Kasih sayang orang tua akan menciptakan ikatan dan kepercayaan dasar yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak (Ngastiyah, 2014). Namun seringkali orang tua marah-marah bahkan mengancam ketika melihat anaknya menyentuh atau memainkan alat kelaminnya. Orang tua hendaknya membimbing anak-anaknya, mengajarinya mengendalikan keinginan atau dorongan hatinya, namun tidak dengan perlakuan kasar.
Anak-anak sekolah menengah dan akhir mungkin lebih bereaksi terhadap keterpisahan dari aktivitas biasa dan teman sebayanya dibandingkan ketidakhadiran orang tua. Bayi mencoba mengendalikan lingkungannya melalui ekspresi emosional seperti menangis atau tersenyum.Anak-anak prasekolah juga menderita kehilangan kendali karena pembatasan fisik, perubahan rutinitas, dan ketergantungan pada kepatuhan. Jika hal ini tidak memungkinkan, sebaiknya orang tua dapat selalu menjenguk anaknya untuk menjaga kontak/komunikasi antara orang tua dan anak.
Orang tua diharapkan bekerjasama dalam perawatan anak yang sakit, terutama dalam pengobatan yang dapat dilakukan.
Pengkajian 43
Analisa Data 48
Ibu pasien mengatakan melahirkan normal di poliklinik dengan bantuan bidan, persalinan berlangsung sekitar 3 jam, tidak ada komplikasi setelah melahirkan. Ibu pasien mengatakan tidak ada satu pun anggota keluarganya yang menderita DBD dan penyakit yang menular seperti TBC dan keturunan seperti diabetes. Pada pemeriksaan hidung didapat keterangan bentuk hidung normal, hidung bersih, mukosa hidung bersih, tidak ada sekret, ketajaman penciuman normal (kita periksa dengan meminta pasien membedakan bau kopi dan teh).
Pada pemeriksaan telinga diperoleh data bentuk telinga, simetris antara kanan dan kiri, ketajaman pendengaran kanan dan kiri normal (diperiksa dengan menyuruh pemeriksa berdiri di samping pasien dan menutup telinga yang tidak berbisik dengan tangan dan memastikan pasien tidak membaca gerak bibir pemeriksa dan tidak membisikkan 2 suku kata seperti ball-bata atau yang lainnya kemudian meminta pasien mengulangi kata tersebut), tidak ada alat bantu dengar, telinga bersih dan tidak ada lesi, dalam pengujian pengecapan. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan pembesaran arteri tiroid atau karotis, dan tidak ditemukan hiperglikemia maupun hipoglikemia. Hasil peninjauan riwayat kesehatan sebelumnya menunjukkan adanya gap dimana tidak ada anggota keluarga yang menderita DBD pada riwayat kasus.
Sedangkan tinjauan kasus menunjukkan tidak ada nyeri dada, irama jantung teratur, denyut kuat pada posisi radial, bunyi jantung tunggal S1 dan S2, CRT < 3 detik, tidak ada sianosis dan tidak ada ketukan jari. Sedangkan pemeriksaan kasus didapatkan kesadaran compos mentis dengan GCS 4-5-6, orientasi pasien terhadap tempat, waktu dan orang baik, tidak ada kejang, tidak ada nyeri kepala, pasien mengeluh pusing, pasien sebelumnya mual tidur siang selama 3 jam dan malam hari 8 jam, bila sakit siang hari, pasien tidak dapat tidur dan 8 jam pada malam hari, namun sering terbangun dan tidak terdapat kelainan pada saraf kranial. Pada pemeriksaan kasus diperoleh data bentuk alat kelamin normal, saluran kencing normal, kebersihan alat kelamin bersih, frekuensi buang air kecil 5 kali sehari, warna kuning dan bau khas. urine, tempat yang digunakan WC adalah kamar mandi, tidak ada alat bantu buang air kecil dan tidak ada kendala. Pengeluaran urine ada gap yaitu tidak terjadi penurunan produksi urine (oliguria hingga anuria).
Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan mulut pasien bersih, mukosa mulut kering, bibir normal, lidah sedikit kotor (terdapat warna putih di tengah lidah pasien), mulut pasien rongga bersih, kebiasaan pasien menyikat gigi 3 kali sehari, gigi pasien kurang bersih. tidak ada karies, tenggorokan tidak ada masalah menelan amandel merah atau membesar. Dari tinjauan kasus didapatkan kemampuan menggerakkan sendi dan anggota badan (ROM) secara bebas dengan kekuatan otot, tidak ada patah tulang, pasien mengalami mimisan, tidak ada dislokasi, kulit bersih, kulit kemerahan dan teraba sama. . Sedangkan data yang diperoleh pada case review, dengan pemeriksaan mata diperoleh data konjungtiva anemia, sklera putih, pupil isokor, reflek cahaya baik, tajam penglihatan normal, tidak ada edema pada kelopak mata, pergerakan mata normal, tidak ada strabismus dan pasien tidak menggunakan alat bantu.
Pada pemeriksaan hidung diperoleh data bentuk hidung normal, hidung bersih, mukosa hidung bersih, tidak ada sekret, ketajaman penciuman normal. Diagnosis nyeri akut berhubungan dengan hilangnya fungsi agregasi trombosit tidak ditegakkan karena klien tidak menunjukkan tanda nyeri. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) dikaitkan dengan infeksi virus dengue. Setelah pemberian ASI selama 3x24 jam diharapkan anak menunjukkan suhu dalam batas normal, dengan kriteria sebagai berikut: Suhu tubuh dalam kisaran normal 36,5 - 37°C, Nadi 80-100x/menit, tidak ada, ada perubahan warna kulit, akral hangat, pasien tidak lemas.
Kriterianya adalah suhu tubuh dalam batas normal, denyut jantung dan RR dalam batas normal, tidak ada perubahan warna kulit dan tidak pusing, akral hangat.
Implementasi Keperawatan 87
Pengkajian
Diagnosa Keperawatan
Pada tinjauan literatur didapatkan diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan, berhubungan dengan kurangnya asupan nutrisi akibat mual dan penurunan nafsu makan, sedangkan diagnosa keperawatan yang sama diperoleh pada tinjauan kasus, karena pasien mengalami mual dan penurunan nafsu makan. . Pada tinjauan pustaka tidak muncul diagnosis keperawatan gangguan pola tidur terkait perubahan pola tidur, sedangkan pada tinjauan kasus muncul diagnosis gangguan pola tidur terkait perubahan pola tidur, karena menurut saya terkadang ada pada beberapa anak. yang merasa tidak nyaman dengan lingkungan baru. Pada tinjauan kasus diagnosis konstipasi berhubungan dengan buang air besar tidak lancar, sedangkan pada tinjauan kasus diagnosis tampak sembelit berhubungan dengan buang air besar tidak lancar, menurut saya hal ini disebabkan karena motilitas usus yang tertunda. .
Namun pada tinjauan kasus, diagnosa keperawatan deplesi volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh tidak ditunjukkan karena tidak ada tanda-tanda deplesi volume cairan, keseimbangan cairan positif. Ketidakseimbangan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya asupan makanan akibat mual dan penurunan nafsu makan, setelah tindakan keperawatan. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit diharapkan klien dan keluarga memahami proses penyakit serta program pengobatan dan terapi yang ditawarkan dengan kriteria hasil : Penjelasan penyakit kembali. , ibu pasien dapat menyebutkan penyebab penyakitnya, ibu pasien dapat menyebutkan tanda dan gejala kekambuhan, ibu pasien dapat menyebutkan pencegahan DBD, ibu pasien dapat menyebutkan penatalaksanaannya DBD.
Apabila terdiagnosis peningkatan suhu tubuh (hipertermia) yang berhubungan dengan infeksi virus dengue, maka dilakukan seluruh perencanaan tindakan keperawatan, seperti: jelaskan suhu pada keluarga, anjurkan keluarga untuk memperbanyak asupan cairan pasien, ajari keluarga cara mengompres. Pada diagnosa keperawatan ketidakseimbangan gizi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan kurangnya asupan gizi akibat mual dan penurunan nafsu makan, dilakukan seluruh perencanaan tindakan keperawatan seperti anjuran makan dalam jumlah kecil dan sering dan anjuran makan. makanan selagi masih hangat. Dalam diagnosis kurangnya pengetahuan terkait dengan kurangnya sumber informasi maka dilakukanlah segala perencanaan tindakan keperawatan seperti edukasi kepada keluarga pasien tentang penyakit DBD.
