• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KASUS PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PENDERITA OSTEOARTHRITIS DENGAN PENDEKATAN KELUARGA BINAAN DI DESA SIWALANPANJI BUDURAN SIDOARJO - Repository Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "STUDI KASUS PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PENDERITA OSTEOARTHRITIS DENGAN PENDEKATAN KELUARGA BINAAN DI DESA SIWALANPANJI BUDURAN SIDOARJO - Repository Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah indeks massa tubuh (BMI), diabetes melitus (DM), hiperkolesterolemia, hipertensi dan merokok. Adapun faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi yaitu usia, jenis kelamin, disabilitas fisik/keseimbangan tubuh, riwayat trauma dan etnis.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

  • Tujuan Umum
  • Tujuan Khusus

Oleh karena itu, peran perawat pada pasien osteoarthritis adalah mampu memberikan asuhan keperawatan (nursing) untuk membantu penderita yang sedang dalam pemulihan dan pemulihan kesehatannya atau sembuh dari penyakit tertentu dengan kebutuhan kesejahteraan klien yang luas, yang meliputi dekat dengan rumah, mendalam dan sosial..

Manfaat Studi Kasus

Metode Penulisan

  • Metode
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Sumber Data
  • Studi Kepustakaan

Sistematika Penulisan

Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis yang dibuktikan dengan nyeri lutut kiri klien setelah aktivitas berat (D.0078). Nyeri kronik berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronik yang dibuktikan dengan nyeri lutut kiri klien saat digerakkan.

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN

Konsep Osteoarthritis

Tulang rawan merupakan bagian sendi yang menutupi ujung-ujung tulang, yang bertugas untuk memperlancar pergerakan pada sendi. Menurut (Abdurrachman et al., 2019) hal ini disebabkan oleh permukaan artikular yang kasar akibat degradasi dan kartilago artikular.

Gambar 2.2 Perbedaan tulang normal dan osteoarthritis (Susanti &
Gambar 2.2 Perbedaan tulang normal dan osteoarthritis (Susanti &

Konsep Lansia

P : nyeri akibat osteoarthritis, Q : nyeri krenyeng – krenyeng, R : sendi lutut kiri, S : nyeri tingkat 4, T : terjadi setelah aktivitas berat. P : nyeri akibat osteoartritis, P : nyeri berdenyut, R : sendi lutut kiri, S : nyeri tingkat 5, T : terjadi saat lutut ditopang. P : Nyeri akibat osteoarthritis P : Nyeri Krenyeng – krenyeng R : Sendi lutut kiri T : Terjadi saat melakukan aktivitas berat DO.

P : Nyeri akibat osteoarthritis Q : Nyeri berdenyut R : Sendi lutut kiri T : Terjadi saat lutut membutuhkan penyangga. Nyeri kronis berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal kronis yang dibuktikan dengan nyeri pada lutut kiri klien setelah aktivitas berat (D.0078). Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis yang dibuktikan dengan nyeri pada lutut kiri klien dengan gerakan.

Klien menyatakan nyeri pada lutut kiri mulai berkurang derajat 3 - Klien menyatakan masih depresi (depresi) karena masih sering.

Asuhan Keperawatan Osteoarthritis

  • Pengkajian
  • Diagnosa Keperawatan
  • Intervensi Keperawatan
  • Implementasi Keperawatan
  • Evaluasi

Kerangka Masalah

Keluhan nyeri saat digerakkan, terutama lutut kiri seperti ditopang, nyeri saat digerakkan, merasa gelisah saat digerakkan. Klien mengeluh nyeri pada lutut kiri saat membungkuk seperti sujud dan naik turun tangga lebih dari satu kali. Penyebab nyeri tersebut adalah karena Osteoarthritis, jika penyakit ini kambuh lagi maka muncul nyeri pada daerah yang terkena osteoarthritis yaitu pada lutut kiri.

