BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sectio Caesarea
1. Pengertian
Sectio caesarea adalah persalinan untuk melahirkan janin dengan
berat 500 gram atau lebih, melalui pembedahan diperut dengan
menyayat di dinding rahim (Kasdu, 2003, hal. 8). Sedangkan menurut
William, (2010), Sectio caesareaadalah suatu pembedahan guna
melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus.
2. Jenis-Jenis Sectio Caesarea
Menurut Rasjidi, (2009), ada dua jenis sayatan operasi yang dikenal
dengan:
a. Sayatan melintang
Dalam istilah kedokteran lebih dikenal dengan sayatan sesarea
pfannenstiel yaitu sayatan pembedahan dilakukan di bagian bawah
rahim (SBR). Sayatan melintang dimulai dari ujung atau pinggir
selangkangan (simphysis) diatas batas rambut kemaluan sepanjang
sekitar 10-14 cm.
b. Sayatan vertikal (sectio caesarea klasik)
Suatu insisi vertikal pada korpus uteri diatas segmen bawah uterus
3. Indikasi Sectio Caesarea
Menurut para ahli kandungan sectio caesarea dilakukan apabila
kelahiran melalui vagina mungkin membawa resiko pada ibu dan janin.
Adapun indikasi dari sectio caesarea menurut Rasjidi, (2009), yakni:
a. Indikasi Mutlak yang meliputi indikasi ibu seperti panggul sempit
absolut, kegagalan melahirkan secara normal karena kurang
adekuatnya stimulus, tumor-tumor jalan lahir yang menyebabkan
obstruksi, stenosis serviks atau vagina, plasenta previa,
disproporsi sefalopelvik, dan ruptur uteri membakat. Sedangkan
indikasi janin seperti kelainan letak, gawat janin, prolapsus
plasenta, perkembangan bayi yang terhambat, dan mencegah
hipoksia janin, misalkan karena preeklamsia.
b. Indikasi Relatif yang mencakup tentang riwayat sectio caesarea
sebelumnya, presentasi bokong, distosia, fetal distres, preeklamsia
berat, penyakit kardiovaskuler dan diabetes, ibu dengan HIV
positif sebelum inpartu, dan gemeli.
c. Indikasi Sosial yang meliputi wanita yang takut melahirkan
berdasarkan pengalaman sebelumnya, wanita yang ingin sectio
caesarea elektif karena takut bayinya mengalami cedera atau
asfiksia selama persalinan atau mengurangi resiko kerusakan dasar
panggul, dan wanita yang takut terjadinya perubahan pada
4. Kontra Indikasi
Adapun kontra indikasi dari sectio caesarea yaitu:
a. Bekas insisi vertikal tipe apapun
b. Insisi yang tipenya tidak diketahui
c. Pernah sectio casarea lebih dari satu kali
d. Saran untuk tidak melakukan trial of labor dari dokter bedah yang
melaksanakan pembedahan pertama
e. Panggu l sempit
f. Presentasi abnormal, seperti presentasi dahi, bokong atau letak lintang
g. Indikasi medis untuk segera mengakhiri kehamilan, termasuk
diabetes, toxemia gravidarum dan plasenta previa.
5. Manfaat Sectio Caesar
Alasan kuat untuk melakukan bedah sesar adalah mencegah mortalitas
dan morbiditas ibu dan bayi. WHO (1985) menyakini bahwa angka bedah
sesar sekitar 10-15% mencerminkan intervensi yang tepat.
a. Bedah sesar mungkin merupakan satu-satunya cara untuk melahirkan
bayi pada kasus obstruksi persalinan. Kemungkinan lainnya adalah
kematian janin, dan pada akhirnya kematian ibu.
b. Jumlah kasus serebral palsi mungkin menurun
c. Bedah sesar dapat mengurangi sebagian kasus prolaps uterovagina
dan inkontinensia urine (tapi tidak seluruhnya)
d. Dapat mencegah nyeri perineum
e. Bedah sesar mungkin dapat mengurangi ketakutan ibu saat proses
f. Sekelompok kecil ibu yang mengalami masalah panggul dapat
merasakan manfaat dari tindakan bedah sesar, tapi kebanyakan dari
mereka dapat dibantu untuk melahirkan secara normal
g. Sesuai keinginan, orang tua tahu tanggal kelahiran bayi mereka
h. Dianggap sebagai upaya perlindungan bagi dokter dari litigasi
6. Resiko Sectio caesarea
Bedah sesar menghadirkan sejumlah resiko bagi ibu dan bayi, terutama
pada kala dua persalinan. Dibandingkan dengan pelahiran vagina, bedah
sesar lebih mungkin menyebabkan hal berikut:
a. Nyeri abdomen
b. Cedera kandung kemih dan ureter, histerektomi, tapi tidak ada
perbedaan cedera pada saluran kelamin
c. Peningkatan lama rawat di rumah sakit, perawatan ulang di rumah
sakit, dan kembali menjalani operasi
d. Implikasi untuk kehamilan selanjutnya adalah plasenta previa, ruptur
uterus, dan lahir mati antepartum
e. Penyakit tromboflebitis, perawatan di unit terapi intensif
f. Kematian ibu
g. Morbiditas neonatus: bayi mungkin akan mengalami pernafasan yang
buruk, terutama setelah tindakan bedah sesar elektif, dan kadar gula
darah yang rendah serta pengaturan suhu tubuh yang buruk
h. Beredar spekulasi bahwa bedah sesar elektif itu sendiri
mengakibatkan penurunan hormon maternal yang dapat memengaruhi
i. Biaya bedah sesar mencapai dua kali biaya pelahiran instrumental dan
2-3 kali lebih tinggi dari biaya pelahiran per vagina.
7. Prosedur Tindakan Sectio Caesarea
a. Izin Keluarga
Pihak rumah sakit memberikan surat yang harus ditanda tangani oleh
keluarga, yang isinya izin pelaksanan operasi.
b. Pembiusan
Pembiusan dilakukan dengan bius epidural atau spinal. Dengan cara
ini ibu akan tetap sadar tetapi ibu tidak dapat melihat proses operasi
karena terhalang tirai.
c. Disterilkan
Bagian perut yang akan dibedah, disterilkan sehingga diharapkan
tidak ada bakteri yang masuk selama operasi.
d. Pemasangan Alat
Alat-alat pendukung seperti infus dan kateter dipasangkan. Peralatan
yang dipasang disesuaikan dengan kondisi ibu.
e. Pembedahan
Setelah semua siap, dokter akan melakukan sayatan demi sayatan
sampai mencapai rahim dan kemudian selaput ketuban dipecahkan.
Selanjutnya dokter akan mengangkat bayi berdasarkan letaknya.
f. Mengambil Plasenta
g. Menjahit
Langkah terakhir adalah menjahit sayatan selapis demi selapis
sehingga tertutup semua. (Juditha, dkk, 2009, hal. 90-91)
B. KonsepKecemasan
1. Defenisi
Menurut Sundari (2005, hal. 51), Kecemasan merupakan sutau
keadaan yang menggoncangkan karena adanya ancaman terhadap
kesehatan. Dan menurut Suliswati (2005, hal. 108), Kecemasan
merupakan respons individu terhadap suatu keadaan yang tidak
menyenangkan dan dialami oleh semua makluk hidup dalam kehidupan
sehari-hari. Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu
yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan
dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. Sedangkan menurut
Riyadi dan Purwanto (2009), Kecemasan atau ansietas adalah suatu
perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang
sering disertai gejala fisiologis.
2. Teori Kecemasan
Teori psikoanalitik menurut Freud, kecemasan timbul akibat reaksi
psikologis individu terhadap ketidak mampuan mencapai energi yang
tidak terekspresikan akan mengakibatkan rasa cemas. Kecemasan dapat
timbul secara otomatis akibat dari stimulus internal dan eksternal yang
berlebihan sehingga melampaui kemampuan individu untuk
Dalam teori menurut (Spielberger, 1972). Kecemasan adalah reaksi
emosional yang tidak menyenangkan terhadap bahaya nyata atau
imaginer yang disertai dengan perubahan pada sistem saraf otonom dan
pengalaman subjektif sebagai tekanan, ketakutan, dan kegelisahan,
adapun teori dari ( Spielberger, 1972). Membagi atas dua teori yaitu :
a. State anxiety adalah kondisi emosional yang sementara atau sesaat
pada individu yang bersifat subyektif, karena adanya ketegangan
dan kekhawatiran serta menghasilkan aktifitas system saraf
otonom. State anxiety memiliki variasi intensitas dan derajat yang
berbeda-beda dari waktu ke waktu sesuai dengan kondisi individu.
b. Trait anxiety lebih mengarahkan pada kestabilan perbedaan
personality dalam kecenderungan untuk merasa cemas. Trait
anxiety tidak langsung terlihat pada tingkah laku individu, tetapi
dapat di lihat dari frekuensi state anxiety individu.
