1
KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER YANG DIRAWAT INAP DI RSUD TANJUNG PURA
TAHUN 2011-2012
Christna Uly S1, Jemadi2, Rasmaliah2
1
Mahasiswa Departemen Epidemiologi FKM USU
2
Dosen Departemen Epidemiologi FKM USU Jl. Universitas No.21 Kampus USU Medan, 20155
Abstract
Coronary Heart Disease (CHD) is one of the most important heart disease because CHD is the main cause of mortality in some countries include Indonesia. In 2008, WHO informed cardiovascular disease PMR is 30% and died of CHD is 7,3 millions people. In 2007, Riskesdas collected CHD data based on diagnosis by healthcare professsional is 12,5%. In Semarang in 2004 CHD proportion is 26,00%.
To know the CHD patients characteristics which are treated in RSUD Tanjung Pura in 2011-2012, descriptive research has been done with case series design. Population is 109 people and sample is same with population (Total Sampling). Data has been analyzed with Chi-Square, Mann-whitney, and Kruskal wallis test.
The results shown that the highest CHD proportion based on sociodemographic, for female and male gender in the age group > 60 years 22%, Javanese 74,3%, moslem 94,5%, housewifes 49,5%, married 88,1%, out of Tanjung Pura 61,5%, chest pain 77,1%, hypertension 89%, blood sugar level 65,1%, high total cholesterol 72,5%, Jamkesmas 64,2%, home medical treatment way 50,5%, CFR 7,3%.
There is significant different age proportions based on blood pressure (p= 0,002), blood sugar level (p= 0,015). There is no significant different age proportions based on total cholesterol (p= 0,068), the average treatment time based on age (p= 0,199), the average treatment time based on cost source (p= 0,303). There is significant different average treatment time based on blood pressure (p= 0,093). There is no significant difference average treatment time based on blood sugar level(p= 0,608). total cholesterol (p= 0,468). There is significant differerent average treatment time based on condition when out (p= 0,029).
RSUD Tanjung Pura is expected to give information about risk factor of CHD and recommend medical check up regularly. The hospital is recommended to refer the patients as soon as possible if can not be handled. For Hypertention, DM, and Cholesterol patients are recommended to consume drug regularly, and medical check up to control their blood pressure, blood sugar level, and total cholesterol.
1
Pendahuluan
Indonesia sedang mengalami beban ganda dalam menghadapi masalah penyakit, yang mana penyakit menular dan penyakit tidak menular keduanya menjadi masalah kesehatan. Bahkan terjadi perubahan pola dari penyakit menular ke penyakit tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1
Penyakit tidak menular merupakan
penyakit kronik yang membutuhkan
perawatan, pengobatan yang mahal sehingga
dapat menjadi beban pemerintah dan
masyarakat. Kasus penyakit tidak menular yang paling banyak adalah hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke, dan diabetes mellitus.2
Menurut data World Health
Organization (WHO), penyakit
kardiovaskular merupakan penyebab
kematian terbesar di dunia, diperkirakan 17,1 juta orang meninggal dunia karena penyakit kardiovaskuler, khususnya serangan jantung dan stroke setiap tahunnya.3 Di negara maju kejadian penyakit jantung koroner mengalami penurunan, tetapi terjadi peningkatan pada
negara berkembang dikarenakan
meningkatnya usia harapan hidup, urbanisasi, dan perubahan gaya hidup. Sekitar 60% masalah global mengenai penyakit jantung koroner (PJK) terjadi di negara berkembang. 4
Berdasarkan Disability-Adjusted Life Years (DALYs), penyakit kardiovaskuler bertanggung jawab terhadap 10 % kehilangan tahun produktif di negara miskin dan berkembang, dan 18% di negara maju. Masalah PJK akan meningkat dari 47 juta pada tahun 1990 menjadi 82 juta pada tahun 2020.4
PJK adalah salah satu penyakit jantung yang sangat penting karena penyakit ini diderita oleh jutaan orang dan merupakan penyebab kematian utama dibeberapa negara termasuk Indonesia.5 Pada tahun 2008, WHO memperkirakan 17,3 juta orang meninggal karena penyakit kardiovaskular dengan PMR
30%. Dari kematian karena penyakit
kardiovaskular tersebut, kematian karena PJK sebesar 7,3 juta orang.6
Pada tahun 2009 di Amerika Serikat , PJK merupakan peringkat pertama dari sepuluh penyebab kematian terbesar dengan
PMR 24,57%. 7 Pada tahun 2010 di Inggris, penyakit kardiovaskular adalah penyebab kematian yang utama, yaitu lebih dari 147.000 kematian dan PJK penyebab terbesar dibandingkan penyakit kardiovaskular lain yaitu sebesar 65.000 kematian.8
Pada tahun 2007, Riskesdas mendata penyakit jantung berdasarkan adanya riwayat didiagnosis oleh tenaga kesehatan dan adanya gejala yang mengarah ke penyakit jantung kongenital, angina, aritmia, dan dekompensasi kordis. Diperoleh hasil prevalensi penyakit jantung di Indonesia berdasarkan wawancara
sebesar 7,2%, berdasarkan riwayat
didiagnosis tenaga kesehatan hanya
ditemukan sebesar 0,9%. Cakupan kasus jantung yang sudah didiagnosis oleh tenaga
kesehatan sebesar 12,5% dari semua
responden yang mempunyai gejala subyektif menyerupai gejala penyakit jantung.9
Dari hasil laporan rumah sakit di Indonesia tahun 2007 mengenai penderita PJK, jumlah pasien rawat jalan sebanyak 31.853 pasien dan pasien rawat inap sebanyak 78.330 pasien. Sedangkan, case fatality rate
(CFR) tertinggi terjadi pada infark miokard akut 13,49%, gagal jantung 13,42%, dan penyakit jantung lainnya 13,37%.9
Hasil Riskesdas 2007 di Sumatera Utara, dari 10 jenis penyakit tidak menular diketahui bahwa penyakit jantung menempati
urutan kedua dengan prevalensi 7%.
