• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK KEJANG DEMAM DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AMAN DAN KESELAMATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK KEJANG DEMAM DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AMAN DAN KESELAMATAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Prodi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada Surakarta 2020

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK KEJANG DEMAM DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AMAN DAN

KESELAMATAN

Pegy Krissyani1*, Endang Zulaicha2, Ratih Dwi3

1Mahasiswa D3 Keperawatan/Fakultas Ilmu Kesehatan/Universitas Kusuma Husada, Jl.

Jaya Wijaya No.11, Kadipiro, Surakarta

2Dosen D3 Keperawatan/ Fakultas Ilmu Kesehatan/Universitas Kusuma Husada, Jl.

Jaya Wijaya No.11, Kadipiro, Surakarta

3Dosen D3 Keperawatan/ Fakultas Ilmu Kesehatan/Universitas Kusuma Husada, Jl. Jaya Wijaya No.11, Kadipiro, Surakarta

*Email penulis: [email protected] Abstrak

Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada 2–5% anak yang berusia dibawah 5 tahun dengan kejadian yang paling rawan di tahun kedua Kejadian ini terjadi saat tubuh mengalami kenaikan suhu antara 38- 38,9⁰C, yang disebabkan karena adanya infeksi pada jaringan ekstrakranial seperti tonsillitis, dan otitis media akut. Tujuan studi kasus ini adalah pemenuhan kebutuhan rasa aman dan keselamatan dengan intervensi utama pendidikan kesehatan tentang perkembangan anak usia 2-5 tahun dengan media lembar balik. Jenis penelitian pada karya tulis ilmiah ini adalah deskriptif dengan mengunakan metode pendekatan studi kasus. Subjek dalam studi kasus ini adalah anak dan orangtua anak usia 2 tahun dengan kejang demam berulang. Hasil studi ini menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan tentang perkembangan anak usia 2-5 tahun menurunkan risiko gangguan perkembangan dan meningkatkan pengetahuan orangtua.

Kata kunci: kejang demam, perkembangan, pendidikan kesehatan

(2)

Nursing Study Program of Diploma 3 Faculty of Health Sciences University of Kusuma Husada Surakarta 2020

PEDIATRIC NURSING CARE ON FEBRILE SEIZURE PATIENTS IN FULFILLMENT OF SAFE AND SECURE NEEDS

Pegy Krissyani1, Endang Zulaicha2, Ratih Dwi3

1Student of D3 Nursing Study Program, Faculty of Health Sciences, University of Kusuma Husada Surakarta

Jln. Jaya Wijaya No. 11, Kadipiro, Surakarta

2Nursing lecturer at Faculty of Health Sciences, University of Kusuma Husada Surakarta Jln. Jaya Wijaya No. 11, Kadipiro, Surakarta

3Nursing lecturer at Faculty of Health Sciences, University of Kusuma Husada Surakarta Jln. Jaya Wijaya No. 11, Kadipiro, Surakarta

*Email: [email protected]

Febrile seizures occur in 2–5% of children under five years by the most prone incidence in the second year. It occurs when the body experiences a rising temperature between 38- 38.9 0C. It is caused by infections of extracranial tissues such as tonsillitis and acute otitis media. The purpose of this case study is to fulfill the need for a sense of security and safety with the foremost intervention of health education on the development of children aged 2-5 years using flipcharts. This type of research in scientific writing is descriptive with a case study approach. Subjects were parents and children aged two years with recurrent febrile seizures. The study results show that health education about the development of children aged 2-5 years reduces the risk of developmental disorders and increases parental knowledge.

Keywords: febrile Seizures, Development, Health Education.

(3)

PENDAHULUAN

Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada 2–5% anak yang berusia dibawah 5 tahun dengan kejadian yang paling rawan di tahun kedua (Seinfeld, 2013). Kejang demam masih menjadi masalah kesehatan yang muncul diberbagai negara berkembang. Angka kejadian kejang demam di Asia dilaporkan lebih tinggi dan sekitar 80%-90% dari seluruh kejang demam sederhana (Lita, 2016). Kejadian kejang demam di Indonesia disebutkan terjadi pada 2-5%

anak berumur 6 bulan sampai dengan 3 tahun dan 30% diantaranya akan mengalami kejang demam berulang. Hasil Survey 2012-2014 di RSUD Dr.Moewardi Surakarta angka kejang demam mencapai 0,4% (Arief, 2015)

Kejadian kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak menimbulkan bahaya maupun gejala sisa.

