• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS EFISIENSI PELAYANAN RAWAT INAP MENURUT GRAFIK BARBER-JOHNSON DI RSUD TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2019 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS EFISIENSI PELAYANAN RAWAT INAP MENURUT GRAFIK BARBER-JOHNSON DI RSUD TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2019 SKRIPSI"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

PUTRI LASAYKA FIDORA NIM. 141000231

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020

(2)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

PUTRI LASAYKA FIDORA NIM. 141000231

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020

(3)
(4)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : dr. Fauzi, S.K.M.

Anggota : 1. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes.

2. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M., M.P.H.

(5)

Efisiensi Pelayanan Rawat Inap Menurut Grafik Barber-Johnson di RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2019” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Agustus 2019

Putri Lasayka Fidora

(6)

rumah sakit dapat menggunakan empat parameter indikator Grafik Barber- Johnson yang berkaitan dengan pemanfaatan ketersediaan tempat tidur. Nilai indikator efisiensi Barber-Johnson di RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat tahun 2016 hingga 2018 belum mencapai kategori efisien. Pada tahun 2016 diperoleh nilai BOR 38,22 persen, LOS 5 hari, TOI 7 hari, BTO 31 kali. Tahun 2017 nilai BOR 41,09 persen, LOS 4,56 hari, TOI 6,53 hari, BTO 32,88 kali.

Tahun 2018 diperoleh nilai BOR 47 persen, LOS 4 hari, TOI 6 hari, BTO 37 kali.

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis efisiensi pelayanan rawat inap tiap ruang perawatan serta mengetahui faktor penyebab efisiensi di RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan mengobservasi serta melakukan wawancara mendalam kepada dua belas informan yang terdiri dari Kepala seksi penelitian dan pengembangan, Direktur pelayanan medik, Kepala rekam medik, Staff rekam medik, Setiap kepala ruangan, Perawat dan pasien rawat inap, dengan menggunakan data primer dan sekunder dari rumah sakit.

Hasil penelitian menjelaskan bahwa berdasarkan Grafik Barber-Johnson, dari kesembilan ruangan hanya ada satu ruangan yang dikategorikan kedalam daerah efisiensi. Faktor penyebab efisiensi tiap ruanganmasih belum efisien dikarenakan rendahnya kunjungan rawat inap yang disebabkan adanya persaingan antara kompetitor yang menerima pasien rujukan, kurang memadainya fasilitas sarana prasarana pelayanan rumah sakit seperti alat penunjuang medis, kurangnya jumlah dokter spesialis dan perbaikan alat penunjang medis. Kesimpulan dan saran penelitian adalah RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2018 masih belum termasuk kategori daerah efisiensi Grafik Barber-Johnson. Strategi dapat dilakukan dengan meningkatkan promosi rumah sakit dalam meningkatkan jumlah kunjungan serta melengkapi sarana dan prasarana.

Kata Kunci : Efisiensi, pelayanan rawat inap, grafik Barber-Johnson

(7)

parameters of the Barber-Johnson graph indicator related to the utilization of bed availability. Barber-Johnson efficiency indicators at RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat in 2016 to 2018 has yet to achive the efficient category. In 2016, it obtained a BOR value of 38,22 percent, 5 days LOS, 7 days TOI and 31 times BTO. In 2017, it obtained a BOR value of 41,09 percent, 4,56 days LOS, 6,53 days TOI and 32,88 times BTO. In 2018, it obtained a BOR value of 47 percent, 4 days LOS, 6 days TOI and 37 times BTO. The objective of the research is to analyse the efficiency of inpatient services each treatment room receives as well as knowing the factors affecting the efficiency at RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat. This study uses a qualitative descriptive approach. The method used for the data collection is through observing and conducting an indepth interview to twelve informants consisting of the Head of research and development section, Director of medical services, Head of medical record, medical record staff, every Head of the room, nurse and inpatient, using the primary and secondary data form the hospital. According to the research results, it explained that based on Baber-Johnson carts, out of the nine rooms there was only one room categorized into the area of efficiency. Some factors of the efficiency of each room is still not efficient as there is low hospitalisation due to the competition between competitors who accept patients, despite lacking the facility of hospital service facilities such as tools, medical writers, specialist doctors and medical recovery devices, resulting in inefficiency. The conclusion and study suggest that in 2018, RSUD Tanjung Pura is still not categorised under the area of efficiency on the Barber-Johnson chart. The strategy can be carried out by increasing hospital promotion in increasing the number of visits and completing facilities and infrastructure.

Keywords : Efficiency, inpatient service, Barber-Johnson chart

(8)

yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Efisiensi Pelayanan Rawat Inap Menurut Grafik Barber- Johnson di Rsud Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2019”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes. selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan bimbingan, saran, dukungan, nasehat, dan arahan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

4. dr. Fauzi, S.K.M. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk, bimbingan, perbaikan, saran, dukungan, nasehat serta pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(9)

6. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S. selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah banyak memberikan saran kepada penulis selama menjalani perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Para Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat USU atas ilmu yang telah diajarkan selama ini kepada penulis.

8. Pegawai dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. dr. Imanuel Pinem, M.K.M. selaku direktur RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat yang telah memberikan izin serta kemudahan dalam membantu penulis untuk melakukan penelitian di rumah sakit tersebut sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

10. Teristimewa untuk orang tua (Zulfan dan Reni Sri Astuti) yang telah memberikan kasih sayang yang begitu besar dan kesabaran dalam mendidik dan memberi dukungan kepada penulis.

11. Terkhusus untuk saudara (Dika Rahmat dan Diki Rezeki) yang telah memberikan semangat kepada penulis.

12. Sahabat-sahabat terbaik di Fakultas Kesehatan Masyarakat ataupun di luar dari lingkungan fakultas yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu

(10)

pengalaman selama perkuliahan. Terima kasih atas dukungan dan doanya selama ini.

14. Untuk semua pihak yang banyak terlibat serta ikut membantu yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu-persatu, terima kasih banyak untuk doa dan dukungan yang telah diberikan.

Penulis menyadari penelitian ini masih terdapat kekurangan, oleh sebab itu, diharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Agustus 2019

Putri Lasayka Fidora

(11)

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi viii

Daftar Tabel x

Daftar Gambar xi

Daftar Lampiran xii

Riwayat Hidup xiii

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 12

Tujuan Penelitian 12

Manfaat Penelitian 12

Tinjauan Pustaka 14

Rumah Sakit 14

Tugas dan Fungsi Rumah Sakit 14

Klasifikasi Rumah Sakit Kelas C 15

Syarat dan ketentuan rumah sakit kelas C 16

Mutu Pelayanan Kesehatan 18

Efisiensi Penggunaan Tempat Tidur 19

Konsep Teori Barber–Johnson 21

Keempat indikator yang dipergunakan untuk menyusun

grafik Barber-Johnson 21

Cara Menggambar Dasar Grafik Barber-Johnson 23

Makna dari Grafik Barber-Johnson 25

Fungsi Grafik Barber- Johnson 25

Determinan Faktor yang mempengaruhi BOR di Rumah Sakit 27

Landasan Teori 29

Kerangka Berpikir 32

Metode Penelitian 33

Jenis Penelitian 33

Lokasi dan Waktu Penelitian 33

Informan Penelitian 33

Definisi Konsep 34

(12)

Visi dan Misi RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat 37

Sumber Daya Manusia/Ketenagaan 39

Deskripsi Pelayanan Rawat Inap 39

Kegiatan pelayanan rawat inap 41

Karakteristik Informan 42

Identifikasi BOR, LOS, TOI dan BTO 43

Faktor Penyebab Capaian Efisiensi Rawat Inap 85

Tenaga kesehatan 85

Promosi rumah sakit 89

Pendanaan rumah sakit 90

Sistem rujukan 91

Cara pembayaran 93

Sosio kultural 95

Angka kesakitan 96

Analisis Faktor Penyebab Ketidakefisienan Pelayanan Rawat Inap

di RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat 97

Bed Occupancy Rate (BOR) rawat inap RSUD Tanjung Pura

Kabupaten Langkat 97

Length of Stay (LOS) rawat inap RSUD Tanjung Pura

Kabupaten Langkat 99

Turn Over Interval (TOI) rawat inap RSUD Tanjung Pura

Kabupaten Langkat 100

Bed Turn Over (BTO) rawat inap RSUD Tanjung Pura

Kabupaten Langkat 101

Keterbatasan Penelitian 103

Kesimpulan dan Saran 104

Kesimpulan 104

Saran 105

Daftar Pustaka 106

Lampiran 108

(13)

1 Langkah-Langkah Membuat Daerah Efisiensi Grafik

Barber-Johnson 25

2 Karakteristik Informan 43

3 Hasil Perhitungan Indikator Rawat Inap RSUD Tanjung

Pura Kabupaten Langkat Tahun 2018 44

4 Hasil Perhitungan Indikator Rawat Inap Ruang Anggrek

RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat 47

5 Distribusi Nilai Indikator Rawat Inap di Ruang Anggrek

Tahun 2016-2018 di RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat 47 6 Hasil Perhitungan Indikator Rawat Inap Ruang Flamboyan

RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat 51

7 Distribusi Nilai Indikator Rawat Inap di Ruang Flamboyan

Tahun 2016-2018 di RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat 51 8 Hasil Perhitungan Indikator Rawat Inap Ruang Melati

RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat 55

9 Distribusi Nilai Indikator Rawat Inap di Ruang Melati

Tahun 2016-2018 di RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat 55 10 Hasil Perhitungan Indikator Rawat Inap Ruang Teratai

RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat 59

11 Distribusi Nilai Indikator Rawat Inap di Ruang Teratai

Tahun 2016-2018 di RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat 59 12 Hasil Perhitungan Indikator Rawat Inap Ruang Kasturi

RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat 63

13 Distribusi Nilai Indikator Rawat Inap di Ruang Kasturi

Tahun 2016-2018 di RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat 63 14 Hasil Perhitungan Indikator Rawat Inap Ruang Cempaka

RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat 67

(14)

17 Distribusi Nilai Indikator Rawat Inap di Ruang Mawar

Tahun 2016-2018 di RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat 72 18 Hasil Perhitungan Indikator Rawat Inap Ruang HDU

RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat 75

19 Distribusi Nilai Indikator Rawat Inap di Ruang HDU

Tahun 2016-2018 di RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat 76 20 Hasil Perhitungan Indikator Rawat Inap Ruang Perinatologi

RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat 79

21 Distribusi Nilai Indikator Rawat Inap di Ruang Perinatologi

Tahun 2016-2018 di RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat 80 22 Analisis Titik Temu Empat Parameter Grafik Barber-Johnson

di RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2018 83

(15)

1 Grafik Barber-Johnson RSUD Tanjung Pura Tahun 2016-2018 6

2 Cara menggambar grafik Barber-Johnson 23

3 Kerangka berpikir 32

4 Alur pelayanan rawat inap di RSUD Tanjung Pura 41 5 Grafik Barber-Johnson RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat 45 6 Grafik Barber-Johnson ruang anggrek Tahun 2016-2018 49 7 Grafik Barber-Johnson ruang flamboyan Tahun 2016-2018 53 8 Grafik Barber-Johnson ruang melati Tahun 2016-2018 57 9 Grafik Barber-Johnson ruang teratai Tahun 2016-2018 61 10 Grafik Barber-Johnson ruang kasturi Tahun 2016-2018 65 11 Grafik Barber-Johnson ruang cempaka Tahun 2016-2018 69 12 Grafik Barber-Johnson ruang mawar Tahun 2016-2018 74 13 Grafik Barber-Johnson ruang HDU Tahun 2016-2018 78 14 Grafik Barber-Johnson ruang perinatologi Tahun 2016-2018 83 15 Grafik Barber-Johnson seluruh ruang rawat inap di RSUD

Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2018 84

(16)

1 Indikator Pelayanan Rawat Inap RSUD Tanjung Pura

Kabupaten Langkat Tahun 2016-2018 108

2 Indikator Pelayanan Rawat Inap Tiap Ruangan RSUD

Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2016-2018 109 3 Daftar Ketersediaan Peralatan Kesehatan di RSUD

Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2019 110

4 Pedoman Wawancara (Kuesioner) 118

5 Surat Izin Permohonan Izin Penelitian 128

6 Surat Selesai Penelitian 129

7 Dokumentasi Penelitian 130

(17)

Banner Baliho/Spanduk

BLUD Badan Lembaga Layanan Umum Daerah

BOR Bed Occupancy Rate

BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

BTO Bed Turn Over

IGD Instalasi Gawat Darurat

Image Gambar

INA-CBG’s Indonesia Case Based Groups KIS Kartu Indonesia Sehat

LOS Leng Of Stay

Nurse Station Ruang Tunggu Perawat

PAPS Pulang Atas Permintaan Sendiri TOI Turn Over Interval

TT Tempat Tidur

(18)

Karang pada tanggal 02 Juni 1997. Penulis beragama Islam, anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Zulfan dan Ibu Reni Sri Astuti.

Pendidikan Formal dimulai di TK Ade Irma Tahun 2001-2002. Pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 020260 Binjai Tahun 2002-2008, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 4 Binjai Tahun 2008-2011, sekolah menengah atas di SMA Negeri 6 Binjai Tahun 2011-2014, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Agustus 2019

Putri Lasayka Fidora

(19)

Efisiensi merupakan pelayanan kesehatan harus beriorientasi proaktif dengan mengoptimalkan biaya dan teknologi serta salah satu bentuk pengelolahan kinerja rumah sakit yang meninjau dari sudut upaya pelayanan yang diberikan dalam pelayanan rawat inap. Pada dasarnya instansi rumah sakit sama dengan industri lainnya, maka rumah sakit perlu memberikan pelayanan se-efisien mungkin. Jika rumah sakit tidak efisien maka sulit untuk mendapatkan respon positif dari masyarakat. Penyelenggaraan efisiensi tidak hanya menuntut secara sudut pandang medis tetapi juga dari administratif manajemen pelayanan. Untuk itu salah satu pelayanan efisiensi dari rumah sakit wajib perlu dilakukan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor. 44 Tahun 2009 mengenai Rumah Sakit, adalah salah satu lembaga dengan diselenggarakannya pelayanan kesehatan perorangan bagi masyarakat secara paripurna berupa pelayanan unit rawat jalan, unit rawat inap dan IGD yang dituntut untuk memberikan peningkatan kualitas karakteristik pelayanan dirumah sakit yang lebih terjangkau dan bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan, serta adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dalam membantu kehidupan sosial maupun ekonomi masyarakat untuk tetap bisa memperoleh hingga mewujudkan derajat kesehatan setinggi- tingginya.

Mengatur efisiensi dalam rumah sakit harus menggunakan indikator mutu pelayanan yakni Bed Occupancy Rate (BOR), Average Length of Stay (LOS), Turn Over Interval (TOI), Bed Turn Over (BTO). Untuk mendapatkan nilai

(20)

indikator diatas dengan memperoleh data berupa seluruh tempat tidur peruangan, seluruh pasien keluar hidup atau mati, seluruh jumlah hari rawat dan lama masa rawatan melalui petugas rekam medis disetiap ruangan pelayanan rawat inap.

Salah satu yang mengupayakan pelayanan medis dirumah sakit adalah dengan terselenggarakannya pelayanan rawat inap kepada pasien. Pelayanan ini guna mempermudah dilakukannya pemeriksaan, penegakan penyakit, pengobatan dan pemulihan yang diharuskan menginap dan mendapatkan pelayanan secara terus-menerus dirumah sakit (Rustiyanto, 2010).

Satu diantara permasalahan yang ada dalam rumah sakit adalah masih rendahnya tingkat efisiensi pengelolahan pemanfaatan tempat tidur. Untuk hal ini, pihak manajemen dijadikan sebagai sarana pelayanan kesehatan yang diharuskan memantau ataupun meninjau dengan cermat aktivitas proses pemakaian tempat tidur di unit rawat inap serta dengan merencanakan pengembangannya yang dikerjakan secara rutin oleh statistik rumah sakit dalam menghitung tingkat efisiensi pelayanan unit rawat inap rumah sakit (Indradi, 2010).

Indikator paling terpenting yang dipergunakan dalam penilaian tingkat efisiensi pengelolahan rumah sakit yaitu indikator pelayanan rawat inap yang merupakan salah satu dari tingkat efisiensi pengelolahan yang diukur dengan parameter Bed Occupancy Rate (BOR) yaitu tingkat ukuran pemaanfaatan penggunaan tempat tidur. Penempatan tempat tidur harus diperhatikan agar tidak terjadi Overload atau tidak pernah terpakai.

Penilaian efisiensi pemanfaatan pelayanan rawat inap dapat dilihat dengan menggambarkan secara cermat Grafik Barber-Johnson dalam menentukan sudut

(21)

mutu pelayanan medik dan mendayagunakan sarana yang ada dalam segi ekonomis. Berdasarkan standar ideal dari nilai keempat parameter indikator Barber- Johnson secara internasional adalahBed Occupancy Rate (BOR) 75-85%, Length of Stay (LOS) 3-12 Hari, Turn Over Interval (TOI) 1-3 hari, dan Bed Turn Over (BTO) 30 kali dalam setahun. Sedangkan menurut Departemen Kesehatan tahun 2005, efisiensi dari daya guna tempat tidur apabila angka BOR berkisar antara 65-85%, LOS 6-9 hari, TOI 1-3 hari, dan BTO 40-50 kali dalam kurun waktu setahun.

