmu, bimbingan dan pelajaran hidup yang telah diberikan kepada saya tanpa Ibu dan Bapak dosen semua ini tidak akan berarti.

Untuk teman seperjuangan saya yang tidak dapat disebutkan satu per satu saya ucapkan terima kasih atas kebersamaan selama ini, ada suka dan duka yang kita lewati. Tetapi tak apa semua itu untuk pendewasaan kita masing-masing. Semoga kita dapat meraih kesusksesan sesuai yang harapan kita. Aamiin.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN NYERI KRONIS PADA DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI DI DESA PANGGREH JABON KABUPATEN SIDOARJO” ini dengan tepat waktu sebagai persyaratan akademik dalam menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan dan do’a dalam menjalani studi ini.

3. Ibu Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

4. Bapak Ns. Kusuma Wijaya Ridi Putra, S.Kep.,MNS selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah membimbing dan memberikan motivasi selama pelaksanaan studi di Progran Studi DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo

5. Bapak H. Nurul Huda, S.Psi, S.Kep. Ns., M.Si selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah meluangkan waktu, pikiran dan perhatian dalam membimbing serta mengarahkan dalam pembuatan Proposal ini.

6. Bapak dan Ibu responden yang telah meluangkan waktunya dalam pengumpulan data.

7. Teman-teman yang turut berjasa dalam penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis sadar bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum mencapai kesempurnaan, sebagai bekal perbaikan, penulis akan berterima kasih apabila para pembaca berkenan memberikan masukan, baik dalam bentuk kritikan maupun saran demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

(9)

ix

Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi keperawatan.

Sidoarjo, 27 Mei 2021

Penulis,

PIPIT DESI KURNIASARI NIM : 1801126

(10)

x

DAFTAR ISI

Sampul Depan ... i

Sampul Dalam dan Persyaratan Gelar ... ii

Surat Pernyataan ... iii

Lembar Persetujuan ... iv

Halaman Pengesahan ... v

Motto ... vi

Lembar Persembahan ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar ... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Metode Penulisan ... 4

1.5.1 Metode ... 4

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data ... 5

1.5.3 Sumber Data ... 5

1.5.4 Studi Kepustakaan ... 5

1.6 Sistematika Penulisan ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Konsep Penyakit ... 7

2.1.1 Definisi Hipertensi ... 7

2.1.2 Etiologi Hipertensi ... 7

2.1.3 Klasifikasi Hipertensi ... 8

2.1.4 Patofisiologi ... 9

2.1.5 Manifestasi Klinis ... 10

2.1.6 Komplikasi ... 10

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang ... 12

2.1.8 Penatalaksanaan ... 12

2.2 Konsep Klien ... 14

2.2.1 Definisi Keluarga ... 14

2.2.2 Struktur Keluarga ... 15

2.2.3 Tipe atau Bentuk Keluarga ... 15

2.2.4 Fungsi Keluarga ... 19

2.2.5 Peranan Keluarga ... 20

2.2.6 Prinsip-prinsip Perawatan Keluarga ... 21

2.3 Konsep Dampak Masalah ... 22

2.3.1 Konsep Solusi ... 22

(11)

xi

2.3.2 Konsep Masalah yang Berkaitan dengan Penderita ... 22

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan ... 23

2.4.1 Pengkajian ... 23

2.4.2 Diagnosa Keperawatan ... 26

2.4.3 Perencanaan ... 32

2.4.4 Pelaksanaan ... 40

2.4.5 Evaluasi ... 40

2.5 Kerangka Masalah ... 41

BAB 3 TINJAUAN KASUS ... 42

3.1 Pengkajian ... 42

3.1.1 Identitas ... 42

3.1.2 Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga ... 44

3.1.3 Data Lingkungan ... 45

3.1.4 Struktur Keluarga ... 46

3.1.5 Fungsi Keluarga ... 47

3.1.6 Stress dan Koping Keluarga ... 48

3.1.7 Pemeriksaan Kesehatan ... 49

3.1.8 Harapan Keluarga ... 50

3.2 Analisa Data ... 50

3.3 Diagnosa Keperawatan ... 51

3.4 Prioritas Masalah ... 51

3.5 Intervensi Keperawatan ... 53

3.6 Implementasi Keperawatan ... 55

3.7 Evaluasi Keperawatan ... 59

BAB 4 PEMBAHASAN ... 63

4.1 Pengkajian ... 63

4.2 Diagnosa Keperawatan ... 67

4.3 Perencanaan Keperawatan ... 68

4.4 Tindakan Keperawatan ... 70

4.5 Evaluasi Keperawatan ... 73

BAB 5 PENUTUP ... 75

5.1 Kesimpulan ... 75

5.2 Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79 LAMPIRAN

(12)

xii

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Tabel Halaman

2.1 Kriteria Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik 8 Dan Diastolik

2.2 Klasfikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Pada 9 Orang Dewasa

2.3 Prioritas Masalah 31

2.4 Intervensi Keperawatan pada Pasien Hipertensi 32

3.1 Komposisi Keluarga 42

3.2 Pemeriksaan Kesehatan 49

3..3 Analisa Data 50

3.4 Diagnosa Keperawatan 51

3.5 Prioritas Masalah Keperawatan 1 51

3.6 Prioritas Masalah Keperawatan 2 52

3.7 Intervensi Keperawatan 53

3.8 Implementasi Keperawatan 55

3.9 Evaluasi Keperawatan 59

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Gambar Halaman

2.1 Gambar Kerangka Masalah ………. 41

(14)

xiv

No. Lampiran Judul Lampiran Halaman

Lampiran 1 Satuan Acara Penyuluhan……….. 81

Lampiran 2 Surat Pengantar Studi Penelitian……… 93

Lampiran 3 Informed Consent………...94

Lampiran 4 Lembar Konsultasi Bimbingan 1………... 95

Lampiran 5 Lembar Konsultasi Bimbingan 2………... 96

(15)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah memiliki tekanan darah tinggi (tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg) yang menetap.

