ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN
HIPOSPADIA
Kelompok 6:
Annisha Rahmani (23090270064) Bety Siva Mahesa (23090270065) Rina Marsela (23090270063)
Hipospadia adalah kelainan defek ureter yang ditandai dengan lubang ureter terletak pada permukan ventral penisbukan pada ujung penis (Wolter Kluwer, 2012).
Hipospadia dapat didefinisikan sebagai adanya muara uretra yang terletak di ventral atau proksimal dari lokasi yang seharusnya. Kelainan terbentuk pada masa embrional karena adanya gangguan pada masa perkembangan alat kelamin dan sering dikaitkan dengan gangguan pembentukan seks primer maupun gangguan aktivitas seksual saat dewasa (Snodgrass & Bush, 2016).
Hipospadia merupakan salah satu kelainan bawaan sejak lahir pada alat genetalia laki-laki. Kata Hipospadia berasal dari bahasa Yunani yaitu Hypo, yang berarti dibawah, dan Spadon, yang berarti lubang (Vikaningrum, 2020).
Definisi
Prevalensi hipospadia di beberapa negara barat didapatkan angka 8:1000 kelahiran hidup dan dilaporkan akan terjadinya peningkatan setiap tahunnya (Pierik, 2004). Prevalensi hipospadia bervariasi dari 2 sampai 43,2 kasus per 10.000 kelahiran hidup. Prevalensi di laki-laki adalah 1 dari 300 laki-laki menderita hipospadia.
Epidiomologi
Data epidemiologi hipospadia menunjukkan bahwa hipospadia merupakan salah satu kelainan kongenital yang paling sering ditemukan, dengan 50-80% kasus terbanyak terdapat pada jenis hipospadia distal. Insiden hipospadia meningkat 13 kali lipat lebih sering pada laki-laki dengan anggota keluarga yang juga mengalami hipospadia
Epidiomologi
Etiologi
01
Proses pembentukan saluran uretra pada janin terjadi mulai minggu ke-6trimester pertama dan bersifat androgendependent, sehingga
abnormalitas metabolisme androgen mungkin dapat menyebabkan terjadinya hipospadia (Noegroho, Siregar,
Firmansyah, 2018).
Paparan lingkungan merupakan
02
salah satu faktor resiko terjadinya hipospadia. Terdapat hubungan antara paparan pestisida dengan risiko peningkatan hipospadia.
Genetik lingkungan
Patofisiologi
KLASIFIKASI
7 Severe
Hispopadia/derajat 3
Hipospadia terbagi menjadi 3 yang terletak pada skrotum
-Penoscrotal
Pada posisi ini meatus uretra terletak di antara pertemuan basis antara penis dan skrotum.
-Scrotal
Meatus uretra terletak pada eksterna di skrotum. posisi ini berada tepat di tengah diantara Penascrotal dengan Perineal -Perineal
Meatus uretra eksterna di bawah scrotum dan pada area perineum
karakteristik hipospadia ini, muara urethra berada ditengah-tengah lokasi normal dan scrotal (Distal penile, Midshaft)
Distal penile Midshaft
Pada tahap mild ini hipospadia ringan dibagi menjadi tiga lokasi yaitu
- Grandular, yaitu Lubang uretra terletak meatus eksterna, hanya turun sedikit pada bagian ventral glans penis
-Coronal
-Subcoronal, yaitu Lubang uretra letak meatus eksterna terletak di sulcus coronal penis
Moderate
Hispopadia/derajat 2
Mild Hipospadia
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pencatatan pemeriksaan fisik harus disertai deskripsi temuan lokal seperti posisi meatus uretra, bentuk dan lebar orifisium, ukuran penis, lempeng uretra, informasi derajat kurvatura penis (pada saat ereksi), prepusium, dan skrotum bifidum. Beberapa kelainan kongenital yang ditemukan pada kasus hipospadia:
1. Undesensus testis dan hernia inguinalis.
2. Pembesaran utrikulus prostat.
3. Penoskrotal transposisi dan mikropenis.
4. Disorder of sex development (DSD).
Terapi hipospadia hingga saat ini adalah pembedahan.
Waktu optimal untuk operasi hipospadia adalah saat berusia 6 bulan. Teknik yang dipilih untuk perbaikan hipospadia tergantung pada saat operasi. Pada penelitian ini ditemukan semua penderita hipospadia diberikan terapi berupa urethroplasty dan chordectomy (Noegroho, Siregar, Firmansyah, 2018).
Pada hipospadia distal sederhana, koreksi kosmetik hanya dilakukan setelah diskusi menyeluruh mengenai aspek psikologis dan harapan tampilan kosmetik yang lebih baik.
Terapi pre-operasi dengan testosteron dapat membantu untuk memperbesar penis sehingga dapat memudahkan operasi (Tarmono & Sigumonrong, 2016).
