• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Dukungan Sosial Suami terhadap Kecemasan Istri Menghadapi Masa Menopause di Kecamatan Medan Sunggal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Dukungan Sosial Suami terhadap Kecemasan Istri Menghadapi Masa Menopause di Kecamatan Medan Sunggal"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL SUAMI TERHADAP

KECEMASAN ISTRI MENGHADAPI MASA MENOPAUSE DI

KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

SKRIPSI

Oleh

Zuliawati 061101041

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Judul : Pengaruh Dukungan Sosial Suami Terhadap Kecemasan Istri Menghadapi Masa Menopause di Kecamatan Medan Sunggal Peneliti : Zuliawati

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Nim : 061101041

Tahun : 2010

Tanggal Lulus : 23 Juni 2010

Pembimbing Penguji I

Nur Afi Darti, SKp, M. Kep Reni Asmara A, S.Kp, MARS

NIP. 19710312 200003 2 001 NIP. 19750220 200112 2 001

Penguji II

Farida Linda Sari Siregar M.Kep

NIP. 19780320 200501 2 003

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui skripsi

ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Medan, 29 Juni 2010

Pembantu Dekan I

Erniyati, S.Kp, MNS

(3)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji kepada Allah SWT atas segala rahmat dan Karunia-Nya

akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh

Dukungan Sosial Suami terhadap Kecemasan Istri Menghadapi Masa Menopause di Kecamatan Medan Sunggal”.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah

memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian

Skripsi ini, sebagai berikut :

1. Kepada ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku dosen pembimbing skripsi

terima kasih atas waktu yang diluangkan dalam memberikan saran,

bimbingan, dan sumbangan pemikiran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Reni Asmara Ariga S.Kp, MARS dan ibu Farida Linda Sari Siregar M.Kep

(selaku dosen pembimbing akademik) terima kasih telah memberikan

masukan yang berharga demi kesempurnaan skripsi ini.

3. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

4. Erniyati, SKp, MNS, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh staf dan dosen pengajar Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

6. Ayahanda Suwanak dan Ibunda Misliah atas segala dukungan moral dan

materil serta doa yang tak henti-hentinya sehingga skripsi ini dapat

(4)

7. Saudara-saudaraku Hari Guswanto, Yuslina Wati, Rahayu Alnizar, Surinami,

ibu Rusni dan bapak Suparman yang selalu memberi motivasi untuk

menyelesaikan skripsi ini.

8. Abi, terima kasih atas segala motivasi, perhatian, nasehat yang selalu engkau

berikan kepadaku sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

9. Kepada Riswan Sihombing selaku lurah Sunggal dan semua ibu-ibu kelompok

wirid di Kelurahan Sunggal, terima kasih atas partisipasinya.

10.Sobatku Desi Fachrianty, Maha Sari Carolina S.Kep, Ani Farida, Sri Yuni

Fitria, Husna Sari, Ridha Amalia, Ainil Fitri, terima kasih atas diskusi dan

waktunya untuk membantu menyelesaikan skripsi ini.

11.Rekan-rekan mahasiswa Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara angkatan 2006 serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan

satu persatu yang telah banyak mambantu dan memberi dorongan untuk

menyelesaikan skripsi ini.

Kiranya Allah SWT sudi menerima amal baik yang telah ikhlas diberikan

dan menggantikannya dengan pahala yang berlipat ganda. Penulis berharap

semoga hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan

ilmu pengetahuan, khususnya keperawatan serta bermanfaat bagi semua pihak

yang membutuhkan.

Medan, Juni 2010

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Lembar Persetujuan... ii

Ucapan Terima Kasih ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Skema ... viii

Abstrak ... ix

2.3. Batasan Usia Terjadinya Menopause... 12

2.4. Gejala Menopause ... 14

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 1. Kerangka Konsep ... 23

2. Defenisi Operasional ... 25

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 26

(6)

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

4. Pertimbangan Etik ... 29

5. Instrumen Penelitian ... 30

6. Rencana Pengumpulan Data ... 35

7. Analisa Data ... 35

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 38

2. Pembahasan... 41

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 51

2. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

LAMPIRAN ... 57

Lampiran 1. Lembar Surat Pengambilan Data dari Fakultas Keperawatan………58

Lampiran2. Lembar Izin Penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan……….59

Lampiran 3. Lembar persetujuan Menjadi responden ... 60

Lampiran 4. Jadwal Tentatif Penelitian ... 61

Lampiran 5. Taksasi Dana ... 62

Lampiran 6. Instrumen Penelitian ... 63

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman Tabel 1. Definisi Operasional ... 25 Tabel 2. Panduan Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan

Kekuatan Korelasi, Nilai p, dan Arah Korelasi………37 Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi ... 39 Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Sosial Suami ... 40 Table 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kecemasan

Istri Menghadapi Masa Menopause ... 40 Table 6. Hasil Analisa Pengaruh Dukungan Sosial Suami

(8)

DAFTAR SKEMA

Skema Halaman 1. Kerangka Konsep Penelitian Pengaruh Dukungan Sosial

Suami Terhadap Kecemasan Istri Menghadapi

(9)

Judul : Pengaruh Dukungan Sosial Suami terhadap Kecemasan Istri Menghadapi Masa Menopause di Kecamatan Medan Sunggal

