• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Beban Kerja Perawat Dengan Kualitas Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Beban Kerja Perawat Dengan Kualitas Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016 Chapter III VI"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional yang merupakan studi satu tahap yang datanya yang berada di variabel independen dan variabel dependen diambil pada yang waktu yang sama. (Notoadmodjo, 2009). Dalam penelitian ini peneliti hanya akan menggambarkan dan menganalisa beban kerja perawat terhadap kualitas pelayanan keperawatan di ruang rawat inap RSU. Dr. G.L. Tobing Tanjung Morawa.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Dr. G.L.Tobing Tanjung Morawa. Penelitian ini akan berlangsung selama tujuh bulan terhitung mulai bulan Januari 2016 sampai bulan Juli 2016, yang dimulai dengan survei awal, pencarian literatur, penyusunan proposal dan seminar hasil penelitian.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

(2)

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSU. Dr. G.L. Tobing Tanjung Morawa, besar sampel adalah seluruh populasi yaitu sebesar 55 orang perawat yang diambil dengan menggunakan total populasi.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan cara membagikan kuesioner. Jenis kuesioner ini berupa angket tertutup, dimana responden memilih jawaban yang telah disediakan dalam bentuk pilihan jawaban yang menggunakan skala likhert yang telah disesuaikan terdiri dari beberapa item pertanyaan yang bersifat positif mewakili seluruh variabel yang diteliti.

3.4.2 Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data dikumpulkan langsung oleh peneliti dan dibantu oleh beberapa orang tenaga yang telah dilatih dengan menggunakan instrument kuesioner dan ceklis. Instrumen kuesioner dibagikan kepada responden untuk mendapatkan data tentang beban kerja perawat dari responden serta data kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit.

(3)

dapat dijadikan sebagai alat ukur yang mewakili variabel terikat dan variabel bebas.

2. Data Sekunder

Data sekunder ini diperoleh dari file laporan hasil evaluasi dibidang keperawatan dan Profil RSU. Dr. G.L. Tobing Tanjung Morawa. Data sekunder dalam penelitian ini dipergunakan untuk me-rechek data primer yang diperoleh dari kuesioner terutama data-data yang meragukan dan melengkapi data-data tambahan yang diperlukan dalam penelitian ini.

3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas

Pengujian validitas dan realibilitas instrumen penelitian ini diperlukan untuk mendapatkan instrumen sebagai alat ukur yang dapat mengukur sejauh mana suatu alat ukur dipercaya. Untuk mengetahui sejauh mana alat ukur tersebut dipercaya dilakukan uji coba terhadap 16 responden yang tidak termasuk responden tetapi memiliki karakteristik yang hampir sama dengan lokasi penelitian dengan tingkat kesalahan 5%, pengujian validitas dan realibilitas ini dilakukan dengan menggunakan bantuan computer dengan software computer dengan uji Crombach Alfa.

3.6 Variabel dan Definisi Operasional

3.6.1 Variabel Penelitian

(4)

keperawatan meliputi : (1) Kehandalan (reliability); (2) Bukti langsung (tangible); (3). Daya tanggap (responsiveness); (4). Jaminan (assurance); (5). Empati (emphaty).

3.6.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

(5)
(6)

3.7 Aspek Pengukuran

3.7.1 Variabel Independen

Pengukuran variabel beban kerja perawat menggunakan kuesioner dengan 10 item pertanyaan yang memiliki bobot dari setiap alternatif jawaban yang berbeda, jika jawaban dari pertanyaan ya diberi skor 3, kadang-kadang diberi skor 2 dan tidak skor 1. Maka beban kerja perawat dikategorikan sebagai berikut : a. Ringan jika total nilai yang diperoleh < 16

b. Sedang jika total nilai yang diperoleh 17-23 c. Berat jika total nilai yang diperoleh > 24 3.7.2 Variabel Dependen

1. Kehandalan

Pengukuran keandalan menggunakan kuesioner dengan 5 item pertanyaan yang memiliki bobot dari setiap alternatif jawaban yang berbeda, jika jawaban dari pertanyaan ya diberi skor 3, kadang-kadang diberi skor 2 dan tidak diberi skor 1. Maka kehandalan dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. Baik jika total nilai yang diperoleh >12 b. Cukup jika total nilai yang diperoleh 8-11 c. Kurang jika total nilai yang diperoleh < 7 2. Bukti Fisik

(7)

a. Baik jika total nilai yang diperoleh >12 b. Cukup jika total nilai yang diperoleh 8-11 c. Kurang jika total nilai yang diperoleh <7 3. Daya Tanggap

Pengukuran daya tanggap menggunakan kuesioner dengan 5 item pertanyaan yang memiliki bobot dari setiap alternatif jawaban yang berbeda, jika jawaban dari pertanyaan ya diberi skor 3, kadang-kadang diberi skor 2 dan tidak diberi skor 1. Maka daya tanggap dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. Baik jika total nilai yang diperoleh >12 b. Cukup jika total nilai yang diperoleh 8-11 c. Kurang jika total nilai yang diperoleh <7 4. Jaminan

