• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GOUT ARTHRITIS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN DEFISIT PENGETAHUAN DI DESA

KEMANTRENREJO RW 05 RT 02 KECAMATAN REJOSO

Oleh : ADAM YUSUF

NIM: 1801096

PROGRAM DIII KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA SIDOARJO

2021

(2)

ii

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GOUT ARTHRITIS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN DEFISIT PENGETAHUAN DI DESA

KEMANTRENREJO RW 05 RT 02 KECAMATAN REJOSO Sebagai persyaratan untuk memenuhi salah satu persyaratan Ahli madya keperawatan di politeknik kesehatan kerta Cendikia Sidoarjo

Oleh : ADAM YUSUF

NIM: 1801096

PROGRAM DIII KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA SIDOARJO

2021

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

MOTTO

"Barang siapa belum pernah merasakan pahitnya menuntut ilmu walau sesaat, ia akan menelan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya".

(Imam Asy-Asyafi’i)

“Dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepadamu, ya rabbku”

(Q.S Maryam Ayat 4)

“Berusaha selayaknya manusia, Berdoa sebagai hambanya”

(Adam Yusuf)

(7)

vii

LEMBAR PERSEMBAHAN

Syukur Alhamdulillah senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.

Isi pikiran yang tersampaikan dalam karya ini persembahkan kepada :

1. Kepada kedua orang tua saya (Ayah dan ibu) yang telah memberikan dukungan dan kekuatan untuk terus melanjutkan studi, atas doa dan pengorbanan yang orangtua saya lakukan saya bisa sampai pada tahap ini.

2. Kepada guru akidah akhlak, syariat serta hakikat agama saya, terima kasih untuk selalu memberikan nasihat dan pengingatnya, terima kasih untuk pelajaran hidup yang telah diberikan. Terima kasih telah membimbing saya untuk selalu mengingat Allah SWT dan terima kasih untuk kritik dan saran terhadap setiap kesalahan yang saya perbuat.

3. Kepada bapak dan ibu dosen pembimbing, terima kasih untuk bimbingan dan saran-saran yang telah disampaikan selama proses penyelesaian laporan tugas akhir ini, sehingga saya banyak belajar dan dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini dengan baik.

4. Untuk saudara dan teman seangkatan, terima kasih telah berjuang Bersama hingga akhir. Terima kasih sudah menjalani studi dengan baik, dan dapat selalu bersama hingga titik ini. Semoga ilmu yang telah kita dapatkan selama menjalani studi dapat bermanfaat, barokah, dan di ridhoi oleh Allah SWT.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GOUT ARTHITIS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN DEFISIT PENGETAHUAN DI DESA KEMANTRENREJO RW 05 RT 02 KECAMATAN REJOSO KABUPATEN PASURUAN” ini dengan tepat waktu sebagai persyaratan akademik dalam meneyelesaikan Program D3 Keperawatan di Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan pihak, untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa

2. Orang Tua yang selalu memberikan dukungan baik secara moriil maupun materiil

3. Ibu Agus Sulistyowati, S. Kep., M. Kes. selaku Direktur Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo dan Bapak Nurul Huda, S.Psi., S. Kep., M. Si. selaku Direktur Akademi Kperawatan Kerta Cendekia Kampus Pasuruan

4. Ibu Ns. Meli Diana, S.Kep., M.Kes.selaku pembimbing utama

5. Ibu R.A. Helda Puspitasari, S.Kep.Ns., M.Kep. selaku pembimbing kedua 6. Responden

7. Pihak-pihak yang turut berjasa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Penulis sadar bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum mencapai kesempurnaan, sebagai bekal perbaikan, penulis akan berterima kasih apabila para pembaca berkenan memberikan masukan, baik dalam bentuk kritikan maupun saran demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi keperawatan.

Pasuruan,

Penulis

(9)

ix DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN... .iii

LEMBAR PERSETUJUAN………...iv

LEMBAR PENGESAHAN. ... ..v

MOTTO HIDUP… ... .vi

LEMBAR PERSEMBAHAN………....vii

KATA PENGANTAR………..viii

DAFTAR ISI………..ix

DAFTAR TABEL ………xiii

DAFTAR GAMBAR………xiv

DAFTAR LAMPIRAN……….……xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1 Manfaat Akademis ... 4

1.4.2 Manfaat Praktis ... 4

1.5 Metode Penelitian... 5

1.5.1 Metode... 5

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data ... 5

1.5.3 Sumber Data ... 6

1.5.4 Studi Kepustakaan ... 6

1.6 Sistematika Penulisan... 6

1.6.1 Bagian awal ... 6

1.6.2 Bagian inti ... 6

(10)

x

1.6.3 Bagian Akhir ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Konsep Penyakit... 8

2.1.1Definisi Gout Arthitis ... 8

2.1.2 Etiologi dan Klasifikasi Gout Arthitis... 9

2.1.3 Faktor Resiko Gout Arthitis ... 11

2.1.4 Manifestasi Klinis Gout Arthitis ... 13

2.1.5 Patofisiologi Gout Arthitis ... 14

2.1.6 Komplikasi Gout Arthitis ... 16

2.1.7 Penatalaksanaan Gout Arthitis ... 16

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang Gout Arthitis ... 17

2.2 konsep dasar keluarga ... 18

2.2.1 Definisi keluarga ... 18

2.2.2 tipe keluarga ... 18

2.2.3 struktur keluarga... 19

2.2.4 peran keluarga ... 20

2.2.5 fungsi keluarga ... 28

2.3 Konsep defisit pengetahuan ... 31

2.3.1 Definisi defisit pengetahuan ... 31

2.3.2 penyebab ... 31

2.3.3 cara memperoleh pengetahuan ... 33

2.4 Konsep asuhan keperawatan ... 36

2.4.1 Pengkajian ... 36

2.4.2 Diagnosa keperawatan ... 43

2.4.3 Intervensi kperawatan ... 45

2.4.4 Implementasi keperawatan ... 49

2.4.5 Evaluasi ... 49

(11)

xi

2.5 Pathway ... 50

BAB III... 51

3,1 Pengkajian ... 51

3.1.1 data umum ... 51

3.1.2 riwayat dan tahap perkembangan keluarga ... 53

3.1.3 data lingkungan ... 54

3.1.4 struktur keluarga... 55

3.1.5 fungsi keluarga ... 56

3.1.6 setress dan koping keluarga ... 58

3.1.7 pemeriksaan kesehatan tiap individu anggota keluarga ... 58

3.1.8 harapan keluarga ... 60

3.2 analisa data ... 61

3.3 diagnosa keperawatan ... 63

3.4 skoring prioritas masalah defisit pengetahuan ... 64

3.5 perencanaan ... 66

3.6 implementasi ... 68

3.7 evaluasi ... 72

BAB IV PEMBAHASAN ... 76

4.1 Pengkajian ... 76

4.2 diagnosa keperawatan ... 79

4.3 intervensi keperawatan ... 80

4.4 implementasi keperawatan ... 80

4.5 evaluasi keperawatan ... 81

BAB V PENUTUP ... 83

5.1 Kesimpulan ... 83

5.2 Pengkajian ... 83

5.3 Diagnosa Keperawatan... 83

5.4 Intervensi Keperawatan ... 84

5.5 Implementasi Keperawatan ... 84

(12)

