PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL SUAMI TERHADAP
KECEMASAN ISTRI MENGHADAPI MASA MENOPAUSE DI
KECAMATAN MEDAN SUNGGAL
SKRIPSI
Oleh
Zuliawati 061101041
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul : Pengaruh Dukungan Sosial Suami Terhadap Kecemasan Istri Menghadapi Masa Menopause di Kecamatan Medan Sunggal Peneliti : Zuliawati
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Nim : 061101041
Tahun : 2010
Tanggal Lulus : 23 Juni 2010
Pembimbing Penguji I
Nur Afi Darti, SKp, M. Kep Reni Asmara A, S.Kp, MARS
NIP. 19710312 200003 2 001 NIP. 19750220 200112 2 001
Penguji II
Farida Linda Sari Siregar M.Kep
NIP. 19780320 200501 2 003
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui skripsi
ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).
Medan, 29 Juni 2010
Pembantu Dekan I
Erniyati, S.Kp, MNS
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji kepada Allah SWT atas segala rahmat dan Karunia-Nya
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh
Dukungan Sosial Suami terhadap Kecemasan Istri Menghadapi Masa Menopause di Kecamatan Medan Sunggal”.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian
Skripsi ini, sebagai berikut :
1. Kepada ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku dosen pembimbing skripsi
terima kasih atas waktu yang diluangkan dalam memberikan saran,
bimbingan, dan sumbangan pemikiran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Reni Asmara Ariga S.Kp, MARS dan ibu Farida Linda Sari Siregar M.Kep
(selaku dosen pembimbing akademik) terima kasih telah memberikan
masukan yang berharga demi kesempurnaan skripsi ini.
3. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
4. Erniyati, SKp, MNS, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
5. Seluruh staf dan dosen pengajar Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
6. Ayahanda Suwanak dan Ibunda Misliah atas segala dukungan moral dan
materil serta doa yang tak henti-hentinya sehingga skripsi ini dapat
7. Saudara-saudaraku Hari Guswanto, Yuslina Wati, Rahayu Alnizar, Surinami,
ibu Rusni dan bapak Suparman yang selalu memberi motivasi untuk
menyelesaikan skripsi ini.
8. Abi, terima kasih atas segala motivasi, perhatian, nasehat yang selalu engkau
berikan kepadaku sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
9. Kepada Riswan Sihombing selaku lurah Sunggal dan semua ibu-ibu kelompok
wirid di Kelurahan Sunggal, terima kasih atas partisipasinya.
10.Sobatku Desi Fachrianty, Maha Sari Carolina S.Kep, Ani Farida, Sri Yuni
Fitria, Husna Sari, Ridha Amalia, Ainil Fitri, terima kasih atas diskusi dan
waktunya untuk membantu menyelesaikan skripsi ini.
11.Rekan-rekan mahasiswa Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara angkatan 2006 serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan
satu persatu yang telah banyak mambantu dan memberi dorongan untuk
menyelesaikan skripsi ini.
Kiranya Allah SWT sudi menerima amal baik yang telah ikhlas diberikan
dan menggantikannya dengan pahala yang berlipat ganda. Penulis berharap
semoga hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan
ilmu pengetahuan, khususnya keperawatan serta bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Medan, Juni 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ... i
Halaman Lembar Persetujuan... ii
Ucapan Terima Kasih ... iii
Daftar Isi ... v
Daftar Tabel ... vii
Daftar Skema ... viii
Abstrak ... ix
2.3. Batasan Usia Terjadinya Menopause... 12
2.4. Gejala Menopause ... 14
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 1. Kerangka Konsep ... 23
2. Defenisi Operasional ... 25
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 26
3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29
4. Pertimbangan Etik ... 29
5. Instrumen Penelitian ... 30
6. Rencana Pengumpulan Data ... 35
7. Analisa Data ... 35
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 38
2. Pembahasan... 41
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 51
2. Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... 53
LAMPIRAN ... 57
Lampiran 1. Lembar Surat Pengambilan Data dari Fakultas Keperawatan………58
Lampiran2. Lembar Izin Penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan……….59
Lampiran 3. Lembar persetujuan Menjadi responden ... 60
Lampiran 4. Jadwal Tentatif Penelitian ... 61
Lampiran 5. Taksasi Dana ... 62
Lampiran 6. Instrumen Penelitian ... 63
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman Tabel 1. Definisi Operasional ... 25 Tabel 2. Panduan Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan
Kekuatan Korelasi, Nilai p, dan Arah Korelasi………37 Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi ... 39 Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Sosial Suami ... 40 Table 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kecemasan
Istri Menghadapi Masa Menopause ... 40 Table 6. Hasil Analisa Pengaruh Dukungan Sosial Suami
DAFTAR SKEMA
Skema Halaman 1. Kerangka Konsep Penelitian Pengaruh Dukungan Sosial
Suami Terhadap Kecemasan Istri Menghadapi
Judul : Pengaruh Dukungan Sosial Suami terhadap Kecemasan Istri Menghadapi Masa Menopause di Kecamatan Medan Sunggal
Peneliti : Zuliawati
Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara NIM : 061101041
Tahun Akademik : 2009/2010
Abstrak
Wanita yang memasuki masa menopause akan mengalami perubahan fisik dan perubahan psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas hidup wanita tersebut dengan timbulnya kecemasan, dengan adanya dukungan sosial yang diberikan terutama oleh suami maka akan menimbulkan ketenangan batin, perasaan senang dalam diri, aman, nyaman sehingga dapat mengurangi kecemasan wanita tersebut. Penelitian deskriptif korelasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dukungan sosial suami terhadap istri dalam menghadapi masa menopause, mengidentifikasi tingkat kecemasan istri dalam menghadapi masa menopause, dan mengidentifikasi pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause. Responden berjumlah 98 orang wanita menopause yang berdomisili di Kecamatan Medan Sunggal. Pengumpulan data berlangsung mulai tanggal 15 Januari-28 Februari 2010. Dari uji koefisien korelasi Spearmen’s/Correlations
Spearman’s Rho didapat nilai p sebesar 0,000 (p<0,05) yang menunjukkan ada
pengaruh yang bermakna antara dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause. Kekuatan korelasi (r) = -0,535 yang mengidentifikasikan kekuatan hubungan dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause dalam kategori sedang. Dengan arah korelasi (-) dan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial suami akan semakin rendah kecemasan istri menghadapi masa menopause. Peneliti berharap agar penelitian ini dapat berguna khususnya bagi keperawatan maternitas dan keperawatan komunitas guna sebagai informasi dan masukan untuk meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan dalam hal memberikan pendidikan kesehatan kepada wanita menopause.
Judul : Pengaruh Dukungan Sosial Suami terhadap Kecemasan Istri Menghadapi Masa Menopause di Kecamatan Medan Sunggal
Peneliti : Zuliawati
Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara NIM : 061101041
Tahun Akademik : 2009/2010
Abstrak
Wanita yang memasuki masa menopause akan mengalami perubahan fisik dan perubahan psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas hidup wanita tersebut dengan timbulnya kecemasan, dengan adanya dukungan sosial yang diberikan terutama oleh suami maka akan menimbulkan ketenangan batin, perasaan senang dalam diri, aman, nyaman sehingga dapat mengurangi kecemasan wanita tersebut. Penelitian deskriptif korelasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dukungan sosial suami terhadap istri dalam menghadapi masa menopause, mengidentifikasi tingkat kecemasan istri dalam menghadapi masa menopause, dan mengidentifikasi pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause. Responden berjumlah 98 orang wanita menopause yang berdomisili di Kecamatan Medan Sunggal. Pengumpulan data berlangsung mulai tanggal 15 Januari-28 Februari 2010. Dari uji koefisien korelasi Spearmen’s/Correlations
Spearman’s Rho didapat nilai p sebesar 0,000 (p<0,05) yang menunjukkan ada
pengaruh yang bermakna antara dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause. Kekuatan korelasi (r) = -0,535 yang mengidentifikasikan kekuatan hubungan dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause dalam kategori sedang. Dengan arah korelasi (-) dan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial suami akan semakin rendah kecemasan istri menghadapi masa menopause. Peneliti berharap agar penelitian ini dapat berguna khususnya bagi keperawatan maternitas dan keperawatan komunitas guna sebagai informasi dan masukan untuk meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan dalam hal memberikan pendidikan kesehatan kepada wanita menopause.