Pengukuran jaminan menggunakan kuesioner dengan 5 item pertanyaan yang memiliki bobot dari setiap alternatif jawaban yang berbeda, jika jawaban dari pertanyaan ya diberi skor 3, kadang-kadang diberi skor 2 dan tidak diberi skor 1. Maka jaminan dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. Baik jika total nilai yang diperoleh >12 b. Cukup jika total nilai yang diperoleh 8-11 c. Kurang jika total nilai yang diperoleh <7 5. Empati

(8)

dari pertanyaan ya diberi skor 3, kadang-kadang diberi skor 2 dan tidak diberi skor 1. Maka empati dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. Baik jika total nilai yang diperoleh >12 b. Cukup jika total nilai yang diperoleh 8-11 c. Kurang jika total nilai yang diperoleh < 7

3.8 Metode Analisis Data

1. Analisis Univariat

Dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel independen yaitu beban kerja perawat dan variabel dependen yaitu kehandalan, bukti fisik, ketanggapan, daya tanggap, jaminan dan empati.

2. Analisis Bivariat

(9)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa

Rumah Sakit Umum (RSU) Dr. G. L. Tobing adalah rumah sakit milik PT Perkebunan Nusantara II yang terletak di Jl. Raya Medan-Tanjung Morawa Km. 14,5 Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara yang pada awalnya bernama HOSPITAL TE TANDJONG MORAWA yang didirikan pada Tahun 1882. Berdasarkan SK No : II.0/KPTS/3/1969 dikeluarkan Direktur Utama MD. Nasution Rumah Sakit PNP-II Tanjung Morawa disyahkan menjadi Rumah Sakit Dr. Gerhard Lumban Tobing PT Perkebunan II Tanjung Morawa. Rumah Sakit Dr. G. L. Tobing didirikan untuk melayani pelayanan kesehatan karyawan beserta batihnya. Namun pada perkembangannya juga diperuntukkan pada masyarakat umum. Saat ini Rumah sakit Dr. G. L. Tobing menempati areal seluas 9.540 M2 dengan tipe C dengan jumlah tempat tidur 105 buah.

4.1.2 Visi dan Misi

1. Visi

Dinamis, Unggul dan Terpercaya 2. Misi

(10)

3. Membuka kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat dan tenaga kesehatan yang berada di sekitar rumah sakit untuk memanfaatkan fasilitas layanan yang tersedia.

4. Mengembangkan jenis pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan lingkungan terhadap pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

5. Memberikan manfaat sebanyak-banyaknya kepada masyarakat luas. 6. Meningkatkan kesejahteraan karyawan rumah sakit.

4.2 Distribusi Responden

4.2.1 Identitas Responden

Identitas responden meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir dan lama bekerja perawat di RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa. Distribusi identitas responden dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini :

Tabel 4. 1 Distribusi Data Demografi Responden di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016

Umur Frekuensi (f) Persentase (%)

<25 - -

25-35 11 20

>35 44 80

Jenis Kelamin

Laki-laki 3 5,5

Perempuan 52 94,5

Pendidikan Terakhir

SPK 32 58.2

D-III 20 36.4

(11)

Tabel 4. 1 (Lanjutan)

Lama Kerja

< 10 tahun 8 14,5

11-20 tahun 8 14,5

>20 tahun 39 70,9

Jumlah 55 100

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa umur responden mayoritas diatas 35 tahun sebanyak 44 orang (80%), jenis kelamin responden mayoritas perempuan sebanyak 52 orang (94,5%), pendidikan terakhir responden mayoritas SPK sebanyak 32 orang (58,2%) dan lama bekerja responden mayoritas lebih dari 20 tahun sebanyak 39 orang (70,9%).

4.3Beban Kerja Perawat

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Beban Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016

Beban Kerja Perawat Frekuensi Persentase (%)

Ringan 17 30.9

Sedang 24 43.6

Berat 14 25.5

Jumlah 55 100

(12)

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Uraian Indikator Beban Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa

Tahun 2016

No Beban Kerja Perawat Tidak

Kadang-kadang Ya Total

N % N % n % n %

1 Perawat yang dinas per shift dengan jumlah pasien sudah sebanding dengan tingkat ketergantungan.

18 32.7 17 30.9 20 36.4 55 100

2 Perawat mengorientasikan peraturan yang berlaku di ruangan kepada keluarga klien.

16 29.1 22 40 17 30.9 55 100

3 Perawat dapat

menyelesaikan tugas yang diberikan tepat waktu.

15 27.3 15 38.2 19 34.5 55 100

4 Perawat berkontak langsung dengan klien secara terus menerus.

14 25.5 22 40 19 34.5 55 100

5 Perawat melakukan asuhan keperawatan dengan baik dan benar.

19 34.5 18 32.7 18 32.7 55 100

6 Perawat mengambil diet ke dapur.

19 34.5 18 32.7 18 32.7 55 100 7 Perawat membagikan diet ke

pasien.

15 27.3 21 38.2 19 34.5 55 100 8 Perawat mengantar pasien

rontgen dari ruangan dan mengambil hasil rontgen dari unit radiologi. atasan misalnya meminta persetujuan tindakan ke distrik.