Prevalensi penyakit jantung tertinggi di Kabupaten Mandailing Natal yaitu 12,1% dan terendah di Kabupaten Tapanuli Selatan yaitu 0,9%.10
Menurut data laporan tahunan R.S Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, terjadi peningkatan jumlah kasus koroner dari 660 kasus pada tahun 2008 menjadi 750 kasus pada tahun 2009. 11
Hasil survei pendahuluan di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura diperoleh jumlah penderita penyakit jantung koroner (PJK) rawat inap tahun 2011-2012 sebanyak 109 orang. Berdasarkan uraian di atas maka
perlu dilakukan penelitian tentang
2
Perumusan Masalah
Belum diketahui karakteristik
penderita PJK yang dirawat inap di RSUD Tanjung Pura tahun 2011-2012.
Tujuan Penelitian
Mengetahui karakteristik penderita PJK yang dirawat inap di RSUD Tanjung Pura tahun 2011 - 2012.
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
a. Mengetahui distribusi proporsi penderita PJK berdasarkan sosiodemografi, yaitu umur dan jenis kelamin, suku, agama, pekerjaan, status perkawinan, dan tempat tinggal.
b. Mengetahui distribusi proporsi keluhan utama penderita PJK yang Dirawat Inap. c. Mengetahui distribusi proporsi penderita
PJK berdasarkan tekanan darah.
d. Mengetahui distribusi proporsi penderita PJK berdasarkan kadar gula darah.
e. Mengetahui distribusi proporsi penderita PJK berdasarkan kadar kolesterol total.
f. Mengetahui lama rawatan rata-rata
penderita PJK.
g. Mengetahui distribusi proporsi penderita PJK berdasarkan sumber biaya
h. Mengetahui distribusi proporsi penderita PJK berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
i. Mengetahui distribusi proporsi umur
penderita PJK berdasarkan keadaan
pemeriksaan saat masuk.
j. Mengetahui lama rawatan rata-rata
penderita PJK berdasarkan umur.
k. Mengetahui lama rawatan rata-rata
penderita PJK berdasarkan sumber biaya.
l. Mengetahui lama rawatan rata-rata
penderita PJK berdasarkan keadaan
pemeriksaan saat masuk.
m. Mengetahui lama rawatan rata-rata
penderita PJK berdasarkan keadaan
sewaktu pulang.
n. Mengetahui distribusi proporsi sumber pembiayaan penderita PJK berdasarkan keadaan sewaktu pulang
Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan menggunakan desain case series. Penelitian ini berlokasi di RSUD Tanjung Pura. Waktu penelitian dilakukan sejak bulan
Agustus 2012 sampai dengan Oktober 2013. Populasi penelitian adalah semua data penderita PJK yang dirawat inap di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012 sebanyak 109 orang. Besar sampel sama dengan besar populasi (total sampling).
Data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data univariat dianalisis secara deskriptif sedangkan data bivariat dengan uji
Chi-Square, uji Mann-Whitney, dan uji
Kruskal-Wallis.
Hasil dan Pembahasan
Distribusi proporsi penderita PJK yang dirawat inap di RSUD Tanjung Pura
Tahun 2011-2012 berdasarkan data
sosiodemografi meliputi umur dan jenis kelamin, suku, agama, pekerjaan, status perkawinan dan tempat tinggal dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Distribusi Proporsi Penderita PJK Yang
Dirawat Inap Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012 kelamin laki-laki, proporsi terbesar pada kelompok umur >60 tahun sebesar 22% (24 orang). dan proporsi terkecil pada kelompok umur 41-50 tahun sebesar 3,7% (4 orang), serta pada kelompok umur < 40 tahun sebesar 3,7% (4 orang).
Dari 60 penderita PJK dengan jenis kelamin perempuan, proporsi terbesar pada kelompok umur >60 tahun sebesar 22% (24 orang). dan proporsi terkecil pada kelompok umur < 40 tahun sebesar 6,4% (7 orang).
