• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untitled - Repository Poltekkes Kaltim

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Untitled - Repository Poltekkes Kaltim"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Angka kejadian patah tulang di Indonesia menunjukkan kurang lebih 8 juta orang mengalami patah tulang sebanyak 5,5% dengan kisaran tiap provinsi antara 2,2 hingga 9%. Berdasarkan hasil RISKESDAS badan penelitian dan pengembangan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013, kasus cedera patah tulang memiliki angka kejadian sebesar 5,8%, sedangkan proporsi cedera berupa patah tulang di Indonesia adalah sebesar 5,5% dan proporsi jenis patah tulang (patah tulang) menurut provinsi di Indonesia pada tahun 2018 di provinsi Kalimantan Timur proporsi cedera jenis patah tulang sebesar 3,5% (Kementerian Kesehatan RI, 2018) sedangkan data diperoleh dari RSUD dr. Apabila patah tulang tidak segera ditangani maka dapat mengakibatkan kecacatan pada anggota tubuh yang mengalami patah tersebut, oleh karena itu harus segera dilakukan tindakan untuk menyelamatkan klien dari cacat fisik.

Ketika seseorang mengalami patah anggota badan, salah satu upaya yang dilakukan adalah mengembalikan struktur dan fungsi tulang menjadi normal dengan melakukan operasi.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

  • Tujuan Umum
  • Tujuan Khusus

Manfaat Penelitian

  • Bagi Tempat Penel
  • Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Penelitian ini menggunakan tipe deskriptif berupa studi kasus untuk mengetahui permasalahan asuhan keperawatan pada klien patah tulang pasca operasi di RSUD Dr. Studi kasus ini dilakukan pada klien yang menjalani perawatan pasca operasi patah tulang di ruang Anggrek Hitam RSUD dr. Berdasarkan tabel 4.7 setelah dilakukan evaluasi dan analisa data klien 1 dan 2 maka ditegakkan diagnosa keperawatan patah tulang pasca operasi yang terjadi pada tanggal 8 Juni 2021.

Berdasarkan hasil pengkajian pada klien 1 dengan diagnosa medis Post Operative Orif Close Fraktur Fibula dan Klien 2 Post Operative Orif Open Fracture Metacarpal Digiti II Manus Sinistra Susp Vascular Trauma Digiti II Manus Dextra Open Fracture 1/3 Distal Radius Sinistra Vulnus Laserasi Genus.

Gambar 2.1 gambar anatomi muskuloskeletal
Gambar 2.1 gambar anatomi muskuloskeletal

TINJAUAN PUSTAKA

Fisiologi Tulang

Asuhan keperawatan pada klien fraktur pasca operasi melalui pendokumentasian proses keperawatan meliputi pengkajian, intervensi, pelaksanaan, dan evaluasi yang diberikan langsung kepada klien baik fraktur terbuka maupun tertutup. Hasil dan pembahasan selanjutnya kami uraikan mengenai data umum dan data khusus mengenai asuhan keperawatan pada klien patah tulang pasca operasi di ruang Anggrek Hitam lantai 6 dan di ruang flamboyan B RSUD Dr. Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh data terapi obat pengobatan untuk klien 1 yaitu Ringer laktat, omeprazol, ondansetron, tramadol, dan dexketoprofen.

Berdasarkan Tabel 4.8, setelah merencanakan tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan masing-masing diagnosa yang terdapat pada klien 1 dan klien 2, selanjutnya peneliti akan melakukan tindakan keperawatan pada klien 1 dan klien 2. d. Tabel 4.9 Implementasi Keperawatan pada Klien 1 dengan fraktur pasca operasi pada RSUD dr. Sedangkan untuk klien dengan tindakan keperawatan 2 pasca operasi Orif Open Fracture Metacarpal Digiti II Manus Sinistra Susp Vascular Trauma Digiti II Manus Dextra Open Fracture 1/3 Distal Radius Sinistra Vulnus Genus Dextra Laceration, dilakukan perawatan masing-masing selama 3 hari. Tahun 2021 s/d 1 Juli 2021 Pada tabel 4.11 setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien 1 dilakukan pengkajian tindakan keperawatan selama 24 jam.

