• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF KARYA TULIS ILMIAH - Kerta Cendekia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF KARYA TULIS ILMIAH - Kerta Cendekia"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

Sebagai prasyarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) pada Akademi Keperawatan Kerta Ilmu Sidoarjo. Judul: Asuhan keperawatan pada anak dengan diagnosa medis demam berdarah dengue di Ruang Ashoka RSUD Bangil Pasuruan. Tuhan Yang Maha Esa yang selalu melimpahkan rahmat-Nya sehingga artikel ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Pelanggan yang ikut serta dalam penyusunan artikel ilmiah tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis mengucapkan terima kasih apabila para pembaca bersedia memberikan masukan, baik berupa kritik maupun saran demi kesempurnaan artikel ilmiah ini.

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Untuk mengetahui lebih jauh mengenai pengobatan penyakit ini maka penulis akan melakukan kajian lebih lanjut dengan pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak dengan diagnosa medis DBD, dengan merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana asuhan keperawatan pada anak” N "dengan diagnosa DBD di bangsal Asoka RSUD Bangil?" .

Manfaat

Hasil penelitian ini dapat memberikan referensi bagi peneliti selanjutnya, yang akan melakukan studi kasus mengenai asuhan keperawatan pada anak DBD. Sebagai tambahan pengetahuan bagi profesi keperawatan dan untuk lebih memahami asuhan keperawatan pada anak DBD. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari keluarga atau teman dekat klien, rekam medis perawat, hasil penelitian, dan tim pelayanan kesehatan lainnya.

Studi literatur mempelajari buku-buku sumber yang berkaitan dengan judul studi kasus dan masalah yang sedang dibahas.

Sistematika Penulisan Metode

Pada Bab 2 akan dijelaskan secara teoritis konsep penyakit dan asuhan keperawatan pada anak penderita demam berdarah dengue. Keperawatan akan menguraikan permasalahan yang timbul pada penyakit demam berdarah dengue melalui pelaksanaan asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi.

Konsep Penyakit .1 Pengertian

Dimana serangan demam lebih mendadak dan singkat, namun suhu diatas 40°C disertai ruam dan infeksi konjungtiva, terdapat nyeri sendi dan otot. Yang umum digunakan dalam program pemberantasan demam berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos (reduksi) untuk membunuh jentik (larvicide). Cara penggunaan temephos (abate) adalah dengan meletakkan pasir abate pada sarang nyamuk Aedes yaitu wadah tempat menampung air bersih, Dosis yang digunakan adalah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1% per 10 liter air.

2.1.10.4.1 Pantau tanda-tanda vital setiap 3 jam (suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan) bila kondisi klien memburuk, amati secara teliti setiap jam.

Konsep Anak

Memiliki pemahaman yang baik terhadap percakapan yang akrab (misalnya dengan keluarga), mampu melakukan percakapan melalui tanya jawab, dan mampu bertanya ‘mengapa’. 1) Perkembangan psikososial. Pada tahap tumbuh kembang anak ini, Si Kecil juga mulai belajar bertanggung jawab dan mengendalikan perasaannya. Pada tahap ini, bayi akan tumbuh sesuai dengan potensi genetiknya dan menjauhi kelebihan atau keterbatasan lingkungan intrauterin.

Pada fase oral ini, peran ibu penting untuk memberikan kasih sayang dengan memenuhi kebutuhan bayi sesegera mungkin. Erotisisme uretra mengacu pada kenikmatan mengeluarkan dan menahan urin seperti pada fase anal.

Tabel 2.2 tahapan perkembangan anak usia 13-24 bulan  GERAKA
Tabel 2.2 tahapan perkembangan anak usia 13-24 bulan GERAKA

Penderita demam berdarah dengue (DBD) harus memantau tanda-tanda vital seperti suhu, denyut nadi, dan pernapasan. 1) Inspeksi pada level 1 dan 2 : pola nafas teratur, tidak ada retraksi otot bantu pernafasan, pola nafas normal, RR dbn (-), pada level 3 dan 4 : pola pernafasan tidak teratur, kadang terjadi retraksi otot bantu pernafasan. , pernafasan cepat dan dangkal, frekuensi pernafasan meningkat, dipasang alat pernafasan. 3) Auskultasi terdengar tambahan suara ronki, mengi, stadium 3 dan 4 terjadi penumpukan cairan di paru, ronki (+), ronki. 2) Palpasi, pada level 3 dan 4 biasanya terdapat paresis, anestesi. 1) Pemeriksaan, pada stadium 1 dan 2 produksi urin berkurang (oliguria menjadi anuria), warna berubah menjadi coklat tua dan coklat tua pada stadium 3 dan 4. 2) Palpasi, pada stadium 3 dan 4 terdapat nyeri tekan pada daerah simfisis. 1) Pemeriksaan, pada BAB level 1 dan 2, konsistensi (cair, padat, lunak), frekuensi lebih dari 3 kali sehari, mukosa mulut kering, gusi berdarah, gusi kotor, nyeri menelan, mual, muntah, nafsu makan menurun. 2) Auskultasi, bising usus stadium 1 dan 2 (dengan stetoskop diafragma), peningkatan gerak peristaltik usus (gurgling) > 5-20 menit dengan durasi 1 menit pada stadium 3 dan 4. 3) Perkusi pada stadium 1 dan 2 terdengar gas, cair atau massa (-), hati dan klien tidak mengalami pembesaran membran timpani, pada derajat 3 dan 4 hati membesar.

