• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN BAKTERIAL VAGINOSIS

OLEH NOVI NURAINI

011413243051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2014

(2)

Lembar Pengesahan

Asuhan kebidanan pada wanita usia subur dengan bakterila vaginosis telah disahkan pada tanggal :

Mahasiswa

Novi nuraini Mengetahui

Pembimbing akademik

Program studi pendidikan bidan FKUA

K. Kasiati, S. Pd, M. Kes.

Pembimbing Klinik Poli kandungan RSDS

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bacterial vaginosis (BV) adalah suatu kondisi patologis dimana terjadi perubahan ekologi vagina oleh karena pertumbuhan Lactobacillus yang merupakan flora normal dominan pada vagina digantikan oleh bakteri lain seperti Gardnerella vaginalis dan bakteri-bakteri anaerob lainnya.1-3 Penyebab BV pada umumnya belum diketahui secara jelas, namun BV dapat dihubungkan dengan adanya peningkatan pH vagina dan perubahan sekret vagina.2,4 Pada penderita BV sekret vagina menjadi berlebih dengan konsistensi cair, homogen, berwarna putih keabuan, dan berbau amis.1,5,6 Perubahan ini merupakan keluhan yang sangat mengganggu wanita sehingga membutuhkan pelayanan medis.

Penelitian-penelitian sebelumnya telah melaporkan angka kejadian BV di beberapa negara, diantaranya Thailand 33 %, Afrika-Amerika 22,7 %, London 21 %, Indonesia 17 %, Jepang 14 %, Swedia 14 %, dan Helsinki 12 % . Beberapa penelitian juga menunjukkan banyaknya penderita BV yang tidak menunjukkan gejala ( asimtomatis ).1,4,5 Pada tahun 2005 di India terdapat 31,2 % wanita dengan BV asimtomatis.5 Di Italia 5 % asimtomatis, di Peru 23 % asimtomatis dan 37 % simtomatis.1 Penelitian di Amerika Serikat melaporkan 11 % asimtomatis dan 19 % simtomatis. Pada umumnya BV ditemukan pada wanita usia reproduktif dengan aktifitas seksual yang tinggi dan promiskuitas. Penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim,usia menopause,vaginal douching, sosial ekonomi rendah, dan wanita hamil juga merupakan faktor resiko terjadinya BV.6-8 Hasil penelitian di Thailand menunjukkan 16 % kasus BV ditemukan pada ibu hamil dan di USA terdapat 16,3% BV pada ibu hamil.

1.2 Tujuan penulisan - Tujuan umum

Mahasiswi mampu melakukan asuhan kebidanan pada wanita dengan bakterial vaginosis

- Tujuan khusus

1. Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan agar asuhan kebidanan yang diberikan sesuai kebutuhan

2. Melakukan interpretasi data dasar yang diperoleh dari pengkajian data. 3. Melakukan identifikasi diagnosa atau potensial masalah

(4)

diperoleh dari pengkajian masalah yang muncul akan diidentifikasi masalah mana yang menjadi prioritas masalah.

5. Mengidentifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera. 6. Merencanakan asuhan yang menyeluruh.

7. Melaksanakan perencanaan secara efisien. 8. Evaluasi tindakan yang telah diberikan.

9. Mahasiswa mampu menganalisa kesenjangan antara teori yang sudah diperoleh dengan kasus nyata dilapangan termasuk faktor pendukung dan penghambat kasus yang ditangani.

1.3 Manfaat

Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan baik secara mandiri maupun kolaborasi dan mendokumentasikannya

(5)

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Bakterial Vaginosis (BV) adalah suatu gangguan pada flora vagina yang menyebabkan keluarnya sekret berbau, putih abu-abu, dan encer .

Vaginosis bakterial didefinisikan sebagai suatu keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang dikarakterisasi oleh pergantian konsentrasi Lactobacillus yang tinggi sebagai flora normal vagina oleh konsentrasi bakteri anaerob yang tinggi, terutama Bacteroides sp., Mobilincus sp., Gardnerella vaginalis, dan Mycoplasma hominis Jadi vaginosis bakterial bukan suatu infeksi yang disebabkan oleh satu organisme, tetapi timbul akibat perubahan kimiawi dan pertumbuhan berlebih dari bakteri yang berkolonisasi di vagina.