14 25.5 22 40 19 34.5 55 100

(13)

selalu melaksanakan perintah atasan misalnya meminta persetujuan tindakan ke distrik, 17 orang (30,9%) perawat mengatakan mengantar pasien rontgen dari ruangan dan mengambil hasil rontgen dari unit radiologi dimana hal ini bukan tugas pokok dan fungsinya sebagai perawat dan 15 orang (27,3%) perawat mengatakan tidak dapat menyelesaikan tugas yang diberikan tepat pada waktunya.

4.4Kualitas Pelayanan Keperawatan

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kualitas Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSU. Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa

Tahun 2016

Kualitas Pelayanan Frekuensi (f) Persentase (%)

Baik 4 7.3

Cukup 28 50,9

Kurang 23 41,8

Jumlah 55 100

Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa kualitas pelayanan keperawatan mayoritas cukup yaitu sebanyak 28 orang (50,9%).

4.5Dimensi Kualitas Pelayanan Keperawatan

4.5.1 Dimensi Kehandalan ( Reliability)

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dimensi Kehandalan di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016

Kehandalan (Reliability) Frekuensi (f) Persentase (%)

Baik 4 7.3

Cukup 23 41.8

Kurang 28 50.9

(14)

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa kualitas pelayanan keperawatan berdasarkan dimensi kehandalan mayoritas kurang yaitu sebanyak 28 orang (50,9%).

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Uraian Indikator Beban Kerja Perawat Berdasarkan Dimensi Kehandalan di Ruang Rawat Inap

RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016

No Kehandalan Tidak

Kadang-kadang Ya Total

N % n % n % n %

1 Perawat segera menanyakan keluhan atau kebutuhan pasien ketika sampai diruangan.

18 32.7 17 30.9 20 36.4 55 100

2 Perawat meminta persetujuan dari pasien ataupun keluarga setiap sebelum melakukan tindakan keperawatan.

15 27.3 21 38.2 19 34.5 55 100

3 Perawat menjelaskan sampai pasien paham apabila pasien bertanya kepada perawat tentang perkembangan penyakitnya (Keadaan Penyakitnya).

16 29.1 22 40.0 17 30.9 55 100

4 Perawat memberitahukan dengan jelas kepada pasien hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pasien demi kesembuhan pasien.

15 27.3 25 45.5 15 27.3 55 100

5 Perawat melakukan pemberian tindakan kepada pasien sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) Rumah Sakit.

19 34.5 18 32.7 18 32.7 55 100

(15)

menjelaskan sampai pasien paham apabila pasien bertanya kepada perawat tentang perkembangan penyakitnya (Keadaan Penyakitnya), masing-masing 15 orang (27,3%) perawat tidak meminta persetujuan dari pasien ataupun keluarga setiap sebelum melakukan tindakan keperawatan, sebanyak 15 orang (27,3%) perawat mengatakan Perawat tidak memberitahukan dengan jelas kepada pasien hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pasien demi kesembuhan pasien.

4.5.2 Dimensi Bukti Fisik ( Tangibles)

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Beban Kerja Perawat Berdasarkan Dimensi Bukti Fisik Di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa

Tahun 2016

Bukti Fisik Frekuensi Persentase (%)

Baik 11 20.0

Cukup 21 38.2

Kurang 23 41.8

Jumlah 55 100

(16)

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Uraian Indikator Dimensi Bukti Fisik di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa

Tahun 2016

No Bukti Fisik (Tangible) Tidak

Kadang-kadang Ya Total

n % n % n % n %

1 Perawat memberikan informasi kepada pasien tentang aturan yang berlaku di rawatan pada saat mau masuk ke ruangan.

14 25.5 22 40 19 34.5 55 100

2 Perawat memperhatikan kebersihan dan kerapian ruangan tempat pasien dirawat.

18 32.7 17 30.9 20 36.4 55 100

3 Perawat memperhatikan kebersihan dan kesiapan alat-alat kesehatan sebelum dan sesudah memberikan tindakan kepada pasien

16 29.1 22 40 17 30.9 55 100

4 Perawat berpenampilan rapi dan menarik ketika bertugas

15 27.3 21 38.2 19 34.5 55 100 5 Perawat tetap menjaga privasinya

saat melakukan tindakan kepada pasien

19 34.5 18 32.7 18 32.7 55 100

(17)

4.5.3 Dimensi Daya Tanggap ( Responsiviness)

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dimensi Daya Tanggap di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016

Daya Tanggap Frekuensi Persentase (%)

Baik 26 47.3 (49,1%). Uraian penjelasan indikator dimensi kualitas pelayanan keperawatan berdasarkan daya tanggap (responsiviness) perawat di ruang rawat inap RSU. Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa adalah sebagai berikut:

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Uraian Indikator Dimensi Daya Tanggap di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung

Morawa Tahun 2016 perkembangan yang dialami pasien setelah perawat melakukan tindakan.

