• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Perawat Ruang Rawat Inap RSUD Tanjung Pura Langkat Tahun 2016 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Perawat Ruang Rawat Inap RSUD Tanjung Pura Langkat Tahun 2016 Chapter III VI"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

31 BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian survey dengan pendekatan metode explanatory research yaitu menjelaskan pengaruh stres kerja terhadap kinerja perawat dalam menjalankan profesinya di ruang rawat inap RSUD Tanjung Pura.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura, Langkat. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada survei awal yang telah dilakukan menunjukkan kinerja perawat yang masih rendah.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 3.1. Waktu Penelitian

5 Pengurusan administrasi penelitian 6 Persiapan bahan kolokium

7 Kolokium

(2)

32

10 Pengolahan dan Analisa Data 11 Penyusunan laporan tesis 12 Seminar hasil

3.3 Populasi dan sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di Ruang Rawat Inap RSUD Tanjung Pura. Adapun jumlah perawat yang bekerja di ruangan rawat inap berjumlah 63 orang.

3.3.2 Sampel

Sehubungan dengan jumlah populasi yang relatif kecil maka teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling dimana seluruh populasi dijadikan sampel penelitian yaitu 63 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data

(3)

33

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1 Variabel Independen

Stres kerja adalah reaksi fisik, psikologi, dan perilaku yang timbul sebagai respon adaptif terhadap tuntutan kerja. Stres kerja diukur melalui indikator gejala psikologis, gejala fisiologis dan perilaku yaitu:

a. Gejala psikologis adalah perubahan proses mental dan kejiwaan yang timbul akibat stres kerja seperti ketegangan, kecemasan, mudah marah, kebosanan dan suka menunda-nunda pekerjaan

b. Gejala fisik adalah adalah perubahan pada jasmani atau badan yang timbul akibat stres kerja seperti meningkatnya detak jantung dan pernapasan, meningkatnya tekanan darah, dan sakit kepala

c. Gejala perilaku adalah perubahan reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar akibat stres kerja seperti perubahan pola tidur, pola makan dan produktivitas kerja.

3.5.2 Variabel Dependen

Kinerja perawat adalah hasil kerja seorang perawat dalam menjalankan profesinya.Kinerja diukur melalui standart praktik keperawatan yaang meliputi pengkajian keperawatan diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, imlpementasi, dan evaluasi keperawatan

(4)

34

2. Diagnosa keperawatan adalah penentuan gejala, masalah dan penyebab masalah pasien dengan mengalisa data pengkajian

3. Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan klien

4. Implementasi adalah pelaksanaan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan

5. Evaluasi keperawatan adalah penilaian kemajuan pasien terhadap tindakan keperawatan dan memodifikasi pereencanaan.

3.6 Metode Pengukuran

Adapun metode pengukuran dalam penelitian ini dibagi atas dua yaitu aspek pengukuran variabel bebas dan variabel terikat seperti dijelaskan dibawah ini :

Tabel 3.1 Variabel Stres Kerja dan Kinerja

Variabel Bobot nilai 1 variabel = 1 indikator

(5)

35

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum penyebaran kuesioner pada sampel penelitian, butir-butir pertanyaan pada kuesioner arus diuji coba untuk melihat validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar (konstruk) pertanyaan dalam mendefenisikan suatu variabel . Validitas konstruk ialah ketepatan pengukuran dalam menilai ciri atau keadaan subyek yang diukur sehubungan dengan teori yang melatarbelakanginya (Budiman dan Riyanto, 2013). Uji coba validitas instrument penelitian dilakukan di RSU Sulaiman Serdang Bedagai dengan jumlah responden sebanyak 30 responden perawat ruang rawat inap yang memiliki karakteristik sama dengan subyek penelitian namun selain responden yang akan dijadikan subyek penelitian. Kemudian mengkorelasikan pada masing – masing skor yang diperoleh pada masing- masing item pernyataan dengan skor dan teknik korelasi yang dipakai adalah korelasi product moment.