xii

5.6 Evaluasi Keperawatan ... 84

5.7 Saran ... 84

5.7.1 Bagi keluarga ... 84

5.7.2 Bagi Institusi Pendidikan ... 85

5.7.3 Bagi Penulis Selanjutnya... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 87 LAMPIRAN

(13)

xiii

Tabel 2.2 Skala bailon maglaya ... 43

Tabel 2.3 Intervensi keperawatan defisit pengetahuan ... 47

Tabel 3.1 Komposisi Keluarga dengan masalah defisit pengetahuan ... 51

Tabel 3.2 Pemeriksaan fisik ... 58

Tabel 3.3 Pemeriksaan penunjang... 60

Tabel 3.4 Analisa data ... 61

Tabel 3.5 Diagnosa keperawatan ... 63

Tabel 3.6 Skoring defisit pengetahuan ... 64

Tabel 3.7 Perencanaan ... 66

Tabel 3.8 Implementasi Keperawatan ... 68

Tabel 3.9 Evaluasi ... 72

Tabel 4.1 Lembar Konsultasi Pembimbing 1 ... 84

Tabel 4.2 Lembar Konsultasi Pembimbing 2 ... 86

(14)

xiv

Daftar Gambar

Gambar 1.1 Patway Gout Arthritis... 15 Gambar 2.5 Kerangka masalah ... 50 Gambar 3.1 Genogram Keluarga ... 52

(15)

xv

Daftar Lampiran

Daftar lampiran 1………..91 Daftar lampiran 2………..94

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Asam urat adalah sisa metabolisme zat purin yang berasal dari makanan yang dikonsumsi. Purin adalah zat yang terdapat pada tiap bahan makanan yang berasal dari tubuh makhluk hidup. Jika tubuh dalam keadaan normal, asam urat itu akan dikeluarkan tubuh melalui kotoran atau urin (Kemenkes, 2021), akan tetapi akibat minimnya informasi tentang penyakit gout arthritisbanyak masyarakat yang kurang mengetahui apa itu penyakit gout arthritis yang dapat menimbulkan peradangan pada sendi disertai rasa nyeri. Sehingga timbul masalah keperawatan dengan masalah defisit pengetahuan pada penyakit yang diderita.

Berdasarkan survey World Health Organization (WHO) tahun 2013 Indonesia merupakan Negara terbesar ke 4 di dunia yang penduduknya menderita asam urat, prevalensi penyakit asam urat di Indonesia sebesar 81%. Adapun berdasarkan riset kesehatan dasar (riskesdas) ada 3 provinsi dengan prevalensi penyakit asam urat tertinggi adalah : Nusa Tenggara Timur (NTT) sebesar 32,1%, jawa timur sebesar 32,1%, dan bali 20,8%. Berdasarkan data di desa Kemantrenrejo RW 05 RT 02 Kecamatan Rejoso yang mengidap penyakit asam urat ialah 3 Orang.

Asam urat adalah terjadinya sekresi asam urat yang berlebihan atau efek renal yang menyebabkan penurunan ekresi asam urat, atau kombinasi keduanya.

Hiperurisemia primer mungkin disebabkan oleh diet hevbat atau kelaparan, asupan makanan tinggi purin(kerang,daging, organ) secara berlebihan atau herediter. Pada kasus hiperurisemia sekunder, gout merupakan manifestasi klinis

(17)

sekunder dari berbagai proses genetikatau proses dapatan, termasuk kondisi disertai dengan peningkatan peremajaan sel (leukemia, mieloma multipel, psoriasis, beberapa anemia) dan peningkatan penghancur sel. Apabila terjadi keterlibatan kerusakan organ penting yang disebabkan minimnya informasi tentang penyakit gout arthritis maka konsekuensinya biasanya terhadap pengetahuan tentang penyait gout arthritis pada penderita, keluarga da masyarakat.

Kurangnya pengetahuan akan masalah penyakit ini harus diperbaiki dengan memberi wawasan pada Pasien dan keluarga contohnya tentang diet yang cocok pada penderita Gout Arthritis. Untuk menjaga agar kadar asam urat darah tetap dalan batas normal. Maka dari itu hindari makanan yang mengandung tinggi purin seperti: Jeroan( hati, jantung, lidah, ginjal, usus) sarden, kerang, ikan asin, kacang-kacangan , bayam, Udang, daun melinjo. Pada prinsipnya mencegah lebih baik daripada mengobati. Tetapi jika sudah telanjur mengalami penyakit penyakit ini, langkah terpenting adalah semaksimal mungkin mengurangi komsumsi makanan dan minuman yang kaya akan zat purin disertai dengan olahraga dan istirahat secara teratur. Karena minum obat saja tanpa disertai kepatuhan diet tidak akan membuahkan hasil pengobatan yang baik karena produksi asam urat tetap tinggi. Melihat cukup banyaknya angka kejadian dan angka kekambuhan, serta komplikasi gout arthiritis yang mungkun terjadi maka saya merasa tertarik dan perlu untuk mengetahui gambaran penderita gout arthritis

(18)

1.2 Rumusan Masalah

“Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan pada pasien Gout Arthritis Dengan Masalah Keperawatan Defisit Pengetahuan Di Desa Kemantrenrejo Rw 05 Rt 02 Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan ?”

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi dan mengambarkan asuhan keperawatan pada pasien Gout Arthritis Dengan Masalah Keperawatan Defisit Pengetahuan Di Desa Kemantrenrejo Rw 05 Rt 02 Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan”

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Menggambarkan pengkajian keluarga pada pasien gout arthartitis Di Desa Kemantrenrejo Rw 05 Rt 02 Kecamatan rejoso Kabupaten Rejoso.

1.3.2.2 Menggambarkan diagnosa keperawatan keluarga yang muncul pada pasien gout arthartitis di Desa Kemantrenrejo Rw 05 Rt 02 Kecamatan rejoso Kabupaten Rejoso.

1.3.2.3 Menggambarkan perencanaan keperawatan keluarga pada pasien gout arthartitis di Desa Kemantrenrejo Rw 05 Rt 02 Kecamatan rejoso Kabupaten Rejoso.

1.3.2.4 Menggambarkan tindakan keperawatan keluarga pada pasien gout arthartitis di Desa Kemantrenrejo Rw 05 Rt 02 Kecamatan rejoso Kabupaten Rejoso.

(19)

1.3.2.5 Menggambarkan evaluasi keperawatan keluarga pada pasien gout arthartitis di Desa Kemantrenrejo Rw 05 Rt 02 Kecamatan rejoso Kabupaten Rejoso.

1.4 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :

1.4.1 Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber ilmu pengetahuan dan pembelajaran, khususnya dalam bidang asuhan keperawatan keluarga dengan kasus Gout arthritis.

