• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. E DENGAN NYERI KRONIS PADA DIAGNOSA MEDIS GASTRITIS DI DESA KAMBINGAN REJO GRATI KABUPATEN PASURUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. E DENGAN NYERI KRONIS PADA DIAGNOSA MEDIS GASTRITIS DI DESA KAMBINGAN REJO GRATI KABUPATEN PASURUAN"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

KRONIS PADA DIAGNOSA MEDIS GASTRITIS DI DESA KAMBINGAN REJO GRATI

KABUPATEN PASURUAN

OLEH

CANDRA SETIAWAN NIM 1801056

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KERTA

CENDEKIA SIDOARJO

(2)

ii

2021

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. E DENGAN NYERI KRONIS PADA DIAGNOSA MEDIS GASTRITIS

DI DESA KAMBINGAN REJO GRATI KABUPATEN PASURUAN

Sebagai Prasyarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) Di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo

LEMBAR JUDUL

OLEH

CANDRA SETIAWAN NIM 1801056

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KERTA

CENDEKIA SIDOARJO

2021

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi MOTTO

“ TERKADANG KITA LEBIH MEMIKIRKAN APA YANG KITA INGINKAN DARI PADA YANG KITA BUTUHKAN”

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil’alamin saya ucapkan kepada Allah SWT. Karna atas rahmat dan ijinnya tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

Tugas akhir ini saya persembahkan kepada :

Untuk Ayah dan kakak saya ucapkan banyak terima kasih karena selama ini telah memberi dukungan do’a dan semangat. Semoga Allah SWT. Memberi saya kesempatan untuk membahagiakan kalian kelak.

Untuk Bapak dan Ibu dosen, Terutama untuk ibu Agus Sulistyowati, S.Kep, M.Kes, ibu Ida Zuhroidah, S.Kep. Ns., M.Kes, dan ibu Evy Aristawati, S.Kep. Ns., M.Kep. Terima kasih saya ucapkan atas ilmu, bimbingan dan pelajaran hidup yang telah diberikan kepada saya, tanpa bapak dan ibu dosen semua ini tidak akan berarti.

Untuk teman seperjuangan saya yang tidak dapat disebutkan satu persatu saya ucapkan terima kasih atas kebersamaan selama ini, ada suka dan duka yang kita lewati tetapi tanpa semua itu untuk pendewasaan kita masing-masing.

Semoga kita dapat meraih kesuksesan sesuai yang harapan kita. Aamiin.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdullilah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-nya, sehinggga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “ Asuhan Keperawatan pada Ny. E Dengan Nyeri Kronis pada Diagnosa Medis Gastritis di Desa Kambinngan rejo Grati Kabupaten Pasuruan.” ini dengan tepat waktu sebagai persyaratan akademik dalam menyelesaikan Program studi DIII Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak, untuk itu saya mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Untuk orang tua saya Bapak saya Nawawi dan Alm. Ibu saya Mulyati serta ibu Warsini, kakak saya Nurizki Zahiya dan Mustakim yang telah memberikan dukugan dan motivasi dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini dari awal hingga akhir.

3. Ibu Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes Dosen pembimbing 1 serta selaku direktur Program DIII Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo yang selalu memberikan bimbingan dan nasehat kepada saya selama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Ibu Ida Zuhroidah, S.Kep. Ns., M.KesSelaku Dosen pembimbing 2 yang selalu bijaksana memberikan bimbingan, mencurahkan perhatian, doa, dan nasehat serta yang selalu meluangkan waktunya untuk membantu penulis menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Ibu Evy Aristawati, S.Kep. Ns., M.Kep Selaku Dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan, memberikan motivasi, nasehat serta waktunya selama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Tidak lupa sahabat sahabat saya serta Resti Avi Dimayanti pacar saya yang telah mendukung untuk terselesaikannya karya tulis ilmiah ini tepat waktu,

(9)

ix

teman-teman seperjuangan yang telah menemani selama saya menempuh pendidikan di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

7. Pihak pihak yang turut berjasa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis sadar bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum mencapai kesempurnaan, sebagai bekal perbaikan, penulis akan berterimakasih apabila para pembaca berkenan memberikan masukan, baik dalam bentuk kritikan maupun saran demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi keperawatan.

.

Pasuruan, 24 Mei 2021 Yang menyatakan

Candra Setiawan Nim. 1801056

(10)

x DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN ... i

LEMBAR JUDUL ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...xv

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat ... 4

1.5 Metode Penelitian... 4

1.5.1 Metode ... 4

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data ... 5

1.5.3 Sumber Data ... 5

1.5.4 Studi Kepustakaan ... 5

1.6 Sistematika Penulisan ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...7

2.1 Konsep Gastritis ... 7

2.1.1 Definisi Gastritis ... 7

2.1.2 Anatomi Lambung... 8

2.1.3 Etiologi ... 10

2.1.4 Klasifikasi ... 11

2.1.5 Manifestasi Klinis ... 12

2.1.6 Patofisiologi ... 12

(11)

xi

2.1.7 Komplikasi ... 13

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang ... 14

2.1.9 Penatalaksanaan ... 14

2.1.10 Pathway ... 16

2.2 Konsep Keluarga ... 17

2.2.1 Definisi Keluarga ... 17

2.2.2 Tipe Keluarga ... 17

2.2.3 Fungsi Keluarga ... 19

2.2.4 Ciri ciri Keluarga ... 19

2.2.5 Tahap dan Perkembangan Keluarga ... 20

2.3 Konsep Masalah Keperawatan ... 27

2.3.1 Definisi ... 27

2.3.2 Penyebab ... 27

2.3.3 Tanda dan Gejala ... 27

2.3.4 Pengkajian Nyeri ... 28

2.4 Asuhan Keperawatan... 31

2.4.1 Pengkajian ... 31

2.4.2 Analisa Data ... 38

2.4.3 Diagnosa keperawatan ... 39

2.4.4 Intervensi Keperawatan ... 43

2.4.5 Implementasi Keperawatan ... 49

2.4.6 Evaluasi Keperawatan ... 49

2.5 Kerangka Masalah ... 50

BAB 3 TINJAUAN KASUS ...51

3.1 Data Umum ... 51

3.2 Analisa data ... 59

3.3 Daftar diagnosa keperawatan ... 60

3.4 Intervensi keperawatan ... 62

3.5 Implementasi keperawatan ... 64

3.6 Evaluasi Keperawatan ... 68

BAB 4 PEMBAHASAN ...73

4.1 Pengkajian ... 73

4.2 Diagnosa Keperawatan ... 75

4.3 Intervensi/Rencana Tindakan Keperawatan ... 77

4.4 Implementasi/Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ... 78

4.5 Evaluasi Keperawatan ... 79

(12)

xii

BAB 5 PENUTUUP ...82

5.1 Kesimpulan ... 82

5.2 Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ...84

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Tabel Halaman

Gambar 2. 1 Anatomi dan Fisiologi Lambung ... 8

Gambar 2. 2 Pathway Gastritis (Kusuma, 2015) ... 16

Gambar 2. 3 Skala Nyeri wajah ... 30

Gambar 2. 4 Skala Nyeri Angka ... 30

Gambar 2. 5 Edema Pada Gaster ... 38

Gambar 2. 6 Kerangka Masalah ... 50

(14)

xiv DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Tabel Halaman

Tabel 2. 1 Pemeriksaan Darah Rutin ... 37

Tabel 2. 2 Intervensi Keperawatan pada Pasien Gastritis ... 43

Tabel 3. 1 Komposisi keluarga ... 51

Tabel 3. 2 Pemeriksaan fisik Ny. E dan sekeluarga ... 43

Tabel 3. 3 Analisa data Ny. E dengan diagnosa medis Gastritis di desa Kambingan Rejo ... 59

