• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.A DENGAN DEFISIT PENGETAHUAN PADA DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI DI DESA BENDUNGAN KECAMATAN KRATON KABUPATEN PASURUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.A DENGAN DEFISIT PENGETAHUAN PADA DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI DI DESA BENDUNGAN KECAMATAN KRATON KABUPATEN PASURUAN"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.A DENGAN DEFISIT PENGETAHUAN PADA DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI DI DESA BENDUNGAN KECAMATAN KRATON

KABUPATEN PASURUAN

Oleh :

LAILIYUL AMALIA NIM. 1801069

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA

SIDOARJO

2021

(2)

i

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.A DENGAN DEFISIT PENGETAHUAN PADA DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI DI

DESA BENDUNGAN KECAMATAN KRATON KABUPATEN PASURUAN

Sebagai Prasyarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)

Di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Oleh :

LAILIYUL AMALIA NIM. 1801069

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA

SIDOARJO 2021

(3)

ii

Nama : Lailiyul Amalia

Nim : 1801069

Tempat, Tanggal Lahir : Pasuruan, 11 Juni 1996

Insitusi : Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.A DENGAN DEFISIT PENGETAHUAN PADA DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI DI DESA BENDUNGAN KEC.KRATON KAB.PASURUAN DI DESA BENDUNGAN KEC.

KRATON KAB. PASURUAN adalah bukan Karya Tulis Ilmiah orang lain baik sebagaian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebut sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pertanyaan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi.

Pasuruan, 28 Mei 2021 Yang menyatakan,

Lailiyul Amalia Mengetahui

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Ns. Erik Kusuma, S. Kep.,M. Kes Ns. Ayu Dewi Nastiti, M.Kep NIDN : 3428098001 NIDN : 3409098801

(4)

iii

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.A DENGAN DEFISIT PENGETAHUAN PADA DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI DI DESA BENDUNGAN KECAMATAN KRATON KABUPATEN PASURUAN.

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Seminar Karya Tulis Ilmiah pada tanggal : 28 Mei 2021

Oleh

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Ns. Erik Kusuma, S. Kep.,M. Kes Ns. Ayu Dewi Nastiti, M.Kep NIDN : 3428098001 NIDN : 3409098801

Mengetahui, Direktur

Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Agus Sulistyowati, S. Kep., M. Kes NIDN. 0703087801

(5)

iv

Telah di uji dan di setujui oleh tim penguji pada sidang di program D3 Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

Tanggal : 28 Mei 2021

TIM PENGUJI

Tanda tangan Penguji :

1. Ns.Kusuma Wijaya Ridi Putra,S.kep.,MNS ...

2. Ns. Ayu Dewi Nastiti, M.Kep ...

3. Ns. Erik Kusuma, S.Kep.,M.Kes ...

Mengetahui, Direktur

Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Agus Sulistyowati, S. Kep., M. Kes NIDN. 070308780

(6)

v

"Barangsiapa belajar sesuatu semata-mata karena Allah, mencari ilmu yang ada bersama-Nya, maka dia akan menang. Dan barangsiapa yang belajar sesuatu karena selain Allah, maka dia tidak akan mencapai tujuannya, juga pengetahuan

yang diperolehnya tidak akan membawanya lebih dekat kepada Allah".

(Hasan al-Basri)

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang- orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

(Q.S Al-Mujadilah: 11).

Barang siapa yang mengikuti jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mempermudah jalannya menuju surga.

(H.R Muslim).

(7)

vi

Syukur alhamdulillah senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaiakan.

Isi pikiran yang tersampikan dalam karya ini saya persembahkan untuk :

1. Kedua orang tua saya (ayah dan ibu), serta suami dan anak saya terima kasih kalian selalu memberikan saya kekuatan dalam menjalani studi ini dan selalu mendoakan saya dalam segala hal urusan Dunia dan Akhirat saya.

2. Terima kasih kepada bapak ibu dosen yang selalu membimbing saya dalam penyelesaian tugas akhir dan masukan serta saran yang dapat membangun untuk penyelesaian tugas akhir saya dimana saya dibimbing untuk terus belajar dan memperbiaki kesalahan.

3. Terima kasih kepada teman saan sahabat saya (Ica,dan novita ) kalian yang selalu memberikan semangat, kekuatan, serta dukungan dan semoga dilancarkan semua yang kalian inginkan, Aamiin.

4. Saudara – saudara saya seangkatan terima kasih kalian telah melalui hal yang sama dan kita bersama – sama menjalani studi, penyelesaian tugas akhir sehingga berada di titik ini semoga ilmu yang kita dapatkan selama kita menjalani studi ini menjadi ilmu yang berokah dan di ridhoi Allah SWT.

(8)

vii

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Tn.A dengan defisit pengetahuan pada diagnosa Hipertensi Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Desa Bendungan Kec.Kraton Kab. Pasuruan” ini dengan tepat waktu sebagai persyaratan akademik dalam penyelesaian Program D3 Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak, terutama dosen saya yang sudah membeimbing saya sampai titik ini dan Tn.A selaku tetangga saya untuk itu saya mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Agus Sulistyowati, S. Kep., M. Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo yang telah mengesahkan.

2. Ns. Erik Kusuma, S. Kep.,M. Kes selaku pembimbing 1 yang selalu bijaksana dalam memberikan bimbingan, mencurahkan perhatian, dan nasehat serta yang selalu meluangkan waktunya untuk membantu penulis menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Ns. Ayu Dewi Nastiti, M.Kep selaku pembimbing 2 yang selalu memberikan bimbingan, nasehat serta waktunya selama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Untuk responden terimakasih atas kesediaan dan kerjasamanya yang telah berkenan menjadi responden dalam penelitian ini.

5. Para sahabat yang telah mendukung untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat waktu, teman teman seperjuangan yang telah menemani selama saya menempuh pendidikan di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

6. Pihak-pihak yang turut berjasa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Saya sebagai penulis sadar bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum mencapai kesempurnaan, sebagai bekal perbaikan, penulis akan berterima kasih apabila para pembaca berkenan memberikan masukan, baik dalam bentuk kritikan maupun

(9)

viii

Pasuruan, 28 Mei 2021

Penulis

(10)

ix

Sampul Depan ... i

Surat Pernyataan... ii

Lembar Persetujuan ... iii

Lembar Pengesahan ... iv

Motto ... v

Lembar Persembahan ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi ... ix

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar ... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 5

1.4.2 Manfaat Praktis ... 5

1.5 Metode Penulisan ... 6

1.5.1 Metode ... 6

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data ... 6

1.5.3 Sumber Data ... 7

1.5.4 Studi Kepustakaan ... 7

1.6 Sistematika Penulisan ... 7

1.6.1 Bagian Awal ... 7

1.6.2 Bagian Inti ... 7

1.6.3 Bagian Akhir ... 8

(11)

x

2.1.1 Definisi Hipertensi ... 9

2.1.2 Anatomi Kardiovaskuler ... 10

2.1.3 Etiologi Hipertensi ... 13

2.1.4 Manifestasi Klinis Hipertensi ... 14

2.1.5 Patofisiologi hipertensi ... 15

2.1.6 Klasifikasi Hipertensi ... 18

2.1.7 Pathway Hipertensi ... 18

2.1.8 Komplikasi Hipertensi ... 19

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang ... 19

2.1.10 Penatalaksanaan ... 20

2.2 Konsep Keluarga ... 20

2.2.1 Definisi Keluarga ... 20

2.2.2 Tipe-tipe Keluarga ... 21

2.2.3 Struktur Keluarga ... 22

2.2.4 Tahap Perkembangan Keluarga ... 23

2.2.5 Fungsi Keluarga ... 26

2.2.6 Peran Perawat Dalam Keluarga ... 27

2.3 Konsep Nyeri Akut ... 29

2.3.1 Definisi ... 29

2.3.2 Kondisi Klinis Terkait ... 29

2.3.3 Faktor-faktor yang memengaruhi respon nyeri... 30

2.3.4 Penyebab nyeri akut ... 32

2.3.5 Gejala dan tanda mayor ... 32

2.3.6 Gejala dan tanda Minor ... 32

2.3.7 Skala penilaian numerik ... 33

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan ... 34

2.4.1 Pengkajian Keluarga ... 34

2.4.2 Diagnosa Keperawatan ... 40

2.4.3 Intervensi Keperawatan ... 50

2.4.4 Implementasi Keperawatan ... 56

(12)