Umur adalah faktor risiko terpenting, semakin bertambahnya umur risiko terkena jantung koroner makin tinggi dan pada umumnya dimulai pada umur 40 tahun ke atas.12
3 penelitian ini penderita PJK lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki sebab pada kelompok umur >40 tahun perempuan akan
memasuki masa menopause sehingga
kejadian PJK lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Pada perempuan yang sudah memasuki masa menopause, risiko terjadinya PJK meningkat karena terjadinya penurunan hormon estrogen sebagai faktor protektif yang berperan melindungi perempuan terhadap terjadinya PJK.13
Tabel 2. Distribusi Proporsi Penderita PJK Yang
Dirawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012
No. Sosiodemografi berdasarkan data sosiodemografi adalah sebagai berikut, berdasarkan suku proporsi tertinggi adalah suku Jawa 74,3% (81 orang), dan proporsi terkecil adalah suku Minang dan Cina yang masing-masing 0,9% (1 orang).
Hal ini bukan berarti suku Jawa lebih berisiko menderita PJK, namun karena mayoritas penderita PJK yang berobat ke RSUD Tanjung Pura adalah suku Jawa. Hal ini didukung oleh data jumlah penduduk
Kabupaten Langkat mayoritas bersuku bangsa Jawa (56,87%).14
Berdasarkan agama proporsi yang tertinggi adalah agama Islam 94,5% (103 orang), dan proporsi terendah adalah agama Budha 0,9% (1 orang).
Hal ini bukan berarti agama Islam lebih berisiko menderita PJK, namun karena mayoritas penderita PJK yang berobat ke RSUD Tanjung Pura adalah beragama Islam. Hal ini didukung oleh data jumlah penduduk Kabupaten Langkat mayoritas beragama Islam (90%).14
Berdasarkan Pekerjaan, proporsi
tertinggi adalah Ibu Rumah Tangga (IRT) 49,5% (54 orang), dan proporsi terkecil adalah lain-lain 1,8% (2 orang).
Hal ini bukan berarti pekerjaan ibu rumah tangga lebih berisiko menderita PJK, namun karena mayoritas penderita PJK yang berobat ke RSUD Tanjung Pura adalah mempunyai pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dan jumlah penderita PJK yang datang berobat ke RSUD Tanjung Pura 2011-2012 lebih banyak berjenis kelamin perempuan (55%).
Berdasarkan status perkawinan,
proporsi yang tertinggi adalah kawin 88,1% (96 orang), dan proporsi terkecil belum kawin 1,8% (2 orang).
Hal ini bukan berarti status kawin lebih berisiko menderita PJK, namun karena mayoritas penderita PJK yang berobat ke RSUD Tanjung Pura adalah berstatus kawin. Hal ini bisa dikaitkan dengan kelompok umur, pada golongan kelompok umur <40 dan >40 pada umumnya sudah berstatus kawin.
Berdasarkan tempat tinggal,
proporsi terbesar adalah berasal dari luar Tanjung Pura 61,5%, sedangkan proporsi terkecil berasal dari dalam Tanjung Pura 38,5% (42 orang).
Hal ini karena RSUD Tanjung Pura merupakan rumah sakit rujukan di kabupaten Langkat dan pasien yang datang berobat
kebanyakan merupakan rujukan dari
puskesmas yang ada di dalam maupun di luar Tanjung Pura.
4 Akan tetapi ada satu pasien yang berasal dari luar kabupaten langkat yaitu berasal dari Rantau Parapat.
Distribusi proporsi keluhan utama penderita PJK yang dirawat inap di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012 dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Distribusi Proporsi Keluhan Utama Penderita
PJK yang Dirawat Inap di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012
No Keluhan f %
1. Nyeri dada 84 77,1 2. Jantung berdebar 51 46,8 3. Sesak nafas 45 41,3 4. Keringat dingin 19 17,4 5. Lemas 63 57,8 Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa penderita PJK dengan proporsi tertinggi berdasarkan keluhan utama adalah nyeri dada 77,1% (84 orang), dan proporsi terkecil keringat dingin 17,4% (19 orang).
Nyeri dada merupakan gejala yang khas pada penderita PJK karena terjadinya kekurangan oksigen pada otot jantung yang disebabkan oleh peningkatan kebutuhan aliran darah koronaria sedangkan suplai oksigen mengalami penurunan.15 Selain itu dinding
pembuluh darah arteri koroner akan
mengalami pengerutan serabut otot polos dan mengakibatkan penyempitan pada saluran
pembuluh darah sehingga penderita
merasakan nyeri dada.16
Distribusi proporsi penderita PJK yang dirawat inap di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012 berdasarkan tekanan darah dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Distribusi Proporsi Penderita PJK yang
Dirawat Inap Berdasarkan Tekanan Darah di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012
No. Tekanan Darah f %
1. Normal 12 11 2. Hipertensi 97 89
Jumlah 109 100
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat proporsi tertinggi penderita PJK berdasarkan tekanan darah, yaitu pada penderita dengan hipertensi 89% (97 orang), dan proporsi terendah adalah penderita dengan tekanan darah normal 11% (12 orang).