Bakterial vaginosis adalah kondisi vagina yang dapat menghasilkan vagina yang bernanah dan hasil dari pertumbuhan berlebih dari bakteri normal dalam vagina. Adanya infeksi ini, mencerminkan fakta bahwa ada beberapa jenis bakteri yang secara alami hidup di daerah vagina dan dapat tumbuh secara berlebihan (medicinenet.com). Menurut CDC, Bakterial vaginosis (BV) adalah infeksi vagina yang paling umum pada wanita usia subur. Di Amerika Serikat, BV umumnya terjadi pada wanita hamil atau wanita yang secara aktif berhubungan seksusal.

BV merupakan penyakit yang hingga saat ini diagnosis dan penanganannya masih problematik. Kepentingan diagnosis didasarkan pada pendapat umum bahwa BV merupakan salah satu penyakit menular seksual (PMS ). Selain itu, terbukti pula bahwa BV dapat menimbulkan masalah infeksi traktus genitalis,misalnya infeksi intra amnion yang akan menyebabkan gangguan atau penyulit selama kehamilan,antara lain kelahiran prematur, berat bayi lahir rendah (BBLR), infeksi panggul (Pelvic Inflammatory Dissease/PID) setelah persalinan, bahkan dapat terjadi abortus.

2.2 Etiologi

Bakterial vaginosis disebabkan oleh ketidakseimbangan flora alami bakteri (bakteri yang biasa ditemukan dalam vagina wanita). Bakterial vaginosis tidak sama dengan kandidiasis (infeksi jamur) atau kandidiasis (infeksi jamur) Trichomonas vaginalis (trikomoniasis) yang tidak disebabkan oleh bakteri (Nordqvist, 2010).

Bakterial vaginosis umumnya terjadi karena pengurangan jumlah hidrogen peroksida normal yang memproduksi lactobacilli dalam vagina. Salah satu penyebab bakterial vaginosis adalah Organisme Gardnerella vaginitis, namun organisme tersebut bukan satu-satunya penyebab bakterial vaginosis. Bila beberapa jenis bakteri menjadi tidak seimbang, seorang

(6)

wanita dapat mengalami bakterial vaginosis. Meskipun tidak berbahaya, tetapi kondisi ini dapat mengganggu (Wahyuningsih, 2010).

Secara bersamaan, ada peningkatan konsentrasi bakteri jenis lain, terutama bakteri anaerob (bakteri yang bisa tumbuh tanpa oksigen). Akibatnya, diagnosis dan pengobatan tidak sesederhana seperti mengidentifikasi dan menghilangkan salah satu jenis bakteri. Penggabungan bakteri menyebabkan infeksi yang tidak diketahui (medicinenet.com).

2.3 Patofisiologi

Bakteri yang menyebabkan vaginosis bakterialis adalah : · Gardnerella vaginalis

· Bakteri batang anerob gram negatif yang termasuk dalam genera - Prevotella

- Porphyromonas dan Bacteroides - Peptostreptococcus sp

- Mycoplasma hominis

- Ureaplasma urealyticum dan seringkali Mobiluncus sp

Bakteri anerob inilah yang memproduksi ensim-ensim yang menimbulkan bau amis tajam pada keadaan vaginosis bakterialis, (Thomason 1991)

2.4 Faktor risiko

(7)

1. Pasangan seksual yang baru 2. Merokok

3. AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)

4. Pembilasan vagina yang terlampau sering, menyebabkan menurunnya jumlah laktobaksil penghasil hidrogen peroksida yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan dari bakteri lain khususnya yang berasal dari bakteri anerobik.

5. Vagina yang terlalu sering dalam keadaan lembab dan jarang mengganti celana dalam. 2.5 Gejala klinis

1. Cairan vagina yang berlebih

2. Mengeluh keputihan ringan / sedang 3. Berbau tidak enak

4. Darah menstruasi berbau abnormal

5. Iritasi daerah vagina/sekitar vagina (gatal, rasa terbakar) 6. Nyeri abdomen

7. Dispareunia

8. Disuria atau nyeri saat BAK

9. Dapat juga timbul kemerahan dan edema pada vulva

10. Cairan vagina pada vaginosis bakterial biasanya encer (seperti susu encer) dan berwarna keabu-abuan dan umumnya keluar pasca sanggama sehingga sering mengakibatkan masalah dalam hubungan seksual terutama pada pria.