xi

BAB 3 TINJAUAN KASUS ... 62

3.1 Pengkajian ... 62

3.1.1 Identitas ... 62

3.1.2 Struktur keluarga ... 63

3.1.3 Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi ... 63

3.1.4 RiwayatKesehatan ... 63

3.1.5 Riwayat Tempat Tinggal ... 65

3.1.6 Rekreasi ... 93

3.1.7 Pola Fungsi Kesehatan ... 93

3.1.8 Pemeriksaan fisik ... 95

3.2 Analisa Data ... 97

3.3 Diagnosa Keperawatan ... 101

3.4 Intervensi Keperawatan ... 102

3.5 Implementasi Keperawatan ... 104

3.6 Evaluasi Keperawatan ... 105

BAB 4 PEMBAHASAN ...………. 109

4.1 Pengkajian ... 109

4.2 Diagnosa Keperawatan ... 110

4.3 Intervensi Keperawatan ... 111

4.4 Implementasi Keperawatan ... 113

4.5 Evaluasi Keperawatan ... 114

BAB 5 PENUTUP... 117

5.1 Simpulan ... 117

5.2 Saran ... 118 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

xii

No Tabel Judul Tabel Hal

Tabel 2.1 Klasifikasi derajat hipertensi secara klinis ... 18

Tabel 2.2 Skala Untuk Menentukan Prioritas Asuhan Keperawatan Keluarga ... 40

Tabel 3.1 Struktur keluarga ... 63

Tabel 3.2 Analisa Data ... 69

Tabel 3.3 Daftar Diagnosis Keperawatan ... 71

Tabel 3.4 Intervensi Keperawatan ... 72

Tabel 3.5 Implementasi Keperawatan ... 74

Tabel 3.6 Evaluasi Keperawatan ... 76

(14)

xiii

No Tabel Judul Gambar Hal

Gambar 2.1 Pathway Hipertensi ... 18

Gambar 2.2 Skala Penilian Numerik ... 33

Gambar 2.3 Kerangka Masalah ... 61

Gambar 3.1 Genogram ... 65

(15)

xiv

No Tabel Judul Lampiran Hal

Lampiran 1 Surat Pengantar Studi Penelitian ... 90 Lampiran 2 Informed Consent ... 91 Lampiran 3 Lembar Konsultasi ... 92

(16)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi menurut Word Healt Organization (WHO) adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah memiliki tekanan darah tinggi ( tekanan darah sistolik 140 mmHg atau tekanan darah diastolik 90 mmHg) yang menetap. Tekanan darah adalah kekuatan darah untuk melawan dinding arteri ketika darah tersebut dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh.semakin tinggi tekanan darah maka semakin keras jantung bekerja (WHO, 2013).

Menurut Kowalak, Welsh, dan Mayer (2012) penyebab nyeri kepala pada pasien hipertensi adalah kerak pada pembuluh darah atau aterosklerosis sehingga elastisitas kelenturan pada pembuluh darah menurun.

Ateroskerosis tersebut menyebabkan spasme pada pembuluh darah (arteri), sumbatan dan penurunan O2 (oksigen) yang akan berujung pada nyeri kepaala atau distensi dari stuktur di kepala atau leher.

Data World Health Organization (WHO) pada tahun 2018 penyakit ini menyerang 22% penduduk dunia. Sedangkan di Asia tenggara, angka kejadian hipertensi mencapai 36% penduduk, Di indonesia sendiri pada tahun 2018 dari Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyatakan 63.309.620 orang menderita hipertensi, dan angka kematian di indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian. Di Provinsi Jawa Timur jumlah penderita hipertensi sebanyak 2.005.393 orang, dari jumlah itu 826.368 adalah pria dan sisanya 1.179. Ni025 adalah penderita wanita (Riskesdas,2018). Prevalensi di perkotaan sedikit lebih tinggi di bandingkan dengan perdesaan (32,72%).

(17)

Prevalensi semakin meningkat seiring bertambahnya umur (Kemenkes RI, 2019). Dari studi hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di desa Bendungan data yang diperoleh dari Polindes pada tanggal 28 mei 2020 dari jumlah warga yang memeriksakan diri ke Polindes sebanyak 15 warga hipertensi yang terscrining 10 diantaranya tidak tau bahwa mengalami hipertensi dan 5 orang sisanya mengetahui bahwa menderita hipertensi tapi tidak tau bagaimana pengobatannya.

Hipertensi sangat erat hubungannya dengan faktor gaya hidup dan pola makan. Gaya hidup sangat berpengaruh pada bentuk perilaku atau kebiasaan seseorang yang mempunyai pengaruh positif maupun negatif pada kesehatan. Hipertensi belum banyak diketahui sebagai penyakit yang berbahaya, padahal hipertensi termasuk penyakit pembunuh diam-diam, karena penderita hipertensi merasa sehat dan tanpa keluhan berarti sehingga menganggap ringan penyakitnya. Perlu pula diingat hipertensi berdampak pula bagi penurunan kualitas hidup. Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan secara rutin dan pengontrolan secara teratur, maka hal ini akan membawa penderita ke dalam kasus-kasus serius bahkan kematian. Tekanan darah tinggi yang terus menerus mengakibatkan kerja jantung ekstra keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadi kerusakan pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan mata.

Penyebab hipertensi karena penumpukan plak atau kerak pada pembuluh darah biasa disebut dengan aterosklerosis, sehingga elastisitas atau kelenturan pada pembuluh darah arteri menurun. Penurunan elastisitas arteri tersebut menyebabkan spasme atau penyempitan pada pembuluh darah arteri

(18)

sehingga meningkatkan tekanan dalam pembuluh darah. Suplai oksigen ke jaringan tubuh pun dapat menurun karena spasme pembuluh darah arteri ini.

Penumpukan plak atau kerak terus bertambah bisa menyebabkan penyumbatan, bila sumbatan terjadi di pembuluh darah otak bisa menyebabkan stroke, bila sumbatan terjadi di pembuluh darah koroner bisa menyebabkan penyakit jantung. Gejala yang muncul pada pasien hipertensi seperti nyeri kepala mual dan muntah, bila nyeri kepala terasa terus menerus dapat menimbulkan vertigo, migrain, bahkan mual-muntah.

Untuk penatalaksanaan asuhan keperawatan Tn.A dengan defisit pengetahuan pada diagnosa medis hipertensi dapat diberikan terapi farmakologis berupa analgesik untuk hipertensi dapat diberikan tambahan diuretik. Untuk masalah keperawatan defisit pengetahuan pada diagnosa medis hipertensi non- farmakologis dapat dengan memberikan terapi distraksi-relaksasi, aroma terapi pola makan sehat dengan sediki garam, olahraga rutin, dan konsumsi obat dapat membantu menurunkan tekanan darah. Sedangkan pada perawatan diri latihan fisik, manajemen stres ,penghentian merokok, berhenti bergadang tengah malam serta selalu memonitor tekanan darah di rumah, dan diet rendah sodium.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengambil judul Asuhan Keperawatan pada Tn.A dengan Defisit Pengetahuan pada Diagnosa Medis Hipertensi di Desa Bendungan Kec.Kraton Kab.Pasuruan.

