• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beban Kerja Perawat 2.1.1 Definisi Beban Kerja - Pengaruh Beban Kerja Perawat Terhadap Kualitas Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSU Dr.F.L. Tobing Sibolga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beban Kerja Perawat 2.1.1 Definisi Beban Kerja - Pengaruh Beban Kerja Perawat Terhadap Kualitas Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSU Dr.F.L. Tobing Sibolga"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Beban Kerja Perawat 2.1.1 Definisi Beban Kerja

Menurut Utomo, 2008 beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu . Pengertian beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. Pengukuran beban kerja diartikan sebagai suatu teknik untuk mendapatkan informasi tentang efisiensi dan efektivitas kerja suatu unit organisasi, atau pemegang jabatan yang dilakukan secara sistematis dengan menggunakan teknik analisis jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen lainnya. Lebih lanjut dikemukakan pula, bahwa pengukuran beban kerja merupakan salah satu teknik manajemen untuk mendapatkan informasi jabatan, melalui proses penelitian dan pengkajian yang dilakukan secara analisis. Informasi jabatan tersebut dimaksudkan agar dapat digunakan sebagai alat untuk menyempurnakan aparatur baik di bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, dan sumberdaya manusia (Utomo, 2008)

(2)

kerja kuantitatif dan kualitatif. Beban kerja kuantitatif adalah yaitu timbul karena tugas-tugas terlalu banyak atau sedikit, sedangkan beban kerja kualitatif adalah jika pekerja merasa mampu atau tidak mampu melakukan tugas secara terampil sesuai potensi dari pekerja.

Tubuh manusia dirancang untuk melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya, beban tersebut tergantung bagaimana orang tersebut bekerja sehingga disebut beban kerja sehingga beban kerja merupakan kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan.

2.1.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Beban Kerja

Rodahl (1989) dan Manuaba (2000), dalam Martini (2007), menyatakan bahwa beban kerja dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut :

1. Faktor Eksternal yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti : a. Tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti stasiun kerja, tata ruang,

tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, sedangkan tugas-tugas yang bersifat mental seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan, pelatihan atau pendidikan yang diperoleh, tanggung jawab pekerjaan. b. Organisasi kerja seperti masa waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja

malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang.

c. Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi, lingkungan kerja biologis, dan lingkungan kerja psikologis.

(3)

2. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Reaksi tubuh disebut strain, berat ringannya strain dapat dinilai baik secara objektif maupun subjektif. Faktor internal meliputi faktor somatis (Jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, kondisi kesehatan), faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan. keinginan dan kepuasan).

2.1.3 Perhitungan Beban Kerja

Bebarapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban kerja perawat antara lain :

1. Jumlah pasien yang dirawat setiap hari/bulan/ tahun di unit tersebut 2. Kondisi atau tingkat ketergantungan pasien

3. Rata-rata hari perawatan

4. Pengukuran keperawatan langsung, perawatan tidak langsung dan pendidikan kesehatan

5. Frekuensi tindakan perawatan yang dibutuhkan pasien

6. Rata-rata waktu perawatan, langsung, tidak langsung dan pendidikan kesehatan Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk menghitung beban kerja secara personil antara lain sebagai berikut :

1. Work Sampling

(4)

a. Aktivitias apa yang dilakukan personil pada waktu jam kerja

b. Apakah aktivitas personil berkaitan dengan fungsi dan tugasnya pada waktu jam kerja.

c. Proporsi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan produktif atau tidak produktif.

d. Pola beban kerja personil dikaitkan dengan waktu dan jadwal jam kerja

Untuk mengetahui hal-hal tersebut perlu dilakukan survei tentang tenaga kerja personil dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menentukan jenis beban personil yang akan disurvei

b. Bila jumlah personil banyak perlu dilakukan pemilihan sampel sebagai subjek personil yang akan diamati dengan menggunakan metode simple ramdom sampling untuk memastikan sampel yang representative.

c. Membuat formulir kegiatan perawat yang dapat diklasifikasikan sebagai kegiatan produktif dan tidak produktif dapat juga dikategorikan sebagai kegiatan langsung dan tidak langsung.

d. Melatih pelaksana peneliti tentang cara pengamatan kerja dengan menggunakan work sampling.

e. Pengamanan kegiatan personil dilakukan dengan interval 2-15 menit tergantung karakteristik pekerjaan yang dilakukan.