11. Namun terkadang tidak menunjukkan gejala sama sekali. 2.6 Diagnosis

Diagnosis vaginosis bakterialis ditegakkan bila 3 kriteria terpenuhi dari 5 kriteria dibawah ini (Majeroni,1998):

· Cairan vagina yang homogen (jumlah dan warnanya dapat bervariasi)

· PH vagina > 4.5, dengan menggunakan phenaphthazine paper (nitrazine paper). · Uji Amin (+)

Uji Amin (KOH whiff test) : Pemberian setetes KOH 10% pada sekret vagina diatas gelas objek akan menghasilkan bau amis yang karakteristik ( fishy / musty odor ), bau amis muncul sebagai akibat pelepasan amin dan asam organik hasil alkalisasi bakteri anaerob · Terdapat “clue cell” ( sel epitel vagina yang diliputi oleh coccobacillus yang padat)

> 20% pada preparat basah atau pewarnaan Gram. Cara pemeriksaannya :

Pemeriksaan preparat basah;dilakukan dengan meneteskan satu atau dua tetes cairan NaCl 0,9% pada sekret vagina diatas objek glass kemudian ditutupi dengan coverslip. Dan dilakukan pemeriksaan mikroskopik menggunakan kekuatan tinggi (400 kali) untuk melihat clue cells, yang merupakan sel epitel vagina yang diselubungi dengan bakteri (terutama

(8)

Gardnerella vaginalis).Pemeriksaan preparat basah mempunyai sensitifitas 60% dan spesifitas 98% untuk mendeteksi bakterial vaginosis. Clue cells adalah penanda bakterial vaginosis.  Tidak adanya / berkurangnya laktobasil pada pewarnaan Gram.

- Skoring jumlah bakteri yang normal pada vagina atau vaginosis bakterial dengan pewarnaan Gram :

Lactobacilli Gardnerella/ Bacteroides Mobilincus sp (4+) : 0 (3+) : 1 (2+) : 2 (1+) : 3 (0) : 4 (1+) : 1 (2+) : 2 (3+) : 3 (4+) : 3 (1+)-(2+) : 1 (3+)-(4+) : 2

Skor 0-3 dinyatakan normal; 4-6 dinyatakan sebagai intermediate; 7-10 dinyatakan sebagai vaginosis bakterial.

Kriteria diagnosis vaginosis bakterial berdasarkan pewarnan Gram : a. derajat 1: normal, di dominasi oleh Lactobacillus

b. derajat 2: intermediate, jumlah Lactobacillus berkurang

c. derajat 3: abnormal, tidak ditemukan Lactobacillus atau hanya ditemukan beberapa kuman tersebut, disertai dengan bertambahnya jumlah Gardnerella vaginalis atau lainnya.

- Uji H2O2 :

Pemberian setetes H2O2 (hidrogen peroksida) pada sekret vagina diatas gelas objek akan segera membentuk gelembung busa ( foaming bubbles) karena adanya sel darah putih yang karakteristik untuk trikomoniasis atau pada vaginitis deskuamatif, sedangkan pada vaginosis bakterialis atau kandidiasis vulvovaginal tidak bereaksi.

(9)

2.8 Komplikasi

Dapat mudah terjadi : 1. Postpartum endometritis

2. Selulitis tumpul vagina pasca histerektomi 3. Peradangan Panggul pasca kuretasi

4. Plasma sel endometritis

5. Vaginosis bakterialis juga berhubungan dengan keberadaan fetal fibronectin yang terbukti meningkatkan kejadian korioamnionitis dan neonatal sepsis.

6. Terjadi peningkatan risiko terjadinya persalinan kurang bulan, kontraksi prematur atau kelahiran dengan BBLR

7. Lebih mudah terjadi infeksi Gonorrhoea dan Klamidia

8. Meningkatkan kerentanan terhadap HIV dan infeksi penyakit menular seksual lainnya.

2.9 Penatalaksanaan 1. Pengobatan Topikal:

- Clindamycin (krim vagina) 5 gram waktu tidur, selama 7 hari - Metronidazol gel 5 gram bid waktu tidur selama 7 hari. - Tetrasiklin intravagina 100 mg, 1 x sehari.