Tabel 3. 4 Daftar Diagnosa Ny. E dengan Dagnosa Medis Gastritis di Desa Kambingan Rejo ... 43

Tabel 3. 5 Skoring Nyeri Kronis Berhubungan dengan Gangguan Metabolisme ... 61

Tabel 3. 6 Skoring Defisit Pengetahuan Berhubungan dengan Kurang Terpapar Informasi ... 61

Tabel 3. 7 Rencana tindakan Keperawatan pada Ny. E dengan Diagnosa Medis Gastritis di desa Kambingan Rejo ... 62

Tabel 3. 8 Implementasi Keperawatan pada Ny. E dengan Diagnosa Medis Gastritis ... 64

Tabel 3. 9 Evaluasi Keperawatan pada Ny. E dengan Diagnosa Medis Gastritis... 68

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Lampiran Halaman

Lampiran 1. Surat Pengantar Studi Penelitian ... 86

Lampiran 2. Persetujuan Menjadi Responden (Informed Concent) ... 87

Lampiran 3. Lembar Satuan Acara Penyuluhan …... ... 88

Lampiran 4. Lembar Leaflet …... ... 92

Lampiran 5. Lembar Konsultasi Bimbingan (Pembimbing 1) ... 94

Lampiran 6. Lembar Konsultasi Bimbingan (Pembimbing 2)…... 96

(16)

1 1.1 Latar Belakang

Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik. Pada dinding lambung atau lapisan mukosa lambung ini terdapat kelenjar yang menghasilkan asam lambung dan enzim pencernaan yang bernama pepsin. Lambung bisa mengalami kerusakan jika sering kosong, karena lambung akan meremas hingga dinding lambung lecet dan luka, dengan adanya luka tersebut mengalami proses inflamasi. Untuk melindungi lapisan mukosa lambung dari kerusakan yang diakibatkan asam lambung, dinding lambung dilapisi oleh lendir (mukus) yang tebal. Apabila mukus tersebut rusak, dinding lambung rentan mengalami peradangan. Gastritis biasa terjadi, dapat disebabkan bermacam- macam faktor. Tipe paling umum dari gastritis adalah gastritis akut yang biasanya bersifat benigna dan dapat sembuh sendiri terkait dengan ingesti iritan lambung.

Gastritis kronis adalah sekelompok penyakit terpisah yang dicirikan dengan perubahan yang bersifat progresif dan ireversibel pada mukosa lambung (Putri, 2013).

Di Indonesia angka kejadian gastritis cukup tinggi dengan angka kejadian 274,396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk. Berdasarkan profil kesehatan indonesia tahun 2018, gastritis merupakan salah satu penyakit dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di indonesia dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%). Penelitian yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan RI (2018) angka kejadian gastritis di beberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai 81,6% yaitu di kota Medan, di beberapa kota lainnya seperti Surabaya

(17)

31,2%, Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,5%, Aceh 31,7% dan Pontianak 32,2% (Kemenkes RI, 2018). Pelayanan kesehatan pada penyakit gastritis di tingkat keluarga dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Asuhan keperawatan yang di berikan kepada keluarga meliputi pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi keperawatan yang bertujuan agar pelayanan kesehatan yang dilaksanakan bisa efektif dan komprehensif. Semua pelayanan itu diterapkan pada semua tatanan Puskesmas (Irianto, 2014).

Fungsi keluarga juga berperan dalam menangani pasien dengan gastritis meliputi 5 tugas keluarga yang harus dilakukan seluruh anggota keluarga yaitu tepat bagi keluarga yang harus dilaksanakan seluruh anggota keluarga yaitu tepat bagi keluarga yang mengalami gastritis, memberikan perawatan pada keluarga yang gastritis dengan membatasi diet dan olahraga serta minum obat teratur, memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga dan menggunakan pelayanan kesehatan yang ada jika ada kekambuhan pada keluarga yang gastritis (Friedman, 2018).

Untuk mencegah penderita gastritis agar tidak semakin bertambah maka perlu dilakukan dengan cara klien banyak istirahat, menjaga pola makan, menjaga pola hidup sehat, menghindari mengkonsumsi makanan pedas, makanan terlalu asam, dan menghindari mengkonsumsi minumanan yang mengandung alkohol/bersoda, jangan minum teh ataupun kopi. Partisipasi keluarga sangan membantu dalam upaya memperoleh derajat kesehatan yang optimal dan juga membantu proses kesembuhan pasien gastritis. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik melakukan studi kasus keperawatan dalam bentuk Karya

(18)

Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan keperawatan pada pasien gastritis dengan masalah keperawatan Nyeri Kronis di Desa Kambingan rejo Grati Kabupaten Pasuruan”.

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka penulis akan melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan keperawatan pada pasien gastritis dengan membuat rumusan masalah sebagai berikut

“Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pasien Gastritis dengan Masalah Keperawatan Nyeri Kronis”

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Mahasiswa mampu mengidentifikasi asuhan keperawatan keluarga pada pasien gastritis di Desa Kambingan rejo Grati Kabupaten Pasuruan.

1.3.2 Tujuan umum

1.3.2.1 Melakukan pengkajian pada klien dengan masalah gastritis

1.3.2.2 Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan masalah gastritis.

1.3.2.3 Merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah gastritis.

1.3.2.4 Melaksanakan implementasi asuhan keperawatan pada klien dengan masalah gastritis.

1.3.2.5 Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah gastritis.

(19)

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat akademis

Hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam hal Asuhan Keperawatan Gastritis.

1.4.2 Manfaat secara praktis 1.4.2.1 Tenaga keperawatan

Sebagai acuan dan referensi bagi pelayanan kesehatan agar dapat melakukan asuhan keperawatan dengan kasus Gastritis dengan baik.

1.4.2.2 Bagi institusi akademik

Digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan datang.

1.4.2.3 Bagi pembaca

Sebagai sumber informasi bagi pembaca tentang penyakit dan cara perawatan klien dengan Nyeri akut akibat Gastritis.

1.5 Metode Penelitian 1.5.1 Metode

Metode yang digunakan oleh penulis dalam menyusun proposal ini adalah metode deskritif. Metode deskritif adalah suatu metode yang mempelajari, menganalisa dan menarik kesimpulan dari pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga dan membandingkan dengan hasil studi keperpustakaan.

(20)

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data 1.5.2.1 Wawancara

Data diambil atau diperoleh melalui percakapan baik dengan klien, keluarga maupun tim kesehatan lainnya.

1.5.2.2 Observasi

Data yang diambil melalui pengamatan kepada klien.

1.5.2.3 Pemeriksaan

Meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat menunjang menegakkan diagnosa dan penanganan selanjutnya.

1.5.3 Sumber Data 1.5.3.1 Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh oleh klien.

1.5.3.2 Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh oleh keluarga atau orang terdekat klien, catatan medis perawat, hasil pemeriksaan dan hasil

tes kesehatan yang lain.

1.5.4 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan judul studi kasus dan masalah yang dibahas.

1.6 Sistematika Penulisan

Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami studi kasus ini, secara keseluruhan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :

(21)

1.6.1 Bagian Awal

Memuat halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan, kata pengantar, daftar isi.