Validitas butir pertanyaan dapat dilihat pada nilai Corrected Item-Total Correlation. Butir pertanyaan dinyatakan valid jika nilai Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari r-tabel (0.361) pada taraf signifikansi 95% dengan jumlah responden sebanyak 30 responden (Budiman dan Riyanto, 2013).

(6)

36

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Variabel Stres Kerja

Variabel Corrected

(7)

37

bahwa variabel stres kerja pada responden telah memenuhi persyaratan validitas dan reabilitas.

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Variabel Kinerja Perawat

Variabel Corrected

(8)

38

nilai 0,60. Hal ini menunjukkan bahwa semua pertanyaan kinerja pada responden sudah reliabel sebagai alat ukur. Berdasarkan hasil diatas disimpulkan bahwa variabel kinerja pada responden telah memenuhi persyaratan validitas dan reabilitas.

3.8 Metode Analisis Data

(9)

39 BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum RSUD Tanjung Pura Langkat

4.1.1 Visi dan Misi

4.1.1.1 Visi

“Terwujudnya RSUD Tanjung Pura yang maju dan mandiri, dengan

pelayanan yang prima dan bermutu, serta menjadi pilihan pertama sarana kesehatan

rujukan”. Penjelasan dari kata-kata yang terdapat dalam visi adalah sebagai berikut :

1. Maju

Rumah Sakit mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan dan semakin baiknya sarana dan prasarana pendukung rumah sakit. 2. Mandiri

Rumah Sakit mampu mengatasi sendiri masalah kesehatan dan pelayanan terhadap masyarakat.

3. Pelayanan yang Prima dan Berkualitas

Rumah Sakit umum mampu memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat tanpa membeda-beda.

4. Pilihan Pertama Sarana Kesehatan Rujukan

(10)

40

yang baik terhadap masyarakat dimana Rumah Sakit akan menjadi pilihan pertama sarana kesehatan rujukan.

4.1.1.2 Misi

Misi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Kabupaten Langkat adalah sebagai berikut :

1. Misi Pertama : Meningkatkan profesionalisme tenaga medis, paramedis, para non keperawatan dan tenaga administrasi, dengan

tujuan :

a. Meningkatkan aparatur pemerintah yang professional. b. Meningkatkan pelayanan prima.

2. Misi Kedua : Meningkatkan ketersediaan dan mutu sarana dan prasarana kesehatan rumah sakit, dengan tujuan :

a. Meningkatnya sarana dan prasarana pendukung

b. Meningkatnya kualitas dan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat. 3. Misi Ketiga : Meningkatkan mutu pelayanan spesialistik rumah sakit

kepada pengguna jasa rumah sakit, terutama

masyarakat yang kurang mampu dan rujukan dari

Puskesmas, dengan tujuan :

a. Meningkatnya image yang baik dari masyarakat terhadap Rumah Sakit Umum b. Meningkatnya kualitas dan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat 4. Misi Keempat : Ikut berperan aktif bersama instansi-instansi terkait

(11)

41

demi peningkatan derajat kesehatan masyarakat, dengan

tujuan:

a. Meningkatkan peran serta instansi-instansi terkait dalam rangka peningkatan kesehatan masyarakat.

b. Meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui kerjasama dengan instansi terkait.

5. Misi Kelima : Meningkatkan pelayanan administrasi umum, keuangan, penelitian, perencanaan dan evaluasi kinerja

rumah sakit, dengan tujuan :

a. Meningkatkan peran serta aparatur dalam pelaksanaan kegiatan operasional di Rumah Sakit.

b. Meningkatnya system dan tata kerja aparatur yang efektif, efisien dan berkualitas.

4.2 Gambaran Karakteristik / Identitas Responden

Gambaran karakteristik responden dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik/ Identitas Responden

(12)
(13)

43

Tabel 4.1 (Lanjutan)