Hipertensi berperan penting terhadap hipertrofi ventrikel kiri, iskemik miokard, dan
infark yang semua proses tersebut
mempercepat disfungsi sistolik dan diastolik
dan pada akhirnya berkembang menjadi PJK.17
Akan tetapi, bukan berarti semua penderita PJK dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) memiliki risiko tinggi terjadinya PJK namun dalam keadaan normal penderita juga menderita PJK sebab ada faktor risiko lain yang memicu terjadinya PJK seperti kadar gula darah, dan kadar kolesterol.
Distribusi proporsi penderita PJK yang dirawat inap di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012 berdasarkan kadar gula darah dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Distribusi Proporsi Penderita PJK yang
Dirawat Inap Berdasarkan Kadar Gula Darah di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012
No Kadar Gula Darah f %
1. Normal 38 34,9 2. Tinggi 71 65,1
Jumlah 109 100
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat proporsi tertinggi penderita PJK berdasarkan kadar gula darah, yaitu pada penderita dengan kadar gula darah tinggi 65,1% (71 orang), dan yang terendah adalah penderita dengan kadar gula darah normal 34,9% (38 orang).
Hal ini bukan berarti semua
penderita PJK memiliki Kadar gula darah puasa tinggi, namun dalam keadaan normal penderita juga dapat terkena PJK karena ada faktor risiko lain yang mempengaruhinya seperti hipertensi dan kadar kolesterol total.
Kadar gula darah yang tinggi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan dislipidemia (peningkatan konsentrasi lemak darah) dan kerusakan pembuluh darah
sehingga dapat meningkatkan risiko
terjadinya PJK.16 Penderita Diabetes Mellitus
(DM) cenderung untuk mengalami
atherosklerosis pada usia yang lebih dini dan penyakit yang ditimbulkan lebih cepat dan lebih berat pada penderita DM daripada non DM.18
Distribusi proporsi penderita PJK yang dirawat inap di RSUD Tanjung Pura
Tahun 2011-2012 berdasarkan kadar
5
Tabel 6. Distribusi Proporsi Penderita PJK yang
Dirawat Inap Berdasarkan Tekanan Darah di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012
No. Kadar Kolesterol Total f %
1. Normal 30 27,5 2. Tinggi 79 72,5
Jumlah 109 100
Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat proporsi tertinggi penderita PJK berdasarkan kadar kolesterol total, yaitu pada penderita dengan kadar kolesterol total tinggi 72,5% (79 orang), dan yang terendah adalah penderita dengan kadar kolesterol normal 27,5% (30 orang).
Kolesterol dalam darah digolongkan menjadi LDL, HDL, dan VLDL. Kadar kolesterol LDL yang tinggi akan memicu
penimbunan kolesterol di sel, yang
menyebabkan munculnya atherosclerosis
(pengerasan dinding pembuluh darah arteri) dan penimbunan plak di dinding pembuluh
darah. Hal ini dihubungkan dengan
peningkatan risiko penyakit akibat gangguan pembuluh darah seperti penyakit jantung koroner.19
Penderita PJK berdasarkan lama rawatan rata-rata yang dirawat inap di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012 dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Penderita PJK yang Dirawat Inap Berdasarkan Lama Rawatan Rata-rata di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012
Lama Rawatan Rata-rata (hari)
Mean : 3,79 Standard deviation : 3,16 95% CI : 3,19-4,39
Min : 1
Max : 22
Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita PJK yang dirawat inap di RSUD Tanjung Pura
Distribusi proporsi penderita PJK yang dirawat inap di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012 berdasarkan sumber biaya dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini.
Tabel 8. Distribusi Proporsi Penderita PJK yang
Dirawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012
No Sumber Biaya f %
1. Biaya Sendiri 17 15,6 2. ASKES 22 20,2 3. Jamkesmas 70 64,2
Jumlah 109 100
Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa proporsi sumber biaya tertinggi adalah dengan Jamkesmas 64,2% (70 orang), dan proporsi terendah dengan Biaya sendiri 15,6% (17 orang).
Hal ini karena RSUD Tanjung Pura
merupakan rumah sakit rujukan dari
puskesmas di kabupaten Langkat yang menggunakan jaminan kesehatan berupa ASKES dan Jamkesmas. Hal ini didukung oleh data penerima jaminan kesehatan di kabupaten Langkat tahun 2011 yaitu dari 352.091 orang yang menerima jaminan kesehatan ada sebanyak 304.767 (86,6%) merupakan peserta Jamkesmas.42
Distribusi proporsi penderita PJK yang dirawat inap di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini.
Tabel 9. Distribusi Proporsi Penderita PJK yang
Dirawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulangdi RSUD Tanjung Pura Tahun
2011-Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita PJK berdasarkan keadaan sewaktu pulang adalah Pulang Berobat Jalan (PBJ) 50,5%, dan proporsi yang terendah adalah meninggal 7,3% (8 orang).