1.6.2 Bagian Inti

Bagian ini terdiri dari 5 bab, yang masing masing bab terdiri dari subbab berikut ini :

1.6.2.1 Bab 1 : Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, tujuan, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan studi kasus.

1.6.2.2 Bab 2 : Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis dan asuhan keperawatn klien dengan diagnosa Gastritis, serta kerangka masalah.

1.6.2.3 Bab 3 : Tinjauan kasus berisi tentang deskripsi data hasil pengkajian, diagnosa, perenanaan, pelaksanaan, evaluasi.

1.6.2.4 Bab 4 : Pembahasan berisi tentang perbandingan antara teori dengan kenyataan yang ada dilapangan.

1.6.2.5 Bab 5 : Penutup, berisi tentang simpulan dan saran.

1.6.3 Bagian Akhir, terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.

(22)

7

Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep dan asuhan keperawatan pada pasien Gastritis. Konsep dasar penyakit akan diuraikan definisi, etiologi, dan cara penanganan secara medis. Asuhan keperawatan akan diuraikan masalah – masalah yang akan muncul pada penyakit Gastritis dengan melakukan asuhan keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

2.1 Konsep Gastritis 2.1.1 Definisi Gastritis

Gastritis merupakan gangguan kesehatan terkait proses pencernaan terutama lambung. Lambung bisa mengalami kerusakan jika sering kosong, karena lambung akan meremas hingga dinding lambung lecet dan luka, dengan adanya luka tersebut mengalami proses inflamasi yang disebut gastritis (Suyoto, 2016). Kejadian penyakit gastritis disebabkan karena pola makan yang tidak sehat seperti mengkonsumsi alkohol, pola makan yang tidak teratur, merokok, konsumsi kopi, konsumsi obat penghilang nyeri, stres fisik, stres psikologis. Gejala yang timbul pada pasien gastritis adalah rasa tidak enak pada perut, perut kembung, sakit kepala, mual dan lidah berlapis (Wahyudi, et al, 2018). Apabila dibiarkan tidak terawat akan menyebabkan pendarahan pada lambung, serta dapat juga menyebabkan kanker lambung terutama apabila lambung sudah mulai menipis ada perubahan sel-sel pada dinding lambung. Gastritis ini dapat diatasi dengan dan di cegah kekambuhannya dengan makan dengan jumlah yang kecil sedikit tapi sering, minum air putih untuk menetralkan asam lambung yang tinggi, dan mengkonsumsi buah dan sayuran untuk memperlancar saluran pencernaan (Estefany, 2019).

(23)

2.1.2 Anatomi Lambung 2.1.2.1 Anatomi lambung

Lambung terletak dibagian superior kiri rongga abdomen. Posisi organ ini agak miring/menyilang dari kiri ke kanan di bawah diafragma, berbentuk tabung seperti huruf “J” dengan kapasitas normal dua liter. Secara anatomis, lambung terdiri dari fundus, korpus, antrium pilorikum (Pylorus), kurvatura mayor, spinker cardia (mengalirkan makanan masuk ke lambung) dan mencegah refluker pylorus (mencegah aliran balik isi duodenum ke lambung).

Gambar 2. 1 Anatomi dan Fisiologi Lambung

Struktur lambung memiliki beberapa lapisan. Susunan lapisan dari dalam keluar, terdiri dari :

1) Tunika serosa (luar), merupakan bagian dari peritoneum viseralis.

(24)

2) Tunika mukosa, terdiri dari tiga lapisan otot polos yaitu lapisan longitudinal (bagian luar). Lapisan yang beragam ini memungkinkan makanan dipecah menjadi partikel yang lebih kecil disamping mengaduk, mencampur dan mengalirkan makanan masuk ke duodenum.

3) Submukosa, merupakan lapisan yang menghubungkan mukosa (selaput lendir) dengan lapisan nukalaris serta mengandung jaringan areolar longgar, fleksus saraf, pembuluh darah, dan saluran limfe.

4) Mukosa (lapisan dalam), terdiri dari rugae (dinding organ yang berlipat-lipat) sehingga lambung dapat berdistensi (mengembung). Di dalam mukosa ini terdapat tiga kelenjar, yaitu:

(1) Kelenjar kardia yaitu berfungsi untuk mensekresi mucus (lendir yang dihasilkan mukosa).

(2) Kelenjar fundus yang memiliki sel utama, yaitu sel zimogenik (sel kepala untuk mensekresi pepsinogen menjadi pepsin), sel parietal (mensekresi HCL dan faktor intrinsik), dam sel leher mukosa (mensekresi barier mucus dan melindungi lapisan lambunng terhadap kerusakan oleh HCL atau autodigesti).

(3) Kelenjar gastric yang mengandung sel G dan terdapat di daerah pylorus. Sel G memproduksi HCL, pepsinogen dan subtansi lain, serta mengekskresikan enzim dan elektrolit (ion Na, kalium, dan klorida)

2.1.2.2 Fisiologi

1) Menampung makanan, menghaluskan makanan dengan gerakan peristaltik lambung dan getah lambung, serta mengosongkan lambung. Fungsi dari menampung organ ini dipengaruhi oleh nervus vagus dan di rangsang oleh gastrin. Gerakan peristaltic diatur oleh konduktivitas listrik intrinsic, sedangkan

(25)

pengosongan lambung dipengaruhi oleh faktor saraf dan hormonal (choleystoknin).

2) Menghasilkan getah cerna lambung yang mengandung pepsin (berfungsi memecah albumin dan pepton menjadi asam amino) serta HCL (yang berfungsi mengasamkan makanan, zat anti septik, dan desinfektan, dan mengubah pepsinogen menjadi pepsin, serta merangsang pengeluaran empedu di usus dan mengatur katup spinker pulorus).

3) Memproduksi renin.

4) Mensintesis dan mensekresi gastrin. Gastrin berperan penting dalam merangsang sekresia asam dan pepsin, faktor intrinsik yang membantu absorbsi vitamin B12, enzim pancreas, peningkatan aliran darah, serta menghambat pengosongan lambung sebelum masuk ke duodenum.

5) Mensekresi bikarbonat yang bersama mucus, melindungi dinding lambung terhadap autodigesti oleh pepsin dan asam lambung.

Derajat kontraksi pylorus dapat di hambat/di tingkatkan olehpengaruh sinyal saraf dan hormonal dari lambung dan duodenum. Hormon yang berpengaruh pada peristaltik adalah gastrin dan cholesistokinin kinase (Ardiansyah, 2012).

2.1.3 Etiologi

1) Gastritis akut disebabkan oleh faktor interna maupun faktor eksternal (Selfiana, 2015). Sebagai berikut :

(1) Faktor dari luar : Makanan, diet yang salah, makanan yang berbumbu yang dapat merusak mukosa lambung, seperti rempah-rempah, alkohol, kopi, stres, bahan alkali yang kuat (soda).

(26)

(2) Faktor dari dalam : Toxin, bakteri yang beredar dalam darah misal morbili difteri, variola. Infeksi langsung pada dinding lambung.

2) Gastritis kronis disebabkan oleh benigna atau maglina dari lambung atau oleh bakteri Helicobacter pylori (H.pylory).

(1) Tipe A (gastritis autoimun) seperti anemia.

(2) Tipe B (gastritis H. Pylori) : Faktor diet minum panas, pedas, alkohol, merokok, refluk isi usus kedalam lambung.

2.1.4 Klasifikasi

Menurut jenisnya gastritis dibagi menjadi 2, yaitu : 1) Gastritis akut

Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar merupakan penyakit ringan dan sembuh sempurna. Salah satu bentuk gastritis yang manifestasi klinisnya adalah :

(1) Gastritis akut erosive, disebut erosive apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam dari pada mukosa muscolaris (otot otot pelapisan lambung.