1 tahun – 5 tahun 28 44.4

5 tahun – 10 tahun 14 22.3

>10 tahun 5 7.9

Jumlah 63 100,0

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat distribusi frekuensi responden berdasarkan umur yaitu mayoritas umur 21-30 tahun sebanyak 42 perawat (66,7%). Distribusi responden berdasarkan suku yaitu mayoritas suku jawa sebanyak 21 perawat (33,3%). Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin yaitu : mayoritas perempuan sebanyak 49 perawat (77,8%). Distribusi responden berdasarkan status perkawinan yaitu : mayoritas menikah sebanyak 38 perawat (60,4%). Distribusi responden berdasarkan Pendidikan terakhir yaitu: mayoritas D3 sebanyak 50 perawat (79,4%). Distribusi responden berdasarkan status kepegawaian yaitu : mayoritas PNS sebanyak 26 perawat (41,3%) . Distribusi responden berdasarkan ruang tugas yaitu : mayoritas bekerja di ruang flamboyan (VIP) sebanyak 12 perawat (19,0%). Distribusi responden berdasarkan lama bekerja yaitu : mayoritas 1 tahun – 5 tahun sebanyak 28 perawat (44,4%).

4.3 Stres Kerja Responden

Stres kerja responden diukur melalui indikator gejala fisik, gejala

(14)

44

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi besarnya stres kerja pada pegawai Perawat Ruang Rawat Inap RSUD Tanjung Pura Langkat

Stres Kerja f %

Berat 12 19,0

Sedang 31 49,3

Ringan 20 31,7

Total 63 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa besarnya stres kerja perawat ruang rawat inap di RSUD Tanjung Pura mayoritas nilai stres kerja sedang sebanyak 31 orang (49,3%), nilai stres kerja ringan sebanyak 20 orang (31,7%) dan nilai stres kerja berat sebanyak 12 orang (19,0%).

4.4 Kinerja Responden

Kinerja responden diukur melalui stadart praktik keperawatan yakni asuhan keperawatan yang terdiri daripengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keeperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan. Distribusi responden berdasarkn kinerja dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja pada Pegawai Perawat Ruang Rawat Inap RSUD Tanjung Pura Langkat Tahun 2016

Kinerja f %

Baik 9 14,3

Sedang 49 77,8

Tidak Baik 5 7,9

Total 63 100,0

(15)

45

distribusi responden yang mempunyai kinerja tidak baik sebanyak 5 responden (7,9%).

4.5 Pengaruh Stres Kerja terhadap Kinerja Perawat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan dependen. Dikarenakan skala data yang digunakan adalah interval maka sebelumnya dilakukan uji kenormalan datanya dengan uji kolmogorov smearnov.

Hasil analisis uji kenormalan data dengan kolmogorov smirnov:

1. Stres kerja p value 0,001 (< 0,05) berarti data tersebut berdistribusi tidak normal. 2. Kinerja p value 0,0001 (< 0,05) berarti data tersebut berdistribusi tidak normal.

Oleh karena kedua variabel data tersebut berdistribusi tidak normal maka digunakan uji korelasi Spearman Rho untuk melihat hubungan antara stres kerja terhadap kinerja perawat. Hasil hubungan stres kerja terhadap kinerja dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil Hubungan antara Stres Kerja terhadap Kinerja pada Pegawai Perawat Ruang Rawat Inap di RSUD Tanjung Pura Tahun 2016

(16)

46

Berdasarkan Tabel 4.4, diketahui bahwa hubungan stres kerja terhadap kinerja kerja pada pegawai perawat ruang rawat inap RSUD Tanjung Pura, mayoritas kinerja perawat yaitu pada kategori sedang / kurang baik dengan stress kerja kategori sedang sebanyak 30 responden (96,8%).

Pada hasil uji Spearman rho antara stres kerja terhadap kinerja pegawai perawat ruang rawat inap RSUD Tanjung Pura dapat diperoleh nilai rs = - 0,600,

berarti korelasi stres kerja dengan kinerja perawat mempunyai hubungan yang kuat . Nilai koefisien bernilai korelasi negative yang merupakan hubungan kuat dan berlawanan arah sehingga semakin berat atau semakin tinggi stres kerja pada perawat dapat menurunkan kinerja perawat dan nilai p- value pada kolom sig (2-tailed) sebesar 0,0001 < 0,05 (signifikan). Hal ini diinterpretasikan bahwa Ho di tolak, yang artinya ada hubungan yang signifikan antara stres kerja dengan kinerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Tanjung Pura.