Peneliti : Zuliawati

Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara NIM : 061101041

Tahun Akademik : 2009/2010

Abstrak

Wanita yang memasuki masa menopause akan mengalami perubahan fisik dan perubahan psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas hidup wanita tersebut dengan timbulnya kecemasan, dengan adanya dukungan sosial yang diberikan terutama oleh suami maka akan menimbulkan ketenangan batin, perasaan senang dalam diri, aman, nyaman sehingga dapat mengurangi kecemasan wanita tersebut. Penelitian deskriptif korelasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dukungan sosial suami terhadap istri dalam menghadapi masa menopause, mengidentifikasi tingkat kecemasan istri dalam menghadapi masa menopause, dan mengidentifikasi pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause. Responden berjumlah 98 orang wanita menopause yang berdomisili di Kecamatan Medan Sunggal. Pengumpulan data berlangsung mulai tanggal 15 Januari-28 Februari 2010. Dari uji koefisien korelasi Spearmen’s/Correlations

Spearman’s Rho didapat nilai p sebesar 0,000 (p<0,05) yang menunjukkan ada

pengaruh yang bermakna antara dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause. Kekuatan korelasi (r) = -0,535 yang mengidentifikasikan kekuatan hubungan dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause dalam kategori sedang. Dengan arah korelasi (-) dan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial suami akan semakin rendah kecemasan istri menghadapi masa menopause. Peneliti berharap agar penelitian ini dapat berguna khususnya bagi keperawatan maternitas dan keperawatan komunitas guna sebagai informasi dan masukan untuk meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan dalam hal memberikan pendidikan kesehatan kepada wanita menopause.

(10)

Judul : Pengaruh Dukungan Sosial Suami terhadap Kecemasan Istri Menghadapi Masa Menopause di Kecamatan Medan Sunggal

Peneliti : Zuliawati

Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara NIM : 061101041

Tahun Akademik : 2009/2010

Abstrak

Wanita yang memasuki masa menopause akan mengalami perubahan fisik dan perubahan psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas hidup wanita tersebut dengan timbulnya kecemasan, dengan adanya dukungan sosial yang diberikan terutama oleh suami maka akan menimbulkan ketenangan batin, perasaan senang dalam diri, aman, nyaman sehingga dapat mengurangi kecemasan wanita tersebut. Penelitian deskriptif korelasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dukungan sosial suami terhadap istri dalam menghadapi masa menopause, mengidentifikasi tingkat kecemasan istri dalam menghadapi masa menopause, dan mengidentifikasi pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause. Responden berjumlah 98 orang wanita menopause yang berdomisili di Kecamatan Medan Sunggal. Pengumpulan data berlangsung mulai tanggal 15 Januari-28 Februari 2010. Dari uji koefisien korelasi Spearmen’s/Correlations

Spearman’s Rho didapat nilai p sebesar 0,000 (p<0,05) yang menunjukkan ada

pengaruh yang bermakna antara dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause. Kekuatan korelasi (r) = -0,535 yang mengidentifikasikan kekuatan hubungan dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause dalam kategori sedang. Dengan arah korelasi (-) dan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial suami akan semakin rendah kecemasan istri menghadapi masa menopause. Peneliti berharap agar penelitian ini dapat berguna khususnya bagi keperawatan maternitas dan keperawatan komunitas guna sebagai informasi dan masukan untuk meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan dalam hal memberikan pendidikan kesehatan kepada wanita menopause.

(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Menopause adalah periode ketika menstruasi seorang perempuan berhenti,

sering dianggap sebagai momok dalam kehidupan seorang wanita. Masa ini

mengingatkan dirinya yang akan menjadi tua karena organ reproduksinya sudah

tidak berfungsi lagi (Kasdu, 2002). Tidak ada seorang pun yang dapat dengan

pasti menentukan kapan menopause itu datang. Kebanyakan wanita akan

mengalaminya pada usia 50 tahun tetapi tidak menutup kemungkinan jika terjadi

lebih cepat atau lebih lambat (Zamralita, 2003). Hutapea dalam Irmawati (2003)

dari hasil penelitiannya di Medan pada tahun 1998 menjumpai usia rata-rata

wanita menopause 48,3 tahun. Jumlah wanita di Indonesia yang memasuki masa

menopause saat ini sebanyak 7,4% dari populasi. Jumlah tersebut diperkirakan

meningkat menjadi 11% pada tahun 2005. Kemudian naik lagi sebesar 14% pada

tahun 2015 (Susanto dalam Khasanah, 2009).

Wanita yang mendekati menopause, produksi hormon ekstrogen,

progesteron dan hormon seks lainnya mulai menurun. Keadaan ini menyebabkan

jarang terjadi ovulasi dan menstruasi tidak teratur. Menopause berhubungan

dengan perubahan hormonal sehingga wanita mengalami perubahan status fisik

dan emosional (Vikar, 2009). Menurut hasil penelitian Departemen Obsetri dan

Ginekologi di Sumatera, masalah kesehatan yang dihadapi oleh wanita menopause

(12)

muncul keluhan nyeri senggama (93,33%), keluhan pendarahan pasca senggama

(84,44%), vagina kering (93,33%), dan keputihan (75,55%), keluhan gatal pada

vagina (88,88%), perasaan panas pada vagina (84,44%), nyeri berkemih (77,77%),

inkontenensia urin (68,88%), selain itu, rendahnya kadar estrogen dapat

menyebabkan osteoporosis (Hadrians, dkk, 2005; Rosalina, 2008).