1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Tenaga Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan referensi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan menambah pengetahuan serta pengalaman kerja perawat dalam memeberikan asuhan keperawatan dimasa mendatang, khususnya pada kasus Gout Arthritis.

1.4.2.2 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan dan acuan bagi peneliti berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan keluarga dengan kasus Gout arthritis.

1.4.2.3 Klien dan Keluarga

Hasil penelitian ini dapat membantu keluarga dengan pasien Gout Arthtritis untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan pengobatan dan perawatan Gout Arthtritis.

(20)

1.4.2.3 Bagi Pembaca

Dengan adanya penelitian ini, pembaca dapat menggunakannya sebagai sumber informasi tentang perawatan dan pengobatan Gout Arthtritis.

1.5 Metode Penelitian 1.5.1 Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode yang dilakukan dengan membuat gambaran peristiwa atau keadaan suatu subjek dengan rinci. Metode ini difokuskan pada masalah yang akan dibahas yaitu Gout Arthtritis, yang meliputi studi kepustakaan yang mempelajari, mengumpulkan, membahas data dengan studi pendekatan proses keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data 1.5.2.1 Wawancara

Data diperoleh dan diambil melalui percakapan baik denngan klien maupun dengan keluarga.

1.5.2.2 Observasi

Data yang diambil melalui pengamatan kepada klien.

1.5.2.3 Pemeriksaan

Data yang diperoleh dengan melakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat menunjang menegakkan diagnosa dan penanganan lanjutan.

(21)

1.5.3 Sumber Data 1.5.3.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari klien, dengan klien adalah sumber utama data.

1.5.3.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang terdekat klien, catatan medis, hasil-hasil pemeriksaan dan tim kesehatan lain.

1.5.4 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data dengan tinjauan pustaka dan pengumpulan buku-buku atau bahan tertulis serta referensi-referensi yang relevan dengan penelitian yang akan dibahas.

1.6 Sistematika Penulisan

Agar lebih jelas dan penelitian ini dapat mudah dipahami serta dipelajari, secara keseluruhan di bagi menjadi tiga bagian, yaitu :

1.6.1 Bagian awal

Mencakup halaman judul, halaman persetujuan, kata pengantar, daftar isi.

1.6.2 Bagian inti

Bagian ini terdiri dari dua bab, yang setiap bab terdiri dari sub-bab atau bagian sebagai berikut :

1.6.2.1 Bab 1 : Pendahuluan

Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penulisan dan sistematika penulisan.

(22)

1.6.2.2 Bab 2 : Tinjauan Pustaka

Yang berisi tentang konsep penyakit dilihat dari sudu pandang medis dan asuhan keperawatan klien dengan diagnosa Gout Arthtritis, serta kerangka masalah.

1.6.3 Bagian Akhir

Mencakup daftar pustaka, dan lampiran-lampiran

(23)

8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit dan asuhan keperawatan pada pasien dengan Gout. Kosep dasar penyakit akan diuraikan definisi, etiologi, dan cara penanganan secara medis. Konsep dasar keperawatan akan diuraikan masalah - masalah yang muncul pada penyakit Gout dengan melakukan asuhan keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

2.2 Konsep Dasar Penyakit Gout 2.2.4 Definisi Gout

Gout adalah gangguan metabolisme dimana protein berbasis purin tidak dapat dimetabolisme tubuh dengan baik. Sebagai hasilnya, ada peningkatan jumlah asam urat, yang adalah hasil akhir metabolisme purin. Seabagai hasil dari hiperurisemia, krisal asam urat berkumpul di dalam sendi, yang paling umum ibu jari kaki (podagra), menyebabkan sakit ketika sendi bergerak. Asam urat dibersihkan dari tubuh melalui ginjal. Pasien dapat juga dapat berpotensi ke arah penyakit batu ginjal ketika asam urat mengkristal di dalam ginjal.

Menurut Amerikan Collage of Rheumatology (2017), gout adalah suatu penyakit dan potensi ketidakmampuan akibat radang sendi yang sudah dikenal sejak lama, gejalanya biasanya terdiri dari episodik berat dari nyeri inflamasi satu sendi. Gout tidak terbatas pada jempol kaki, dapat juga mempengaruhi sendi lain termasuk kaki, pergelangan kaki lutut, lengan, pergelangan tangan, siku dan kadang di jaringan lunak dan tendon. Biasanya hanya mempengaruhi

(24)

satu sendi pada satu waktu, tapi bisa menjadi semakinparah dan dari waktu ke waktu dapat mempengaruhi beberapa sendi.

Gout merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik yang ditandai oleh mningkatnya konsentrasi asam urat. Penyakit gout merupakan penyakit akibat penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh sehingga menyebabkan nyeri sendi disebut gout artritris.

Jadi dapat disimpulkan gout adalah suatu penyakit gangguan metabolik dimana tubuh tidak dapat mengontrol asam urat sehingga terjadi penumpukkan asam urat yang menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi.

2.2.4 Klasifikasi Gout

Ada 3 klasifikasi berdasarkan manifestasi klinik : 2.1.3.2 Gout arthriris stadium akut

Radang sendi timbul sangat cepat dalam waktu singkat.pasien tidur tanpa ada gejala apa – apa. Pada saat bangun pagi terasa sakit yang hebat dan tidak dapat berjalan. Biasanya bersifat monoartikular dengan keluhan utama berupa nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah. Apabila proses penyakit berlanjut, dapat terkena sendi lain yaitu pergelangan tangan atau kaki, lutut, dan siku. faktor pencetus serangan akut antara lain berupa trauma lokal, diet tinggi purin, kelelahan fisik, stress, pemakaian obat diuretic dan lain – lain.

2.1.3.2 Stadium interkritikal

Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi periode interkritik. Walaupun secara klinik tidak dapat ditemukan tanda- tanda radang akut, namun pada aspirasi sendi ditemukan Kristal urat. Hal ini menunjukkan

(25)

bahwa proses peradangan masih terus berlanjut, walaupun tanpa keluhan (Fatwa, 2014).

2.1.3.2 Stadium arthritis gout kronik

Stadium ini umumnya terdapat pada pasien yang mampu mengobati dirinya sendiri (self medication). Secara umum penanganan gout arthritis adalah memberikan edukasi pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan.

Pengobatan dilakukan dini agar tidak terjadi kerusakan sendi ataupun komplikasi lainnya.

2.2.4 Etiologi Gout

Berdasarkan penyebabnya, penyakit gout digolongkan menjadi 2, yaitu : 2.1.3.1 Gout primer

Penyebab kebanyakan belum diketahui (idiopatik). Hal ini di duga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatkan produksi gout. Heperurisemia atau berkurangnya pengeluaran gout dari tubuh dikatakan dapat menyebabkan terjadinya gout primer.