Grafik Barber- Johnson mampu menyajikan gambaran grafik secara jelas dan rinci dengan mempertemukan nilai keempat parameter indikator bersatu dalam satu titik dalam areal daerah efisiensi bewarna merah. Upaya tersebut dilakukan untuk mengetahui efisiensi penggunaan pemanfaatan tempat tidur dirumah sakit setiap tahunnya serta mampu mengecek kesalahan apabila keempat parameter tidak berkumpul di satu titik ataupun keberadaan titik keempat parameter tersebut berada diluar daerah efisiensi. Jika nilai-nilai indikator yang dimaksud melampaui standar, maka grafik Barber-Johnson dapat terlihat dengan jelas diareal efisiensi. Tetapi, apabila pengelolahan dari hasil efisiensi tersebut dinyatakan belum memasuki areal efisiensi, maka perlu pengevaluasian bagi pihak manajemen dalam membenahi sistem pengelolaan pelayanan rawat inapnya (Soejadi,1996).

Dalam mengelola efisiensi pelayanan tingkat rawat inap, rumah sakit perlu mengatur rancangan perencanaan atau pun pengambilan kebijaksanaan. RSUD Tanjung Pura merupakan satu-satunya rumah sakit milik pemerintah Kabupaten

(22)

Langkat di Kecamatan Tanjung Pura, berjarak ± 55 km dari Kota Medan dan memberikan pelayanan rawat inap ataupun rawat jalan terhadap masyarakat di Kabupten Langkat. RSUD Tanjung Pura bertipe kelas C dan telah mengikuti peningkatan akreditasi pada Tahun 2018. Upaya yang dilakukan RSUD Tanjung Pura dalam meningkatkan mutu pelayanan adalah melaksanakan Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) untuk menunjang peningkatan kualitas terhadap pelayanan di rumah sakit.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan di RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat diperoleh informasi bahwa instalasi rawat inap memiliki Sembilan ruangan rawat seperti ruang Teratai, Flamboyan, Anggrek, Melati, Cempaka, Kasturi, Mawar, HDU dan Perinatologi dengan jumlah tempat tidur sebanyak 120 unit. Adapun data yang didapat dari kunjungan rawat inap pasien dalam waktu tiga tahun terkhir mengalami fluktuasi peningkatan dari tahun ke tahunnya, yakni di Tahun 2016 sebesar 3.707, ditahun 2017 sebesar 3.946, dan di Tahun 2018 sebesar 4.493.

Berdasarkan hasil data yang telah didapatkan bahwa diketahui keadaan indikator pelayanan rawat inap RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat dari Tahun 2016 hingga 2018, bahwa ada beberapa indikator yang dikatakan belum mencapai standar Barber-Johnson yaitu pada Tahun 2016 BOR mencapai angka 32,22%, nilai yang didapat cukup jauh dari standar yang ditetapkan oleh Barber- Johnson yaitu 75-85% artinya bahwa nilai BOR di Tahun 2016 belum termasuk dalam kategori ideal. Nilai LOS di Tahun 2016 yaitu sebesar 4,5 hari dan sudah sesuai dengan standar Barber-Johnsonyang telah ditetapkan yaitu 3-12 hari. Nilai

(23)

TOI di Tahun 2016 sebesar 7,30 hari dan nilai ini termasuk dalam kategori tidak ideal karena sudah melebihi batas ideal yang telah ditetapkan dari standart Barber- Johnson yaitu1-3 hari dan nilai BTO di Tahun 2016 sebesar 30,89 kali dan nilai ini sudah dikategorikan ideal karena sudah melebihi sedikit dari batas yang telah ditetapkan Barber-Johnson yaitu 30 kali penggunaan tempat tidur dalam kurun waktu setahun.

Pada Tahun 2017 nilai BOR mengalami peningkatan menjadi 41,09%

yang masih berada dalam kategori tidak ideal. Nilai LOS sebesar 6,53 hari yang sudah berada dalam kategori ideal. Nilai TOI sebesar 6,53 hari belum berada dikategori ideal dan nilai BTO meningkat menjadi sebesar 32,88 kali yang juga belum berada dalam kategori ideal dikarenakan semakin melebihi batas standar ideal yang telah ditetapkan Barber-Johnson.

Pada Tahun 2018 mengalami peningkatan kembali pada nilai BOR yaitu 47%yang masih belum berada didalam standar ideal Barber-Johnson. Nilai LOS sebesar 4 yaitu berada dalam kategori ideal. Sedangkan pada nilai TOI masih terus menurun yaitu sebesar 6 hari tetapi belum berada dalam standar ideal karena masih melebihi batas standar Barber-Johnson dan untuk nilai BTO sebesar 37%

yaitu masih terus meningkat yang artinya belum dalam standar ideal Barber- Johnson. Maka, dapat disimpulkan bahwa masih ada indikator yang belum memenuhi nilai standar baik dari yang telah ditetapkan oleh Barber-Johnson sebesar 75-80% maupun yang telah ditetapkan Depkes sebesar 60-85%.

Maka dari hasil survei diperoleh informasi bahwa pelayanan di RSUD Tanjung Pura belum efisien karena nilai dari keempat indikator pelayanan belum

(24)

mencapai standar ideal efisiensi. Maka peneliti tertarik untuk meneliti indikator pelayanan tersebut melalui Grafik Barber- Johnson agar perbandingan data setiap kurun waktu tergambar dengan jelas. Adapun gambar dari grafik Barber-Johnson di RSUD Tanjung Pura pada Tahun 2016 – 2017 adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Grafik Barber – Johnson RSUD Tanjung Pura Tahun 2016-2018.

Berdasarkan data yang dimuat dalam grafik Barber Johnson di RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2015–2018, titik temu ke empat indikator tidak ada satupun yang berada dalam satu titik efisien. Hal ini dapat

(25)

diketahui dari letak garis BOR yang apabila mendekati sumbu X (LOS) maka presentase BOR semakin tinggi dan apabila garis BOR menjauhi sumbu X (LOS) maka presentase BOR semakin rendah. Keempat indikator diatas merupakan akumulasi dari hasil keseluruhan ruang pelayanan unit rawat inap di RSUD Tanjung Pura yang seharusnya saling berhubungan dan berada dalam satu titik atau daerah efisiensi sesuai dengan teori Barber Johnson. Maka gambaran efisiensi pelayanan rawat inap di RSUD Tanjung Pura secara keseluruhan masih belum efisien, tetapi hal ini tidak mengartikan bahwa setiap ruangan rawat inap tidak efisien.

Melalui analisis grafik Barber-Johnson diatas ditemukan bahwa setiap tahun data tidak efisien. Pihak rumah sakit telah berupaya melakukan Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) sesuai dengan PERMENPAN RB Nomor. 14 Tahun 2017 terhadap pasien untuk meningkatkan efisiensi pelayanan rawat inap di RSUD Tanjung Pura. Adapun hasil Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) pada periode Januari-Juni 2018 diperoleh informasi bahwa Instalasi Rawat Inap Sarana dan Prasarana masih mendapatkan nilai terendah (68,75), hal ini karena responden pada umumnya tidak ingin dirujuk ke rumah sakit dengan kelas yang lebih tinggi dan berharap semua fasilitas terpenuhi di RSUD Tanjung Pura. Namun upaya ini belum dapat mempengaruhi peningkatan BOR secara langsung (Dinkes Langkat, 2018).

Data ke-4 indikator ini tidak efisien setiap tahun dapat dikarenakan pengaruh BOR rendah dan TOI yang tinggi. Jika dikaitkan dengan hasil SKM dengan nilai BOR rendah berkaitan dengan fungsinya sebagai tolak ukur seberapa

(26)

jauh masyarakat menggunakan pelayanan rawat inap di rumah sakit dan nilai TOI yang tinggi berarti semakin lama saat “menganggurnya” tempat tidur yaitu semakin lama saat dimana tempat tidur tidak digunakan oleh pasien. Hal ini berarti tempat tidur semakin tidak produktif. TOI yang lama kemungkinan disebabkan karena organisasi yang kurang baik, kurangnya permintaan penggunaan tempat tidur (demand) dan fasilitas penunjang medis yang kurang memadai baik fisik maupun pengaturannya. Nilai TOI yang tinggi dapat diturunkan dengan memperbaiki sarana dan prasarana di suatu ruangan rawat inap. Maka nilai TOI yang disarankan adalah 1-3 hari (Sudra, 2010).

BPJS Kesehatan dengan sistem INA-CBG’s sangat mendukung Rumah Sakit dalam meringankan biaya/ tarif kesehatan pada pasien sehingga mendapatkan respon yang baik dari pasien, hal ini diketahui dari hasil SKM di RSUD Tanjung Pura Tahun 2018 terkait biaya atau tarifpada Instalasi Rawat Inap mendapatkan nilai tertinggi (79,02), hal ini karena responden banyak yang sudah menjadi anggota BPJS Kesehatan. Sistem biaya tarif ini berpengaruh pada LOS atau lama perawatan yang dijalani seorang pasien tergantung pada jenis penyakitnya, stadium penyakitnya, mutu pelayanan medis dan keperawatan serta fasilitas pelayanan yang ada di unit rawat inap. Untuk memperpendek rata-rata lama perawatan pasien tidak dapat dilakukan dengan menentukan kebijakan pemulangan pasien lebih cepat dengan tujuan agar secepatnya ada pemasukan pasien baru. Karena kebijakan seperti ini tidak mempertimbangkan nilai TOI yaitu waktu kosong penggunaan tempat tidur. Sebaliknya dengan menahan pasien terlalu lama di rumah sakit akan mengakibatkan pemborosan biaya perawatan.