- Triple sulfonamide cream (Sulfactamid 2,86%, Sulfabenzamid 3,7% dan Sulfatiazol 3,42%), 2 x sehari selama 10 hari, tapi akhir-akhir ini dilaporkan angka penyembuhannya hanya 15 – 45 %.

(10)

- Metronidazol 500 mg selama 7 hari atau 2 gram dosis tunggal, keberhasilan penyembuhan lebih dari 90%. Metronidazol dapat menyebabkan mual dan urin menjadi gelap. Jika pengobatan ini gagal, maka diberikan ampisilin oral (atau amoksisilin) yang merupakan pilihan kedua dari pengobatan,keberhasilan penyembuhan sekitar 66%.

- Clindamycin 300 mg bid selama 7 hari, kaberhasilan penyembuhan sekitar 94%. - Aman diberikan pada wanita hamil. Sejumlah kecil klindamisin dapat menembus ASI,

oleh karena itu sebaiknya menggunakan pengobatan intravagina untuk perempuan menyusui.

- Amoksilav (500 mg amoksisilin dan 125 mg asam klavulanat) 3 x sehari selama 7 hari. Cukup efektif untuk wanita hamil dan intoleransi terhadap metronidazol.

- Tetrasiklin 250 mg, 4 x sehari selama 5 hari. - Doksisiklin 100 mg, 2 x sehari selama 5 hari. - Eritromisin 500 mg, 4 x sehari selama 7 hari. - Cefaleksia 500 mg, 4 x sehari selama 7 hari. 2.10Pencegahan

1. Jangan memakai celana dalam dari bahan sintetis atau celana ketat 2. Pakailah selalu celana katun

3. Jangan memakai panty-liner setiap hari

4. Sesudah mandi keringkan daerah vulva dengan baik sebelum berpakaian (bisa memakai hairdryer).

5. Cebok dari depan ke belakang setiap berkemih/b.a.b dapat membantu mengurangi kontaminasi mikroorganisme dari rektum

6. Kurangi mengkonsumsi gula-gula, alkohol, coklat atau kafein dalam diet sehari-hari 2.11Prognosis

Prognosis bakterial vaginosis dapat timbul kembali pada 20-30% wanita walaupun tidak menunjukkan gejala. Pengobatan ulang dengan antibiotik yang sama dapat dipakai. Prognosis bakterial vaginosis sangat baik, karena infeksinya dapat disembuhkan. Dilaporkan terjadi perbaikan spontan pada lebih dari 1/3 kasus. Dengan pengobatan metronidazol dan klindamisin memberi angka kesembuhan yang tinggi (84-96%).

2.12Konsep asuhan kebidanan pada wanita dengan bakterial vaginosis Pengkajian data

Pengkajian adalah langkah pertama yang dipakai dalam menerapkanasuhan kebidanan pada pasien dan merupakan kebidanan pada pasien dan merupakan suatu proses sistematis dalam pengumpulan data-data.

(11)

Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Data tersebut dapat ditentukan oleh perawat secara independen tetapi melalui suatu interaksiatau komunikasi.

1. Identitas klien

1. Nama

Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan. Untuk membedakan klien, mengetahui dan mengenal pasien.

2. Umur

Untuk melengkapi identitas pasien dan berguna dalam memberikan KIE untuk disesuaikan dengan umur pasien.

3. Agama

Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdo’a. Untuk memberi motivasi pasien sesuai dengan agamanya.

4. Suku / Bangsa

Berpengaruh pada adat-istiadat atau kebiasaan sehari-hari. Untuk mengetahui faktor bawaan atau ras pasien.

5. Pendidikan

Untuk mengetahui tingkat pendidikan yang nantinya penting dalam memberikan pendidikan kesehatan atau KIE pada klien sesuai dengan tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan kesehatan diberikan sesuai tingkat pendidikan pasien.

6. Pekerjaan

Untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap permasalahan kesehatan atau untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi.

7. Alamat

Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan. Untuk mengetahui tempat tinggal pasien dan keadaan lingkungan sekitarnya.