Hiperurisemia primer adalah kelainan molekular yang masih belum jelas diketahui. Berdasarkan data ditemukan bahwa 99% kasus adalah gout dan hiperurisemia primer. Gout primer yang merupakan akibat dari hiperurisemia primer, terdiri dari hiperirusemia karena penurunan ekskresi (80 – 90 %) dan karena produksi yang berlebih (10 – 20 %)

2.1.3.2 Gout sekunder

Gout sekunder dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu kelainan yang menyebabkan peningkatan biosintesis denovo, kelainan yang menyebabkan

(26)

peningkatan degradasi ATP atau pemecahan asam nukleat dan kelainan yang menyebabkan sekresi menurun. Hiperurisemia sekunder karena peningkatan biosintesis denovo terdiri dari kelainan karena kekurangan menyeluruh enzim HPRT pada syndromeLesh-Nyhan, kekurangan enzim glukosa – 6 phosphate pada glycogenstoragedisease dan kelainan karena kekurangan enzim fructose – 1 phosphate aldolase melalui glikolisis anaerob. Hiperirusemia sekunder karena produksi berlebih dapat disebabkan karena keadaan yang menyebabkan peningkatan pemecahan ATP atau pemecahan asam nukleat dari intisel.

Peningkatan pemecahan ATP akan membentuk AMP dan berlanjut membentuk IMP atau purinenucleotide dalam metabolisme purin, sedangkan hiperurisemia akibat penurunan ekskresi dikelompokkan dalm beberapa kelompok yaitu karena penurunan masa ginjal, penurunan filtrasi glomerulus, penurunan fractional uric acid clearence dan pemakaian obat – obatan.

2.2.4 Faktor Resiko

2.1.4.1 Penyakit ginjal kronis

Hiperurisemia dan penyakit ginjal memiliki hubungan sebab akibat.

Gangguan fungsi ginjal pada ginjal bisa mengganggu ekskresi asam urat.

Namun, kadar asam urat yang terlalu tinggi juga bisa mengganggu kinerja dan fungsi ginjal (Lingga, 2012).

2.1.4.2 Faktor usia

Gout umunya dialami oleh pria dan wanita dewasa yang berusia diatas 40 tahun. Setelah memasuki masa pubertas, pria memiliki resiko gout lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Ketika memasuki usia paruh baya, jumlahnya menjadi sebanding antara pria dan wanita. Dalam sebuah kajian di Amerika,

(27)

pervalensi berlipat ganda alam populasi usia 40 – 75 tahun. Dalam kajian kedua, prevalensi gout pada populasi dewasa di inggris diperkirakan sebesar 1,4%, dengan puncaknya lebih dari 7% pada pria usia 40 – 75 tahun. Menurut survey yang diadakan oleh National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES), rasio penderita hiperurisemia sebagai berikut :

1) Usia diatas 20 tahun : 24%

2) Usia 50 – 60 tahun : 30%

3) Usia lebih tua dari 60 tahun : 40%

4) Rata – rata penduduk Asia : 5 – 6%

Resiko serangan gout mencapai puncaknya pada saat seseorang berusia 75 tahun, setelah berusia di atas 75 tahun, resiko gout semakin menurun, bahkan tidak ada resiko sama sekali. Kecuali, jika penyakit tersebut merupkan perkembangan dari penyakit gout kronis yang sebelumnya telah di alami (Lingga, 2012).

2.1.4.3 Dehidrasi

Kekurangan cairan di dalam tubuh akan menghambat ekskresi gout. Pada dasarnya semua cairan itu adalah pelarut. Air yang memiliki daya larut paling tinggi adalah air putih. Air putih dapat melarutkan semua zat yang larut di dalam cairan, termasuk asam urat. Air diperlukan sebagai pelarut gout yang dibuang atau diekskresi melalui ginjal bersama urine.

2.1.4.4 Makan berlebihan

Asupanpurin dari makanan akan menambah jumlahpurin yang beredar di dalam tubuh. Secara teknis, penambahan purin yang berear di dalam darah tergantung pada jumlah purin yang berasal dari makanan. Artinya, semakin

(28)

banyak , mengkonsumsipurin semakin tinggi kadar asam urat (produk akhir metabolisme purin) dalam tubuh (Lingga, 2012).

2.1.4.5 Konsumsi alkohol

Sejumlah studi mengatakan konsumsi alkohol memiliki pengaruh sangat besar dalam meningkatkan prevalensi gout pada penggemar alkohol. Dampak buruk alkohol akan semakin nyata pada individu yang mengalami obesitas.

Dikatakan bahwa penderita obesitas yang gemar mengkonsumsi alkohol dipastikan mengalami gout (Lingga, 2012).

2.1.5 Manifestasi Klinis Gout

Manifestasi klinis menurut Naga (2013) sebagai berikut : 1. Hiperurisemia

2. Artritis pirai atau gout akut, bersifat eksplosif, nyeri hebat, bengkak, merah, teraba panas pada persendian, dan akan sangat terasa pada waktu bangun tidur di pagi hari.

3. Terdapat kristal urat yang khas dalam cairan sendi.

4. Terdapat tofi dengan pemeriksaan kimiawi.

5. Telah terjadi lebih dari satu serangan akut.

6. Adanya serangan pada satu sendi, terutama pada sendi ibu jari kaki.

7. Sendi terlihat kemerahan.

8. Terjadi pembengkakan asimetris pada satu sendi.

9. Tidak ditemukan bakteri pada saat serangan dan inflamasi.

10. Kista subkortikal tanpa erosi (radiologi).

11. Kultur mikroorganisme negatif pada cairan sendi.

(29)

2.1.6 Patofisiologi

Dalam keadaan normal, kadar asam urat di dalam darah pada pria dewasa kurang dari 7 mg/dl, dan pada wanita kurang dari 6 mg/dl. Apabila konsentrasi asam urat dalam serum lebih besar dari 7 mg/dl dapat menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat. Serangan gout tampaknya berhuban dengan peningkatan atau penurunan secara mendadak kadar asam urat dalam serum. Jika kristal asam urat mengendap dalam sendi, akan terjadi respon inflamasi dan diteruskan dengan terjadinya serangan gout. Dengan adanya serangan yang berulang – ulang, penumpukan kristal monosodium urat yang dinamakan thopi akan mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan telinga. Akibat penumpukan Nefrolitiasis urat (batu ginjal) dengan di sertai penyakit ginjal kronis.

Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan kristal monosodium urat dari depositnya dalam tofi (crystalshedding). Pada beberapa pasien gout atau dengan hiperurisemia simptomatik kristal urat ditemukan pada sendi metatarsofalangeal dan patella yang sebelumnya tidak pernah mendapat serangan akut. Dengan demikian, gout dapat timbul pada keadaan asimptomatik. Terdapat peranan temperatur, pH, dan kelarutan urat untuk timbul serangan gout. Menurunnya kelarutan sodium urat pada temperatur lebih rendah dari sendi perifer seperti kaki dan tangan, dapat menjelaskan mengapa kristal monosodium urat di endapakan kepada kedua tempat tersebut. Predileksi untuk pengendapan kristal monosodium urat pada metatarsofalangeal – 1 (MTP – 1) berhubungan juga dengan trauma ringan yang berulang – ulang pada daerah tersebut.