Tekanan darah adalah kekuatan darah untuk melawan tekanan dinding arteri ketika darah tersebut dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh. Semakin tinggi teknan darah maka semakin keras jantung bekerja (WHO, 2016).

Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi Penyakit Tidak Menular mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, antara lain kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes mellitus, dan hipertensi.

Prevalensi hipertensi naik dari 25,8% menjadi 34,1%. Kenaikan prevalensi penyakit tidak menular ini berhubungan dengan pola hidup, antara lain merokok, konsumsi minuman beralkohol, aktivitas fisik, serta konsumsi buah dan sayur (Riset Kesehatan Dasar 2018).

Menurut profil kesehatan Provinsi Jawa Timur pada tahun 2019, data jumlah penderita hipertensi yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur terdapat 11.952.694 penduduk, dengan proporsi laki-laki 48% dan perempuan 52%. Dari jumlah tersebut, yang mendapatkan pelayanan kesehatan penderita hipertensi sebesar 40,1% atau 4.792.862 penduduk. Di kabupaten Sidoarjo, tahun 2019 sejumlah 322,004 penduduk telah dilakukan pengukuran hipetensi (58,3%). Persentase Hipertensi sebesar 46,22% atau

(16)

sekitar 552,490 penduduk, dengan proporsi laki-laki sebesar 23,07%

(275,778 penduduk) dan perempuan sebesar 23,15% (276,712 penduduk).

Faktor yang dapat berpengaruh memicu terjadinya hipertensi diantaranya adalah faktor genetik, umur, jenis kelamin, obesitas, stres, konsumsi garam berlebih, alkohol dan merokok, serta gaya hidup yang mengikuti era globalisasi, membuat kasus hipertensi terus meningkat. Gaya hidup yang suka makan makanan fast food atau siap saji yang kaya lemak, asin, malas berolahraga dan mudah tertekan ikut berperan dalam menambah jumlah pasien hipertensi (Rudianto, 2015).

Tindakan yang dilakukan pada penderita hipertensi dengan nyeri kepala yaitu dengan cara mempertahankan tirah baring, terapi kompres hangat, tehnik distraksi dan relaksasi, dan tingkatkan istirahat. Selain itu dalam menurunkan tekanan darah, penderita hipertensi sebaiknya melakukan diet rendah garam, aktivitas seperti berjalan atau jogging di pagi hari, dan kontrol secara rutin pada pelayanan kesekatan terdekat. Hipertensi masih memerlukan berbagai penanganan secara komprehensif dan keikutsertaan pasien serta keluarga sangat membantu upaya dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal (Gunawan, 2016).

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka penulis akan melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dengan membuat rumusan masalah sebagai berikut

“Bagaimanakah asuhan keperawatan pada Ny. S dengan masalah keperawatan nyeri kronis di Desa Panggreh Jabon Kabupaten Sidoarjo ?”.

(17)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tercapainya mahasiswa untuk melakukan Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan nyeri kronis pada diagnosa medis hipertensi di Desa Panggreh Jabon Kabupaten Sidoarjo.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Melakukan pengkajian pada Ny. S dengan Nyeri Kronis pada Diagnosa Medis Hipertensi di Desa Panggreh Jabon Kabupaten Sidoarjo.

1.3.2.2 Merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. S dengan Nyeri Kronis pada Diagnosa Medis Hipertensi di Desa Panggreh Jabon Kabupaten Sidoarjo.

1.3.2.3 Merencanakan asuhan keperawatan pada Ny. S dengan Nyeri Kronis pada Diagnosa Medis Hipertensi di Desa Panggreh Jabon Kabupaten Sidoarjo.

1.3.2.4 Melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pada Ny. S dengan Nyeri Kronis pada Diagnosa Medis Hipertensi di Desa Panggreh Jabon Kabupaten Sidoarjo.

1.3.2.5 Mengevaluasi asuhan keperawatan pada Ny. S dengan Nyeri Kronis pada Diagnosa Medis Hipertensi di Desa Panggreh Jabon Kabupaten Sidoarjo.

1.4 Manfaat Penelitian

Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi manfaat:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Menunjukkan bukti empiris tentang “Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Nyeri Kronis pada Diagnosa Medis Hipertensi di Desa Panggreh Jabon Kabupaten Sidoarjo”.

(18)

1.4.2 Secara Praktis

Tugas akhir ini akan bermanfaat bagi : 1.4.2.1 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam hal asuhan keperawatan dengan kasus hipertensi dan dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi institusi dalam meningkatkan mutu pendidikan pada masa yang akan datang.

1.4.2.2 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi.

1.4.2.3 Bagi Profesi Kesehatan,

Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan pemahaman yang lebih tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi.

1.4.2.1 Bagi Tenaga Keperawatan

Sebagai acuan dan refrensi perawat dalam asuhan keperawatan dan menambah pengalaman kerja serta pengetahuan perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dimasa mendatang.

1.5 Metode Penulisan 1.5.1 Metode

Metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi kepustakaan yang mempelajari, mengumpulkan, membahas data dengan

(19)

studi pendekatan proses keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data 1.5.2.1 Wawancara

Data diambil/diperoleh melalui percakapan baik dengan klien, keluarga maupun tim kesehatan lain.

1.5.2.2 Observasi

Data yang diambil melalui pengamatan kepada klien 1.5.2.3 Pemeriksaan

Meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat menunjang menegakkan diagnosa dan penanganan selanjutnya.