Namun kejang demam yang berlangsung lama >15 menit (kompleks) sering disertai dengan apnea meningkatnya kebutuhan oksigen dan kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hiposekmia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat.

Hal ini mengakibatkan terjadinya kerusakan pada neuron dan terdapat gangguan perederan darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak, kemudian mengakibatkan kerusakan pada medial lobus temporal (Ngastiyah, 2014).

Didapatkan 4% pasien paska kejang demam kompleks anak mengalami penurunan tingkat intelegasi dan gangguan

tingkah laku atau perkembangan kognitif (Kakalang, Masloman, Manoppo, 2018).

Dalam penelitian Purba (2018) seorang anak dengan kejang demam berulang >1 kali didapatkan pemerolehan fonologi anak cenderung mengalami gangguan seperti gagap ketika berbicara.

Beberapa orang tua dengan anak yang mengalami kejang demam berulang belum mengetahui adanya resiko gangguan perkembangan pada anak. Orang tua mempunyai peran yang besar dalam pemenuhan kebutuhan aman dan keselamatan pada anak. Proses pertumbuhan dan perkembangan pada masa balita merupakan proses yang teramat penting bagi kehidupan manusia, karena pada masa itulah proses tumbuh kembang menentukan masa balita baik secara fisik, mental, maupun perilaku.

Pertumbuhan dan perkembangan akan baik secara fisik maupun keterampilan memang dapat berlangsung secara alamiah. Proses tersebut tergantung pada orang tua untuk mendorong atau memberikan rangsangan kepada anak agar dapat berkembang optimal pada pendengaran, perkembangan bahasa, kognitif, gerak kasar, gerak halus, keseimbangan, koordinasi dan kemandirian (Apriastuti, 2013).

Adanya pendidikan kesehatan pada orang tua terutama pendidikan kesehatan tentang perkembangan anak sesuai usia, diharapkan orang tua dapat mendeteksi dan menstimulasi perkembangan anak sehingga perkembangan anak dengan riwayat kejang demam berulang optimal (Udin, Sareharto, Istiadi, 2015).

Pendidikan kesehatan yang efektif menggunakan media, media yang digunakan adalah lembar balik berukuran 210 mm x 297 mm yang berisi materi

(4)

tulisan dan gambar tentang perkembangan anak usia 2 tahun-5 tahun. Pemberian informasi dengan media lembar balik memungkinkan orang tua belajar melalui proses melihat dan mendengar (Fitriani, 2015). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk memberikan asuhan keperawatan yang di tuangkan dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan pada Anak Kejang Demam dalam Pemenuhan Kebutuhan Aman dan Keselamatan di ruang Melati 2 RSUD Dr.Moewardi Surakarta.

METODE

Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Subjek dalam studi kasus ini adalah orang tua dari anak yang mengalami kejang demam berulang usia 2–5tahun yang dirawat di ruang anak dengan masalah keperawatan resiko gangguan perkembangan anak kejang demam berulang.

HASIL

1. Hasil Pengkajian

Berdasarkan tahapan proses keperawatan, maka langkah pertama yang harus dilakukan pada pasien adalah pengkajian. Dalam studi kasus ini pengkajian awal yang dilakukan berfokus pada perkembangan anak setelah kejang demam berulang dan pengetahuan orangtua terhadap perkembangan anak.

Berdasarkan hasil studi, dapat diketahui bahwa saat pengkajian awal terhadap perkembangan anak didapatkan data DS: Ibu pasien mengatakan pada tanggal 18 Februari 2020 pukul 02.30 WIB

anaknya mengalami kejang sekitar 15-18 menit. Ibu pasien mengatakan pada usia 6 bulan anaknya mempunyai riwayat kejang demam 2x. ibu pasien mengatakan kurang memantau perkembangan anaknya karena bekerja. Bapak pasien juga mengatakan bahwa belum paham perkembangan anak usia 2 tahun, anak lebih sering diasuh oleh neneknya ketika orangtua bekerja.