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Menopause adalah periode ketika menstruasi seorang perempuan berhenti,
sering dianggap sebagai momok dalam kehidupan seorang wanita. Masa ini
mengingatkan dirinya yang akan menjadi tua karena organ reproduksinya sudah
tidak berfungsi lagi (Kasdu, 2002). Tidak ada seorang pun yang dapat dengan
pasti menentukan kapan menopause itu datang. Kebanyakan wanita akan
mengalaminya pada usia 50 tahun tetapi tidak menutup kemungkinan jika terjadi
lebih cepat atau lebih lambat (Zamralita, 2003). Hutapea dalam Irmawati (2003)
dari hasil penelitiannya di Medan pada tahun 1998 menjumpai usia rata-rata
wanita menopause 48,3 tahun. Jumlah wanita di Indonesia yang memasuki masa
menopause saat ini sebanyak 7,4% dari populasi. Jumlah tersebut diperkirakan
meningkat menjadi 11% pada tahun 2005. Kemudian naik lagi sebesar 14% pada
tahun 2015 (Susanto dalam Khasanah, 2009).
Wanita yang mendekati menopause, produksi hormon ekstrogen,
progesteron dan hormon seks lainnya mulai menurun. Keadaan ini menyebabkan
jarang terjadi ovulasi dan menstruasi tidak teratur. Menopause berhubungan
dengan perubahan hormonal sehingga wanita mengalami perubahan status fisik
dan emosional (Vikar, 2009). Menurut hasil penelitian Departemen Obsetri dan
Ginekologi di Sumatera, masalah kesehatan yang dihadapi oleh wanita menopause
muncul keluhan nyeri senggama (93,33%), keluhan pendarahan pasca senggama
(84,44%), vagina kering (93,33%), dan keputihan (75,55%), keluhan gatal pada
vagina (88,88%), perasaan panas pada vagina (84,44%), nyeri berkemih (77,77%),
inkontenensia urin (68,88%), selain itu, rendahnya kadar estrogen dapat
menyebabkan osteoporosis (Hadrians, dkk, 2005; Rosalina, 2008).
Wanita yang memasuki masa menopause selain mengalami perubahan
status fisik, juga mengalami perubahan psikologis misalnya, mudah tersinggung,
suasana hati berubah-ubah, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang, cemas,
stres dan depresi. Ada beberapa wanita cemas menghadapi masa menopause
karena takut kehilangan daya tarik seksual, perasaan tidak dapat melahirkan anak
lagi, perasaan tidak berguna, tidak berarti dalam hidup, rasa khawatir akan adanya
kemungkinan bahwa orang-orang yang dicintainya berpaling dan
meninggalkannya (Muhammad, 1981 dalam Admin, 2008; Rosalina, 2008).
Astrini (2004) mengatakan bahwa wanita yang mengalami kecemasan
disebabkan karena harus menyesuaikan diri terhadap proses ketuaan dan merasa
kehilangan peran sebagai Ibu serta kehilangan peran sebagai istri. Menurut
Hurlock (1999), sudah menjadi kodrat alam bahwa dengan bertambahnya usia
seseorang akan menimbulkan perubahan, baik perubahan fisik maupun perubahan
psikologis karena menjadi tua adalah proses yang tidak bisa dihindari. Menopause
merupakan bagian dari perkembangan hidup wanita yang seharusnya bisa diterima
secara wajar sebagaimana awal terjadinya menstruasi, tetapi kenyataan yang ada
dalam masyarakat menunjukkan banyak wanita setengah baya mengalami
Menurut penelitian Robertson tahun 1985 di Menopause Clinic Australia,
dari 300 pasien usia menopause terdapat 31,2% pasien mengalami depresi dan
kecemasan (Christiani dkk, 2000 dalam Indie, 2009). Berdasarkan penelitian
Irmawati (2003) kira-kira 40% wanita mengalami kecemasan dalam menghadapi
masa menopause.
Kematangan mental, kedewasaan berfikir, faktor ekonomi, budaya,
wawasan mengenai menopause akan menentukan berat ringannnya seseorang
menghadapi kekhawatiran saat menopause. Bila seorang wanita tidak siap mental
menghadapi masa menopause dan lingkungan psikososial tidak memberikan
dukungan positif akan berakibat tidak baik. Wanita tersebut akan menjadi tidak
percaya diri, merasa tidak diperhatikan, tidak berguna, tidak dihargai, khawatir
berkepanjangan tentang perubahan fisiknya dan terjadi ketidakstabilan emosi.
Kepedulian dan dukungan keluarga terutama dukungan suami sangat dibutuhkan
seorang istri dalam menghadapi masa menopause (Vikar, 2009).
Perhatian dan dukungan suami ini akan menumbuhkan kepercayaan diri
dan harga diri sebagai seorang istri mapun sebagai seorang ibu. Menurut Indie
(2009), berpandangan bahwa dukungan sosial mempengaruhi kesehatan dengan
cara melindungi individu dari efek negatif kecemasan sehingga meimbulkan
ketenangan batin, perasaan senang dalam diri, aman, nyaman sehingga dapat
mengurangi kecemasan wanita tersebut.
Beberapa teori menegaskan bahwa dengan adanya dukungan sosial yang
kuat akan berpengaruh terhadap kesehatan, khususnya dalam mengatasi
kecemasan istri menghadapi masa menopause, secara khusus belum pernah
diidentifikasi di Kecamatan Medan Sunggal, sehingga penelitian ini penting untuk
mengetahui pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri
menghadapi masa menopause di Kecamatan Medan Sunggal.
2. Pertanyaan Penelitian
Apakah ada pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri
menghadapi masa menopause?
3. Hipotesa Penelitian
Pada penelitian ini digunakan hipotesa alternatif (Ha) yaitu terdapat pengaruh
dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa
menopause. Dimana hasilnya ditolak
4. Tujuan Penelitian
4.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui adanya pengaruh dukungan sosial suami terhadap
kecemasan istri menghadapi masa menopause di Kecamatan Medan Sunggal.
4.2. Tujuan Khusus
4.2.1. Mengidentifikasi dukungan sosial suami terhadap istri dalam
menghadapi masa menopause di Kecamatan Medan Sunggal.
4.2.2. Mengidentifikasi tingkat kecemasan istri dalam menghadapi masa
menopause di Kecamatan Medan Sunggal.
4.2.3. Mengidentifikasi pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan
5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi praktek
keperawatan, dan penelitian keperawatan selanjutnya.
a. Bagi praktek keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan masukan untuk
meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan khususnya keperawatan
maternitas berkaitan dengan pengaruh dukungan sosial suami terhadap
kecemasan istri menghadapi masa menopause
b. Bagi penelitian keperawatan selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi atau data
tambahan untuk pengembangan penelitian selanjutnya dalam lingkup
yang sama tentang pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan diuraikan tentang teori-teori/konsep-konsep dan hasil
penelitian yang terkait dengan kecemasan, menopause dan dukungan sosial.
1. Kecemasan
1.1. Definisi Kecemasan
Purba (2008) menyatakan kecemasan adalah perasaan was-was, khawatir,
atau tidak nyaman seakan-akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman.
Kecemasan merupakan suatu perasaan yang tidak menyenangkan, yang diikuti
oleh reaksi fisiologis tertentu seperti perubahan detak jantung dan pernapasan.
Kecemasan melibatkan persepsi tentang perasaan yang tidak menyenangkan dan
reaksi fisiologis, dengan kata lain kecemasan adalah reaksi atas situasi yang
dianggap berbahaya (Trismiati, 2004 dalam Purba, 2008).
Definisi kecemasan sebagai suatu keadaan tegang yang memaksa individu
untuk berbuat sesuatu. Kecemasan berkembang dari konflik antara sistem id, ego,
dan superego tentang sistem kontrol atas energi psikis yang ada (Corey, 1995
dalam Purba, 2008). Cemas merupakan respon belajar yang dibawa sejak lahir
untuk menghindari nyeri. Cemas merupakan akibat seseorang dihadapkan pada
dua keinginan atau tujuan yang bersaing (Dollard dan Miller, 1950 dalam
Doenges, dkk, 2006).