(27)

Apabila LOS melebihi nilai standar kemungkinan bisa disebabkan adanya pasien yang berpenyakit kronis, penurunan kualitas pelayanan keperawatan, dan adanya kelambatan atau penundaan penanganan medis oleh staff medis rumah sakit.

Jika nilai BTO meningkat akan mempertinggi nilai produktivitas pelayanan medis, karena semakin banyak pasien yang dirawat tanpa menambah tempat tidur atau memperluas ruangan rawat inap. Penurunan nilai BTO dapat disebabkan karena nilai LOS yang tinggi atau semakin lama waktu rata-rata pasien dirawat. Selain itu juga disebabkan karena nilai TOI atau waktu kosong penggunaan tempat tidur yang terlalu lama (Sudra, 2010).

Ketidakefisienan pada pelayanan rawat inap dapat terjadi karena faktor penyebab yang mempengaruhi efisiensi rumah sakit yaitu tenaga kesehatan, penggunaan fasilitas, promosi rumah sakit, pendanaan rumah sakit, sistem rujukan, cara pembayaran,sosio kultural, angka kesakitan (Notoadmojo, 2010).

Secara umum, maka hal yang mendasari efisiensi pelayanan rawat inap dirumah sakit yaitu mencapainya nilai penggunaan dan pemanfaatan tempat tidur yang sesuai standar ketentuan Barber-Johnson yang bertujuan meningkatkan mutu pelayanan dan kualitas yang diberikan terhadap suatu institusi rumah sakit kepada masyarakat. Akan tetapi, dalam perhitungan penilaian keempat parameter indikator di RSUD Tanjung Pura selama tiga tahun terakhir berdasarkan grafik Barber-Johnson belum mencapainya penggunaan ataupun pemanfaatan tempat tidur yang ideal sesuai standar yang ditetapkan. Hal ini mendorong dikarenakan ada beberapa faktor determinan yang mempengaruhi dasar capaian efisiensi rawat inap dirumah sakit tersebut seperti (1) ketersediaan kuantitas sumber daya

(28)

manusia yang cukup seperti tenaga dokter ataupun tenaga perawat yang terlibat dalam memberikan penanganan medis secara cepat dan tanggap serta diharuskan memiliki kemampuan terampil, empati, disiplin sesuai peraturan tata tertib prosedur rumah sakit dan dapat mampu menjalin komunikasi yang baik terhadap pasien. Hal ini dikarenakan akan sangat mempengaruhi terhadap upaya peningkatan segi kualitas pelayanan yang dilaksanakan di rumah sakit. (2) Tersedianya fasilitas sarana prasarana dalam memenuhi kebutuhan yang diperlukan dirumah sakit seperti kebutuhan medis dasar, penunjang medis ataupun sampai kebutuhan medis khusus. (3) Promosi yang mengupayakan institusi rumah sakit harus mampu memasarkan pelayanan kesehatannya dengan tujuan masyarakat mengetahui atau memperoleh informasi berupa keunggulan, jarak tempuh lokasi yang dapat dijangkau masyarakat serta ketersediaan pelayanan yang mampu disediakan rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan diagnosa penyakitnya. Adanya promosi dilakukan agar meningkatkan jumlah kunjungan pengobatan. (4) Pendanaan rumah sakit merupakan sumber-sumber dana yang dimiliki rumah sakit dan sangat diperlukan untuk menunjang dalam memasarkan serta memenuhi kebutuhan fasilitas dalam meningkatkan kualitas penanganan pelayanan dan pengembangan serta pemeliharaan dirumah sakit. (5) Sistem rujukan rumah sakit yang menerima program rujukan dari fasyankes pertama seperti puskesmas, balai pengobatan, dan klinik pengobatan jalur rujukakan selanjutnya adalah rumah sakit, dimana dilaksanakannya penyerahan tanggung jawab pasien untuk dilakukannya penanganan lebih lanjut terhadap diagnosa penyakit yang diderita pasien. Hal ini dimana sangat mempengaruhi tingakat

(29)

jumlah kunjungan dirumah sakit. (6) Cara pembayaran dirumah sakit yang memudahkan pasien dalam menjalani pengobatan selama dirawat dirumah sakit.

Cara pembayaran ini yaitu biaya tarif yang dibayar secara langsung ataupun tidak langsung, dimana pembayaran langsung dibayar oleh sipenderita dan apabila tidak langsung biasanya dibayar oleh orang ketiga melalui asuransi. Dengan cara pembayaran seperti ini akan sangat mempengaruhi tingkat penggunaan rumah sakit. (7) Faktor sosio−kultural yang mempengaruhi efisiensi pelayanan rumah sakit dimana budaya masyarakat yang mendorong reaksi seseorang dalam mendapatkan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan. Upaya yang harus dilakukan dalam meningkatkan jumlah kunjungan masyarakat yaitu menarik keyakinan, kepercayaan, serta memberikan dorongan himbauan bahwasanya pelayanan kesehatan yang berada dirumah sakit mampu memberikan penanganan dan pemulihan yang efektif. (8) Angka kesakitan suatu wilayah yang sangat mempengaruhi penggunaan tempat tidur. Apabila dimana gambaran penyakit yang menunjukkan prevalensi tinggi seperti penyakit menular akan sangat membutuhkakan tempat tidur dirumah sakit yang cukup banyak untuk memulihkan sipenderita, misalnya terjadi wabah yang memungkinkan banyaknya pemakaian dari jumlah tempat tidur. Adapun dapat ditarik kesimpulan dari dasar yang mempengaruhi efisiensi pelayanan rawat inap dirumah sakit yaitu dalam meningkatkan capaian efisiensi rawat inapnya agar keempat parameter indikator dapat masuk dan dikategorikan ideal sesuai standar tersebut dengan cara rumah sakit mengupayakan untuk meningkatkan kualitas ataupun kuantitas penanganan pelayanan kesehatan, dengan demikian hal ini mampu mempunyai pengaruh

(30)

dalam meningkatkan nilai terpenting untuk memajukan serta meningkatkan kualitas mutu pelayanan dan meningkatkan rasa kepuasan pasien hingga menarik kepercayaan masyarakat dalam menjadikan rumah sakit sebagai pelayanan pilihan pertama dalam memperoleh jangkauan pengobatan yang dibutuhkan (Wijono, 2001).

Rumusan Masalah

Bagaimana Efisiensi Ruang Rawat Inap pada tiap-tiap ruangan kelas perawatan berdasarkan Grafik Barber-Johnson di RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat pada tahun 2018?

Tujuan Penelitian

Tujuan melakukan penelitian ini yakni :

1. Untuk menganalisis efisiensi pelayanan rawat inap dari tiap ruang perawatan berdasarkan Grafik Barber-Johnson.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab efisiensi pelayanan rawat inap di RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat.

Manfaat Penelitian

Bagi RSUD Tanjung Pura Kab. Langkat sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan dalam meningkatkan pengelolahan efisiensi pelayanan rawat inap dirumah sakit serta peningkatan mutu pelayanan rumah sakit dalam menyusun perencanaan berikutnya .

Bagi institusi. Bagi institusi yaitu sebagai bahan referensi bacaan di perpustakaan dan menjadi bahan rujukkan untuk informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan mengenai statistik rumah sakit dan diharapkan dapat menjadi

(31)

informasi peneliti dalam mengerjakan penelitian selanjutnya.

Bagi peneliti. Bagi peneliti yaitu sebagai penambah pengalaman, wawasan, ilmu pengetahuan hingga meningkatkan kemampuan peneliti dalam mengembangkan teori yang berkaitan dari topik penelitian terkhususkan mengenai statistik rumah sakit.

(32)

Rumah Sakit menurut Kamus Besar Berbahasa Indonesia merupakan suatu bangunan untuk merawat, menyediakan, dan memberi pelayanan kesehatan bagi orang-orang sakit yang memiliki berbagai keluhan masalah kesehatan (KBBI, 2017). Instansi dari pelayanan kesehatan ini diberdirikan dan diselenggarakan dari pemerintah pusat atau pun swasta dengan memberikan pelayanan kesehatan utama bagi masyarakat pada semua bidang dan macam-macam penyakit tertentu yang mendasarkan disiplin pengetahuan, kelompok usia, organ maupun kekhususan lainnya.

Tujuan umum rumah sakit adalah melaksanakan upaya penyelenggaraan kesehatan perorangan bagi masyarakat secara paripurna dengan mempersiapkan pelayanan rawat inap atau rawat jalan dan unit gawat darurat dalam peningkatan sumber daya manusia, pelayanan sarana hingga peralatan dan bangunan prasarana guna untuk meningkatkan pelayanan yang bermutu (Permenkes Nomor. 56 Tahun 2014).