Penderita pulang berobat jalan paling tinggi hal ini menunjukkan bahwa perlu dilakukan kontrol terhadap penderita PJK dari waktu ke waktu setelah pulang dari rumah sakit sehingga diteruskan dengan pulang berobat jalan dengan tujuan untuk mengetahui keadaan medis dari penderita PJK tersebut agar kondisi penderita PJK tetap dapat dikontrol dengan jelas.
Penderita yang pulang atas
6 pasien ingin mencari pengobatan yang lebih baik di rumah sakit lainnya atau keinginan pasien untuk dirawat dirumah. Pada pasien yang pulang dirujuk, rumah sakit rujukannya adalah RSUP Adam Malik dan RSU Dr. Pirngadi.
Pada penderita dengan keadaan
sewaktu pulang meninggal disebabkan
penderita sudah tidak dapat ditolong lagi
karena penderita sudah mengalami
komplikasi gagal jantung, pihak rumah sakit sudah menganjurkan untuk merujuk pasien ke rumah sakit yang lebih lengkap fasilitasnya akan tetapi dari catatan rekam medik pihak keluarga tidak bersedia untuk merujuk keluarganya.
Distribusi Proporsi umur penderita PJK berdasarkan tekanan darah di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 10. Distribusi Proporsi Umur Penderita PJK Berdasarkan Tekanan Darah yang Dirawat Inap di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat bahwa dari 12 penderita PJK dengan tekanan darah normal, terdapat 41,7% (5 orang) pada orang) pada kelompok umur >40 tahun.
Hasil analisis statistik dengan
menggunakan uji Exact Fisher diperoleh
p(0,002) < 0,05 berarti ada perbedaan
proporsi yang bermakna antara umur
penderita PJK berdasarkan tekanan darah. Tekanan darah meningkat sesuai usia
karena arteri secara perlahan-lahan
kehilangan keelastisannya. Usia membawa perubahan pada tubuh manusia termasuk
sistem kardiovaskuler. Tekanan Darah
Sistolik cenderung meningkat secara progresif dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa untuk mencapai nilai rata-rata 140 mmHg pada usia 70 hingga 80 tahun. 16
Distribusi Proporsi umur penderita PJK berdasarkan kadar gula darah di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 11. Distribusi Proporsi Umur Penderita PJK Berdasarkan Kadar Gula Darah yang Berdasarkan tabel 11 dapat dilihat bahwa dari 38 penderita PJK dengan Kadar Gula Darah Normal, terdapat 21,1% (8 orang) pada kelompok umur < 40 tahun dan 78,9% (30 orang) pada kelompok umur >40 tahun. Dari 71 penderita PJK dengan Kadar Gula Darah Tinggi, terdapat 4,2% (3 orang) pada kelompok umur < 40 tahun dan 95,8% (68 orang) pada kelompok umur >40 tahun.
Hasil analisis statistik dengan
menggunakan uji Exact Fisher diperoleh
p(0,015) < 0,05 berarti ada perbedaan
proporsi yang bermakna antara umur
penderita PJK berdasarkan jenis kadar gula darah.
Umur sangat erat kaitannya dengan terjadinya kenaikan kadar gula darah, sehingga semakin meningkat usia maka prevalensi diabetes dan gangguan toleransi glukosa semakin tinggi. DM tipe II terjadi setelah usia 30 tahun dan semakin meningkat setelah usia 40 tahun, dan terus meningkat pada usia lanjut. Seseorang yang berusia >40 tahun memiliki peningkatan risiko terhadap terjadinya DM dan intoleransi glukosa oleh karena faktor degeneratif yaitu menurunnya fungsi tubuh untuk memetabolisme glukosa.19
Distribusi Proporsi umur penderita PJK berdasarkan kadar kolesterol darah di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
7
Hasil analisis statistik dengan
menggunakan uji Exact Fisher diperoleh
p(0,068) < 0,05 berarti tidak ada perbedaan
proporsi yang bermakna antara umur
penderita PJK berdasarkan kadar kolesterol total.
Bertambahnya usia akan
meningkatkan kadar kolesterol total,
kolesterol dapat menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah arteri, sehingga pembuluh darah tersebut menyempit dan proses ini disebut aterosklerosis. Penyempitan pembuluh darah ini akan menyebabkan aliran darah menjadi lambat bahkan dapat tersumbat sehingga aliran darah pada pembuluh darah koroner yang fungsinya memberi O2 ke jantung menjadi berkurang. Kurangnya O2 akan menyebabkan otot jantung menjadi lemah, sakit dada, serangan jantung bahkan RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012
No Umur Lama Rawatan Rata-rata
f Means SD
1. <40 11 2,91 2,256 4. >40 98 3,89 3,239
Berdasarkan tabel 13 dapat dilihat bahwa dari 109 penderita PJK terdapat 11 rawatan rata-rata 3,89 hari (4 hari).