1.5.3 Sumber Data 1.5.3.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari klien.

1.5.3.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang terdekat klien, catatan medis perawat, hasil-hasil pemeriksaan dan tim kesehatan lain.

1.5.4 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan judul studi kasus dan masalah yang dibahas.

1.6 Sistematika Penulisan

Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami studi kasus ini, secara keseluruhan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

(20)

1.6.1 Bagian awal, memuat halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi.

1.6.2 Bagian inti, terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub bab berikut ini :

1.6.2.1 Bab I : Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, tujuan, manfaat penelitian, sistematika penulisan studi kasus.

1.6.2.2 Bab II : Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut pandang medis dan asuhan keperawatan klien dengan diagnosa hipertensi serta kerangka masalah.

1.6.2.3 Bab III : Tinjauan kasus berisi tentang deskripsi data hasil pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1.6.2.4 Bab IV : Penutup, berisi tentang simpulan dan saran.

1.6.3 Bagian akhir, terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.

(21)

7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep dan asuhan keperawatan komplikasi hipertensi. Konsep ini akan diuraikan definisi, etiologi, dan cara penanganan secara medis. Asuhan keperawatan akan diuraikan masalah-masalah yang muncul pada komplikasi hipertensi dengan melakukan asuhan keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksaaan, evaluasi.

2.1 Konsep Penyakit 2.1.1 Definisi Hipertensi

Tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Hiper artinya berlebihan, sedangkan tensi artinya tekanan atau tegangan. Untuk itu, hipertensi merupakan tekanan darah atau denyut jantung yang lebih tinggi dibandingkan dengan normal karena penyempitan pembuluh darah atau gangguan lainnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Ignatavicius mengatakan bahwa hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg dan atau tekanan diastolic di atas 90 mmHg yang terjadi pada seorang klien (Udjianti, 2016).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan konsisten diatas 140/90 mmHg (Baradero, 2016)

2.1.2 Etiologi Hipertensi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.

Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan

(22)

tekanan perifer. Berdasarkan penyebabnya Hipertensi dibagi menjadi dua golongan, menurut Ardiyansyah (2015), yaitu :

2.1.2.1 Hipertensi Primer

Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hipertensi yang 90%

tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial diantaranya :

1) Genetik, individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan Hipertensi, beresiko lebih tinggi untuk mendapatkan penyakit ini ketimbang mereka yang tidak mempunyai riwayat keluarga.

2) Jenis Kelamin dan Usia, laki–laki berusia 35–50 tahun dan wanita pasca menopause beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi.

3) Berat badan/obesitas, (25% lebih berat di atas berat badan ideal) juga sering dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.

2.1.2.2 Hipertensi Sekunder

Hipertensi Sekunder adalah jenis hipertensi yang penyebabnya diketahui.

penyebab hipertensi jenis ini, antara lain : penyakit jantung, ginjal, diabetes, gangguan hormonal, gangguan endokrin.

2.1.3 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi tekanan darah sistolik dan diastolik dibagi menjadi empat kalasifikasi (Smeltzer, 2018), yaitu :

Tabel 2.1 Kriteria Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik

Kriteria TDS (mmHg) TDD (mmHg)

Normal Prahipertensi Stadium I Stadium II

< 120 mmHg 120 – 139 mmHg 140 – 159 mmHg

≥ 160 mmHg

< 80 mmHg 80 – 89 mmHg 90 – 99 mmHg

≥ 100 mmHg

(23)

Sumber : (Smeltzer, et al, 2018)

Hipertensi juga dapat diklasifikasi berdasarkan tekanan darah orang dewasa menurut Triyanto (2014), adapun klasikasi tersebut sebagai berikut:

Tabel 2.2 Klasfikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Pada Orang Dewasa.

Kriteria TDS (mmHg) TDD (mmHg)

Normal Normal Tinggi Stadium 1 (ringan) Stadium 2 (sedang) Stadium 3 (berat) Stadium 4 (maligna)

< 130 mmHg 130 – 139 mmHg 140 – 159 mmHg 160 – 179 mmHg 180 – 209 mmHg

≥ 210 mmHg

< 85 mmHg 85 – 89 mmHg 90 – 99 mmHg 100 – 109 mmHg 110 – 119 mmHg

≥ 120 mmHg

(Sumber : Triyanto, 2014) 2.1.4 Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang begerak ke bawah melalui sistern saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstiktor. klien dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi.

Pada saat bersamaan ketika sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal menyekresi

(24)

epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan wdilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, vasokonstriktor kuat, yang pada akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan hipertensi (Aspiani, 2016).

2.1.5 Manifestasi Klinis

Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala (Aspiani, 2015).

Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut :

2.1.5.1 Sakit kepala 2.1.5.2 Mudah marah

2.1.5.3 Rasa capek dan nyeri pada tengkuk

2.1.5.4 Perasaan berputar seperti tujuh keliling terasa ingin jatuh 2.1.5.5 Berdebar atau detak jantung terasa cepat

2.1.5.6 Gelisah

2.1.5.7 Penglihatan menjadi buram 2.1.5.8 Sukar tidur

2.1.6 Komplikasi

Hipertensi yang tidak ditanggulangi dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai

(25)

darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-organ tubuh menurut Wijaya & Putri (2017), sebagai berikut :

2.1.6.1 Jantung

Hipertensi dapat menyebab terjadinya gagal jantung dan penyakit jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak lagi mampu memompa sehingga banyaknya cairang yang tetahan diparu maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema. Kondisi ini disebut gagal jantung.

2.1.6.2 Otak

Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila tidak diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.