Hasil analisis regresi linier sederhana menunjukkan angka r2 = 0,366 atau 36,6% dengan signifikansi ρ = 0,0001 (signifikan), berarti 36,6% variasi kinerja

perawat dapat dijelaskan oleh variabel stres kerja. Sedangkan sisanya (100% - 36,6% = 63,4%) dijelaskan oleh variabel lain diluar model atau dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti. Dengan demikian model regresi dapat digunakan untuk memprediksi kinerja perawat pelaksana.

Dari hasil tabel 4.5 juga menunjukkan untuk variabel stres kerja diperoleh nilai

Sig 0,0001 < dari ρ = 0,05, berarti terdapat pengaruh signifikan variabel stres kerja

(17)

47 BAB 5

PEMBAHASAN

5.1Pengaruh Variabel Stres Kerja terhadap Kinerja Perawat Ruang Rawat Inap di RSUD Tanjung Pura Langkat

Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin yaitu sebagian besar perawat berjenis kelamin perempuan hal ini disebabkan jumlah perawat perempuan di RS tanjung pura 3 kali lebih banyak dibandingkan perawat laki laki.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur yaitu sebagian besar perawat berumur 21-30 tahun. Berdasarkan rata rata usia tersebut perawat berada tahap perkembangan dewasa muda dan produktif.

Distribusi responden berdasarkan status perkawinan yaitu sebagian besar perawat berstatus menikah. Peneliti berasumsi bahwa status menikah akan menyebabkan perawat harus menyesuaikan perannya antara menjadi istri/suami/ibu/ ayah dengan perannya sebagai perawat di rumahsakit. Adanya masalah rumah tangga dan kesibukan bekerja dan mengurus rumah tangga menyebabkan perawat lebih rentan terhadap stres.

(18)

48

Hasil analisis data menunjukkan sebagian besar perawat mengalami stres kerja sedang. Dimana dari jawaban responden yang paling sering dialami responden adalah gejala fisik dari stres kerja. Hal tersebut merupakan usaha adaptasi tubuh untuk beradaptasi dengan stressor pekerjaan.

Dari jawaban responden didapati gejala fisik yang sering dialami yaitu merasa otot kaku / kaku leher saat atau setelah bekerja, kelelahan saat bekerja di rumah sakit dan sering mengalami sakit kepala saat bekerja di rumah sakit. Gejala psikologi yang sering dialami yaitu perawat merasa bosan dengan pekerjaannya di rumah sakit. Gejala perilaku yang sering dialami yaitu perawat mengalami kesulitan tidur saat bekerja atau karena memikirkan masalah pekerjaan.

Hal ini sejalan dengan penelitian Gustian (2010), dimana dari hasil penelitian pada perawat ruang rawat inap RSUD Pasaman Barat didapati 67.8% mengalami stres kerja sedang. Seperti RSUD Tanjung Pura,RSUD Pasaman Barat juga merupakan Rumah sakit daerah tipe C.

Dari hasil wawancara gejala fisik berupa sakit kepala , merasa otot kaku dan merasa kelelahan dialami perawat dikarenakan perawat merasa beban kerja yang cukup berat dimana perawat harus banyak berjalan, menulis dan bekerja. Karena selain merawat pasien perawat harus segera mendokumentasikan asuhan keperawatan dan juga mengurus administrasi.

(19)

49

tidak semua ruangan memiliki alat seperti alat pengukur kadar gula darah dan suction yang cukup sering harus digunakan saat dokter visite ataupun saat pasien kritis.

Adanya beban kerja yang cukup berat yang dirasakan perawat dan timbulnya gejala fisik menyebabkan perawat kurang maksimal dalam memberikan pelayanan keperawatan. Dimana perawat tidak memiliki cukup waktu untuk menjelaskan kondisi pasien secara keseluruhan dan memberikan penyuluhan kepada setiap pasien dan keluarga pasien.