2. Keluhan utama

Keluhan yang terjadi pada wanita dengan bakterial vaginosis adalah keputihan yang banyak disertai bau, gatal, dan warnanya seperti susu basi, dapat pula disertai nyeri abdomen, dispareuni, dan darah menstruasi berbau busuk.

(12)

3. Riwayat menstruasi

Menarche umur berapa, haid teratur atau tidak, siklus berapa lama, lama haid, banyak darah, sifat darah (cair atau ada bekuan, warnanya, baunya), dismenorhea atau tidak, haid yang terakhir.

Dikaji pula flour albus pada wanita dengan bakterial vaginosis didapati keputihan yang bau, gatal, dan berwarna seperti susu basi.

4. Riwayat perkawinan

Untuk mengetahui status perkawinannya, lama perkawinan, syah atau tidak, sudah berapa kali menikah, berapa jumlah anaknya. Faktor risiko dari BV adalah pasangan seksual yang baru.

5. Riwayat keluarga berencana

Untuk menggunakan KB atau tidak, jika pernah berapa lamanya, berapa tahun dan jenis kontrasepsi yang digunakan. Faktor risiko dari wanita yang menderita BV adalah menggunakan alkon IUD.

6. Riwayat penyakit

1) Riwayat penyakit yang lalu

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit orga reproduksi sebelumnya atau sudah pernah menderita leukore sebelumnya. Penderita DM rentan terhadap infeksi bakteri karena kadar gula darah yang tinggi membuat bakteri lactobacillus berkembang dengan sangat baik sehingga jumlahnya berlebihan dan merubah ekosistem vagina.

2) Riwayat penyakit sekarang

Data-data ini diperlukan untuk mengetahui penyakit yang diderita pada saat ini. 3) Psikososial

Untuk mengetahui respon ibu dan suami terhadap penyakitnya saat ini serta dukungan dari suaminya saat ini.

4) Pola kebiasaan sehari-hari sebelum dan selama hamil - Nutrisi

(13)

Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolismenya. Gizi yang buruk mempengaruhi kondisi kesehatan. Makanan yang mengandung banyak laktobasilus dianjurkan.

- Istirahat

Kurangnya istirahat dapaat pula memicu ketidak seimbangan hormon estrogen dan progesteron sehingga dapat terjadi leukorea.

- Personal Hygiene

Membersihkan daerah kemaluan setiap kali habis BAK atau BAB dan ganti celana dalam minimal 2x/hr agar daerah kemaluan tidak lembab.

Data Obyektif

1. Pemeriksaan fisik umum

Keadaan umum : baik/cukup/lemah

Kesadaran : composmentis/somnolen/koma Tekanan darah : normal (100/60 – 140/90 mmHg) Suhu : normal (36,5 – 37,5 º C)

Nadi : normal (60 – 90 x/menit) Pernafasan : normal (16 – 24 x/menit) BB/PB : mengetahui IMT/BMI 2. Pemeriksaan fisik khusus

Abdomen : dapat terjadi nyeri tekan perut bagian bawah

Genetalia : tampak adanya keputihan berbau dan berwarna putih susu sampai abu-abu, dengan inspekulo dapat terjadi kemerahan pada porsio.

3. Pemeriksaan penunjang

· PH vagina > 4.5, dengan menggunakan phenaphthazine paper (nitrazine paper). · Uji Amin (KOH whiff test) : Pemberian setetes KOH 10% pada sekret vagina diatas

gelas objek akan menghasilkan bau amis yang karakteristik ( fishy / musty odor ), bau amis muncul sebagai akibat pelepasan amin dan asam organik hasil alkalisasi bakteri anaerob

· Terdapat “clue cell” ( sel epitel vagina yang diliputi oleh coccobacillus yang padat) 20% pada preparat basah atau pewarnaan Gram.

· Tidak adanya / berkurangnya laktobasil pada pewarnaan Gram.

· Pemberian setetes H2O2 (hidrogen peroksida) pada sekret vagina diatas gelas objek akan segera membentuk gelembung busa ( foaming bubbles) karena adanya sel darah putih yang karakteristik untuk trikomoniasis atau pada vaginitis deskuamatif, sedangkan pada vaginosis bakterialis atau kandidiasis vulvovaginal tidak bereaksi.

