• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN

2.2 Konsep Lansia

Lansia merupakan fase akhir dalam siklus kehidupan manusia (Syamsuddin Ericha, n.d.). Seseorang dikatakan lansia bukan langsung menjadi lansia,

ada proses tahapan seseorang hingga mencapai lansia yaitu pertumbuhan dari bayi, anak–anak, remaja, dewasa, dan akhirnya menjadi tua. Lansia menjadi proses alami yang diiringi dengan perubahan fisik dan perilaku dimana mengalami penurunan fisik, mental dan social secara perlahan (Artinawati, 2014).

Data WHO tahun 2016 menyatakan lansia berjumlah 7,49% dari total populasi, tahun 2016 jadi 7,69% dan tahun 2018 diperoleh rasio lansia sebesar 8,1% dari total populasi. kejadian peningkatan jumlah penduduk lansia dikarenakan perbaikan status kesehatan sebab kecanggihan teknologi dan beberapa penelitian kedokteran, perbaikan status gizi, peningkatan pendapatan jiwa (Fatma, n.d.).

4.2.1. Klasifikasi Lansia

Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun ke atas (Saifudin, 2018). Menurut organisasi kesehatan dunia (Nugroho, n.d.) siklus hidup lansia yaitu:

2.2.2.1 Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 49 – 59 tahun.

2.2.2.2 Lanjut usia (elderly), kelompok usia 60 – 74 tahun.

2.2.2.3 Lanjut usia (old), kelompok usia 75 – 90 tahun.

2.2.2.4 Lanjut sangat tua (very old), kelompok usia >90 tahun.

5.2.1. Ciri – Ciri Lansia

Menurut (Kemenkes, 2016), ciri – ciri lansia yaitu : 2.2.3.1 Lansia melambangkan fase kemunduran

Kemunduran lansia muncul dari variabel aktual dan faktor mental sehingga inspirasi memiliki peran penting dalam kejatuhan yang lama.

Misalnya, semakin tua kurang inspirasi dalam melakukan latihan, maka akan mempercepat masa keruntuhan yang sebenarnya, namun ada juga lansia yang memiliki inspirasi yang kuat, maka pada saat itu penurunan yang sebenarnya akan terjadi lebih lama.

2.2.3.2 Lansia mempunyai status komunitas minoritas

Keadaan sekarang ini menjadi penyebab kurang baiknya perilaku sosial terhadap yang lama dan didukung oleh kesimpulan-kesimpulan yang menyusahkan, misalnya lansia yang suka mengejar gaji, sikap sosial di mata masyarakat menjadi pesimis, namun ada juga lansia. individu yang memiliki kapasitas untuk menanggung orang lain sehingga cara berperilaku sosial daerah setempat menjadi positif.

2.2.3.3 Menua memerlukan perubahan karakter

Perubahan karakter pada orang lansia seharusnya dilakukan berdasarkan harapan mereka sendiri, bukan ketegangan dari iklim. Misalnya, lansia memiliki status sosial secara lokal sebagai ketua RW, daerah setempat tidak boleh menggulingkan lansia sebagai ketua RW mengingat usia mereka.

2.2.3.4 Adaptasi yang buruk pada lansia

Perspektif yang buruk pada lansia membuat mereka akan sering mengembangkan ide diri yang buruk sehingga mereka dapat menunjukkan cara berperilaku yang buruk. Efek dari mentalitas yang mengerikan ini membuat transformasi lansia menjadi mengerikan juga. Misalnya, orang tua yang tinggal bersama keluarga sering kali dikecualikan dari menentukan pilihan karena mereka menganggap pandangan mereka sudah ketinggalan

zaman, kondisi ini membuat orang tua keluar dari iklim, cepat tersinggung dan bahkan memiliki kepercayaan diri yang rendah.

5.2.2. Transisi Lansia

Dengan bertambahnya usia, terjadi proses pendewasaan degeneratif yang akan mempengaruhi perubahan pada manusia, perubahan aktual, tetapi juga pada perasaan, mental, sosial dan seksual. (Azizah, 2011).

2.2.4.1 Perubahan Fisik 1) Sistem Indera

Sistem pendengaran : Prebiacusis (ketidakberuntungan mendengar) karena hilangnya kapasitas pendengaran di telinga bagian dalam, terutama terhadap suara atau suara yang tajam, suara yang kabur, kata – kata yang sulit dipahami, setengahnya terjadi pada individu diatas 60 tahun.