15 27.3 21 38.2 19 34.5 55 100

2 Perawat mengontrol atau mengobservasi secara teratur kondisi pasien pada saat shift pagi, sore, dan malam hari.

18 32.7 17 30.9 20 36.4 55 100

3 Perawat segera datang ketika pasien memerlukan bantuan

19 34.5 18 32.7 18 32.7 55 100 4 Perawat membantu pasien

melaksanakan pelayanan foto

(18)

Berdasarkan tabel 4.9 diatas dapat dilihat bahwa 20 orang (36,4%) perawat mengatakan mengontrol atau mengobservasi secara teratur kondisi pasien pada saat shift pagi, sore, dan malam hari, 20 orang (36,4%) perawat mengatakan membantu memenuhi kebutuhan pasien misalnya : makan, minum, mandi, ganti pakaian dan sebagainya selama perawatan, 19 orang (34,5%) mengatakan perawat bertanya tentang perkembangan yang dialami pasien setelah perawat melakukan tindakan, 18 orang (32,7%) mengatakan perawat segera datang ketika pasien memerlukan bantuan, 17 orang (30,9%) mengatakan perawat membantu pasien melakukan pelayanan foto dan pemeriksaan laboratorium.

4.5.4 Dimensi Jaminan ( Assurance )

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dimensi Jaminan di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016

Jaminan Frekuensi Persentase (%)

Baik 17 30.9

Cukup 26 47.3

Kurang 12 21.8

Jumlah 55 100

(19)

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Uraian Indikator Dimensi Jaminan di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa

Tahun 2016

No Jaminan Tidak

Kadang-Kadang Ya Total

n % n % n % N %

1 Perawat memperkenalkan diri saat pertama kali bertemu dengan pasien.

16 29.1 22 40 17 30.9 55 100

2 Perawat menyebutkan nama pasien dengan benar.

19 34.5 18 32.7 18 32.7 55 100 3 Perawat memberikan informasi

terlebih dahulu kepada pasien tentang segala tindakan perawatan yang akan dilaksanakan

14 25.5 22 40 19 34.5 55 100

4 Perawat menyampaikan salam, sebelum berkomunikasi dengan pasien misalnya (selamat pagi, selamat siang, selamat sore, selamat malam).

15 27.3 21 38.2 19 34.5 55 100

5 Perawat berkomunikasi dengan intonasi rendah dan tidak dengan suara yang keras kepada pasien

14 25.5 22 40.0 19 34.5 55 100

(20)

4.5.5 Dimensi Empati ( Emphaty)

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dimensi Empati di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016

Empati Frekuensi Persentase (%)

Baik 14 25.5

Cukup 8 14.5

Kurang 33 60.0

Jumlah 55 100

Berdasarkan tabel 4.13 di atas dapat dilihat bahwa kualitas pelayanan keperawatan dari aspek empati (emphaty) perawat mayoritas kurang sebanyak 33 orang (60%). Uraian penjelasan indikator dimensi kualitas pelayanan keperawatan berdasarkan empati (emphaty) perawat di ruang rawat inap RSU. Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa adalah sebagai berikut :

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Uraian Indikator Dimensi Empati di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa

Tahun 2016

2 Perawat memberikan pelayanan kepada pasien tidak memandang pangkat, jabatan atau status.

16 29.1 22 40 17 30.9 55 100

3 Perawat memberi penjelasan kepada pasien tentang cara-cara apa saja yang dapat membuat penyakit pasien cepat sembuh.

15 27.3 21 38.2 19 34.5 55 100

(21)

Berdasarkan tabel 4.14 di atas dapat dilihat bahwa 19 orang (34,5%) mengatakan perawat tidak memberi motivasi kepada pasien untuk cepat sembuh, 18 orang (32,7%) mengatakan perawat tidak mau menanyakan dan berbincang-bincang tentang keadaan pasien, 16 orang (29,1%) mengatakan perawat memberikan pelayanan kepada pasien memandang pangkat, jabatan atau status, 15 orang (27,3%) perawat tidak member penjelasan kepada pasien tentang cara-cara apa saja yang dapat membuat penyakit pasien cepat sembuh, 14 orang (25,5%) perawat tidak memberi motivasi kepada pasien untuk cepat sembuh.

4.6 Analisis Bivariat

(22)

4.6.1 Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Kualitas Pelayanan Keperawatan Berdasarkan Kehandalan (Reliability) di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016

Tabel 4.15 Tabulasi Silang antara Beban Kerja Perawat dengan Kualitas Pelayanan Keperawatan Berdasarkan Kehandalan (Reliability)

di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016 perawat yang mempunyai beban kerja ringan diperoleh kualitas pelayanan berdasarkan kehandalan baik sebanyak 3 orang (5,5%), cukup sebanyak 7 orang (12,7%), kurang sebanyak 7 orang (12,7%). Dari 24 orang (43,6%) perawat yang mempunyai beban kerja sedang diperoleh kualitas pelayanan berdasarkan kehandalan baik sebanyak 1 (1,8%), cukup sebanyak 5 orang (9,1%), kurang sebanyak 18 orang (32,7%). Dan dari 14 orang (25,5%) perawat yang mempunyai beban kerja berat diperoleh kualitas pelayanan berdasarkan kehandalan baik tidak ada, cukup sebanyak 11 orang (20,0%), dan kurang sebanyak 28 orang (5,5%).