(30)

Patway

Gambar 1.1

Makanan Yang Tinggi Purin

Gangguan Metabolisme Purin

Gout

Kurangnya pengetahuan teentang purin

enumpukan Kristal Urat

Leokosit menekan kristal urat Peradangan pada sendi

Mekanisme Peradanga

Vasodilatasi dari kapiler

Eritma, panas

Nyeri akut

Kurangnya pengetahuan teentang purin

Gangguan fumgsi fungsi kognitif

Kekeliruan mengikuti anjuran

Peradangan semakin parah Diet yang salah

Defisit Pengetahuan Tidak percaya akan kemampuan diri

Ketidak kuatan sistim pendukung

Ketidak cukupan untuk menghadapi stresor

Koping tidak efektif

(31)

2.2.4 Komplikasi

Menurut Rotschild (2013) komplikasi dari gout meliputi severe degenerative arthritis, infeksi sekunder, batu ginjal dan fraktur pada sendi.

Setokin, kemokin, protease, dan oksigen yang berperan dalam proses inflamasi akut juga berperan pada proses inflamasi kronis, dekstruksi kartilago, dan erosi tulang. Kristal monosodium urat dapat mengaktifkan kondrosit untuk mengeluarkan Interleukin – 1, merangsang sintesis nitricoxide dan matriks metaloproteinase yang nantinya menyebabkan dekstruksi kartilago. Kristal monosodium urat mengaktivasi osteoblas sehingga mengeluarkan sitokin dan menurunkan fungsi anabolik yang nantinya berkontribusi terhadap kerusakan juxtaartikular tulang. Gout telah lama diasosiasikan dengan peningkatan resiko terjadinya batu ginjal. Penderita dengan gout membentuk batu ginjal karena urin memiliki pH rendah yang mendukung terjadinya asam urat yang tidak terlarut.

2.1.8 Penatalaksanaan

Secara umum, penanganan gout adalah memberikan edukasi, pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan. Pengobatan dilakukan secara dini agar tidak terjadi kerusakan sendi ataupun komplikasi lain. Pengobatan gout arthritis akut bertujuan menghilangkan keluhan nyeri sendi dan peradangan dengan obat – obat, antara lain : kolkisin, obat antiinflamasinonsteroid (OAINS), kortikosteroid atau hormon ACTH. Obat penurun gout seperti alupurinol atau obat urikosurik tidak dapat diberikan pada stadium akut.

Namun, pada pasien yang secara rutin telah mengkonsumsi obat penurun gout, sebaiknya tetpa diberikan. Pada stadium interkritik dan menahun, tujuan

(32)

pengobatan adalah menurunkan kadar asam urat, sampai kadar normal, guna mencegah kekambuhan. Penurunan kadar asam urat dilakukan dengan pemberian diet rendah purin dan pemakaian obat alupurinol bersama obat urikosurik yang lain.

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang

1. Di dapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah yaitu : > 6 mg % normalnya pada pria 8 mg % dan pada wanita 7 mg %.

2. Pemeriksaan cairan tofi sangat penting untuk pemeriksaan diagnose yaitu cairan berwarna putih seperti susu dan sangat kental sekali.

3. Pemeriksaan darah lengkap.

4. Pemeriksaan ureum dan kreatinin :

1. Kadar ureum darah normal : 5 -20 mg/dl 2. Kadar kreatinin darah normal : 0,5 – 1 mg/dl

(33)

2.2 Konsep Keluarga 2.2.4 Definisi Keluarga

Menurut Friedman (dalam Setiana, I.A, 2016), keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang bergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing – masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.

Menurut Effendy (dalam Bangga D.F., 2015), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling bergantungan.

Menurut Padila (2012), keluarga adalah kumpulan dua orang tau lebih yang hidup bersama dengan kerikatan aturan emosi dan emosional dan individu mempunyai peran masing – masing yang merupakan bagian dari keluarga.

2.2.2 Bentuk Keluarga

Menurut Effendy (dalam Bangga D.F., 2015), bentuk keluarga adalah :

1. Keluarga inti (nuclear family) merupakan keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang di rencanakan dan terdiri dari suami, istri, dan anak – anak, bak dilahirkan secara natural maupun adopsi.

2. Keluarga asal (family of origin) merupakan suatu unit keluarga tempat asal seseorang dilahirkan.

3. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga ini yang ditambah dengan keluarga lain (karena ada hubungan darah) misalnya, kakek, nenek, bibi, paman, sepupu.

(34)

4. Keluarga modern adalah keluarga dengan orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis (gay/lesbian family).

5. Keluarga berantai (serial family) adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga lain.

6. Keluarga duda atau janda (single family) keluarga yang terbentuk karena perceraian dan atau kematian pasangan yang dicintai.

7. Keluarga komposit (composite family) adalah keluarga dari perkawinan poligami dan hidup bersama

8. Keluarga kohabitasi (kohabitation) adalah dua orang yang menjadi satu keluarga tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak.

9. Keluarga inses (incest family) adalah seiring dengan masuknya nilai – nilai global dan pengaruh informasi dalam beberapa tempat, dijumpai bentuk keluarga yang tidak lazim, misalnya perempuan menikah dengan ayah kandungnya.

10. Keluarga tradisional dan non tradisional adalah keluarga tradisional yang terikat oleh perkawinan, sedangkan non tradisional tidak terikat perkawinan.

2.2.4 Struktur Keluarga

Menurut Friedman (dalam Harmoko hal 19. 2012), struktur keluarga digambarkan sebagai berikut :

2.2.3.1 Struktur komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan hirarki kekuatan.

(35)

Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin mengemukakan pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan menerima umpan balik. Penerima pesan mendengarkan pesan, memberikan umpan balik, dan valid.

Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila tertutup , adanya isu atau berita negatif, tidak berfokus pada satu hal, dan selalu mengulang isu dan pendapat sendiri. Komunikasi keluarga bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi perasaan tidak jelas, judgemental ekpresi,dan komunikasi tidak sesuai. Pnerima pesan gagal dalm mendengar, diskualifikasi, ofensif (bersifat negatif), terjadi miskomunikasi, dan kurang atau tidak valid.

1) Karakteristik pemberi pesan :

1. Yakin dalam mengemukakan suatu pendapat.

2. Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.

3. Selalu menerima dan meminta timbal balik.

2) Karakteristik pendengar : 1. Siap mendengarkan.

2. Memberikan umpan balik.

3. Melakukan validasi.

2.2.3.2 Struktur peran

Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal. Posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat misal status sebagai istri atau suami.

(36)

2.2.3.3 Struktur kekuatan

Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk mengkontrol, memengaruhi atau mengubah perilaku orang lain. Hak (legimate power), ditiru (refent power), keahlian (exper power), hadiah (reward power), paksa (coercive power), dan efektif power.

2.2.3.4 Struktur nilai dan norma

Nilai adalah sistem ide – ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan keluarga,dan lingkungan masyarakat disekitar keluarga.