Orang tua mengatakan anaknya bisa berjalan usia 14 bulan, bisa mengucapkan 5 - 10 kata meskipun belum jelas. Di rumah anak bermain dengan tetangga sebayanya, orangtua mengatakan anaknya tidak cerewet, namun aktif bermain. Orangtua mengatakan belum pernah sama sekali mendapat pendidikan kesehatan tentangperkembangananak.

Orangtua mengatakan ingin mendapatkan pendidikan kesehatan tentang perkembangan anak agar dapat memantau perkembangan anak secara optimal. DO: anak terlihat kurang aktif saat diajak berbicara dan bermain, respon anak lambat saat diajak berbicara, anak terlihat lemas selama dirawat di rumah sakit, hanya menangis saat ditinggal orangtua nya ke kamar mandi, atau keluar kamar. Orang tua bingung saat ditanya perkembangan anaknya, saat diberi kuisioner berisi 8 pertanyaan tentang perkembangan anak usia 24 bulan - 36 bulan, orang tua hanya mampu menjawab dengan skor 3, orang tua terlihat berdiskusi saat menjawab kuisioner, orangtua terlihat ingintahu perkembangan

(5)

anak dengan banyak bertanya saat dikaji.

2. Hasil Diagnosa Keperawatan Pemaparan diagnosa yang diangkat berdasarkan data DS dan DO yang mendukung diagnosa dikaitkan dengan teori dalam SDKI.

Pemaparan diagnosa yang muncul diurutkan sesuai dengan prioritas diagnosa keperawatan.

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada pasien didapatkan diagnosa keperawatan risiko gangguan perkembangan d.d.

infeksi berulang.

3. Hasil Intervensi Keperawatan 4. Dengan masalah atau diagnosa

keperawatan risiko gangguan perkembangan d.d. infeksi berulang diberikan intervensi pendidikan kesehatan pada orang tua tentang perkembangan anak usia 2-5 tahun, dengan mengkaji pengetahuan orang tua tentang perkembangan anak menggunakan kuisioner sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan, pendidikan kesehatan diberikan selama 30 menit menggunakan lembar balik yang berisi perkembangan anak usia 2-5 tahun.

Sehingga tercapai kriteria hasil:

pengetahuan orangtua tentang perkembangan anak dengan riwayat kejang demam meningkat, orangtua mampu menstimulasi dan memantau perkembangan pasien dengan optimal.

5. Hasil Implementasi Keperawatan

Setelah menetapkan intervensi keperawatan maka dilakukan implementasi keperawatan. Hari pertama dilakukan mengkaji perkembangan anak dan mengkaji pengetahuan orangtua tentang perkembangan anak usia 2 tahun.

Hari kedua memberikan kuisioner kepada orangtua pasien yang berisi pernyataan perkembangan anak usia 24-36 bulan.

Hari ketiga, melakukan pendidikan kesehatan kepada orangtua pasien pada pukul 10.00 WIB, memonitor keadaan umum pasien, melakukan pendidikan kesehatan kepada orangtua pasien selama 30menit, kemudian pada pukul 10.30 WIB, memberikan kuisioner (post test).

5. Hasil Evaluasi Keperawatan Berdasarkan hasil studi diketahui bahwa setelah dilakukan implementasi keperawatan dengan menggunakan pendidikan kesehatan tentang perkembangan anak usia 2-5 tahun, selama 1x30 menit di hari ketiga perawatan.

Pada hari pertama hasil evaluasi yang diperoleh data S: Ibu dan bapak pasien mengatakan bahwa belum paham perkembangan anaknya sesuai usianya, O: Orang tua terlihat bingung saat di tanya perkembangan anaknya, A:

masalah belum teratasi,P: lanjutkan intervensi, berikan kuisioner, berikan pendidikan kesehatan. Pada evaluasi hari kedua didapatkan data S: orangtua pasien mengatakan bersedia mengisi kuesioner, O:

orangtua mengisi kuesioner dan skor kuisioner 3 (kurang), A:

masalah belum teratasi, P:

(6)

lanjutkan intervensi, Berikan pendidikan kesehatan. Pada evaluasi hari ketiga mengalami peningkatan dengan data, S: Ibu pasien mengatakan sudah paham tentang perkembangan anak, O:

orangtua terlihat paham kuisioner dijawab 7 pertanyaan benar (baik), A: masalah teratasi, P: hentikan intervensi.

PEMBAHASAN

Pada tahap pengkajian pada klien An.