Sebagai salah satu unit bagian dari sistem pelayanan kesehatan, rumah sakit secara garis besar dilaksanakan melalui unit rawat jalan, rawat inap atau pun instalasi unit gawat darurat (IGD). Pelayanan ini bertujuan untuk masyarakat dengan menyediakan pelayanan yang terdiri dari pelayanan medis atau penunjang medis, pelayanan perawatan hingga rehabilitasi medis (Herlambang, 2016).

Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44

(33)

Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, maka rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Adapun sebagaimana yang telah tertuliskan di Undang-Undang Nomor. 44 Tahun 2009 mengenai Rumah Sakit dalam menjalankan fungsinya, yakni :

1. Menyelenggarakan balai pengobatan dan proses memulihkan kesehatan sesuai dari standar layanan yang ditetapka rumah sakit.

2. Memelihara hingga meningkatkan kesehatan secara perorangan melalui pelayanan kesehatan paripurna ditingkat kedua atau ketiga sesuai kebutuhan medik.

3. Menyelenggarkan pelatihan SDM untuk meningkatkan kemampuan serta memberikan layanan kesehatan bagi masyarakat.

4. Menyelenggarakan pengembangan dan penelitian dengan penapisan teknologi dibidang kesehatan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan dengan mengamati secara cermat etika ilmu pengetahuan.

Klasifikasi Rumah Sakit Kelas C

RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat merupakan rumah sakit kelas C, menurut Permenkes RI Nomor 56 tahun 2014 mengenai Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit yang memiliki fasilitas sarana dan kemampuan dalam pelayanan medis minimal empat spesialis dasar yang terdiri dari pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, obstetric dan ginekologi dan empat spesialis penunjang medis. Adapun keseluruhan tempat tidur minimal 100 (seratus) buah.

Rumah sakit dikelola dengan tujuan supaya menghasilkan pelayanan kesehatan yang menyentuh kebutuhan dan harapan pasien terkait dengan jenis

(34)

pelayanan, harga, mutu (medis dan non medis), hingga prosedur pelayanan informasi yang diperlukan.

Syarat dan ketentuan rumah sakit kelas C. Adapun hal yang diharuskan rumah sakit dalam memberi pelayanan kelas C mininal paling sedikit yaitu :

1. Pelayanan Medis . Yang meliputi pelayanan IGD yang harus dilaksanakan 24 (dua puluh empat) jam dalam satu hari. Pada umumnya pelayanan medis mencakup pelayanan medis gigi dan mulut, pelayanan medik dasar, pelayanan kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana.

2. Pelayanan Farmasi. Kegiatan yang bertujuan dalam pengelolahan alat kesehatan, pelayanan farmasi klinik, sendian farmasi hingga bahan medik habis pakai.

3. Pelayanan Kebidanan serta Keperawatan. Pelayanan yang berupa asuhan kebidanan dan keperawatan di rumah sakit.

4. Pelayanan Penunjang Medis. Pelayanan yang meliputi penunjang sterilisasi instrumen dan rekam medik, gizi, pelayanan bank darah, perawatan intensif untuk seluruh kelompok usia hingga bermacam penyakit.

5. Pelayanan Rawat Inap. Pelayanan rawat inap yang dimaksud meliputi : a. Perawatan kelas III minimal 30% (tiga puluh pesen) dari seluruh jumlah

tempat tidur untuk Rumah Sakit milik pemerintah.

b. Pada perawatan kelas III seluruh jumlah tempat tidur untuk rumah sakit miliki swasta paling sedikit minimal 20% (dua puluh persen).

c. Perawatan intensif jumlah dari seluruh tempat tidur sebanyak 5% (lima

(35)

persen) untuk rumah sakit milik pemerintah dan milik swasta.

Rumah Sakit Kelas C memiliki perbekalan paling sedikit terdiri dari peralatan medik untuk rawat jalan, rawat inap, IGD, rawat intensif, persalinan, rawat operasi, farmasi, laboratorium klinik, radiologi, rehabilitasi medis, pelayanan darah, kamar jenazah hingga instalasi gizi.

Umumnya menilai mutu pelayanan kesehatan mencakup 4 (empat) hal pokok, yaitu:

1. Kesejahteraan pasien

Biasanya kesejahteraan pasien menghubungkan antara rasa kepuasan atau nyaman dengan memperlihatkan tindakan maupun sikap dari tenaga medis dalam memberikan pelayanan. Dengan kata lain, kesejahteraan pasien dapat menghubungkan adanya kualitas antara pelayanan kedokteran ataupun keperawatan. Untuk itu, hal ini juga menghubungkan antara fasilitas yang memadai serta segala jenis peralatan yang terpelihara dengan baik akan berfungsi sesuai standar ketika dipergunakan.

2. Kenyamanan serta situasi kamar

Kenyamanan serta situasi kamar adalah satu diantara dari variabel yang di pergunakan untuk diselenggarakannya pelayanan yang bemutu melalui sikap, cara hingga tindakan tenaga medik terutama para dokter atau perawat pada saat melaksanakan pemberian pelayanan kesehatan. Suasana nyaman yang dimaksud harus dipertahankan agar pasien merasa kepuasan atas pelayanan yang dilakukan, karena keadaan kamar pasien merupakan penunjang aspek kepuasan pasien ketika pasien mendapatkan ketenangan serta kenyamanan selama pasien dirawat.

(36)

3. Kondisi kamar perawatan

Kondisi kamar rawat akan dipengaruhi oleh sambutan yang diterima pasien melalui keluarganya mengenai sudut pelayanan mutu kesehatan yang telah didapatkan dari rumah sakit. Dengan begitu setiap unit ruang rawatan yang sewajibnya sudah mendapat fasilitas ataupun sarana agar terus membantu kemudahan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan serta pemeliharaan agar selalu dapat berfungsi dengan standar yang baik.

4. Catatan rekam medik.

Berkas yang berisikan mengenai hasil dari pemeriksaan, identitas pasien, riwayat penyakit, pengobatan serta tindakan yang diberikan serta layanan lainnya kepada pasien dari saat mendapatkan sarana pelayanan kesehatan(Ridha, 2008).

Mutu Pelayanan Kesehatan

Menurut Azwar ada tiga unsur yang dipengaruhi dalam Mutu Pelayanan Kesehatan, yaitu :

1. Unsur dari masukan yang merupakan bagian dari tenaga kesehatan, sarana dan dana perkembangan. Apabila kuantitas dan kualitas dari tenaga dan sarana tidak memenuhi seperti standar yang ditetapkan (standar of personal and facilities) serta ketersediaan dana yang dibutuhkan belum sesuai, maka akan sulit mendapatkan mutu pelayan yang sesuai diharapkan.

2. Unsur dari lingkungan yang merupakan suatu kebijakan keorganisasian serta manajemen yang apabila belum sesuai dengan standar yang ditentukan (standard of organization and management) ataupun belum

(37)

memiliki sifat menunjang ataupun mendorong, maka akan sulit memperoleh baiknya mutu pelayanan kesehatan yang diharapkan.

3. Unsur dari proses yang merupakan tindakan dari medis dan non medis yang telah ditetapkan standar (Standard of conduct). Apabila tidak sesuai maka akan sulit mengharapkan baiknya mutu pelayanan tersebut. Ketiga unsur tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi, jika satu diantaranya berada dibawah dari standar ataupun belum sama seperti kebutuhan maka akan sulit mengharapkan baiknya dari mutu pelayanan.

Efisiensi Penggunaan Tempat Tidur

Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan dimana kegiatan dari salah satunya yang sering dilakukan pihak manajemen statistik adalah melaksanakan dan mengamati kegiatan dari penilaian tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur serta merancang perencanaan perkembangannya.

Menurut Indradi tahun 2010 bahwa setiap biaya yang dikeluarkan oleh pihak manajemen rumah sakit bertujuan untuk menghasilkan pemasukkan dana dari tempat tidur yang telah dibeli dan disediakan sehingga tempat tidur tersebut dipergunakan oleh pasien unit ruang rawat inap.

Beberapa indikator mutu pelayanan menurut Depkes (2006) dirumah sakit, yakni :

1. Bed Occupancy Rate (BOR)

Bed Occupancy Rate (BOR) : presentasi penggunaan tempat tidur yang di- pergunakan dalam menentukan tingkat pemanfaatan tempat tidur. Nilai ideal dari indikator BOR menurut Depkes RI Tahun 2006 adalah 60-85 %. Jika BOR

(38)

dinyatakan rendah maka kurangnya tingkat penguatan dalam memanfaatkan tepat tidur. Namun jika BOR yang tinggi menandakan pemakaian melampaui batas ideal lebih dari 85% maka akan menggambarkan bahwa terjadinya overload sehingga diperlukannya peningkatan pengembangan pengaturan kualitas dari penambahan jumlah tempat tidur.