Hall & Lindzey (1993) dalam Purba (2008) membagi kecemasan atas tiga
luar dan derajat kecemasannya sangat tergantung kepada ancaman nyata, 2)
Cemas neurotic adalah rasa khawatir kalau-kalau instink akan keluar jalur dan
menyebabkan seseorang berbuat sesuatu yang dapat membuatnya terhukum, dan
3) Cemas moral adalah rasa khawatir terhadap hati nuraninya sendiri. Individu
yang hati nuraninya yang cukup berkembang cenderung merasa bersalah apabila
berbuat sesuatu yang bertentangan dengan norma moral. Fungsinya adalah
mengingatkan adanya bahaya yang datang. kecemasan berbeda dengan rasa takut.
Takut merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya,
sementara cemas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut.
1.2. Faktor Penyebab Kecemasan
Kecemasan dapat disebabkan oleh:
a. Adanya perasaan takut tidak diterima dalam suatu lingkungan tertentu
b. Adanya pengalaman traumatis seperti trauma akan berpisah, kehilangan atau
bencana
c. Adanya rasa frustasi akibat kegagalan dalam mencapai tujuan
d. Adanya ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis
atau ganguan terhadap kebutuhan dasar
e. Adanya ancaman terhadap konsep diri: identitas diri, harga diri, dan
perubahan peran.
1.3. Tingkat Kecemasan
Stuart dan Sundeen (1998) dalam Purba (2008); Videbeck (2008)
mengidentifikasi kecemasan dalam 4 tingkatan. Setiap tingkatan memiliki
dalam menerima informasi/pengetahuan mengenai kondisi yang ada dari dalam
dirinya maupun dalam lingkungannya.
Adapun tingkat kecemasan, diantaranya sebagai berikut:
1. Cemas ringan: cemas yang normal yang menjadi bagian kehidupan sehari-hari
dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya. Cemas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan
pertumbuhan dan kreativitas
2. Cemas sedang: merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu
yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi. Misalnya,
seorang wanita mengunjungi ibunya untuk pertama kali dalam beberapa bulan
dan merasa bahwa ada sesuatu yang sangat berbeda. Ibunya mengatakan
bahwa berat badannya turun banyak tanpa ia berupaya menurunkannya.
Cemas ini memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami
perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah
3. Cemas berat: cemas ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Individu
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak
dapat berpikir tentang hal yang lain. Semua perilaku ditujukan untuk
mengurangi ketegangan. Individu ini banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada suatu area lain.
4. Panik: tingkat panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror.
Rincian terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali,
pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik,
terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan
pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan
kehidupan, dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi
kelelahan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Gambar. Rentang respon cemas
Respon adaptif Respon maladaptif
Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik
1.4. Tanda dan Gejala Kecemasan
Adapun tanda dan gejala kecemasan, diantaranya sebagai berikut:
a. Respons fisik yang mungkin ditemukan antara lain: sering nafas pendek,
nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi,
gelisah, berkeringat, tremor, sakit kepala, dan sulit tidur
b. Respons kognitif:
1. Lapangan persepsi menyempit
2. Tidak mampu menerima rangsangan luar
3. Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
c. Respons perilaku dan emosi:
1. Gerakan tersentak-sentak
3. Perasaan tidak aman.
2. Menopause
2.1. Definisi Menopause
Kata “Menopause” berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua suku
kata, yaitu “Men” yang berarti bulan dan “Pause, Pausa, Paudo” yang berarti
periode atau tanda berhenti, sehingga menopause diartikan sebagai berhentinya
secara definitif menstruasi. Menopause secara teknis menunjukkan berhentinya
menstruasi, yang dihubungkan dengan berakhirnya fungsi ovarium secara gradual,
yang disebut klimakterium (Kartono, 1992 dalam Purwanto, 2007). Purwoastuti
(2008) menyebutkan menopause adalah penghentian permanen menstruasi (haid),
berarti akhir dari masa reproduktif.
Masa menopause terjadi 4-5 tahun sebelum menopause dan mulai saat itu
keluhan klimakterium mulai berkembang. Menopause adalah suatu masa dimana
haid berhenti disebabkan sangat berkurangnya pengaruh hormon yang dihasilkan
ovarium dan ini terjadi pada usia 45-50 tahun. Menopause dikatakan terjadi
apabila selama 12 bulan haid tidak datang lagi maka ditetapkan menopause telah
terjadi pada haid terakhir. Gabungan masa premenopause sampai akhirnya
postmenopause terjadi disebut masa perimenopause. Pada masa perimenopause
inilah terjadi keluhan yang memuncak (Kasdu, 2002). Tiga sampai enam tahun
setelah menopause merupakan periode postmenopause (Sembiring, 1991 dalam
Kasdu, 2002). Menurut Nirmala (2003), menopause adalah masa yang ditandai
dengan berhentinya haid, ini disebabkan tubuh sudah kehabisan sel telur dan
produksi estrogen berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama. Tanggal
dari haid terakhir disebut sebagai menopause.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa menopause merupakan
menstrusi terakhir akibat menurunnya fungsi hormon indung telur disertai dengan
perubahan fisik dan psikologis yang terjadi pada wanita.
2.2. Mekanisme Terjadinya Menopause
Haid adalah keluarnya darah dari uterus (rahim) melalui vagina selama 5-7
hari. Haid terjadi secara siklik setiap bulan sekitar 28-35 hari (bervariasi pada
setiap wanita). Hari pertama perdarahan biasanya dihitung sebagai hari pertama
haid. Adapun yang merangsang timbulnya haid adalah hormon-hormon yang
disebut Follicel Stimulating Hormon (FSH), Lutenizing Hormon (LH) yang
diproduksi oleh Lobus anterior Hypophise. Serta hormon estrogen dan
progesteron yang diproduksi oleh sel telur yang berada di indung telur.
FSH berfungsi merangsang beberapa sel telur yang masih muda (Follicel
Primarius/Primordial) menjadi dewasa (Follicel de Graf). Beberapa Follicel de
Graf tersebut menghasilkan hormon estrogen yang akan mempengaruhi selaput
terdalam rahim (endometrium) menjadi menebal (berproliferasi). Oleh karena
kadar hormon estrogen dalam darah cukup tinggi, maka pengeluaran FSH ditekan
oleh hormon estrogen, kemudian hypophise mengeluarkan LH yang akan
mempengaruhi Follicel de Graf menjadi semakin matang.
Kemudian, salah satu dari Follicel de Graf yang terletak paling tepi dari
dinding ovarium akan keluar. Sel tersebut ditangkap oleh saluran telur (Tuba
keluar) yang masih berada di ovarium dan disebut sebagai corpus rubrum (badan
merah), akan berubah menjadi corpus luteum (badan kuning) yang akan
menghasilkan hormon progesteron dan sedikit hormon estrogen yang akan
mempengaruhi sel-sel pada endometrium menjadi lebih besar, berkelok-kelok,
dan mengeluarkan banyak lendir.
Saat terjadi ovulasi, apabila tidak ada pembuahan (konsepsi), maka sel
telur yang berada pada saluran telur akan mati setelah ± 24 jam dan corpus luteum
berangsur-angsur akan mengisut dan berubah menjadi corpus albican. Dengan
demikian, produksi hormon progesteron dan estrogen berangsur-angsur juga akan
berkurang, akibatnya selaput endometrium berangsur-angsur pula akan menipis
dan akhirnya akan mengelupas. Pengelupasan selaput endometrium ini akan
disertai dengan perdarahan dan dikeluarkan melalui vagina. Peristiwa inilah yang
disebut dengan menstruasi. Pada beberapa tahun sebelum mengalami menopause,
haid akan datang secara tidak teratur, makin lama akan makin jarang dan akhirnya
tidak mengalami haid sama sekali (Purwoastuti, 2008).