Pada tabel 4.12 setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien 2 dilakukan pengkajian tindakan keperawatan selama 24 jam. Asuhan keperawatan dilakukan selama 3 hari pada klien 1 pada tanggal 8 Juni 2021 sampai dengan tanggal 10 Juni 2021 di ruang Anggrek Hitam lantai 6 RSUD dr. Pada klien 1 diagnosis medisnya adalah fraktur fibula tertutup setelah operasi Orif sedangkan pada klien 2 diagnosis medisnya adalah fraktur terbuka setelah operasi Orif metacarpal Digiti II Manus Sinistra Susp Vascular Trauma Digiti II Manus Dextra Fraktur Terbuka 1/3 Distal Radius Sinistra Vulnus Jenis Kelamin Laserasi Kanan .

Dalam penilaian sistem muskuloskeletal dan integral, klien 1 dan klien 2 mencatat bahwa gerak sendi terbatas. Hasil rontgen pada klien 1 didapatkan fraktur fibula tertutup, sedangkan klien 2 didapatkan fraktur terbuka Metacarpal Digiti II Manus Sinistra Susp Trauma Vaskular Digiti II Manus Dextra Fraktur Terbuka 1/3 Distal Radius Sinistra Vulnus Laserasi Genus Dextra. Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada klien 1 pasca operasi fraktur sempit fibula kiri di ruang Anggrek Hitam lantai 6 dan klien 2 dengan fraktur terbuka pasca operasi Metacarpal Digiti II Manus Sinistra Susp Trauma Vaskular Digiti II Terbuka Fraktur Manus Dextra 1/3 Distal Radius Sinistra Vulnus Gini Dextra Crack di Ruang Flamnboyan B RSUD dr.

Menurut teori yang penulis sampaikan pada bab sebelumnya, terdapat 4 diagnosa keperawatan yang biasa terjadi pada klien pasca operasi.

Tabel 2.1 Intervensi pre operatif frakture
Tabel 2.1 Intervensi pre operatif frakture

Patofisiologi

Etiologi

Klasifikasi Klinis

Manifestasi klinis

Pelaksanaan

Pemeriksaan penunjang

Penatalaksanaan

Komplikasi

Konsep Asuhan Keperawatan

  • Pengkajian
  • Diagnosa Keperawatan
  • Intervensi
  • Implementasi
  • Evaluasi

Selain itu diperlukan pengkajian yang mencakup gaya hidup klien seperti penggunaan steroid yang dapat mengganggu metabolisme kalsium, konsumsi alkohol, apakah klien melakukan olahraga atau tidak. Berikut uraian diagnosa yang terjadi pada klien patah tulang sebelum dan sesudah operasi menurut (Nurarif, Huda Amin. Kusuma, 2016) dengan menggunakan standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (PPNI, 2017): Diagnosa patah tulang sebelum operasi. Setelah melakukan asuhan keperawatan selama diharapkan integritas kulit tidak mengalami kerusakan lebih lanjut, dengan kriteria hasil.

Setelah mendapat asuhan keperawatan selama ini diharapkan gangguan mobilitas fisik dapat teratasi, dengan hasil yang diharapkan. Setelah dilakukannya tindakan asuhan keperawatan diharapkan gangguan mobilitas fisik dapat teratasi, dengan kriteria outcome. Setelah diberikan asuhan keperawatan, selama ini diharapkan klien dapat terhindar dari resiko cedera, dengan kriterianya.

Tujuan penerapannya adalah untuk membantu mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan fasilitasi coping. Menurut (Parelangi, 2018), perawat melaksanakan tindakan yang diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan dengan kriteria proses. Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan tindakan perawat untuk mengetahui efektifitas tindakan yang dilakukan terhadap pasien.