Klien menyatakan nyeri pada lutut kirinya mulai berkurang dengan skala 3 - Klien menyatakan tidak depresi lagi tetapi masih waspada. Pada pengkajian kasus, data klien 1 dan klien 2 berusia 51 tahun dan berjenis kelamin perempuan, dan keluhan kedua klien sama yaitu nyeri pada lutut kiri. Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada kedua klien didapatkan dari klien 1 yaitu klien mengatakan sering merasakan nyeri pada lutut kirinya dan terasa kaku P : nyeri osteoartritis, Q : nyeri sendi, R : lutut kiri lutut. sendi, S: skala nyeri 4, T: terjadi setelah akhir aktivitas berat.

Sama halnya dengan data yang didapat dari klien 2 yaitu klien mengatakan nyeri pada lutut kiri P : nyeri akibat osteoarthritis, Q : nyeri berdenyut, R : sendi lutut kiri, S : nyeri skala 5, T : terjadi saat lutut dibuat ke mendukung.

TINJAUAN KASUS

Pengkajian

Klien menyatakan jika merasa tertekan dan takut mengalami cedera berulang saat lututnya kaku, sulit untuk melakukan aktivitas dengan bebas. Klien menyatakan sebelum terkena osteoarthritis klien memiliki riwayat kolesterol tinggi yaitu 237 mg/dL. Riwayat alergi Klien mengatakan alergi terhadap antalgin dan neuropyrone, sedangkan untuk makanan klien alergi jagung dan jamur.

Klien mengatakan bahwa ibunya juga menderita osteoarthritis derajat 2 di lutut kirinya dan memerlukan suntikan glukokortikoid intraartikular. Klien mengatakan bahwa keluarga menganggap penyakit klien adalah hal yang wajar karena masalahnya tidak begitu kentara padahal sebenarnya. Klien mengatakan bahwa dia memiliki hubungan yang baik dengan orang-orang di sekitarnya, baik di rumah maupun di klinik tempat dia bekerja.

Inspeksi & Palpasi : Klien menyatakan ketajaman penglihatannya masih normal, tidak menggunakan alat seperti kaca mata, konjungtiva normal, sklera putih, palpebra normal, tidak ada strabismus.

Gambar 3.1 Genogram klien 1
Gambar 3.1 Genogram klien 1

Analisa Data

Diagnosa Keperawatan sesuai dengan Prioritas Masalah

Rencana Keperawatan

TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, . aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres. hangat/dingin, terapi bermain).

Tindakan Keperawatan

Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri - Klien percaya bahwa jika Anda beristirahat dengan kaki terentang, itu akan terasa sakit. Memantau keberhasilan terapi komplementer yang telah diberikan - Klien melakukan terapi sinar infra merah selama 15 menit. Mengajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri - Selama ini klien rutin memeriksakan teknik yang mudah.

Memantau keberhasilan terapi komplementer yang telah diberikan - Klien melakukan terapi sinar infra merah selama 10 menit. Berikan pengobatan non farmakologi untuk mengurangi nyeri - Klien melakukan kompres air hangat sampai nyeri reda 12. Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri - Klien berikan air hangat sampai nyeri reda 19.

Berikan terapi nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri - Klien melakukan kompres air hangat sampai nyeri berkurang 4.

Tabel 3.16 Tindakan Keperawatan Klien 2  No.
Tabel 3.16 Tindakan Keperawatan Klien 2 No.

Catatan Perkembangan

Evaluasi

Klien mengatakan bahwa keluarga sedikit khawatir dengan kondisi klien yang tidak bisa berjalan dan harus menggunakan kruk selama 3 bulan, namun keluarga. Klien mengatakan masih takut mengalami cedera berulang - Klien mengatakan jika sakit tidak akan menggunakan ciplukan untuk itu. Klien mengatakan masih rutin periksa seminggu sekali untuk melakukan terapi komplementer dan teknik non farmakologi - P : Nyeri akibat osteoarthritis.

Saat mengidentifikasi nyeri yang dirasakan klien termasuk PQRST, kedua klien mengatakan hal yang sama secara provokatif, yaitu nyeri akibat kualitas osteoarthritis.