(23)

4.6.2 Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Kualitas Pelayanan Keperawatan Berdasarkan Bukti Fisik (Tangibles) di Ruang Rawat Inap RSU. Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016

Tabel 4.16 Tabulasi Silang antara Beban Kerja Perawat dengan Kualitas Pelayanan Keperawatan Berdasarkan Bukti Fisik (Tangibles) di Ruang

Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa tahun 2016.

Beban Kerja Perawat

Kualitas Pelayanan Keperawatan

Total

P

Baik Cukup Kurang

f % f % f % f %

Ringan 2 3,6 6 10.9 9 16,4 17 30.9

.001

Sedang 2 3,6 8 14,5 14 25,5 24 43.6

Berat 7 12,7 7 12.7 0 .0 14 25.5

Jumlah 11 20.0 21 38.2 23 41.8 55 100

Berdasarkan tabel 4.16 diatas dapat dilihat bahwa dari 17 orang (30,9%) perawat yang mempunyai beban kerja ringan diperoleh kualitas pelayanan berdasarkan bukti fisik baik sebanyak 2 orang (3,6%), cukup sebanyak 6 orang (10,9%), kurang sebanyak 9 orang (16,4%). Dari 24 orang (43,6%) perawat yang mempunyai beban kerja sedang diperoleh kualitas pelayanan berdasarkan bukti fisik baik sebanyak 2 (3,6%), cukup sebanyak 8 orang (14,5%), kurang sebanyak 14 orang (25,5%). Dan dari 14 orang (25,5%) perawat yang mempunyai beban kerja berat diperoleh kualitas pelayanan berdasarkan bukti fisik baik sebanyak 7 orang (12,7%), cukup sebanyak 7 orang (12,7%), dan kurang tidak ada.

(24)

4.6.3 Hubungan Be1ban Kerja Perawat dengan Kualitas Pelayanan Keperawatan Berdasarkan Daya Tanggap (Responsivinees) di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016

Tabel 4.17 Tabulasi Silang antara Beban Kerja Perawat dengan Kualitas Pelayanan Keperawatan Berdasarkan Daya Tanggap (Responsivinees)

di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016 perawat yang mempunyai beban kerja ringan diperoleh kualitas pelayanan berdasarkan daya tanggap baik sebanyak 12 orang (21,8%), cukup sebanyak 1 orang (1,8%), kurang sebanyak 4 orang (7,3%). Dari 24 orang (43,6%) perawat yang mempunyai beban kerja sedang diperoleh kualitas pelayanan berdasarkan daya tanggap baik sebanyak 14 orang (25,5%), cukup sebanyak 8 orang (14,5%), kurang sebanyak 2 orang (3,6%). Dan dari 14 orang (25,5%) perawat yang mempunyai beban kerja berat diperoleh kualitas pelayanan berdasarkan daya tanggap baik tidak ada, cukup sebanyak 10 orang (18,2%), dan kurang sebanyak 4 orang (7,3%).

(25)

tanggap (responsivinees) di ruang rawat inap RSU. Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016.

4.6.4 Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Kualitas Pelayanan Keperawatan Berdasarkan Jaminan (Assurance) di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016

Tabel 4.18 Tabulasi Silang antara Beban Kerja Perawat Dengan Kualitas Pelayanan Keperawatan Berdasarkan Jaminan (Assurance) di Ruang

Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016

Beban Kerja Perawat

Kualitas Pelayann Keperawatan

Total

P

Baik Cukup Kurang

f % f % F % f %

Ringan 1 1,8 9 16,4 7 12,7 17 30.9

.001

Sedang 15 27,3 7 12,7 2 3,6 24 43.6

Berat 1 1,8 10 18,2 3 5.5 14 25.5

Jumlah 17 30,9 26 47,3 12 21,8 55 100

(26)

beban kerja perawat dengan kualitas pelayanan keperawatan berdasarkan daya tanggap (responsivinees) di ruang rawat inap RSU. Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016.

4.6.5 Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Kualitas Pelayanan Keperawatan Berdasararkan Empati (Emphaty) di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016

Tabel 4.19 Tabulasi Silang antara Beban Kerja Perawat dengan Kualitas Pelayanan Keperawatan Berdasarkan Empati (Emphaty) Di Ruang

Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016

Beban perawat yang mempunyai beban kerja ringan diperoleh kualitas pelayanan berdasarkan empati baik sebanyak 4 orang (7,3%), cukup sebanyak 3 orang (5,5%), kurang sebanyak 10 orang (18,2%). Dari 24 orang (43,6%) perawat yang mempunyai beban kerja sedang diperoleh kualitas pelayanan berdasarkan empati baik sebanyak 8 orang (14,5%), cukup sebanyak 3 orang (5,5%), kurang sebanyak 20 orang (36,4%). Dan dari 14 orang (25,5%) perawat yang mempunyai beban kerja berat diperoleh kualitas pelayanan berdasarkan empati baik sebanyak 8 orang (14,5%), cukup sebanyak 3 orang (5,5%), dan kurang sebanyak 3 orang (5,5%).

(27)

p-value (0,005). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan beban kerja perawat dengan kualitas pelayanan keperawatan berdasarkan empati (emphaty) di ruang rawat inap RSU. Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016.