(2) Gastritis akut hemoragic, disebut hemoragic karena pada penyakit ini akan di jumpai perdarahan mukosa lambung yang menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai inflamasi pada mukosa lambung tersebut.

2) Gastritis kronis

Gastritis kronis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat menahun. Gastritis kronis diklasifikasikan dengan tiga perbedaan yaitu : (1) Gastritis superficial, dengan manifestasi kemerahan, edema, serta perdarahan

(27)

dan erosi mukosa.

(2) Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi diseluruh lapisan mukosa pada perkembangannya dihubungkan dengan ulkus dan kanker lambung, serta anemia pernisiosa. Hal ini merupakan karakteristik dari penurunan jumlah sel parietal dan sel chief.

(3) Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodul nodul pada mukosa lambung yang bersifat ireguler, tipis, dan hemoragik.

2.1.5 Manifestasi Klinis

Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala gastritis antara lain : 1) Nyeri yang menggerogoti dan panas di dalam lambung.

2) Hilang nafsu makan

3) Cepat merasa kenyang saat makan 4) Perut kembung

5) Cegukan 6) Mual, muntah 7) Sakit perut

8) Gangguan saluran cerna 9) Nyeri epigastrium 2.1.6 Patofisiologi

Obat – obatan, alkohol, garam empedu atau enzim enzim pancreas dapat merusak mukosa lambung (gastritis erosive) mengganggu pertahanan mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali asam dan pepsin kedalam jaringan lambung, hal ini menimbulkan peradangan. Respons mukosa lambung terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut adalah dengan regenerasi mukosa, karena itu

(28)

gangguan gangguan tersebut seringkali menghilang dengan sendirinya.

Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dapat terjadi perdarahan. Masuknya zat-zat seperti asam dan basa yang bersifat korosif mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding lambung (gastritis korosif). Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya perdarahan dan peritonitis.

Gastritis kronis dapat menimbulkan keadaan dengan atropi kelenjar kelenjar lambung dan keadaan mukosa terdapat bercak bercak penebalan berwarna abu-abu atau abu kehijauan (gastritis atopik). Hilangnya mukosa lambung akhirnya akan berakibat berkurangnya sekresi lambung dan timbulnya anemia pernisiosa. Gastritis atopik dapat juga merupakan pendahuluan untuk karsinoma lambung. Gastritis kronis dapat pula terjadi bersamaan dengan ulkus peptikum atau mungkin terjadi setelah tindakan gastro yeyunostomi (Kusuma, 2015).

2.1.7 Komplikasi

Komplikasi penyakit gastritis menurut Sari (2011) antara lain :

1) Pendarahan saluran pencernaan bagian atas yang merupakan kedaruratan medis.

2) Ulkus peptikum, jika prosesnya hebat.

3) Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah berat.

4) Anemia pernisiosa, keganasan lambung.

(29)

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

1) Urea breath test (tes napas urea), tes serologis, tes antigen feses untuk pemeriksaan adanya infeksi h. Pylori.

2) Analisis lambung, untuk mengkaji sekresi asam hidroklorat .

3) Kadar hemoglobin, hematokrit dan sel darah merah di evaluasi untuk mengetahui adanya anemia.

4) Kadar vitamin B12 serum, diukur untuk mengevaluasi kemungkinan terjadinya anemia pernisiosa. Kadar normal vitamin B12 adalah 200-1000 pg/ml.

5) Endoscopi saluran cerna atas, untuk menginspeksi perubahan mukosa lambung mengidentifikasi area perdarahan dan mendapatkan jaringan untuk biopsy.

2.1.9 Penatalaksanaan

Orientasi utama pengobatan gastritis berpaku pada obat – obatan. Obat – obatan yang digunakan adalah obat yang mengurangi jumlah asam lambung dan dapat mengurangi gejala yang mungkin menyertai gastritis, serta memajukan penyembuhan lapisan perut. Pengobatan ini meliputi (Sukarmin, 2012) :

1) Antasida yang berisi aluminium dan magnesium, serta karbonat kalsium dan magnesium. Antasida dapat meredakan mulas ringan atau dyspepsia dengan cara menetralisasi asam dipeut Ion H+ merupakan struktur utama asam lambung. Dengan pemberian aluminium hidroksida maka suasana asam dalam lambung dapat dikurangi. Obat – obatan ini dapat menghasilkan efek samping seperti diare atau sembelit, karena dampak penurunan H+ adalah penurunan rangsangan peristaltik usus.

(30)

2) Histamin (H2) blocker, seperti famotidine dan ranitidine. H2 blocker mempunyai dampak penurunan produksi asam dengan mempengaruhi langsung pada lapisan epitel lambung dengan cara menghambat rangsangan sekresi oleh saraf otonom pada nervus vagus.

3) Inhibitor pompa proton (PPI), seperti omeprazole, lansoprazole, dan dexlansoprazole. Obat ini bekerja menghambat produksi asam melalui penghambatan terhadap elektron yang menimbulkan potensial aksi saraf otonom vagus. PPI di yakini lebih efektif menurunkan produksi asam lambung dari pada H2 blocker. Tergantung penyebab dari gastritis, langkah langkah tambahan atau pengobatan mungkin diperlukan.

4) Jika gastritis disebabkan oleh penggunaan jangka panjang NSAID (Nonsteroid Antiinflamasi Drugs) seperti aspirin, aspilet, maka penderita disarankan untuk berhenti minum NSAID, atau beralih ke kelas lain obat untuk nyeri. Walaupun PPI dapat digunakan untuk mencegah stress gastritis saat pasien sakit kritis.

5) Jika penyebabnya adalah Helycobacter pylori maka perlu penggabungan obat antasida, PPI dan antibiotik seperti amoksisilin dan klaritromisin untuk membunuh bakteri. Infeksi ini sangat berbahaya karena dapt menyebabkan kanker atau ulkus di usus.

6) Penderita juga perlu dilatih untuk manajemen stress sebab dapat mempengaruhi sekresi asam lambung melalui nervus vagus, latihan mengendalikan stress bisa juga diikuti dengan peningkatan spiritual sehingga penderita lebih pasrah ketika menghadapi stress.

(31)

2.1.10 Pathway

Gambar 2. 2 Pathway Gastritis (Kusuma, 2015) Obat anti inflamasi

(NSAID)

Alkohol, merokok, dan

stress

Infeksi mikroorganisme

Menunggu pembentukkan sawar

Menghancurkan lapisan mukosa

Menurun barier lambung

Inflamasi pada mukosa lambung

GASTRITIS

Nyeri epigastrium Menurun sensori

untuk makan

Nyeri Kronis Anoreksia

Perubahan situasi

Kompleksitas program

Kurang memahami Mual

Keluarga tidak dapat memenuhi atau

mmemulihkan Defisit Nutrisi

Defisit Pengetahuan

(32)

2.2 Konsep Keluarga 2.2.1 Definisi Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarkat. Keluarga di definisikan dengan istilah kekerabatan dimana individu bersatu dalam suatu ikatan perkawinan dengan menjadi orang tua. Dalam arti luas anggota keluarga merupakan mereka yang memiliki hubungan personal dan timbal balik dalam menjalankan kewajiban dan memberi dukungan yang di sebabkan oleh kelahiran, adopsi, maupun perkawinan (stuart, 2014).