4) Palpasi, nyeri tekan derajat 1 dan 2 (+), hepar dan klien tidak teraba, derajat 3 dan 4 pembesaran limpa dan hati, nyeri tekan epigastrium, hematemesis dan melena. 1) Inspeksi, pada derajat 1 dan 2 kulit sekitar wajah berwarna kemerahan, klien tampak lemas, aktivitas menurun, pada derajat 3 dan 4 terdapat kekakuan otot, pada derajat 3 dan 4 terdapat petechiae atau bercak merah pada kulit, akral klien terasa hangat, biasanya terjadi mimisan, berkeringat, kulit tampak membiru. 2) Palpasi, pada hipotonia derajat 1 dan 2 kulit kering, elastisitas menurun, turgor kulit menurun, terjadi peningkatan suhu tubuh, pada derajat 3 dan 4 pasien mengalami paresis atau kaku bahkan kelumpuhan. Tidak ada Tujuan/kriteria hasil intervensi Dasar Pemikiran 2 Setelah melakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, anak menunjukkan tanda-tanda kebutuhan nutrisi tercukupi. no Tujuan/kriteria hasil usaha Rasional 4 Setelah melakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan pasien menunjukkan tanda-tanda asupan cairan.

Dengan kriteria luaran : 1) Keluarga pasien mampu menjelaskan dampak yang timbul jika anak kekurangan cairan. TIDAK. Tujuan/kriteria hasil intervensi Dasar Pemikiran 5 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan nyeri anak berkurang. Dengan kriteria luaran : 1) Keluarga pasien. mampu menjelaskan...sekali lagi tentang tanda-tanda perdarahan dan segera laporkan bila terjadi perdarahan.

Dengan ukuran luaran : 1) Keluarga pasien. bisa menjelaskan kembali tentang penyakitnya.. DBD, prosesnya. penyakit, tanda, gejala, identifikasi penyebab dan kondisi pasien.

Tabel  2.8  Intervensi  keperawatan  ketidakseimbangan  nutrisi  kurang  dari  kebutuhan  tubuh  berhubungan  dengan  intake  nutrisi  yang  tidak  adekuat  akibat mual dan nafsu makan yang menurun
Tabel 2.8 Intervensi keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun

Ibu klien mengatakan klien melahirkan secara alami di poliklinik dengan bantuan bidan, waktu persalinan 1 jam dan tidak ada komplikasi setelah melahirkan. Ibu klien mengatakan bahwa anaknya sudah mengikuti kegiatan belajar di sekolah, anak sudah bisa bersekolah sendiri. Ibu klien menyatakan bahwa anaknya sudah bisa mempersiapkan diri untuk sekolah, mulai bisa mengerjakan pekerjaan rumahnya sendiri.

Ibu klien mengatakan, saat anaknya berumur 0 sampai 6 bulan, makanan yang diberikan adalah ASI dan setelah itu tidak ada keluhan lagi. Saat berumur 6-12 bulan, ia diberi ASI dan bubur dan tidak ada keluhan setelah pemberiannya. Ibu klien menyatakan bahwa anaknya saat ini mendapat asupan nasi sebagai sumber nutrisinya dan tidak ada keluhan setelah diberikan.

Ibu klien mengatakan sebelum sakit, nafsu makan anak baik, frekuensi makan 3 kali sehari dengan 1 porsi, menu nasi, tidak ada pantangan makanan, tidak ada pantangan makanan, cara pemberian makan . untuk makan sendiri, ritual saat makan adalah berdoa sebelum makan. Ibu klien mengatakan saat sakit anaknya tidak mau makan, frekuensi makan klien 3x5 sendok makan, menu nasi tim dan sayur mayur. lauk pauk. tidak ada pantangan dalam cara pemberian makan, cara pemberian makan adalah dengan diberi makan oleh ibu dan adanya ritual ampunan pada saat makan. Kesadaran, GCS : 4-5-6, tidak ada kejang, tidak ada leher kaku, tidak sakit kepala, tidak ada kelainan saraf kranial.

tinjauan; Selaput lendir bibir kering, lidah bersih, rongga mulut bersih, gigi bersih, tidak ada gangguan menelan, bentuk perut simetris, normal, mudah bergaul. Keluarga pasien mengatakan pasien buang air besar satu kali sehari, konsistensinya lunak, berwarna kuning, berbau khas feses, tanpa menggunakan obat pencahar. Pada pemeriksaan pasien gelisah, tidak ada patah tulang, tidak ada dislokasi, kulit hangat, akral hangat, turgor elastis, hidrasi baik dan lembab, tidak ada edema.