2. Average Length of Stay (AvLOS)

AvLOS atau jumlah hari lama rawatan seseorang dirawat (AvLOS) yang dihitung sejak pasien masuk hingga pasien keluar dari rumah sakit. Angka pada parameter ini dapat memperlihatkan gambaran tingkat efisiensi mutu pelayanan.

Standar nilai AvLOS berdasarkan Depkes RI tahun 2006 adalah 6-9 hari.

3. Bed Turn Over (BTO)

BTO atau jumlah kali tempat tidur tersebut ditempati oleh pasien yang berbeda. Dihitung dalam periode waktu tertentu (biasanya1 tahun). Nilai ideal BTO selama periode 1 tahun rata-rata 40-50 kali dalam 1 pemakaian tempat tidur.

4. Turn Over Interval (TOI)

TOI atau rata-rata jumlah hari dari penggunaan tempat tidur yang tidak ditempati, dihitung pada saat tempat tidur ditinggalkan oleh pasien hingga digunakan kembali oleh pasien berikutnya. Hal ini juga dapat membagikan gambaran tingkat efisiensi dari pemakaian tempat tidur secara bersamaan dengan AvLOS yang merupakan indikator pemakaian tempat tidur. Artinya, makin tinggi TOI maka efisiensi pemakaian TT semakin buruk. Nilai standar ideal TOI adalah 1-3 hari.

(39)

Konsep Teori Barber–Johnson

Tahun 1973, Barry Barber, M.A., PhD., Finst P., AFIMA dan David Johnson, M.Sc mengupayakan dalam merumuskan dan memperpadukan empat parameteruntuk mengamati serta menilai tingkat efisiensi pemakaian tempat tidur untuk bangsal perawatan pasien. Ditemukan empat garis bantu yang terbentuk dari empat parameter Grafik Barber- Johnson, yaitu:

a. TOI pada umumnya menjadi sumbu horizontal (X).

b. AvLOS pada umumnya menjadi sumbu vertical (Y).

c. GarisbantuBOR merupakan garis yang ditarik dari pertemuan sumbu horizontal dan vertical,yaitu titik 0,0 dan membentuk seperti kipas.

d. Garis bantu BTO merupakan garis yang ditarik dan menghubungkan posisi nilai AvLOS dan TOI yang sama.

Keempat indikator yang dipergunakan untuk menyusun grafik Barber-Johnson. adalah dengan mengetahui tingkat pemanfaatan mutu serta efisiensi dari pelayanan rumah sakit meliputi :

1. Angka hunian penderita rawat inap, Bed Occupancy Rate (BOR)

Dalam indikator ini memberikan gambaran satu titik pertemuan yang menentukan tingkat tinggi rendahnya pemakaian tempat tidur dirumah sakit.

Standar idealnya adalah 75% - 85%,jika > 85% berarti tempat tidur yang dipakai dirumah sakit penuh. Rumus menghitung nilai BOR :

BOR =

2. LOS (Length Of Stay)

Jumlah rata-rata hari rawat pasien yang menetap dirumah sakit, belum

(40)

tergolong bayi lahir dikarenakan tempat tidur yang dipergunakan bayi merupakan atas nama ibunya. Standar idealnya adalah 3-12 hari serta LOS ini diupayakan agar serendah mungkin tanpa berpengaruh dengan kualitas pelayanan perawatan.

Rumus menghitung LOS :

LOS =

3. BTO (Bed Turn Over )

Frekuensi kali pemakaian tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu(biasanya 1 tahun). Indikator ini membagikan gambaran tingkat efisiensi dari pengunaan tempat tidur. Standar efisien BTO adalah 30 kali. Apabila BTO terlalu rendah diperlukan memperhatikan jumlah tempat tidur serta kualitas pelayanan perawatan. Rumus menghitung BTO :

BTO = Pasien Keluar (H + M) Jumlah TT 4. TOI (Turnover Interval)

Hari rata-rata tempat tidur tidak dipergunakan, dihitung sejak saat tempat tidur ditinggalkan hingga tempat tidur dipergunakan kembali oleh pasien selanjutnya. Indikator ini dipergunakan dalam menunjukkan rata-rata lamanya tempat tidur kosong serta menggambarkan efisiensi dari pemanfaatan tempat tidur. Standar sfesiensi TOI ialah 1-3 hari, apabila TOI melampaui 3 hari maka perlu memperhatikan kualitas pelayanan rawatan. Rumus menghitung TOI :

TOI = TT terisi – hari perawatan Pasien Keluar (H + M)

Pengonsepan Barber- Johnson dapat tergambarkan melalui suatu standar

(41)

grafik, dimana daerah penilaian efisiensi telah ditentukan oleh dua indikator yaitu TOI beserta LOS secara korelatif menurut tingkat BOR dan BTO (Riyadi, 1993).

Cara Menggambar Dasar Grafik Barber-Johnson

Gambar Sumbu X dan Sumbu Y Gambar sumbu horizontal X – absis dansumbu vertikal Y – ordinat. X – absis adalah Turnover Interval (TOI) dan Y- ordinal adalah Length Of Stay(LOS) (Soejadi, 1996).

Langkah- langkah membuat grafik Barber- Jhonson melalui Ms.

Gambar 2. Daerah Efisiensi Barber–Johnson

Langkah-langkah membuat Grafik Barber-Johnson melalui Ms. Excel 2010 (Andalusia, 2015) yaitu :

1. Membuat tabel indikator pelayanan RSUD Tanjung Pura di Book Microsoft Excel.

2. Membuat tabel BOR, LOS,TOI dan BTO.

3. Menghitung dan membuat garis BOR 50, 70, 75 dan 90.

4. Menghitungdan membuat garis BTO 30, 20, 15 dan 12,5 dengan rumus

Grafik Barber Johnson LOS X Garis BOR 50%, 70%, 80% dan 90%

30 -

28 -

26 - BOR 70%

24 -

22 - Efisiensi

20 - E BTO 12,5

18 -

16 -

14 - BTO 15

12 -

10 - BOR 50%

8 -

6 - BTO 20

4 -

2 - BTO 30

0 Y

Gambar grafik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 TOI

(42)

tabel : nilai TOI = 365/nilaiBTO (365/30, 365/20, 365/15 dan 365/12,5).

Untuk nilai LOS= TOI.

5. Menghitung dan membuat tabel BOR RSUD Tanjung Pura dengan rumus tabel : LOS = BOR/10 dan TOI = 10 – LOS.

6. Menghitung dan membuat tabel BTO RSUD Tanjung Pura dengan rumus tabel : LOS = TOI + ( periode/BTO atau 365/BTO).

7. Blok nilai LOS dan TOI pada tabel BOR 50,70,75 dan 90, kemudian pilih scatter chard dan mengatur nilai:

a. Background grafik melalui add minor gridlinespada garis LOS dan add major gridlines pada garis TOI.

b. Mengubah nilai garis LOS dan TOI denganformat axis : minimum fixed

= 0,0 dan maximum fixed = 0,50 serta major fixed = 3,0 dan minor fixed

=2,0.

8. Membuat garis BOR 50, 70, 75 dan 90 dengan select datadanadd nilai BOR ke dalam edit series berserta nilai LOS dan TOI. Danhal sama dilakukan untuk menggambar garis BTO 30, 20, 15 dan 12,5.

9. Menggambar garis BOR RSUD Tanjung Pura dengan select data dan add nilai BOR kedalam edit series berserta nilai LOS dan TOI. Dan hal sama dilakukan untuk menggambar garis BTO RSUD Tanjung Pura.

10. Mengatur warna, tebal garis, tebal dan besar titik, nama data tabel melalui format data series dan axis title.

11. Membuat Daerah Efisiensi dengan membuat tabel nilai :

(43)

Tabel 1

Daerah Efisiensi

Daerah Efisiensi

Daerah 1 Daerah 2 Daerah 3

1 1 1 3 3 9

9 50 9 9 9 50

Data diatas untuk menggambarkan garis wilayah efisiensi dengan cara select data dan add nilai setiap daerah efisiensi ke dalam edit series, hasilnya pada tabel akan menampilkan titik batas.

12. Gambar grafik selesai dan dapat disimpulkan apakah nilai setiap indikator berada di daerah efisiensi atau tidak.

Makna dari Grafik Barber-Johnson

Maksud yang diperoleh dari grafik Barber-Johnson yaitu jika semakin mendekat grafik BOR dengan sumbu Y maka BOR semakin meninggi, semakin mendekat grafik BTO pada titik sumbu maka pasien keluar (hidup + mati) jumlahnya akan menaik. Tetapi, bila TOI menetap maka LOS mengurang dan BOR menurun, dan apabila TOI naik memungkinkan penyebabnya ialah organisasi yang tidak cukup baik dan untuk menurunkan TOI yang meninggi dapat dengan mengadakan evaluasi serta memperbaiki organisasi tanpa mempengaruhi LOS, sebab menambahnya LOS dikarena keterlambatan administrasi, belum baiknya perancangan dalam menyalurkan pelayanan kepada pasien atau kebijakan dalam bidang medik (Soejadi, 1996) .