2) Sistem Integumen

Kulit lansia akan mengalami pembusukan, bebas, tidak elastis, kering dan berkerut parah. Kulit akan mengering sehingga menjadi sedikit dan berantakan. Kekeringan kulit disebabkan oleh pembusukan organ sebaceous dan organ sudoritera, adanya warna tanah pada kulit dikenal sebagai bintik-bintik hati.

3) Sistem Muskuloskeletal

Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia meliputi jaringan orang tengah (kolagen dan elastin), tulang, otot, ligamen, dan sendi.

Kolagen sebagai penopang utama kulit, ligamen, ligamen, dan jaringan ikat mengalami substitusi sebagai peregangan yang tidak terduga.

(1) Ligamen: Jaringan ligamen pada persendian ternyata halus dan mengalami granulasi, sehingga permukaan persendian menjadi rata. Kekuatan ligamen untuk pulih terkuras dan degenerasi yang terjadi pada umumnya akan bersifat sedang, akibatnya ligamen pada persendian menjadi tidak berdaya melawan kontak.

(2) Tulang : Bagian dari penuaan fisiologi dicap dengan berkurangnya kepadatan tulang, sehingga akan memicu osteoporosis dan jika berkepajangan akan berakibat nyeri, deformitas dan fraktur.

(3) Otot: Perubahan susunan otot dalam pematangan sangat berbeda, penyusutan jumlah dan ukuran filamen otot, perluasan jaringan ikat dan jaringan lemak di otot membuat konsekuensi yang merugikan.

(4) Sendi: Di masa tua, jaringan ikat di sekitar sendi, misalnya, ligamen, tendon, dan selempang mengalami adaptasi yang matang.

4) Sistem Kasdiovaskuler

Perubahan sistem kardiovaskular pada lansia, khususnya, peningkatan massa jantung, hipertropi ventrikel kiri sehingga perluasan jantung berkurang, keadaan ini terjadi sebagai akibat dari penyesuaian jaringan ikat. Perubahan ini diharapkan terjadi agregasi lipofusin, karakterisasi SA Hub dan perubahan jaringan konduksi menjadi jaringan ikat.

5) Sistem Respirasi

Sistem pematangan berubah menjadi penyesuaian jaringan ikat paru-paru, batas paru-paru lengkap tetap, tetapi paru-paru menyimpan peningkatan volume untuk menebus ekspansi di ruang paru-paru, aliran udara ke paru-paru berkurang. Perubahan pada otot, ligamen dan sendi dada membuat perkembangan pernafasan terhambat dan kemampuan untuk memanjangkan dada menjadi menurun.

6) Pencernaan dan Metabolisme

Perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem yang berhubungan dengan lambung, misalnya, penurunan produksi sebagai kehilangan kemampuan yang nyata karena kekurangan gigi, berkurangnya rasa perasa, berkurangnya rasa lapar, berkurangnya hati dan berkurangnya ruang ekstra, serta berkurangnya aliran darah.

7) Sistem Perkemihan

Dalam kerangka kemih, ada kontras yang luar biasa. Banyak kemampuan menurun, misalnya kecepatan filtrasi, pelepasan, dan reabsorpsi oleh ginjal.

8) Sistem Saraf

Sistem sensorik mengalami perubahan anatomi dan pembusukan moderat pada untaian saraf yang lama. Semakin tua mengalami penurunan koordinasi dan kapasitas untuk menyelesaikan latihan sehari- hari

9) Sistem Reproduksi

Perkembangan ini digambarkan dengan membatasi ovarium dan rahim. Pembusukan payudara terjadi. Pada pria, testis benar-benar menghasilkan spermatozoa, meskipun terjadi penurunan terus-menerus.