Z dapatkan data yaitu DS: Ibu pasien mengatakan pada usia 6 bulan anaknya mempunyai riwayat kejang 2x. ibu pasien mengatakan kurang memantau perkembangan anaknya karena bekerja. Bapak pasien juga mengatakan bahwa belum paham perkembangan anak usia 2 tahun.

Orang tua mengatakan anaknya bisa berjalan usia 18 bulan, bisa mengucapkan 5 - 10 kata meskipun belum jelas.DO: anak terlihat kurang aktif saat diajak berbicara dan bermain, respon anak lambat saat diajak berbicara, orang tua bingung saat ditanya perkembangan anaknya, saat diberi kuisioner berisi 8 pertanyaan tentang perkembangan anak usia 24 bulan - 36 bulan, orang tua hanya mampu menjawab dengan skor 3, orang tua terlihat berdiskusi saat menjawab kuisioner.

Hal ini menunjukkan antara studi kasus dan teori tidak ada kesenjangan, bahwa pada kasus kejang demam berulang adalah resiko gangguan perkembangan.

1. Pengkajian

Hasil pengkajian awal terhadap terhadap perkembangan anak didapatkan data DS: Ibu pasien

mengatakan pada usia 6 bulan anaknya mempunyai riwayat kejang 2x. ibu pasien mengatakan kurang memantau perkembangan anaknya karena bekerja. Bapak pasien juga mengatakan bahwa belum paham perkembangan anak usia 2 tahun.

Orang tua mengatakan anaknya bisa berjalan usia 18 bulan, bisa mengucapkan 5 - 10 kata meskipun belum jelas.DO: anak terlihat kurang aktif saat diajak berbicara dan bermain, respon anak lambat saat diajak berbicara, orang tua bingung saat ditanya perkembangan anaknya, saat diberi kuisioner berisi 8 pertanyaan tentang perkembangan anak usia 24 bulan - 36 bulan, orang tua hanya mampu menjawab dengan skor 3, orang tua terlihat berdiskusi saat menjawab kuisioner.

2. Diagnosa keperawatan

Berdasarkan diagnosa keperawatan dari pengkajian yang dilakukan pada pasien didapatkan diagnosa keperawatan resiko gangguan perkembangan anak berhubungan dengan penyakit kronis (kejang demam berulang) yang didukung dengan data DS: Ibu pasien mengatakan pada usia 6 bulan anaknya mempunyai riwayat kejang 2x. ibu pasien mengatakan kurang memantau perkembangan anaknya karena bekerja. Bapak pasien juga mengatakan bahwa belum paham perkembangan anak usia 2 tahun.

Orang tua mengatakan anaknya bisa berjalan usia 18 bulan, bisa mengucapkan 5 - 10 kata meskipun belum jelas.DO: anak terlihat kurang aktif saat diajak berbicara dan bermain, respon anak lambat saat diajak berbicara, orang tua bingung

(7)

saat ditanya perkembangan anaknya, saat diberi kuisioner berisi 8 pernyataan tentang perkembangan anak usia 24 bulan - 36 bulan, orang tua hanya mampu menjawab dengan skor 3, orang tua terlihat berdiskusi saat menjawab kuisioner. Hal ini sesuai dengan batasan karakteristik dari resiko gangguan perkembangan, dalam penelitian Purba (2018) seorang anak dengan kejang demam berulang

>1 kali didapatkan pemerolehan fonologi anak cenderung mengalami gangguan seperti gagap ketika berbicara.

3. Intervensi Keperawatan

Adanya pendidikan kesehatan pada orang tua terutama pendidikan kesehatan tentang perkembangan anak sesuai usia, diharapkan orang tua dapat mendeteksi dan menstimulasi perkembangan anak sehingga perkembangan anak dengan riwayat kejang demam berulang optimal (Udin, Sareharto, Istiadi, 2015).

Pendidikan kesehatan yang efektif menggunakan media, media yang digunakan adalah lembar balik berukuran 210 mm x 297 mm yang berisi materi tulisan dan gambar tentang perkembangan anak usia 2 tahun-5 tahun. Pemberian informasi dengan media lembar balik memungkinkan orang tua belajar melalui proses melihat dan mendengar (Fitriani, 2015).