Wanita yang memasuki masa menopause selain mengalami perubahan

status fisik, juga mengalami perubahan psikologis misalnya, mudah tersinggung,

suasana hati berubah-ubah, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang, cemas,

stres dan depresi. Ada beberapa wanita cemas menghadapi masa menopause

karena takut kehilangan daya tarik seksual, perasaan tidak dapat melahirkan anak

lagi, perasaan tidak berguna, tidak berarti dalam hidup, rasa khawatir akan adanya

kemungkinan bahwa orang-orang yang dicintainya berpaling dan

meninggalkannya (Muhammad, 1981 dalam Admin, 2008; Rosalina, 2008).

Astrini (2004) mengatakan bahwa wanita yang mengalami kecemasan

disebabkan karena harus menyesuaikan diri terhadap proses ketuaan dan merasa

kehilangan peran sebagai Ibu serta kehilangan peran sebagai istri. Menurut

Hurlock (1999), sudah menjadi kodrat alam bahwa dengan bertambahnya usia

seseorang akan menimbulkan perubahan, baik perubahan fisik maupun perubahan

psikologis karena menjadi tua adalah proses yang tidak bisa dihindari. Menopause

merupakan bagian dari perkembangan hidup wanita yang seharusnya bisa diterima

secara wajar sebagaimana awal terjadinya menstruasi, tetapi kenyataan yang ada

dalam masyarakat menunjukkan banyak wanita setengah baya mengalami

(13)

Menurut penelitian Robertson tahun 1985 di Menopause Clinic Australia,

dari 300 pasien usia menopause terdapat 31,2% pasien mengalami depresi dan

kecemasan (Christiani dkk, 2000 dalam Indie, 2009). Berdasarkan penelitian

Irmawati (2003) kira-kira 40% wanita mengalami kecemasan dalam menghadapi

masa menopause.

Kematangan mental, kedewasaan berfikir, faktor ekonomi, budaya,

wawasan mengenai menopause akan menentukan berat ringannnya seseorang

menghadapi kekhawatiran saat menopause. Bila seorang wanita tidak siap mental

menghadapi masa menopause dan lingkungan psikososial tidak memberikan

dukungan positif akan berakibat tidak baik. Wanita tersebut akan menjadi tidak

percaya diri, merasa tidak diperhatikan, tidak berguna, tidak dihargai, khawatir

berkepanjangan tentang perubahan fisiknya dan terjadi ketidakstabilan emosi.

Kepedulian dan dukungan keluarga terutama dukungan suami sangat dibutuhkan

seorang istri dalam menghadapi masa menopause (Vikar, 2009).

Perhatian dan dukungan suami ini akan menumbuhkan kepercayaan diri

dan harga diri sebagai seorang istri mapun sebagai seorang ibu. Menurut Indie

(2009), berpandangan bahwa dukungan sosial mempengaruhi kesehatan dengan

cara melindungi individu dari efek negatif kecemasan sehingga meimbulkan

ketenangan batin, perasaan senang dalam diri, aman, nyaman sehingga dapat

mengurangi kecemasan wanita tersebut.

Beberapa teori menegaskan bahwa dengan adanya dukungan sosial yang

kuat akan berpengaruh terhadap kesehatan, khususnya dalam mengatasi

(14)

kecemasan istri menghadapi masa menopause, secara khusus belum pernah

diidentifikasi di Kecamatan Medan Sunggal, sehingga penelitian ini penting untuk

mengetahui pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri

menghadapi masa menopause di Kecamatan Medan Sunggal.

2. Pertanyaan Penelitian

Apakah ada pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri

menghadapi masa menopause?

3. Hipotesa Penelitian

Pada penelitian ini digunakan hipotesa alternatif (Ha) yaitu terdapat pengaruh

dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa

menopause. Dimana hasilnya ditolak

4. Tujuan Penelitian

4.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui adanya pengaruh dukungan sosial suami terhadap

kecemasan istri menghadapi masa menopause di Kecamatan Medan Sunggal.

4.2. Tujuan Khusus

4.2.1. Mengidentifikasi dukungan sosial suami terhadap istri dalam

menghadapi masa menopause di Kecamatan Medan Sunggal.

4.2.2. Mengidentifikasi tingkat kecemasan istri dalam menghadapi masa

menopause di Kecamatan Medan Sunggal.

4.2.3. Mengidentifikasi pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan

(15)

5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi praktek

keperawatan, dan penelitian keperawatan selanjutnya.

a. Bagi praktek keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan masukan untuk

meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan khususnya keperawatan

maternitas berkaitan dengan pengaruh dukungan sosial suami terhadap

kecemasan istri menghadapi masa menopause

b. Bagi penelitian keperawatan selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi atau data

tambahan untuk pengembangan penelitian selanjutnya dalam lingkup

yang sama tentang pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan diuraikan tentang teori-teori/konsep-konsep dan hasil

penelitian yang terkait dengan kecemasan, menopause dan dukungan sosial.

1. Kecemasan

1.1. Definisi Kecemasan

Purba (2008) menyatakan kecemasan adalah perasaan was-was, khawatir,

atau tidak nyaman seakan-akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman.

Kecemasan merupakan suatu perasaan yang tidak menyenangkan, yang diikuti

oleh reaksi fisiologis tertentu seperti perubahan detak jantung dan pernapasan.