2.2.4.2 Perubahan Kognitif 1) Daya ingat (Memory)

2) Tingkat kecerdasan (Intellegent Quetient) 3) Kemampuan Belajar (Learning)

4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension) 5) Pemecahan Masalah (Problem Solving) 6) Pengambilan Keputusan (Decision Making) 7) Kelihaian (Wisdom)

8) Kinerja (Performance) 9) Motivasi (Motivation) 2.2.4.3 Perubahan Mental

Faktor yang mempengaruhi perubahan mental : 1) Perubahan aktual, terutama reseptor

2) Kesejahteraan umum 3) Tingkat pendidikan 4) Keturunan (Hereditas) 5) Lingkungan

6) Gangguan syaraf panca indera, defisiensi visual dan tuli muncul 7) Gagasan diri terhambat karena kehilangan posisi

8) Pengaturan kemalangan, misalnya kehilangan hubungan dengan orang yang dicintai

9) Hilangnya kekuatan dan kekokohan aktual, perubahan potret diri mental, perubahan ide diri. Perubahan dunia lain dalam agama atau keyakinan semakin terkoordinasi dalam kehidupan yang ketat, ini harus terlihat dalam penalaran dan tindakan sehari –hari.

2.2.4.4 Perubahan Psikososial 1) Kesepian

Terjadi ketika pasangan hidup atau teman dekat meninggal, terutama jika lansia mengalami penurunan kesejahteraan, seperti mengalami penyakit serius yang serius, kelemahan fleksibilitas atau cacat fisik, terutama pendengaran.

2) Duka cita (Bereavement)

Kematian belahan jiwa, pendamping tersayang, atau bahkan hewan peliharaan dapat mengurangi perlindungan jiwa yang umumnya lembut pada lansia. Ini dapat memicu masalah fisik dan medis.

3) Depresi

Melanjutkan dengan melankolis membuat sensasi kekosongan, diikuti oleh keinginan untuk menangis dan masuk ke episode yang memberatkan. Kesengsaraan juga dapat disebabkan oleh tekanan ekologis dan berkurangnya keserbagunaan.

4) Gangguan cemas

Dibagi menjadi beberapa kategori: fobia, panik, gangguan kecemasan umum, gangguan stres pasca trauma dan gangguan obsesif

kompulsif, gangguan ini menetap di masa dewasa muda dan berhubungan dengan efek sekunder penyakit medis, depresi, efek samping obat, atau gejala tiba-tiba. penarikan diri dari suatu penyakit.

5) Parafrenia

Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, yang ditunjukkan dengan waham, lansia sering merasa bahwa tetangganya mengambil barang miliknya atau berniat membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang terisolir atau terisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial.

6) Sindroma Diogenes

Sebuah gangguan di mana orang tua menunjukkan perilaku yang sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena orang tua bermain dengan kotoran dan air kencingnya, sering menumpuk barang tidak teratur. Bahkan setelah dibersihkan, situasi ini bisa terjadi lagi.

2.2.5 Tujuan Pelayanan Kesehatan pada Lansia

Tujuan penyelenggaraan kesejahteraan lanjut usia, terdiri dari:

2.2.5.1 Menjaga status kesejahteraan lansia dengan tingkat yang paling tinggi, untuk menghindari infeksi atau pengaruh yang meresahkan

2.2.5.2 Sangat fokus pada penyakit dengan latihan fisik dan mental

2.2.5.3 Carilah tenaga sebanyak yang diharapkan dengan tujuan bahwa lansia yang mengalami efek buruk dari penyakit atau kebingungan dapat tetap mempertahankan kebebasan ideal.

2.2.5.4 Ikut serta memberikan bantuan moral dan bantuan kepada lansia yang berada di tahap terminal sehingga lansia dapat menghadapi kematian dengan tenang dan dengan kemuliaan. Kemampuan administrasi dapat

diselesaikan di tempat bansos yang lama, fokus data bansos yang lama, dan fokus peningkatan bansos yang lama serta penguatan komunitas yang lama.

2.3 Asuhan Keperawatan Osteoartritis 2.3.1 Pengkajian

Sumber data pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan osteoarthritis meliputi :

2.3.1.1 Identitas klien

Mengetahui nama klien, usia yang memberikan panduan sehubungan dengan variabel kecenderungan infeksi. Osteoarthritis jarang dijumpai usia dibawah 40 tahun, seringnya pada umur 60 tahun keatas serta yang paling banyak tekena yaitu perempuan daripada laki – laki. Ada perbedaan diantara masing – masing suku bangsa, orang – orang yang berkulit hitam dan Asia jarang sekali terkena penyakit osteoarthritis dari pada orang asli Amerika yang berkulit putih. Selain itu juga bisa mempengaruhi seseoran mengetahui faktor pekerjaan yang diharuskan untuk mengangkat beban juga bisa menyebabkan nyeri dan menjadi pemicu munculnya osteoarthritis (Debora, 2012).