Berdasarkan hasil uji normalitas
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
diperoleh p<0,005 artinya data lama rawatan rata-rata tidak berdistribusi normal sehingga
tidak dapat dilakukan dengan uji t-test
kemudian dilanjutkan dengan uji
Mann-Whitney. Berdasarkan uji Mann-Whitney
diperoleh nilai p>0,05. Hal ini berarti secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata penderita PJK berdasarkan umur.
Usia adalah faktor risiko terpenting, semakin bertambah usia risiko terkena jantung koroner makin tinggi dan pada umumnya dimulai pada usia 40 tahun ke atas.12 Tekanan darah meningkat sesuai usia
karena arteri secara perlahan-lahan
kehilangan keelastisannya. Oleh karena itu pada usia > 40 tahun lama rawatan rata-rata penderita PJK lebih lama dibandingkan pada usia < 40 tahun dikarenakan pada usia > 40 tahun seseorang mulai mengalami hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit degeneratif lainnya.
Lama rawatan rata-rata penderita PJK berdasarkan Sumber Pembiayaan di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 14. Lama Rawatan Rata-rata Penderita PJK
Berdasarkan Sumber Pembiayaan yang
Dirawat Inap di RSUD Tanjung Pura Tahun
Berdasarkan tabel 14 dapat dilihat bahwa dari 109 penderita PJK terdapat 17 penderita yang menggunakan biaya sendiri selama menjalani rawat inap di rumah sakit dengan lama rawatan rata-rata 2,94 hari (3 hari), 22 penderita yang menggunakan Asuransi Kesehatan (ASKES) menjalani rawat inap di rumah sakit dengan lama rawatan rata-rata 3,36 hari (3 hari), dan 70 penderita yang menggunakan JAMKESMAS menjalani rawat inap di rumah sakit dengan lama rawatan rata-rata 4,13 hari (4 hari).
Berdasarkan uji Kruskal-Wallis
diperoleh nilai p (0.303) > 0,05 berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya.
8 dengan sumber pembiayaan biaya sendiri.
Hal ini kemungkinan karena pasien
Jamkesmas dan ASKES semua pembiayaan rawat inap dibiayai oleh pemerintah sehingga tidak perlu mengkhawatirkan banyaknya biaya seperti pada pasien dengan biaya sendiri.
Lama rawatan rata-rata penderita PJK berdasarkan tekanan darah di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 15. Lama Rawatan Rata-rata Penderita PJK Berdasarkan Tekanan Darah yang Dirawat Inap di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-Berdasarkan tabel 15 dapat dilihat bahwa dari 109 penderita PJK terdapat 12 penderita yang memiliki tekanan darah normal menjalani rawat inap di rumah sakit dengan lama rawatan rata-rata 2,50 hari (3 hari), dan 97 penderita yang memiliki tekanan darah hipertensi menjalani rawat inap di rawatan rata-rata penderita PJK berdasarkan tekanan darah.
Walaupun tidak ada perbedaan yang bermakna, lama rawatan rata-rata penderita PJK dengan keadaan hipertensi lebih lama dibandingkan pasien dengan keadaan tekanan
darah normal kemungkinan disebabkan
penderita dengan hipertensi perlu dikontrol tekanan darahnya oleh petugas kesehatan dan mendapatkan pengobatan sampai benar-benar diperbolehkan pulang oleh dokter.
Lama rawatan rata-rata penderita PJK berdasarkan Kadar Gula Darah di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 16. Lama Rawatan Rata-rata Penderita PJK Berdasarkan tabel 16 dapat dilihat bahwa dari 109 penderita PJK terdapat 38 sakit dengan lama rawatan rata-rata 3,87 hari (4 hari).
Berdasarkan uji Mann-Whitney
diperoleh nilai p (0,608) > 0,05 berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata penderita PJK berdasarkan kadar gula darah.
Walaupun tidak ada perbedaan yang bermakna, lama rawatan rata-rata penderita PJK dengan keadaan kadar gula darah tinggi lebih lama dibandingkan pasien dengan kadar gula darah normal kemungkinan disebabkan penderita dengan kadar gula darah tinggi perlu dikontrol kadar gulanya oleh petugas kesehatan dan mendapatkan pengobatan sampai benar-benar diperbolehkan pulang oleh dokter.
Lama rawatan rata-rata penderita PJK berdasarkan kadar kolesterol total di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
9
Berdasarkan uji Mann-Whitney
diperoleh nilai p (0,468) > 0,05 berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata penderita PJK berdasarkan kadar kolesterol total.
Walaupun tidak ada perbedaan yang bermakna, lama rawatan rata-rata penderita PJK dengan keadaan kadar kolesterol tinggi lebih tinggi dibandingkan pasien dengan
kadar kolesterol normal kemungkinan
disebabkan penderita dengan kadar kolesterol total tinggi perlu dikontrol kolesterolnya oleh
petugas kesehatan dan mendapatkan
pengobatan sampai benar-benar
diperbolehkan pulang oleh dokter.