Kecemasan melibatkan persepsi tentang perasaan yang tidak menyenangkan dan

reaksi fisiologis, dengan kata lain kecemasan adalah reaksi atas situasi yang

dianggap berbahaya (Trismiati, 2004 dalam Purba, 2008).

Definisi kecemasan sebagai suatu keadaan tegang yang memaksa individu

untuk berbuat sesuatu. Kecemasan berkembang dari konflik antara sistem id, ego,

dan superego tentang sistem kontrol atas energi psikis yang ada (Corey, 1995

dalam Purba, 2008). Cemas merupakan respon belajar yang dibawa sejak lahir

untuk menghindari nyeri. Cemas merupakan akibat seseorang dihadapkan pada

dua keinginan atau tujuan yang bersaing (Dollard dan Miller, 1950 dalam

Doenges, dkk, 2006).

Hall & Lindzey (1993) dalam Purba (2008) membagi kecemasan atas tiga

(17)

luar dan derajat kecemasannya sangat tergantung kepada ancaman nyata, 2)

Cemas neurotic adalah rasa khawatir kalau-kalau instink akan keluar jalur dan

menyebabkan seseorang berbuat sesuatu yang dapat membuatnya terhukum, dan

3) Cemas moral adalah rasa khawatir terhadap hati nuraninya sendiri. Individu

yang hati nuraninya yang cukup berkembang cenderung merasa bersalah apabila

berbuat sesuatu yang bertentangan dengan norma moral. Fungsinya adalah

mengingatkan adanya bahaya yang datang. kecemasan berbeda dengan rasa takut.

Takut merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya,

sementara cemas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut.

1.2. Faktor Penyebab Kecemasan

Kecemasan dapat disebabkan oleh:

a. Adanya perasaan takut tidak diterima dalam suatu lingkungan tertentu

b. Adanya pengalaman traumatis seperti trauma akan berpisah, kehilangan atau

bencana

c. Adanya rasa frustasi akibat kegagalan dalam mencapai tujuan

d. Adanya ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis

atau ganguan terhadap kebutuhan dasar

e. Adanya ancaman terhadap konsep diri: identitas diri, harga diri, dan

perubahan peran.

1.3. Tingkat Kecemasan

Stuart dan Sundeen (1998) dalam Purba (2008); Videbeck (2008)

mengidentifikasi kecemasan dalam 4 tingkatan. Setiap tingkatan memiliki

(18)

dalam menerima informasi/pengetahuan mengenai kondisi yang ada dari dalam

dirinya maupun dalam lingkungannya.

Adapun tingkat kecemasan, diantaranya sebagai berikut:

1. Cemas ringan: cemas yang normal yang menjadi bagian kehidupan sehari-hari

dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan

persepsinya. Cemas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan

pertumbuhan dan kreativitas

2. Cemas sedang: merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu

yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi. Misalnya,

seorang wanita mengunjungi ibunya untuk pertama kali dalam beberapa bulan

dan merasa bahwa ada sesuatu yang sangat berbeda. Ibunya mengatakan

bahwa berat badannya turun banyak tanpa ia berupaya menurunkannya.

Cemas ini memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang

penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami

perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah

3. Cemas berat: cemas ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Individu

cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak

dapat berpikir tentang hal yang lain. Semua perilaku ditujukan untuk

mengurangi ketegangan. Individu ini banyak pengarahan untuk dapat

memusatkan pada suatu area lain.

4. Panik: tingkat panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror.

Rincian terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali,

(19)

pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik,

terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk

berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan

pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan

kehidupan, dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi

kelelahan bahkan dapat menyebabkan kematian.

Gambar. Rentang respon cemas

Respon adaptif Respon maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

1.4. Tanda dan Gejala Kecemasan

Adapun tanda dan gejala kecemasan, diantaranya sebagai berikut:

a. Respons fisik yang mungkin ditemukan antara lain: sering nafas pendek,

nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi,

gelisah, berkeringat, tremor, sakit kepala, dan sulit tidur

b. Respons kognitif:

1. Lapangan persepsi menyempit

2. Tidak mampu menerima rangsangan luar

3. Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya

c. Respons perilaku dan emosi:

1. Gerakan tersentak-sentak

(20)

3. Perasaan tidak aman.

2. Menopause

2.1. Definisi Menopause

Kata “Menopause” berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua suku

kata, yaitu “Men” yang berarti bulan dan “Pause, Pausa, Paudo” yang berarti

periode atau tanda berhenti, sehingga menopause diartikan sebagai berhentinya

secara definitif menstruasi. Menopause secara teknis menunjukkan berhentinya

menstruasi, yang dihubungkan dengan berakhirnya fungsi ovarium secara gradual,

yang disebut klimakterium (Kartono, 1992 dalam Purwanto, 2007). Purwoastuti

(2008) menyebutkan menopause adalah penghentian permanen menstruasi (haid),

berarti akhir dari masa reproduktif.