2.3.1.2 Riwayat kesehatan 1) Keluhan utama

Penderita osteoarthritis adalah nyeri sendi. Di riwayat kesehatan sekaran, kebanyakan pasien mengeluh nyeri saat bergerak dan merasa kaku di persendian.

2) Riwayat kesehatan saat ini

Berupa paparan mengenai penyakit yang diderita oleh klien dari ulai timbulnya keluhan yang dirasakan hingga klien dibawa ke rumah sakit, dan apakah pernah periksa ke tempat lain selain di rumah sakit umum serta pengobatan apa yang pernah diberikan, bagaimana perubahannya dan data yang didapatkan saat pengkajian.

3) Riwayat kesehatan sebelumnya

Informasi yang diperoleh biasanya klien yang pernah mengalami akromegali dan kejengkelan pada persendian seperti artropati.

4) Riwayat penyakit keluarga

Biasanya didaptkan adanya data keluarga yang menderita osteoarthritis sebelumnya. Penyakit osteoarthritis biasanya terjadi karena faktor genetic. Jika anggota keluarga mengalami penyakit ini maka kemungkinan bisa menurun pada keluarga selanjutnya (Debora, 2012).

2.3.1.3 Riwayat keperawatan

Dalam pengkajian riwayat keperawatan, perawat perlu mengidentifikasi adanya :

1) Rasa nyeri / sakit tulang punggung (bagian bawah), leher dan pinggang 2) Berat badan menurun

3) Biasanya di atas 45 tahun

4) Jenis kelamin sering pada wanita 5) Pola latihan dan aktivitas

6) Keadaan nutrisi (eg: kurang vitamin D dan C, serta kalsium) 7) Merokok, mengkonsumsi alkohol dan kafein

8) Adanya penyakit endokrin: diabetes mellitus, hipertiroid, hiperparatiroid, sindrom cushing, akromegali hipogonadisme.

2.3.1.4 Pemeriksaan fisik : 1) Keadaan umum

Lansia yang mengalami masalah otot luar biasanya lemah, kesadaran klien biasanya composmentis dan acuh tak acuh.

2) Tanda vital

Suhu pada lansia dalam batas normal (<37°C) Nadi pada lansia meningkat (N : 70-82x/menit) TD pada lansia meningkat atau dalam batas normal Pernafasan biasanya megalami peningkatan atau normal 3) Pemeriksaan Review Of System (ROS)

(1) Sistem Respirasi (B1)

Inspeksi : Pada lansia, osteoartritis dapat dilacak sebagai perluasan kekambuhan pernapasan atau masih berada di dalam titik batas yang khas.

Palpasi : Rongga dada dengan vocal fremitus simetris atau tidak Auskultasi & Perkusi : Kelainan yang sering ditemukan beberapa paru obstruktif dan kelainan pleura (effusi pleura, nodul subpleura).

(Putra et al, 2013)

(2) Sistem Kardiovaskuler (B2)

Inspeksi : Pada lansia osteoarthritis tekanan darah dan nadi mungkin meningkat, namun pada penyakit osteoarthritis sendiri jarang di dapatkan ada masalah

Palpasi : Kaji ada tidaknya vena jugulari biasanya pada penderita osteoarthtis jarang kita jumpai

Auskultasi & Perkusi : Kelainan jantung yang simtomatis jarang di dapatkan

(3) Sistem Persarafan (B3)

Inspeksi : Pada lansia dengan osteoartritis, terdapat berbagai gangguan neuritis karena vaskulitis yang sering terjadi sebagai kemalangan nyata di titik terjauh dengan efek samping kaki atau pergelangan tangan turun. (Putra et al, 2013).

(4) Sistem Genetourinaria (B4)

Inspeksi : Pada lansia osteoarthritis perubahan pola perkemihan, seperti disuria, distensi kandung kemih, warna dan bau urin.

