• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KASUS PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PENDERITA RHEUMATOID ARTHRITIS DENGAN PENDEKATAN KELUARGA BINAAN DESA SEPANDE CANDI SIDOARJO - Repository Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "STUDI KASUS PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PENDERITA RHEUMATOID ARTHRITIS DENGAN PENDEKATAN KELUARGA BINAAN DESA SEPANDE CANDI SIDOARJO - Repository Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di Desa Sepande terdapat 549 orang dengan 12 lansia yang menderita rematik (kutsiyah, kader lansia desa Sepande). Penyebab rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor predisposisi atau faktor pencetus adalah adanya suatu mekanisme (antigen-antibodi).

Rumusan masalah

Terjadinya nyeri kronik pada masalah keperawatan yang sering dikeluhkan oleh pasien rheumatoid arthritis memerlukan penanganan dan pencegahan. Menurut (Tim Kelompok Kerja PPNI SIKI DPP PPNI Ikatan Perawat Indonesia, 2018) cara penanganan dan pencegahan nyeri kronis adalah dengan mengidentifikasi skala nyeri, memberikan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri seperti kompres air hangat dan menjelaskan strategi pereda nyeri. .

Tujuan Penelitian

Pengurangan nyeri, implementasi perawat sebagai edukator yang memberikan asuhan melalui edukasi yaitu mengajarkan cara pengobatan rheumatoid arthritis agar tidak semakin parah, dan perawat sebagai cara penatalaksanaannya dilakukan dengan terapi farmakologi dan non farmakologi.

Manfaat penelitian

Metode Penulisan

Sistematika Penulisan

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep penyakit

Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menyebabkan pengikisan tulang, oleh karena itu menghilangkan ujung persendian yang akan mengganggu pergerakan persendian. Langkah pertama dalam program manajemen rheumatoid arthritis adalah pendidikan kesehatan relatif tentang penyakit kepada klien, keluarganya, dan siapa saja yang berhubungan dengan klien.

Gambar 2. 1 Pathway Rhematoid Arthritis Sumber (Made Bima, 2019)
Gambar 2. 1 Pathway Rhematoid Arthritis Sumber (Made Bima, 2019)

Konsep Lansia

Pada dasarnya lansia akan menunjukkan perubahan mental pada memori (ingatan) ketika ingatan jangka panjang lebih dominan daripada ingatan jangka pendek. Melihat proses penuaan dan perubahan yang terjadi pada lansia juga dapat mempengaruhi pengetahuan dan daya ingat lansia. Perubahan kognitif yang umum terjadi pada lansia dapat dilihat dari penurunan intelektual yang besar pada tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas-tugas yang membutuhkan memori jangka pendek yang mengakibatkan perubahan daya pikir akibat penurunan sistem tubuh, perubahan emosi, dan perubahan penilaian terhadap sesuatu terhadap sesuatu tertentu. objek yang merupakan penurunan fungsi afektif.

Keterlambatan pada lansia karena faktor fisik dan faktor psikologis. sugesti berperan penting dalam penurunan pada lansia, misalnya lansia yang memiliki motivasi rendah dalam melakukan aktivitas, makan akan mempercepat proses penurunan fisik, namun ada juga lansia yang memiliki motivasi tinggi sehingga terjadi penurunan fisik pada lansia. dapat memakan waktu lebih lama mencegah. Kebutuhan Lansia adalah kebutuhan manusia secara umum, kebutuhan akan pangan, perlindungan pangan, perlindungan perawatan, kebutuhan kesehatan dan sosial untuk menjalin hubungan dengan orang lain, hubungan interpersonal dengan keluarga, teman sebaya dan hubungan dengan organisasi sosial, dengan pernyataan sebagai satu kesatuan. milik mereka. Kebutuhan kesehatan jasmani dan rohani, perawatan dan pengobatan 1) Kebutuhan psikologis, berupa kasih sayang, tanggapan dari orang lain, ketenangan, merasa berguna, memiliki identitas dan status yang jelas.