Menurut Duval keluarga merupakan sekumpulan orang yang di hubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan upaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga (Harnilawati, 2013). Menurut Helvie keluarga adalah sekolompok manusia yang tinggal dalam satu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan melalui ikatan perkawinan, darah, adopsi serta tinggal dalam satu rumah.

2.2.2 Tipe Keluarga

Tipe keluarga dibedakan menjadi dua jenis yaitu : 1) Tipe keluarga tradisional

(1) Nuclear family atau keluarga inti merupakan keluarga yang terdiri atas suami, istri dan anak.

(2) Dyad family merupakan keluarga yang terdiri dari suami istri namun tidak memiliki anak.

(33)

(3) Single parent yaitu keluarga yang memiliki satu orang tua dengan anak yang terjadi akibat perceraian atau kematian.

(4) Single adult adalah kondisi dimana dalam rumah tangga hanya terdiri dari satu orang dewasa yang tidak menikah.

(5) Extended family merupakan keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah dengan anggota keluarga lainnya.

(6) Middle-aged or erdely couple dimana orang tua tinggal sendiri dirumah dikarenakan anak-anaknya telah memiliki rumah tangga sendiri.

(7) Kit-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersamaan dan menggunakan pelayanan bersama.

2) Tipe keluarga non tradisional

(1) Unmaried parent and child family yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak tanpa adanya ikatan pernikahan.

(2) Cohabitating couple merupakan orang dewasa yang tinggal bersama tanpa adanya ikatan perkawinan.

(3) Gay and lesbian family merupakan sorang yang memiliki persamaan jenis kelamin tinggal satu rumah layaknya suami istri

(4) Nonmarital hetesexual cohabiting family, keluarga yang hidup bersama tanpa adanya pernikahan dan sering berganti pasangan.

(5) Faster family, keluarga menerima anak yang tidak memiliki hubungan darah dalam waktu sementara. (widagdo, 2016).

(34)

2.2.3 Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (2013), fungsi keluarga dibagi menjadi fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi ekonomi, dan fungsi kesehatan.

1) Fungsi afektif

Gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain, saling menghargai dan kehangatan di dalam keluarga. Anggota keluarga mengembangkan konsep diri yang positif, saling mengasuh, dan menerima, cinta kasih, mendukung, menghargai sehingga kebutuhan psikososial keluarga terpenuhi.

2) Fungsi sosialisasi

Interaksi atau hubungan dalam keluarga, bagaimana keluarga belajar disiplin, norma, budaya, dan perilaku berhubungan dengan interaksi.

3) Fungsi ekonomi

Keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan.

4) Fungsi kesehatan

Kemampuan keluarga untuk bertanggungjawab merawat anggota keluarga dengan penuh kasih sayang serta kemauan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan yang sedang dihadapi.

2.2.4 Ciri ciri Keluarga

Menurut Charles dalam Fadila, 2012 ciri-ciri keluarga adalah : 1) Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

2) Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.

(35)

3) Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (nomen clatur) termasuk perhitungan garis keturunnan.

4) Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.

5) Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga.

2.2.5 Tahap dan Perkembangan Keluarga

1) Tahap pertama pasangan baru atau keluarga (beginning family)

Keluarga baru dimulai pada saat masing masing individu, yiatu suami dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing masing, secara psikologi keluarga tersebut membentuk keluarga baru. Suami istri yang membentuk keluarga baru tersebut perlu mempersiapkan kehidupan yang baru karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi sehari hari. Masing masing pasangan menghadapi perpisahan dengan keluarga orang tuanya dan memulai membina hubungan baru dengan keluarga dan kelompok sosial pasangan masing masing. Masing masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasanganya. Misalnya kebiasaan makan, tidur, bangun pagi, bekerja dan sebagainya. Hal ini yang perlu diputuskan adalah kapan waktu yang tepat untuk mempunyai anak dan berapa jumlah anak yang diharapkan.

(36)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain:

(1) Membina hubungan intim dan kepuasan bersama.

(2) Menetapkan tujuan bersama.

(3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan kelompok sosial.

(4) Merencanakan anak (KB).

(5) Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua.

2) Tahap kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family).

Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan (2,5 tahun). Kehamilan dan kelahiran bayi perlu disiapkan oleh pasangan suami istri melalui beberapa tugas perkembangan yang penting.

Kelahiran bayi pertama memberi perubahan yang besar dalam keluarga, sehingga pasangan harus beradaptasi dengan perannya untuk memenuhi kebutuhan bayi. Masalah yang sering terjadi dengan kelahiran bayi adalah pasangan merasa diabaikan karena fokus perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi. Suami merasa belum siap menjadi ayah atau sebaliknya.

Tugas perkembangan pada masa ini antar lain:

(1) Persiapan menjadi orang tua.

(2) Membagi peran dan tanggung jawab.

(3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang menyenangkan.

(37)

(4) Mempersiapkan biaya atau dana child bearing.

(5) Memfasilitasi role learning anggota keluarga.

(6) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita.

(7) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.

3) Tahap ketiga keluarga dengan anak pra sekolah (families with preschool) Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi terhadap kebutuhan kebutuhan dan minat dari anak prasekolah dalam meningkatkan pertumbuhannya. Kehidupan keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan anak sangat bergantung pada orang tua. Kedua orang tua harus mengatur waktunya sedemikian rupa, sehingga kebutuhan anak, suami/istri, dan pekerjaan (punya waktu/paruh waktu) dapat terpenuhi.

Orang tua menjadi arsitek keluarga dalam merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga dalam merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga agar kehidupan perkawinan tetap utuh dan langgeng dengan cara menguatkan kerja sama antara suami istri. Orang tua mempunyai peran untuk menstimulasi perkembangan individual anak, khususnya kemandirian anak agar tugas perkembangan anak pada fase ini tercapai.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut:

(1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : kebutuhan tempat tinggal, privasi, dan rasa nyaman.

(2) Membantu anak untuk bersosialisasi.

(3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang

(38)

lain juga harus terpenuhi.

(4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).

(5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap paling repot).

(6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.

(7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang anak.

4) Tahap keempat keluarga dengan anak usia sekolah (families with children) Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini keluarga mencapai jumlah anggota maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk.

Selain aktifitas disekolah, masing – masing anak memiliki aktifitas dan minat sendiri demikian pulaorang tua yang mempunyai aktifitas berbeda dengan anak. Untuk itu, keluarga perlu bekerja sama untuk mencapai tugas perkembangan. Pada tahap ini keluarga (orang tua) perlu belajar berpisah dengan anak, memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisai, baik aktifitas di sekolah maupun di luar sekolah.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah sebagai berikut:

(1) Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan dan semangat belajar.

(2) Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam perkawinan.

(3) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.

(4) Menyediakan aktifitas untuk anak.

(5) Menyesuaikan pada aktifitas komunitas dengan mengikutsertakan anak.

(39)

5) Tahap kelima keluarga dengan anak remaja (families with teenagers) Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuannya keluarga melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut : (1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat

remaja yang sudah bertambah dan meningkat otonominya.

(2) Mepertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.

(3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari perdebatan, kecurigaan dan pemusanahan.

(4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.

6) Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (lounching center families)

Tahap dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.

Lamanya tahap ini bergantung pada banyaknya anak dalam keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.

Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam melepas anaknya untuk hidup sendiri.