Tabel 3.1 Identitas
Tabel 3.1 Identitas

PEMBAHASAN

Pengkajian

Sesuai dengan teori yang telah dijelaskan di atas maka penulis melakukan pengkajian pada klien 1 dan klien 2, alat pengumpulan data menggunakan format pengkajian asuhan keperawatan gerontik, metode wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik untuk menambah data yang diperlukan. Saat pemeriksaan tanggal 28 Mei 2022 pukul 18.25 klien 1 mengatakan mengalami osteoarthritis grade 2 selama kurang lebih 7 bulan sejak Desember 2021, klien sering merasakan nyeri pada lutut kirinya, terasa kaku, nyeri dirasakan setelah beraktivitas berat seperti setelah menempuh perjalanan jauh, klien tampak waspada dan gelisah, pemeriksaan kekuatan otot menunjukkan keterbatasan gerak sendi dan anggota gerak (ROM) dan berkurangnya kekuatan otot pada ekstremitas bawah dengan hasil 4 pada kaki kirinya. Sesuai dengan pendapat Felson & Schaible (2010) bahwa salah satu pemicu nyeri sendi adalah osteoarthritis, karena nyeri sendi merupakan keluhan utama yang muncul pada penderita osteoarthritis.

Nyeri pada persendian dapat terjadi saat melakukan aktivitas berat, bergerak dalam waktu yang lama dan terus menerus, atau karena posisi yang tidak nyaman seperti digunakan untuk menopang atau sujud (beribadah). Salah satu pemicu timbulnya osteoarthritis kemungkinan adalah faktor kerja yang diperlukan untuk mengangkat beban yang menimbulkan nyeri. Menurut penulis walaupun keluhan nyerinya mungkin sama – sama menjadi klien 1 skala nyeri 4 klien 2 skala nyeri 5.

Namun tampilannya berbeda, klien 1 muncul saat selesai melakukan aktivitas berat, klien 2 digunakan sebagai penopang/penopang saat melakukan aktivitas ibadah.

Diagnosa Keperawatan

Mengidentifikasi reaksi non verbal, reaksi kedua klien adalah wajah terlihat muram dan tangan memijat area lutut. Mengetahui faktor apa saja yang memperberat dan meredakan nyeri, respon klien 1 merupakan respon yang memperparah nyeri saat berjalan terlalu lama kemudian meredakannya saat istirahat untuk menghilangkan nyeri, sedangkan respon klien 2 merupakan respon yang menyebabkan nyeri semakin memberat saat lutut dibuat untuk menopang dan kemudian meringankannya saat diistirahatkan beberapa saat. Mengidentifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri Respon klien 1 yaitu klien percaya jika diistirahatkan dengan kaki diluruskan maka nyeri akan berkurang sedangkan respon klien 2 yaitu klien percaya jika diistirahatkan dan diolesi dengan salep pereda nyeri otot akan berkurang.

Mengetahui pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup respon kedua klien yaitu nyeri lutut menyebabkan aktivitas klien terhenti. Keberhasilan terapi komplementer yang telah diberikan dipantau, respon kedua klien yaitu klien melakukan terapi sinar infra merah selama 10-15 menit. Saat memantau efek samping penggunaan analgesik, respon klien 1 adalah klien 1 tidak minum obat saat nyeri terjadi, sedangkan klien 2 mengonsumsi obat kaltrofen saat nyeri terjadi.

Mengontrol lingkungan yang memperberat nyeri, jawaban klien 1 adalah tidak berpengaruh terhadap lingkungan, sedangkan klien 2 merasa jika suhu ruangan dingin maka nyeri yang klien rasakan akan sulit berkurang. Untuk memudahkan istirahat dan tidur maka respon kedua klien adalah klien dapat istirahat dengan baik walaupun nyeri masih dirasakan saat nyeri kembali. Diagnosa keperawatan prioritas yang terjadi pada kedua klien adalah nyeri kronik yang berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal kronik.