Lama rawatan rata-rata penderita PJK berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 18. Lama Rawatan Rata-rata Penderita PJK Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di RSUD Tanjung Pura Tahun
Berdasarkan tabel 18 dapat dilihat bahwa dari 109 penderita PJK terdapat 55 penderita yang menjalani rawat inap di rumah sakit Pulang Berobat Jalan (PBJ) dengan lama rawatan rata-rata 4,02 hari (5 hari), 30 penderita yang menjalani rawat inap di rumah sakit Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) dengan lama rawatan rata-rata 3,80 hari (4 hari), 8 penderita yang menjalani rawat inap di rumah sakit pulang meninggal dengan lama rawatan rata-rata 5 hari, 16 penderita yang menjalani rawat inap di rumah sakit dirujuk ke rumah sakit lain dengan lama rawatan rata-rata 2,38 hari (3 hari).
Berdasarkan uji Kruskal-Wallis
diperoleh nilai p (0,029) < 0,05. Hal ini berarti ada perbedaan yang bermakna antara
lama rawatan rata-rata penderita PJK
berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
Dapat dilihat dari gambar bahwa lama rawatan rata-rata pada keadaan sewaktu pulang meninggal lebih lama yakni 5 hari disebabkan penderita seharusnya dirujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap untuk
mendapatkan pengobatan selanjutnya namun dari catatan rekam medik pasien dan keluarga tidak mau untuk dirujuk sehingga pasien hanya mendapatkan pertolongan seadanya dan akhirnya tidak dapat ditolong lagi.
Lama rawatan rata-rata penderita PJK berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 19. Proporsi Sumber Pembiayaan Penderita PJK Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di RSUD Tanjung Pura Tahun
Sumber Pembiayaan Jumlah Biaya Berdasarkan tabel 19 dapat dilihat bahwa dari 55 penderita PJK dengan Keadaan sewaktu pulang PBJ, terdapat 16,4% (9 orang) yang sumber biayanya biaya sendiri, kemudian 20% (11 orang) yang sumber biayanya berasal dari ASKES, dan 63,6% (35 orang ) yang sumber biayanya Jamkesmas.
Berdasarkan Keadaan sewaktu
pulang PAPS dari 30 penderita PJK, terdapat 20% (6 orang) yang sumber biayanya biaya sendiri, kemudian 20% (6 orang) yang sumber biayanya berasal dari ASKES, dan 60% (18 orang ) yang sumber biayanya Jamkesmas.
Berdasarkan keadaan sewaktu pulang meninggal dari 8 penderita PJK, terdapat 87,5% (7 orang) yang sumber biayanya Jamkesmas, dan dengan biaya sendiri 12,5% (1 orang).
Berdasarkan Keadaan sewaktu
pulang dirujuk dari 16 penderita PJK, terdapat 6,25% (1 orang) yang sumber biayanya biaya sendiri, kemudian 31,25% (5 orang) yang sumber biayanya berasal dari ASKES, dan 62,5% (10 orang ) yang sumber biayanya Jamkesmas.
Hasil analisis statistik dengan
menggunakan uji chi square tidak memenuhi syarat karena terdapat 5 sel (41,7%) yang
memiliki expected count yang besarnya
kurang dari 5.
10
1. Kesimpulan
a. Karakteristik penderita PJK berdasarkan sosiodemografi dengan proporsi tertinggi adalah umur > 60 tahun pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang masing-masing sebesar 22%, suku Jawa sebesar 74,3%, agama Islam sebesar 94,5%, pekerjaan Ibu Rumah Tangga sebesar 49,5%, status perkawinan kawin sebesar 88,1%, dan tempat tinggal berada di luar Tanjung pura sebesar 61,5%.
b. Proporsi tertinggi penderita PJK
berdasarkan keluhan utama adalah nyeri dada sebesar 77,1 %.
c. Proporsi tertinggi penderita PJK
berdasarkan tekanan darah adalah
Hipertensi sebesar 89%.
d. Proporsi tertinggi penderita PJK
berdasarkan kadar gula darah adalah kadar gula darah tinggi sebesar 65,1,
e. Proporsi tertinggi penderita PJK
berdasarkan kadar kolesterol total adalah kadar kolesterol total tinggi sebesar 72,5%.
f. Lama rawatan rata-rata penderita PJK adalah 3,79 hari.
g. Proporsi tertinggi penderita PJK
berdasarkan sumber biaya adalah
Jamkesmas sebesar 64,2%.