Fungsi Grafik Barber- Johnson

Grafik Barber- Johnson ini berfungsi sebagai :

(44)

1. Sebagai pertimbangan, biasanya hitungan kurun waktu tertentu yaitu dapat memperlihatkan pengembangan produktivitas dirumah sakit dalam waktu sepuluh tahun sehingga hal ini memberi gambaran dalam bahwa adanya pembetulandari waktu ke waktu,LOS dan TOI menurun, sedangkan BOR dan BTO meningkat.

2. Mengawasi aktivitas yaitu memiliki keinginan dalam mengembangkan kegiatan beberapa tahun dapat terlihat pada grafik dengan memperbandingkan terhadap standar yang ditetapkan. Barber-Johnson menerangkan bahwa daerah yang efisien merupakan daerah yang terbatasi adanya garis-garis berikut ini :

a. Bed Occupancyminimal 75%.

b. Turn over interval melebihi satu hari, tetapi kurang dari tiga hari.

3. Memperbandingkan aktivitas antara rumah sakit, meneliti akibat perubahan kebijaksanaan, mengecek kesalahan laporan. Untuk itu, ditarik kesimpulan dengan jelas dan mudah bahwasanya rumah sakit mana ataupun bagian mana yang pengelolaannya efisien.

4. Memeriksa akibat perubahan kebijaksanaan grafik yang dipergunakan untuk menelitisuatu kebijaksanaan realokasi tempat tidur atau keputusan memperpendek length of stay.

5. Memeriksa kesalahan laporan. Memberi gambaran keempat parameter LOS, TOI, BTO dan BOR pada satu grafik. Laporan dinyatakan benar apabila empat parameter yang dimaksud tepat diposisi grafik. (Soejadi, 1996).

(45)

Determinan Faktor yang mempengaruhi BOR di Rumah Sakit

Beberapa hal pokok yang paling mendasari suatu kendala dalam penggunaan tempat tidur di rumah sakit dalam menyediakan dan menangani pelayanan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat yaitu (Wijono, 2001) :

1. Sumber daya Manusia, dalam penelitian ini berhubungan dengan tenaga kesehatan terkait fungsi pelayanan.

2. Fasilitas yaitu sarana dan prasarana dari kebutuhan medis dasar, penunjang medis sampai kebutuhan medis khusus.

3. Promosi yaitu usaha yang dilakukan oleh manajemen rumah sakit untuk memasarkan rumah sakit tersebut.

4. Pendanaan Rumah Sakit yaitu sumber-sumber dana yang dimiliki RS untuk biaya perawatan pada masyarakat.

5. Sistem rujukan yaitu rujukan yang diterima dan yang dilakukan rumah sakit.

6. Cara pembayaran yaitu biaya tarif yang dibayar secara langsung atau tidak langsung.

7. Faktor sosio-kultural yaitu budaya yang mempengaruhi seseorang dalam mencari pengobatan.

8. Angka kesakitan yaitu misalkan terjadi wabah yang memungkinkan banyak pemakaian pada tempat tidur.

Menurut hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mardiyono, dkk (2011) Penilaiandari triwulan I sampai triwulan IV tahun 2011 menurut Grafik

(46)

Barber-Johnsonefisiensi pelayanan rawat inap di RSUD Sragen mengalami kecondongan untuk masuk didaerah efisiensi, untuk itu dapat terlihat ditriwulan I- III, keempat indikator keberadaannya diluar daerah efisiensi seelain itu pada triwulan IV dari keempat indikator keberadaannya masuk didaerah efisiensi.

Menurut hasil penelitian terdahulu lain yang dilakukan oleh Susilo (2012) Efisiensi Mendayagunakan Tempat Tidur dalam Metode Grafik Barber- Johnson di RS Lancang Kuning menyatakan bahwasanya mendayagunakan tempat tidur di rumah sakit masih belum efisien dikarenakan kurangnya evaluasi terhadap permohonan minta tempat tidur dan unit rekam medis dalam melakukan pekerjaan sensus harian pasien rawat inap sesuai ketentuan.

Penelitian yang telah dilakukan Khair (2016) yaitu terpengaruhnya faktor efisiensi pelayanan rawat inap RSUD dr. Rasidin Padang ialah rendahnya jumlah kunjungan rawat inap. Hal yang menyebabkan rendahnya jumlah kunjungan dikarenakan adanya faktor internal yang terdiri dari terbatasnya tenaga, sarana prasarana, terbatasnya pemeriksaan penunjang, dan promosi rumah sakit yang minim, serta faktor eksternal yang terdiri dari lokasi rumah sakit, pesaing hingga pengubahan kebijakan.

Bersumber penelitian yang dilaksanakan Mardian (2016), faktor yang mempengaruhi efisiensi pelayanan rawat inap di Rumah Sakit Daerah Balung yaitu minimnya sarana dan prasarana yang mendukung dan rendahnya kunjungan pasien rumah sakit dikarenakan minimnya promosi rumah sakit dan ada beberapa pasien yang masih meminta untuk memaksa kembali kerumah atau kembali kerumah dari permintaan sendiri.

(47)

Bersumber dari Penelitian lain yang dilaksanakan Lestari (2017) yaitu analisis penyebab masalah tidak efisiensinya penggunaan tempat tidur disebabkan Oleh kurangnya sarana dan prasarana yang dimiliki rumah sakit dalam pelayanannya.

Penelitian yang juga dilakukan oleh Nursamda (2017), Hal yang memengaruhi efisiensi layanan rawat inap RS Bhayangkara Padang yaitu kurang memadainya sarana dan prasarana terutama pemeriksaan penunjang medik, keterbatasan ruangan untuk penambahan tempat tidur, minimnya promosi khusus dari bagian rawat inap, serta banyaknya rumah sakit pesaing yang memiliki sarana dan prasarana penunjang.

Landasan Teori

Ketidakefisienan pada pelayanan rawat inap dapat terjadi karena faktor penyebab yang mempengaruhi efisiensi rumah sakit yaitu tenaga kesehatan, penggunaan fasilitas, promosi rumah sakit, pendanaan rumah sakit, sistem rujukan, cara pembayaran,sosio kultural, angka kesakitan (Notoadmojo, 2010).

Secara umum, maka hal yang mendasari efisiensi pelayanan rawat inap dirumah sakit yaitu mencapainya nilai penggunaan dan pemanfaatan tempat tidur yang sesuai standar ketentuan Barber-Johnson yang bertujuan meningkatkan mutu pelayanan dan kualitas yang diberikan terhadap suatu institusi rumah sakit kepada masyarakat. Akan tetapi, dalam perhitungan penilaian keempat parameter indikator di RSUD Tanjung Pura selama tiga tahun terakhir berdasarkan grafik Barber-Johnson belum mencapainya penggunaan ataupun pemanfaatan tempat tidur yang ideal sesuai standar yang ditetapkan. Hal ini mendorong dikarenakan

(48)

ada beberapa faktor determinan yang mempengaruhi dasar capaian efisiensi rawat inap dirumah sakit tersebut seperti (1) ketersediaan kuantitas sumber daya manusia yang cukup seperti tenaga dokter ataupun tenaga perawat yang terlibat dalam memberikan penanganan medis secara cepat dan tanggap serta diharuskan memiliki kemampuan terampil, empati, disiplin sesuai peraturan tata tertib prosedur rumah sakit dan dapat mampu menjalin komunikasi yang baik terhadap pasien. Hal ini dikarenakan akan sangat mempengaruhi terhadap upaya peningkatan segi kualitas pelayanan yang dilaksanakan di rumah sakit. (2) Tersedianya fasilitas sarana prasarana dalam memenuhi kebutuhan yang diperlukan dirumah sakit seperti kebutuhan medis dasar, penunjang medis ataupun sampai kebutuhan medis khusus. (3) Promosi yang mengupayakan institusi rumah sakit harus mampu memasarkan pelayanan kesehatannya dengan tujuan masyarakat mengetahui atau memperoleh informasi berupa keunggulan, jarak tempuh lokasi yang dapat dijangkau masyarakat serta ketersediaan pelayanan yang mampu disediakan rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan diagnosa penyakitnya. Adanya promosi dilakukan agar meningkatkan jumlah kunjungan pengobatan. (4) Pendanaan rumah sakit merupakan sumber-sumber dana yang dimiliki rumah sakit dan sangat diperlukan untuk menunjang dalam memasarkan serta memenuhi kebutuhan fasilitas dalam meningkatkan kualitas penanganan pelayanan dan pengembangan serta pemeliharaan dirumah sakit. (5) Sistem rujukan rumah sakit yang menerima program rujukan dari fasyankes pertama seperti puskesmas, balai pengobatan, dan klinik pengobatan jalur rujukakan selanjutnya adalah rumah sakit, dimana dilaksanakannya penyerahan tanggung

(49)

jawab pasien untuk dilakukannya penanganan lebih lanjut terhadap diagnosa penyakit yang diderita pasien. Hal ini dimana sangat mempengaruhi tingakat jumlah kunjungan dirumah sakit. (6) Cara pembayaran dirumah sakit yang memudahkan pasien dalam menjalani pengobatan selama dirawat dirumah sakit.