1. Nilai adalah suatu sistem sikap yang secara sadar atau tidak dapat mempersatukan anggota keluarga.

2. Norma adalah pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.

3. Budaya adalah kumpulan dari pada perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

2.2.4 Tahap Perkembangan Keluarga

Menurut Harmoko (2012), tahap perkembangan keluarga seperti berikut ini : 1. Tahap pertama pasangan baru atau keluarga baru (beginning family)

Keluarga baru dimulai pada saat masing- masing individu, yaitu suami dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah meninggalkan keluarga masing masing secara psikologis keluarga tersebut perlu mempersiapkan kehidupan yang baru karena keduanya membutuhkan penyesuaikan peran fungsi sehari - hari. Masing - masing pasangan

(37)

mengahadapi perpisahan dengan keluarga orangtuanya dan mulai membina hubungan baru dengan keluarga dan kelompok sosial masing – masing.

Masing – masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya. Misalnya, kebiasaan makan, tidur, bangun pagi, bekerja, dan sebagainya. Hal ini yang perlu diputuskan adalah kapan waktu yang tepat untuk mempunyai anak dan berupa jumlah anak yang diharapkan.

Tugas perkembangan le;uarga pada tahap ini antara lain : 1. Membina hubungan intim

2. Menetapkan hubungan bersama.

3. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan kelompok sosial.

4. Merencanakan anak (KB).

5. Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan untuk menjadi orang tua.

6. Tahap kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family)

Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan (2,5 tahun). Kehamilan dan kelahiran bayi perlu disiapkan oleh pasangan suami istri melalui beberapa tugas perkembangan yang penting. Kelahiran bayi pertama memberikan perubahan yang besar dalam keluarga, sehingga pasangan harus beradaptasi dengan perannya untuk memenuhi kebutuhan bayi. Masalah yang sering terjadi dengan kelahiran bayi adalah pasangan merasa diabaikan karena fokus perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi.

(38)

Suami merasa belum siap menjadi ayah atau sebaliknya. Tugas perkembangan pada masa ini anatara lain :

1) Persiapan menjadi ruang tua.

2) Membagi peran dan tanggung jawab.

3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suatu rumah yang menyenangkan.

4) Mempersiapkan biaya atau dana child bearing.

5) Memfasilitas role learning anggota keluarga.

6) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita.

7) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin

7. Tahap ketiga keluarga dengan anak pra sekolah (familie swith pre school) Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan berakhir pada saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi terhadap kebutuhan – kebutuhan dan minat dari anak pra sekolah dalam meningkatkan pertumbuhannya. Kehidupan keluarga pada tahap sangat sibuk dan anak sangat beruntung pada orang tua. Kedua orang tua harus mengatur waktunya sedemikian rupa, sehingga kebutuhan anak, suami/istri, dan pekerjaan (punya waktu/paruh waktu) dapat terpenuhi. Orang tua menjadi arsitek keluarga dalam merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga dalam merancang dan mengarahkan pekermbangan keluarga agar kehidupan perkawinan tetap utuh dan langgeng dengan cara menguatkan kerja sama antara suami istri.

(39)

Orang tua mempunyai peran untuk menstimulasi perkembangan anak pada fase ini tercapai.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut : 1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : kebutuhan tempat

tinggal, privasi, dan rasa aman 2) Membantu anak untuk bersosialisasi

3) Beradaptasi dengan anak yang barulahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi

4) Mempertahakan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)

5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap paling repot)

6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga

7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.

8. Tahap keempat keluarga dengan anak usia sekolah (families with childern) Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktifitas disekolah, masing – masing anak memiliki aktifitas dan minat sendiri demikian pula orang tua yang mempunyai aktifitas berbeda dengan anak.

Untuk itu, keluarga perlu bekerjasama untuk mencapai tugas perkembangan.

Pada tahap ini keluarga (orang tua)perlu belajar berpisah dengan anak, memberikan kesempatan pada untuk bersosialisasi, baik aktifitas di sekolah

(40)

maupun di luar sekolah. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antar lain :

1) Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan dan semangat belajar.

2) Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam perkawinan.

3) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual 4) Menyediakan aktifitas untuk anak.

5) Menyesuaikan pada aktifitas komunikasi dengan mengikutseratakan anak.

9. Tahap kelima keluarga dengan anak remaja (families with teenagers) Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai usia 19 – 20 tahun, pada saat anak meninggalkanrumah orang tuanya. Tujuannya keluarga melepas anak remaja dan memberikan tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :

1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat remaja yang sudah bertambah dan meningkat otonominya.

2) Mempertahankan hubunan yang intim dengan keluarga.

3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari perdebatan, kecurigaan, dan permusuhan.

4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.

10. Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (lowsching center families)

Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung pada banyaknya anak dalam keluargaatau jika anak yang

(41)

belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam melepas anaknya untuk hidup mandiri. Saat semua anak meninggalkan rumah, pasangan perlu menata ulang dan membina hubungan suami istri seperti pada fase awal. Orang tua akan merasa kehilangan peran dalam merawat anak dan merasa kosong karena anak – anaknya sudah tidak tinggal serumah lagi. Guna mengatasi keadaan ini orang tua perlu melakukan aktifitas kerja, meningkatkan peran sebagai pasangan, dan tetap memeliahara hubungan dengan anak. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :

1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.

2) Mempertahankan keintiman pasangan.

3) Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua.

4) Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anak.

5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.

6) Bepergian sebagai suami, istri, kakek, nenek.

7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak – anaknya.

11. Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan (muddle age families)

Tahap ini dimulai pada saat yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pension atau salah satu pasangan meninggal. Pasa saat ini semua anak meninggalkan rumah, maka pasangan berfokus untuk mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktifitas. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :

(42)

1) Mempertahankan kesehatan.

2) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti mengolah minat sosial dan waktu santai.

3) Memulihkan hubungan antara generasi tua.

4) Keakraban dengan pasangan.

5) Memelihara hubungan atau kontak dengan anak dan keluarga.

6) Persiapan masa atau pension dengan meningkatkan keakraban pasangan.

12. Tahap kedelapan keluarga usia lanjut

Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal. Proses usia lanjut dan pensiun merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena berbagai stressor dan kehilangan yang harus dialami keluarga. Stressor tersebut adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan sosial, kehilangan pekerjaan serta perasaan menurunya produktifitas dan fungsi kesehatan.

Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini. Usia lanjut umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal dirumah sendiri dari pada tinggal bersama anaknya. Tugas perkembangan tahap ini antara lain :

1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.

2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik, dan pendapatan.

3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.

4) Melakukan life review.

5) Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan kematian.

(43)

2.2.5 Fungsi keluarga

Menurut Widyanto (2014), fungsi keluarga secara umum didefinisikan sebagai hasil akhir atau akibat dari struktur keluarga. Adapun sebuah keluarga mempunyai fungsi antara lain :

2.2.5.1 Fungsi afektif

Fungsi ini bekaitan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif untuk pemenuhan kebutuhan psikososial keluarga. Keluarga harus memenuhi kebutuhan kasih sayang anggota keluarganya karena respon kasih sayang satu anggota keluarga ke anggota keluarga lainnya memberikan dasar penghargaan terhadap kehidupan keluarganya.