Sejalan dengan penelitian Loo ( 2012) di Rumah Sakit A Selangor Darul Ehsan, Malaysia. Dimana dari penelitian tersebut didapati gejala stres kerja yang paling banyak timbul yaitu kelelahan dan nyeri kepala. Pada penelitian tersebut dari 180 orang perawat yang dijadikan sampel didapati 62.3 % perawat mengeluh kelelahan saat bekerja di rumah sakit. Dan didapati 52 % perawat mengeluh mengalami nyeri kepala teratur karena merasa tidak dapat santai dan tidak dapat melupakan masalah pekerjaan.

Dari hasil wawancara didapati perawat merasa bosan dengan pekerjaan dikarenakan harus melakukan hal yang sama setiap hari dengan beban pekerjaan cukup berat namun tidak ada kejelasan akan perubahan karirnya di masa depan.

Menurut asumsi peneliti, jika dilihat dari status kepegawaian, rata- rata

(20)

50

pendapat National Safety Council (2004) salah satu penyebab stress adalah kurangnya penghargaan dan pengakuan kerja.

Dari hasil penelitian Olusegun dkk (2014) di Rumah Sakit Tersier di Nigeria didapati 73.8 % pekerja menyatakan sangat setuju bahwa ketidakjelasan perkembangan karir menyebabkan stres kerja. Kemudian 66.2 % pekerja menyatakan sangat setuju bahwa beban kerja menyebabkan stres kerja. Dan 56.9 % pekerja mengalami gejala- gejal dari stres kerja yang menyebabkan mereka absen dari pekerjaan.

Hasil wawancara didapati perawat mengalami gangguan tidur saat akan shift malam, dimana perawat merasa cemas kemungkinan akan ada pasien gawat darurat yang harus ditanganinya segera. Kurang istirahat akan menyebabkan perawat mudah kelelahan dan kurang fit sehingga pelayanan keperawatn yang diberikan tidak maksimal.

Dari hasil observasi didapati perawat kurang terampil dalam menangani pasien pasien dengan gawat darurat. Pada penelitian Firmansyah (2014) didapati 58.2 % perawat di ruang rawat inap RSUD Tanjung Pura tidak terampil.

Menurut Prihartini (2008) beban kerja akan menjadi sumber stres bila beban kerja tidak sebanding dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waku yang tersedia bagi perawat.

(21)

51

perawat yang dikirim pelatihan akan dioptimalkan untuk memberi pengajaran kepada perawat yang belum mengikuti pelatihan, sehingga dapat meningkatkan keterampilan seluruh perawat.

Hasil penelitian didapati sebagian besar perawat memiliki kinerja sedang. Hasil penelitian menunjukkan dari pertanyaan kinerja yang paling banyak perawat tidak pernah lakukan adalah mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan lengkap. Dari pertanyaan kinerja yang paling banyak perawat sering lakukan adalah pada implementasi dan diagnosis asuhan keperawatan.

Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan hasil penelitian Firmansyah (2014) dimana didapati kinerja perawat Ruang Rawat Inap RSUD Tanjung Pura belum baik. Dari hasil penelitian tersebut didapati 61.8% perawat dengan kategori kinerja tidak baik. Perbedaan ini terjadi kinerja pada penelitian Firmansyah (2014) dinilai melalui dokumentasi asuhan keperawatan pada status pasien.

Hasil penelitian didapati sebagian besar perawat tidak melakukan dokumentasi asuhan keperawatan secara lengkap. Dari hasil wawancara dengan perawat, mereka menyadari bahwa asuhan keperawatan kepada pasien merupakan tanggung jawab mereka. Namun kesibukan mengurus pasien menyebabkan mereka tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan asuhan keperawatan yang optimal sampai mendokumentasikan asuhan keperawaatan dengan lengkap.

(22)

52

Sejalan dengan penelitian Firmansyah (2014) dokumentasi tebanyak didapati pada kolom diagnosa keperawatan berdasarkan kondisi pasien 72.7% perawat mengisi dan kolom implementasi keperawatan 61.8 % perawat mengisi. Sementara yang paling banyak tidak diisi mengkaji kondisi pasien 61.8% perawat tidak mengisi dan rencana perawatan 61.8 % tidak mengisi.