2) Kebutuhan sosial, berupa peran dalam hubungan dengan orang lain, hubungan pribadi dalam keluarga, teman dan organisasi sosial.

Konsep Asuhan Keperawatan

B Mandiri, semua kecuali salah satu fungsi di atas. C Mandiri, kecuali bak mandi dan satu fungsi lainnya. D Mandiri, kecuali mandi balutan dan satu fungsi lainnya E Mandiri, kecuali mandi balutan, ke toilet dan satu fungsi lainnya. Skala yang ditentukan oleh indeks ADL katz terdiri dari dua kategori, yaitu kemandirian tinggi (indeks, A, B, C, D) dan kemandirian rendah (E, F dan G).

Indeks Katz A adalah kemandirian dalam 6 aktivitas yaitu makan, bergerak, ke toilet, berpakaian dan mandi. Indeks Katz F, yaitu kemandirian dalam segala hal kecuali mandi, berpakaian ke kamar mandi, pindah rumah, dan pekerjaan sampingan. Jika perlu, bekerja sama dalam pemberian obat penghilang rasa sakit. 1. Identifikasi kebiasaan sesuai usia untuk aktivitas perawatan diri. 1. Pantau tingkat kesadaran 1. Identifikasi kebutuhan akan alat bantu kebersihan pribadi.

Kurangnya minat dalam perawatan diri Gejala dan tanda minor Subjektif. tidak tersedia) Ukur (tidak tersedia).

Tabel 2. 1 Pengkajian Indeks KATZ
Tabel 2. 1 Pengkajian Indeks KATZ

TINJAUAN KASUS

Pengkajian

Klien mengatakan saat sehat dan saat sakit minum air putih hanya 1500 ml per hari. Inspeksi: bentuk dada simetris, ritme pernapasan yang benar, tidak ada retraksi otot bantu pernapasan, tidak ada alat bantu pernapasan, tidak ada nyeri di dada saat bernapas, tidak ada batuk, dahak dan warna dahak - Palpasi: susunan tulang belakang simetris kanan dan kiri, suara. fremitus, taktik fremitus seimbang kanan dan kiri. Pemeriksaan : kesadaran compos mentis dengan GCS : E : 4 , V : 5 , M : 6 , orientasi baik , tidak ada serangan epilepsi , istirahat siang malam tidak ada masalah , terdapat gangguan saraf kranial pada kranial 7 ( fasial ) , kranial 12 ( hipoglosus ) ) pupil isokorik, reflek cahaya normal dan rasa vertigo - Palpasi: tidak ada kekakuan leher, tidak ada sensasi Brudzinski dan ada sakit kepala.

Pemeriksaan : Mulut simetris, mukosa bibir lembab, bentuk bibir normal, gigi bersih, kebiasaan gosok gigi 3x1 sehari, tenggorokan normal, kebiasaan BAB 2x1 sehari dengan konsistensi lembek, feses berwarna coklat muda, berbau khas, bekas tempat WC/Toilet , eh tidak ada gunanya terbuat dari obat pencahar, enema, NGT, lavage lambung. Pemeriksaan : Mulut simetris, mukosa bibir lembab, bentuk bibir normal, gigi bersih, kebiasaan gosok gigi 2x1 sehari, tenggorokan normal, kebiasaan BAB 2x1 sehari dengan konsistensi lembek, feses berwarna coklat muda, berbau khas, bekas tempat WC/Toilet , eh tidak ada gunanya terbuat dari obat pencahar, enema, NGT, lavage lambung. Rentang gerak (ROM) sendi dan tungkai klien berkurang (terbatas), kekuatan otot kedua tungkai menurun 4,4, tidak ada fraktur, tidak ada dislokasi, tidak ada luka, hangat, akral lembab, turgor elastis, CRT < 2 detik, tidak ada edema, kemampuan klien untuk melakukan ADL parsial saat berpindah tempat dan pergi ke kamar mandi/toliet.