2.2.5.2 Fungsi sosialisasi

Sosialisasi merupakan proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang menghasilka interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial. Fungsi sosisalisasi dapat ditunjukkan dengan membina sosialisasi pada anak, membentuk norma – norma tingkah laku sesuai tingkat perkembangan anak, serta meneruskan nilai – nilai budaya keluarga.

2.2.5.1 Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi meneruskan keturunan dan menambah sumber daya mansuai dengan memelihara dan membesarkan anak. Fungsi ini dibatasi oleh adanya program KB, dimana setiap rumah tangga dianjurkan hanya memiliki dua orang anak.

(44)

2.2.5.4 Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi keluarga dengan mencari sumber – sumber penghasilan untuk memnuhi kebutuhan semua anggota keluarga seperti kebutuhan makanan, tempat tinggal, pakaian, dan lain sebagainya. Fungsi ini juga termasuk pengaturan pemakaian penghasilan keluarga serta menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang.

2.2.5.1 Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi keluarga dalam perawatan kesehatan dengan melaksanakan praktik asuhan keperawatan yaitu keluarga mempunyai tugas untuk memelihara kesehatan anggota keluarganya agar tetap memiliki produktivitias dalam menjalankan perannya masing – masing. Fungsi perawatan kesehatan ini dikembangkan menjadi tugas keluarga dibidang kesehatan. Adapun tugas kesehatan keluarga (Friedman et al, 2010) :

1) Mengenal masalah atau gangguan kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang perlu mendapatkan perhatian. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan yang dialami anggota keluarganya terutama berkaitan dengan kesehatan.

Alasannya adalah ketika terjadi perubahan sekecil apapun dialami keluarga, maka secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua atau keluarga.

2) Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari bantuan yang tepat sesuai dengan masalah kesehatan yang menimpa keluarga.

Sumber daya internal keluarga yang dianggap mampu memutuskan akan

(45)

menentukan tindakan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan yang dialami. Jika secara internal keluarga meiliki keterbatasan sumber daya, maka keluarga akan mencari bantuan dari luar.

3) Merawat anggota keluarga yang sakit

Tugas merawat anggota keluarga yang sakit seringkali harus dilakukan keluarga untuk memberikan perawatan lanjutan setelah memperoleh pelayanan kesehatan di isntitusi pelayanan kesehatan. Tidak menutup kemungkinan juga ketika keluarga memiliki kemampuan untuk melakukan tindakan pertolongan pertama, amak anggota keluarga yang sakit dapat sepenuhnya dirawat oleh keluarga sendiri.

4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga Tugas ini merupakan upaya keluarga untuk mendayagunakan potensi internal yang ada di lingkungan rumah untuk mempertahankan kesehatn atau membantu proses perawatan anggota keluarga yang sakit.

5) Menggunakan fasilitas kesehatan

Tugas ini merupakan bentuk upaya keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya dengan memanfataakna fasilitas kesehatan yang ada.

(46)

2.3 Konsep Defisit pengetahuan 2.3.1 Pengertian Defisit Pengetahuan

Defisit pengetahuan merupakan ketiadaan atau kurangnya infomasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu. Batasan karakteristik defisit pengetahuan adalah menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran, menujukkan persepsi yang keliru terhadap masalah, menjalani pemeriksaan yang tidak tepat, menunjukkan prilaku berlebihan (mis, apatis, bermusuhan, agitasi, hysteria).

Faktor yang berhubungan dengan defisit pengetahuan adalah keterbatasan kognitif, gangguan fungus kognitif, kekeliruan mengikuti anjuran, kurangnya terpapar informasi, kurangnya minat belajar, ketidaktahuan menemukan sumber informasi (Tim pokja SDKI DPP PPNI, 2017)

2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Pengetahuan dapat dipengaruhi beberapa faktor, yaitu:

2.3.2.1 Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah (formal maupun nonformal) dan berlangsung seumur hidup. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin banyak menerima informasi dan semakin banyak pula pengetahuan yang akan didapat. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang memiliki pendidikan rendah tidak berarti berpengetahuan rendah pula, karena pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal, namun dapat juga diperoleh dari pendidikan nonformal (Budiman &

Riyanto, 2013).

(47)

1. Informasi

Informasi adala sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang menekankan bahwa informasi adalah sebagai transfer pengetahuan.

Informasi dapat dijumpa dalam kehidupa sehari-hari, yang dapat kita peroleh dari pengamatan maupun data dari dunia sekitar kita, serta diteruskan melalui komunikasi, pendidikan formal, dan non formal.

Informasi dapat mencakup data, teks, gambar, suara, dan kode (Budiman & Riyanto, 2013).

2. Sosial, Budaya, dan Ekonomi

Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi seseorang akan mempengaruhi pengetahuan seseorang (Budiman

& Riyanto, 2013).

3. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan akan berpengaruh pada proses masuknya pengetahuan kepada individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh individu (Budiman & Riyanto, 2013).

4. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang sebagai akibat interaksi dengan lingkungannya. Pengalaman yang semakin banyak maka akan memberikan lebih banyak keahlian dan keterampilan.

(48)

Pengetahuan dan keterampilan yang terus diasah dengan variasi kasus dapat menambah pengetahuan

5. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin bertambah usia maka akan berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin berkembang.Lain halnya dengan seseorang lanjut usia yang mengalami gangguan fungsi kognitif sehingga pola pikir berkurang.

2.3.3 Cara Memperoleh Pengetahuan (1) Cara non ilmiah

1. Cara non ilmiah:

Cara coba coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan trsebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat di pecahkan.

2. Cara Kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan.

3. Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin –pemimpin masyarakat bak formol mauoun informal, para pemuka agama, pemegang pemerintah dan sebagiannya .dengan kata lain,

(49)

pengetahuan ini diperoleh berdasarkan padaa pemegang otoritas, yakni orang yang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan atau ilmuan. Prinsip inilah, orang lain menerima pendapat yang dikemukakanoleh orang yang mempunyai otoritas tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenaranya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan pandapat sendiri.

4. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahn yang dihadapi pada masa lalu.

5. Cara akal sehat

Akal sehat terkadang dapat menemukan teori kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan berkembang, para orang tua zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasehat orang tuanya, atau agar anak disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya tersebut salah.

Ternyata cara menghukum anak ini sampai sekarang berkembang menjadi teori atau kebenaran, bahwa hukuman merupakan metode (meskipun bukan yang paling baik) bagi pendidikan pada usia anak anak.

6. Melalui jalan pikiran

Manusis telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran

(50)

pengetahuan manusia telah menggunakan dalam pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.

7. Induksi

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal ini berati dalam berfikir induksi pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman empiris yang ditangkap oleh indra dan proses berfikir induksi itu beranjak dari hasil pengamatan.