h. Proporsi tertinggi penderita PJK
berdasarkan keadaan sewaktu pulang adalah pulang berobat jalan (PBJ) sebesar 50,5%. CFR penderita PJK sebesar 7,3%. i. Ada perbedaan proporsi yang bermakna
antara umur berdasarkan tekanan darah. (p=0,002)
j. Ada perbedaan yang bermakna antara
proporsi umur berdasarkan kadar gula darah. (p=0,015)
k. Tidak ada perbedaan yang bermakna
antara umur berdasarkan kadar kolesterol total. (p= 0,068)
l. Tidak ada perbedaan yang bermakna
antara lama rawatan rata-rata penderita PJK berdasarkan umur. (p= 0,199)
m. Tidak ada perbedaan yang bermakna
antara lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber pembiayaan. (p=0,303)
n. Tidak ada perbedaan proporsi yang
bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan tekanan darah. (p= 0,093)
o. Tidak ada perbedaan yang bermakna
antara lama rawatan rata-rata penderita PJK berdasarkan kadar gula darah. (p=0,608)
p. Tidak ada perbedaan yang bermakna
antara lama rawatan rata-rata berdasarkan kadar kolesterol total. (p=0,468)
q. Ada perbedaan yang bermakna antara
lama rawatan rata-rata berdasarkan
keadaan sewaktu pulang. (p=0,029)
2. Saran
a. Pihak rumah sakit sebaiknya memberikan informasi kepada pasien PJK tentang faktor risiko PJK, dan menyarankan untuk rutin medical check up sehingga keadaan penderita setelah pulang dari rumah sakit dapat terkontrol.
b. Diharapkan kepada pihak rumah sakit untuk segera merujuk pasien apabila sudah tidak dapat ditangani lagi.
c. Pada penderita Hipertensi dan Diabetes Mellitus diharapkan agar teratur dalam minum obat, dan menghindari makanan yang dapat meningkatkan tekanan darah dan kadar gula darah.
Daftar Pustaka
1. Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi
Penyakit Tidak Menular.
Cetakan kedua. Jakarta: Rineka Cipta
2. Kandum, I Nyoman. 2006.
Pengendalian Penyakit Tidak
Menular. Bandung :
Departemen Kesehatan
3. WHO. 2011. Cardiovascular
Disease.
http://www.who.int/cardiovascul ar _diseases/resources/atlas/en/.
diakses tanggal 21 Februari 2013.
4. WHO. 2011. Coronary Heart
Disease. http://www.who.int/ cardiovascular_diseases/en/cvd_ atlas_13_coronaryHD.pdf. Diakses tanggal 21 Februari 2013.
5. Joewono. 2003. Ilmu Penyakit
Jantung. Surabaya: Airlangga
11
6. WHO.2012.Cardiovascular Diseases
(CVDs) . http://www.who.int/
mediacentre/factsheets/fs317/en/ index.html. Diakses tanggal 14 Maret 2013.
7. Rogers, Abby. 2011. The Top 10
Causes Of Death In The
United States.
http://www.businessinsider.com/ top-causes-of-death-united-
states-2011-11?op=1#ixzz2NTZCwxV2. Diakses tanggal 14 Maret 2013
8. The British Heart Foundation. 2012.
Coronary Heart Disease
Statistics in England 2012.
http://www.bhf.org.uk/plugins/P ublications
SearchResults/idoc.ashx?ocid=e
3b705eb-ceb3-42e2-937d-45ec48f6a 797&version=-1.
Diakses tanggal 21 februari 2013
9. Depkes RI . 2008. Profil Kesehatan
Indonesia 2008.
http://www.depkes.
go.id/downloads/publikasi/Profil %20Kesehatan%20Indonesia%2 02008.pdf. Diakses tanggal 14 maret 2013
10. Dinkes Jawa Tengah. 2006. Profil
Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah
2004.http://www.dinkesjatengpr
ov.go.id/dokumen/profil/profile2 004/ bab4.htm. Diakses tanggal 14 Maret 2013
11. Sangkot,H.S. 2010. Mortalitas dan
Morbiditas Pada Pasien
Elektif Dalam Daftar Tunggu Operasi Bedah Pintas Koroner Di RS. Jantung Dan Pembuluh Darah Harapan Kita Tahun 2010. http://www.google.co.id/.
Diakses tanggal 16 Mei 2013.
12. Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan
Masyarakat Ilmu dan Seni.
Jakarta : Rineka Cipta
13. Gowan dan Mary P. 2001. Menjaga
Kebugaran Jantung. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada
14. BPS Langkat. 2009. Penduduk dan
Tenaga Kerja.
http://www.langkatkab.go.id/upl oad/pdf/LDA2010/LDA_2010_ BAB%20III%20PENDUDUK% 20DAN%20TENAGA%20KER JA_16.pdf. Diakses tanggal 13 Agustus 2013.
15. Ruhyanuddin, F. 2007. Asuhan
Keperawatan Pada Klien
Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Edisi kedua.
Malang : UMM Press
16. Soeharto, I. 2004. Penyakit Jantung
Koroner dan Serangan
Jantung; Pencegahan,
Penyembuhan, Rehabilitasi.
Edisi Kedua. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
17. Price, Sylvia Anderson dan Lorraine M Wilson. 2005. Patofisiologi :
Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta : EGC
18. Supriyono, Mamat. 2008.
Faktor-Faktor Risiko yang
Berpengaruh Terhadap
Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Kelompok Usia < 45 tahun. http://eprints.undip.
ac.id/18090/1/MAMAT_SUPRI YONO.pdf. Diakses tanggal 25 Maret 2013.
19. Wicaksono, R.P, 2011.
Faktor-Faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2.