2.1.6.3 Ginjal

Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dapat menyebabkan kerusakan system penyaringan didalam ginjal akibat lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam tubuh.

2.1.6.4 Mata

Hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan.

(26)

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada klien dengan hipertensi menurut Amin &

Hardhi (2015) adalah sebagai berikut : 2.1.7.1 Hemoglobin atau hematokrit

Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan dan dapat mengidentifikasi factor resiko seperti : hipokoagulasi, anemia.

2.1.7.2 Kalsium serum

Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.

2.1.7.3 Kreatinin serum

Memberikan informasi tentang fungsi ginjal.

2.1.7.4 Urinalisa

Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan adanya diabetes.

2.1.7.5 Elektrokardiogram

Dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

2.1.8 Penatalaksanaan

Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi (Brunner & Suddart, 2015).

Beberapa penelitan menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis termasuk penurunan berat badan, pembatasan alcohol, natrium dan tembakau,

(27)

latihan dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap antihipertensi. Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam risiko tinggi (pria perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, diatas 85 mmHg atau 95 mmHg dan sistoliknya diatas 130 sampai 139 mmHg, maka perlu dimulai terapi obat-obatan. (Brunner & Suddart, 2015 ).

(Wijaya & Putri, 2017), menjelaskan bahwa penatalaksanaan non farmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan hipertensi dengan non farmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu :

2.1.8.1 Mempertahankan berat badan ideal (Wijaya & Putri, 2017), mengatasi obesitas juga dapat dilakukan dengan melakukan diet rendah kolesterol namun kaya dengan serat dan protein, dan jika berhasil menurunkan berat badan 2,5 – 5 kg maka tekanan darah diastolik dapat diturunkan sebanyak 5 mmHg.

2.1.8.2 Kurangi asupan natrium (Wijaya & Putri, 2017), pengurangan konsumsi garam menjadi ½ sendok the/hari dapat menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolic sebanyak 2,5 mmHg.

2.1.8.3 Batasi konsumsi alkohol (Wijaya & Putri, 2017), konsumsi alkohol harus dibatasi karena konsumsi alcohol berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah.Para peminum berat mempunyai resiko mengalami hipertensi empat kali lebih besar dari pada mereka yang tidak meminum berakohol.

2.1.8.4 Diet yang mengandung kalium dan kalsium, (Wijaya & Putri, 2017), Pertahankan asupan diet potassium ( >90 mmol (3500 mg)/hari) dengan

(28)

cara konsumsi diet tinggi buah dan sayur seperti : pisang, alpukat, papaya, jeruk, apel, kacang-kangan, kentang dan diet rendah lemak dengan cara mengurangi asupan lemak jenuh dan lemak total.

2.1.8.5 Menghindari merokok (Wijaya & Putri, 2017), merokok memang tidak berhubungan secara langsung dengan timbulnya hipertensi, tetapi merokok dapat menimbulkan resiko komplikasi pada pasien hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke, maka perlu dihindari rokok karena dapat memperberat hipertensi.

2.2 Konsep Klien 2.2.1 Definisi Keluarga

Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2016).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2018).

Sedangkan menurut Friedman keluarga adalah unit dari masyarakat dan merupakan lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya dengan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga atau unit layanan perlu di perhitungkan.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu sebuah ikatan (perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun adopsi), tinggal dalam satu atap yang selalu berinteraksi serta saling ketergantungan.

(29)

2.2.2 Struktur Keluarga

Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah : 2.2.2.1 Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun berdasarkan garis keturunan.

2.2.2.2 Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun melalui garis keturunan ibu.

2.2.2.3 Matrilokal, adalah sepasang suami-istri yang mana setelah menikah dan tinggal bersama keluarga sedarah istri.

2.2.2.4 Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

2.2.2.5 Patriakal, adalah dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami.

2.2.2.6 Matriakal, adalah dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri.

2.2.3 Tipe atau Bentuk Keluarga

Tipe keluarga menurut Susanto (2014) : 2.2.3.1 Keluarga Tradisional

1) The Nuclear Family (Keluarga Inti)

Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.

2) The Dyad Family (Keluarga tanpa anak)

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.

(30)

3) Keluarga Usila

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak sudah memisahkan diri.

4) The Childless Family

Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.

5) The Extended Family

Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family disertai paman, tante, orang tua (kakek nenek) dan keponakan.

6) Commuter Family

Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota biasa berkumpul dengan anggota keluarga pada saat akhir pekan atau pada waktuwaktu tertentu.

7) The Single Parent Family

Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak.

8) Multigenerational Family

Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.

(31)

9) Kin-network Family

Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Contoh : Dapur, kamar mandi, telepon dan lain-lain.

10) Blended Family

Duda atau janda karena perceraian yang menikah kembali dan membesarkan anak dari hasil perkawinan atau hasil perkawinan sebelumnya.

11) The Single Adult Family

Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi) seperti : perceraian atau ditinggal mati.

2.2.3.2 Keluarga Non Tradisional 1) The Unmarried Teenage Mother

Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa menikah.

2) The Step-parent Family Keluarga dengan orang tua tiri.

3) Commune Family

Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah. Sosialisasi anak dengan aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.

(32)

4) The Nonmarital Heterosexual Cohabiting Family

Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.

5) Gay and Lesbian Family

Seseorang yang mempunyai persamaan orientasi seksual hidup bersama sebagaimana ‘marital partners’.

6) Cohabitating Family

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.

7) Group Network Family

Keluarga inti yang dibatasi oleh aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.

8) Foster Family

Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara sementara waktu, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga aslinya.

9) Homeless Family

Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.