(14)

Interpretasi data

Masalah dan kebutuhan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diintpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosa dan masalah spesifik Interpretasi data (data dari hasil pengkajian) mencangkup diagnosa (Varney, 2004).

Diagnosa yang didukung oleh data subyektif dan obyektif : WUS dengan bakterial vaginosis/BV

Masalah : Masalah atau hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien dari hasil dari pengkajian. Masalah yang muncul adalah kecemasan terhadap keadaan yang dialami klien selama keputihan.

Kebutuhan :

Adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang di dapatkan dengan melakukan analisa data. Kebutuhan antara lain :

a) Informasi tentang keadaan klien.

b) Informasi tentang tindakan yang akan dilakukan oleh bidan. c) Dorongan moril dari keluarga dan tenaga kesehatan.

d) Pengobatan keputihan

Identifikasi diagnosa dan masalah potensial

Dari interpretasi data diperoleh bahwa diagnosa potensialnya adalah keputihan ibu bertambah parah dan menjadi infeksi asenden yang dapat mengganggu organ reproduksi (transportasi ovum untuk bertemuu sperma)

Identifikasi kebutuhan segera Penanganan keputihan (BV) Intervensi

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan 2. Pemberian terapi antibiotik (kolaborasi)

3. Berikan KIE tentang nutrisi, personal hygiene dan pentingnya mengganti celana dalam sesring mungkin

Implementasi

(15)

Evaluasi

Evaluasi disesuaikan dengan implementasi yang telah dilakukan

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Adhi. 2007. Imu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : FKUI

Mansjoer, Arif. 2009. Bakterial vaginosis. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI

Price, Sylvia A. dan Lorraine M.Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6. Jakarta : EGC

Bakterial Vaginosis. Diunduh pada : 3 Mei 2014.

http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/07/referat-vaginosis-bacterialis.html

 Holmes KK, Mardh PA, Sparling PF, Lemon SM, Stamm WE, Piot P,et al. Bacterial vaginosis. Sexuall Transmitted Diseases. 3rd ed. New York:McGraw Hill,2005:563-86.

 Keane F, Ison CA, Noble H, Estcourt C. Bacterial vaginosis. Sex TransmInfect 2006;82 Suppl 4:18.

 Chaudry AN, Travers PJ, Yuenger J, Colletta L, Evans P, Zenilman JM, et al. Analysis of vaginal acetic acid in patients undergoing treatment for bacterial vaginosis. J Clin Microbiol 2004;42:5170-75.

 Schmid GP. The epidemiology of bacterial vaginosis. Int J Obstet Gynecol 1999;67:17-20.

 Bhalla P, Chawla R, Garg S, Singh MM, Raina U, Bhalla R, et al. Prevalence of bacterial vaginosis among women in Delhi, India. Indian J Med Res 2007;125:167-72.  Centers for Disease Control and Prevention. Sexually Transmitted Diseases

Treatment Guidelines, 2006 . MMWR 2006: 55 (No. RR-11)

Centers for Disease Control and Prevention. -. Bacterial Vaginosis – CDC Fact Sheet. Diunduh dari : http://www.cdc.gov/std/bv/stdfact-bacterial-vaginosis.htm (online) Diakses pada 25 April 2011 pukul 19:03

(16)

 Christian Nordqvist. 2010. What Is Bacterial Vaginosis? What Causes Bacterial Vaginosis? Diunduh dari : http://www.medicalnewstoday.com/articles/184622.php . diakses pada 25 April 2011 pukul 17:47

 Wahyuningsih, Merry. 2010. Bila Bakteri dalam Vagina Berlebih. Diunduh dari :

http://health.detik.com/read/2010/06/19/160029/1381904/766/bila-bakteri-dalam-vagina-berlebih?ld991107763 (online). Diakses pada 25 April 2011 pukul 18: 34

BAB III TINJAUAN KASUS

Hari/tanggal : 3-12-2014 No. RM : 12-379-1xx

Jam : 11.00 WIB Tempat: poli kandungan RSDS

SUBYEKTIF 1. Identitas

Nama : Ny. W Nama suami : Tn. S

Umur : 21 th Umur : 27 th

Suku : jawa Suku : jawa

Agama : islam Agama : islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : swasta Pekerjaan : swasta