2.3. Batasan Usia Terjadinya Menopause
Menopause pada seorang wanita tidak ada yang sama pada setiap orang
(Kasdu, 2002). Braam dkk (1981) dalam Ryan (2009) menyatakan bahwa pada
sebagian besar wanita, menopause terjadi pada umur antara 45-55 tahun,
meskipun begitu ada beberapa wanita yang mengalami menstruasi terakhir
sebelum umur 45 tahun, tetapi ada pula wanita yang sesudah berumur 57 tahun
menopause antara umur 40 tahun dan 55 tahun dan rata-rata pada umur 47 tahun
(Hastings & Damayanti, 2003 dalam Ryan, 2009).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa usia seseorang wanita akan
mengalami menopause sangat bervariasi. Hal ini sangat tergantung pada berbagai
faktor yang mempengaruhinya. Namun apabila diambil rata-ratanya, umumnya
seseorang wanita mengalami menopause sekitar usia 47-57 tahun (Ryan, 2009).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kapan seorang wanita
mengalami menopause (Kasdu, 2002), yaitu:
1. Usia saat haid pertama kali (menarche)
Beberapa ahli yang melakukan penelitian menemukan adanya hubungan
antara usia pertama kali mendapat haid dengan usia seorang wanita memasuki
menopause. Kesimpulan dari penelitian-penelitian ini mengungkapkan, bahwa
semakin muda seseorang mengalami haid pertama kalinya, semakin tua atau lama
memasuki masa menopause
2. Faktor psikis
Wanita yang tidak menikah dan bekerja diduga mempengaruhi
perkembangan psikis seorang wanita. Menurut beberap penelitian, mereka akan
mengalami masa menopause lebih muda, dibandingkan mereka yang menikah dan
tidak bekerja/bekerja atau tidak menikah dan tidak bekerja
3. Jumlah anak
Meskipun belum ditemukan hubungan antara jumlah anak dan menopause,
tetapi beberapa peneliti menemukan bahwa makin sering seorang wanita
4. Usia melahirkan
Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia memasuki usia
menopause. Penelitian yang dilakukan Beth Israel Deaconess Medical Center in
Boston mengungkapkan bahwa wanita melahirkan diatas usia 40 tahun akan
mengalami usia menopause yang lebih tua. Hal ini terjadi karena kehamilan dan
persalinan akan menghambat sistem kerja organ reproduksi. Bahkan akan
memperlambat proses penuaan tubuh
5. Pemakaian kontrasepsi
Pemakaian kontasepsi ini, khususnya alat kontasepsi jenis hormonal. Hal
ini bisa terjadi karena cara kerja kontasepsi yang menekan fungsi indung telur
sehingga tidak memproduksi sel telur. Pada wanita yang menggunakan
kontrasepsi ini akan lebih lama memasuki usia menopause
6. Merokok
Wanita merokok akan lebih cepat memasuki masa menopause
7. Sosial ekonomi
Menopause kelihatannya dipengaruhi oleh faktor status sosial ekonomi, di
samping pendidikan dan pekerjaan suami. Begitu juga hubungan antara tinggi
badan dan berat badan wanita yang bersangkutan termasuk dalam pengaruh sosial
ekonomi (Yatim, 2001)
2.4. Gejala Menopause
Sehubungan dengan terjadinya menopause pada wanita maka biasanya
diikuti dengan perubahan yang meliputi aspek fisik dan psikologis yang dapat
a. Gejala Fisik
Ketika seseorang wanita memasuki masa menopause, fisik mengalami
ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi secara tiba-tiba
disekujur tubuh, diikuti dengan rasa panas atau dingin, pening, kelelahan dan
jantung berdebar-debar (Hurlock, 1999). Beberapa keluhan fisik yang merupakan
tanda dan gejala dari menopause yaitu ketidakteraturan siklus haid sampai haid
berhenti, terhentinya pembentukan indung telur, melemahnya organ reproduksi,
dan muncul gejala-gejala penuaan di beberapa bagian tubuh (Herahim, 2005).
Beberapa keluhan fisik diantaranya gejolak rasa panas, kekeringan vagina,
perubahan kulit, berkeringat banyak di malam hari, sulit tidur, jantung berdebar
cepat, denyut nadi dan nafas yang cepat waktu istirahat, mulut kering, kerapuhan
tulang, badan menjadi gemuk, bisa disertai dengan timbulnya berbagai penyakit
seperti penyakit jantung, osteoporosis, kanker, dan lain-lain (Yatim, 2001;
Purwanto, 2008).
Rachman dalam kasdu (2002) menjelaskan beberapa perubahan yang
terjadi pada tubuh akibat kekurangan hormon estrogen (sindroma kekurangan
estrogen) sebagai berikut:
a. Gangguan sistem vasomotor (saraf yang mempengaruhi penyempitan atau
pelebaran pembuluh darah) berupa hot flushes (gejolak panas), vertigo,
keringat banyak, parestesia (gangguan perasaan kulit seperti kesemutan)
b. Gangguan sistem konstitusional berupa berdebar-debar, nyeri tulang
c. Gangguan sistem psikis dan neurik berupa depresi, kelelahan fisik dan
insomatik, susah tidur, serta rasa takut
d. Sistem lainnya berupa keputihan, sakit saat bersenggama, terganggu libido,
gangguan haid, dan pruritus vulva (gatal pada alat kelamin luar wanita).
Selama menopause tubuh akan mengalami perubahan ini diakibatkan
karena tubuh kekurangan hormon estrogen, contohnya pada:
1. Payudara, bentuk payudara akan mengecil, mendatar, dan mengendor. Hal ini
terjadi karena pengaruh atrofi pada kelenjar payudara. Puting susu juga
mengecil dan pigmentasinya berkurang
2. Dasar pinggul, kekuatan dan elastisitasnya menghilang karena atrofi dan
melemahnya daya sokong akibat turunnya alat-alat kelamin bagian dalam
3. Anus dan perineum, lemak dibawah kulit menghilang, otot mengalami
pengerutan sehingga melemah fungsinya
4. Kandung kemih, aktifitas kendali otot kandung kemih menurun sehingga
lebih sering ingin buang air kecil.
b. Gejala Psikologis
Aspek psikologis yang terjadi pada wanita menopause sangat penting
peranannya dalam kehidupan sosial wanita. Beberapa gejala psikologis yang
menonjol ketika menopause diantaranya mudah tersinggung, susah tidur, ingatan
menurun, kecemasan, stres, depresi, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar dan
tegang. Ada juga wanita yang kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik
fisik dan seksual, merasa tidak dibutuhkan oleh suami dan anak-anaknya, serta
Adapun gejala psikologis menurut Blackburn dan Davidson dalam
Zainuddin (2000) dalam Purwanto (2008), adalah sebagai berikut:
1. Suasana hati, yaitu keadaan yang menunjukan ketidaktenangan psikis, seperti:
mudah marah, persaaan sangat tegang
2. Pikiran, yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu, seperti: khawatir, sukar
konsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri
sebagai sangat sensitif, merasa tidak berdaya
3. Motivasi, yaitu dorongan untuk mencapai sesuatu, seperti: menghindari
situasi, ketergantungan yang tinggi, ingin melarikan diri dari kenyataan
4. Perilaku gelisah yaitu keadaan diri yang tidak terkendali seperti: gugup,
kewaspadaan yang berlebihan, sangat sensitif dan agitasi
5. Reaksi-reaksi biologis yang tidak terkendali, seperti: berkeringat, gemetar,
pusing, berdebar-debar, mual, mulut kering.
2.5. Faktor Penyebab Kecemasan Menghadapi Masa Menopause
Freud dalam Hall (1980) dalam Purwanto (2008); Yatim (2001)
menjelaskan faktor yang mempengaruhi kecemasan menghadapi masa menopause
dikaitkan dengan usia senja dan kehidupan tua, menopause dikaitkan dengan
berakhirnya peran istri bagi suami dan peran ibu bagi anak-anaknya, menopause
dikaitkan dengan hilangnya daya tarik seksual dan penurunan aktivitas seksual,
menopause dikaitkan dengan gangguan kejiwaan, menopause dikaitkan dengan
status kerja. Menurut Priest (1987) dalam Purwanto (2008), bahwa sumber umum
dari kecemasan adalah lingkungan disekitar individu, pergaulan, usia yang
Purwanto (2008) menyatakan bahwa penyebab individu cemas adalah masalah
yang tidak dapat terselesaikan, contoh penuaan dan kematian.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
menyebabkan kecemasan menghadapi menopause adalah masalah yang tidak
terselesaikan, kekhawatiran terhadap sesuatu yang belum terjadi, adanya motif
sosial dan motif seksual.
3. Dukungan Sosial
3.1. Definisi Dukungan Sosial
Dukungan sosial merupakan sumber daya sosial yang dapat membantu
individu dalam menghadapi suatu kejadian yang menekan. Penelitian berikutnya
membuktikan bahwa dukungan sosial juga mempunyai hubungan yang positif
yang dapat mempengaruhi kesehatan individu dan kesejahteraannya atau dapat
meningkatkan kreativitas individu dalam kemampuan penyesuaian yang adaptif
terhadap stres dan rasa sakit yang dialami (Foote, 1990 & Helgeson, 2003 dalam
wangmuba, 2009). Dukungan sosial adalah derajat dukungan yang diberikan
kepada individu khususnya sewaktu dibutuhkan oleh orang-orang yang memiliki
hubungan emosional yang dekat dengan orang tersebut (Gonollen & Bloney
dalam As’ari, 2005 dalam Bow, 2009).