(33)

10) Gang

Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

2.2.4 Fungsi Keluarga

Ada lima fungsi keluarga menurut Friedman (2015) : 2.2.4.1 Fungsi afektif

Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun untuk berkelanjutan unit keluarga itu sendir, sehingga fungsi afektif merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting.Peran utama orang dewasa dalam keluarga adalah fungsi afektif, fungsi ini berhubungan dengan persepsi keluarga dan kepedulian terhadap kebutuhan sosioemosional semua anggota keluarganya.

2.2.4.2 Fungsi sosialisasi dan status sosial

Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang diberikan dalam keluarg yang ditunjuk untuk mendidik anak – anak tentang cara menjalankan fungsi dan memikul peran sosial orang dewasa seperti peran yang di pikul suami-ayah dan istri-ibu. Status sosial atau pemberian status adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi. Pemberian status kepada anak berarti mewariskan tradisi, nilai dan hak keluarga, walaupun tradisi saat ini tidak menunjukan pola sebagian besar orang dewasa Amerika.

2.2.4.3 Fungsi reproduksi

Untuk menjamin kontiniutas antar generasi kleuarga dan masyarakat yaitu menyediakan angagota baru untuk masyarakat.

(34)

2.2.4.4 Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan terhadap kesehatan dan perlindungan terhadap bahaya.Pelayanan dan praktik kesehatan adalah fungsi keluarga yang paling relafan bagi perawat keluarga.

2.2.4.5 Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui proses pengambilan keputusan.

2.2.5 Peranan Keluarga

Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seorang dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan. Peran keluarga adalah tingakah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peranan keluarga menggambarkan seperangkap perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan dalam individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat. Menurut Setiadi (2018), setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing antara lain adalah:

2.2.5.1 Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung/pengayong, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga, dan juga sebagai anggota masyarakat, kelompok sosial tertentu.

(35)

2.2.5.2 Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafka tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.

2.2.5.3 Anak berperan sebagai spisikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial, dan spiritual.

2.2.6 Prinsip-prinsip Perawatan Keluarga

(Setiadi, 2018) mengatakan ada beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga yaitu :

2.2.6.1 Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.

2.2.6.2 Dalam memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan keluarga sehat sebagai tujuan utama.

2.2.6.3 Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan kesehatan keluarga.

2.2.6.4 Dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga, perawat melibatkan peran aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan ebutuhan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya.

2.2.6.5 Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat proinotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.

2.2.6.6 Dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga, keluarga memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga.

2.2.6.7 Sasaran Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan.

(36)

2.2.6.8 Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses keperawatan.

2.2.6.9 Kegiatan utama dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan Asuhan Keperawatan kesehatan dasar atau perawatan dirumah.

2.2.6.10 Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.

2.3 Konsep Dampak Masalah 2.3.1 Konsep Solusi Hipertensi 2.3.1.1 Mengkonsumsi makanan sehat.

2.3.1.2 Mengurangi konsumsi garam, tidak boleh berlebihan.

2.3.1.3 Mengurangi konsumsi kafein yang berlebihan seperti teh dan kopi.

2.3.1.4 Berolahraga secara teratur.

2.3.1.5 Berhenti merokok.

2.3.1.6 Mengurangi konsumsi minuman beralkohol.

2.3.1.7 Menurunkan berat badan, jika diperlukan.

2.3.2 Konsep Masalah yang Sering Muncul pada Hipertensi 2.3.2.1 Kerusakan Vaskuler

2.3.2.2 Penyakit arteri coroner dengan angina 2.3.2.3 Hipertrofi ventrikel kiri

2.3.2.4 Perubahan patologis pada ginjal (Sumber : Smeltzer & Bare, 2016)

(37)

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan 2.4.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga.

Sumber informasi dari tahapan pengkaajian dapat menggunakan metode wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik pada anggota keluarga dan data sekunder.

2.4.1.1 Identitas

Laki-laki mengalami resiko tinggi hipertensi setelah berusia 35 sampai 50 tahun dan wanita apabila telah memasuki masa menopouse (Ardiansyah, 2014)

2.4.1.2 Keluhan Utama

Alasan utama pasien datang ke rumah sakit atau pelayanan kesehatan 2.4.1.3 Riwayat Kesehatan Dahulu

Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti adanya riwayat penyakit hipertensi (keturunan), anemia, obat-obatan adiktif dan kegemukan. Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering digunakan klien, seperti pemakaian obat anti hipertensi, antipidemia, penghambat beta, dan lainnya. Adanya riwayat merokok, penggunaan alcohol dan penggunaan obat kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya

(38)

2.4.1.4 Riwayat Kesehatan Sekarang

Hipertensi sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivias, biasanya terjadi nyeri kepala atau pusing, pandangan kabur, sampai terjadi epistaksis.

2.4.1.5 Riwayat Kesehatan Keluarga

Biasanya ada riwayat penyakit keluarga yang menderita hipertensi, diabetes mellitus, atau adanya riwayat hipertensi dan stroke dari generasi sebelumnya.

2.4.1.6 Pemeriksaan Fisik

Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung diagnosis hipertensi dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk mengetahui penyakit yang mungkin menyertai hipertensi.

Berikut pola pemeriksaan fisik sesuai Review of System : 1) B1 (Breating)

Dikaji tentang keluhan sesak, batuk, nyeri, keteraturan irama nafas, jenis pernafasan.

2) B2 (Blood)

Dikaji adanya keluhan nyeri dada dan suara jantung.

3) B3 (Brain)

Dikaji jumlah GCS, refleks fisiologis dan patologis, istirahat/tidur.

4) B4 (Bladder)

Pengukuran volume output urine perlu dilakukan karena berkaitan dengan intake cairan.