Masa menopause terjadi 4-5 tahun sebelum menopause dan mulai saat itu

keluhan klimakterium mulai berkembang. Menopause adalah suatu masa dimana

haid berhenti disebabkan sangat berkurangnya pengaruh hormon yang dihasilkan

ovarium dan ini terjadi pada usia 45-50 tahun. Menopause dikatakan terjadi

apabila selama 12 bulan haid tidak datang lagi maka ditetapkan menopause telah

terjadi pada haid terakhir. Gabungan masa premenopause sampai akhirnya

postmenopause terjadi disebut masa perimenopause. Pada masa perimenopause

inilah terjadi keluhan yang memuncak (Kasdu, 2002). Tiga sampai enam tahun

setelah menopause merupakan periode postmenopause (Sembiring, 1991 dalam

Kasdu, 2002). Menurut Nirmala (2003), menopause adalah masa yang ditandai

dengan berhentinya haid, ini disebabkan tubuh sudah kehabisan sel telur dan

(21)

produksi estrogen berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama. Tanggal

dari haid terakhir disebut sebagai menopause.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa menopause merupakan

menstrusi terakhir akibat menurunnya fungsi hormon indung telur disertai dengan

perubahan fisik dan psikologis yang terjadi pada wanita.

2.2. Mekanisme Terjadinya Menopause

Haid adalah keluarnya darah dari uterus (rahim) melalui vagina selama 5-7

hari. Haid terjadi secara siklik setiap bulan sekitar 28-35 hari (bervariasi pada

setiap wanita). Hari pertama perdarahan biasanya dihitung sebagai hari pertama

haid. Adapun yang merangsang timbulnya haid adalah hormon-hormon yang

disebut Follicel Stimulating Hormon (FSH), Lutenizing Hormon (LH) yang

diproduksi oleh Lobus anterior Hypophise. Serta hormon estrogen dan

progesteron yang diproduksi oleh sel telur yang berada di indung telur.

FSH berfungsi merangsang beberapa sel telur yang masih muda (Follicel

Primarius/Primordial) menjadi dewasa (Follicel de Graf). Beberapa Follicel de

Graf tersebut menghasilkan hormon estrogen yang akan mempengaruhi selaput

terdalam rahim (endometrium) menjadi menebal (berproliferasi). Oleh karena

kadar hormon estrogen dalam darah cukup tinggi, maka pengeluaran FSH ditekan

oleh hormon estrogen, kemudian hypophise mengeluarkan LH yang akan

mempengaruhi Follicel de Graf menjadi semakin matang.

Kemudian, salah satu dari Follicel de Graf yang terletak paling tepi dari

dinding ovarium akan keluar. Sel tersebut ditangkap oleh saluran telur (Tuba

(22)

keluar) yang masih berada di ovarium dan disebut sebagai corpus rubrum (badan

merah), akan berubah menjadi corpus luteum (badan kuning) yang akan

menghasilkan hormon progesteron dan sedikit hormon estrogen yang akan

mempengaruhi sel-sel pada endometrium menjadi lebih besar, berkelok-kelok,

dan mengeluarkan banyak lendir.

Saat terjadi ovulasi, apabila tidak ada pembuahan (konsepsi), maka sel

telur yang berada pada saluran telur akan mati setelah ± 24 jam dan corpus luteum

berangsur-angsur akan mengisut dan berubah menjadi corpus albican. Dengan

demikian, produksi hormon progesteron dan estrogen berangsur-angsur juga akan

berkurang, akibatnya selaput endometrium berangsur-angsur pula akan menipis

dan akhirnya akan mengelupas. Pengelupasan selaput endometrium ini akan

disertai dengan perdarahan dan dikeluarkan melalui vagina. Peristiwa inilah yang

disebut dengan menstruasi. Pada beberapa tahun sebelum mengalami menopause,

haid akan datang secara tidak teratur, makin lama akan makin jarang dan akhirnya

tidak mengalami haid sama sekali (Purwoastuti, 2008).

2.3. Batasan Usia Terjadinya Menopause

Menopause pada seorang wanita tidak ada yang sama pada setiap orang

(Kasdu, 2002). Braam dkk (1981) dalam Ryan (2009) menyatakan bahwa pada

sebagian besar wanita, menopause terjadi pada umur antara 45-55 tahun,

meskipun begitu ada beberapa wanita yang mengalami menstruasi terakhir

sebelum umur 45 tahun, tetapi ada pula wanita yang sesudah berumur 57 tahun

(23)

menopause antara umur 40 tahun dan 55 tahun dan rata-rata pada umur 47 tahun

(Hastings & Damayanti, 2003 dalam Ryan, 2009).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa usia seseorang wanita akan

mengalami menopause sangat bervariasi. Hal ini sangat tergantung pada berbagai

faktor yang mempengaruhinya. Namun apabila diambil rata-ratanya, umumnya

seseorang wanita mengalami menopause sekitar usia 47-57 tahun (Ryan, 2009).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kapan seorang wanita

mengalami menopause (Kasdu, 2002), yaitu:

1. Usia saat haid pertama kali (menarche)

Beberapa ahli yang melakukan penelitian menemukan adanya hubungan

antara usia pertama kali mendapat haid dengan usia seorang wanita memasuki

menopause. Kesimpulan dari penelitian-penelitian ini mengungkapkan, bahwa

semakin muda seseorang mengalami haid pertama kalinya, semakin tua atau lama

memasuki masa menopause

2. Faktor psikis

Wanita yang tidak menikah dan bekerja diduga mempengaruhi

perkembangan psikis seorang wanita. Menurut beberap penelitian, mereka akan

mengalami masa menopause lebih muda, dibandingkan mereka yang menikah dan

tidak bekerja/bekerja atau tidak menikah dan tidak bekerja

3. Jumlah anak

Meskipun belum ditemukan hubungan antara jumlah anak dan menopause,

tetapi beberapa peneliti menemukan bahwa makin sering seorang wanita

(24)