(5)

penelitian. Artinya data cukup besar dengan sebaran sehingga dapat diamati dengan baik. Jumlah pengamatan dapat dihitung.

2. Time and Motion Studi

Pada teknik ini kita mengamati dan mengikuti dengan cermat tentang kegiatan yang dilakukan oleh personil yang sedang kita amati. Melalui teknik ini akan didapatkan beban kerja personil dan berkualitas kerjanya. Langkah-langkah untuk melakukan teknik ini yaitu :

a. Menentukan personil yang akan diamati untuk menjadi sampel dengan metode penelitian purposive sampling.

b. Membuat formulir daftar kegiatan yang dilakukan oleh setiap personil.

c. Daftar kegiatan tersebut kemudian diklasifikasikan seberapa banyak personil yang melakukan kegiatan tersebut secara baik dan rutin selama dilakukan pengamatan.

d. Membuat klasifikasi atas kegiatan yang telah dilakukan tersebut menjadi kegiatan medis, kegiatan keperawatan dan kegiatan administrasi.

e. Menghitung waktu objektif yang diperlukan oleh personil dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang dilakukan.

(6)

Dari metode work sampling dan time motion study maka akan dihasilkan ouput sebagai berikut :

a. Deskripsi kegiatan menurut jenis dan alokasi waktu untuk masing-masing pekerjaan baik yang bersifat medis, perawatan maupun administrative. Selanjutnya dapat dihitung proporsi waktu yang dibutuhkan untuk masing-masing kegiatan selama jam kerja.

b. Pola kegiatan yang berkaitan dengan waktu kerja, kategori tenaga atau karakteristik demografis dan sosial.

c. Kesesuaian beban kerja dengan variabel lain sesuai kebutuhan penelitian. Beban kerja dapat dihubungkan dengan jenis tenaga, umur, pendidikan, jenis kelamin atau variabel lain.

d. Kualitas kerja pada teknik ini juga menjadi perhatian karena akan menentukan kompetensi atau keahlian yang harus dimiliki oleh personil yang diamati.

3. Daily Log

Daily log atau pencatatan kegiatan sendiri merupakan bentuk sederhana work

sampling yaitu pencacatan dilakukan oleh personil yang diamati. Pencacatan meliputi

(7)

diteliti yang terpenting adalah jenis kegiatan, sedangkan informasi personil tetap menjadi rahasia kegiatan dan tidak akan dicantumkan pada laporan penelitian. Menuliskan secara rinci kegiatan dan waktu yang diperlukan merupakan kunci keberhasilan dari pengamatan dengan daily log.

2.1.4 Dampak Beban Kerja

Beban kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik fisik maupun mental dan reaksi-reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, dan mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit dimana pekerjaan yang terjadi karena pengurangan gerak akan menimbulkan kebosanan dan rasa monoton. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari karena tugas atau pekerjaan yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan sehingga secara potensial membahayakan pekerja (Manuaba, 2000 dalam Martini, 2007).

2.2 Perawat

2.2.1 Definisi Perawat

Ellis dan Hartley (1984) dalam Gaffar (1999), menjelaskan pengertian dasar, seorang perawat yaitu seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena sakit, cedera dan proses penuaan.

(8)

meliputi aspek biologi, psikologi, sosial, dan spiritual yang bersifat komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat yang sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia untuk mencapai derajat kesehatan optimal (Gaffar, 1999).

2.2.2 Peran Perawat

Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat, pasien, pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan dan pembaharu (Hidayat, 2004).

1. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan

Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks.

2. Peran sebagai advokat klien

(9)

informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.

3. Peran edukator

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

4. Peran koordinator

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.

5. Peran kolaborator

Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

6. Peran konsultan

(10)

7. Peran pembaharu.

Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian layanan keperawatan.

2.2.3 Fungsi Perawat

Dalam menjalankan perannya, perawat (Hidayat, 2004) akan melaksanakan berbagai fungsi diantaranya :

1. Fungsi independen

Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis, pemenuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.

2. Fungsi dependen

Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.

3. Fungsi interdependen

(11)

pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter atau lainnya.

2.3 Kualitas Pelayanan Keperawatan

2.3.1 Definisi Kualitas Pelayanan Keperawatan

Kualitas pelayanan keperawatan merupakan gabungan dari dua dimensi yaitu kualitas (quality) dan pelayanan keperawatan (service). Kualitas pelayanan kesehatan maupun keperawatan sering menjadi masalah ditengah masyarakat pengguna pelayanan tersebut, namun penjelasannya sering kali tidak memuaskan sehingga memiliki persepsi yang beragam mengenai kualitas pelayanan tersebut. (Azwar, 1996). Menurut Tjiptono (2008) menyebutkan kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan yang simpatik, disiplin, bertanggung jawab, dan penuh perhatian kepada setiap pelayanan yang diberikan sehingga memberikan kepuasan pelayanan yang diberikan.