(19)

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada Tn.A dengan masalah keperawatan defisit pengetahuan pada diagnosa medis hipertensi di Desa Bendungan Kec. Kraton Kabupaten Pasuruan?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Menggambarkan asuhan keperawatan pada Tn.A dengan defisit pengetahuan pada diagnosa Hipertensi di Desa Bendungan Kec. Kraton Kabupaten Pasuruan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Menggambarkan pengkajian keperawatan pada Tn.A dengan defisit pengetahuan pada diagnosa medis hipertensi di Desa Bendungan Kec.

Kraton Kabupaten Pasuruan

1.3.2.2 Menggambarkan diagnosa keperawatan pada Tn.A dengan defiist pengetahuan pada diagnosa medis hipertensi di Desa Bendungan Kec.

Kraton Kabupaten Pasuruan.

1.3.2.3 Menggambarkan perencanaan keperawatan pada Tn.A dengan defisit pengetahuan pada diagnosa medis hipertensi dengan di Desa Bendungan Kec. Kraton Kabupaten Pasuruan.

1.3.2.4 Menggambarkan tindakan keperawatan pada Tn.A dengan defisit pengetahuan pada diagnosa medis hipertensi di Desa Bendungan Kec.

Kraton Kabupaten Pasuruan.

(20)

1.3.2.5 Menggambarkan evaluasi keperawatan pada pasien hipertensi dengan masalah keperawatan nyeri akut di Desa Bendungan Kec. Kraton Kabupaten Pasuruan.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Dapat membantu mengaplikasikan ilmu keperawatan pada Tn.A dengan defisit pengetahuan dengan diagnosa medis hipertensi di desa bendungan kec.kraton kab.pasuruan.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Pasien dan Keluarga

Pasien dan keluarga dapat mengerti gambaran umum tentang penyakit hipertensi beserta tindakan yang benar untuk pasien agar pasien mendapatkan tindakan keperawatan yang tepat dalam keluarganya.

1.4.2.2 Bagi Perawat

Sebagai acuan dalam melakukan asuhan keperawatan pada penderita hipertensi yang memiliki defisit pengetahuan dengan memberikan penyuluhan pada pasien dan keluarga tentang penyakit hipertensi.

(21)

1.5 Metode Penulisan 1.5.1 Metode

Metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi kepustakaan yang mempelajari, mengumpulkan, membahas data dengan menggunakan studi pendekatan proses keperawatan dengan langkah–

langkah pengkajian, perencanaan pelaksanaan dan evaluasi.

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data 1.5.2.1 Wawancara

Data diambil / diperoleh percakapan baik dengan klien, keluarga maupun tim kesehatan lain dari desa seperti polindes karna pasien pernah memeriksakan diri kesana.

1.5.2.2 Observasi

Data yang diambil melalui pengamatan secara langsung terhadap keadaan, reaksi, sikap dan perilaku klien yang dapat diamati.

1.5.2.3 Pemeriksaan

Meliputi pemeriksaan fisik dan tensi berkala untuk menunjang penegakkan diagnose dan pengamatan selanjutnya.

(22)

1.6 Sumber Data 1.6.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari klien.

1.6.1.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga / orang terdekat dengan klien, catatan medik, perawat, hasil-hasil pemeriksaan dan tim kesehatan lain.

1.7 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan judul studi kasus dan masalah yang dibahas.

1.8 Sistematika Penulisan

Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami studi kasus ini, secara keseluruhan dibagi menjadi tiga, yaitu:

1.8.1 Bagian awal

Memuat halaman judul, abstra kpenelitian, persetujuan komisi pembimbingan, pengesahan, motode dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan lampiran, serta abstrak.

1.8.2 Bagian inti

Terdiri dari empat bab yang masing-masing bab terdiri dari sub bab berikut ini:

BAB I: Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, teknik pengumpulan data dan sistematika penulisan KTI.

(23)

BAB II: Landasan Teori, berisi tentang konsep penyaakit hipertensi dari sudut medis dan asuhan keperawatan keluaraga dengan masalah keperwatan nyeri akut.

BAB III: Hasil berisi tentang deskripsi data hasil pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dan pembahasan yang berisi perbandingan antara teori dengan kenyataan yang ada di dilapangan.

BAB IV: Kesimpulan, saran, berisi tentang :simpulan dan saran.

1.8.3 Bagian akhir

Terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.

(24)

9 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA.

2.1 Konsep Penyakit 2.1.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg (Elizabeth dalam Ardiansyah M.,2012)

Menurut Price (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016), Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya.Sedangkan menurut Hananta I.P.Y., & Freitag H. (2011), Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode.

Hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat endogen seperti usia, jenis kelamin dan genetik/keturunan, maupun yang bersifat eksogen seperti obesitas, konsumsi garam, rokok dan kopi Menurut American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes (2018), hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya sangat bermacam-macam pada setiap individu dan hampir sama dengan penyakit lain. Gejala-gejala tersebut adalah sakit kepala atau rasa berat ditengkuk. Vertigo, jantung

(25)

berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging atau tinnitus dan mimisan.

2.1.2 Anatomi Kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler adalah system transport (peredaran) yang membawagas -gas pernafasan , nutrisi, hormon - hormon dan zat lain ke dari dan jaringan tubuh. Sistem kardiovaskuler di bangun oleh :

2.1.2.1 Jantung

Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot.

Otot jantung merupakan jaringan istimewa karena di lihat dari bentuk dan susunanya sama dengan otot lintang, tetapi cara kerjanya sama otot polos yaitu di luar kemauan kita ( dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) . Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul (pangkal jantung) dan di sebut basis kordis. Di sebelah bawah agak runcingyang disebut Apeks Kordis.

Letak jantung di dalam rongga dada sebelah depan ( kavum mediastinum anterior), sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, diatas diafragma , dan pangkalnya terdapat di belakang kiri antara kosta V danVI dua jari di bawah Papilla Mamae. Pada tempat ini teraba adanya jantung yang di sebut Iktus kordis. Ukuran jantung kurang lebih sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira – kira 250 – 300 gram.

a.) Lapisan jantung

Endokardium merupakan lapisan jantung yang terdapat di sebelah dalam sekali yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lender yang melapisi rongga endotel atau selaput lender yang melapisi permukaan

(26)

rongga jantung. Miokardium merupakan lapisan inti dari jantung terdiri dari otot – otot jantung, otot jantung ini membentk bundalan – bundalan otot yaitu:

1.) Bundalan otot atria

Yang terdapat di bagian kiri/ kanan dan basis kordis yang membentuk serambi atau aurikula kordis.

2.) Bundalan otot ventrikel

Yang membentuk bilik jantung, di ualai dari cincin atrioventrikular sampai di apeks jantung.

3.) Bundalan dari otot ventrikuler merupakan dinding pemisah antar ruang serambi dan bilik jantung.

b.) Katup – katup jantung

Di dalam jantung terdapat katup – katup yang sangat penting artinya dalam susunan perdaran darah dan pergerakan jantung manusia.

1.) Valvula biskuspidalis

Terdapat antara atrium dextra dengan ventrikel dextra terdiri dari 3 katup.

2.) vena biskuspidalis

Terletak antara atrium sinistra dengan ventrikel sinistra terediri 2 katup.