(5) Sistem Pencernaan (B5)

Inspeksi : Pada lansia osteoarthritis keadaan mulut, gusi, gigi dan abdomen jarang dijumpai adanya pembengkakan / benjolan

Palpasi & Perkusi : Tidak ada nyeri tekan pada abdomen (6) Sistem Muskuloskeletal & Integumen (B6)

Pada lansia dengan osteoartritis, ketidakteraturan otot luar super yang dapat dilihat selama evaluasi termasuk penurunan tonus otot, hilangnya massa, dan kontraktur. Pengkajian rentang gerak merupakan data dasar yang penting dimana hasil pengukuran nantinya dibandingkan untuk mengevaluasi terjadinya kehilangan mobilisasi sendi. Rentang gerak di ukur dengan menggunakan

geniometer. Pengkajian rentang gerak dilakukan di daerah seperti bahu, kaki, lengan, siku, panggul, dan.

Inspeksi : Perhatikan warna kulit, ukuran, kehalusan kulit, pembesaran, pelengkap penuh. Kepala biasanya mengalami sianosis.

Palpasi : Kekuatan otot, pembengkakan kaki pada persendian.

Untuk mengetahui skala penderitaan pada pasien yang menggunakan metode numerik. (Andarmoyo, 2013).

Perkusi : Akan terjadi menggigil pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jaringan, dan perluasan sendi yang seimbang.

(7) Sistem Pengindraan (B7)

Inspeksi & Palpasi : Penderita osteoarthritis pada lansia bisa dilakukan test ketajaman penglihatan. Sfingter pupil timbul sklerosis dan respon terhadap sinar menghilang; kornea lebih berbentuk sferis (bola), lensa lebih suram (kekeruhan pada lansia) dan berlanjut menjadi katarak, terjadi peningkatan ambang, pengamatan sinar, kemampuan adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam gelap, terjadi penurunan atau menghilangnya daya akomodasi, dengan tanda dan gejala presbiopia, lansia juga sulit melihat dekat karena dipengaruhi oleh kurangnya elastisitas lensa; luas pandangan berkurang, dan daya membedakan warna menurun terutama warna hijau dan biru pada skala.

(8) Sistem Endokrin dan Kelenjar Limfe (B8)

Pada lansia yang terkena osteoarthritis jarang di dapatkan pembesaran thyroid dan kasus yang berhubungan dengan sistem endokrin, kelenjar limfe.

1) Riwayat Psikososial

Penyakit ini sering terjadi pada wanita. Biasanya sering muncul kecemasan, takut melakukan aktivitas, dan perubahan konsep diri.

Perawat perlu mengkaji masalah – masalah psikologi yang timbul akibat proses ketuaan dan efek penyakit yang menyertainya.

2) Pengkajian Khusus

(1) Kemampuan mental SPMSQ (2) Screening Fall

(3) Status praktis (katz indeks) (4) MMSE

(5) Skala depresi (6) Skala Norton 2.3.2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang reaksi individu, keluarga, dan area lokal terhadap masalah medis asli atau potensial atau proses kehidupan yang menjadi alasan pemilihan mediasi keperawatan untuk mencapai hasil. (Deden, 2012). Masalah keperawatan yang muncul seperti yang ditunjukkan oleh (Tim Pokja SDKI, 2017).

Tabel 2.3 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi.

No Dx Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor D.0054 Subjektif

1. Mengeluh sulit

menggerakan ekstermitas.

Objektif

1. Kekuatan otot menurun 2. Rentang gerak menurun

(ROM)

Subjektif

1. Nyeri saat bergerak 2. Enggan melakukan

pergerakan

3. Merasa cemas saat bergerak Objektif

1. Sendi kaku

2. Gerakan tidak terkoordinasi 3. Gerakan terbatas

4. Fisik lemah

3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi No Dx Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor D.0111 Subjektif

1. Menanyakan masalah yang dihadapi

Objektif

1. Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran 2. Menunjukkan persepsi

yang keliru terhadap masalah

Subjektif (tidak tersedia) Objektif

1. Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat

2. Menunjukkan perilaku berlebihan (mis. Apatis, bermusuhan, agitasi, histeria) No Dx Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor D.0078 Subjektif

1. Mengeluh nyeri

2. Merasa depreri (tertekan) Objektif

1. Tampak meringis 2. Gelisah

3. Tidak mampu

menuntaskan aktivitas

Subjektif

1. Merasa takut mengalami cedera berulang

Objektif

1. Bersikap protektif (mis. Posisi menghindari nyeri)

2. Waspada

3. Pola tidur berubah 4. Anoreksia

5. Fokus menyempit

6. Berfokus pada diri sendiri

39 2.3.5 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan lansia adalah rencana permainan syafaat keperawatan yang berbeda yang berharga untuk mencegah, mengurangi atau mengurangi masalah yang lama. (Kholifah, 2016). Intervensi keperawatan adalah obat-obatan yang diselesaikan oleh petugas berdasarkan informasi dan penilaian klinis untuk mencapai hasil yang normal (Tim Pokja SLKI, 2018).