Keluarga memepersiapkan anaknya yang tertua untuk lebih mandiri. Saat semua anak meninggalkan rumah, pasangan perlu menata ulang dan membina hubungan suami istri seperti pada fase awal. Orang tua akan merasa kehilangan peran dalam merawat anak dam merasa kosong karena

(40)

anak –anaknya sudah tidak tinggal serumah lagi. Guna mengatasi keadaan ini orang tua perlu melakukan aktifitas kerja, meningkatkan peran sebagai pasangan, dan tetap memlihara hubungan denga anak.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah : (1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.

(2) Mempertahankan keintiman pasangan.

(3) Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua.

(4) Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anak.

(5) Menata kembali fasilitas da sumber yang ada pada keluarga.

(6) Berperan sebagai istri, kakek, dan nenek.

(7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak – anaknya.

7) Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan (middle age families)

Tahapan ini dimulai saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada tahap ini semua anak meninggalkan rumah, maka psanga berfokus untuk mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktifitas.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain adalah : (1) Mempertahankan kesehatan.

(2) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan salam arti mengolah minat sosial dan waktu santai.

(3) Memulihkan hubungan atara generasi muda dengan generasi tua.

(4) Keakraban dengan pasangan.

(41)

(5) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.

(6) Persiapan masa tua atau pensiun dengan meningkatkan keakraban pasangan.

8) Tahap kedelapan keluarga usia lanjut

Tahap akhir perkembangan keluarga dimulai saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal. Proses usia lanjut dan pensiun merupakan realistis yang tidak dapat dihindari karena berbagai proses stresor dan kehilangan yang harus dialami keluarga.

Stresor tersebut adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan sosial, kehilangan pekerjaan serta perasaan menurunya produktifitas dan fungsi kesehatan. Mempertahankan penataan kehidupan yang mameuaskan merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini. Usia lanjut umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal dirumah sendiri dari pada tinggal bersama anaknya.

Tugas perkembangan tahap ini adalah :

(1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.

(2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik, dan pendapatan.

(3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.

(4) Mempertahankan hubungan anak dan sosial masyarakat.

(5) Melakukan life review.

(6) Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan kematian.

(harmoko, 2012).

(42)

2.3 Konsep Masalah Keperawatan 2.3.1 Definisi

Nyeri kronis adalah nyeri yang timbul secara perlahan-lahan dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama yaitu lebih dari 6 bulan. Nyeri dapat berupa hal yang bersifat kanker atau bukan. Contoh dari nyeri bersifat bukan kanker termasuk artritis, nyeri punggung (low back pain), nyeri miofasial, sakit kepala dan neuropatik perifer (Sulistyowati, 2015).

Nyeri kronis pada gastritis pada umumnya di tandai dengan adanya nyeri pada ulu hati. Nyeri ulu hati merupakan gejala dari suatu penyakit yang terjadi akibat adanya peradangan pada mukosa lambung. Keluhan nyeri ulu hati adalah keluhan fisik subjektif yang dirasakan oleh pasien di daerah epigastrium.

Epigastrium adalah bagian abdomen bagian atas. Nyeri pada daerah epigastrium adalah nyeri yang berhubungan dengan rasa tajam dan terlokasi yang dirasakan oleh seorang pada daerah tengah atas perut.

2.3.2 Penyebab

2.3.2.1 Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma).

2.3.2.2 Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan.

2.3.2.3 Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,mengangkat berat, prosedur operasi,trauma,latiham fisik berlebihan).

2.3.3 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala nyeri ada bermacam-macam perilaku dari pasien. Secara umum, orang yang mengalami nyeri akan didapatkan respon psikologis berupa :

(43)

2.3.3.1 Suara

Menangis, merintih, menarik/menghembuskan nafas 2.3.3.2 Ekspresi wajah

Meringis, menggigit lidah, mengatupkan gigi, dahi berkerut, tertutup rapat/membuka mata atau mulut, menggigit bibir,

2.3.3.3 Pergerakan tubuh

Kegelisahan, mondar-mandir, gerakan menggosok atau beriirama, bergerak melindungi tubuh, immobilisasi, otot tegang

2.3.3.4 Interaksi sosial

Menghindari percakapan dan kontak sosial, berfokus aktivitas untuk menghindari nyeri, disorientasi waktu (Judha, et al, 2012).

2.3.4 Pengkajian Nyeri

Tindakan yang perlu di perhatikan dalam melakukan pengkajian pada klien nyeri kronis adalah :

2.3.4.1 Mengkaji perasaan klien (respon psikologi yang muncul)

2.3.4.2 Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri 2.3.4.3 Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri

Pengkajian nyeri kronis sebaiknya tidak dilakukan saat klien dalam keadaan waspada (perhatian penuh pada nyeri), sebaikknya perawat berusaha untuk mengurangi kecemasan klien terlebih dahulu sebelum mencoba mengkaji kuantitas persepsi klien terhadap nyeri. Terdapat komponen yang harus di perhatikan dalam mengkaji respon nyeri tersebut, diantaranya :

1) Penentuan ada tidaknya nyeri

Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai

(44)

laporan nyeri klien walaupun adanya observasi perawat yang tidak menemukan cedera ataupun luka. Setiap nyeri yang dilaporkan klien adalah nyata.

2) Karakteristik nyeri (Metode P, Q, R, S, T)

(1) Faktor pencetus (P : Provocate), perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri klien, dalam hal ini perawat melakukan observasi bagian-bagian tubuh yang mengalami cedera. Apabila perawat mencurigai adanya nyeri psikogenetik maka perawat harus dapat menanyakan perasaan apa yang dapat mencetuskan nyeri.

(2) Kualitas (Q : Quality), merupakan suatu yang subjektif yang di ungkapkan oleh klien. Klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-kalimat : tajam, tumpul berdenyut, berpindah-pindah seperti bertindih-tindih, perih, tertusuk, dan lain-lain. Dimana tiap klien mugkin berbeda-beda dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan.

(3) Lokasi (R : Region), untuk mengkaji lokasi nyeri, perawat meminta klien untuk menunjukkan semua bagian daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh klien. Untuk melokasikan nyeri lebih spesifik, maka perawat dapat meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri, kemungkinan hal itu akan sulit apabila nyeri yang di rasakan bersifat difus (menyebar).

(4) Keparahan (S : Severe), tingkat keparahan klien tentang nyeri merupakan karakteristik yang paling subjektif. Pengkajian klien di minta untuk menggambarkan nyeri yang dirasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang atau nyeri berat. (Zakiyah, 2015)

(45)

(5) Intensitas nyeri (skala nyeri) adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang dirasakan individu pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual, kemungkiinan nyeri dalam intensitas yang sama di rasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda.

(6) Face Rating Scale (FRS), pengukuran skala nyeri untuk anak pra sekolah dan sekolah menggunakan face rating scale yaitu terdiri dari enam wajah kartun mulai dari wajah yang tersenyum untuk “tidak ada nyeri” hingga wajah yang menangis untuk “nyeri berat” (Trafina, R, 2017).

Gambar 2. 3 Skala Nyeri wajah

Skala Numerik, di gunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata.

Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan skala 0 sampai 10. Angka 0 di artikan kondisi klien tidak merasakan nyeri, angka 10 mengindikasikan nyeri paling berat yang di rasakan klien. Skala ini efektif di gunakan untuk mengkaji intensitas terapeutik (Trafina, R, 2017).

Gambar 2. 4 Skala Nyeri Angka

(46)

Durasi (T : Time), menanyakan pada klien untuk durasi dan rangkaian nyeri seperti kapan mulai terasa adanya nyeri, sudah berapa lama menderita, tingkat kekambuhan dan lain-lain (Zakiyah, 2015).