Cara pembayaran ini yaitu biaya tarif yang dibayar secara langsung ataupun tidak langsung, dimana pembayaran langsung dibayar oleh sipenderita dan apabila tidak langsung biasanya dibayar oleh orang ketiga melalui asuransi. Dengan cara pembayaran seperti ini akan sangat mempengaruhi tingkat penggunaan rumah sakit. (7) Faktor sosio−kultural yang mempengaruhi efisiensi pelayanan rumah sakit dimana budaya masyarakat yang mendorong reaksi seseorang dalam mendapatkan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan. Upaya yang harus dilakukan dalam meningkatkan jumlah kunjungan masyarakat yaitu menarik keyakinan, kepercayaan, serta memberikan dorongan himbauan bahwasanya pelayanan kesehatan yang berada dirumah sakit mampu memberikan penanganan dan pemulihan yang efektif. (8) Angka kesakitan suatu wilayah yang sangat mempengaruhi penggunaan tempat tidur. Apabila dimana gambaran penyakit yang menunjukkan prevalensi tinggi seperti penyakit menular akan sangat membutuhkakan tempat tidur dirumah sakit yang cukup banyak untuk memulihkan sipenderita, misalnya terjadi wabah yang memungkinkan banyaknya pemakaian dari jumlah tempat tidur. Adapun dapat ditarik kesimpulan dari dasar yang mempengaruhi efisiensi pelayanan rawat inap dirumah sakit yaitu dalam meningkatkan capaian efisiensi rawat inapnya agar keempat parameter indikator dapat masuk dan dikategorikan ideal sesuai standar tersebut dengan cara rumah

(50)

sakit mengupayakan untuk meningkatkan kualitas ataupun kuantitas penanganan pelayanan kesehatan, dengan demikian hal ini mampu mempunyai pengaruh dalam meningkatkan nilai terpenting untuk memajukan serta meningkatkan kualitas mutu pelayanan dan meningkatkan rasa kepuasan pasien hingga menarik kepercayaan masyarakat dalam menjadikan rumah sakit sebagai pelayanan pilihan pertama dalam memperoleh jangkauan pengobatan yang dibutuhkan (Wijono, 2001).

Kerangka Berpikir

Kerangka pikir ialah penjelasan sementara terkait objek permasalahan yang diteliti. Kerangka berlandaskan pada tinjauan pustaka serta menghasilkan penelitian yang relevan ataupun bersangkutan sehingga merupakan buatan peneliti sendiri dengan argument yang ditulis secara logis dan sistematis. Hal ini, merupakan sebuah argumentasi peneliti yang terumuskan, maka dapat disimpulkan bahwa kerangka pikir adalah alur atau proses yang akan dilakukan peneliti dalam pengumpulan data (Notoadmodjo, 2010). Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini adalah :

Gambar 3. Kerangka berpikir

Efisiensi Pelayanan Rawat Inap RSUD Tanjung Pura Berdasarkan Grafik Barber-Johnson

1. BOR (Bed Occupancy Rate) 2. LOS (Length of Stay) 3. TOI (Turn Over Interval) 4. BTO ( Bed Turn Over)

Faktor Penyebab Capaian Efisiensi Rawat Inap Di RSUD Tanjung

Pura Kabupaten Langkat Determinan Penelitian :

1. Tenaga Kesehatan 2. Fasilitas

3. Promosi 4. Pendanaan 5. Sistem Rujukan 6. Cara Pembayaran 7. Sosio-Kultural 8. Angka Kesakitan

(51)

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu dengan mendeskripsikan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya untuk mengetahui gambaran penilaian efisiensi pelayanan rawat inap berdasarkan grafik Barber-Johnson di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2018.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2019.

Waktu penelitian. Waktu penelitian dilaksanakan pada Mei sampai selesai.

Informan Penelitian

Informan adalah orang yang memberikan informasi yang diperlukan.

Informan penelitian adalah pihak-pihak yang memiliki wewenang atau pengetahuan mengenai gambaran penilaian efisiensi penggunaan tempat tidur di RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Adapun informan dalam penelitian ini yaitu:

1. Kepala seksi penelitian dan pengembangan 2. Direktur Pelayanan Medik

3. Kepala Rekam Medik 4. Staf rekam medik 5. Setiap Kepala Ruangan

(52)

6. Pasien Rawat Inap

Adapun kriteria informan yaitu :

a. Terlibat dalam pelayanan rawat inap

b. Memiliki banyak pengetahuan terkait pelayanan rawat inap c. Mampu berkomunikasi dengan baik

d. Berada dilokasi penelitian selama penelitian berlangsung Definisi Konsep

1. Efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan sebuah kegiatan yang dinilai berdasarkan besarnya biaya/sumber daya yang digunakan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

2. Grafik Barber-Johnson adalah grafik yang menggambarkan nilai indikator pelayanan Rumah sakit berdasarkan daerah efisiensi.

Metode Pengumpulan Data

Metode dilakukan yang pertama secara observasi yaitu pengamatan langsung terhadap sumber data primer dan sekunder. Metode dalam pengumpulan data ini yang digunakan sebagai sumber data primer yaitu dengan melakukan wawancara informan dan yang digunakan sebagai sumber data sekunder yaitu data keluar pasien rawat inap, data indikator statistik (BOR, TOI, LOS dan BTO).

Metode yang kedua adalah dengan penyimpangan struktur input dan struktur proses dalam pencapaian penilaian wawancara mendalam (indepth interview) dilakukan untuk mengetahui efisiensi pemanfaatan tempat tidur.

Metode Analisis Data

Data primer dan sekunder yang diperoleh akan dikelompokkan dalam

(53)

tabel, sehingga data-data tersebut mudah dievaluasi lebih lanjut. Adapun analisis yang dilakukan yaitu dengan analisis kegiatan penggunaan sarana pelayanan rawat inap dengan menggunakan indikator penilaian pelayanan berupa pemanfaatan tempattidur (BOR), rata-rata hari perawatan perpasien (LOS), frekuensi pemakaian tempat tidur (BTO) dan rata-rata hari tempat tidur tidak dipakai (TOI) pada ruangan rawat inap RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2018.

Analisis dilakukan secara deskriftif dengan menggunakan Grafik Barber- Johnson yang terdiridari 4 (empat) parameter yaitu BOR, LOS, TOI dan BTO.

Dari grafik tersebut dapat diketahui mengenai efisiensi penggunaan tempat tidur di ruang rawat inap RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Data yang diperoleh dari wawancara mendalam dilakukan dengan cara manual. Teknik analisa data yang digunakan antara lain :

1. Reduksi Data

Reduksi data yaitu proses pemilihan dan pemusatan perhatian pada penyderhanaan, pengabstraksian dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan dapat ditarik dan di verifikasi.

2. Triangulasi

Triangulasidata adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian. Keabsahan yang dimaksud hanya menggunakan satu

Gambar

Gambar 1. Grafik Barber – Johnson RSUD Tanjung Pura Tahun 2016-2018.
Gambar  Sumbu  X  dan  Sumbu  Y  Gambar  sumbu  horizontal  X  –  absis  dansumbu vertikal Y – ordinat
Gambar 4. Alur Pelayanan Rawat Inap di RSUD Tanjung Pura
Gambar 5. Grafik Barber-Johnson RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini berjudul Gambaran Efisiensi Pelayanan Rawat Inap Berdasarkan Teori Barber-Johnson di Ruang Anggrek Rumah Sakit Bakti Timah Pangkal Pinang Triwulan

Perangkingan faktor yang berpengaruh terhadap tingkat efisiensi relatif Instalasi Rawat Inap (IRNA) RSUD Caruban didasarkan pada Jumlah Pelayanan Sosial, Jumlah

Hasil penelitian diketahui bahwa Penilaian efisiensi penggunaan tempat tidur untuk rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar, RSUD Kota Makassar dan RSUD Haji Makassar

Rendahnya angka kunjungan pasien umum pada rawat jalan tahun 2005-Oktober 2008 di Rumah Sakit Bhayangkara H3. Pengaduan konumen akan pelayanan

Mutu pelayanan petugas farmasi dan ketersediaan obat menentukan kepuasan pasien rawatjalan di bagian Instalasi Farmasi Rumah Sakit(IFRS).Fenomena yang ditemukan di RSUD Tanjung

Informasi yang diterima dari bagian farmasi RSUD Tanjung Pura bahwa pada tahun 2012 jumlah lembar resep dari pasien rawat jalan yang masuk ke Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Distribusi proporsi penderita PJK yang dirawat inap di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini1. Distribusi

Pirngadi Medan agar memperhatikan kembali rumus yang digunakan dalam menghitung nilai BOR, AvLOS, TOI dan BTO serta membuat grafik Barber Johnson secara rutin setiap tahun