Rentang gerak (ROM) sendi dan tungkai klien menurun (terbatas), penurunan kekuatan otot kedua tungkai 2.2, tidak ada fraktur, tidak ada dislokasi, tidak ada cedera, hangat, akral lembab, turgor elastis, CRT < 2 detik tidak ada edema, kemampuan klien melakukan ADL parsial saat berpindah tempat dan toileting. Bentuk mata simetris, konjungtiva tidak anemia, sklera putih, tidak ada edema pada kelopak mata, tidak ada strabismus, ketajaman penglihatan normal, tidak ada alat bantu penglihatan. Inspeksi: Tidak ada keringat berlebih, polidipsia, polifagia, poliuria, tidak ada gangren, tidak ada karakteristik gangren, tidak ada gangren.

Analisa Data

Indeks Katz Dengan hasil (A): mandiri dalam makan, kontinensia (buang air besar/urin), berpakaian, toileting, bergerak dan mandi. independen semua fungsi di atas kecuali satu. Pasien mengatakan tidak mengetahui penyebab gejala rheumatoid arthritis, manifestasi klinis dan penatalaksanaannya.Data Obyektif :. mengenai pemahaman gejala komplikasi dan pengobatannya). Pasien mengatakan sering mengeluh nyeri lutut sekitar 3 tahun yang lalu, nyeri menusuk terus menerus dengan skala 7, lutut sulit digerakkan, dan sendi kaku pada pagi hari Data objektif.

Diagnosa Keperawatan

Intervensi Keperawatan

Implementasi Keperawatan

Catatan Perkembangan

Pasien mengatakan sering mengalami nyeri pada lutut, nyeri seperti ditusuk dengan skala 7, lutut sulit digerakkan dan kaku pada pagi hari saat lemah. Keluhan nyeri pada sendi lutut, nyeri dirasakan dari posisi duduk kemudian berdiri, nyeri seperti ditusuk dengan skala nyeri 5. Pasien mengatakan sering mengalami nyeri pada sendi lutut, nyeri seperti ditusuk dengan skala 7 , lutut sulit diobati.

Tabel 3. 44 Catatan Perkembangan (Hari Pertama) Klien 1 dan Klien 2
Tabel 3. 44 Catatan Perkembangan (Hari Pertama) Klien 1 dan Klien 2

Evaluasi Keperawatan

Perbedaan mengenai perencanaan ditemukan dalam tinjauan literatur dan tinjauan kasus dan tidak ditulis secara kolaboratif karena asuhan keperawatan tidak dilakukan di lingkungan rumah sakit. Setelah penulis melakukan observasi dan melakukan asuhan keperawatan secara langsung pada klien dengan diagnosa medis Rheumatoid Arthritis di Desa Sepande Candi Sidoarjo, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan serta saran yang mungkin berguna dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan. untuk klien dengan diagnosis medis rheumatoid arthritis. Dari hasil uraian yang dipaparkan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis rheumatoid arthritis, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut.

Sub topik : Penyuluhan Rheumatoid Arthritis i Penyuluh : Siswa kelas III Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo Sasaran : Ibu Si dan Ibu. Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit inflamasi non bakterial yang bersifat sistemik, progresif, cenderung kronis dan simetris mengenai sendi dan jaringan ikat sendi. Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit peradangan kronis pada persendian yang tidak diketahui penyebabnya dengan manifestasi seperti kelelahan, malaise, dan kekakuan di pagi hari.

Rheumatoid arthritis (RA) dapat menyebabkan kerusakan sendi dan seringkali menyebabkan morbiditas bahkan dapat menyebabkan kematian yang signifikan (Zairin, 2016B.