Berdasarkan teori-teori diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Dukungan
Sosial adalah bentuk pertolongan yang dapat berupa materi, emosi, dan informasi
yang diberikan oleh orang-orang yang memiliki arti seperti keluarga, sahabat,
teman, saudara, rekan kerja atupun atasan atau orang yang dicintai oleh individu
individu yang mengalami masalah merasa diperhatikan, mendapat dukungan,
dihargai dan dicintai.
Cohen & Syme (1985) dalam Wangmuba (2009) mengklasifikasikan
dukungan sosial dalam empat kategori yaitu : 3.2. Klasifikasi Dukungan Sosial
1. Dukungan informasi, yaitu memberikan penjelasan tentang situasi dan segala
sesutau yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi oleh
individu. Dukungan ini meliputi memberikan nasehat, petunjuk, memberikan
hadiah, masukan atau penjelasan bagaimana seseorang bersikap dan bertindak
dalam menghadapi situasi yang dianggap membebani
2. Dukungan emosional, yang meliputi ekspresi empati misalnya mendengar
kan, bersikap terbuka, menunjukkan sikap percaya terhadap apa yang
dikeluhkan, mau memahami, ekspresi kasih sayang dan perhatian. Dukungan
emosional akan membuat si penerima merasa berharga, nyaman, aman,
terjamin, dan disayangi
3. Dukungan instrumental/materi adalah bantuan yang diberikan secara
langsung, bersifat fasilitas atau materi misalnya menyediakan fasilitas yang
diperlukan, meminjamkan uang, memberikan makanan, permainan atau
bantuan yang lain
4. Dukungan penghargaan atau appraisal (penilaian), dukungan ini bisa
berbentuk penilaian yang positif, penguatan (pembenaran) untuk melakukan
sesuatu, umpan balik atau menunjukkan perbandingan sosial yang membuka
5. Dukungan integritas sosial
Jenis dukungan sosial memungkinkan seseorang memperoleh perasaan
memiliki suatu kelompok yang memungkinkannya untuk berbagi minat,
perhatian serta ditemani saat melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif
secara bersama-sama. Dukungan sosial ini akan memberikan rasa aman,
nyaman serta merasa memiliki dan dimiliki dalam kelompok (Kuntjoro,
2002).
3.3. Sumber-Sumber Dukungan Sosial
1.
Dukungan sosial dapat dipenuhi dari teman atau persahabatan, keluarga,
dokter, psikolog, psikiater (Hause & Kahn dalam Suhita, 2005 dalam Bow, 2009).
Hal ini juga diungkapkan oleh Thorst dalam Sofia (2003) dalam Bow (2009),
Sumber-sumber dukungan sosial, diantaranya:
Suami
2.
Hubungan perkawinan merupakan hubungan akrab yang diikuti oleh minat
yang sama, kepentingan yang sama, saling membagi perasaan, saling
mendukung, dan menyelesaikan permasalahan bersama. Sehingga
menimbulkan suatu keharmonisan dalam keluarga, yaitu kebahagiaan dalam
hidup karena cinta kasih suami istri yang didasari kerelaan dan keserasian
hidup bersama
Keluarga
Keluarga merupakan sumber dukungan sosial karena dalam hubungan
keluarga tercipta hubungan yang saling mempercayai. Individu sebagai
tempat bercerita, tempat bertanya, dan tempat mengeluarkan keluhan-keluhan
bilamana individu sedang mengalami permasalahan (Heardman, 1990 dalam
Bow, 2009)
3. Teman/sahabat
Persahabatan adalah hubungan yang saling mendukung, saling memelihara,
serta perhatian tanpa adanya unsur eksploitasi.
3.4. Pengaruh Dukungan Sosial Suami Terhadap Kecemasan Istri Menghadapi
Masa Menopause
Teman dekat merupakan
sumber dukungan sosial karena dapat memberikan rasa senang dan dukungan
selama mengalami suatu permasalahan (Kail & Neilsen dalam Suhita, 2005
dalam Bow, 2009).
Pada saat menjelang menopause seorang wanita dituntut untuk
menghadapi realitas baru yang sudah tiba. Tidak jarang pada masa menopause ini
selalu disertai kecemasan dalam beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang
dialami (Hurlock, 1999). Induvidu yang memasuki masa menopause juga
mengalami krisis dalam kehidupannya baik dalam pekerjaan, rumah tangga dan
hubungan sosial. Tidak jarang merasa tidak sempurna lagi sebagai seorang istri.
Kondisi ini sering menimbulkan tekanan psikologis yang apabila tidak diatasi
akan menyebabkan kecemasan dan berdampak buruk pada kehidupan sosial
seorang istri.
Kematangan mental, kedewasaan berfikir, faktor ekonomi, budaya,
wawasan mengenai menopause serta dukungan sosial suami akan menentukan
menopause (Kasdu, 2002). Dukungan sosial suami membantu istri yang
memasuki masa menopause dengan memberikan informasi, bimbingan, dukungan
emosional dan semangat sehingga setidaknya dapat mengurangi kecemasan yang
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
1. Kerangka Konsep
Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk mengedentifikasi
pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa
menopause. Menopause merupakan peristiwa hidup yang alamiah yang harus
diterima dan disikapi secara positif oleh istri serta berupaya untuk beradaptasi
dengan perubahan-perubahan yang dialami. Kondisi ini selain menimbulkan
perubahan fisik juga tekanan psikologis yang apabila tidak diatasi akan
menimbulkan kecemasan akibatnya berdampak buruk terhadap kehidupan seorang
wanita. Namun dengan adanya dukungan sosial suami akan mengurangi rasa
kecemasan istri yang akan memasuki masa menopause. Dukungan sosial suami
yang diberikan meliputi dukungan instrumental/materi, dukungan emosional,
dukungan penghargaan, dukungan informasi, dan dukungan integritas sosial.
Disamping itu ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi kecemasan
yang dialami seorang istri pada saat akan menghadapi masa menopause seperti
tingkat pendidikan atau pengetahuan, faktor sosial ekonomi budaya, pekerjaan,
ajaran agama, dan kematangan mental, yang akan menentukan berat ringannya
seseorang menghadapi masa menopause (Vikar, 2009; Kasdu, 2002).
Dengan adanya dukungan sosial suami yang positif, maka cemas istri akan
baik dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi pada masa menopause.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner
istri menghadapi menopause yang dimodifikasi oleh peneliti dengan mengacu
kepada tinjauan pustaka.
Skema 1. Kerangka konsep penelitian pengaruh dukungan sosial suami
terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause di Kecamatan Medan
Sunggal.
Keterangan:
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti Dukungan sosial suami:
• Dukungan sosial suami
kurang
• Dukungan sosial suami
cukup
• Dukungan sosial suami
baik
Kategori cemas istri menghadapi
masa menopause
• Cemas ringan
• Cemas sedang
• Cemas berat
Faktor pengaruh
• Pendidikan/pengetahuan
• Sosial ekonomi budaya
• Pekerjaan
• Ajaran agama
2. Definisi Operasional
No Variabel Penelitian
Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1 Variabel independen: dukungan sosial suami
Dukungan sosial suami adalah bantuan yang diberikan oleh suami kepada seorang istri yang mengalami menopause untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikisnya. menurunkan kecemasan dalam menghadapi sosial di Kecamatan Medan Sunggal Kelurahan Sunggal.
Kecemasan adalah perasaan khawatir dan ragu-ragu, tidak nyaman, bingung yang dihadapi oleh seorang istri dalam menghadapi masa menopause akibat perubahan fisik dan psikologis.
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka penelitian ini
menggunakan desain deskriptif korelatif yang bertujuan untuk mengidentifikasi
pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa
menopause.
2. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam
suatu penelitian (Nursalam, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah seorang
istri yang sudah tidak mengalami menstruasi lagi seiring dengan bertambahnya
usia, ditandai dengan berhentinya haid selama 12 bulan dan tinggal di Kecamatan
Medan Sunggal. Adapun jumlah kepala kelurga di Kecamatan Medan Sunggal
sebanyak 5352 orang, yang terdiri dari 14 lingkungan yaitu lingkungan 1
berjumlah 350 orang, lingkungan 2 berjumlah 395 orang, lingkungan 3 berjumlah
382 orang, lingkungan 4 berjumlah 653 orang, lingkungan 5 berjumlah 395 orang,
lingkungan 6 berjumlah 320 orang, lingkungan 7 berjumlah 362 orang,
lingkungan 8 berjumlah 302 orang, lingkungan 9 berjumlah 401 orang,
lingkungan 10 berjumlah 250 orang, lingkungan 11 berjumlah 388 orang,
lingkungan 12 berjumlah 450 orang, lingkungan 13 berjumlah 302 orang,
lingkungan 14 berjumlah 402 orang (data Kelurahan Sunggal Medan, 2007).
Rumus penentuan besar sampel untuk penelitian survei adalah:
N
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus dari
Notoatmodjo (2002) yaitu dengan cara pengambilan sampel sebanyak 98 orang,
dan sesuai dengan kriteria inklusi, diantaranya:
1. Usia 47-58 tahun.
2. Status menikah dan masih memiliki suami.
3. Kondisi menopause adalah keadaan subjek/istri yang telah mengalami
menopause, ditandai dengan berhentinya haid selama 12 bulan.
Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan cluster random
sampling berdasarkan jumlah KK pada masing-masing Kelurahan Sunggal yang
terdiri dari 14 lingkungan, dengan demikian dapat dihitung jumlah sampel untuk
masing-masing lingkungan, sebagai berikut:
a. Jumlah KK Lingkungan I
350 = 6 54,52
b. Jumlah KK Lingkungan II
395 = 7 54,52
Keterangan:
n = besar sampel
N = besarnya populasi
c. Jumlah KK Lingkungan III
382 = 7 54,52
d. Jumlah KK Lingkungan IV
653 = 12 54,52
e. umlah KK Lingkungan V
395 = 7 54,52
f. Jumlah KK Lingkungan VI
320 = 6 54,52
g. Jumlah KK LingkunganVII
362 = 7 54,52
h. Jumlah KK Lingkungan VIII
302 = 6 54,52
i. Jumlah KK Lingkungan IX
401 = 7 54,52
j. Jumlah KK Lingkungan X
250 = 5 54,52
k. Jumlah KK Lingkungan XI
388 = 7 54,52
l. Jumlah KK Lingkungan XII
m. Jumlah KK Lingkungan XIII
306 = 6 54,52
n. Jumlah KK Lingkungan XIV
402 = 7 54,52
No Jumlah KK Lingkungan Jumlah Orang Jumlah Sampel
1 I 350 6
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Sunggal. Dengan
pertimbangan efisiensi waktu dan jarak dari tempat tinggal peneliti, lokasi ini juga
merupakan daerah dengan populasi wanita yang telah memasuki masa menopause
yang memadai untuk mendapatkan jumlah responden penelitian. Waktu penelitian
ini telah dilakukan dari bulan Januari sampai dengan Februari 2010.
4. Pertimbangan Etik
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari Fakultas
Kelurahan Sunggal Medan. Penelitian menjelaskan maksud, tujuan dan prosedur
penelitian yang akan dilakukan. Peneliti mengakui hak-hak responden dalam
menyatakan kesediaan atau ketidaksediaan untuk menjadi subjek penelitian. Jika
bersedia menjadi responden, maka responden diminta untuk menandatangani
lembar persetujuan (informed consent) penelitian atau responden dapat
menyatakan persetujuan secara verbal.
Peneliti melindungi subjek dari semua kerugian baik material, nama baik
dan bebas dari tekanan fisik dan psikologis yang timbul akibat penelitian ini.
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak mencantumkan
nama responden (anonimity) pada lembar pengumpulan data, tetapi dengan
memberi kode pada masing-masing lembar tersebut. Kerahasiaan informasi
responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang akan
dilaporkan sebagai hasil penelitian.
5. Instrumen Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan variabel yang akan diteliti, maka
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti
dengan berpedoman pada kerangka konseptual dan tinjauan pustaka. Instrumen
penelitian berupa kuesioner terdiri dari 3 bagian yaitu kuesioner data demografi,
dukungan sosial suami dan kuesioner untuk menilai kecemasan istri menghadapi
5.1. Kuesioner Data Demografi
Kuesioner data demografi digunakan untuk mengkaji data demografi
responden yang meliputi usia, pendidikan, pekerjaan, agama, suku, penghasilan
keluarga dan jumlah anak dalam keluarga.
5.2. Kuesioner Dukungan Sosial Suami
Kuesioner dukungan sosial suami berisi pernyataan-pernyataan yang
meliputi 5 komponen dukungan sosial, yaitu dukungan informasi, dukungan
emosional, dukungan instrumental/materi, dukungan penghargaan, dukungan
emosional, dan dukungan integritas sosial. Peneliti menyusun Kuesioner ini
berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konseptual tentang konsep dukungan
sosial yang melibatkan peran suami (Bow, 2009).
Kuesioner ini terdiri dari 20 butir pernyataan, yang terbagi dalam 4
pernyataan dukungan informasi (1, 2, 4, 16), 5 pernyataan dukungan emosional
(3, 5, 6, 7, 17), 4 pernyataan dukungan instrumental/materi (10, 12, 13, 19), 4
pernyataan dukungan penghargaan (8, 9, 14, 15) dan 3 pernyataan dukungan
integritas sosial (11, 18, 20). Dimana terbagi atas pernyataan positif dan
pernyataan negatif, diantaranya 17 pernyataan positif dan 3 pernyataan negatif.
Pernyataan positif terdapat pada nomor 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15,
16, 18, 19 dan pernyataan negatif terdapat pada nomor 3, 17, 20. Penilaian
kuesioner ini menggunakan skala Linkert dalam alternatif jawaban yaitu, sangat
tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), setuju (S), sangat setuju (SS). Bobot nilai
yang diberikan untuk setiap pernyataan untuk jawaban STS = 1, TS = 2, S = 3,
Total skor adalah 20-80. Semakin tinggi jumlah skor maka dukungan
sosial suami semakin tinggi. Berdasarkan rumus statistik p = rentang
banyak kelas
Menurut Sudjana (1992), dimana p merupakan panjang kelas, dengan
rentang (nilai tertinggi dikurang nilai terendah) sebesar 60 dan banyak kelas
dibagi atas 3 kategori kelas untuk dukungan sosial suami (kurang, cukup, baik),
maka akan diperoleh panjang kelas sebesar 20.
Dengan p = 20 dan nilai terendah 20 sebagai batas bawah kelas interval
pertama, maka dukungan sosial suami dikategorikan atas kelas interval sebagai
berikut:
20-39 = dukungan sosial suami kurang
40-59 = dukungan sosial suami cukup
60-80 dukungan sosial suami baik
Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan formula Cronbach Alpha dalam
program SPSS versi 17.0 terhadap kuesioner dukungan sosial suami adalah 0,896
(lihat pada lampiran). Menurut Burns dan Grove (1993), untuk suatu instrumen
penelitian yang baru dikembangkan, uji reliabilitasnya ≥ 0,70 dapat diterima.
Artinya kuesioner dukungan sosial suami ini layak dan dapat digunakan untuk
penelitian selanjutnya dalam lingkup yang sama tentang pengaruh dukungan
sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause.
5.3. Kuesioner Kecemasan Istri Menghadapi Masa Menopause
Kuesioner kecemasan istri menghadapi masa menopause berisi beberapa
modifikasi dengan skala A-Trait untuk mengidentifikasi kecemasan istri
menghadapi masa menopause. Kuesioner ini terdiri dari 20 butir pernyataan, 9
pernyataan positif dan 11 pernyataan negatif. Pernyataan positif terdapat pada
nomor 1, 3, 6, 7, 10, 13, 14, 16, 19 dan pernyataan negatif terdapat pada nomor 2,
4, 5, 8, 9, 11, 12, 15, 17, 18, 20. Penilaian kuesioner ini menggunakan skala
Linkert dalam alternatif jawaban yaitu hampir tidak pernah (HTP), kadang-kadang
(KK), sering (SR), selalu (SL). Bobot nilai yang diberikan untuk setiap pernyataan
untuk jawaban HTP = 1, KK = 2, SR = 3, SL = 4.
Total skor adalah 20-80. Semakin tinggi jumlah skor maka semakin tinggi
derajat kecemasannya. Berdasarkan rumus statistik p = rentang
banyak kelas
Menurut Sudjana (1992), dimana p merupakan panjang kelas, dengan
rentang (nilai tertinggi dikurang nilai terendah) sebesar 60 dan banyak kelas
dibagi atas 3 kategori kelas untuk derajat kecemasan (ringan, sedang, berat), maka
akan diperoleh panjang kelas sebesar 20.
Dengan p = 20 dan nilai terendah 20 sebagai batas bawah kelas interval
pertama, derajat kecemasan istri menghadapi masa menopause dikategorikan atas
interval sebagai berikut:
20-39 = cemas ringan
40-59 = cemas sedang
60-80 = cemas berat
Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan formula Cronbach Alpha dalam
menopause adalah 0,897 (lihat pada lampiran). Menurut Burns dan Grove (1993),
untuk suatu instrumen penelitian yang baru dikembangkan, uji reliabilitasnya ≥
0,70 dapat diterima. Artinya kuesioner kecemasan istri menghadapi masa
menopause ini layak dan dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya dalam
lingkup yang sama tentang pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan
istri menghadapi masa menopause.
5.4. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Kuesioner dukungan sosial suami dan kuesioner kecemasan istri
menghadapi masa menopause perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji
validitas dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen (kuesioner) yang
digunakan mampu mengukur apa-apa yang seharusnya diukur menurut situasi dan
kondisi tertentu (Nursalam, 2002). Uji validitas yang digunakan pada pengujian
ini adalah validitas isi, yaitu sejauh mana instrumen penelitian memuat
rumusan-rumusan sesuai dengan isi yang dikehendaki menurut tujuan tertentu.
Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen maka dilakukan uji
reliabilitas. Uji reliabilitas ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat
atau kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsistensi sasaran yang akan
diukur (Polit & Hungler, 1999). Dalam penelitian ini akan digunakan uji
reliabilitas dengan uji Cronbach Alpha. Instrumen akan diuji pada 10 responden
yang memenuhi kriteria, dimana responden yang sudah diikutkan dalam uji
6. Rencana Pengumpulan Data
Rencana pengumpulan data telah dilakukan setelah mendapat rekomendasi
izin pelaksanaan penelitian pada institusi Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara, Balitbang Kota Medan, Camat Medan Sunggal, serta Kepala
Kelurahan Sunggal Medan sebagai tempat penelitian.
Peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang maksud, tujuan dan
prosedur penelitian. Bagi calon responden yang bersedia menjadi responden
diminta untuk menandatangani informed consent atau responden dapat
menyatakan persetujuan secara verbal. Responden diminta untuk menjawab
pernyataan peneliti atau mengisi sendiri kuesioner yang telah diberikan oleh
peneliti. Apabila telah didapatkan jumlah sampel sebanyak yang dibutuhkan
dalam peneliti ini, maka pengumpulan data telah selesai dilaksanakan dan
selanjutnya dilakukan analisa data.
7. Analisa Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, peneliti melakukan
pengolahan data atau analisa data yang secara garis besar meliputi 3 langkah
yaitu:
1. Persiapan yaitu mengecek kelengkapan data dan mengecek macam isian data
2. Tabulasi data dengan memberikan skor terhadap item. Item yang perlu diberi
skor, memberi kode terhadap item yang tidak diberi skor, memberi kode
3. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian yaitu pengolahan data
yang diperoleh dengan menggunakan rumus atau aturan yang ada, sesuai
dengan pendekatan penelitian atau desain yang diambil (Arikunto, 2002).
Data demografi, data dukungan sosial suami, data kecemasan istri
menghadapi masa menopause disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik bivariat
merupakan suatu prosedur untuk menganalisa hubungan antara 2 variabel yaitu
untuk melihat hubungan antara variabel independen (dukungan sosial suami) &
variabel dependen (kecemasan istri menghadapi masa menoapuse) dengan
menggunakan uji Korelasi Spearmen yang ditampilkan dalam tabel hasil uji
interpretasi yang terdiri dari nilai r, nilai p dan arah korelasi. Nilai r
menginterpretasikan kekuatan hubungan dengan level 0,000 sampai dengan 1,000.
Uji Spearmen digunakan karena variabel independen (dukungan sosial
suami) berskala ordinal dan variabel dependen (kecemasan istri menghadapi masa
menoapuse) berskala ordinal, sehingga objek yang diteliti dimungkinkan untuk
diberi jenjang atau ranking. Uji Spearmen dapat digunakan untuk uji korelasi
antara variabel numerik dengan ordinal dan sebagai alternatif untuk uji numerik
Tabel 2. Panduan interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan korelasi,
nilai p, dan arah korelasi.
No Parameter Nilai Interpretasi
Terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji
Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji
3 Arah korelasi + (positif)
− (negatif)
Searah, semakin besar nilai satu variabel semakin besar pula nilai variabel lainnya
Berlawanan arah.
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Dalam bab ini diuraikan tentang hasil penelitian mengenai pengaruh
dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause
melalui proses pengumpulan data yang dilakukan dari tanggal 15 Januari sampai
28 Februari 2010 terhadap 98 orang responden di Kecamatan Medan Sunggal.
Hasil dari penelitian mengenai pengaruh dukungan sosial suami terhadap
kecemasan istri menghadapi masa menopause di Kecamatan Medan Sunggal
adalah sebagai berikut :
1.1. Deskripsi Karakteristik Responden
Deskripsi karakteristik responden mencakup umur, suku, agama,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anak.
Dari 98 responden yang terkumpul, mayoritas responden berada pada
rentang usia 53-58 tahun (n=64;65,3%), suku Jawa (n=63;64,3%), beragama
Islam (n=92;93,9%). Pendidikan responden lebih banyak adalah SMP
(n=38;38,8%), dengan persentase istri bekerja lebih banyak dari istri tidak bekerja
(n=70;71,4%). Mayoritas pendapatan responden berkisar antara
Rp.900.000-Rp.1.800.000 (n=42;42,9%), dan memiliki anak berkisar antara 4-6 orang anak
Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik responden
di Kecamatan Medan Sunggal (N=98).
1.2. Dukungan Sosial Suami
Dari hasil penelitian didapat hasil bahwa mayoritas responden dalam
kategori dukungan sosial suami baik (n=93;94,9%), dan hanya 5 responden
(5,1%) dukungan sosial suami dalam kategori cukup, sedangkan untuk dukungan
sosial suami kurang tidak ada (Tabel 4)
Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase dukungan sosial suami responden di
Kecamatan Medan Sunggal (N=98)
Dukungan Sosial Suami Frekuensi Persentase (%) Dukungan sosial suami
1.3. Kecemasan Istri Menghadapi Masa Menopause
Dari hasil penelitian didapat hasil bahwa mayoritas responden dalam
kategori cemas ringan (n=88;89,8%), dan hanya 10 responden (10,2%) berada
pada cemas sedang, sedangkan untuk cemas berat tidak ada (Tabel 5).
Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase kecemasan istri menghadapi masa
menopause responden di Kecamatan Medan Sunggal (N=98)
Kecemasan Istri Menghadapi Masa
Menopause
Frekuensi Persentase (%)
1.4. Pengaruh antara Dukungan Sosial Suami Terhadap Kecemasan Istri
Menghadapi Masa Menopause
Hasil uji statistik korelasi Spearman dengan komputerisasi didapatkan
kekuatan korelasi (r) = -0,535. Angka tersebut menunjukkan korelasi antara
dukungan sosial dengan kecemasan sedang, sedangkan tanda – (negatif)
menunjukkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial suami akan semakin rendah
kecemasan istri menghadapi masa menopause, begitu pula sebaliknya. Tingkat
signifikansi (p) dari hasil korelasi Spearman diperoleh p sebesar 0,000 dimana
nilai ini kurang dari level of significance (α) yaitu (p<0,05) yang berarti bahwa
terdapat pengaruh yang sangat signifikan antara dukungan sosial suami terhadap
kecemasan istri menghadapi masa menopause.
Tabel 6. Hasil analisa pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri
menghadapi masa menopause di Kecamatan Medan Sunggal (N=98)
Dukungan kecemasan
Spearman's rho Dukungan Correlation Coefficient
1.000 -.535**
Sig. (2-tailed) . .000
N 98 98
Kecemasan Correlation Coefficient
-.535** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 98 98
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
2. Pembahasan
Dari data hasil penelitian yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan
terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause di Kecamatan Medan
Sunggal.