4. Implementasi Keperawatan Implementasi yang pertama yaitu melakukan tindakan mengkaji perkembangan pasien pasca kejang demam berulang dan mengkaji

pengetahuan orangtua tentang memberikan kuisioner berisi 8 pernyataan tentang perkembangan

anak usia 24-36 bulan untuk megukur pengetahuan orangtua pasien.

Implementasi yang kedua yaitu pada Jumat, 22 Februari 2020 pukul 10.00 WIB, memberikan pendidikan kesehatan tentang perkembangan anak usia 2-5 tahun menggunakan media lembar balik selama 1x30 menit. Hal ini sesuai dengan penelitian Fitriani (2015), Pendidikan kesehatan yang efektif menggunakan media, media yang digunakan adalah lembar balik berukuran 210 mm x 297 mm yang berisi materi tulisan dan gambar tentang perkembangan anak usia 2 tahun-5 tahun. Pemberian informasi dengan media lembar balik memungkinkan orang tua belajar melalui proses melihat dan mendengar.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Khayati (2019) menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan menggunakan media lembar balik memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat pengetahuan orang tua tentang tumbuh dan kembang anak dengan kejang demam yaitu p value 0,005 (p<0,05).

5. Evaluasi keperawatan

Pada evaluasi hasil penulis sudah sesuai dengan teori yang ada yaitu S.O.A.P (Subjektif, Objektif, Assesment, Planning). Evaluasi dilakukan setiap hari selama tiga hari. Berdasarkan evaluasi hasil pada studi kasus yang dilakukan tentang resiko gangguan perkembangan, setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang perkembangan anak usia 2-5 tahun menggunakan media lembar balik selama 1x30 menit menggunakan lembar balik pengetahuan orangtua meningkat

(8)

tentang perkembangan anak sesuai usia, orangtua terlihat lebih aktif bertanya dan antusias saat diberi pendidikan kesehatan. Saat post test orangtua pasien dapat menjawab 7 pernyataan benar, meningkat dari pretest yang hanya mendapat skor 3 (kurang).

KESIMPULAN

Hasil pengkajian awal terhadap terhadap perkembangan anak didapatkan data DS: Ibu pasien mengatakan pada usia 6 bulan anaknya mempunyai riwayat kejang 2x. ibu pasien mengatakan kurang memantau perkembangan anaknya karena bekerja. Bapak pasien juga mengatakan bahwa belum paham perkembangan anak usia 2 tahun.

Orang tua mengatakan anaknya bisa berjalan usia 18 bulan, bisa mengucapkan 5 - 10 kata meskipun belum jelas.DO: anak terlihat kurang aktif saat diajak berbicara dan bermain, respon anak lambat saat diajak berbicara, orang tua bingung saat ditanya perkembangan anaknya, saat diberi kuisioner berisi 8 pertanyaan tentang perkembangan anak usia 24 bulan - 36 bulan, orang tua hanya mampu menjawab dengan skor 3, orang tua terlihat berdiskusi saat menjawab kuisioner.

1. Diagnosa keperawatan

Berdasarkan diagnosa keperawatan dari pengkajian yang dilakukan pada pasien didapatkan diagnosa keperawatan resiko gangguan perkembangan anak berhubungan dengan penyakit kronis (kejang demam berulang) yang didukung dengan data DS: Ibu pasien

mengatakan pada usia 6 bulan anaknya mempunyai riwayat kejang 2x. ibu pasien mengatakan kurang memantau perkembangan anaknya karena bekerja. Bapak pasien juga mengatakan bahwa belum paham perkembangan anak usia 2 tahun.

Orang tua mengatakan anaknya bisa berjalan usia 18 bulan, bisa mengucapkan 5 - 10 kata meskipun belum jelas.DO: anak terlihat kurang aktif saat diajak berbicara dan bermain, respon anak lambat saat diajak berbicara, orang tua bingung saat ditanya perkembangan anaknya, saat diberi kuisioner berisi 8 pernyataan tentang perkembangan anak usia 24 bulan - 36 bulan, orang tua hanya mampu menjawab dengan skor 3, orang tua terlihat berdiskusi saat menjawab kuisioner. Hal ini sesuai dengan batasan karakteristik dari resiko gangguan perkembangan, dalam penelitian Purba (2018) seorang anak dengan kejang demam berulang

>1 kali didapatkan pemerolehan fonologi anak cenderung mengalami gangguan seperti gagap ketika berbicara.