Penatalaksaan
Algoritma Penatalaksanaan algoritma
Asuhan Keperawatan Hipospadia
02
Nama, TTL, No. Rekam Medis Jenis Kelamin, TB/BB
a. Inspeksi
- Inspeksi apakah ada tanda perdarahan
- Inspeksi bagaimana pola perkemihan pasien - Inspeksi apakah adanya bengkak atau tidak b. Palpasi
- Palpasi abdomen untuk melihat distensi bladder atau pembesaran pada ginjal
- Palpasi ada bengkak atau tidak - Palpasi terbuka uretra pada ventral
Biasanya pasien hipospadia terjadi pada usia bayi maupun balita dimana pengkajian terutama keluhan utama akan dikaji melalui orang tua pasien dalam merawat anak dengan hipospadia
1. Riwayat Penyakit Sekarang 2. Riwayat Penyakit Terdahulu 3. Riwayat Penyakit Keluarga
1. Identitas 4. Pemeriksaan Fisik
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Kesehatan
Pengkajian
Diagnosa Keperawatan
Pre Operative Post Operative
1. Defisit pengetahuan orangtua berhubungan dengan diagnosis, prosedur pembedahan, dan perawatan setelah operasi
2. Kecemasan orangtua berhubungan dengan pembedahan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (pembedahan)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif 3. Resiko perdarahan
berhubungan dengan tindakan pembedahan
Intervensi Keperawatan
Pre Operative
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan (D.0111) Defisit
pengetahuan orangtua berhubungan dengan diagnosis, prosedur pembedahan
(L.121110) Tingkat Pengetahuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat pengetahuan orangtua membaik dengan kriteria hasil:
1. Kemampuan menjelaskan tentang suatu 2. Perilaku sesuai
dengan
pengetahuan meningkat
(I.12440) Edukasi Preoperatif
Observasi
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi 2. Identifikasi
pengalaman pembedahan dan tingkat pengetahuan tentang
pembedahan
3. Identifikasi harapan akan pembedahan 4. Identifikasi
kecemasan pasien dan keluarga
Intervensi Keperawatan
Pre Operative
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan 3. Pertanyaan tentang
masalah yang dihadapi menurun
4. Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun 5. Perilaku membaik
Terapeutik
5. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
6. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan Edukasi
7. Informasikan jadwal, lokasi dan lama operasi akan berlansgung
8. Jelaskan obat preoperasi, efek dan alasan penggunaanya 9. Anjurkan puasa minimal 8 jam sebelum operasi 10. Anjurkan tidak minum minimal 2 jam sebelum operasi
Intervensi Keperawatan
Pre Operative
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan (D.0080) Ansietas
orangtua berhubungan dengan pembedahan
(L.09093) Tingkat Ansietas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat ansietas menurun dengan kriteria hasil:
1. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun 2. Perilaku gelisah menurun
3. Verbalisasi
kebingungan menurun 4. Perilaku tegang menurun
(I.09259) Dukungan Keyakinan
Observasi
1. Identifikasi keyakinan, masalah dan tujuan perawatan
2. Identifikasi kesembuhan jangka panjang sesuai kondisi pasien
3. Monitor kesehatan fisik dan mental pasien
Terapeutik
4. Integrasikan keyakinan dalam rencana perawatan sepanjang tidak
membahayakan/beresiko keselamatan
5. Berikan harapan realistis sesuai prognosis
Evaluasi
Diagnosa 1 : Defisit Pengetahuan
a. Mengetahui diagnosis dan prosedur pembedahan b. Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi berkurang c. Memberikan persetujuan prosedur tindakan
Diagnosa 2 : Ansietas - Perilaku gelisah menurun - Perilaku tegang menurun -Gelisah menurun
Evaluasi
Diagnosa 3 : Nyeri Akut a. Skala nyeri berkurangb. Meringis menurun c. Sikap protektif menurun Diagnosa 4 : Risiko Infeksi
d. Keluarga mampu melakukan perawatan luka secara mandiri
e. Kondisi luka membaik
f. Kadar sela darah putih membaik Diagnosa 5 : Risiko Perdarahan
g. Tidak terjadi perdarahan pada luka operasi h. Penyatuan kulit pasca operasi membaik
WEB OF CAUTION
Daftar Pustaka
Aulia, I., Sukasah, C. L., & Kusumawardani, E. (2019). CHARACTERISTICS OF HYPOSPADIAS PASTIENTS IN PLASTIC RECONSTRUCTIVE AND AESTHETIC SURGERY DIVISION AT NATIONAL HOSPITAL CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA. Jurnal Plastik Rekonstruksi.
Mendri, N. K., & Prayogi, A. S. (2015). ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK SAKIT & BAYI RESIKO TINGGI. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Noegroho, B. S., Siregar, S., & Firmansyah, I. (2018). KARAKTERISTIK PASIEN HIPOSPADIA DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG TAHUN 2015-2018. Journal Kesehatan.
Purwati, N. H., & Sulastri, T. (2019). TINJAUAN ELSEVIER KEPERAWATAN ANAK. Elsevier Singapore Pte, Ltd.
Sakti, S. W., & Wahyudi, S. S. (2018). THE ASSOCIATION BETWEEN HIPOSPADIAS OCCURRENCE WITH EXPOSURE OF PESTICIDES IN AGROINDUSTRY ENVIROMENT. NurseLine Journal 3(2).
Tarmono, & Sigumonrong, Y. (2016). PANDUAN PENATALAKSANAAN (GUIDLINES) UROLOGI ANAK (PEDIATRIC DI INDONESIA). Jakarta: Ikatan Ahli Urologi Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). STANDAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN INDONESIA. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA. Jakarta Selatan:
DPP PPNI.
Tuju, E. J., Lampus, H. F., & Tangel, S. J. (2021). PERANAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN KONTRIBUTOR SELAMA KEHAMILAN TERHADAP HIPOSPADIA. e-Clinic 9(1), 81-95.