3.) vulva semilunaris artei pulmonalis

Terletak antara ventrikel dextra dengan arteri pulmonali , tempat darah mengalir menuju ke paru – paru.

(27)

4.) vena semilunaris aorta

Terletak antara ventrikel sisnistra dengan aorta tepat darah mengalir menuju keseluruh tubuh.

2.1.2.2 Pembuluh darah

a.) pembuluh darah arteri

Arteri merupakan Jenis pembuluh darah yang keluar dari jantung yang membawa darah ke seluruh dari ventrikel sinistra di sebut aorta. Arteri mempunyai 3 lapisan yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic dan trdiri dari 3 lapisan.

1.) Tunika intima / interna.

Lapisan paling dalam sekali behubungan dengan darah dan terdiri dari jaringn endotel.

2.) Tunika media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang terdiri dari jaringan otot yang polos.

3.) Tunika eksterna / adventesia. Lapisan yang palng luar sekali trdiri dari jaringan ikat lembur yang menguatkan dinding arteri.

b.) Kapiler

Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil teraba dari cabang terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari bawah mikroskop. Kapiler pembentuk anyaman di seluruh jaringan tubuh.

Kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain menjadi darah yang lebih besar disebut vena.

(28)

c.) Vena ( pembuluh darah balik )

Vena membawa darah kotor kembali ke jantung Beberapa vena yang penting :

1.) Vena cava superior

Vena balik yang memasuki atrium kanan membawa darah kotor dari daerah kepala, thorax dan ektremitas atas.

2.) Vena cava inferor

Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari semua organ tubuh bagian bawah.

3.) Vena cava jugularis

Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke jantung.

2.1.3 Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan (Ardiansyah M,2012)

1. Hipertensi primer (esensial)

Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hipertensi yang 90%

tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial diantaranya :

a.) Genetik Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih tinggi mendapatkan penyakit hipertensi.

b.) Berat Jenis kelamin dan usia

Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah menopause berisiko tinggi mengalami penyakit hipertensi.

(29)

c.) Badan Obesitas Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.

d.) Gaya hidup merokok dan konsumsi alcohol

Merokok dan konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang terkandung dalam keduanya.

1. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa penyakit, yaitu :

a.) Coarctationaorta

Coartationaorta yaitu penyempitan aorta congenital yang mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta abdominal.

Penyembitan pada aorta tersebut dapat menghambat aliran darah sehingga terjadi peningkatan tekanan darah diatas area kontriksi.

b.) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal

Penyakit ini merupakan penyakit utama penyebab hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan penyempitan.

2.1.4 Manifestasi Klinis Hipertensi

Gambaran klinis pasien hipertensi meliputi nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.

Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.

(30)

Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.

Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba - tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain.

2.1.5 Patofisiologi hipertensi

Sangat kompleks. Walaupun belum diketahui secara pasti, pada hipertensi essensial, faktor genetik, lingkungan serta gaya hidup dapat mempengaruhi fungsi dan struktur sistem kardiovaskular, ginjal, dan neurohormonal hingga menimbulkan peningkatan tekanan darah kronik.

Terkait faktor genetik, polimorfisme lokus-lokus gen yang terlibat dalam regulasi reseptor angiotensin I dan aldosterone synthase berisiko menimbulkan hipertensi. Dalam suatu studi, pada pasien hipertensi dengan partisipan etnis Cina didapatkan mutasi gen α-adducin yang berperan dalam aktivitas enzimati pompa ion Na+/K+/ATPase terkait absorpsi sodium di ginjal mengakibatkan peningkatan sensitivitas terhadap garam. Perubahan sistem kardiovaskular, neurohormonal dan ginjal sangat berperan.

Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat memicu peningkatan kerja jantung yang berakibat peningkatan curah jantung. Kelainan pada pembuluh darah berperan terhadap total resistensi perifer. Vasokonstriksi dapat disebakan peningkatan akitivitas saraf simpatis, gangguan regulasi faktor lokal (nitrit oxide, faktor natriuretik, dan endothelin) yang berperan dalam pengaturan tonus vaskular. Kelainan pada ginjal berupa defek kanal ion Na+/K+/ATPase, abnormalitas regulasi hormon renin-angiotensin-

(31)

aldosteron serta gangguan aliran darah ke ginjal. Gangguan pada tekanan natriuresis juga dapat mengganggu pengaturan eksresi sodium hingga mengakibatkan retensi garam dan cairan. Peningkatan kadar vasokonstriktor seperti angiotensin II atau endotelin berhubungan dengan peningkatan total resistensi perifer dan tekanan darah.

Pola diet tinggi garam terutama pada pasien dengan sensitivitas garam yang tinggi berkontribusi dalam menimbulkan tekanan darah tinggi. Pola hidup yang tidak sehat seperti inaktivitas fisik dan pola diet yang salah dapat menimbulkan obesitas. Obesitas juga berperan dalam meningkatkan risiko hipertensi esensial sebagaimana suatu studi menunjukkan penurunan berat badan diikuti penurunan tekanan darah.

Obesitas dapat memicu hipertensi melalui beberapa mekanisme di antaranya kompresi ginjal oleh lemak retroperitoneal dan visceral. Peningkatan lemak visceral terutama lemak retroperitoneal dapat memberikan efek kompresi pada vena dan parenkim renal sehingga meningkatkan tekanan intrarenal, mengganggu natriuresis tekanan hingga mengakibatkan hipertensi. Selain itu peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat dipicu oleh leptin. Studi menunjukkan ikatan leptin pada reseptornya terutama pada neuron proopiomelanocortin (POMC) di hipotalamus dan batang otak berperan dalam peningkatan tersebut. Perangsangan saraf simpatis menyebabkan peningkatan kadar angiotensin II dan aldosterone. Pada obesitas, peningkatan jaringan lemak dan laju metabolik meningkatkan curah jantung sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan aliran darah. Tak hanya itu, obesitas juga berkaitan dengan sindroma metabolik.

(32)

Peningkatan tekanan darah dalam jangka waktu lama akan mengakibatkan perubahan struktural pembuluh darah. Perubahan struktur meliputi perubahan struktur makro dan mikrovaskular. Perubahan makrovaskular berupa arteri menjadi kaku serta perubahan amplifikasi tekanan sentral ke perifer. Perubahan mikrovaskular berupa perubahan rasio dinding pembuluh darah dan lumen pada arteriol besar, abnormalitas tonus vasomotor serta instructural rarefaction (hilangnya mikrovaskular akibat aliran darah tidak mengalir di semua mikrovaskular demi mempertahankan perfusi ke kapiler tertentu).

Perubahan struktur tersebut akan mengganggu perfusi jaringan. Oleh karena tu dalam jangka waktu lama dapat timbul kerusakan organ target.

Walaupun autoregulasi tubuh terhadap tekanan darah akan berusaha mempertahankan aliran darah untuk memenuhi kebutuhan metabolik, kemampuan regulasi tersebut menurun pada pasien hipertensi. Organ target yang dapat rusak meliputi jantung, ginjal, mata serta otak.

(33)

2.1.6 Klasifikasi Hipertensi

Tabel 2.1 Klasifikasi derajat hipertensi secara klinis.

No Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg) 1. Optimal <120 <80

2. Normal 120-129 80-84

3. High Normal 130-139 85-89

4. Hipertensi

5. Grade 1 (ringan) 140-159 90-99

6. Grade 2 (sedang) 160-179 100-109

7. Grade 3 (berat) 180-209 100-119

8. Grade 4 (sangat berat) ≥210 ≥210 Tab 2.1 klasifikasi derajat hipertensi secara klinis

Sumber : Tambayong dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016).