(12)

diselenggarakan oleh banyak institusi kesehatan hampir selalu dapat memuaskan pasien, maka dari itu sering disebut sebagai pelayanan kesehatan yang berkualitas. 2.3.2 Dimensi Kualitas Pelayanan

Menurut Kontler dalam Nursalam (2011) merumuskan lima dimensi kualitas pelayanan adalah :

1. Tangible (Bukti Fisik), yang meliputi fasilitas fisik, peralatan, personil, dan media komunikasi yang dapat dirasakan langsung oleh pelanggan. Dan untuk mengukur dimensi mutu ini perlu menggunakan indera penglihatan dan juga berkenaan dengan daya tarik fisik, perlengkapan, kerapian. kebersihan serta penampilan perawat.

Penelitian Suhada dalam Syahputra (2011) mengatakan bahwa lingkungan ruangan termasuk kamar mandi, toilet, ruang perawatan dalam keadaan bersih dan teratur. Sehingga pasien yang menggunakan fasilitas tersebut merasa aman dan puas terhadap pelayanan yang diberikan.

2. Reliability (Kehandalan), yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang

(13)

3. Responsiveness (Ketanggapan), yaitu kesediaan/kemauan untuk membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat. Dengan kata lain bahwa pemberi pelayanan harus responsif terhadap kebutuhan pelanggan.

Responsiveness juga didasarkan pada persepsi pelanggan sehingga factor

komunikasi dan situasi fisik disekitar pelanggan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan.

Hal ini sesuai dengan teori dalam artikel Rakhmawati (2009) bahwa perawat yang tanggap merupakan salah satu ketersediaan perawat dalam memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap yang didasari oleh pasien itu sendiri sehingga faktor komunikasi dan situasi fisik disekitar pasien merupakan hal yang penting untuk diperhatikan oleh perawat

4. Assurance (Jaminan Kepastian), yaitu pengetahuan dan kesopanan karyawan dan

kemampuannya untuk memberikan rasa percaya dan keyakinan atas pelayanan yang diberikan kepada pelanggan. Dan komponen dari dimensi ini yaitu keramahan, kompetensi, dan keamanan.

(14)

5. Emphaty (Empati), yaitu membina hubungan dan memberikan pelayanan serta perhatian secara individual pada pelanggannya. Empati juga merupakan perasaan, pemahaman, perawat terhadap perasaan yang dialami klien, dan kemampuan merasakan dunia pribadi klien serta sesuatu yang jujur, sensitive dan tidak dibuat-buat yang didasarkan atas apa yang dialami orang lain.( Mudakir, 2006)

Penelitian yang dilakukan oleh Ivan dalam Syaputra (2011) yang mengatakan bahwa factor empati perawat merupakan salah satu factor yang mempengaruhi kepuasan pasien, dimana perawat dalam menjalankan tugasnya perlumemakai kiat keperawatan (Nursing Arts), dimana lebih memfokuskan pada kemampuan perawat untuk memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dengan sentuhan seni dalam upaya memberikan kepuasan dan kenyamanan pada klien.

Salah satu kiat keperawatan adalah Nursing Arts Is Crying, Listenin, Feeling, dimana perawat harus mau jadi pendengar yang baik ketika klien berbicara, dapat menerima, merasakan danmemahami perasaan duka, senang, frustasi dan rasa puas klien serta perawat harus dapat menerima respon emosional dari klien sebagai sesuatu hal yang biasa pada situasi senang ataupun duka.

2.3.3 Ruang Lingkup Pelayanan Keperawatan

(15)

Adapun bidang garapan utama dan fenomena yang menjadi objek pelayanan keperawatan adalah memenuhi kebutuhan dasar, mengetahui penyimpangan dan upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia (bio-psiko-sosial-spiritual), mulai dari tingkat masyarakat, yang juga tercerminkan pada tingkat terpenuhinya kebutuhan dasar pada tingkat sistem organ fungsional molekuler atau subkuler.