4. Usia melahirkan

Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia memasuki usia

menopause. Penelitian yang dilakukan Beth Israel Deaconess Medical Center in

Boston mengungkapkan bahwa wanita melahirkan diatas usia 40 tahun akan

mengalami usia menopause yang lebih tua. Hal ini terjadi karena kehamilan dan

persalinan akan menghambat sistem kerja organ reproduksi. Bahkan akan

memperlambat proses penuaan tubuh

5. Pemakaian kontrasepsi

Pemakaian kontasepsi ini, khususnya alat kontasepsi jenis hormonal. Hal

ini bisa terjadi karena cara kerja kontasepsi yang menekan fungsi indung telur

sehingga tidak memproduksi sel telur. Pada wanita yang menggunakan

kontrasepsi ini akan lebih lama memasuki usia menopause

6. Merokok

Wanita merokok akan lebih cepat memasuki masa menopause

7. Sosial ekonomi

Menopause kelihatannya dipengaruhi oleh faktor status sosial ekonomi, di

samping pendidikan dan pekerjaan suami. Begitu juga hubungan antara tinggi

badan dan berat badan wanita yang bersangkutan termasuk dalam pengaruh sosial

ekonomi (Yatim, 2001)

2.4. Gejala Menopause

Sehubungan dengan terjadinya menopause pada wanita maka biasanya

diikuti dengan perubahan yang meliputi aspek fisik dan psikologis yang dapat

(25)

a. Gejala Fisik

Ketika seseorang wanita memasuki masa menopause, fisik mengalami

ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi secara tiba-tiba

disekujur tubuh, diikuti dengan rasa panas atau dingin, pening, kelelahan dan

jantung berdebar-debar (Hurlock, 1999). Beberapa keluhan fisik yang merupakan

tanda dan gejala dari menopause yaitu ketidakteraturan siklus haid sampai haid

berhenti, terhentinya pembentukan indung telur, melemahnya organ reproduksi,

dan muncul gejala-gejala penuaan di beberapa bagian tubuh (Herahim, 2005).

Beberapa keluhan fisik diantaranya gejolak rasa panas, kekeringan vagina,

perubahan kulit, berkeringat banyak di malam hari, sulit tidur, jantung berdebar

cepat, denyut nadi dan nafas yang cepat waktu istirahat, mulut kering, kerapuhan

tulang, badan menjadi gemuk, bisa disertai dengan timbulnya berbagai penyakit

seperti penyakit jantung, osteoporosis, kanker, dan lain-lain (Yatim, 2001;

Purwanto, 2008).

Rachman dalam kasdu (2002) menjelaskan beberapa perubahan yang

terjadi pada tubuh akibat kekurangan hormon estrogen (sindroma kekurangan

estrogen) sebagai berikut:

a. Gangguan sistem vasomotor (saraf yang mempengaruhi penyempitan atau

pelebaran pembuluh darah) berupa hot flushes (gejolak panas), vertigo,

keringat banyak, parestesia (gangguan perasaan kulit seperti kesemutan)

b. Gangguan sistem konstitusional berupa berdebar-debar, nyeri tulang

(26)

c. Gangguan sistem psikis dan neurik berupa depresi, kelelahan fisik dan

insomatik, susah tidur, serta rasa takut

d. Sistem lainnya berupa keputihan, sakit saat bersenggama, terganggu libido,

gangguan haid, dan pruritus vulva (gatal pada alat kelamin luar wanita).

Selama menopause tubuh akan mengalami perubahan ini diakibatkan

karena tubuh kekurangan hormon estrogen, contohnya pada:

1. Payudara, bentuk payudara akan mengecil, mendatar, dan mengendor. Hal ini

terjadi karena pengaruh atrofi pada kelenjar payudara. Puting susu juga

mengecil dan pigmentasinya berkurang

2. Dasar pinggul, kekuatan dan elastisitasnya menghilang karena atrofi dan

melemahnya daya sokong akibat turunnya alat-alat kelamin bagian dalam

3. Anus dan perineum, lemak dibawah kulit menghilang, otot mengalami

pengerutan sehingga melemah fungsinya

4. Kandung kemih, aktifitas kendali otot kandung kemih menurun sehingga

lebih sering ingin buang air kecil.

b. Gejala Psikologis

Aspek psikologis yang terjadi pada wanita menopause sangat penting

peranannya dalam kehidupan sosial wanita. Beberapa gejala psikologis yang

menonjol ketika menopause diantaranya mudah tersinggung, susah tidur, ingatan

menurun, kecemasan, stres, depresi, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar dan

tegang. Ada juga wanita yang kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik

fisik dan seksual, merasa tidak dibutuhkan oleh suami dan anak-anaknya, serta

(27)

Adapun gejala psikologis menurut Blackburn dan Davidson dalam

Zainuddin (2000) dalam Purwanto (2008), adalah sebagai berikut:

1. Suasana hati, yaitu keadaan yang menunjukan ketidaktenangan psikis, seperti:

mudah marah, persaaan sangat tegang

2. Pikiran, yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu, seperti: khawatir, sukar

konsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri

sebagai sangat sensitif, merasa tidak berdaya

3. Motivasi, yaitu dorongan untuk mencapai sesuatu, seperti: menghindari

situasi, ketergantungan yang tinggi, ingin melarikan diri dari kenyataan

4. Perilaku gelisah yaitu keadaan diri yang tidak terkendali seperti: gugup,

kewaspadaan yang berlebihan, sangat sensitif dan agitasi

5. Reaksi-reaksi biologis yang tidak terkendali, seperti: berkeringat, gemetar,

pusing, berdebar-debar, mual, mulut kering.