Alamat : kedondong kidul 2. Keluhan utama

Keputihan banyak, warna kuning kadang gatal dan bau. 3. Riwayat kesehatan reproduksi

Menarche : 15 th Siklus/lama : 30 hr/3-4 hr

Banyak/warna : 2-3 kotek/hr; warna merah Dymenorea : kadang-kadang (selama haid)

Flour albus : ya (putih kadang kekuningan, gatal, kadang bau)

HPHT : 30-11-2014

4. Riwayat kesehatan yang lalu

Pasien tidak menderita penyakit menular (TBC, hepatits, HIV/AIDS), menahun dan menurun (HT, DM, jantung).

5. Riwayat kesehatan keluarga

Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit menular (TBC, hepatits, HIV/AIDS), menahun dan menurun (HT, DM, jantung).

6. Pola fungsional kesehatan

- Nutrisi

Makan : 2-3x/hr (nasi, lauk, sayur, 1 piring habis) Minum : ±2L/hr (air putih, softdrink, teh)

(17)

- Eliminasi BAK : ±4-5 x/hr (kuning, jernih, tidak ada keluhan) BAB : 1x/hr (kuning, lembek, tidak ada keluhan)

- Aktivitas

Pasien kerja dan mengerjakan pekerjaan rumah.

- Istirahat

Pasien tidur mulai jam 22.00 WIB sampai 04.00 WIB.

- Personal hygiene

Pasien mandi 2x/hr, ganti baju dan celana dalam 2x/hr, keramas 2-3x/hr 7. Riwayat psikososial budaya

Pasien menikah 1x dan sudah berlangsung 5 bulan. Hubungan pasien dan keluarga serta suaminya baik dan tidak ada tanggapan yang negatif mengenai penyakit pasien saat ini. OBYEKTIF

1. Keadaan umum : baik

2. Kesadaran : composmentis

3. TTV : TD : 100/70 mmHg; N : 80x/mnt; RR : 18x/mnt 4. BB/TB/IMT : 50 kg/153,5 cm/ 21

5. Pemeriksaan fisik khusus

Abdomen : tidak ada massa dan nyeri tekan

Genetalia : tampak flour albus kekuningan, tampak darah mens sedikit (kecoklatan) 6. Pemeriksaan penunjang

Inspekulo : tampak flour albus kekuningan di liang vagina, tidak ada kemerahan pada porsio 7. Pemeriksaan laboratorium Swab vagina : Candida : positif Hifa : + Trichomonas : negatif

Diplococcus gram negatif : negatif

Clue cell : positif

Kriteria nugent BV

Lactobacillus : 4/Lp

Gardnerella : 4/Lp

Mobilincus : 1/Lp

Jumlah skor : 9, kesan : BV definitif ANALISIS

Ny. S dengan bakterial vaginosis definitif PENATALAKSANAAN

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada pasien, pasien mengetahui kondisinya saat ini 2. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi, resep : neoginon (sebelum

tidur) dan Floragin 2x1

3. Memberikan HE tentang personal hygiene dan vulva hygiene, pasien mengerti dan bersedia melakukan anjuran petugas

4. Menganjurkan pasien untuk kembali kontrol bila ada keluhan, pasien bersedia kontrol bila ada keluhan

(18)

BAB IV PEMBAHASAN

Bakterial vaginosis adalah keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang dikarakterisasi oleh pergantian konsentrasi Lactobacillus yang tinggi sebagai flora normal vagina oleh konsentrasi bakteri anaerob yang tinggi, terutama Bacteroides sp., Mobilincus sp., Gardnerella vaginalis, dan Mycoplasma hominis Jadi vaginosis bakterial bukan suatu infeksi yang disebabkan oleh satu organisme, tetapi timbul akibat perubahan kimiawi dan pertumbuhan berlebih dari bakteri yang berkolonisasi di vagina.

Pada kasus Ny. W didapatkan data subyekti adanya keluhan keputihan kekuningan, gatal, dan bau, dalam teori disebutkan bahwa gejala klinis BV antara lain cairan vagina yang berlebih, mengeluh keputihan ringan / sedang, berbau tidak enak, darah menstruasi berbau abnormal, iritasi daerah vagina/sekitar vagina (gatal, rasa terbakar), nyeri abdomen, dispareunia, disuria atau nyeri saat bak, dapat juga timbul kemerahan dan edema pada vulva, cairan vagina pada vaginosis bakterial biasanya encer (seperti susu encer) dan berwarna keabu-abuan.