Menurut WHO (dalam Noorhidayah, S.A)

2.1.7 Pathway Hipertensi

Sumber : @2017 Alomedika.com All Rights Reserved2017.

(34)

62 2.1.8 Komplikasi Hipertensi

Dilansir dari Medical News Today (23,juni2020), hipertensi jangka panjang juga bisa menyebabkan komplikasi melalui aterosklerosis, di mana plak berkembang di dinding pembuluh darah yang menyebabkan penyempitan. Jika terjadi penyempitan pembuluh darah, maka hipertensi akan bertambah parah karena jantung harus memompa lebih keras untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh.

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk memeriksa komplikasi yang telah atau sedang terjadi seperti pemeriksaan laboratorium seperti darah lengkap, kadar ureum, kreatinin, gula darah, elektrolit, kalsium, asam urat dan urinalisis. Pemeriksaan lain berupa pemeriksaan fungsi jantung berupa elektrokardiografi, funduskopi, USG ginjal, foto thoraks dan ekokardiografi.

Pada kasus dengan kecurigaan hipertensi sekunder dapat dilakukan pemeriksaan sesuai indikasi dan diagnosis banding yang dibuat. Pada hiper atau hipotiroidisme dapat dilakukan fungsi tiroid (TSH, FT4, FT3), hiperparatiroidisme (kadar PTH, Ca2+), hiperaldosteronisme primer berupa kadar aldosteron plasma, renin plasma, CT scan abdomen, peningkatan kadar serum Na, penurunan K, peningkatan eksresi K dalam urin ditemukan alkalosis metabolik. Pada feokromositoma, dilakukan kadar metanefrin, CT scan/MRI abdomen. Pada

(35)

2.1.10 Penatalaksanaan

1.) Penatalaksanaan secara farmakologis

Untuk penatalaksanaan asuhan keperawatan defisit pengetahuan pada pasien hipertensi dapat diberikan terapi Farmakologis berupa analgesic untuk hipertensi dapat diberikan tambahan diuretic.

2.) Penatalaksanaan secara non- farmakologis

Untuk penatalaksanaan defisit pengetahuan pada hpasien hipertensi non- farmakologis dapat diberikan terap idistraksi-relaksasi, aroma terapi pola makan sehat dengan sediki garam, olahraga rutin, dan konsumsi obat dapat membantu menurunkan tekanan darah.

Sedangkan pada perawatan diri latihan fisik, manajemen stres ,penghentian merokok , sertaselalu memonitor tekanan darah di rumah, dan Diet rendah sodium.

2.2 Konsep Keluarga 2.2.1 Definisi Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan kebersamaan dan ikatan emosional serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian keluarga (Wall 1986, dalam Fadhilla, 2019). Sedangkan menurut Friedman (1998, dalam Fadhilla, 2019) menyatakan bahwa keluarga merupakan bentuk kelompok sebagai suatu system social.

Keluarga merupakan sebuah bentuk kelompok kecil yang terdiri dari indivisu-individu yang memiliki hubungan erat satu sama lain, saling

(36)

tergantung yang diorganisir dalam satu unit tunggal dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

2.2.2 Tipe-Tipe Keluarga

1.) Keluarga inti (Nuclear Family), terdiri atas ayah, ibu, dan anak (kandung atau angkat) yang tinggal dalam serumah ditetapka oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu/keduanya dapat bekerja kelua rumah.

2.) Keluarga besar (Extended Family), teridiri atas keluarga inti ditambah dengan keluarga yang mempunyai hubungan darah, missal kakek, nenek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.

1. Reconstituted Nuclear, adalah pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami atau istri tinggal dalam satu rumah dengan anak-anaknya.

2. Keluarga Dyad (Dyadic Nuclear), terdiri atas suami istri yang sudah berumur dan tidak memiliki anak, keduanya atau salahsatu bekerja diluar.

3. Single Family, terdiri atas satu orangtua (ayah atau ibu) akibat perceraian atau kematian pasangan dan anak-anaknya dapat tinggal didalam maupun diluar rumah.

4. Single Adult, yaitu wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk menikah.

(37)

5. Keluarga binuklir, yaitu merujuk pada bentuk keluarga setelah cerai dimana anak-anak menjadi anggota dari suatu system keluarga yang terdiri dari dua rumah tangga.

2.2.3 Struktur Keluarga

Struktur keluarga menurut Friedman (2010, dalam Fadhilla, 2019), antara lain :

1. Struktur peran

Peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang yang memegang sebuah potensi tertentu, posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu system social.

2. Struktur nilai keluarga

Nilai keluarga adalah suatu system ide, perilaku dan keyakinan tentang nilai suatu hal atau konsep yang secara sadar maupun tidak sadar mengikat anggota kelyarga dalam kebudayaan sehari-hari atau kebudayaan umum.

3. Proses komunikasi

Proses komunikasi ada dua yaitu : 1) Proses komunikasi fungsional

Komunikasi fungsional dipandang sebagai landasan keberhasilan keluarga yang sehat, dan komunikasi fungsional didefinisikan sebagai pengirim dan penerima pesan yang baik isi maupun tingkat instruksi pesan yang langsung dan jelas, keselarasan antara isi dengan tingkat instruksi.

2) Proses komunikasi disfungsional

(38)

Sama halnya ada cara berkomunikasi yang fungsional, gambaran dan komunikasi disfungsional dari pengirim dan penerima serta komunikasi disfungsional juga melibatkan pengirim dan penerima pesan.

4. Struktur kekuasaan dan pengambilan keputusan

Kekuasaan keluarga sebagai karakteristik system keluarga adalah kemampuan atau potensial, actual dari individu anggota keluarga yang lain. Terdapat 5 unit berbeda yang dapat dianalisis karakteristik kekuasaan keluarga yaitu ; kekuasaan pernikahan (pasangan orang dewasa), kekuasaan orangtua, anak, saudara kandung dan kekerabatan.

Sedangkan pengambilan keputusan adalah teknik interaksi yang digunakan anggota keluarga dalam upaya agar mereka memperoleh kendali dan bernegoisasi proses pembuatan keputusan.

2.2.4 Tahap Perkembangan Keluarga

Terdapat 8 tahap perkembangan keluarga menurut Friedman (2010, dalam Fadhilla, 2019), diantaranya :

1. Tahap I (Pasangan baru menikah)

1) Membina hubungan intim yang memuaskan.

2) Menetapkan tujuan bersama.

3) Mengembangkan hubungan dengan keluarga lain, teman, dan kelompok social.

4) Mendiskusikan rencana memiliki anak.

2. Tahap II (Keluarga dengan menanti kelahiran atau bayi baru lahir) 1) Mempersiapkan menjadi orangtua.

(39)

2) Tugas masing-masing dan tanggung jawab.

3) Persiapan biaya.

4) Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga baru, interaksi keluarga, hubungan seksual, dan kegiatan sehari-hari.

5) Pengetahuan tentang kehamilan, persalinan, dan menjadi orangtua.

3. Tahap III (Keluarga dengan anak usia prasekolah)

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, missal kebutuhan tempat tinggal, privasi, dan rasa aman.

2) Membantu anak untuk bersosialisasi.

3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain (tua) juga harus terpenuhi.

4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik didalam keluarga maupun diluar keluarga yang lain.

5) Pembagian waktu individu, pasangan dan anak (biasanya keluarga mempunyai tingkat kerepotan yang tinggi).

6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.

7) Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi perkembangan dan pertumbuhan anak.

4. Tahap IV (Keluarga dengan anak usia sekolah)

1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan lingkungan lebih luas.

2) Mempertahankan keintiman pasangan

3) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga

(40)

5.Tahap V (Keluarga dengan anak usia remaja)

1) Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab mengingatkan remaja adalah seorang dewasa mudan dan memiliki otonomi.

2) Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga.

3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua.

Hindarkan terjadinya perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.

4) Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.

6.Tahap VI (Keluarga dengan anak dewasa awal (pelepasan)) 1) Memperluas jaringan keluarga inti menjadi keluarga besar.

2) Mempertahankan keintiman pasangan.

3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.

7.Tahap VII (Keluarga dengan usia pertengahan/paruh baya)

1) Mempertahankan kebutuhan individu dan pasangan usia pertengahan.

2) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.

3) Mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan anak- anaknya dan sebayanya.

4) Meningkatkan keakraban pasangan.

5) Pasrtisipasi aktivitas social.

8.Tahap VIII (Keluarga dengan usia lanjut dan pensiunan)

1) Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga dengan saling menyenangkan pasangan.

(41)

2) Adaptasi perubahan yang akan terjadi missal kehilangan pasangan, kekuatan fisik, dan penghasilan keluarga.

3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.

4) Mempertahankan kontak dengan anak cucu.

5) Mempertahankan kontak dengan masyarakat.

6) Melakukan life review masa lalu.

2.2.5 Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman dan UU No. 10 tahun 1992 (Fadhilla, 2019) Friedman membagi lima fungsi keluarga sebagau berikut :

1. Fungsi afektif

Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan dasar kekuatan keluarga. Berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan pada fungsi afektif ini adalah kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Komponen yang perlu di penuhi dalam keluarga untuk melaksanakan fungsi afektif : 1) Memelihara saling asuh

2) Keseimbangan saling menghargai 3) Pertalian atau ikatan dan identifikasi 4) Keterpisahan dan kepaduan

2. Fungsi sosialisasi

Proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu menghasilkan interaksi social, dan individu tersebut melaksanakan perannya dalam lingkungan masyarakat. Keluarga merupakan tempat individu melaksanakan sosialisasi dengan anggota keluarga dan belajar disiplin,

(42)

norma budaya dan perilaku melalui interaksi dalam keluarga sehingga individu mampu berperan dalam masyarakat.

3. Fungsi reproduksi

Fungsi keluarga ini adalah untuk meneruskan keturunan, sehingga menambah sumber daa manusia.

4. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan maka keluarga memerlukan sumber keuangan.

5. Fungsi perawatan keshatan

Keluarga menyediakan makanan, pakaian, dan asuhan keperawatan atau asuhan kesehatan. Kemampuan keluarga melakukan asuhan kesehatan/asuhan keperawatan mempengaruhi status kesehatan keluarga dan individu. Tugas kesehatan keluarga menurut Friedman (2010, dalam Pradini, 2017) adalah sebagai berikut :

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga

2) Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga 3) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan

4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga

5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada disekitarnya 2.2.6 Peran Perawat dalam Keluarga

Perawat kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi perawat, membantu keluarga untuk

(43)

menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga.

Menurut Widyanto (2014), peran dan fungsi perawat dalam keluarga yaitu:

1. Pendidikan Kesehatan, mengajarkan secara formal maupun informal lepada keluarga tentang kesehatan dan penyakit.

2. Pemberi Pelayanan, pemberi asuhan keperawatan kepada angota keluarga yang sakit dan melakukan pengawasan terhadap pelayanan/pembinaan yang diberikan guna meningkatkan kemampuan merawat bagi keluarga.

3. Advokat Keluarga, mendukung keluarga berkaitan dengan isu-isu keamanan dan akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

4. Penemu Kasus (epidiomologist), mendeteksi kemungkinan penyakit yang akan muncul dan menjalankan peran utama dalam pengamatan dan pengawasan penyakit.

5. Peneliti, mengidentifikasi masalah praktik dan mencari penyelesaian melalui investigasi ilmiah secara mandiri maupun kolaborasi.

6. Manager dan Koordinator, mengelola dan bekerja sama dengan anggota keluarga, pelayanan kesehatan dan sosial, serta sektor lain untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan.

7. Fasilitator, menjalankan peran terapeutik untuk membantu mengatasi masalah dan mengidentifikasi sumber masalah.

8. Konselor, sebagai konsultan bagi keluarga untuk mengidentifikasi dan memfasilitasi keterjangkauan keluarga/masyarakat terhadap sumber yang diperlukan.

(44)

9. Mengubah atau Memodifikasi Lingkungan, memodifikasi lingkungan agar dapat meningkatkan mobilitas dan menerapkan asuhan secara mandiri.

2.3 Defisit pengetahuan 2.3.1 Definisi

Defisit pengetahuan adalah ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu (PPNI, 2016).

2.3.2 Kondisi Klinis Terkait

Kondisi klinis yang terkait menurut buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) yaitu :

1. Kondisi klinis yang dihadapi 2. Penyakit akut

3. Penyakit kronis

(45)

2.3.3 Faktor-faktor yang memengaruhi defisit pengetahuan 2.3.3.1 Keterbatatas kognitif

Fungsi kognitif adalah proses dari berpikir yang menghasilkan sebuah pemahaman atau kepercayaan dimana fungsi kemampuan seseorang dalam kognitif bisa dilihat sebagai kecerdasan atau tingkat elegensi seseorang

Sedangkan keterbatasan kognitif adalah ketidak mampuan seseorang dalam proses berfikir dan memahami susatu kepercayaan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :

1).Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin cepat menerima dan memahami informasi sehingga pengetahuan yang dimiliki semakin tinggi (Sri Ningsih 2012)

2).informasi atau media masa

Informasi mempengaruhi pengetahuan seseorang jika sering mendapatkan informasi tentang suatu pembelajaran maka akan menambah tingkat pengetahuan dan wawasannya

3).sosial buadaya dan ekonomi

Tradisi atau budaya sesorang yang dilakukan tanpa penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk akan menambah pengetahuan walau tidak melakukan .status ekonomi juga akan menentukan tersedianya fasilitas yang dibutuhkan untuk kegiatan tertentu.

Seseorang yang mempunyai sosial buadaya yang baik maka pengetahuanny akan baik tapi jika sosial budaya kurang baik maka pengetahuannya kurang baik. status ekonomi seseorang mempengaruhi tingkat pengetahuannya

(46)

dikarenakan seseorang yang memiliki ekonomi dibawah rata-rata maka seseorang tersebut sulit meningkatkan pengetahuannya.

4). Lingkungan

Jika seseorang berada disekitar orang yang berpendidikan maka tingkat pengetahuan seseorang akan berbeda dengan orang yang berada disekitar orang yang tidak berpendidikan atau orang pengangguran.

5). Pengalaman

Seseorang akan menyelesaikan masalahnya berdasarkan tingkat masalah yang pernah dihadapinya sehingga pengalaman yang didapat bisa dijadikan pengetahuan apabila mendapatkan masalah yang sama.

6). Usia

Semakin bertambahnya usia maka semakin berkembang juga pola tangkap dan daya pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh juga akan semakin membaik dan bertambah (Budiman Riyanto 2013)

2.3.4 Gejala dan tanda mayor 1.) Subjektif diantaranya:

a) Menanyakan masalah yang dihadapi 2.) objektif diantaranya :

a) Memnunjuka perilaku yang tidak sesuai anjuran b) Menunjukan presepsi yang keliru terhadap masalah 2.3.5 Gejala dan tanda Minor

1.) Subjektif (tidak tersedia) 2.) Objektif

(47)

a.) Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat

b.) Menunjukan perilaku berlebihan misalnya: apatis

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan 2.4.1 Pengkajian Keluarga

Pengkajian adalah yang dilakukan pada Asuhan Keperawatan pada pasien hipertensi antara lain :

1.Data umum :

a). Meliputi nama kepala keluarga, alamat, pekerjaan dan status imunisasi masing-masing keluarga serta genogram

b). Tipe keluarga c). suku bangsa d).Agama

e) status sosial ekonomi keluarga f) Aktifitas rekreasi keluarga.