3. Mekanisme Munculnya Trait Anxiety dan State Anxiety
Menurut ( Spielberger, 1972). Mengajukan hubungan antara (State
anxiety) kecemasan sesaat dan (Trait anxiety) kecemasan dasar sebagai
berikut :
a. Kecemasan sesaat muncul ketika individu merasa berada dalam
situasi yang mengancam.
b. Intensitas dari kecemasan adalah sebanding dengan besarnya
ancaman yang dirasakan individu.
c. Lamanya reaksi kecemasan sesaat ini akan tergantung pada
situasi yang dihadapinya (kecemasn sesaat akan berlangsung lama
jika individu merasa terus menerus).
d. Individu dengan kecemasan dasar yang tinggi akan
mempersepsikan situasi, khususnya situasi yang mengandung
unsure kegagalan atau ancaman terhadap self-efficacy sebagai
sesuatu hal yang lebih mengancam daripada individu dengan
kecemasan dasar yang lebih rendah.
e. Peningkatan kecemasan sesaat mempunyai stimulus dan
penggerak (drive), yang mungkin dapat terlihat langsung melalui
perilaku atau yang akan menggerakkan pertahanan psikologisnya,
yang pada masa lalu pernah berhasil mengurangi kecemasannya,
atau yang di pandang efektif untuk merendahkan kecemasan
sesaat ini.
f. Situasi-situasi menekan yang dihadapi dapat menyebabkan
individu mengembangkan response atau membentuk defence
mechanism untuk mengurangi kecemasan tersebut.
4. Faktor Predisposisi Cemas
Berbagai teori yang dikembangkan untuk menjelaskan penyebab
kecemasan atau ansietas, yakni:
a. Menurut teori psikoanalitik yang dikemukakan oleh Sigmund Freud,
kecemasan merupakan konflik emosional yang terjadi antara id dan
superego, yang berfungsi memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya
b. Menurut pandangan Interpersonal yang dikemukakan oleh Sullivan,
kecemasan timbul dari perasaan takut dari tidak adanya penerimaan
dan penolakan interpersonal.
c. Menurut pandangan perilaku, kecemasan merupakan hasil frustasi
dari segala sesuatu yang menganggu kemampuan seseorang untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
d. Kajian keluarga menunjukan bahwa ganguan kecemasan merupakan
hal yang biasanya terjadi dalam suatu keluarga.
e. Kajian biologis menunjukkan bahwa kesehatan umum seseorang
mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap kecemasan.
Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik selanjutnya
menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor (Riyadi dan
Purwanto, 2009, hal. 45-47).
5. Gejala Klinis Cemas
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang
mengalami gangguan kecemasan antara lain yaitu cemas, khawatir, firasat
buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang,
tidak tenang, gelisah, mudah terkejut, takut sendirian, takut pada
keramaian dan banyak orang, gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang
menegangkan, gangguan konsentrasi dan daya ingat, keluhan-keluhan
somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran
berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan,
gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya (Hawari, 2001,
6. Tingkat Kecemasan
Tingkatan kecemasan menurut Stuart (2006) dibagi menjadi empat, yakni:
a. Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari;
kecemasan pada tingkat ini menyebabkan seseorang menjadi
waspada dan meningkatkan lahan presepsinya. Kecemasan ini
dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreativitas.
b. Kecemasan Sedang
Ini memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang
mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat melakukan
sesuatu yang lebih banyak jika diberi arahan.
c. Kecemasan Berat
Individu cenderung untuk berfokus pada sesuatu yang terinci dan
spesifik serta tidak dapat berpikir tentang yang lain. Semua
perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu
tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat berfokus
pada suatu area lain.
d. Tingkat Panik
Kecemasan berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror.
Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami
panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
7. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan Pada Suami
a. Kecemasan karena Indikasi Persalinan
Suami yang menunggu persalinan istrinya dihadapkan pada
situasi yang tidak menentu, artinya suami tidak tahu secara pasti
kondisi saat-saat menjelang persalinan. Kondisi inilah yang
memunculkan kecemasan pada suami. Beberapa hal yang dicemaskan
dan ketidaksiapan suami dalam menunggu proses persalinan sang istri
karena adanya ketakutan seperti apakah akan memperoleh
pertolongan dan perawatan semestinya, apakah bayinya cacat, ataukah
bayinya akan meninggal. Selain suami mencemaskan kondisi istrinya,
masalah lain yang ikut dicemaskan oleh suami diantaranya masalah
rumah tangga, keadaan sosial ekonomi.
b. Kecemasan akan Tanggung Jawab Finansial
May (1982) menemukan bahwa kesiapan calon ayah
menyambut persalinan dicerminkan dalam tiga aspek : 1). Keuangan
yang relatif cukup, 2). Hubungan yang stabil dengan pasangan, 3).
Kepuasan dalam hubungan tanpa anak. Banyak pria menyatakan
kekhawatiran akan ekonomi keluarga yang tidak aman. Para calon
ayah merasa khawatir akan perannya sebagai orang tuadan efeknya
pada kehidupannya. Kekhawatiran yang paling umum adalah, Apakah
ia akan menjadi ayah yang baik? Apakah hubungan dengan istri akan
berubah? Bagaimana ia dan istri akan membagi pekerjaan pengasuhan
anak? Bagaimana ia bisa melanjutkan jadwal kerja sekaligus menjadi
ayah yang baik? serta Mampukah ia membiayai keluarga yang lebih
semakin meninggi, banyak calon ayah yang susah tidur memikirkan
pertanyaan ini. Penyesuaian dalam keuangan harus dilakukan untuk
menyesuaikan diri terhadap penurunan pendapatan dan peningkatan
pengeluaran karena kehadiran seorang anggota keluarga baru.
c. Ketakutan Menjadi Calon Ayah pada Anak Pertama
Setiap calon ayah mempunyai sikap yang mempengaruhi
perilakunya terhadap suatu kehamilan. Dengan sikap tersebut, ia
menyesuaikan diri terhadap kehamilan dan peran sebagai orang tua.
Ingatkan calon ayah bagaimana ia dulu dirawat ayahnya, pengalaman
merawat anak, dan persepsinya terhadap peran pria dan ayah dalam
kelompok budaya dan sosialnya akan mengarahkan pilihannya dalam
menetapkan tugas dan tanggung jawab yang akan ia pikul.
Sebagian pria akan sangat termotivasi untuk mengasuh dan
mengasihi seorang anak. Mereka mungkin bersemangat dan senang
menyongsong peran ayah. Pria yang mempunyai rasa percaya diri,
pengaturan diri, pengaturan keuangan, dan kondisi kerja yang baik
tampaknya lebih mudah terlibat dalam peran sebagai seorang ayah
dalam rencana hidupnya.
Pria dalam penelitian dinyatakan bahwa pria dikenal sebagai
penolong atau pencari nafkah keluarga, tetapi mereka merasa asing
akan pengalaman kehamilan. Mereka merasa tidak memiliki contoh
untuk berperan sebagai ayah baru.
Empat jenis dukungan yang diperlukan untuk mempersiapkan
diri menjadi ayah : a). Dukungan emosi. Sumber utama dukungan pria
memungkinkan untuk mengasuh bayi dan memberi asuhan tambahan
terhadap kebutuhan istrinya. Oleh karena itu, para ayah perlu mencari
dukungan dari keluarga dan teman-teman. b). Dukungan instrumental.
Ayah perlu mengetahui bahwa ia dapat bergantung kepada keluarga
atau teman, jika memerlukan bantuan. c). Dukungan informasi. Ayah
perlu mengetahui siapa saja yang dapat memberi nasehat tentang cara
menyelesaikan persoalan yang tiba-tiba muncul. d). Dukungan
penilaian. Ayah perlu menemukan orang lain yang dapat memberi
kriteria yang dapat ia gunakan untuk mengukur keterampilannya.
d. Pengalaman Pesalianan Istri Sebelumnya
Pengalaman suami menunggu persalinan istri sebelumnya
dapat mengurangi kecemasan karena memiliki pengalaman untuk
melakukan tindakan yang akan dilakukan. Pengalaman yang buruk
atau traumatik pada persalinan pertama atau sebelumya akan
meningkatkan kecemasan suami dengan mengingat kembali proses
yang dialaminya karena mengingat keadaan yang sama sebagai