2.4 Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerja sama dengan keluarga dan individu sebagai anggota keluarga.

2.4.1 Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapt mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan dalam lingkungan menurut (Dermawan, 2016) adalah :

2.4.1.1 Pengumpulan data.

1) Keluhan utama

Klien datang kerumah sakit dengan keluhan nyeri epigastrium. Munculnya keluhan nyeri pada epigastrium diakibatkan iritasi mukosa lambung yang merangsang nociseptor nyeri pada lapisan otot lambung pada bagian plekus saraf mienterikus (Auerbach).

2) Riwayat kesehatan

Klien dengan riwayat alkoholik, pola makan yang tidak teratur, makan makanan yang merangsang pengikisan asam lambung seperti, pedas, asam, dan konsumsi obat obatan seperti aspilet, aspirin merupakan faktor predisposisi

(47)

terjadi gastritis. Alkohol, aspilet maupun aspirin yang dikonsumsi dalam jangka panjang (>3 bulan) dapat mengikis mukosa lambung sehingga mudah mengalami iritasi. Makanan yang bersifat iritasi seperti pedas, asam dalam kurun waktu yang lama juga dapat mengikis mukosa lambung. Mengonsumsi makanan yang tidak teratur akan mengakibatkan asam lambung meningkat , tetapi tidak ada makanan yang dicerna sehingga asam lambung justru merusak lapisan mukosa lambung. Keluarga dengan kebiasaan sering mengonsumsi makanan yang pedas juga bisa turut andil dalam mempengaruhi jumlah anggota keluarga yang mengalami gastritis, dari faktor usia 40%-50%

penderita gastritis karena infeksi mempunyai umur >50 tahun, negara berkembang angka kejadiannya mencapai 90% dari rata rata kasus di seluruh dunia.

3) Pengkajian pola kebutuhan

Pola kebutuhan yang sangat menonjol mengalami gangguan adalah : (1) Kebutuhan rasa aman dan nyaman

Keluhan yang menonjol pada penderita gastritis adalah rasa perih (nyeri) epigastrium. Nyeri terutama pada saat lambung kosong (secara siklus kurang lebih 3 jam asam lambung akan mengalami peningkatan), stres (terjadi peningkatan rangsangan simpatik yang menaikkan HCI). Data terkait nyeri epigastrik sering di laporkan oleh pasien dengan type macam-macam seperti di sayat pisau, di remas, atau mungkin ada yang terasa panas terbakar.

Kondisi ketidaknyamanan penderita di ekspresikan juga ketegangan mimik muka selama serangan. Skala nyeri tergantung pada luas dan dalamnya

(48)

ulkus, volume asam lambung. Semakin dalam ancaman iritasi dapat mengenai anyaman persyarafan sehingga memicu sensasi nyeri yang cukup kuat (skala 6- 8).

(2) Kebutuhan nutrisi dan cairan

Peningkatan asam lambung pada penderita gastritis akan menurunkan nafsu makan, karena produk seketorik lambung akan lebih banyak mengisi lumen lambung. Penurunan nafsu makan menyebabkan menurunnya jumlah nutrisi masuk , kekurangan intake bahan energi utama seperti karbohidrat akan terjadi mekanismepembongkaran lemak, protein untuk di jadikan bahan energi.

Pembentukan masa otot dan masa tubuh menjadi menurun sehingga penderita lambat laun mengalami penurunan berat badan, kulit kering dan kasar (menurunnya produksi kelenjar sebasea yang bahan dasarnya dari lemak), rambut mudah rontok (menurunnya asam amino sebagai bahan penguat rambut dan penggantian sel baru).

Penderita mungkin juga dapat mengalami penurunan cairan melalui muntah akibat kontraksi lambung yang berlebihan. Indikasi penurunan cairan dapat di lihat dari penurunan produksi urine (<1500/24 jam). Penurunan asupan cairan dapat menurunkan volume cairan dalam darah yang akan mengurangi jumlah darah yang di filtrate di glomerulus (rata rata dalam semenit 1200 ml darah di saring). Hasil perhitungan intake dan output cairan mungkin tidak seimbang. Total output lebih banyak dari intake. Data ini akan di perkuat dengan turgor kulit yang turun, mukosa bibir yang kering (akibat penurunan cairan intrasel dalam mukosa).

(49)

(3) Kebutuhan mobilisasi

Energi diperoleh dari proses pemecahan karbohidrat, protein atau lemak.

Bahan bahan tersebut akan diubah menjadi ATP yang dapat dipergunakan otot dan sel tubuh lain untuk memproduksi kalor. Jumlah kalor yang menurun dapat mempengaruhi fase depolarisasi otot dan persarafan sehingga otot menjadi menurun kekuatannya. Penderita gastritis tampak lemah dengan skor kekuatan otot pada masing masing bagian ekstremitas <5. Penderita juga tampak malas untuk beraktivitas, banyak tiduran, dalam memenuhi kebutuhan sehari hari seperti makan, BAB, BAK banyak di bantu oleh keluarga dengan skor butuh bantuan lebih dari satu.

(4) Kebutuhan mempertahankan suhu tubuh

Gatritis non infeksius dapat memunculkan gejala klinis subhipotermi (suhu dari normal mendekati hipotermi) akibat penurunan produksi kalor tubuh melalui pemecahan bahan nutrisi. Pada gasstritis infeksius suhu tubuh kemungkinan tinggi (hipertermi dengan suhu >38ocelcius). Peningkatan suhu tubuh diakibatkan oleh zat pirogen yang berasal dari toksik mikroorganisme yang mengaktivitasi hipotalamus untuk menaikkan ambang suhu tubuh yang kemudia di ikuti oleh peningkatan kontraksi otot yang dapat meningkatkan produksi kalor tubuh. Tanda lain yang menunjang antara lain wajah terlihat kemerahan, kulit teraba panas pada bagian vaskuler besar seperti muka, abdomen akan tetapi dingin pada bagian perifer seperti ujung jari kaki akibat penurunan perfusi.

(50)

(5) Kebutuhan oksigenasi dan pernafasan

Pernafasan penderita gastritis mungkin mengalami peningkatan karena peningkatan desakan gaster yang dapat menghambat pengembangan paru.

Pernafasan mungkin cepat, frekuensi antara 24-30 kali per menit.

Kemungkinan terjadi ancaman oksigen kecil kecuali pada penderita gastritis erosive dengan pendarahan. Gastritis dengan perdarahan dapat cepat menurunkan volume darah dan menurunkan ikatan terhadap oksigen. Oksigen jaringan mengalami penurunan di mulai dari tanda kulit dingin, pucat sampai yang terberat adalah kebiruan. Penumpukan CO2 pada pembuluh dapat memicu vasokontriksi pembuluh darah sehingga memperparah kondisi perfusi jaringan.

4) Pemeriksaan fisik

(1) Keadaan umum : kemungkinan lemh akibat penurunan oksigen jaringan, ciran tubuh, dan nutrisi. Tingkat kesadaran mungkin masih composmentis sampai apatis kalau di sertai penurunan perfusi dan elektrolit (kalium, natrium, kalsium).

(2) Kondisi fisik :

((1) Mata : Kemungkinan kelihatan cekung (akibat penurunan cairan tubuh), anemis (penurunan oksigen jaringan, anemiapernisiosa, anemia defisiensi besi)

((2) Mulut : Kemungkinan mukosa mulut kering (penurunan cairan intrasel mukosa), bibir pecah pecah, bau mulut tidak sedap (penurunan hidrasi bibir dan personal hygiene)

(51)

((3) Pernapasan : Respiratory rate antara 20-30x per menit, mungkin irama cepat akibat pembesaran gaster yang menghambat pengembangan paru. Suara paru vesikuler.