4.6.6 Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Kualitas Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016

Tabel 4.20 Tabulasi Silang antara Beban Kerja Perawat dengan Kualitas Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSU. Dr. G. L. Tobing

(28)
(29)

BAB 5

PEMBAHASAN

5. 1 Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Kualitas Pelayanan Keperawatan Berdasarkan Dimensi Kehandalan (Reliability) di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016

Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban kerja perawat di ruang rawat inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa sedang dengan kualitas pelayanan keperawatan berdasarkan dimensi kehandalan kurang. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan beban kerja perawat dengan kualitas pelayanan keperawatan berdasarkan kehandalan di ruang rawat inap RSU. Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016.

Hasil menunjukkan bahwa dengan beban kerja perawat sedang, maka

pelayanan perawat berdasarkan kehandalan berkurang hal ini terlihat dari pengisian

kuesioner yang dilakukan oleh perawat. Hal ini terjadi Karena waktu perawat terkadang lebih banyak mengurus administrasi ke distrik, selain itu juga jumlah perawat pershift terkadang tidak sesuai dengan jumlah kebutuhan mengingat jumlah pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa sebanyak 50-60 orang perhari.

Perawat dengan pekerjaan yang banyak dan tidak sesuai dengan tugas pokok

perawat akan memberikan kelelahan sehingga tugas yang seharusnya dilakukan oleh

(30)

kerja perawat yang usianya sudah tua akan berbeda dengan perawat yang usianya masih muda, perawat yang sudah lama bekerja minat kerjanya akan berkurang berbeda dengan perawat yang masih terhitung baru saja bekerja, hal ini akan berpengaruh terhadap persepsi beban kerja yang dirasakan oleh setiap perawat yang bekerja di ruang rawat inap, sehingga akan berdampak terhadap kualitas pelayanan keperawatan terutama berdasarkan kehandalan.

Berdasarkan hasil penelitian oleh Panjaitan (2013) tentang pengaruh beban kerja perawat terhadap kualitas pelayanan keperawatan berdasarkan kehandalan sedang sebanyak di ruang rawat inap RSU Dr. F. L. Sibolga menunjukkan bahwa ada pengaruh beban kerja perawat ringan terhadap kualitas pelayanan keperawatan di ruang rawat inap RSU Dr. F. L. Tobing Sibolga.

Hasil dari rumah sakit berupa jasa pelayanan kesehatan dan kualitas yang dihasilkan bergantung dari kemampuan mengelola sumber daya yang dimiliki secara optimal. Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan satu faktor penentu bagi mutu pelayanan dan citra rumah sakit di mata masyarakat, sebab pelayanan keperawatan merupakan salah satu bagian dari pelayanan utama di rumah sakit yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas layanan rumah sakit, sebanyak 40-75% pelayanan di rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan dan hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit apakah dirumah sakit atau di tatanan kesehatan lain yang memegang peranan penting adalah tenaga keperawatan (Gillies, 1999).

(31)

sakit kelas C, perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan rumah sakit.

Beban kerja berlebih, akan membutuhkan waktu untuk bekerja dengan jumlah jam yang sangat banyak untuk menyelesaikan semua tugas yang telah ditetapkan, dan ini yang merupakan sumber tambahan beban kerja. Setiap pekerjaan diharapkan dapat diselesaikan secara cepat, dalam waktu sesingkat mungkin. Waktu merupakan salah satu ukuran, namun bila desakan waktu dapat menyebabkan timbulnya banyak kesalahan atau menyebabkan kondisi kesehatan pekerja menurun, maka itulah yang merupakan cerminan adanya beban kerja berlebih.

(32)

5.2Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Kualitas Pelayanan Keperawatan Berdasarkan Bukti Fisik (Tangibles) di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016

Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban kerja perawat di RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa sedang dengan kualitas pelayanan keperawatan berdasarkan dimensi bukti fisik kurang. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan beban kerja perawat dengan kualitas pelayanan keperawatan berdasarkan bukti fisik di ruang rawat inap RSU. Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016.

Berdasarkan hasil penelitian Senani (2015) di Rumah Sakit Polonnaruwa Sri Langka ditemukan bahwa 66,67 % perawat mengalami beban kerja akibat lembur dimana hal ini mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan dan menyebabkan stress pada perawat.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Panjaitan (2013) di Rumah Sakit Dr. F.L Tobing Sibolga masih ditemukan perawat yang mengerjakan pekerjaannya tidak sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya diantaranya di instalasi rawat inap perawat masih mengambil diet pasien ke dapur, menyapu dan mengepel lantai ruangan rawatan dan membersihkan kamar mandi, serta mengerjakan administrasi yang bukan tugas pokok dan fungsi perawat di rumah sakit tersebut, hal itu berpengaruh buruk terhadap kualitas pelayanan keperawatan terutama rawat inap di rumah sakit tersebut.

(33)

rawat inap BLUD RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang, tinggi yaitu 59,9% dan menunjukkan ada hubungan antara beban kerja perawat dengan mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat inap interna BLUD RSUD Prof Dr.W.Z.Johannes Kupang.