Gambar  3.1  Genogram  keluarga  anak  N  dengan  diagnosa  medis  DHF  di  ruang  ashoka RSUD Bangil Pasuruan
Gambar 3.1 Genogram keluarga anak N dengan diagnosa medis DHF di ruang ashoka RSUD Bangil Pasuruan

Analisa Data

  • Daftar Masalah Keperawatan .1 Hipertermi

LAKUKAN: Nafsu makan menurun, berat badan sebelum sakit: 23 kg, berat badan saat ini: 22 kg, berat badan normal: 25,5 kg, LLA: 17 cm, selaput lendir kering, selaput lendir kering, makan 3x5 sdt.

Rencana Tindakan Keperawatan

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Anjurkan keluarga klien untuk memberikan pakaian tipis yang dapat menyerap keringat karena pakaian yang tipis dapat menyerap keringat dan melindungi sudut-sudut tubuh.

Evaluasi Keperawatan .1 Catatan Perkembangan

  • Evaluasi Akhir

PEMBAHASAN

  • PENGKAJIAN

Pada penelitian ini tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus, karena pada tinjauan kasus pola pernafasan teratur, tidak terjadi retraksi otot bantu pernafasan, pola pernafasan normal. Dari pemeriksaan literatur didapatkan hasil pada derajat 1 dan 2 pucat, pada derajat 3 dan 4 tekanan vena jugularis menurun. Dalam penelitian ini tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan literatur dan tinjauan kasus, karena dalam tinjauan kasus tidak terdapat perbedaan tingkat kesadaran.

Pada tinjauan pustaka Inspeksi produksi urin menurun pada derajat 1 dan 2 (oliguria menjadi anuria), warnanya berubah menjadi coklat tua dan coklat tua pada derajat 3 dan 4. Pada penelitian ini terdapat kesenjangan antara tinjauan literatur dan tinjauan kasus. Yaitu pada tinjauan literatur terjadi penurunan produksi urin dan perubahan warna urin pekat. Menurut penulis, terdapat kesenjangan antara tinjauan literatur dan tinjauan kasus, yaitu pada tinjauan kasus turgor kulit tidak menurun, elastisitas tidak menurun.

Pada penelitian ini terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus, yaitu pada tinjauan pustaka diperoleh data: indera perasa terkadang mengalami penurunan ketajaman pengecapan, sedangkan pada tinjauan kasus tidak ditemukan adanya perubahan pada indra perasa. . Sedangkan pada pemeriksaan kasus, tidak ditemukan pembesaran kelenjar tiroid atau parotis, serta tidak ditemukan hiperglikemia maupun hipoglikemia. Pada penelitian ini tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus, karena pada tinjauan kasus tidak ditemukan pembesaran kelenjar tiroid atau kelenjar parotis, tidak terdapat hiperglikemia maupun hipoglikemia.

Menurut penulis: tidak ada risiko perdarahan, karena tidak ditemukan tanda-tanda perdarahan selama peninjauan kasus. Menurut pendapat penulis: tidak ada diagnosis risiko syok hipovolemik, karena tinjauan kasus tidak menunjukkan tanda-tanda syok pada klien. Menurut penulis, tidak terjadi defisit pengetahuan karena pada saat pemeriksaan kasus, klien sangat kooperatif dan berpengetahuan luas tentang penyakitnya.

PENUTUP

  • TUJUAN KHUSUS
  • MATERI YANG DIBERIKAN
  • KEGIATAN PENYULUHAN
  • SETTING
    • Definisi
    • Etiologi
    • Tanda dan Gejala
    • Komplikasi

Untuk mengatasi masalah tersebut penulis melibatkan klien secara aktif dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, karena banyak tindakan keperawatan yang memerlukan kerjasama antara perawat dan klien. Hasil studi kasus ini dapat menjadi masukan bagi pemberian pelayanan di rumah sakit, agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik pada anak penderita DBD.5.2.3 Bagi peneliti. M dengan hipertermia pada kasus demam berdarah dengue (laporan kasus di Ruang Seruni RSUD Jombang).

Hubungan karakteristik penderita demam berdarah dengue (DBD) dengan kejadian dengue shock syndrome (DSS) pada anak. Prosiding Penelitian Civitas Akademika Unisba). Setelah mendapat konseling demam berdarah selama 30 menit di rumah sakit, keluarga klien sudah mampu memahami atau memahami penyakit demam berdarah. Demam Berdarah Dengue/DBD (secara medis disebut Demam Berdarah Dengue/DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

Gambar

Tabel 2.2 tahapan perkembangan anak usia 13-24 bulan  GERAKA
Tabel 2.4 Perkembangan anak usia 25-36 bulan  GERAKAN
Tabel 2.5 Perkembangan anak usia 36-48 bulan  GERAKAN
Table 2.6 rumus tumbuh kembang anak sesuai dengan usia
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan data hasil pengkajian asuhan keperawatan didapatkan 4 masalah keperawatan yang sama pada dua pasien dan 1 diagnosa berbeda yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera