TINGKAT KECEMASAN SUAMI MENGHADAPI SECTIO
CAESAREA PADA ISTRI DI RUMAH SAKIT UMUM SEMBIRING
MEDAN
NIA DESRIVA
105102006
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karya Tulis Ilmiah, juni 2011
Nia Desriva
Tingkat Kecemasan Suami Menghadapi Sectio caesarea Pada Istri
Di Rumah Sakit Umum Sembiring Medan Tahun 2011
Viii + 44 halaman + 7 tabel + 1 skema + 9 lampiran
ABSTRAK
Sectio caesarea (SC) adalah tindakan operasi untuk mengeluarkan bayi yang
merupakan salah satu alternatif bagi seorang wanita dalam memilih proses persalinan. Dalam menghadapi SC sering menyebabkan wanita merasa ketakutan, khawatir, dan cemas menjalaninya. Tidak berbeda dengan istrinya, rasa cemas dan khawatir yang dialami suami juga bercampur aduk dengan kegembiraan ketika menyambut kedatangan buah hati, serta mengalami kecemasan karena ragu pada kemampuan dirinya untuk berperan sebagai seorang ayah kelak, juga rasa cemas terhadap kondisi fisik istri serta calon bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan suami menghadapi sectio caesarea pada istri di RSU Sembiring Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh suami yang menghadapi Sectio caesarea Pada Istri, Sampel berjumlah 85 orang diambil dengan metode consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas kecemasan suami dengan tingkat kecemasan ringan sebanyak 29 orang (34,1 %), kecemasan sedang sebanyak 39 orang (45,9 %), kecemasan berat sebanyak 15 orang (17,6 %) dan kecemasan panik sebanyak 2 0rang (2,4%). Dari hasil penelitian ini diharapkan agar tenaga kesehatan lebih meningkatkan konseling dan penatalaksanaan program kelas prenatal khusus ibu beserta pasangannya dan melaksanakan asuhan dengan melibatkan peran serta suami.
Kata kunci : Kecemasan, Suami, Sectio Caesarea
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayahnya penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“Tingkat Kecemasan Suami Mengahadapi Sectio Caesarea pada Istri di Rumah
Sakit Umum Sembiring”.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan moril
maupun materil dari berbagai pihak untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Nur Asnah Sitohang , S.Kep, Ns, MKep selaku Ketua Program Studi D-IV
Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu dr. Rina Amelia, MARS selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, bimbingan serta nasihat selama menjalani penyusunan karya
tulis ilmiah ini.
5. Teristimewa dan tercinta kedua orang tua, Ayah (Lukri) dan Ibu (Sri Evita),
abang (Getman Putra), serta Adik-adik peneleti (Noveardi dan Rehan
mendidik, membesarkan penulis dengan cinta dan kasih sayang serta
perhatian.
6. Seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa, dukungan, cinta dan kasih
sayang, serta dorongan baik berupa moril maupun materil.
7. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu memberikan dukungan
dan bantuan yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik, saran, dan tanggapan demi kesempurnaan
karya tulis ilmiah ini, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diterima dan dilanjutkan serta
memberi manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan semua pihak yang membaca.
Medan, 2011
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I. PENDAHULUAN
2. Bagi Institusi Pendidikan... 6
3. Bagi Penelitian Selanjutnya ... 6
4. Bagi Suami……… 6
4. Prosedur Tindakan Sectio Caesarea ... 13
5. Fase Pembedaan... 14
6. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan Pada Suami……….. 19
BAB III. KERANGKA KONSEP A. Konsep penelitian ... 22
BAB IV. METODE PENELITIAN
F. Validitas dan Reliabilitas ... 28
G. Prosedur Pengumpulan Data ... 29
H. Analisa Data ... 29
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Demografi Responden ... 31
B. Kecemasan Responden ... 33
1. Tingkat Kecemasan Berdasarkan Paritas Istri Responden ... 36
2. Tingkat Kecemasan Berdasarkan Indikasi Istri Responden ... 37
3. Tingkat Kecemasan Berdasarkan Sumber Biaya Responden ... 38
C. Pembahasan ... 39
1. Tingkat Kecemasan Suami Berdasarkan paritas ... 39
2. Tingkat Kecemasan Suami Berdasarkan indikasi Sectio Caesarea ... 40
3. Tingkat Kecemasan Suami Berdasarkan sumber biaya ... 41
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 43
B. Saran... 44
1. Bagi Tenaga Kesehatan ... 44
2. Bagi Institusi Pendidikan... 44
3. Bagi Penelitian Selanjutnya ... 44
4. Bagi Suami……… ... 44
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. : Tabel Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 23
Tabel 5.1. : Tabel distribusi dan demografi suami menghadapi sectio caesarea pada isteri di RSU Sembiring Tahun 2011... 32
Tabel 5.2. : Disribusi pertanyaan kecemasan suami menghadapi sectio caesarea pada isteri di RSU Sembiring Tahun 2011... 33
Tabel 5.3. : Disribusi responden berdasarkan kecemasan suami menghadapi sectio
caesarea pada isteri di RSU Sembiring Tahun 2011... 35
Tabel 5.4. : Disribusi frekuensi kecemasan suami menghadapi sectio caesarea pada isteri berdasarkan paritas di RSU Sembiring Tahun 2011 ... 36
Tabel 5.5. : Disribusi frekuensi kecemasan suami menghadapi sectio caesarea pada isteri berdasarkan indikasi di RSU Sembiring Tahun 2011 ... 37
DAFTAR SKEMA
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Content Validity
Lampiran 2 : Lembar persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 : Lembar Kuesioner
Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 5 : Master Data penelitian
Lampiran 6 : Hasil Out put Data Penelitian
Lampiran 7 : Hasil Out put Data Reliabilitas
Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karya Tulis Ilmiah, juni 2011
Nia Desriva
Tingkat Kecemasan Suami Menghadapi Sectio caesarea Pada Istri
Di Rumah Sakit Umum Sembiring Medan Tahun 2011
Viii + 44 halaman + 7 tabel + 1 skema + 9 lampiran
ABSTRAK
Sectio caesarea (SC) adalah tindakan operasi untuk mengeluarkan bayi yang
merupakan salah satu alternatif bagi seorang wanita dalam memilih proses persalinan. Dalam menghadapi SC sering menyebabkan wanita merasa ketakutan, khawatir, dan cemas menjalaninya. Tidak berbeda dengan istrinya, rasa cemas dan khawatir yang dialami suami juga bercampur aduk dengan kegembiraan ketika menyambut kedatangan buah hati, serta mengalami kecemasan karena ragu pada kemampuan dirinya untuk berperan sebagai seorang ayah kelak, juga rasa cemas terhadap kondisi fisik istri serta calon bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan suami menghadapi sectio caesarea pada istri di RSU Sembiring Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh suami yang menghadapi Sectio caesarea Pada Istri, Sampel berjumlah 85 orang diambil dengan metode consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas kecemasan suami dengan tingkat kecemasan ringan sebanyak 29 orang (34,1 %), kecemasan sedang sebanyak 39 orang (45,9 %), kecemasan berat sebanyak 15 orang (17,6 %) dan kecemasan panik sebanyak 2 0rang (2,4%). Dari hasil penelitian ini diharapkan agar tenaga kesehatan lebih meningkatkan konseling dan penatalaksanaan program kelas prenatal khusus ibu beserta pasangannya dan melaksanakan asuhan dengan melibatkan peran serta suami.
Kata kunci : Kecemasan, Suami, Sectio Caesarea
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap wanita menginginkan persalinannya berjalan lancar dan dapat melahirkan
bayi yang sempurna. Ada dua cara persalinan, yaitu persalinan lewat vagina, lebih
dikenal dengan persalinan normal atau alami dan persalinan dengan operasi caesar atau
sectio caesarea yaitu tindakan operasi untuk mengeluarkan bayi dengan melakukan
insisi atau pemotongan pada kulit, otot perut, serta rahim ibu (Suririnah, 2008, hal. 183).
Sectio caesarea umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina
tidak memungkinkan atau karena adanya indikasi medis maupun nonmedis. Tindakan
medis hanya di lakukan jika ada masalah pada proses kelahiran yang bisa mengancam
nyawa ibu dan janin (Judhita, 2009, hal. 89).
Menurut Word Health Organitation (WHO), standar rata-rata sectio caesarea
disebuah negara adalah sekitar 5-15%. Di rumah sakit pemerintah rata-rata 11%,
sementara di rumah sakit swasta bisa lebih dari 30% (Dewi P, 2007, hal. 126-127).
Tahun 2004 angka kejadian sectio caesarea di Inggris sekitar 20% dan 29.1%. Sedang
pada tahun 2001-2003, angka kejadian sectio caesarea di Kanada adalah 22.5%
(Dewi Y, 2007, hal. 87). Permintaan sectio caesarea di sejumlah negara berkembang
melonjak pesat. Pada tahun 70-an permintaan sectio caesarea adalah sebesar 5%, kini
Angka persalinan dengan sectio caesarea di Indonesia cukup tinggi menurut
survei yang dilakukan oleh Prof. Dr. Gulardi dan dr. A. Basalamah, terhadap 64 rumah
sakit di Jakarta pada tahun 1993. Hasilnya 17.665 kelahiran yang dikutip dari majalah
Ayahbunda No. 3/Februari 2001. Dari angka kelahiran tersebut, sebanyak 35,7-55,3 %
melahirkan dengan tindakan sectio caesarea. Sebanyak 19,5-27,3 % di antaranya
merupakan sectio caesarea karena adanya komplikasi Cephalopelvik
Disproportion/CPD (ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar
kepala janin). Berikutnya, sectio caesarea akibat perdarahan hebat yang terjadi selama
persalinan sebanyak 11,9-21 % dan sectio caesarea karena janin sungsang berkisar
antara 4,3-8,7 % (Kasdu, 2003, hal. 5).
Berdasarkan data yang ada di RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta, tahun
1999-2000, menyebutkan bahwa dari jumlah persalinan sebanyak 404 per bulan, 30%
diantaranya merupakan sectio caesarea. Berdasarkan persentase sectio caesarea
tersebut, 13,7 % disebabkan oleh gawat janin (denyut jantung janin melemah menjelang
persalinan) dan 2,4 % karena ukuran janin terlalu besar sehingga tidak dapat melewati
panggul ibu. Sisanya, sekitar 13,9 % sectio caesarea dilakukan tanpa pertimbangan
medis (Kasdu, 2003, hal. 5).
Menurut penelitian Sarmana (2004) angka sectio caesarea di rumah sakit Santa
Elisabeth Medan sebesar 27,76 % dan sebesar 13,88 % merupakan sectio caesarea tanpa
Tindakan sectio caesarea juga merupakan salah satu alternatif bagi seorang
wanita dalam memilih proses persalinan. Sebab, seorang wanita yang melahirkan secara
alami akan mengalami proses sakit , yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit di
pinggang dan pangkal paha yang semakin kuat dan “menggigit”. Di samping adanya
indikasi medis, indikasi nonmedis juga dapat terjadi karena keadaan yang pernah atau
baru akan terjadi dan sering menyebabkan wanita yang akan melahirkan merasa
ketakutan, khawatir, dan cemas menjalaninya. Akibatnya, untuk menghilangkan itu
semua mereka berfikir melahirkan dengan tindakan sectio caesarea. Namun, setiap
orang mempunyai kemampuan adaptasi yanng berbeda, dalam hal menghadapi operasi
untuk melahirkan buah hati. Sebagian orang mungkin dapat cepat mempersiapkan
mentalnya untuk menerima keputusan dokter. Namun, sebagian lagi mungkin sulit
menerima keadaan itu. Untuk itu, dukungan suami sangat penting dalam menentramkan
perasaan istri karna banyak wanita sampai menjelang detik-detik persalinan masih tidak
bisa menerima keadaanya sehingga mengalami kecemasan (Kasdu, 2003, hal. 37).
Menurut Nolan (2010,hal 184) pengalaman suami saat mendampingi istrinya
hamil dan melahirkan anaknya, tidak berbeda dengan perasaan istrinya. Rasa cemas dan
khawatir bercampur aduk dengan kegembiraan ketika menyambut kedatangan buah hati.
Suami yang menunggu persalinan istrinya dihadapkan pada situasi yang tidak menentu,
artinya suami tidak tahu secara pasti kondisi saat-saat menjelang persalinan. Kondisi
inilah yang memunculkan kecemasan pada suami. Beberapa hal yang dicemaskan dan
ketakutan seperti apakah akan memperoleh pertolongan dan perawatan semestinya,
apakah bayinya cacat, ataukah bayinya akan meninggal. Selain suami mencemaskan
kondisi istrinya, masalah lain yang ikut dicemaskan oleh suami di antaranya masalah
rumah tangga, keadaan sosial ekonomi.
Bagi seorang suami sekaligus calon ayah dari janin yang dikandung istri,
perasaan harus diteguhkan senantiasa pada realitas bahwa sebentar lagi akan hadir
seorang jabang bayi dalam bahtera rumah tangganya. Hal ini berarti akan menambah
daftar tanggung jawab, mulai dari segi finansial hingga tuntutan perilaku selayaknya
seorang ayah yang baik. Hal itu tentu sudah menjadi sebuah kecemasan tersendiri
(Kompas, 2010, ¶ 3).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dr.Robert Mccall yang dimuat
dalam majalah Better Parenting 1994, sekitar 11-65% calon ayah mengalami
gejala-gejala yang mirip seperti yang dialami oleh ibu hamil. Misalnya kram pada kaki,
mual-mual, dan mengidam atau disebut juga sebagai couvade. Sebenarnya, semua gejala itu
bersumber dari perasaan cemas dan kadang kala juga perasaan takut yang dialami calon
ayah (Musbikin, 2006, hal. 254).
Suliswati (2005, hal. 108) mengatakan kecemasan merupakan pengalaman
subyektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta merupakan
suatu keadaan emosi tanpa obyek yang spesifik. Kecemasan terjadi sebagai akibat dari
ancaman terhadap harga diri atau identitas diri yang sangat mendasar bagi keberadaan
kehidupan sehari-hari, menghasilkan peringatan yanng berharga dan penting untuk
upaya memelihara keseimbangan diri dan melindungi diri. Oleh karena itu, persiapan
mental pasien dan keluarga atau orang terdekat menjadi hal penting untuk diperhatikan,
untuk kelancaran proses persalinan.
Rumah Sakit Umum Sembiring merupakan salah satu rumah sakit swasta yang
berkembang di Kecamatan Delitua kabupaten Deli Serdang. Angka kejadian operasi
sectio caesarea di rumah sakit tersebut lebih kurang 108 kasus setiap bulannya.
Berdasarkan data yang ada di rumah sakit tersebut, total pasien yang melakukan sectio
caesarea pada bulan Januari sampai dengan bulan agustus tahun 2010 adalah sebanyak
877 orang pasien. Seluruh uraian diatas menjadi dasar bagi peneliti untuk meneliti
tentang tingkat kecemasan suami dalam menghadapi sectio caesarea pada istri di Rumah
Sakit Umum Sembiring tahun 2011.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merumuskan permasalahan pada karya
tulis ilmiah ini sebagai berikut, Bagaimanakah tingkat kecemasan suami dalam
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Adapun tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui tingkat kecemasan suami
dalam menghadapi sectio caesarea pada istri di RSU Sembiring tahun 2011.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat kecemasan suami berdasarkan paritas.
b. Mengetahui tingkat kecemasan suami berdasarkan indikasi sectio caesarea
pada istri.
c. Mengetahui tingkat kecemasan suami berdasarkan sumber pembiayaan sectio
caesarea pada istri.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai intervensi dalam
melaksanakan asuhan kebidanan serta sebagai sumber informasi bagi pelayanan
kesehatan dalam memberikan asuhan kepada ibu bersalin yang menjalani sectio
caesarea serta diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang pentingnya
keterlibatan suami dalam proses kelahiran pasien dengan sectio caesarea dengan
pedoman untuk mengembangkan wawasan dalam memberikan pelayanan
2. Bagi Institusi Pendidikan.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai untuk menambah informasi,
pengembangan ilmu dan referensi perpustakaan, sehingga dapat dijadikan bahan
bacaan mahasiswa.
3. Bagi penelitian selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar penelitian selanjutnya yang
berhubungan dengan dukungan suami dalam persalinan istri dengan sectio
caesarea.
4. Bagi Suami
Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan dapat menambah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sectio Caesarea
1. Pengertian
Terdapat beberapa pencetus sectio caesarea, antara lain :
a. Sectio caesarea merupakan prosedur bedah untuk pelahiran janin dengan
insisi melalui abdomen dan uterus (Liu, 2007, hal .227).
b. Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Sarwono, 2005,
hal. 133).
c. Sectio caesarea atau bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak
dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen
seorang ibu (laparotomi) dan uterus (hiskotomi) untuk mengeluarkan satu
bayi atau lebih (Dewi Y, 2007, hal. 1-2). Sehingga penulis dapat
menyimpulkan bahwa sectio caesarea adalah suatu tindakan operasi yang
2. Jenis-Jenis Sectio Caesarea
Ada dua jenis sayatan operasi yang dikenal yaitu :
a. Sayatan melintang
Sayatan pembedahan dilakukan dibagian bawah rahim (SBR). Sayatan
melintang dimulai dari ujung atau pinggir selangkangan (simphysisis) di atas
batas rambut kemaluan sepanjang sekitar 10-14 cm. keuntunganya adalah
parut pada rahim kuat sehingga cukup kecil resiko menderita rupture uteri
(robek rahim) di kemudian hari. Hal ini karna pada masa nifas, segmen
bawah rahim tidak banyak mengalami kontraksi sehingga luka operasi dapat
sembuh lebih sempurna (Kasdu, 2003, hal. 45).
b. Sayatan memanjang (bedah caesar klasik)
Meliputi sebuah pengirisan memanjang dibagian tengah yang memberikan
suatu ruang yang lebih besar untuk mengeluarkan bayi. Namun, jenis ini kini
jarang dilakukan karena jenis ini labil, rentan terhadap komplikasi (Dewi Y,
2007, hal .4).
3. Indikasi Sectio Caesarea
Para ahli kandungan atau para penyaji perawatan yang lain menganjurkan
sectio caesarea apabila kelahiran melalui vagina mungkin membawa resiko pada
1. Indikasi Medis
Ada 3 faktor penentu dalam proses persalinan yaitu :
a) Power
Yang memungkinkan dilakukan operasi caesar, misalnya daya mengejan
lemah, ibu berpenyakit jantung atau penyakit menahun lain yang
mempengaruhi tenaga.
b) Passanger
Diantaranya, anak terlalu besar, anak “mahal” dengan kelainan letak
lintang, primi gravida diatas 35 tahun dengan letak sungsang, anak
tertekan terlalu lama pada pintu atas panggul, dan anak menderita fetal
distress syndrome (denyut jantung janin kacau dan melemah).
c) Passage
Kelainan ini merupakan panggul sempit, trauma persalinan serius pada
jalan lahir atau pada anak, adanya infeksi pada jalan lahir yang diduga bisa
menular ke anak, umpamanya herpes kelamin (herpes genitalis),
condyloma lota (kondiloma sifilitik yang lebar dan pipih), condyloma
acuminata (penyakit infeksi yang menimbulkan massa mirip kembang kol
di kulit luar kelamin wanita), hepatitis B dan hepatitis C.
(Dewi Y, 2007, hal. 11-12)
2. Indikasi Ibu
a) Usia
Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun, memiliki
resiko melahirkan dengan operasi. Apalagi pada wanita dengan usia 40 tahun
misalnya tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis, dan
preeklamsia. Eklampsia (keracunan kehamilan) dapat menyebabkan ibu
kejang sehingga dokter memutuskan persalinan dengan sectio caesarea.
b) Tulang Panggul
Cephalopelvic diproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak
melahirkan secara alami. Tulang panggul sangat menentukan mulus tidaknya
proses persalinan.
c) Persalinan Sebelumnya dengan sectio caesarea
Sebenarnya, persalinan melalui bedah caesar tidak mempengaruhi persalinan
selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak. Apabila memang
ada indikasi yang mengharuskan dilakukanya tindakan pembedahan, seperti
bayi terlalu besar, panggul terlalu sempit, atau jalan lahir yang tidak mau
membuka, operasi bisa saja dilakukan.
d) Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang kaku sehingga
tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan
pada jalan lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit bernafas.
e) Kelainan Kontraksi Rahim
Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate uterine
action) atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar pada
proses persalinan, menyebabkan kepala bayi tidak terdorong, tidak dapat
f) Ketuban Pecah Dini
Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat menyebabkan bayi
harus segera dilahirkan. Kondisi ini membuat air ketuban merembes ke luar
sehingga tinggal sedikit atau habis. Air ketuban (amnion) adalah cairan yang
mengelilingi janin dalam rahim.
g) Rasa Takut Kesakitan
Umumnya, seorang wanita yang melahirkan secara alami akan mengalami
proses rasa sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit di pinggang dan
pangkal paha yang semakin kuat dan “menggigit”. Kondisi tersebut karena
keadaan yang pernah atau baru melahirkan merasa ketakutan, khawatir, dan
cemas menjalaninya. Hal ini bisa karena alasan secara psikologis tidak tahan
melahirkan dengan sakit. Kecemasan yang berlebihan juga akan mengambat
proses persalinan alami yang berlangsung.
(Kasdu, 2003, hal. 21-26)
3. Indikasi Janin
a) Ancaman Gawat Janin (fetal distress)
Detak jantung janin melambat, normalnya detak jantung janin berkisar
120- 160. Namun dengan CTG (cardiotography) detak jantung janin
melemah, lakukan segera sectio caesarea segara untuk menyelematkan janin.
b) Bayi Besar (makrosemia)
c) Letak Sungsang
Letak yang demikian dapat menyebabkan poros janin tidak sesuai dengan
arah jalan lahir. Pada keadaan ini, letak kepala pada posisi yang satu dan
bokong pada posisi yang lain.
d) Faktor Plasenta
i. Plasenta previa
Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan menutupi sebagian atau selruh
jalan lahir.
ii. Plasenta lepas (Solution placenta)
Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih cepat dari
dinding rahim sebelum waktunya. Persalinan dengan operasi dilakukan
untuk menolong janin segera lahir sebelum ia mengalami kekurangan
oksigen atau keracunan air ketuban.
iii. Plasenta accreta
Merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim. Pada umumnya
dialami ibu yang mengalami persalinan yang berulang kali, ibu berusia
rawan untuk hamil (di atas 35 tahun), dan ibu yang pernah operasi
(operasinya meninggalkan bekas yang menyebabkan menempelnya
plasenta.
e) Kelainan Tali Pusat
i prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung)
keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat. Pada keadaan ini,
tali pusat berada di depan atau di samping atau tali pusat sudah berada di
ii Terlilit tali pusat
Lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya. Selama tali pusat
tidak terjepit atau terpelintir maka aliran oksigen dan nutrisi dari plasenta
ke tubuh janin tetap aman.(Kasdu, 2003, hal. 13-18).
4. Prosedur Tindakan Sectio Caesarea
a. Izin Keluarga
Pihak rumah sakit memberikan surat yang harus ditanda tangani oleh
keluarga, yang isinya izin pelaksanaan operasi.
b. Pembiusan
Pembiusan dilkakukan dengan bius epidural atau spinal. Dengan cara ini ibu
akan tetap sadar tetapi ibu tidak dapat melihat proses operasi karena
terhalang tirai.
c. Disterilkan
Bagian perut yang akan dibedah, disterilkan sehingga diharapkan tidak ada
bakteri yang masuk selama operasi.
d. Pemasangan Alat
Alat-alat pendukung seperti infus dan kateter dipasangkan. macam peralatan
yang dipasang disesuaikan dengan kondisi ibu.
e. Pembedahan
Setelah semua siap, dokter akan melakukan sayatan demi sayatan sampai
mencapai rahim dan kemudian selaput ketuban dipecahkan. Selanjutnya
f. Mengambil Plasenta
Setelah bayi lahir, selanjutnya dokter akan mengambil plasenta.
g. Menjahit
Langkah terakhir adalah menjahit sayatan selapis demi selapis sehingga
tetutup semua.
(Juditha, dkk, 2009, hal. 90-91)
5. Fase Pembedahan
Ada tiga fase dalam tahap pembedahan, yaitu : a) Fase praoperatif dimulai
ketika keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhirketika pasien dikirim ke
meja operasi. b) Fase intraoperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah
kebagian atau departemen bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang
pemulihan. c) Fase pascaoperatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang
pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau rumah
(Bare,et all, 2002, hal. 426).
B. Konsep Kecemasan
1. Defenisi
Menurut Post (1978), kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak
menyenangkan ditandai oleh perasaan-perasaan subjekif seperti ketegangan, ketakutan,
kekhawatiran, dan juga ditandai dengan aktifnya sistem saraf pusat.
Menurut Videbeck (2008, hal. 12) kecemasan atau ansietas adalah perasaan takut yang
nyaman atau takut atau memiliki firasat akan ditimpa malapetaka menyenangkan
padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi.
Menurut Suliswati (2005, hal. 108-109) kecemasan merupakan pengalaman subyektif
dari individu dan tidak dapat di observasi secara langsung serta merupakan suatu
keadaan emosi tanpa obyek yang spesifik. Kecemasan adalah kebingungan,
kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan
dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. Kecemasan tidak dapat
dihindarkan dari kehidupan individu dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman
cemas seseorang tidak sama dalam beberapa situasi dan hubungan intepersonal.
2. Etiologi Cemas
Kecemasan terjadi karena individu tidak mampu mengadakan penyesuaian diri
terhadap diri semdiri didalam lingkungan pada umumnya. Kecemasan timbul karena
manifestasi perpaduan bermacam-macam proses emosi (Sundari, 2005). Penyebab
timbulnya kecemasan dapat ditinjau dari dua faktor yaitu : a) Faktor Internal seperti
tidak memiliki keyakinan akan kemampuan diri. b) Faktor Eksternal adalah dari
lingkungan seperti ketidaknyamanan akan kemampuan diri, threat (ancaman), conflik
(pertentangan), fear (ketakutan), unfuled need (kebutuhan yang tidak terpenuhi).
3. Tanda-Tanda Umum Kecemasan
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh yang mengalami gangguan
kecemasan antara lain adalah penyataan cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan
pikiranya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah
mimpi-mimpi yang menegangkan, gangguan konsentrasi dan daya ingat,
keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging,
berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala
dan lain sebagainya (Hawari, 2001, hal. 66-67).
4. Tingkat Kecemasan
Menurut Dalami (2009) ansietas atau kecemasan terdapat dalam 4 tingkatan,
setiap tingkatan memiliki karakteristik dalam persepsi yang berbeda, tergantung
kemampuan individu yang ada dan dari dalam dan luarnya maupun dari lingkungannya,
tingkat kecemasan atau ansietas yaitu :
a. Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Individu
masih waspada dan berhati-hati, serta lapang persepsinya melebar. Individu terdorong
untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Respon fisiologi
kecemasan ringan adalah : sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala
ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar, sedang respon perilaku dan
emosinya adalah : tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara
kadang-kadang meninggi.
b. Kecemasan Sedang
Individu lebih memfokuskan hal-hal penting saat itu dan mengenyampingkan hal
lain, lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun. Respon fisiologi pada kecemasan
sedang adalah : sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering,
gerakan tersentak-sentak (mremas tangan), bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur,
perasaan tidak aman.
c. Kecemasan Berat
Lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatianya pada detil yang
kecil (spesifik) dan mengabaikan hal lain. Individu tidak mampu lagi berfikir realistis
dan membutuhkan banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian pada area lain.
Respon fisiologi pada kecemasan berat adalah : nafas pendek, nadi dan tekanan darah
naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan, sedang respon
perilaku dan emosinya adalah : perasaan ancaman meningkat, verbalisasi cepat.
d. Kecemasan Panik
Pada tingkatan ini lapangan persepsi Individu sudah sangat menyempit dan
sudah terganggu sehingga tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat
melakukan apa-apa walaupun telah diberikan pengarahan. Respon fisiologi pada tingkat
kecemasan ini adalah : nafas pendek, rasa tercekik, sakit dada, pucat, hipotensi,
koordinasi motorik rendah, sedang respon perilaku dan emosi nya adalah : mengamuk
dan marah, ketakutan, berteriak, kehilangan kendali atau kontrol diri, persepsi kacau.
5. Respon Psikologi Suami
a. Merasa Tersingkir
Beberapa pria mungkin menunjukan kepedulian akan istrinya, sedangkan pria
lain justru merasa kesepian dan terasing karena istrinya secara fisik dan emosional
terikat dengan calon anak mereka. Pria yang demikian memiliki kemungkinan mencari
kenikmatan dan dukungan atas sikap mereka di luar rumah atau melibatkan diri dalam
b. Respon Emosi
Pria menunjukan berbagai respon emosi dalam menghadapi persalinan istrinya,
diantaranya adalah, 1). Gaya pengamat didefenisikan sebagai sifat yang menjauhi
kehamilan istrinya, 2). Gaya ekspresif dikenal sebagai respon emosi yang kuat terhadap
kehamilan dengan keinginan untuk menjadi pasangan secara penuh, 3). Gaya
instrumental diperlihatkan oleh pria yang menekankan bahwa tugasnya harus
diselesaikan dan memandang dirinya sebagai “pengurus atau manager kehamilan”.
c. Mimpi Kehamilan
Bagi para calon ibu dan ayah , kehamilan adalah masa intensnya perasaan,
perasaan bisa naik turun dari perasaan antisipasi yang gembira sampai ke kecemasan
yang menimbulkan kepanikan, kemudian kembali lagi. Tidak mengherankan bila
perasaan ini mencari jalan keluar dalam mimpi, di mana bawah sadar suami bisa
menindak lanjuti dan menyelesaikanya dengan aman. Mimpi tentang seks (terutama jika
dengan pasangan lain) adalah alam bawah sadar yang mengatakan apa yang mungkin
sudah diketahui bahwa ia khawatir bahwa kehamilan dan mempunyai anak akan
mempengaruhi hubungan seksualnya. Seorang suami bisa bermimpi menjadi anak-anak
lagi, yang bisa mengungkapkan ketakutan yang wajar akan tanggung jawab yang
mendatang dan keriduan akan tahun-tahun kebebasan yang sudah berlalu. Ia bisa
bermimpi bahwa ia sendirilah yang hamil, ini mengungkapkan simpati akan beban yang
ditanggung oleh istrinya, atau karena dilubuk hatinya khawatir bahwa pengasuhan akan
membuat kejantanannya berkurang.
d. Melamunkan Calon Bayi
Dalam banyak hal pria mempersiapkan diri untuk menjadi ayah dengan cara
menbaca, membayangkan, dan melamunkan bayinya. Pria menyesuaikan segala kegiatan
yang dahulu biasa dilakukan dengan tanggung jawabnya yang baru sehingga
memungkinkan menyediakan waktu untuk keluarga barunya.
Melamun merupakan bentuk bermain peran atau persiapan psikologis
menyambut bayi, yang sering dilakukan selama beberapa minggu terakhir sebelum bayi
lahir. Pria jarang sekali menceritakan lamunannya kecuali jika mereka diyakinkan
behwa melamun merupakan hal yang normal dan sering ditemui.
Sebagian calon ayah terlibat dengan memilih nama dan menduga jenis kelamin
calon bayinya. Saat persalinan berlangsung kebanyakan otangtua dapat menerima jenis
kelamin bayinya., tetapi kadang-kadang kekecewaan muncul dan diungkapkan degan
jelas. Orangtua mungkin merasa sedih melepaskan anak yang dibayangkan dan mulai
menerima anaknya yang nyata (Bobak, 2005).
6. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan Pada Suami
a. Kecemasan karena Indikasi Persalinan
Suami yang menunggu persalinan istrinya dihadapkan pada situasi yang tidak
menentu, artinya suami tidak tahu secara pasti kondisi saat-saat menjelang persalinan.
Kondisi inilah yang memunculkan kecemasan pada suami. Beberapa hal yang
dicemaskan dan ketidaksiapan suami dalam menunggu proses persalinan sang istri
karena adanya ketakutan seperti apakah akan memperoleh pertolongan dan perawatan
semestinya, apakah bayinya cacat, ataukah bayinya akan meninggal. Selain suami
mencemaskan kondisi istrinya, masalah lain yang ikut dicemaskan oleh suami
b. Kecemasan Akan Tanggung Jawab Finansial
May (1982) menemukan bahwa kesiapan calon ayah menyambut persalinan
dicerminkan dalam tiga aspek : 1). Keuangan yang relatif cukup, 2). Hubungan yang
stabil dengan pasangan, 3). Kepuasan dalam hubungan tanpa anak. Banyak pria
menyatakan kekhawatirannya akan ekonomi keluarga yang tidak aman. Para calon ayah
merasa khawatir akan perannya sebagai orang tua dan efeknya pada kehidupanya.
Kekhawatiran yang paling umum adalah, apakah ia akan menjadi ayah yang baik?
apakah hubungannya dengan istri akan berubah? Bagaimana ia dan istri akan membagi
pekerjaan pengasuhan anak? bagaimana ia bisa melanjutkan jadwal kerja sekaligus
menjadi ayah yang baik? serta mampukah ia membiayai keluarga yang lebih besar?
Terutama di masa sekarang, ketika biaya perawatan anak semakin meninggi, banyak
calon ayah yang susah tidur memikirkan pertanyaan ini. Penyesuaian dalam keuangan
harus dilakukan untuk menyesuaikan diri terhadap penurunan pendapatan dan
peningkatan pengeluaran karena kehadiran seorang anggota keluarga baru.
c. Ketakutan Menjadi Calon Ayah Pada Anak Pertama
Setiap calon ayah mempunyai sikap yang mempengaruhi perilakunya terhadap
suatu kehamilan. Dengan sikap tersebut, ia menyesuaikan diri terhadap kehamilan dan
peran sebagai orang tua. Ingatan calon ayah bagaimana ia dulu dirawat ayahnya,
pengalamannya merawat anak, dan persepsinya terhadap peran pria dan ayah dalam
kelompok budaya dan sosialnya akan mengarahkan pilihanya dalam menetapkan tugas
dan tanggung jawab yang akan ia pikul.
Sebagian pria akan sangat termotivasi untuk mengasuh dan mengasihi seorang
anak. Mereka mungkin bersemangat dan senang menyongsong peran ayah. Pria yang
tampaknya lebih mudah terlibat dalam peran sebagai seorang ayah dalam rencana
hidupnya.
Pria dalam penelitian dinyatakan bahwa pria dikenal sebagai penolong atau
pencari nafkah keluarga, tetapi mereka merasa asing akan pengalaman kehamilan.
Mereka merasa, tidak memiliki contoh untuk berperan sebagai ayah baru.
Empat jenis dukungan yang diperlukan untuk mempersiapkan diri menjadi ayah :
a). Dukungan emosi. Sumber utama dukungan pria adalah pasanganya. Dukungan ini
harus dimodifikasi, sehingga memungkinkan untuk mengasuh bayi dan memberi asuhan
tambahan terhadap kebutuhanya istrinya. Oleh karena itu, para ayah perlu mencari
dukungan dari keeluarga dan teman-teman. b). Dukungan instrumental. Ayah perlu
mengetahui bahwa ia dapat bergantung kepada keluarga atau teman, jika memerlukan
bantuan. c). Dukungan informasi. Ayah perlu mengetahui siapa saja yang dapat memberi
nasehat tentang cara menyelesaikan persoalan yang tiba-tiba muncul. d). Dukungan
penilaian. Ayah perlu menemukan orang lain yang dapat memberi kriteria yang dapat ia
gunakan untuk mengukur keterampilanya
d. Pengalaman Persalinan Istri Sebelumnya
Pengalaman suami menunggu persalinan istri sebelumnya dapat mengurangi kecemasan
karena memiliki pengalaman untuk melakukan tindakan yang akan dilakukan.
Pengalaman yang buruk atau traumatik pada persalinan pertama atau sebelumnya akan
meningkatkan kecemasan suami dengan mengingat kembali proses yang dialaminya
karena mengingat keadaan yang sama sebagai ancaman bagi kehidupanya (Murkoff,
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Konsep Penelitian
Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antara variabel yang ingin diamati
atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2003). Penelitian ini
bersifat deskripitif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama
untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif (Setiadi, 2007).
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka peneliti mengembangkan
kerangka konsep peneliti yang berjudul “Tingkat Kecemasan Suami Menghadapi Sectio
Caesarea pada Istri di Rumah Sakit Umum Sembiring Tahun 2011”. Dapat
digambarkan sebagai berikut :
Skema 3.1 Kerangka konsep penelitian Tingkat Kecemasan
Suami menghadapi
sectio caesarea
pada istri
1. Berdasarkan paritas
2. Berdasarkan Indikasi Sectio Caesaria pada Istri
3. Berdasarkan sumber pembiayaan sectio caesarea
B. Defenisi Operasional
Defenisi operasioanal adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana caranya
menentukan variabel dan mengukur suatu variabel, sehingga defenisi operasional ini
merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti lain yang ingin
mengguanakan variabel yanng sama (Setiadi, 2007). Variabel adalah obyek penelitian,
atau apa yanng menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006).
Table 3.1 Defenisi operasional
Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Kecemasan
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan
cross sectional yaitu untuk mendeskripsikan tingkat kecemasan suami menghadapi
sectio caesarea pada istri. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan sesaat atau
dalam suatu periode waktu tertentu dan setiap subjek studi hanya dilakukan satu kali
pengamatan selama penelitian (Machfoedz, 2009, hal. 13).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian
yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, peristiwa, sikap
hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian
(Syofian, 2010, hal. 144). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh suami yang
istrinya menjalani sectio caesarea di Rumah Sakit Umum Sembiring dari bulan
Januari-April tahun 2011. Dari survei pendahuluan yang penulis lakukan sebelumnya diketahui
jumlah sectio caesarea setiap bulanya di rumah sakit tersebut baik yang dengan indikasi
2. Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005), besar sampel dalam
penelitian adalah 85 orang.
Tehnik pengambilan sampel yang dilakukan adalah mengumpulkan seluruh data
jumlah populasi dan menetapkan jumlah sampel dengan perhitungan, setelah sampel
ditetapkan maka peneliti memberikan pertanyaan kepada responden yang datang ke
rumah sakit dan juga yang termasuk dalam kriteria sampel.
Menurut Suyatno (2005, hal. 45) untuk besarnya sampel menggunakan rumus
sebagai berikut :
n = N 1 + N (d2) Keterangan:
n = besar sampel
N = besar populasi
d = tingkat penyimpangan (0,05)
dari rumus di atas dapat dihitung jumlah sampel yang akan dijadikan responden pada
penelitian ini, yaitu :
N= 108
d = 0,05
n = N 1 + N (d2)
n = 108 1 + 108 (0.052) n = 85
dari rumus di atas dapat diketahui jumlah sampel yang akan dijadikan responden pada
Metoda pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan tehnik consecutive sampling yaitu pengambilan sampel dengan
menetapkan subyek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukan dalam penelitian
sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah klien yang diperlukan terpenuhi (Setiadi,
2007).
Kriteria dalam penelitian ini adalah seluruh suami yang akan menghadapi sectio
caesarea pada istri di RSU Sembiring Medan Tahun 2011
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Sembiring. Dari survei yang
dilakukan oleh peneliti, rumah sakit ini memiliki jumlah pasien sectio caesarea yang
cukup tinggi, sehingga memungkinkan untuk dijadikan sampel oleh peneliti. Rata-rata
jumlah pasien yang melakukan sectio caesarea baik yang indikasi medis maupun non
medis adalah lebih kurang seratus delapan orang pasien setiap bulanya, Peneliti memilih
rumah sakit ini sebagai tempat penelitian karena peneliti mendapatkan sampel yang
mencukupi sesuai dengan kriteria sampel penelitian dalam mengetahui tingkat
kecemasan suami mengahadapi sectio caesarea pada istri. Serta peneliti mengharapkan
tujuan penelitian ini dapat tercapai. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan
Januari-April 2011.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah penelitian mendapat persetujuan dari institusi
pendidikan yaitu Program Study D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan
Direktur Rumah Sakit Umum Sembiring. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal
yang berkaitan dengan permasalahan etika, yaitu memberikan penjelasan kepada calon
responden tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian setelah itu calon
responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent (formulir persetujuan
responden). Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak
menuliskan nama responden pada penelitian. Data-data yang diperoleh juga hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian.
E. Alat Pengumpulan Data
Untuk kuesioner tingkat kecemasan suami selama menghadapi persalinan
disusun dengan berpedoman pada Hamilton rating scale for anxiety (HRS-A), yang
telah penulis modifikasi, bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan suami
menghadapi sectio caesarea pada istri, Kuesioner tingkat kecemasan terdiri dari enam
belas pertanyaan, kuesioner yang dimodifikasi mulai nomor 1 sampai dengan14 dibuat
dalam bentuk pertanyaan, kemudian penulis menambah dua pertanyaan yang juga
berdasar pada HRS-A.
Kriteria penilaian adalah sebagai berikut :
1. Pertanyaan dengan jawaban ‘tidak pernah’ bernilai 0 (nol)
2. Pertanyaan dengan jawaban ‘kadang’ mempunyai nilai 1 (satu)
3. Pertanyaan dengan jawaban ‘sering’ mempunyai nilai 2 (dua)
F. Validitas dan Reliabilitas
Validitas instrumen adalah ketetapan dari suatu instrumen penelitian atau alat
pengukur terhadap konsep yang akan diukur, sehingga instrumen itu akan mempunyai
kevalidan dengan taraf yang baik jika betul-betul mengukur apa yang hendak diukur.
Dalam menguji validitas instrument maka dilakukan content validity (Syofian, 2010)
Uji validitas ini telah dilakukan content validity dan didapat nilai 0,70.
Selain mengukur validitas, dilakukan juga pengujian reliabilitas instrumen untuk
menentukan kehandalannya. Reliabilitas instrumen adalah ukuran sejauh mana suatu alat
ukur memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan
seseorang (Machfoed, 2009, hal. 78-87). Uji Reliabilitas sudah dilakukan kepada
sepuluh orang suami di RSU Hidayah dengan menggunakan Cronbach Alpha pada
program SPSS versi 15.0. Hasil uji reliabilitas untuk kuesioner tinglkat kecemasan
suami pada istri adalah 0,7 (Reliabel).
G. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang dilakukan dengan mengajukan surat
permohonan izin penelitian pada Institusi Pendidikan Program D-IV Bidan Pendidik
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dan mengajukan surat permohonan
izin melaksanakan penelitian di Rumah Sakit Umum Sembiring. Dengan diperolehnya
kedua surat izin tersebut maka peneliti melaksanakan pengumpulan data di rumah sakit
tersebut, selanjutnya peneliti memilih responden dan meminta persetujuan mereka
untuk menjadi responden secara suka rela. Calon responden yang bersedia menjadi
Selanjutnya peneliti menjelaskan kepada responden bagaimana proses
wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti. Pengisian kuesioner dilakukan oleh
peneliti dengan cara memberikan tanda ceklist pada jawaban yang dianggap sesuai
dengan pernyataan dan kondisi responden. Responden diberikan kesempatan untuk
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti agar menjawab pertanyaan dengan
jujur. Setelah lembar kuesioner diisi oleh peneliti, selanjutnya peneliti memeriksa
kelengkapan data tersebut.
H. Analisis Data
Analisa data dilakukan dengan data yang telah terkumpul melalui beberapa tahap
antara lain editing yaitu mengecek kelengkapan identitas dan data responden serta
memastikan semua jawaban yang telah diisi. Peneliti meminta responden agar menjawab
seluruh pertanyaan yang diajukan agar tidak perlu lagi pengambilan data ulang.
Data yang diperoleh diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam
melakukan tabulasi dan anlisa data. Pengkodean dalam karakteristik responden yaitu
pendidikan, pekerjaan, umur, sumber biaya, indikasi dilakukanya sectio caesarea dan
paritas atau jumlah anak, sedangkan pengkodean pada tingkat kecemasan yaitu
kecemasan ringan diberi kode 1, kecemasan sedang diberi kode 2, kecemasan berat
diberi kode 3, kecemasan panik diberi kode 4. Processing yaitu setelah data diberi kode
(coding) maka data dari kuesioner dimasukkan ke dalam komputer (entry) dan dilakukan
pengolahan data dengan tehnik komputerisasi yaitu program SPSS versi 15.0. Kemudian
tekhnik analisa yang digunakan adalah statistika deskriptif, dimana data yang diperoleh
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari – April 2011 terhadap 85 responden
dari 108 populasi suami yang menghadapi sectio caesarea di Rumah Sakit Umum
Sembiring Medan Tahun 2011.
Hasil Penelitian
A. Data Demografi Responden
Dari data demografi responden berdasarkan karakteristik responden meliputi :
umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, indikasi sectio caesarea, dan sumber biaya,
Tabel 5.1
Distribusi Data Demografi Suami Menghadapi sectio Caesarea pada Istri di RSU
Berdasarkan Tabel 5.1 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden berumur
26-30 tahun merupakan responden terbanyak yaitu 34 orang (40,0%), berdasarkan
pendidikan mayoritas responden berpendidikan SMP sebanyak 31 orang (36,5 %),
berdasarkan sumber pekerjaan responden mayoritas didapat responden yang memiliki
pekerjaan tidak tetap sebanyak 39 orang (45,9 %), berdasarkan sumber biaya mayoritas
responden memiliki sumber biaya secara umum yaitu dengan biaya sendiri sebanyak 39
orang (45,9%), berdasarkan indikasi dilakukannya sectio caesarea responden mayoritas
didapat responden yang dengan tindakan non medis. sebanyak 58 orang (56,5 %), dan
berdasarkan paritas atau jumlah anak mayoritas didapat responden dengan paritas atau
jumlah anak pertama sebanyak 36 orang (42,4%).
B. Tingkat Kecemasan Responden
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil berikut:
Tabel 5.2
Distribusi Pertanyaan Kecemasan Suami Menghadapi Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum Sembiring Tahun Medan Tahun 2011
No Pertanyaan
Pilihan Jawaban Tidak
Pernah Kadang Sering
Terus Menerus
F % F % F % F %
1 Merasa cemas dan berfirasat
buruk tentang persalinan istri 8 9,4 40 47,1 28 32,9 9 10,6 2 Merasa tegang dan tidak bisa
istitrahat tenang menanti proses
persalinan istri 6 7,1 53 62,4 25 29,4 1 1,2
5 Daya ingat atau konsentrasi bapak menurun karena terlalu cemas
dengan persalinan istri 17 20,0 33 38,8 31 36,5 4 4,7
6 Merasa cemas dengan biaya
persalinan dan anak 13 15,3 42 49,4 23 27,1 7 8,2 7 Merasa lemas seperti mau pingsan
dan jantung berdebar-debar 14 16,5 31 36,5 35 41,2 5 5,9 8 Telinga bapak terasa berdenging
23 27,1 27 31,8 24 28,2 11 12,9 9 Sewaktu menunggu persalinan
bapak bolak balik bertanya
kepada petugas kesehatan 18 21,1 41 48,2 21 24,7 5 5,9 10 Sering buang air kecil saat
menunggu proses persalinan istri 19 22,4 40 47,1 23 27,1 3 3,5 11 Merasa gelisah dan menjadi
gugup 20 23,5 38 44,7 21 24,7 6 7,1
12 Tidak nafsu makan atau nafsu
makan bapak menurun 2 2,4 12 14,1 54 63,5 17 20,0 13 Berkeringat banyak saat
menunggu persalinan istri 28 32,9 31 36,5 24 28,2 2 2,4 14 Mengalami sakit kepala saat
menunggu persalinan istri 32 37,6 30 35,3 19 22,4 4 4,7 15 Mulut atau bibir bapak terasa
kering 10 11,8 35 41,2 34 40,0 6 7,1
16 Merasa tidak tenang, dan jari-jari
gemetar 13 15,3 56 65,9 11 12,9 5 5,9
Berdasarkan hasil penelitian, distribusi mayoritas jawaban responden yang
menjawab ’tidak pernah’ adalah pada soal no 4 (Merasa takut atau tidak dapat menerima
akan jenis kelamin anak yang berbeda dengan harapan bapak ) sebanyak 40 0rang
(47,1%), mayoritas responden yang menjawab ’kadang’ adalah pada soal no 16 (Merasa
tidak tenang, dan jari-jari gemetar ) sebanyak 56 orang (65,9%), mayoritas responden
yang menjawab ’sering’ adalah pada soal no 12 (Tidak nafsu makan atau nafsu makan
bapak menurun) sebanyak 54 orang (63,5%), mayoritas responden yang menjawab
’terus-menerus’ adalah pada soal no 12 (Tidak nafsu makan atau nafsu makan bapak
Dari seluruh jawaban responden tersebut, kemudian tingkat kecemasan
responden dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu tingkat kecemasan ringan,
tingkat kecemasan sedang, tingkat kecemasan berat dan tingkat kecemasan panik. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Kecemasan Suami Menghadapi
Sectio Caesarea di RSU Sembiring Medan Tahun 2011
Kecemasan Suami Frekuensi Persentase (%)
Ringan 29 34,1
Sedang 39 45,9
Berat 15 17,6
Panik 2 2,4
Total 85 100
Berdasarkan hasil Tabel 5.3 dapat diketahui tingkat kecemasan suami yang paling
banyak mengalami kecemasan ringan adalah sebanyak 29 orang (34,1%), sedangkan
responden dengan kecemasan sedang adalah sebanyak 39 orang (45,9%), responden
dengan kecemasan berat adalah sebanyak 15 orang (17,6%), untuk tingkat kecemasan
1. Tingkat Kecemasan Berdasarkan Paritas Istri Responden
Setelah diketahui tingkat kecemasan suami, kemudian dilakukan tabulasi silang
antara tingkat kecemasan berdasarkan paritas istri responden, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Kecemasan Suami Menghadapi Sectio Caesarea Pada Istri Berdasarkan Paritas di RSU Sembiring Medan Tahun 2011
Kecemasan
Paritas Total
1 >2
F % F % F %
Ringan - - 29 34,1 29 34,1
Sedang 22 25,9 17 20,0 39 45,9
Berat 12 14,1 3 3,5 15 17,6
Panik 2 2,4 - - 2 2,4
Total 36 42,4 49 57,6 85 100
Berdasarkan Tabel 5.9 dapat diketahui responden pada paritas pertama
mayoritas berada pada tingkat kecemasan sedang yaitu 22 orang (25,9%), dan dua orang
responden berada pada tingkat kecemasan panik (2,4%). Sedang pada responden pada
paritas lebih dari dua mayoritas berada pada tingkat kecemasan ringan sebanyak 29
orang (34,1%), minoritas berada pada tingkat kecemasan berat sebanyak 3 orang (3,5%),
2. Tingkat Kecemasan Berdasarkan Indikasi Istri Responden
Setelah dikeantahui tingkat kecemasan suami, kemudian dilakukan tabulasi
silang antara tingkat kecemasan berdasarkan indikasi sectio, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Kecemasan Suami Menghadapi Sectio Caesarea Pada Istri Berdasarkan Indikasi Sectio Caesrea di RSU Sembiring Medan Tahun 2011
Kecemasan
Indikasi
Total
Medis Non Medis
F % F % F %
Ringan 1 1,2 28 32,9 29 34,1
Sedang 21 24,7 18 21,2 39 45,9
Berat 13 15,3 2 2,4 15 17,6
Panik 2 2,4 - - 2 2,4
Total 37 43,5 48 56,5 85 100
Dari Tabel 5.8 dapat diketahui responden dengan indikasi medis mayoritas
berada pada tingkat kecemasan sedang yaitu 21 orang (24,7%), dan satu orang
responden yang berada pada tingkat kecemasan ringan (1,2%). Pada responden dengan
indikasi nonmedis rata-rata berada pada tingkat kecemasan ringan sebanyak 28 orang
(32,9%) dan hanya dua orang responden yang berada pada tingkat kecemasan berat
3. Tingkat Kecemasan Berdasarkan Sumber Biaya Responden
Setelah diketahui tingkat kecemasan suami, kemudian dilakukan tabulasi silang
antara tingkat kecemasan berdasarkan sumber biaya responden, untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Kecemasan Suami Menghadapi Sectio Caesarea Pada Istri Berdasarkan Sumber Biaya di RSU Sembiring Medan Tahun 2011
Kecemasan
Biaya
Total Jamkesmas Askes Jamsosotek Umum
F % F % F % F % F %
Ringan 9 10.6 4 4,7 7 8,2 9 10,6 29 34,1 Sedang 15 17,6 2 2,4 2 2,4 20 23,5 39 45,9
Berat 4 4,7 1 1,2 - - 10 11,8 15 17,6
Panik 2 2,4 - - - 2 2,4
Total 30 35,3 7 8,2 9 10,6 39 45,9 85 100
Berdasarkan Tabel 5.7 diatas diperoleh responden dengan sumber biaya
jamkesmas mayoritas berada pada tingkat kecemasan sedang sebanyak 15 orang
(17,6%), dan dua orang responden yang mengalami kecemasan pada tingkat panik
(2,4%). Pada responden dengan sumber biaya yang diperoleh dari asuransi kesehatan
(ASKES) terdapat empat orang responden yang berada pada tingkat kecemasan ringan
(4,7%) dan hanya satu orang responden yang berada pada tingkat kecemasan berat
(1,2%). Sedangkan pada responden dengan sumber biaya jamkesmas rata-rata responden
berada pada tingkat kecemasan ringan yaitu 7 orang (8,2%), dan terdapat dua responden
pada tingkat kecemasan sedang (2,4%). Responden dengan sumber biaya umum (biaya
sendiri) mayoritas berada pada tingkat kecemasan sedang yaitu 20 orang (23,5%) serta 9
C. Pembahasan
Berikut ini dilakukan pembahasan karakteristik responden berdasarkan data yang
telah disajikan sebelumnya.
1. Tingkat Kecemasan Suami Berdasarkan Paritas
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan kepada 85 orang responden, untuk tingkat
kecemasan berdasarkan paritas, pada primi dijumpai kecemasan berat sebanyak 12 orang
(14,1%) dan pada kecemasan panik sebanyak dua orang (2,4%). Sedang pada responden
dengan paritas lebih dari dua berada pada kecemasan berat hanya sebanyak satu orang
(1,2%) serta tidak ada yang mengalami kecemasan pada tingkat berat dan tingkat panik.
Hal ini didukung oleh penelitian Hasmady (2008), bahwa suami mengalami
kecemasan pada tingkat yang tinggi saat menghadapi proses kelahiran anak pertama,
dengan gejala-gejala kecemasan seperti a) secara fisiologis subjek mengalami keluar
keringat dingin, sakit kepala, mengalami sesak nafas, b) secara psikologis ditandai
dengan adanya perubahan emosi, mengalami rasa gelisah, dan mengalami rasa tegang, c)
secara kognitif subjek mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi.
Selain hal di atas, pola pemikiran suami yang istri mengalami sectio caesarea
juga dapat menyebabkan kecemasan Asumsi dan kesalahan proses dimana suami
memiliki ketakutan terhadap proses kelahiran yang dilakukan melalui sectio caesarea
karena suami memperoleh informasi bahwa proses kelahiran yang dilakukan melalui
sectio caesarea memiliki resiko yang sangat tinggi.
Di samping itu faktor trauma mental juga dapat terjadi, karena suami memiliki
anak pertama. Proses kelahiran anak pertama juga merupakan suatu keadaan yang baru
bagi suami, karena dengan tidak adanya pengalaman, dapat memicu kecemasan suami.
Sedangkan pada hasil penelitian, terdapat satu orang responden yang mengalami
kecemasan berat pada paritas ketiga, setelah penulis lakukan wawancara dengan
responden ternyata diketahui persalinan sebelumnya adalah dengan persalinan normal
sedangkan pada persalinan ketiga ini harus dengan sectio caesarea karena ada indikasi
medis dan ini merupakan sectio caesarea pertama sehingga membuat responden menjadi
lebih cemas, tentu saja ini menjadi pemicu bagi suami sehingga menjadi kecemasan
yang berat meskipun anak ketiga.