Analisis bivariat data dalam penelitian ini menggunakan korelasi Spearman Rank dan didapatkan ada hubungan stres kerja perawat ruang rawat inap di RSUD Tanjung Pura. Nilai koefisien bernilai negatif artinya seberapa besar stress kerja yang ada dapat memberikan dampak sebaliknya pada kinerja perawat, bila stress kerja meningkat maka kinerja perawat akan menurun dan begitu juga sebaliknya

Hasil penelitian sesuai dengan penelitian Gustian (2010), menyatakan ada hubungan yang bermakna antara stres kerja perawat dengan kinerja perawat pelaksana dalam melaksanakan asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Pasaman Barat tahun 2010 (p= 0,035).

Hal ini juga sejalan dengan penelitian Hidayat (2008) tentang hubungan faktor stres kerja dengan kinerja perawat di Instalasi gawat darurat RS Premier Surabaya, berdasarkan hasil uji Spearman Rank didapatkan ada hubungan yang bermakna antara stres kerja dan kinerja perawat (p=0,001 dan r= -0,831).

(23)

53

keperawatan di Ruang Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta (p = 0.001 dan r = -0.389)

Pada penelitian Khamisa dkk (2015) pada 895 perawat pada rumah sakit di Afrika Selatan didapati adanya hubungan signifikan negatif antara stres kerja dengan kepuasan kerja perawat. Dari hasil penelitian Riza (2015) didapati adanya pengaruh signifikan positif dari kepuasan kerja terhadap kinerja (p= 0.043 dan koefisien= 0.406). Artinya semakin tinggi tingkat kepuasan akan semakin baik kinerja dan begitu juga sebaliknya.

Hasil analisis regresi linier sederhana didapati ada pengaruh signifikan variabel stres kerja dengan kinerja perawat ruang rawat inap. Hal ini sejalan dengan penelitian Riza (2015), di Rumah Sakit Wijaya Kusuma Kabupaten Lumajang Jawa Timur dimana variabel stress kerja berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja perawat artinya seberapa besar stress kerja yang ada akan memberikan pengaruh sebaliknya pada kinerja perawat, bila stress kerja meningkat maka kinerja perawat akan menurun dan begitu juga sebaliknya (p= 0.006 dan koefisien= -0.342)

(24)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar perawat ruang inap RSUD Tanjung Pura mengalami stres kerja sedang diikuti dengan stres kerja ringan kemudian stres kerja berat

2. Sebagian besar responden atau perawat ruang inap memiliki kinerja perawat sedang, diikuti dengan kinerja perawat baik kemudian kinerja perawat tidak baik. 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara stres kerja dengan kinerja perawat

dengan korelasi negatif yang menunjukkan semakin tinggi stres kerja dapat menurunkan kinerja perawat . Terdapat pengaruh stres kerja terhadap kinerja perawat ruang rawat inap di RSUD Tanjung Pura Langkat.

6.2 Saran

a. Bagi pihak RSUD Tanjung Pura Langkat

(25)

55

b. Bagi Perawat

Gambar

Tabel 3.1 Variabel Stres Kerja dan Kinerja
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Variabel Stres Kerja
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Variabel Kinerja Perawat
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik/ Identitas Responden
+5

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN KONDISI DAN BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif komparatif, yang bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan stres kerja perawat di ruang rawat inap dan ruang

Pada suatu penelitian tentang stres kerja perawat unit rawat inap dan. perawat unit gawat darurat yang dilakukan oleh Rihulay (2012)

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan gaya kepemimpinan kepala ruangan dengan tingkat stres kerja perawat di ruang rawat inap RSUD Bitung dapat disimpulkan

Saya adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan FK USU yang melakukan penelitian dengan judul “ Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Di Instalasi Rawat

Mengetahui dan menambah wawasan peneliti khususnya tentang tingkat stres kerja perawat dengan perilaku caring perawat di Rawat Inap Ruang Melati RSUD Bangil sehingga dapat

Kesimpulan terdapat hubungan antara tingkat Stres Kerja perawat dengan perilaku caring perawat di Rawat Inap Ruang Melati RSUD Bangil Oleh karena itu disarankan dalam upaya

Hubungan masa kerja dengan stres kerja perawat di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Idaman Banjarbaru Tahun 2020 Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 22 responden