(39)

5) B5 (Bowel)

Dikaji tentang nafsu makan, frekuensi, porsi, jumlah, jenis, dikaji juga mulut dan tenggorokan. Pada abdomen dikaji ketegangan, nyeri tekan, lokasi, kembung, asites, peristaltik usus, pembesaran hepar, lien, konsistensi BAB, frekuensi, bau dan warna

6) B6 (Bone)

Dikaji tentang kemampuan pergerakan sendi, kekuatan otot, warna kulit, turgor dan edema.

7) B7 (Penginderaan)

Mata : dikaji pupil isokor/anisokor, sclera ikterus/tidak, konjungtiva anemis/tidak.

Pendengaran/telinga : dikaji apakah ada gangguan pendengaran / tidak.

Penciuman/hidung : dikaji bentuk, apa ada gangguan penciuman / tidak.

2.4.1.7 Analisa Data

Analisis data merupakan kemampuan kognitif dalam pengembangan daya berfikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan, pengalaman, dan pengertian keperawatan. Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berfikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu

pengetahuan. Dalam melakukan analisis data, diperlukan kemampuan mengaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang

(40)

relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien.

2.4.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status kesehatan atau masalah aktual atau potensial. Perawat memakai proses keperawatan dalam mengidentifikasi dan mensintesis data klinis dan menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan atau mencegah masalah Kesehatan klien yang ada pada tanggung jawabnya.

Kemungkinan diagnose yang muncul pada pasien hipertensi yaitu :

2.4.2.2 Nyeri Kronis berhubungan dengan kondisi musculoskeletal kronis

Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan, yang berlangsung lebih dari 3 bulan

Gejala dan Tanda Mayor : Subjektif

1) Mengeluh Nyeri

2) Merasa depresi (tertekan)

Objektif

1) Tampak meringis 2) Gelisah

3) Tidak mampu menuntaskan aktivitas

(41)

Gejala dan Tanda Minor Subjektif

1) Merasa takut mengalami cedera berulang

Objektif

1) Bersikap protektif (mis. Posisi menghindari nyeri) 2) Waspada

3) Pola tidur berubah 4) Anoreksia

5) Fokus menyempit

6) Berfokus pada diri sendiri

2.4.2.3 Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi

Definisi : Kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.

Gejala dan Tanda Mayor:

Subjektif :

1) Merasa bingung

2) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi 3) Sulit berkonsentrasi

Objektif :

1) Tampak gelisah 2) Tampak tegang 3) Sulit tidur

(42)

Gejala dan Tanda Minor : Subjektif :

1) Mengeluh pusing 2) Anoreksia

3) Palpitasi

4) Merasa tidak berdaya Objektif :

1) Frekuensi nadi meningkat 2) Frekuensi napas meningkat 3) Tekanan darah meningkat 4) Tremor

5) Muka tampak pucat 6) Suara bergetar 7) Kontak mata buruk 8) Sering berkemih

2.4.2.4 Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload Definisi : Beresiko mengalami pemompaan jantung yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh

Gejala dan Tanda Mayor:

(tidak tersedia)

Gejala dan Tanda Minor:

(tidak tersedia)

2.4.2.4 Intoleransi aktifitas berhubungan dengan imobilitas

Definisi : Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari,

(43)

Gejala dan Tanda Mayor : Subjektif :

1) Mengeluh lelah Objektif :

1) Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat

Gejala dan Tanda Minor : Subjektif :

1) Dispnea saat/setelah aktivitas

2) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas 3) Merasa lemah

Objektif :

1) Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat

2) Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas 3) Gambaran EKG menunjukkan iskemia

4) Sianosis

Perumusan diagnosis keperawatan keluarga dapat diarahkan pada sasaran individu atau keluarga. Komponen diagnosis keperawatan meliputi masalah (problem), penyebab (etiologi) dan atau tanda (sign). Sedangkan etiologi mengacu pada 5 tugas keluarga yaitu :

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah a) Persepsi terhadap keparahan penyakit.

b) Pengertian.

c) Tanda dan gejala.

(44)

d) Faktor penyebab.

e) Persepsi keluarga terhadap masalah.

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan

a) Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah.

b) Masalah dirasakan keluarga/Keluarga menyerah terhadap masalah yang dialami.

c) Sikap negatif terhadap masalah kesehatan.

d) Kurang percaya terhadap tenaga kesehatan informasi yang salah.

3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit a) Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit.

b) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.

c) Sumber – sumber yang ada dalam keluarga.

d) Sikap keluarga terhadap yang sakit.

4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan a) Keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan.

b) Pentingnya higyene sanitasi.

c) Upaya pencegahan penyakit.

5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas keluarga a) Keberadaan fasilitas kesehatan.

b) Keuntungan yang didapat.

c) Kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan.

d) Pengalaman keluarga yang kurang baik.

e) Pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh keluarga.

(45)

Setelah data dianalisis dan ditetapkan masalah keperawatan keluarga, selanjutnya masalah kesehatan keluarga yang ada, perlu diprioritaskan bersama keluarga dengan memperhatikan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki keluarga. Prioritas masalah asuhan keperawatan keluarga sebagai berikut :

Tabel 2.3 Prioritas Masalah

KRITERIA BOBOT SKOR

Sifat masalah 1

Aktual = 3 Resiko = 2 Potensial = 1

Kemungkinan masalah untuk

dipecahkan 2

Mudah = 2 Sebagian = 1 Tidak dapat = 0

Potensi masalah untuk dicegah 1

Tinggi = 3 Cukup = 2 Rendah = 1

Menonjolnya masalah 1

Segera diatasi = 2 Tidak segera diatasi = 1 Tidak dirasakan adanya masalah = 0

Skoring :

a. Tentukan skor untuk tiap kriteria

b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan nilai bobot

c. Jumlahkan skor untuk semua kriteria, skor tertinggi 5 sama dengan seluruh bobot