2. Tingkat Kecemasan Suami Berdasarkan Indikasi Sectio Caesarea
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data bahwa dari 85 orang
responden yang dengan tindakan sectio caesarea, mayoritas responden yang mengalami
kecemasan ringan adalah responden yang dengan tindakan non medis sebanyak 28 orang
(32,9%). Pada sectio caesarea yang dialakukan tanpa indikasi medis biasanya
keputusan persalinan dengan sectio caesarea telah direncanakan sebelumnya, biasanya
karena kosmetik dan sosial sehingga diawal kehamilan telah dilakuka
persiapan-persiapan sehingga tingkat kecemasan suami biasanya pada tingkat yang ringan yang
berbeda pada sectio caesarea yg dilakukan dengan indikasi medis. Pada responden
dengan indikasi medis sebanyak 21 orang (24,7%) berada pada kecemasan sedang, pada
kecemasan berat sebanyak 13 orang (15,3%) serta pada kecemasan panik sebanyak 2
orang (2,4%).
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Misrawati (2006). Menyatakan bahwa
caesarea segera tanpa rencana karena persepsinya terhadap ancaman keselamatan istri
dan anaknya. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor kecemasan serta informasi dan sikap
tenaga kesehatan, sehingga seorang suami mengharapkan tenaga kesehatan untuk
memberikan informasi yang jelas, komunikatif dan bersikap tenang.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan tersebut adalah situasi dan
kondisi yang meningkatkan kecemasan meliputi informasi yang tidak jelas, trauma,
keyakinan yang menentang sectio caesarea, belum ada pengalaman dioperasi dan tidak
ada dana, serta situasi dan kondisi yang menurunkan kecemasan yaitu dukungan
keluarga, teman, istri, pengalaman bekerja di lingkungan berbahaya, pengetahuan
tentang sectio caesarea, serta budaya tradisi sebagai laki-laki.
3. Tingkat Kecemasan Suami Berdasarkan Sumber Biaya
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data bahwa dari 85 orang
responden, pada sumber biaya umum (biaya sendiri) sebanyak 10 orang (11,8%) berada
pada tingkat kecemasan berat, hal ini disebabkan karena tanggung jawab suami yang
makin bertambah dari segi finansial, suami tidak memiliki asuransi kesehatan sehingga
biaya yang akan ditanggung suami harus dibayar secara pribadi. Berbeda dengan
responden dengan menggunakan asuransi kesehatan (ASKES), hanya satu orang yang
mengalami kecemasan berat, hal ini disebabkan karna adanya indikasi medis pada
persalinan, sedangkan pada responden yang menggunakan asuransi seperti jaminan
sosial teknologi (JAMSOSTEK) dan Askes tidak ada kecemasan pada tingkat
kecemasan berat dan panik, hal ini dikarenakan karena dengan adanya asuransi
kesehatan, sehingga tanggung jawab finansial yang dialami oleh suami dapat berkurang.
mengalami kecemasan sedang, hal ini dapat didukung karena walaupun responden telah
menggunakan asuransi jamkesmas, namun tidak semua biaya pengobatan ditanggung
oleh asuransi tersebut, obat-obat yang ditanggung oleh asuransi hanya obat-obat yang
telah disediakan oleh pemerintah secara gratis, ada beberapa obat yang tidak disediakan
sehimgga responden harus membelinya sendiri dengan menggunakan biaya sendiri,
sehingga ini dapat memicu kecemasan bagi responden, karena walaupun sudah
menggunakan asuransi kesehatan, tetapi masih ada hal yang harus ditanggung dari segi
finansial.
Sejalan dengan pendapat Sektiawan (2010), bahwa selain mencemaskan kondisi
istrinya, masalah lain yang ikut dicemaskan oleh suami diantarnya masalah rumah
tangga, dan keadaan sosial ekonomi.
Menurut May (1982) yang dikutip dari Musbikin (2006) menyebutkan bahwa
kesiapan calon ayah menyambut persalinan dicerminkan dalam tiga aspek, 1. Keuangan
yang relatif cukup, 2. Hubungan yang stabil dengan pasangan, 3. Kepuasan dalam
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan pada bab sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa
1. Berdasarkan karakteristik responden berdasarkan tingkat kecemasan suami
dalam menghadapi sectio caesarea pada istri mayoritas suami berada pada
tingkat kecemasan sedang sebanyak 39 orang (45,9%)
2. Tingkat kecemasan suami dalam menghadapi sectio caesarea pada istri
berdasarkan paritas atau jumlah anak paling banyak melakukan tindakan
operasi adalah adalah pada anak pertama sebanyak 36 orang (42,4%).
3. Tingkat kecemasan suami dalam menghadapi sectio caesarea pada istri
berdasarkan indikasi dilakukanmya sectio caesarea paling banyak responden
melakukan operasi karena indikasi non medis sebanyak 48 orang (56,5%).
4. Tingkat kecemasan suami dalam menghadapi sectio caesarea pada istri
berdasarkan berdasarkan sumber pembiayaan mayoritas responden
menggunakan sumber biaya secara umum atau biaya sendiri sebanyak 39
orang (45,9%).
B. Saran
Adapun saran pada penelitian ini yaitu:
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Agar dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan
dan informasi terutama tentang keterlibatan suami terhadap proses persalinan
dengan tindakan sectio caesarea. Pelaksana program kelas prenatal khusus ibu
beserta pasangannya dan melaksanakan asuhan dengan melibatkan peran serta
suami.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan penelitian ini menjadi referensi perpustakaan, sehingga dapat
dijadikan bahan bacaan mahasiswa D–IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
4. Bagi penelitian selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar penelitian selanjutnya terkait dengan
dukungan suami dalam persalinan istri dengan sectio caesarea
5. Bagi Suami
Hasil penelitian ini dapat mennjadi sumber informasi dan pengetahuan bagi
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta
Bare, B, G, dan Smeltzer. S, C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta:
EGC.
Bobak, I, M, et all. (2004). Keperawatan Maternitas, Jakarta : EGC.
Cendika, D, dan Indarwati. (2010). Panduan Pintar dan Hamil Melahirkan. Jakarta :
Wahyu Media.
Dewi, Yusmiati. (2007). Manajemen Stres, Cemas : Pengantar Dari A Sampai Z,
Jakarta: Edsa Mahkota.
Dewi, Prima, R. (2009). Rahasia Kehamilan, Jakarta : Shira Media.
Dalami, E, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Psikososial,
Jakarta: Trans Info Media.
Hawari, Dadang. (2006). Majemen Stres, Cemas dan Depresi, Jakarta : FKUI.
Judhita, I, dan Cynthia, S, I, (2009). Tips Praktis Bagi Wanita Hamil, Jakarta : Penebar
Swadaya.
Kasdu, Dini. (2003). Operasi Caesar Masalah dan Solusinya, Jakarta : Puspa Swara.
Liu, david T. Y. (2007). Manual Persalinan, Jakarta : EGC.
Murkoff, H, Eisenberg, A, dan Hathaway, S. (2006). Kehamilan Apa yang Anda Hadapi
Bulan Perbulan, Jakarta : Arcan.
Musbikin, Imam. (2006). Persiapan Menghadapi Persalinan, Yogyakarta : Mitra
Pustaka.
Nolan, Mary. (2010). Kelas Bersalin, Jogjakarta : Golden Books.
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan, Jakarta : Graha Ilmu
Siregar,S. (2010). Statistika Deskripitif Untuk Penelitian, Jakarta : Rajawali Pers
Suliswati, dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC.
Sundari, Siti. (2005). Kesehatan Mental Dalam Kehidupan, Jakarta : Rineka Cipta.
Sururinah. (2009). Buku Pintar Kehamilan dan Persalinan, Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Tim Penyusun Program D-IV USU (2010). Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah,
Medan : Tidak dipublikasikan.
Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC.
Hasmady. (2008). Gambaran Kecemasan Seorang Suami Saat Menghadapi Proses
Kelahiran Anak Pertama (studi kasus). http://library.gunadarma.ac.id
Kompas. (2010). Cara Menikmati Masa Kehamilan.
Misrawati. (2006). Pengalaman dan perilaku suami dalam menunggu istri melahirkan
dengan seksio sesarea tidak terencana di rumah sakit Koja Jakarta.
Sarmana, (2004) Determinan Non Media dalam Permintaan persalinan Sectio Caesarea
Di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2004
Sektiawan Heri. (2010). Gambaran tingkat kecemasan suami ketika menunggu Istri
melahirkan dengan tindakan vacum Di balai pengobatan dan rumah bersalin Pku