Berdasarkan standar tentang evaluasi dan pengendalian kualitas bahwa pelayanan keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi dengan terus menerus melibatkan diri dalam program pengendalian kualitas di rumah sakit. Lima dimensi kualitas pelayanan yaitu (1) Kehandalan (reliability), berkaitan dengan kemampuan rumah sakit untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya melalui sumber daya manusianya yang termasuk adalah perawat. (2) Bukti langsung (tangibles), kemampuan rumah sakit membuktikan eksistensinya kepada pihak eksternal berupa penampilan fisik, peralatan, personil dan media komunikasi (3) Daya tanggap (responsiveness), berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan perawat untuk membantu pasien dan merespon permintaan mereka serta menginformasikan kapan pelayanan akan diberikan dan kemudian memberikan pelayanan secara cepat dan tepat serta informasi yang jelas pada pasien. (4) Jaminan (assurance), perilaku perawat mampu menumbuhkan kepercayaan pasien terhadap perawat dan perawat bisa menciptakan rasa aman bagi pasien. (5) Empati (emphaty) perawat memahami masalah pasien dan bertindak demi kepentingan pasien, serta memberikan perhatian personal kepada pasien (Lupiodo, 2006).

(34)

sikap kerja, sedangkan tugas-tugas yang bersifat mental seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan, pelatihan atau pendidikan yang diperoleh, dan tanggung jawab pekerjaan.

Berdasarkan asumsi peneliti bahwa beban kerja perawat sedang dengan kualitas pelayanan keperawatan mayoritas kurang, berhubungan dengan umur pesawat, pendidikan perawat, dan lama bekerja perawat sehingga perawat yang melakukan tugasnya sebagai perawat tidak sesuai dengan job description yang sudah ditetapkan oleh kepala perawat.

5.3 Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Kualitas Pelayanan Keperawatan Berdasarkan Daya Tanggap (Responsivinees) di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016

Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban kerja perawat di ruang rawat inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa sedang dengan kualitas pelayanan keperawatan di ruang rawat inap baik. Hasil uji statistik yang dilakukan menunjukkan ada hubungan beban kerja perawat dengan kualitas pelayanan keperawatan berdasarkan daya tanggap di ruang rawat inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016.

(35)

rumah sakit tersebut, hal itu berpengaruh buruk terhadap kualitas pelayanan keperawatan terutama rawat inap di rumah sakit tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian oleh Kleden (2010) tentang hubungan beban kerja perawat dengan mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat inap interna blud RSUD Prof dr. W.Z. Johannes Kupang menunjukkan bahwa beban kerja di ruang rawat inap BLUD RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang, tinggi yaitu 59,9% dan menunjukkan ada hubungan antara beban kerja perawat dengan mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat inap interna BLUD RSUD Prof Dr.W.Z.Johannes Kupang.

Penelitian Saragih (2004) mengatakan bahwa kecenderungan kebutuhan perawat di RSUP. H. Adam Malik, RSU Pematang Siantar, RSU Tebing Tinggi, cenderung terjadi penurunan kebutuhan perawat yang dihitung dengan formula lokakarya nasional keperawatan 1983, hal ini ditandai dengan kecenderungan penurunan BOR (rata-rata pemakaian tempat tidur) yang akan mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas pelayanan, perubahan pola penyakit, pembiayaan dan lain-lain. Akan tetapi dalam pelayanan keperawatan, malah ada kecenderungan penurunan kualitas oleh karena penurunan motivasi kerja, oleh karena itu kelebihan tenaga keperawatan akan menimbulkan kerugian ganda, yaitu tidak efisien dan kecenderungan penurunan kinerja yang berdampak pada penurunan kualitas pelayanan (Saragih, 2004).

(36)

kebosanan dan rasa monoton. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari karena tugas atau pekerjaan yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan sehingga secara potensial membahayakan pekerja (Martini, 2007).

5.4 Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Kualitas Pelayanan Perawatan Berdasarkan Jaminan (Assurance) di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016

Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban kerja perawat di ruang rawat inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa sedang dengan kualitas pelayanan keperawatan di ruang rawat inap cukup. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan beban kerja perawat dengan kualitas pelayanan keperawatan berdasarkan jaminan di ruang rawat inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016.

Berdasarkan hasil penelitian oleh Kleden (2010) tentang hubungan beban kerja perawat dengan mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat inap interna blud RSUD Prof Dr. W.Z. Johannes Kupang menunjukkan bahwa beban kerja di ruang rawat inap BLUD RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang, tinggi yaitu 59,9% dan rendah sebanyak 40,91%. Ada hubungan antara beban kerja perawat dengan mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat inap interna BLUD RSUD Prof Dr.W.Z.Johannes Kupang.

Hasil penelitian Panjaitan (2013) tentang pengaruh beban kerja perawat terhadap kualitas pelayanan keperawatan mengatakan ada hubungan dengan kualitas pelayanan berdasarkan dimensi jaminan di RSU Dr. F. L. Tobing Sibolga.