2.1. Dukungan Sosial Suami
Sofiana (2005) menyatakan bahwa dukungan sosial yang berasal dari
suami membuat seseorang merasakan kenyamanan, perhatian, didengar,
penghargaan dan bisa menerima kondisinya. Dukungan sosial diperoleh karena
kehadiran orang lain dalam keakraban sosial mempunyai manfaat emosional dan
efek perilaku bagi pihak penerima yaitu tersedianya dukungan bagi individu
ketika menghadapi masalah dan mencari seseorang untuk membantu
membicarakan jalan keluar permasalahan yang dialaminya. Bentuk dukungan
sosial bisa berupa kesempatan untuk bercerita, meminta pertimbangan, bantuan,
nasehat, tersedianya rasa nyaman, atau bahkan tempat berkeluh kesah.
Dari hasil distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan dukungan sosial
suami responden di Kecamatan Medan Sunggal, didapatkan bahwa mayoritas
responden (n=93;94,9%) dalam kategori dukungan sosial suami baik, dan hanya 5
responden (5,1%) dukungan sosial suami dalam kategori cukup, sedangkan untuk
dukungan sosial suami kurang tidak ada. Hasil penelitian ini sesuai dengan
pendapat Kuntjoro (2002) bahwa menopause adalah proses alamiah yang harus
diterima dan disikapi secara positif oleh wanita serta direspon secara bijak oleh
suami karena perubahan perilaku wanita tersebut.
Juga dijelaskan oleh Kasdu (2002) bahwa pasangan hidup sudah
selayaknya memberikan dukungan pada masa tansisi dalam kehidupan seorang
positif juga bagi istri yang sedang menghadapi masa menopause sehingga setiap
peristiwa dan perubahan hidup yang dialami selalu dipandang dari segi yang baik,
dengan demikian kecemasanpun dapat diatasi dengan baik (Lianawati, 2008).
2.2. Kecemasan Istri Menghadapi Masa Menopause
Kecemasan merupakan perasaan was-was, khawatir, atau tidak nyaman
seakan-akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman (Purba, 2008).
Dari hasil penelitian di dapat hasil bahwa mayoritas responden
(n=88;89,8%) memiliki tingkat kecemasan ringan, dan hanya 10 responden
(10,2%) berada pada cemas sedang, sedangkan untuk cemas berat tidak ada.
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Purwoastuti
(2008) bahwa menopause sebagai salah satu bagian perubahan kehidupan dari
seseorang wanita dapat menyebabkan kecemasan. Kasdu (2002) juga menjelaskan
bahwa seorang wanita pada umumnya akan mengalami ketidakstabilan emosi
seiring dengan berakhirnya masa haidnya, dan hal ini bisa menimbulkan
kecemasan bagi mereka.
Pendapat lain menjabarkan bahwa kecemasan dapat timbul pada wanita
menopause dimana hal tersebut dimungkinkan oleh pengaruh berkurangnya
hormon estrogen dan progesteron sesuai dengan pertambahan usia yang membawa
perubahan drastis pada penampilan fisik wanita. Tidak hanya itu, perubahan
tersebut dapat menganggu kestabilan emosi dan dapat mempengaruhi keadaan
psikologis wanita dengan timbulnya kecemasan (Yatim, 2001; Harlock, 1999).
Masih menurut Kasdu (2002) bahwa masa menopause ini sering bertepatan
orang tua lanjut usia, memasuki masa pensiun, melihat anak-anak tumbuh dewasa
dan meninggalkan rumah serta penyesuaian-penyesuaian lainnya. Pandangan
seseorang mengenai menopause sangat mempengaruhi perubahan psikologis pada
masa menopause. Pandangan ini dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam
diri individu serta faktor yang berasal dari lingkungan sosial. Selain itu mitos
yang timbul di masyarakat dan stereotip negatif tentang menopause dapat
menimbulkan kecemasan (Hastutik, 2009; Sumanto, 2009).
Menjadi cemas pada tingkat tertentu dapat dianggap sebagai bagian dari
respon normal untuk mengatasi masalah sehari-hari. Bila kecemasan ini
berlebihan dan tidak sebanding dengan suatu situasi, hal itu dianggap sebagai
hambatan dan dikenal sebagai masalah klinis (Anwar, 2007).
Tingkat kecemasan ringan yang dialami oleh responden menurut Stuart
(2001) berhubungan dengan ketegangan yang dialami dalam kehidupan
sehari-hari sebagai dampak dari penurunan fungsi-fungsi tubuh pada masa menopause.
Kecemasan ini meningkatkan lapangan persepsi, dapat memotivasi belajar, dan
menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.
Dari data yang terkumpul, mayoritas responden dalam kategori cemas
ringan (n=88;89,8%), dimana karakteristik demografi responden dalam rentang
usia berada pada 53-58 tahun, pendidikan SMP, SMA dan Perguruan Tinggi,
mempunyai anak 4-6 orang (n=50;51,0), dan bekerja.
Asumsi peneliti, cemas ringan yang dialami mayoritas responden
disebabkan oleh adaptasi terhadap menopause yang telah terjadi. Hal ini dapat di
(± 2 tahun), hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwita (2003)
bahwa telah lamanya mengalami menopause mempunyai pengaruh terhadap
keluhan-keluhan psikologis pada masa menopause. Semakin lama wanita telah
mengalami menopause, maka semakin berkurang keluhan-keluhan psikologisnya
karena sudah dapat menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi.
Jika di lihat dari aspek pendidikan, mayoritas responden mempunyai
pendidikan yang cukup baik. Dengan tingkat pendidikan tersebut, wanita akan
mempunyai pandangan hidup yang matang, dan mempunyai peluang kerja yang
lebih besar. Purwita (2003) menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat
pendidikan terhadap keluhan-keluhan psikologis pada masa menopause. Yang
banyak mengalami keluhan psikologis adalah wanita dengan tingkat pendidikan
sedang (68%), yang mempunyai keluhan berat adalah wanita dengan tingkat
pendidikan rendah (60%), tingkat pendidikan tinggi mengalami keluhan ringan
(50%), dan 30% tidak mengalami keluhan.
Status bekerja atau tidak bekerja juga akan mempengaruhi cara wanita
dalam mengatasi masalah yang terkait perubahan fisik dan psikologis selama
menjalani masa menopause. Dengan bekerja, wanita akan dapat
mengaktualisasikan diri untuk meningkatkan harga dirinya, mempunyai
kesempatan untuk berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas, mempunyai
banyak teman untuk saling berbagi, terutama dalam menghadapi masalah,
memiliki dukungan sosial yang cukup dari lingkungannya sehingga beban hidup
Hasil penelitian Addy (2009) yang dilakukan di Kabupaten Pasuruan
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kecemasan menghadapi
menopause pada wanita bekerja dengan kecemasan menghadapi menopause pada
wanita tidak bekerja, dimana wanita bekerja kecemasannya lebih rendah (rata-rata
71,024) dari pada wanita tidak bekerja (rata-rata 103,585). Juga di Kabupaten
Sidoardjo ditemukan, sebagian besar wanita tidak bekerja mengalami kecemasan
ringan (36,2%) dan wanita bekerja tidak mengalami kecemasan (37,3%).
Penelitian ini menunjukkan bahwa wanita bekerja tidak mudah mengalami
kecemasan menghadapi masa menopasue, karena wanita bekerja lebih mempunyai
kesibukan yang dapat mengalihkan keluhan-keluhan yang dirasakannya
menjelang menopause, sehingga kecemasannya lebih rendah daripada wanita
tidak bekerja, ini sejalan dengan penelitian. Jika dilihat hasil distribusi frekuensi
pada data demografi, sebesar (n=28;28,6%) respoden bekerja sebagai ibu rumah
tangga.
Kepasrahan wanita menopause berkaitan dengan keyakinan yang mereka
anut. Mayoritas suku jawa adalah pemeluk agama Islam, dan ajaran agama
tersebut mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya
adalah pembentukan sikap wanita dalam menghadapi masa menopause, yang
merupakan takdir bagi semua wanita. Agama islam mengajarkan untuk sabar dan
ikhlas dalam menerima takdir, selalu berfikir positif, dan dapat mengambil
hikmanya. Kebanyakan wanita beragama Islam merasa lebih tenang pada masa
menopause, karena lebih leluasa untuk beribadah, sehingga kegiatan ibadah lebih