Perencanaan

Pelaksanaan

Evaluasi

Setelah meneliti dan melakukan studi kasus penerapan asuhan keperawatan gerontik pada pasien osteoarthritis dengan pendekatan keluarga di Desa Siwalanpanji Buduran Sidoarjo, penulis dapat menarik kesimpulan sekaligus saran yang dapat berguna untuk meningkatkan kualitas peningkatan kasus. kajian implementasi asuhan keperawatan gerontik pada pasien osteoarthritis dengan pendekatan keluarga, disosialisasikan di desa siwalanpanji buduran sidoarjo. Dari hasil studi kasus penerapan asuhan keperawatan gerontik pada pasien osteoartritis dengan pendekatan keluarga asuh di desa Siwalanpanji Buduran Sidoarjo, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut. Intervensi dalam proses asuhan keperawatan dimulai setelah informasi dikumpulkan, dipecah, dan kemudian masalah keperawatan yang timbul dari informasi tersebut dipecahkan.

Level evaluasi merupakan level terakhir asuhan keperawatan yang mencatat semua kejadian dalam kegiatan keperawatan aktif gerontik yang terkena osteoarthritis dan memantau hasil intervensi yang dilakukan oleh penulis. Asisten harus memiliki informasi, keterampilan, dan kemampuan yang sesuai untuk membantu tim kesehatan lainnya dengan memberikan asuhan keperawatan gerontologis kepada klien 1 dan 2 dengan temuan klinis osteoarthritis. Implikasi dari analisis kontekstual ini dapat digunakan sebagai dasar pemikiran untuk memandu penelitian selanjutnya dan dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam melakukan analisis kontekstual lebih lanjut terkait asuhan keperawatan pada klien osteoarthritis.

Pengaruh latihan quadriceps isometrik terhadap penurunan skala nyeri dan kekakuan sendi lutut pada pasien osteoarthritis lutut di Puskesmas Gamping Ii Sleman Yogyakarta.

PENUTUP

Simpulan

Saran

Dalam penanganan nyeri pada kedua klien dianjurkan untuk rutin melakukan terapi penyiksaan pada pelaksana, sesuai dengan penanganan non farmakologis yang telah dilakukan sebelumnya. Pengaruh senam sepeda terhadap penurunan nyeri osteoarthritis di Posyandu Lansia Puskesmas Kedungwuni II Kabupaten Pekalongan. Hubungan faktor penyebab osteoarthritis dan nyeri pada lansia dengan osteoarthritis di wilayah kerja Puskesmas Malalak Kecamatan Malalak Kabupaten Agam.

Nyeri kronis: berlangsung lebih lama dari nyeri akut biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan, intensitasnya bervariasi (ringan sampai berat). Analgesik narkotik atau opiat biasanya digunakan untuk nyeri sedang hingga berat seperti Intervensi keperawatan mandiri adalah tindakan pereda nyeri yang dilakukan oleh perawat secara mandiri tanpa melibatkan tenaga medis lain, dimana pelaksanaan dan pertimbangan keputusan ditentukan oleh perawat sendiri.

M dengan penurunan kebutuhan dasar Aman dan nyaman: nyeri kronis pada pasien osteoarthritis di desa Sari Rejo kecamatan Medan Polonia".

Gambar

Gambar 2.1 Tulang Rawan (Suhaimin, 2019)
Gambar 2.2 Perbedaan tulang normal dan osteoarthritis (Susanti &
Tabel 2.1 Klasifikasi Osteoarthritis berdasarkan Etiologi  Sumber : (Perhimpunan Reumatologi indonesia, 2014)
Tabel 2.2 Klasifikasi Osteoarthritis berdasarkan lokasi sendi yang terkena   Sumber : (Perhimpunan Reumatologi indonesia, 2014)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sp 88 sudah menikah beragama islam Pendidikan terakhir SD tidak bekerja alamat Desa Sepande Candi , didapatkan keluhan nyeri pada bagian sendi lutut, pada Riwayat kesehatan saat ini