Tabel 2.4 Intervensi

Intervensi menurut (Tim Pokja SLKI, 2018) & (Tim Pokja SIKI, 2018)

Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI

Kode Diagnosis Kode Luaran Kode Intervensi

D.0078 Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal

kronis L.08066

L.08063

Setelah dilakukan tindakan / kunjungan selama 2x diharapkan tingkat nyeri klien menurun, dibuktikan dengan kriteria hasil : Luaran Utama

Tingkat Nyeri

1. Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat

2. Keluhan nyeri menurun 3. Ketegangan otot menurun 4. Meringis menurun

Luaran Tambahan 1. Kontrol Nyeri

I.08238

Intervensi Utama Manajemen Nyeri Observasi

1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, insensitas nyeri

2. Identifikasi skala nyeri Terapeutik

3. Berikan teknik

nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik,

40 I.08245

I.09326

biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)

4. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) 5. Fasilitas istirahat dan

tidur Edukasi

6. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri 7. Jelaskan strategi

meredakan nyeri 8. Anjurkan memonitor

nyeri secara mandiri Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu Intervensi Tambahan 1. Perawatan Kenyamanan 2. Terapi Relaksasi

D.0054 Gangguan mobilitas fisik berhubungan

Setelah dilakukan tindakan / kunjungan selama 2x diharapkan mobilitas fisik klien meningkat, dibuktikan dengan kriteria hasil :

I.05173

Intervensi Utama Dukungan Mobilisasi Oservasi

41 dengan kekakuan

sendi. L.05042

L.05041 L.05044

Luaran Utama Mobilitas Fisik

1. Pergerakan ekstermitas meningkat 2. Kekuatan otot meningkat

3. Rentang gerak (ROM) meningkat 4. Kaku sendi menurun

Luaran Tambahan 1. Koordinasi Pergerakan 2. Pergerakan Sendi

I.06171

1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya 2. Identifikasi toleransi fisik

melakukan pergerakan Terapeutik

3. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. Pagar tempat tidur)

4. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu Edukasi

5. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi 6. Anjurkan melakukan

mobilisasi dini 7. Ajarkan mobilisasi

sederhana yang harus dilakukan (mis. Duduk di tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi) Intervensi Tambahan Dukungan Ambulasi D.0111 Defisit

pengetahuan berhubungan

Setelah dilakukan tindakan / kunjungan selama 2x diharapkan tingkat pengetahuan klien meningkat, dibuktikan dengan kriteria hasil :

I.12383

Intervensi Utama Edukasi Kesehatan Observasi

42 dengan kurang

terpapar informasi L.12111

L.12110

Luaran Utama Tingkat Pengetahuan

1. Perilaku sesuai anjuran meningkat 2. Perilaku sesuai dengan pengetahuan

meningkat

3. Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun

4. Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun

Luaran Tambahan 1. Tingkat Kepatuhan

I.12360 I.12362

1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

Terapeutik

2. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

3. Berikan kesempatan untuk bertanya Edukasi

4. Jelaskan faktor risiko yang dapat

mempengaruhi kesehatan 5. Ajarkan perilaku hidup

bersih dan sehat Intervensi Tambahan 1. Bimbingan Sistem

Kesehatan

2. Edukasi aktivitas/istirahat

43 2.3.6 Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan bagian yang berfungsi dalam asuhan keperawatan, penolong melakukan tindakan sesuai dengan yang diharapkan.

Kegiatan bersifat ilmiah, khusus, dan relasional sebagai upaya yang berbeda untuk memenuhi persyaratan dasar klien. Aktivitas keperawatan menggabungkan aktivitas keperawatan, persepsi keperawatan, kesejahteraan/instruksi keperawatan, dan aktivitas klinis yang dilakukan oleh petugas. (Saifudin, 2018).