2. Intervensi Keperawatan

Adanya pendidikan kesehatan pada orang tua terutama pendidikan kesehatan tentang perkembangan anak sesuai usia, diharapkan orang tua dapat mendeteksi dan menstimulasi perkembangan anak sehingga perkembangan anak dengan riwayat kejang demam berulang optimal (Udin, Sareharto, Istiadi, 2015).

Pendidikan kesehatan yang efektif menggunakan media, media yang digunakan adalah lembar balik berukuran 210 mm x 297 mm yang berisi materi tulisan dan gambar

(9)

tentang perkembangan anak usia 2 tahun-5 tahun. Pemberian informasi dengan media lembar balik memungkinkan orang tua belajar melalui proses melihat dan mendengar (Fitriani, 2015).

3. Implementasi Keperawatan Implementasi yang pertama yaitu melakukan tindakan mengkaji perkembangan pasien pasca kejang demam berulang dan mengkaji

pengetahuan orangtua tentang memberikan kuisioner berisi 8 pernyataan tentang perkembangan anak usia 24-36 bulan untuk megukur pengetahuan orangtua pasien.

Implementasi yang kedua yaitu pada Jumat, 22 Februari 2020 pukul 10.00 WIB, memberikan pendidikan kesehatan tentang perkembangan anak usia 2-5 tahun menggunakan media lembar balik selama 1x30 menit. Hal ini sesuai dengan penelitian Fitriani (2015), Pendidikan kesehatan yang efektif menggunakan media, media yang digunakan adalah lembar balik berukuran 210 mm x 297 mm yang berisi materi tulisan dan gambar tentang perkembangan anak usia 2 tahun-5 tahun. Pemberian informasi dengan media lembar balik memungkinkan orang tua belajar melalui proses melihat dan mendengar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Khayati (2019) menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan menggunakan media lembar balik memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat pengetahuan orang tua tentang tumbuh dan kembang anak dengan kejang demam yaitu p value 0,005 (p<0,05).

4. Evaluasi keperawatan

Pada evaluasi hasil penulis sudah sesuai dengan teori yang ada yaitu S.O.A.P (Subjektif, Objektif, Assesment, Planning). Evaluasi dilakukan setiap hari selama tiga hari. Berdasarkan evaluasi hasil pada studi kasus yang dilakukan tentang resiko gangguan perkembangan, setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang perkembangan anak usia 2-5 tahun menggunakan media lembar balik selama 1x30 menit menggunakan lembar balik pengetahuan orangtua meningkat tentang perkembangan anak sesuai usia, orangtua terlihat lebih aktif bertanya dan antusias saat diberi pendidikan kesehatan.

SARAN

Setelah penulisan melakukan asuhan keperawatan pada anak kejang demam dalam pemenuhan kebutuhan aman dan keselamatan, penulis memberikan usulan masukan yang positif khususnya dibandingkan kesehatan antara lain:

1. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan rumah sakit khususnya RSUD Dr. Moewardi Surakarta dapat memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan kerja sama baik antar tim kesehatan mapun dengan klien sehingga dapat meningkatkan

mutu pelayana asuhan

(10)

keperawatan yang optimal bagi kesembuhan klien.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menjadi bahan kepustakaan dan sebagai sumber informasi dalam penelitian selanjutnya pada pemberian asuhan keperawatan pada pasien kejang demam.

3. Bagi Klien dan Keluarga

Diharapkan keluarga dengan pasien kejang demam mampu mencegah, mendeteksi dan menangani masalah yang dialami klien dengan menerapkan isi pendidikan

kesehatan yang telah diberikan.

4. Bagi Penulis

Diharapkan dapat meningkatkan kualitas kesehatan khususnya pada pasien kejangdemam, dengan memberikan tindakan terapi non farmakologi yaitu pendidikan kesehatan perkembangan anak.

DAFTAR PUSTAKA

Apriastuti, D. A. 2013. Analisis tingkat pendidikan dan pola asuh orang tua dengan perkembangan anak usia 48–

60 bulan. Bidan Prada: Jurnal Publikasi Kebidanan Akbid YLPP Purwokerto, 4(01).

Arief, Rifqi Fadly. 2015. Penatalaksanaan Kejang Demam. Vol. 42 No. 9

Dermawan, Deden. 2012. Proses

Keperawatan Penerapan Konsep Dan Kerangka Kerja. Yogyakarta :

Gosyeng Publising.