PEMBAHASAN

Pengkajian

Pada literature review terdapat 3 diagnosis yaitu nyeri kronik, gangguan mobilitas dan defisit pengetahuan, pada case review terdapat gap pada klien 1 dengan diagnosis nyeri akut karena klien 1 mengalami nyeri kurang dari 3 bulan dengan skala nyeri 4 sedangkan klien 2 memiliki diagnosa keperawatan nyeri kronik akibat keluhan pasien lebih dari 3 bulan. Dalam penyusunan perencanaan antara literature review dan case study biasanya terdapat gap yang cukup jauh karena perencanaan pada case review disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pasien. Dalam literature review menurut Doenges et al 2006, tahapan ini terjadi jika rencana yang diterapkan pada klien merupakan tindakan yang akan dilakukan dengan cara yang sama dan mungkin juga berbeda dengan urutan yang dibuat.

Klien 1 dilakukan evaluasi pada tanggal 23 Mei 2022 dengan hasil data subjektif (klien mengatakan nyeri menurun pada skala 3) dan data objektif (tidak meringis, tidak cemas, Td: 140/100 mmHg, suhu: 36,5 nadi: Frekuensi pernapasan 80x/menit: 20x/menit). Pada intinya intervensinya sama dengan SIKI, tetapi tidak ada partisipasi, karena asuhan keperawatan diberikan di rumah dan bukan di rumah sakit. Judul : “Studi kasus implementasi asuhan keperawatan gerontologi pada pasien rheumatoid arthritis dengan pendekatan keluarga asuh di Desa Sepande Candi”.

Diagnosa Keperawatan

Intervensi Keperawatan dengan diagnosa nyeri akut dan kronis

Implementasi keperawatan

Evaluasi keperawatan

PENUTUP

Simpulan

Pemeriksaan Tanda Vital Pasien 1 didapatkan TD 140/100 mmHg, suhu 36,9°C (tempat pengukuran aksila), denyut nadi 90×/menit (tempat perhitungan denyut nadi radial), respirasi 20×/menit. Sedangkan pemeriksaan tanda vital klien 2 didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, suhu 36,5°C (lokasi pengukuran aksila), denyut nadi 90×/menit (lokasi penghitungan nadi radialis), respirasi 20×/menit. Pada pemeriksaan fisik klien 1 dan klien 2 didapatkan data fokus pada sistem muskuloskeletal dan integumen yaitu klien mengeluh nyeri sendi pada lutut kanan dan kiri.

Saran

Tanggal pengambilan studi kasus 23 Mei 2022 Sebelum bertanda tangan di bawah ini, saya telah mendapat informasi yang jelas tentang tugas mengambil studi kasus ini dari seorang mahasiswa bernama Intan Permatasari tentang proses pengambilan studi kasus ini dan saya mengerti semua yang dijelaskan. Saya setuju untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan studi kasus ini dan saya telah menerima salinan formulir ini. Saya Ibu Si dengan ini memberikan kesediaan saya setelah memahami semua yang dijelaskan oleh peneliti mengenai proses pengambilan studi kasus ini dengan baik.

Semua data dan informasi dari saya sebagai partisipan hanya akan digunakan untuk kepentingan studi kasus ini. Saya Ibu Sp dengan ini menyatakan kesediaan saya setelah memahami semua yang dijelaskan oleh peneliti mengenai proses pengambilan studi kasus ini dengan baik.

Gambar

Gambar 2. 1 Pathway Rhematoid Arthritis Sumber (Made Bima, 2019)
Tabel 2. 1 Pengkajian Indeks KATZ
Tabel 2. 2 Pengkajian Short Portable Mental Status Quistioner (SPMSQ)
Tabel 2. 3 Pengkajian Bathel Indeks
+7

Referensi

Dokumen terkait

"Closed Kinetic Chain Exerciseefektif Dalam Meningkatkan Kemampuan Fungsional Pada Osteoartritis Lutut", Jurnal Ilmiah Fisioterapi, 2020 Crossref digilib.ukh.ac.id Internet