(37)

5.5 Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Kualitas Pelayanan Keperawatan Berdasarkan Empati (Emphaty) di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016

Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban kerja perawat di ruang rawat inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa sedang dengan kualitas pelayanan keperawatan berdasarkan empati kurang. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan beban kerja perawat dengan kualitas pelayanan keperawatan berdasarkan empati (emphaty) di ruang rawat inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Erawan (2012) yang mengatakan ada hubungan beban kerja perawat dengan empati perawat di ruang rawat inap medikal bedah RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Beban kerja yang ideal merupakan salah faktor yang penting dalam terbentuknya kondisi kerja yang kondusif. Beban kerja terlalu berat menyebabkan kinerja perawat menjadi tidak maksimal yang akan mempengaruhi kualitas pelayanan kepada pasien diantaranya yaitu rendahnya rasa empati perawat. Kurangnya empati perawat akan berdampak pada ketidaknyamanan yang dirasakan klien pada saat menjalani perawatan. Dampaknya yaitu klien akan merasa tidak diperhatikan, tidak dihargai, menimbulkan ketidakpuasan dan akan mempengaruhi proses kesembuhan menjadi lebih lama.

(38)

5.6 Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Kualitas Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016

Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban kerja perawat di ruang rawat inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa sedang dengan kualitas pelayanan keperawatan di ruang rawat inap cukup. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan beban kerja perawat dengan kualitas pelayanan keperawatan di ruang rawat inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016.

Berdasarkan hasil penelitian oleh Kleden (2010) tentang hubungan beban kerja perawat dengan mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat inap interna BLUD RSUD Prof dr. W.Z. Johannes Kupang menunjukkan bahwa beban kerja di ruang rawat inap BLUD RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang, tinggi yaitu 59,9% dan menunjukkan ada hubungan antara beban kerja perawat dengan mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat inap interna BLUD RSUD Prof Dr.W.Z.Johannes Kupang.

. Beban kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik fisik maupun mental dan reaksi-reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, dan mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit dimana pekerjaan yang terjadi karena pengurangan gerak akan menimbulkan kebosanan dan rasa monoton. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari karena tugas atau pekerjaan yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan sehingga secara potensial membahayakan pekerja (Martini, 2007).

(39)

kuantitatif dan kualitatif. Beban kerja kuantitatif adalah yaitu timbul karena tugas-tugas terlalu banyak atau sedikit, sedangkan beban kerja kualitatif adalah jika pekerja merasa mampu atau tidak mampu melakukan tugas secara terampil sesuai potensi dari pekerja.

Beban kerja perawat berhubungan dengan kualitas pelayanan keperawatan yang ditunjukkan oleh perawat, akan tetapi ada faktor lain yang akan mempengaruhi beban kerja dan kualitas pelayanan keperawatan yaitu umur perawat, jenjang pendidikan perawat, dan lama perawat bekerja, hal ini jelas terlihat berdasarkan pernyataan yang diungkapkan oleh perawat di ruang rawat inap RSU. Dr. G.L. Tobing Tanjung Morawa melalui jawaban kuesioner yang diberikan.

(40)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka sebagai kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Ada hubungan beban kerja perawat dengan kualitas pelayanan keperawatan di ruang rawat inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa. 2. Ada hubungan beban kerja perawat dengan kelima dimensi kualitas pelayanan keperawatan kehandalan (reliability), bukti fisik (tangibles), daya tanggap (responsivinees), jaminan (assurance), dan empati (emphaty) di ruang rawat inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa.

6.2 Saran

Disarankan kepada pihak RSU. Dr G.L. Tobing melalui bidang keperawatan agar:

1. Memberikan tugas keperawatan yang sesuai dengan tugas, pokok dan fungsinyakepada perawat di setiap ruang rawat inap.

(41)

Gambar

Tabel 3.1 Definisi Operasional
Tabel 4. 1 Distribusi Data Demografi Responden di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016
Tabel 4. 1 (Lanjutan)
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Uraian Indikator Beban Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSU Dr
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisa beban kerja perawat dapat dilihat berdasarkan aspek-aspek tugas yang dijalankan menurut fungsi utamanya, beberapa aspek yang berhubungan dengan beban

Wawancara yang dilakukan dengan kepala ruangan Irina C1 diperolah hasil bahwa sebagian besar perawat yang bekerja di Irina C1 memiliki kinerja yang baik sedangkan untuk beban kerja

Berdasarkan Tabel 4.4, diketahui bahwa hubungan stres kerja terhadap kinerja kerja pada pegawai perawat ruang rawat inap RSUD Tanjung Pura, mayoritas kinerja perawat yaitu

Novayanti (2011) menemukan bahwa perilaku Caring perawat akan berpengaruh terhadap kepuasan pasien namun masih diperoleh keluhan pasien yang mengatakan perawat tidak Caring

Dep Kes RI, (2005) mutu pelayanan keperawatan adalah pelayanan yang diberikan oleh perawat yang sudah mengikuti dan sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang

Penelitian dengan menggunakan teknik ini dapat digunakan untuk melakukan evaluasi tingkat kualitas suatu pelatihan atau pendidikan yang bersertifikat atau bisa juga digunakan

Dan menurut wawancara pada salah satu perawat di dapatkan informasi bahwa beban kerja perawat di RSUD Tugurejo cukup tinggi, dikarenakan jumlah tenaga perawat yang

Melihat hal ini maka beban kerja dinas pagi jauh lebih tinggi, hal akan berdampak pada hasil dokumentasi yang dihasilkan, apalagi kompetensi perawat dalam pendokumentasian belum