Evaluasi somatik yaitu evaluasi yang merupakan penyusunan dan kesimpulan berdasarkan pengamatan dan analisis keadaan kesehatan klien sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan dalam tujuan keperawatan.

METODE PENELITIAN

  • Subyek penelitian
  • Teknik dan instrumen pengumpulan data
  • Keabsahan data
    • Data primer
    • Data sekunder
    • Data tersier
  • Analisis data

Organ tubuh dapat terluka karena adanya gaya yang diakibatkan oleh patah tulang atau pecahan tulang. Wawancara (hasil anamnesis berisi identitas klien, keluhan utama, riwayat keluarga saat ini – masa lalu – dll)). Validitas data dimaksudkan untuk membuktikan kualitas data/informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi.

Selain integritas peneliti (karena peneliti sebagai instrumen utama), keabsahan data dilakukan dengan perpanjangan waktu observasi/tindakan, penambahan sumber informasi menggunakan triangulasi dari tiga sumber data utama yaitu klien, perawat. dan keluarga terkait dengan masalah yang sedang diselidiki. Sumber data yang dikumpulkan dari klien dapat memberikan informasi lengkap mengenai masalah kesehatan atau keperawatan yang dihadapinya. Sumber data dikumpulkan dari orang-orang terdekat klien (keluarga), seperti orang tua, saudara kandung, atau pihak lain yang memahami kesehatan klien dan dekat dengan klien.

Data pelanggan (layanan pelanggan atau rekam medis) yang merupakan riwayat penyakit dan pengobatan pelanggan di masa lalu. Analisis data dilakukan mulai dari penulisan di lapangan, pada saat pengumpulan data hingga pengumpulan seluruh data. Analisis data dilakukan dengan cara menyajikan fakta, kemudian membandingkannya dengan teori yang ada, kemudian mengungkapkannya dalam suatu pendapat diskusi (Alimul Aziz, 2011).

Teknik analisis yang digunakan adalah dengan menarasikan jawaban penelitian yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik analisis yang digunakan melalui observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data yang kemudian diinterpretasikan oleh peneliti dibandingkan dengan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi intervensi.

Hasil

  • Data Asuhan Keperawatan

Riwayat Penyakit Dahulu Klien menyatakan pernah dirawat di rumah sakit pada tahun 2014 untuk transfusi darah, tidak ada riwayat penyakit kronis dan menular, tidak ada alergi, tidak ada riwayat. Riwayat penyakit keluarga Pasien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti asma, diabetes melitus, jantung, hipertensi dan lain-lain. Telinga Daun telinga simetris sisi kanan dan kiri, berukuran sedang, liang telinga tidak kotor dan tidak ada benda asing, ketajaman pendengaran baik, klien dapat mendengar suara gesekan jari.

Daun telinga simetris kanan dan kiri, berukuran sedang, liang telinga tidak kotor dan tidak ada benda. Pemeriksaan leher Letak trakea simetris di tengah, tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening, serta denyut arteri karotis teraba kuat. Posisi trakea simetris di tengah, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening, denyut arteri karotis.

Pada pemeriksaan premitus vokal, getaran paru kanan dan kiri dirasakan sama kuatnya, bunyi suara perkusi, bunyi respirasi vesikular, tanpa tambahan bunyi napas. Tidak ada kelainan ekstremitas, tidak ada kelainan tulang belakang, lubang fibula kiri pasca operasi, hari ke-1, turgor kulit baik, terdapat 3 jahitan, warna kulit sekitar luka merah muda pucat, tidak ada edema, klien tidak dapat menggerakkan jari tangan kiri dan merasa mati rasa Penilaian risiko dekubitus 20. Tidak ada kelainan pada ekstremitas, tidak ada kelainan pada tulang belakang disertai fraktur terbuka soket soket pasca operasi metacarpal digit II manus sinistra susp trauma vaskuler digital.