Griffith dalam buku The Well Managed Community Hospital (1987) menyatakan bahwa pelayanan keperawatan mempunyai 5 (lima) tugas, yaitu, melakukan promosi kesehatan, termasuk kesehatan emosional dan social, melakukan upaya pencegahan penyakit dan kecacatan, menciptakan keadaan lingkungan, fisik kognitif dan emosional sedemikian rupa yang dapat membantu penyembuhan penyakit, berupaya meminimalisasi akibat buruk dari penyakit., mengupayakan kegiatan rehabilitasi.

2.3.4 Prosedur Pelayanan Keperawatan

Prosedur merupakan garis besar suatu stndar teknik atau metoda melakukan tugas dan dipakai sebagai petunjuk tindakan.

1. Tujuan Prosedur Pelayanan Keperawatan

(16)

prosedur juga harus memberitahukan dimana kemana harus memberi pesanan, kunjungan, atau mengirimkan sesuatu bagaimana melakukan tugas.

2. Keuntungan

Ada enam keuntungan utama dari prosedur yaitu upaya mengefisiensikan manajemen, memudahkan pendelegasian autoritas, petunjuk untuk lebih mengefisiensikan metoda pelaksanaan, mempunyai arti secara ekonomi bagi setiap personel, memudahkan pengendalian dan membantu dalam mengkoordinasi aktivitas.

2.4.Landasan Teori

Kualitas pelayanan keperawatan merupakan gabungan dari dua dimensi yaitu kualitas (quality) dan pelayanan keperawatan (service). Kualitas pelayanan kesehatan maupun keperawatan sering menjadi masalah ditengah masyarakat pengguna pelayanan tersebut, namun penjelasannya sering kali tidak memuaskan sehingga memiliki persepsi yang beragam mengenai kualitas pelayanan tersebut. (Azwar, 1996). Tjiptono (2008) menyebutkan ada lima dimensi kualitas pelayanan yaitu (1) Keandalan (reliability),. (2) Bukti langsung (tangibles), (3) Daya tanggap (responsiveness), (4) Jaminan (assurance), (5) Empati (emphaty).

(17)

keperawatan merupakan salah satu bagian dari pelayanan utama di rumah sakit yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas layanan rumah sakit (Gillies, 1999).

Pengertian beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. Pengukuran beban kerja diartikan sebagai suatu teknik untuk mendapatkan informasi tentang efisiensi dan efektivitas kerja suatu unit organisasi, atau pemegang jabatan yang dilakukan secara sistematis dengan menggunakan teknik analisis jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen lainnya.

Berdasarkan yang dilakukan oleh Jauhari (2005) di rumah sakit Dr. Pringadi Medan ditemukan perawat di instalasi rawat inap, pernah mengerjakan pekerjaan yang bukan tugas pokok fungsinya sebagai seorang perawat diantaranya perawat pernah melakukan pekerjaan mengambil diet makanan di dapur, perawat melakukan penulisan resep, menyapu ruangan, mengepel lantai ruangan, pernah membersihkan kamar mandi dan mengambil pemeriksaan di laboratorium mengantar resep ke apotek serta menghitung rekening pasien pulang.

(18)

2.5.Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Beban Kerja

Perawat

Kualitas Pelayanan Keperawatan 1. Kehandalan (Reliability) 2. Bukti Fisik (Tangibles) 3. Daya Tanggap

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman jenis, indeks keanekaragaman, kepadatan, frekuensi kemunculan, dan sebaran spons berdasarkan

Penelitian Kualitatif : komunikasi, ekonomi, kebijakan publik, dan ilmu sosial lainnya.. Jakarta : Prenada

Perubahan tingkah laku ikan tersebut dimulai dari ikan mulai bernafas dengan cepat yang diindikasikan dengan pergerakan operculum ikan semakin cepat, ikan mulai gelisah

Dalam desain interior, tata cahaya merupakan salah satu unsur utama untuk menciptakan suasana sebuah ruang dengan memanfaatkan cahaya alam dan cahaya buatan.. Kata kunci :

Budaya rasa malu amat menonjol bagi orang Bugis dan Makassar, seperti yang disebut oleh mereka dengan kata siri’, lebih kuat dorongannya dari pada budaya rasa

The emergence of Indonesian modern interior design begun by the opening of Liberalism in the Dutch East Indies.. The establishment of new private enterprises and immigration of

daerah aliran Sungai Wanggu karena masuknya air tawar dari aliran Sungai Wanggu dan Perumahan Citraland sehingga terjadi percampuran antara air laut dan air tawar

[r]