2. Riwayat dan Tahap perkembangan keluarga a) tahap perkemmbangan pada tahap ini b) Tahap keluarga yang belum dipenuhi.

c) Riwayat keluarga inti.

3.Pengkajian lingkungan a) karakteristik rumah b) karakteristik tetangga c) mobilitas geografis keluarga.

d) perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.

(48)

e) sistempendukung keluarga.

4. Stuktur Keluarga a) pola komunikasi

b) stuktur kekuatan keluarga c) stuktur peran

d) nilai atau norma keluarga 5. Fungsi Keluarga

a) fungsi afektif b) fungsi sosialisasi c) fungsi repodruksi d) fungsi ekonomi

e) fungsi perawatan kesehatan 1. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik klinik head to toe, untuk pemeriksaan hipertensi adalah sebagai berikut :

1) Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan dan tanda-tanda vital. .

2) Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, apakah ada pembesaran pada leher, kondisi mata, hidung, mulut, dan apakah ada kelainan pada pendengaran. Biasanya pada Retinopati Diabetik ditemui berat badan

(49)

3) System musculoskeletal

Pada penderita hipertensi jika tekanan darah meningkat biasanya akan terjadinya nyeri kepala bagian belakang menjalar kebahu dan leher.

2. Perumusan Masalah : Perumusan masalah dilakukan dengan menggunakan data yang diperoleh dari pengkajian keluarga.

Struktur diagnosis keperawatan Keluarga terdiri dari masalah (problem), penyebab (etiologi) dan atau tanda atau gejala. Masalah adalah suatu pernyataan tidak terpenuhi kebutuhan dasar manusia yang dialami keluarga atau anggota keluarga. Penyebab adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu pada lima tugas keluarga yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan yang tepat, merawat anggota keluarga, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Tanda dan gejala adalah sekumpulan data objektif dan subjektif yang diperoleh oleh perawat dari keluarga yang mendukung masalah dan penyebab. Diagnosis keperawatan keluarga merupakan respons keluarga terhadap masalah kesehatan yang dialami, baik actual, risiko maupun potensial, yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan secara mandiri maupun kolektif yang terdiri dari masalah, etiologi, serta tanda dan gejala (PES). Diagnosis keperawatan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu diagnosis keperwatan actual, risiko atau risiko tinggi, dan potensial atau wellness.

1) Diagnosis actual, menunjukan keadaan yang nyata dan sudah terjadi pada saat pengkajian di keluarga.

(50)

2) Risiko atau risiko tinggi. Merupakan maslah yang belum terjadi pada pengkajian. Namun dapat menjadi masalah actual bila tidak diulakukan pencegahan dengan cepat.

3) Potensial atau Wellness. Merupakan proses pencapaian tingkat fungsi yang lebih tinggi. Potensial juga merupakan suatu keadaan sejahtera dari keluarga yang sudah mampu memenuhi kebutuhan kesehatan dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan. Diagnosis Potensial dapat dirumuskan tanpa disertai etiologi.

3. Penetapan Prioritas Masalah

Dalam suatu keluarga, perawat dapat menemukan masalah lebih dari satu diagnosis keperawatan keluarga. Oleh karena itu perawat perlu menentukan prioritas terhadap diagnosis keperawatan keluarga yang ada dengan menggunakan skala prioritas asuhan keperawatan keluarga (Bailon dan Maglaya, 1978). Proritas masalah adalah penentuan prioritas urutan masalah dalam merencanakan penyelesaian maslah keperawatan melalui perhitungan skor. Skala ini memiliki empat kriteria, masing – masing kriteria memiliki skor dan bobot yang berbeda disertai dengan pembenaran atau alasan penentuan skala tersebut.

1) Kritera pertama : sifat masalah dengan skala actual (skor 3), risiko (skor 2), dan wellness (skore 1) dengan bobot 1, pembenaran sesuai dengan masalah yang sudah terjadi, akan terjadi atau kearah pencapaian tingkat fungsi yang lebih tinggi.

2) Kriteria kedua : Kemungkinan masalah dapat di ubah dengan skala

(51)

mudah (skor 2), sebagian (skor 1), dan tidak dapat (skor 0) dengan bobot 2. Pembenaran di tunjang dengan data pengetahuan (pengetahuan klien atau keluarga, teknologi, dan tindakan untuk (menangani masalah yang ada), sumberdaya keluarga (dalam bentuk fisik, keuangan, dan tenaga) sumber daya perawat (pengetahuan, ketrampilan, dan waktu), dan sumber daya masyarakat (dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyrakat dan sokongan masyarakat).

3) Kriteria ketiga : Potensial masalah untuk dicegah dengan skala skor tinggi (skor 3) cukup (skor 2), dan rendah (skor 1) dengan bobot 1.

Pembenaran di tunjang dengan data kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah. Lamanya masalah (waktu masalah itu ada), tindakan yang sedang dijalankan(tindakan yang tepat dalam memperbaiki masalah), dan adanya kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah.

4) Kriteria keempat : Menonjolnya masalah dengan skala segera (skor 2), tidak perlu segera (skor 1), dan tidak dirasakan (skor 0) dengan bobot 1. Pembenaran ditunjang dengan data persepsi kelurga dalam melihat masalah yang ada, Untuk lebih jelasnya skala dalam menentukan prioritas dapat dilihat dalam table.

N O KRITERIA SKOR BOBOT PEMBENARAN

1 Sifat masalah Skala:

Aktual Risiko

Potensial/wellness

3 2 1

1 2 Kemungkinan masalah dapat

diubah. Skala: Mudah Sebagian

Tidak dapat

2 1

2

(52)

0 3 Potensi masalah untuk

dicegah. Skala: Tinggi Cukup

Rendah

3 2

1 1

4 Menonjolnya masalah Skala: Segera

Tidak perlu segera Tidak diraskan

2 1 0

1

Tabel 2.2 Skala Untuk Menentukan Prioritas Asuhan Keperawatan Keluarga

Setelah kita mampu menentukan skor dari tiap kriteria kemudian kita lakukan perhitungan menggunakan rumus berikut untuk menetapkan nilai masalah. Skor dibagi angka tertinggi di kali bobot, jumlahkan skornya. skor tertinggi merupakan prioritas diagnosis yang akan kita tanggulangi lebih dahulu.

2.4.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

Berikut adalah diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan hipertensi (Nurarif ,2015 dan Tim pokja SDKI DPP PPNI 2017) : 2.4.2.1 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi

terkait dengan penyakit hipertensi:

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat pengetahuan meningkat.

(53)

1. Kriteria hasil : Tingkat pengetahuan (L.12111) a. Perilaku sesuai anjuran meningkat

b. Kemampuan menjelaskan tentang penyakit hipertensi meningkat c. Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya tentang

penyakit hipertensi meningkat

d. Perilaku sesuai dengan pengetahuan hipertensi meningkat 2.Rencana tindakan : edukai proses penyakit (I.12444)

a).Observasi

1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi b) Terapeutik

1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan 2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan 3) Berikan kesempatan untuk bertanya

c) Edukasi

Jelaskan penyebab dan faktor resiko penyakit

1) menjelaskan proses patofisiologi munculnya penyakit

2) menjelaskan tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh penyakit 3) menjelaskan kemungkinan terjadinya komplikasi

4) mengajarkan cara meredakan atau mengatasi gejala yang dirasakan 2.4.2.2Nyeri akut ( D.0077 )

Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

(54)

Penyebab :

1) Agen pencedera fisiologis ( mis : inflamasi, iskemia, neoplasma).