2.3.7 Evaluasi

Evaluasi diselesaikan dengan mempertimbangkan langkah-langkah yang ditentukan sebelumnya dalam mengatur, membandingkan konsekuensi dari kegiatan keperawatan yang telah dilakukan dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dan mengevaluasi kelayakan sistem keperawatan mulai dari tahap penilaian, pengaturan dan pelaksanaan.

Penilaian dikumpulkan menggunakan SOAP (Fadhilla, 2018).

2.4 Kerangka Masalah

Usia, jenis kelamin, genetik, suku bangsa, kegemukan, cedera sendi, pekerjaan dan olahraga, kelaianan pertumbuhan, kepadatan tulang

Penurunan jumlah cairan sinovial

Penurunan absorbsi kalsium

wanita

Bentuk panggul melebar Tekanan sendi

Beban lama

Penurunan hormonal Penurunan kadar kalsium

Sendi tidak kuat menahan beban Depresi sendi

berlangsung

OSTEOARTHRITIS

Perubahan Komponen Sendi (Kolagen dan jaringan subkondrial

Perubahan fungsi sendi

Deformitas sendi Sulit bergerak

Gangguan mobilitas

fisik

Inflamasi nyeri

Membrane synovial Penebalan pada synovial berupa

kista

Pembengkakan sendi Fibrosis kapsul, osteosit, iregularitas

permukaan sendi Nyeri kronis

Menipisnya bantalan pada

persendian

Kerusakan tulang rawan Kontraktur kapsul.

Instabilitas sendi Deformitas

sendi Perubahan bentuk tubuh pada tulang

dan sendi Perubahan status

kesehatan Bukan merupakan penyakit yang awam

dibicarakan orang Kurangnya informasi

tentang penyakit Defisit pengetahuan Sumber : WOC Osteoarthritis

(Modifikasi dari (Nurarif &

Kusuma, 2015) dan (Dyasmita, 2016) dan (Purwanto, 2016)

45 BAB III TINJAUAN KASUS

Pada bab ini akan disajikan hasil pelaksanaan Studi Kasus Penerapan Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Penderita Osteoarthritis Dengan Pendekatan Keluarga Binaan Di Desa Siwalanpanji Buduran Sidoarjo yang dimulai dari tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pada waktu dan ruang yang digunakan pengambilan kasus.

3.1. Pengkajian

3.1.1. Hasil anamnesis Studi Kasus Penerapan Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Penderita Osteoarthritis Dengan Pendekatan Keluarga Binaan Di Desa Siwalanpanji Buduran Sidoarjo tahun 2022

Tabel 3.1 Identitas

Klien 1 Klien 2

Ny. R (51 tahun), sudah menikah, beragama islam, pendidikan terakhir S1 Kedokteran, bekerja sebagai Dokter Umum, alamat Jl. Diponegoro Lemah Putro III / 256 Sidoarjo. Tanggal pengkajian 28 Mei 2022.

Ny. N (51 tahun), sudah menikah, beragama islam, pendidikan terakhir S1 Kedokteran, bekerja sebagai Dokter Gigi, alamat Perum Wisma Permai Jl. Jatisari Permai I Blok C No.1 Pepelegi Waru. Tanggal pengkajian 03 Juni 2022.

Tabel 3.2 Riwayat kesehatan Riwayat

kesehatan

Klien 1 Klien 2

Keluhan utama

Nyeri lutut sebelah kiri Nyeri lutut sebelah kiri Riwayat

kesehatan saat ini

Saat dikaji pada tanggal 28/Mei/22 klien mengatakan jika ia terkena Osteoarhritis grade 2 sejak bulan desember 2021 jika nyerinya parah klien sampai mengunakan kruk, terakhir klien menggunakan kruk di bulan mei 2022 saat selesai dari perjalanan mudiknya di blitar. Klien mengeluh

Saat dikaji pada tanggal 03/Juni/22 klien mengatakan jika ia terkena Osteoarthritis grade 2 sejak juli 2021 hingga harus dilakukan injeksi glukokortikoid intraartikular oleh dokter spesialis ortopedi di bulan november 2021. Klien tampak meringis dan mengeluh nyeri saat

Dokumen terkait