Dari data obyektif didapatkan keputihan yang kekuningan di liang vagina dan setelah dilakukan pemeriksaan mikroskopik didaptkan hasil BV definitif dg skor 9. Diagnosis BV didapatkan melalui skoring jumlah bakteri yang normal pada vagina atau vaginosis bakterial dengan pewarnaan Gram; skor 0-3 dinyatakan normal; 4-6 dinyatakan sebagai intermediate; 7-10 dinyatakan sebagai vaginosis bakterial.

(19)

Dari data subyektif dan obyektif maka dilakukan analisis dan didapatkan diagnosa Ny. S dengan bakterial vaginosis. Penatalaksanaan yang dilakukan yaitu kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi yang telah disesuaikan dengan SOP di poli kandungan RSDS.

BAB V PENUTUP

Bakterial vaginosis adalah keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang dikarakterisasi oleh pergantian konsentrasi Lactobacillus yang tinggi sebagai flora normal vagina oleh konsentrasi bakteri anaerob yang tinggi, terutama Bacteroides sp., Mobilincus sp., Gardnerella vaginalis, dan Mycoplasma hominis. Bakterial vaginosis umumnya terjadi karena pengurangan jumlah hidrogen peroksida normal yang memproduksi lactobacilli dalam vagina. Salah satu penyebab bakterial vaginosis adalah Organisme Gardnerella vaginitis, namun organisme tersebut bukan satu-satunya penyebab bakterial vaginosis. Bila beberapa jenis bakteri menjadi tidak seimbang, seorang wanita dapat mengalami bakterial vaginosis. Meskipun tidak berbahaya, tetapi kondisi ini dapat mengganggu (Wahyuningsih, 2010).

Faktor resiko terjadinya Vaginosis Baterial : Pasangan seksual yang baru, Merokok, AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim), Pembilasan vagina yang terlampau sering, menyebabkan menurunnya jumlah laktobaksil penghasil hidrogen peroksida yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan dari bakteri lain khususnya yang berasal dari bakteri anerobik, Vagina yang terlalu sering dalam keadaan lembab dan jarang mengganti celana dalam. Gejala klinis : Cairan vagina yang berlebih, Mengeluh keputihan ringan / sedang, Berbau tidak enak, Darah menstruasi berbau abnormal, Iritasi daerah vagina/sekitar vagina (gatal, rasa terbakar), Nyeri abdomen, Dispareunia, Disuria atau nyeri saat BAK, Dapat juga timbul kemerahan dan edema pada vulva, Cairan vagina pada vaginosis bakterial biasanya encer (seperti susu encer) dan berwarna keabu-abuan dan umumnya keluar pasca sanggama sehingga sering mengakibatkan masalah dalam hubungan seksual terutama pada pria. Namun terkadang tidak menunjukkan gejala sama sekali.

(20)

Diagnosis vaginosis bakterialis ditegakkan bila 3 kriteria terpenuhi dari 5 kriteria antara lain : cairan vagina homogen, pH > 4,5, whiff test positif, clue cell positif, skorig pewarnaan gram negatif > 3.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kemampuan koneksi matematika siswa pada MEA lebih baik dibandingkan pada ekspositori; (2) terdapat perbedaan kemampuan koneksi matematika siswa

Sejak pertama kali diterbitkan, pada tahun 2016, jurnal IJoST dikelola oleh para Dosen dari Timbang (Tim Pengembang) Jurnal UPI (Universitas Pendidikan Indonesia); dan diterbitkan

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan ketika individu yang tidak

supply ply, , ke kemud mudian ian dit ditomb ombol ol on/ on/off off, , mak maka a tan tangan gangan gan ak akan an men menyap yapply ply pa pada da

Pada hasil percobaaan kami, dapat dilihat bahwa daerah yang memiliki kepekaan paling tinggi adalah pipi, diikuti dengan kuduk, lengan bawah, dan telapak tangan. Pada