Pada saat dilakukan evaluasi ketidakseimbangan nutrisi, kebutuhan klien telah terpenuhi selama 3 x 24 jam karena telah dilakukan tindakan yang tepat dan berhasil serta permasalahan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi yang tidak mencukupi akibat mual dan nafsu makan berkurang. diselesaikan pada tanggal 25 November 2019. Saat dilakukan penilaian defisit pengetahuan karena kurangnya sumber informasi, diperoleh dalam waktu 30 menit pada tanggal 25 November 2019. Ketidakseimbangan gizi kurang dari kebutuhan tubuh terkait dengan kurangnya asupan gizi akibat hingga nafsu makan menurun.
Intervensi keperawatan
Implementasi Keperawatan
Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa faktor pendukung yang menjamin seluruh rencana aksi terlaksana dengan baik. Hal-hal yang menunjang pelaksanaan asuhan keperawatan adalah : Adanya kerjasama yang baik dari perawat, dokter bangsal dan tim kesehatan lainnya, tersedianya sarana dan prasarana di bangsal yang menunjang pelaksanaan asuhan keperawatan dan penerimaan yang baik dari pengelola bangsal. dan tim perawatan di Ruang Asoka kepada penulis. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan tidak ditemukan kendala, semua rencana terlaksana karena adanya kerjasama yang baik antara keluarga pasien, perawat dan peneliti, serta didukung dengan peralatan yang cukup di dalam ruangan.
Evaluasi Keperawatan
Bab ini menjelaskan kesenjangan antara teori dan asuhan keperawatan langsung pada anak R dengan diagnosa DBD di Kamar Anak Asoka RSUD Bangil Pasuruan yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pada tahap pengumpulan data, penulis tidak menemui kendala apa pun karena penulis melakukan pendahuluan dan menjelaskan maksud penulis yaitu melakukan asuhan keperawatan pada anak agar anak dan keluarga terbuka, mudah dipahami dan bekerjasama. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Rampengan T,H (2009) bahwa 90% anak penderita DBD adalah anak berusia kurang dari 15 tahun.
Setelah melakukan observasi dan melakukan asuhan keperawatan secara langsung pada klien kasus DBD di ruang Asoka RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan serta alat yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada klien DBD. Data fokus yang diperoleh klien mengalami demam, kelemahan umum, hasil trombosit pada tanggal 23 November ul dan keluarga klien tidak mengetahui tentang penyakit yang diderita anaknya dan cara penularannya. Data pengkajian klien diperoleh dengan tidak nafsu makan, mukosa bibir tampak lembab, dan berat badan menurun.
Data yang diperoleh pada B4 terdapat perbedaan pada pasien tidak mengalami penurunan produksi urin, pada B5 terdapat perbedaan pada pasien tidak mengalami hepatomegali, pada B6 terdapat perbedaan pada pasien tidak mengalami kebocoran plasma tidak. Setelah melaksanakan asuhan keperawatan dengan tujuan agar pasien dan keluarga memahami proses penyakit serta program pengobatan dan terapinya. Kriteria hasilnya adalah klien dan keluarga mampu mengetahui tentang penyakit DBD, klien dan keluarga pasien dapat mengetahui program pengobatan dan cara pencegahannya serta pasien dan keluarga pasien dapat mengetahui prosedur pengobatan.
Untuk mengatasi masalah tersebut penulis melibatkan klien secara aktif dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, karena banyak tindakan keperawatan yang memerlukan kerjasama antara perawat dan klien. Guna meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang profesional, alangkah baiknya diadakan pertemuan untuk membahas permasalahan kesehatan klien yang ada. Mengembangkan dan meningkatkan pemahaman perawat tentang konsep manusia secara komprehensif sehingga mampu melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik.
PENUTUP
Simpulan
Kriteria luarannya adalah peningkatan berat badan tergantung tujuan, berat badan ideal tergantung tinggi badan dan kemampuan mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.
Saran