((4) Kardiovaskuler : Kemungkinan terjadi peningkatan denyut jantung, nadi teraba lemah (takikardia akibat hipovolemia dan penurunan oksigen tubuh), penyempitan pembulluh perifer, capillary refill >2 menit (penumpukan CO2

pada vaskuler). Pada gastritis erosive dengan pendarahan. Kalau gasstritis non erosive mungkin di jumpai penurunan kekuatan nadi akibat penurunan metabolik.

((5) Genitourinaria : Penurunan produksi urine, <500ml/hari sebagai kategori oligouria (akibat penurunan GFR ginjal) pada gastritis erosive.

((6) Ekstremitas : Penurunan massa otot ekstremitas atas dan bawah, ligkar lengan otot bisep dan trisep <10cm. Kulit menurun keelastisannya, terlihat kering. Skor kekuatan otot mungkin

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

(52)

5) Data penunjang : Hematologi :

Tabel 2. 1 Pemeriksaan Darah Rutin

Jenis pemeriksaan Satuan Nilai rujukan

Hematologi rutin (Hb, Lk, hitung jenis ,Trb,LED)

- -

Leukosit (WBC) Ribu/µl 5-10

Hemoglobin g/Dl W 11-13

L 12-14

Trombosit Ribu/µl 150/400

LED (ESR)(Westergen) Mm/1 jam <20

Hitung jenis leukosit 1. Basofil 2. Eusinofil 3. Batang 4. Segmen 5. Limfosit 6. Monosit 7. Hematokrit

%

%

%

%

%

%

%

0-1 1-3 2-6 50-70 20-40 2-8 L 37-43

Leukosit (WBC) Ribu/µl 5-10

Pada penderita gastritis infeksi kemungkian di jumpai angka leukosit

>10.000/µl. Angka ini naik sebagai respons masuknya mikroorganisme yang dapat di kenali leukosit melalui kemampuan kemotaktik, sehingga leukosit

(53)

akan meningkat produksinya. Pada infeksi akut juga akan di jumpai eusinophil >3%, karena eusinophil akan banyak di jumpai pada awal peradangan, sedangkan pada infeksi kronik akan terjadi peningkatan limfosit.

Hemoglobin kemungkinan di jumpai nilainya <12 gr/dl sebagai dampak penurunan intake nutrisi terutama yang mengandung Fe. Selain itu penurunan Hb juga dapat di akibatkan oleh menurunnya faktor intrinsik pada lambung sehingga terjadi gangguan absorbsi kobalamin.

Endoskopi

Pada pemeriksaan esdoskopi dapat di jumpai adanya edema pada gaster

Gambar 2. 5 Edema Pada Gaster

2.4.2 Analisa Data

Analisa data merupakan kemampuan kognitif dalam pengembangan daya berfikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan.

Dalam melakukan analisa data, diperlukan kemampuan mengaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien.

(54)

2.4.3 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status kesehatan atau masalah aktual atau potensial. Perawat mamakai proses keperawatan dalam mengidentifikasi dan mensintesis data klinis dan menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan atau mencegah masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung jawabnya.

2.4.3.1 (D.0078) Nyeri kronis bd gangguan metabolisme

Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

Penyebab :

1) Kondisi muskuloskeletal kronis 2) Kerusakan sistem saraf

3) Penekanan saraf 4) Infiltrasi tumor

5) Ketidakseimbangan neurotransmiter, neuromodulator, dan reseptor 6) Gangguan imunitas (mis. neuropati terkait HIV, virus varicella-zoster) 7) Gangguan fungsi metabolik

8) Riwayat posisi kerja statis

9) Peningkatan indeks massa tubuh 10) Kondisi masa trauma

11) Tekanan emosional

12) Riwayat penganiayaan (mis. Fisik, psikologis, seksual)

(55)

13) Riwayat pennyalahgunnaan obat Gejala dan tanda mayor :

Subjektif :

1) Mengeluh nyeri

2) Merasa depresi (tertekan) Objektif :

1) Tampak meringis 2) Gelisah

3) Tidak mampu menuntaskan aktivitas Gejala dan tanda minor :

Subjektif :

1) Merasa takut mengalami cedera berulang Objektif :

1) Bersikap protektif (mis. Posisi, menghindari nyeri) 2) Waspada

3) Pola tidur berubah 4) Anoreksia

5) Fokus menyempit

6) Berfokus pada diri sendiri

2.4.3.2 (D.0019) Defisit nutrisi bd ketidakmampuan mencerna makanan

Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.

Penyebab :

1) Ketidakmampuan menelan makanan

(56)

2) Ketidakmampuan mencerna makanan 3) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien 4) Meningkatkan kebutuhan metabolisme

5) Faktor ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi)

6) Faktor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk makan).

Gejala dan tanda mayor : Subjektif

(tidak tersedia) Objektif :

1) Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal.

Gejala dan tanda minor Subjektif :

1) Cepat kenyang setelah makan 2) Kram/nyeri abdomen

3) Nafsu makan menurun Objektif :

1) Bising usus hiperaktif 2) Otot pengunyah lemah 3) Otot menelan lemah 4) Membran mukosa pucat 5) Sariawan

6) Serum albumin turun 7) Rambut rontok berlebihan 8) Diare

(57)

2.4.3.3 (D.0111) Defisit pengetahuan bd kurang terpapar informasi

Definisi: Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.

Penyebab :

1) Keteratasan kognitif 2) Gangguan fungsi kognitif 3) Kekeliruan mengikuti anjuran 4) Kurang terpapar informasi 5) Kurang minat dalam belajar 6) Kurang mampu mengingat

7) Ketidaktahuan menemukan sumber informasi Gejala dan tanda mayor :

Subjektif :

1) Menanyakan masalah yang di hadapi.

Objektif :

1) Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran.

2) Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah Gejala dan tanda minor :

Subjektif (Tidak tersedia) Objektif

1) Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat

2) Menunjukkan perilaku berlebihan (mis. Apatis, bermusuhan, agitasi, histeria).

Referensi

Dokumen terkait

ional Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu (Matematika) Mampu menggunakan pengetahuan konseptual,

Pada klien 2 diagnosa keperawatan nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis semua perencanaan tindakan keperawatan telah dilakukan seperti

T diagnosa keperawatan nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskuluskeletal kronis dilakukan tindakan keperawatan selama 2x kunjungan, diharapkan klien mampu menurunkan

C, penulis menemukan fokus diagnosa keperawatan yaitu nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis dibuktikan dengan keluhan nyeri pada kedua lutut

5.2.6 Sumber referensi dalam karya tulis ilmiah dapat digunakan untuk penyusunan serupa tentang asuhan keperawatan gastritis pada keluarga dengan masalah

Asuhan Keperawatan Pada Lansia Ny. S yang Mengalami Reumatoid Artritis dengan Masalah Keperawatan Nyeri Kronis di UPT PSTW Jember Tahun 2017. Gangguan persendian

Sesuai dengan data subjektif dan data objektifyang telah ditemukan pada kedua klien yang mana didapatkan dengan keluhan nyeri sehingga didapatkan diagnosa

 Intoksikasi akut merupakan fenomena peralihan yang timbul akibat penggunaan alcohol atau zat psikoaktif lain sehingga terjadi gangguan kesadaran, fungsi kognitif,