Skor

Angka Tertinggi X Bobot

(46)

32 32 2.4.3 Perencanaan

Tabel 2.4 Intervensi Keperawatan pada Pasien Hipertensi

NO TGL DX

KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA TINDAKAN TTD

1 Nyeri Kronis

berhubungan dengan kondisi

musculoskeletal kronis

Setelah dilakukan

perawatan 3x

kunjungan rumah diharapkan nyeri berkurang

Luaran Utama : 1. Tingkat Nyeri

1) Panjangnya episode nyeri dari jangka waktu yang lama (±15 menit) menjadi kurang jadi 15 menit

2) Ekspresi wajah dari grimace menjadi tidak grimace 3) Pola istirahat

dari yang terganggu menjadi tidak terganggu 4) Skala nyeri

dari skala 2

Intervensi Utama : 1. Manajemen Nyeri

Observasi

1) Identifikasi lokasi, karakterisik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 2) Identifikasi skala nyeri

3) Identifikasi respons nyeri non verbal

4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri 5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri 6) Identifikasi Pengaruh nyeri pada kualitas hidup 7) Monitor keberhasilan terapi komplementer 8) Monitor efek samping penggunaan analgetik Terapeutik

1.) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)

2.) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan )

3.) Fasilitasi Istirahat dan tidur

4.) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri Edukasi

1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri 2) Jelaskan strategi meredakan nyeri

3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri 4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

5) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.

(47)

33 33

diturunkan

menjadi ≤ 2 Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu Intervensi Pendukung :

1. Edukasi Manajemen Nyeri Observasi

1.) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi Teraupetik

1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan 2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan 3) Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi

1.) Jelaskan penyebab, periode, dan strategi meredakan nyeri 2.) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

3.) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

4.) Ajarkan tekniknonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri 2. Pemantauan Nyeri

Observasi

1) Identifikasi faktor pencetus dan perada nyeri

2) Monitor kualitas nyeri (mis. Terasa tajam, tumpul, diremas-remas, ditimpa beban berat) 3) Monitor lokasi dan penyebaran nyeri

4) Monitor intensitas nyeri dengan menggunakan skala 5) Monitor durasi dan frekuensi nyeri

Terapeutik

1) Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien 2) Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi

1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

(48)

34 34

2) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu 3. Pemberian Analgesik

Observasi

1) Identifikasi karakteristik nyeri 2) Identifikasi riwayat alergi obat

3) Identifikasi kesesuaian jenis analgesik dengan tingkat keparahan nyeri 4) Monitor tanda-tanda vitalsebelum dan sesudah pemberian analgesik 5) Monitor efektifitas analgesik

Terapeutik

1) Diskusikan jenis analgesic yang disukai untuk mencapai analgesia optimal, jika perlu 2) Dokumentasikan respons terhadap efek analgesic dan efek yang tidak diinginkan Edukasi

1) Jelaskan efek terapi dan efek samping obat Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, jika perlu

2 Ansietas

berhubungan dengan kurang terpapar informasi

Luaran Utama : 1. Tingkat Ansietas

1) Perilaku gelisah menjadi tidak gelisah 2) Keluhan pusing

dari banyak terganggu menjadi sedikit terganggu 3) Frekuensi nadi

dari 110

menjadi 90 x/menit

Intervensi Utama : 1. . Terapi Relaksasi

Observasi :

1) . Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu kemampuan kognitif

2) . Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan

3) . Identifikasi kesediaan kemampuan dan penggunaan teknik sebelumnya

4) . Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum dan sesudah latihan

5) . Monitor respon terhadap terapi relaksasi Terapeutik

1) . Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan

(49)

35 35

4) Tekanan darah dari 160/110 menjadi 130/90 5) Perilaku tegang menjadi tidak tegang.

2) . Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi 3) . Gunakan pakaian longgar

4) . Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama

5) . Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgesik atau tindakan medis lain, jika sesuai

Edukasi

1) . Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia (mis. musik, meditasi, nafas dalam, relaksasi otot progresif)

2) . Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih 3) . Anjurkan mengambil posisi nyaman

4) . Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi

5) . Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih

6) . Demonstrasi dan melatih teknik relaksasi (mis. napas dalam, peregangan, atau imajinasi terbimbing)

Intervensi Pendukung :

1. Terapi Relaksasi otot Progresif Observasi

1) Identifikasi tempat yang tenang dan nyaman

2) Monitor secara berkala untuk memastikan otot rileks

3) Monitor adanya indikator tidak rileks (mis. adanya gerakan, pernapasan yang berat) Terapeutik

1) . Atur lingkungan agar tidak ada gangguan saat terapi

2) . Berikan posisi bersandar pada kursi atau posisi lainnya yang nyaman 3) . Hentikan sesi relaksasi secara bertahap

4) . Beri waktu mengungkapkan perasaan tentang terapi Edukasi

1) . Anjurkan memakai pakaian yang nyaman dan tidak sempit 2) . Anjurkan melakukan relaksasi otot rahang

3) . Anjurkan menegangkan otot selama 5 - 10 detik kemudian

(50)

36 36

4) . Anjurkan untuk meningkatkan otot 20 - 30 detik masing-masing 8 - 16 kali

5) . Anjurkan menegangkan otot kaki selama tidak lebih dari 5 detik untuk menghindari kram 6) . Anjurkan fokus pada sensasi otot yang menegangkan

7) . Anjurkan fokus pada organisasi otot yang rileks

8) . Anjurkan bernapas dalam dan perlahan anjurkan berlatih di antara sesi reguler dengan perawat