Fitriana, N.K., Nana Nabila., & Sri Suparti. 2019.The effect of Health Education with Flip Sheet Media on Parent’s Knowledge Level About Development of Children with Febrile Seizures. Jurnal ilmu keperawatan anak, Vol.2 No.1. e- ISSN 2621 – 296X

Fitriani, F.K. 2015. Pengaruh penyuluhan media lembar balik gizi terhadap peningkatan pengetahuan ibu balita gizi kurang di Puskesmas Pamulang, Tangerang Selatan Tahun 2015.

Skripsi.

https://doi.org.10.1145/3132886

Gunawan, Prastiya Indra & Darto Saharso.

2012. Faktor Risiko Kejang Demam Berulang Pada Anak. Vol. 46 No. 2 Herdman T Heather & Shigemi

Kamitsuru. 2015. Nanda International Inc : Diagnosa Keperawatan Definisi

& Klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC

Hutahean, Serri. 2010. Konsep dan Dokumentasi Proses Keperawatan.

Jakarta : TIM Lita, Merda Orna &

Satria Nandar Baharza. 2016. Faktor- faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kejang Demam Pada Balita

(11)

Di Puskesmas Madukoro. Jurnal Kesehatan. Vol. 13 No.1. ISSN: 0216- 9630

Lestari, Titik. 2016. Asuhan Keperawatan anak. Yogyakarta : Nuha Medika Lita, Merda Ona & Satria Nandar Baharza.

2016. Faktor faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadia Kejang Demam pada Balita Di Puskesmas Madukoro. Jurnal kesehatan. Vol. 13 No 1. Issn: 0216-9630

Marwan, Roly. 2017. Faktor Yang Berhubungan Dengan Penanganan Pertama Kejadian Kejang Demam Pada Anak Usia 6 Bulan - 5 Tahun.

Caring Nursing Journal. Vol. 1 No. 1 Ngastiyah. 2014. Perawatan Anak Sakit.

Edisi 2. Jakarta : EGC

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta

Nursalam. 2016. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu

keperawtan. Jakarta : Salemba Medika

Pelajar Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta Rahayu, S. 2015. Pengetahuan Tentang

Kejang Demam.Jurnal lmu kesehatan, 4(1), 47 – 51

Ridha, H. Nabiel. 2014. Buku ajar keperawatan anak. Pustaka Pelajar (anggota IKAPI)

Riyadi, Sujono & Sukarmin. 2009.

Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 1.

Yogyakarta : Graha Ilmu

Seinfeld, S.,Pellock, J.M. 2013. Recent Research on Febrile Seizures : A

Review. Journal of Neurology &

Neurophysiology, 04(04).

https://doi.org/10.4172/2155- 9562.1000165

Sodikin. 2012. Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogyakarta : Pustaka

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D.Bandung : Remaja Rosdakarya

Sodikin. 2012. Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogyakarta : Pustaka

Widodo, Dwi Putro. 2011. Kumpulan Tips Pediatri. Edisi 2. Jakarta : Badan Penerbit IDAI

Wulandari, Dewi & Meira Erawati.2016.

Buku Ajar Keperawatan Anak. Edisi 1.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Referensi

Dokumen terkait

Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari diagnosa yang muncul 3 yaitu : Hipertermi berhubungan dengan Proses penyakit, gangguan kebutuhan nutrisi:

Dan juga saya mengangkat diagnosa tambahan Defesiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi karena sesuai dengan hasil pengkajian, pasien dan keluarga mengatakan

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KEJANG ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KEJANG DEMAM..

Berdasarkan pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien asma dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan masalah keperawatan pola napas tidak efektif berhubungan

Evaluasi untuk diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori: halusinasi pada pasien dengan halusinasi dilakukan pada tanggal 2 April 2012, adapun hasil evaluasi

Hasil studi menunjukan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien anak asma dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan masalah keperawatan pola nafas tidak efektif yang dilakukan

KESIMPULAN Berdasarkan pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien asma dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan masalah keperawatan pola napas tidak efektif berhubungan dengan

Diagnosa keperawatan prioritas yaitu bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan D.0001 Intervensi keperawatan berdasarkan SIKI 2018 yaitu