2.5. Faktor Penyebab Kecemasan Menghadapi Masa Menopause

Freud dalam Hall (1980) dalam Purwanto (2008); Yatim (2001)

menjelaskan faktor yang mempengaruhi kecemasan menghadapi masa menopause

dikaitkan dengan usia senja dan kehidupan tua, menopause dikaitkan dengan

berakhirnya peran istri bagi suami dan peran ibu bagi anak-anaknya, menopause

dikaitkan dengan hilangnya daya tarik seksual dan penurunan aktivitas seksual,

menopause dikaitkan dengan gangguan kejiwaan, menopause dikaitkan dengan

status kerja. Menurut Priest (1987) dalam Purwanto (2008), bahwa sumber umum

dari kecemasan adalah lingkungan disekitar individu, pergaulan, usia yang

(28)

Purwanto (2008) menyatakan bahwa penyebab individu cemas adalah masalah

yang tidak dapat terselesaikan, contoh penuaan dan kematian.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

menyebabkan kecemasan menghadapi menopause adalah masalah yang tidak

terselesaikan, kekhawatiran terhadap sesuatu yang belum terjadi, adanya motif

sosial dan motif seksual.

3. Dukungan Sosial

3.1. Definisi Dukungan Sosial

Dukungan sosial merupakan sumber daya sosial yang dapat membantu

individu dalam menghadapi suatu kejadian yang menekan. Penelitian berikutnya

membuktikan bahwa dukungan sosial juga mempunyai hubungan yang positif

yang dapat mempengaruhi kesehatan individu dan kesejahteraannya atau dapat

meningkatkan kreativitas individu dalam kemampuan penyesuaian yang adaptif

terhadap stres dan rasa sakit yang dialami (Foote, 1990 & Helgeson, 2003 dalam

wangmuba, 2009). Dukungan sosial adalah derajat dukungan yang diberikan

kepada individu khususnya sewaktu dibutuhkan oleh orang-orang yang memiliki

hubungan emosional yang dekat dengan orang tersebut (Gonollen & Bloney

dalam As’ari, 2005 dalam Bow, 2009).

Berdasarkan teori-teori diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Dukungan

Sosial adalah bentuk pertolongan yang dapat berupa materi, emosi, dan informasi

yang diberikan oleh orang-orang yang memiliki arti seperti keluarga, sahabat,

teman, saudara, rekan kerja atupun atasan atau orang yang dicintai oleh individu

(29)

individu yang mengalami masalah merasa diperhatikan, mendapat dukungan,

dihargai dan dicintai.

Cohen & Syme (1985) dalam Wangmuba (2009) mengklasifikasikan

dukungan sosial dalam empat kategori yaitu : 3.2. Klasifikasi Dukungan Sosial

1. Dukungan informasi, yaitu memberikan penjelasan tentang situasi dan segala

sesutau yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi oleh

individu. Dukungan ini meliputi memberikan nasehat, petunjuk, memberikan

hadiah, masukan atau penjelasan bagaimana seseorang bersikap dan bertindak

dalam menghadapi situasi yang dianggap membebani

2. Dukungan emosional, yang meliputi ekspresi empati misalnya mendengar

kan, bersikap terbuka, menunjukkan sikap percaya terhadap apa yang

dikeluhkan, mau memahami, ekspresi kasih sayang dan perhatian. Dukungan

emosional akan membuat si penerima merasa berharga, nyaman, aman,

terjamin, dan disayangi

3. Dukungan instrumental/materi adalah bantuan yang diberikan secara

langsung, bersifat fasilitas atau materi misalnya menyediakan fasilitas yang

diperlukan, meminjamkan uang, memberikan makanan, permainan atau

bantuan yang lain

4. Dukungan penghargaan atau appraisal (penilaian), dukungan ini bisa

berbentuk penilaian yang positif, penguatan (pembenaran) untuk melakukan

sesuatu, umpan balik atau menunjukkan perbandingan sosial yang membuka

(30)

5. Dukungan integritas sosial

Jenis dukungan sosial memungkinkan seseorang memperoleh perasaan

memiliki suatu kelompok yang memungkinkannya untuk berbagi minat,

perhatian serta ditemani saat melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif

secara bersama-sama. Dukungan sosial ini akan memberikan rasa aman,

nyaman serta merasa memiliki dan dimiliki dalam kelompok (Kuntjoro,

2002).

3.3. Sumber-Sumber Dukungan Sosial

1.

Dukungan sosial dapat dipenuhi dari teman atau persahabatan, keluarga,

dokter, psikolog, psikiater (Hause & Kahn dalam Suhita, 2005 dalam Bow, 2009).

Hal ini juga diungkapkan oleh Thorst dalam Sofia (2003) dalam Bow (2009),

Sumber-sumber dukungan sosial, diantaranya:

Suami

2.