(2) Cara Ilmiah

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasaini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih popular disebut metode penelitian ( rescarch methodology )

(51)

2.3.4 Konsep Asuhan Keperawatan keluarga pada penderita gaut arthritis Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktik keperawatan kepada keluarga, untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan keperawatan yang meliputi pengkajian keluarga, diagnosa keperawatan keluarga, perencanaan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan (Abi Muslihin, 2012)

Tahap – tahap proses keperawatan keluarga adalah sebagai berikut : 2.3.4 Pengkajian

Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya (Andarmoyo, 2012).

Menurut Padila (2012), hal – hal yang perlu dikumpulkan datanya dalam pengkajian keluarga adalah :

2.3.4.1 Pengumpulan data 1. Data umum

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi : 1) Kartu Keluarga (KK)

2) Alamat dan telepon 3) Pekerjaan kepala keluarga 4) Pendidikan kepala keluarga

5) Komposisi keluarga dan genogram

Komposisi keluarga yaitu menjelaskan anggota keluarga yang di identifikasi sebagai bagian dari keluarga mereka. Bentuk komposisi

(52)

keluarga dengan mencatat terlebih dahulu anggota keluarga yang sudah dewasa, kemudian diikuti dengan anggota keluarga yang lain sesuai dengan susunan kelahiran mulai dari yang lebih tua, kemudian mencantumkan jenis kelamin, hubungan setiap anggota keluarga tersebut, tempat tinggal lahir atau umur, pekerjaan dan pendidikan.

Genogram keluarga merupakan sebuah diagram yang menggambarkan konstelasi keluarga (pohon keluarga).

6) Tipe keluarga

Menjelaskan mengenai jenis atau tipe keluarga beserta kendala atau masalah – masalah yang terjadi dengan jenis atau tipe keluarga.

7) Suku bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi budaya suku bangsa keluarga terkait dengan kesehatan.

8) Agama

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan.

9) Status sosial ekonomi keluarga

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan – kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang – barang yang dimiliki oleh keluarga.

(53)

10) Aktivitas rekreasi keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga pergi bersama – sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun dengan menonton televisi dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi.

2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga 1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti.

2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala – kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti

Menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga inti, meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing – masing anggota keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit termasuk status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

3. Pengkajian lingkungan 1) Karakteristik rumah

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan

(54)

sumber air, sumber sumber air minum yang digunakan serta dilengkapi dengan denah rumah

2) Karakteristik tetangga dan komunitas Rukun Warga (RW)

Menjelaskan mengenai karakterik dari tetangga dan komunitas setempat, meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan penduduk setempat serta budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.

3) Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat kebiasaan keluarga berpindah tempat.

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana interaksi keluarga dengan masyarakat.

5) Sistem pendukung keluarga

6) Termasuk sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas – fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.

4. Struktur keluarga

1) Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.

2) Struktur kekuatan keluarga

(55)

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilaku.

3) Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing – masing anggota keluarga baik secara formal maupun informal.

4) Nilai atau norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.

(56)

5. Fungsi keluarga 1) Fungsi efektif

Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

2) Fungsi sosialisasi

Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya serta perilaku.

3) Fungsi perawatan kesehatan

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit, sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.

4) Fungsi reproduksi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah : 1. Berapa jumlah anak?

2. Apakah rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota keluarga?

3. Metode yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga?

(57)

6. Fungsi ekonomi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga :

1) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan?

2) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga?

7. Stress dan koping keluarga

1) Stressor jangka pendek dan panjang

1. Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan.

2. Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.

3. kemampuan keluarga dalam berespon terhadap stressor yang dikaji sejauh mana keluarga berespon terhadap stressor.

2) Strategi koping yang digunakan

Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga apabila menghadapi permasalahan atau stres

3) Strategi adaptasi disfungsional

Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan atau stress.

8. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang diunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik.

(58)

9. Harapan keluarga

ada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga kepada keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.

2.3.5 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinismengenai respons klie terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk menidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

1. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnyaterpapar informasi 2. Koping tidak efektif berhubungan dengan ketidakpercayaan dirimengatasi

masalah.

Tabel 2.2 Skala Bailon Maglaya

Kriteria Skor Bobot

1) Sifat masalah : 1

(1) Aktual ( tidak atau kurang sehat) 3

(2) Ancaman kesehatan 2

(3) Keadaan sejahtera 1

2) Kemungkinan masalah yang dapat di ubah 2

(1) Mudah 2

(2) Sebagian 1

(3) Tidak dapat 0

3) Menonjolnya masalah 1

(1) Masalah berat harus segera ditangani 2 (2) Ada masalah tetapi tidak perlu segera 1

(3) Masalah tidak dirasakan 0

Skoring :

1) Tentukan skor untuk setiap kriteria

2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot

(59)

3) Jumlah skor untuk semua kriteria

4) Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot

Menurut Padila (2012), dalam menentukan prioritas banyak faktor yang mempengaruhi untuk kriteria yang pertama yaitu sifat masalah, skor yang lebih besar 3, diberikan pada tidak atau kurang sehat karena kondisi ini biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga, ancaman kesehatan skor 2 dan keadaan sejahtera 1. Untuk kriteria kedua yaitu kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan faktor – faktor berikut :

1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah.

2) Sumber daya keluarga baik dalam bentuk fisik, keuangan maupun tenaga.

3) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu.

4) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi masyarakat dan dukungan masyarakat.

Untuk kriteria ketiga yaitu potensi masalah dapat dicegah, perawat perlu memperhatikan faktor – faktor berikut :

1) Kepelikan masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah.

2) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada.

3) Tindakan yang sedang dijalankan, yaitu tindakan – tindakan yang tepat dalam memperbaiki masalah.

Referensi

Dokumen terkait

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI 4 Kurang pengetahuan berhubungan. dengan kurang informasi

Sedangkan pada klien 2 penulis mengambil diagnosa keperawatan nyeri akut dan defisit pengetahuan karena klien mengeluh nyeri pada sendi kaki dan tangan sejak 1 bulan yang lalu dengan

Berdasarkan intervensi yang telah direncanakan, penulis melakukan implementasi pada diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen pecedera fisik pada subjek tanggal 24

4.2 Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang muncul berdasarkan tinjauan pustaka yaitu : 4.2.1 Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue 4.2.2 Ketidakseimbangan

Berdasarkan pengamatan peneliti antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka tidak terdapat kesenjangan karena rencana tindakan keperawatan dengan diagnose nyeri akut berhubungan dengan

kurangnya informasi Pada intervensi tinjauan pustaka dilakukan intervensi yang sama pada tinjauan kasus, alasanya pasien mengatakan tidak tau tentang penyakitnya, Data objektif yang

4.2.1.6 Resiko syok hipypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebih 4.2.1.7 Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi 4.2.2 Diagnosa keperawatan yang

Intervensi Keperawatan Pre Operative Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan D.0111 Defisit pengetahuan orangtua berhubungan dengan diagnosis, prosedur