Batasan Karakteristik : Kriteria Mayor :

a) Subjektif : mengeluh nyeri.

b) Objektif : tampak meringis, bersikap protektif (mis : waspada, posisi menghindar nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur.

Kriteria Minor :

a) Subjektif : tidak ada

b) Objektif : tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafus makan berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaforesis.

Kondisi Klinis Terkait : a) Kondisi pembedahan b) Cedera traumatis c) Infeksi

d) Sindrom koroner akut e) Glaukoma

a. Ansietas ( D.0080)

Definisi : kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.

Penyebab : kurang terpapar informasi.

(55)

Batasan Karakteristik : Kriteria Mayor :

1) Subjektif : merasa bingung , merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi , sulit berkonsentrasi.

2) Objektif : tampak gelisah , tampak tegang , sulit tidur . Kriteria Minor :

1) Subjektif : mengeluh pusing, Anoreksia , palpitasi ,merasa tidak berdaya.

2) Objektif : freuensi nafas meningkat, frekuensi nadi meningkat, tekanan darah meningkat , diaphoresis, tremor, muka tampak pucat, suara bergetar, kontak mata buruk, sering

berkemih, berorrientasi pada masa lalu.

Kondisi Klinis Terkait :

1) Penyakit kronis progresif (mis. Kanker, penyakit autoimun) 2) Penyakit akut

3) Hospitalisasi 4) Rencana operasi

5) Kondisi diagnosis penyakit belum jelas 6) Penyakit neurologis

7) Tahap tumbuh kembang

b. Resiko Penurunan curah Jantung ( D.00 11)

Definisi : Beresiko mengalami pemompaan jantung yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolism tubuh.

Factor Risiko : Perubahan afterload

(56)

Kondisi Klinis Terkait : 1) Gagal jantung kongesif 2) Sindrom koroner akut

3) Gangguan katup jantung (stenosis/regurgitasi aorta, pulmonalis, trikupidalis, atau mitralis )

4) Atrial/ventricular septal defect 5) Aritmia

2.4.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Sedangkan tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan.

Tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi (PPNI, 2018)

Menurut Nurarif & Kusuma (2015) dan Tim pokja SDKI PPNI (2017) 2

2.4.3.1 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi terkait dengan penyakit hipertensi.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat pengetahuan meningkat.

1. Kriteria hasil : Tingkat pengetahuan (L.12111) a).Perilaku sesuai anjuran meningkat

b).Kemampuan menjelaskan tentang penyakit hipertensi meningkat

(57)

c).Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya tentang penyakit hipertensi meningkat

d).Perilaku sesuai dengan pengetahuan hipertensi meningkat 2. .Rencana tindakan : edukai proses penyakit (I.12444) A.Observasi

1.Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi B.Terapeutik

1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan 2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan 3) Berikan kesempatan untuk bertanya

C. Edukasi

1) Jelaskan penhebab dan faktor resiko penyakit 2) Jelaskan proses patofisiologi munculnya penyakit

3) Jelaskan tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh penyakit 4) Jelaskan kemungkinan terjadinya komplikasi

5) Ajarkan cara meredakan atau mengatasi gejala yang dirasakan

a. Resiko penurunan curah jantung d.d perubahan afterload

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan curah jantung meningkat

Kriteria hasil : curah jantung ( L.02008) 1) Tanda vital dalam rentang normal 2) Nadi teraba kuat

(58)

3) Pasien tidak mengeluh lelah

Rencana tindakan : (Perawatan jantung I.02075)

1) Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (mis:

dispnea, kelelahan, edema,ortopnea, paroxymal nocturnal dyspnea, peningkatan CVP)

2) Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung ( mis:

peningkatan berat badan, hepatomegali,distensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)

3) Monitor tekanan darah

4) Monitor intake dan output cairan 5) Monitor keluhan nyeri dada 6) Berikan diet jantung yang sesuai

7) Berikan terapi terapi relaksasi untuk mengurangi strees, jika perlu 8) Anjurkan beraktifitas fisik sesuai toleransi

9) Anjurkan berakitifitas fisik secara bertahap 10) Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu b. Risiko jatuh d.d gangguan penglihatan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat jatuh menurun.

Kriteria Hasil : Tingkat jatuh (L.14138) 1) Risiko jatuh dari tempat tidur menurun 2) Risiko jatuh saat berjalan menurun 3) Risiko jatuh saat berdiri menurun

(59)

2.4.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi (Wartonah, 2015).

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017).

2.4.5 Jenis Implementasi Keperawatan

Dalam pelaksanaannya terdapat tiga jenis implementasi keperawatan, yaitu:

a.) Independent Implementations adalah implementasi yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu pasien dalam mengatasi masalahnya sesuai dengan kebutuhan, misalnya: membantu dalam memenuhi activity daily living (ADL), memberikan perawatan diri, mengatur posisi tidur, menciptakan lingkungan yang terapeutik, memberikan dorongan motivasi, pemenuhan kebutuhan psiko-sosio- kultural, dan lain-lain.

b.) Interdependen/Collaborative Implementations Adalah tindakan keperawatan atas dasar kerjasama sesama tim keperawatan atau dengan

(60)

tim kesehatan lainnya, seperti dokter. Contohnya dalam hal 47 pemberian obat oral, obat injeksi, infus, kateter urin, naso gastric tube (NGT), dan lain-lain

c.) Dependent Implementations Adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain, seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog dan sebagainya, misalnya dalam hal: pemberian nutrisi pada pasien sesuai dengan diit yang telah dibuat oleh ahli gizi, latihan fisik (mobilisasi fisik) sesuai dengan anjuran dari bagian fisioterapi.

2.4.6 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah proses keberhasilan tindakan keperawatan yang membandingkan antara proses dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan menilai efektif tidaknya dari proses keperawatan yang dilaksanakan serta hasil dari penilaian keperawatan tersebut digunakan untuk bahan perencanaan selanjutnya apabila masalah belum teratasi.

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan guna tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien (Dinarti &Muryanti, 2017) Menurut (Asmadi, 2008) terdapat 2 jenis evaluasi :

a.) Evaluasi formatif (proses) Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan 48 dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanaan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi empat

Referensi

Dokumen terkait

Diagnosa keperawatan penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung, intervensi tujuannya yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

Sedangkan pada tinjauan kasus, penulis mendapatkan 5 diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan diagnose medis Pneumonia yaitu Ketidakefektifan bersihan jalan

4.3.3 Intervensi pada diagnosa keperawatan defisit pengetahuan tentang CVA Infark berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang CVA Infark dilakukan selama 3

4.4.1 Pada diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis, semua intervensi keperawatan telah dilakukan selama 3 hari meliputi tindakan

Pada pelaksanaan tindakan keperawatan telah dilaksanakan dengan rencana yang telah di tetapkan oleh penulis. Pada diagnosa Nyeri kronis b.d kondisi musculoskeletal kronis

Intervensi yang dilakukan untuk Tn.A menurut SIKI PPNI,2018 yaitu sebagai berikut : 4.3.1 Diagnosa 1 Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis yaitu dengan

S ini mengalami penurunan berat badan dan tidak nafsu makan sehingga memunculkan diagnosa Defisit Nutrisi yang berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal

1) Evaluasi terhadap diagnosa keperawatan Nyeri Kronis berhubungan dengan gangguan metabolisme pada tanggal 24 Februari 2021 didapatkan data subjektif yaitu klien