3 Resiko penurunan

curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload

Luaran Utama : 1. Curah Jantung

1) Wajah pucat menjadi normal 2) Tekanan darah dari 160/110 menjadi 130/90

Intervensis Utama : 1. Perawatan Jantung Observasi

1) Identifikasi tanda dan gejala primer penurunan curah jantung (meliputi dispnea, kelelahan, edema, ortopnea, paroxysmal, nocturnal dyspnea, peningkatan CVP)

2) Identifikasi tanda atau gejala sekunder penurunan curah jantug (meliputi peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)

3) Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik, jika perlu) 4) Monitor intake dan output cairan

5) Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama 6) Monitor saturasi oksigen

7) Monitor keluhan nyeri dada (mis. Intensitas, lokasi, radiasi, durasi, presivitasi yang mengurangi nyeri)

8) Monitor EKG 12 sadapan

9) Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)

10) Monitor nilai laboratorium jantung (mis. Elektrolit, enzim jantung, BNP, NT pro-BNP) 11) Monitor fungsi alat pemicu jantung

Teraupetik

1.) Posisikan pasien semi-Fowler atau Fowler dengan kaki ke bawah atau posisi nyaman 2.) Berikan diet jantung yang sesuai

3.) Gunakan stocking elastic

4.) Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup sehat 5.) Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress, jika perlu 6.) Berikan dukungan emosional dan spiritual

7.) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%

(51)

37 37

Edukasi

1.) Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi 2.) Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap 3.) Anjurkan berhenti merokok

4.) Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian

5.) Ajarkan pasien dan keluarga mengukut intake dan output cairan harian Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu 2) Rujuk ke program rehabilitasi jantung Intervensi Pendukung

1. Edukasi Pengukuran Nadi Radialis Observasi

1.) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi Teraupetik

1.) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan 2.) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan 3.) Berikan kesempatan untuk bertanya

4.) Pastikan pasien merasa nyaman dan rileks 5.) Dokumentasikan hasil pengukuran nadi radialis

Edukasi

1.) Jelaskan prosedur pengukuran nadi radialis 2.) Anjurkan dalam posisi duduk atau terlentang 3.) Ajarkan cara memeriksa pulsasi radial

4.) Ajarkan menghitung denyutan selama 60 detik, atau hitung selama 30 detik dan kalikan 2 5.) Ajarkan menghitung frekuensi, irama, dan volume denyut nadi dengan mencatat pola dan

kekuatan denyutan

(52)

38 38

4 Intoleransi aktifitas berhubungan dengan imobilitas

Luaran Utama : 1. Toleransi aktivitas

1) Saturasi oksigen dari

<95 menjadi normal 2) Keluhan Lelah

dari ada menjadi tidak ada

3) Frekuensi napas dari 28 x/menit menjadi 24 x/menit 4) Dari yang sulit

melakukan aktivitas sehari-hari menjadi bias melakukan aktivitas seperti biasa

Intervensi Utama : 1. Manajemen energi Observasi

1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan 2) Monitor kelelahan fisik dan emosional

3) Memonitor pola dan jam tidur

4) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas Teraupetik

1) Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya, suara, kunjungan )

2) Lakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif 3) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan

4) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan Edukasi

1) Anjurkan tirah baring

2) Ajurkan melakukan aktivitas secara bertahap

3) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang 4) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

Kolaborasi

1) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan Intervensi Pendukung :

1. Dukungan Tidur Observasi

1) Identifikasi pola aktivitas dan tidur

2) Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan psikologis)

3) Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis. Kopi, the, alkohol, makanan mendekati waktu tidur siang, jika perlu

4) Identifikasi obat tidur yang di konsumsi

(53)

39 39

Teraupetik

1) Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan, kebisingan,suhu, matras, dan tempat tidur) 2) Batasi waktu tidur siang, jika perlu

3) Batasi menghilangkan stress sebelum tidur 4) Tetapkan jadwal tidur rutin

5) Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis. Pijat, pengaturan posisi, terapi akupresur)

6) Sesuaikan jadwal pemberian obat dan tindakan untuk menunjang siklus tidur terjaga Edukasi

1) Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit 2) Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur

3) Anjurkan menghindari makanan atau minuman yang mengganggu tidur

4) Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung suppressor terhadap tidur REM

5) Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur(mis. Psikologis, gaya hidup, sering berubah shift bekerja)

6) Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologi lainnya

Referensi

Dokumen terkait

Asuhan Keperawatan Pada Lansia Ny. S yang Mengalami Reumatoid Artritis dengan Masalah Keperawatan Nyeri Kronis di UPT PSTW Jember Tahun 2017. Gangguan persendian

Bakterial vaginosis adalah keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang dikarakterisasi oleh pergantian konsentrasi Lactobacillus yang tinggi sebagai flora normal vagina

Pada klien 2 diagnosa keperawatan nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis semua perencanaan tindakan keperawatan telah dilakukan seperti

T diagnosa keperawatan nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskuluskeletal kronis dilakukan tindakan keperawatan selama 2x kunjungan, diharapkan klien mampu menurunkan

Sedangkan pada tinjauan kasus, penulis mendapatkan 5 diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan diagnose medis Pneumonia yaitu Ketidakefektifan bersihan jalan

C, penulis menemukan fokus diagnosa keperawatan yaitu nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis dibuktikan dengan keluhan nyeri pada kedua lutut

4.3.1 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi Dilakukan intervensi selama 3 x 24 jam, diharapkan tingkat nyeri menurun dengan tindakan keperawatan yang

5.2.6 Sumber referensi dalam karya tulis ilmiah dapat digunakan untuk penyusunan serupa tentang asuhan keperawatan gastritis pada keluarga dengan masalah