Bentuk payudara simetris sisi kanan dan kiri, warna areola hitam, tidak ada pertumbuhan pada ketiak dan tulang selangka. Tidak mandi, tidak berhubungan seks, tidak memotong kuku, tidak mengganti pakaian, dan tidak menggosok gigi.

Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Klien dengan Frakture
Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Klien dengan Frakture

Diagnosa Keperawatan

Perencanaan

Berkurangnya mobilitas fisik dikaitkan dengan gangguan muskuloskeletal yang menyakitkan, yang dibuktikan dengan berkurangnya rentang gerak (ROM). Berdasarkan tabel 4.8 setelah dilakukan perencanaan tindakan keperawatan sesuai dengan masing-masing diagnosa yang terdapat pada.

Pelaksanaan

DS : Pasien mengatakan nyerinya agak berkurang setelah melakukan teknik nafas dalam. LAKUKAN: Pasien terlihat santai. 1.3 Periksa tanda-tandanya. DS : pasien mengatakan masih sulit tidur malam dan terbangun karena nyeri, semua aktifitas ditunjang oleh suami.. Perawatan kulit pada daerah edema. DS : pasien bilang sakit kalau ganti balutan… bilang nyeri di kaki kiri Tujuan.

DS : Pasien mengatakan aktivitasnya tidak sama dengan sebelum sakit, suaminya membantu selama sakit. DS: pasien bilang kaki kirinya tidak bisa digerakkan. LAKUKAN: pasien tampak santai.. sedikit meringis 3.2 memberikan alat bantu.. kursi roda untuk keselamatan lingkungan. DS: pasien mengatakan masih merasakan nyeri di kaki kirinya DO: skala nyeri 5/10, pasien...individu, keluarga berisiko tinggi mengalami cedera.

Flamboyan B RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo.. pergelangan kaki kanan 2) Pasien mengatakan.. nyeri pada bahu kanan sampai ke jari-jari tangan kanan. DS : pasien mengatakan nyeri pasca operasi pada tangan kanan dan kaki kanan, terdapat luka robek pada lutut kanan DO : mengamati keadaan umum dan kesehatan pasien, TD : 124/78 mmHg, n.DS : kata pasien nyeri pasca operasi pada tangan kanan dan kaki kanan, terdapat robekan pada selangkangan pada lutut kanan, skala nyeri 3/10.

DS : kata pasien pasca operasi nyeri pada tangan kanan dan kaki kanan terdapat laserasi pada lutut kanan berkurang dengan skala nyeri 3/10. Kata pasien skala nyerinya 3/10, kata pasien nyeri saat digerakkan, kata pasien nyeri pada area pasca operasi.

Tabel 4.10 Implementasi keperawatan pada klien 2 dengan post operatif Open Frakture  Metacarpal Digiti II Manus Sinistra Susp Trauma Vaskular Digiti II Manus Dextra  Open Frakture 1/3 Distal Radius Sinistra Vulnus Laserasi Genus Dextra
Tabel 4.10 Implementasi keperawatan pada klien 2 dengan post operatif Open Frakture Metacarpal Digiti II Manus Sinistra Susp Trauma Vaskular Digiti II Manus Dextra Open Frakture 1/3 Distal Radius Sinistra Vulnus Laserasi Genus Dextra

Pembahasan

  • Diagnosa keperawatan
  • Intervensi keperawatan
  • Implementasi keperawatan
  • Evaluasi keperawatan

Gambar

Gambar 2.1 gambar anatomi muskuloskeletal
Gambar 2.2 Posterior skapula kiri, spina skapula.
Tabel 2.1 Intervensi pre operatif frakture
Tabel 2.2 Intervensi pre operatif frakture
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil menunjukkan bhwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien Reumathoid Arthritis dalam pemenuhan kebutuhan mengontrol nyeri dengan masalah keperawatan Nyeri Akut yang dilakukan