Hubungan perkawinan merupakan hubungan akrab yang diikuti oleh minat

yang sama, kepentingan yang sama, saling membagi perasaan, saling

mendukung, dan menyelesaikan permasalahan bersama. Sehingga

menimbulkan suatu keharmonisan dalam keluarga, yaitu kebahagiaan dalam

hidup karena cinta kasih suami istri yang didasari kerelaan dan keserasian

hidup bersama

Keluarga

Keluarga merupakan sumber dukungan sosial karena dalam hubungan

keluarga tercipta hubungan yang saling mempercayai. Individu sebagai

(31)

tempat bercerita, tempat bertanya, dan tempat mengeluarkan keluhan-keluhan

bilamana individu sedang mengalami permasalahan (Heardman, 1990 dalam

Bow, 2009)

3. Teman/sahabat

Persahabatan adalah hubungan yang saling mendukung, saling memelihara,

serta perhatian tanpa adanya unsur eksploitasi.

3.4. Pengaruh Dukungan Sosial Suami Terhadap Kecemasan Istri Menghadapi

Masa Menopause

Teman dekat merupakan

sumber dukungan sosial karena dapat memberikan rasa senang dan dukungan

selama mengalami suatu permasalahan (Kail & Neilsen dalam Suhita, 2005

dalam Bow, 2009).

Pada saat menjelang menopause seorang wanita dituntut untuk

menghadapi realitas baru yang sudah tiba. Tidak jarang pada masa menopause ini

selalu disertai kecemasan dalam beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang

dialami (Hurlock, 1999). Induvidu yang memasuki masa menopause juga

mengalami krisis dalam kehidupannya baik dalam pekerjaan, rumah tangga dan

hubungan sosial. Tidak jarang merasa tidak sempurna lagi sebagai seorang istri.

Kondisi ini sering menimbulkan tekanan psikologis yang apabila tidak diatasi

akan menyebabkan kecemasan dan berdampak buruk pada kehidupan sosial

seorang istri.

Kematangan mental, kedewasaan berfikir, faktor ekonomi, budaya,

wawasan mengenai menopause serta dukungan sosial suami akan menentukan

(32)

menopause (Kasdu, 2002). Dukungan sosial suami membantu istri yang

memasuki masa menopause dengan memberikan informasi, bimbingan, dukungan

emosional dan semangat sehingga setidaknya dapat mengurangi kecemasan yang

(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk mengedentifikasi

pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa

menopause. Menopause merupakan peristiwa hidup yang alamiah yang harus

diterima dan disikapi secara positif oleh istri serta berupaya untuk beradaptasi

dengan perubahan-perubahan yang dialami. Kondisi ini selain menimbulkan

perubahan fisik juga tekanan psikologis yang apabila tidak diatasi akan

menimbulkan kecemasan akibatnya berdampak buruk terhadap kehidupan seorang

wanita. Namun dengan adanya dukungan sosial suami akan mengurangi rasa

kecemasan istri yang akan memasuki masa menopause. Dukungan sosial suami

yang diberikan meliputi dukungan instrumental/materi, dukungan emosional,

dukungan penghargaan, dukungan informasi, dan dukungan integritas sosial.

Disamping itu ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi kecemasan

yang dialami seorang istri pada saat akan menghadapi masa menopause seperti

tingkat pendidikan atau pengetahuan, faktor sosial ekonomi budaya, pekerjaan,

ajaran agama, dan kematangan mental, yang akan menentukan berat ringannya

seseorang menghadapi masa menopause (Vikar, 2009; Kasdu, 2002).

Dengan adanya dukungan sosial suami yang positif, maka cemas istri akan

baik dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi pada masa menopause.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner

(34)

istri menghadapi menopause yang dimodifikasi oleh peneliti dengan mengacu

kepada tinjauan pustaka.

Skema 1. Kerangka konsep penelitian pengaruh dukungan sosial suami

terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause di Kecamatan Medan

Sunggal.

Keterangan:

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti Dukungan sosial suami:

• Dukungan sosial suami

kurang

• Dukungan sosial suami

cukup

• Dukungan sosial suami

baik

Kategori cemas istri menghadapi

masa menopause

• Cemas ringan

• Cemas sedang

• Cemas berat

Faktor pengaruh

• Pendidikan/pengetahuan

• Sosial ekonomi budaya

• Pekerjaan

• Ajaran agama

(35)

2. Definisi Operasional

No Variabel Penelitian

Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1 Variabel independen: dukungan sosial suami

Dukungan sosial suami adalah bantuan yang diberikan oleh suami kepada seorang istri yang mengalami menopause untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikisnya. menurunkan kecemasan dalam menghadapi sosial di Kecamatan Medan Sunggal Kelurahan Sunggal.

 Kecemasan adalah perasaan khawatir dan ragu-ragu, tidak nyaman, bingung yang dihadapi oleh seorang istri dalam menghadapi masa menopause akibat perubahan fisik dan psikologis.

(36)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka penelitian ini

menggunakan desain deskriptif korelatif yang bertujuan untuk mengidentifikasi

pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa

menopause.

2. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam

suatu penelitian (Nursalam, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah seorang

istri yang sudah tidak mengalami menstruasi lagi seiring dengan bertambahnya

usia, ditandai dengan berhentinya haid selama 12 bulan dan tinggal di Kecamatan

Medan Sunggal. Adapun jumlah kepala kelurga di Kecamatan Medan Sunggal

sebanyak 5352 orang, yang terdiri dari 14 lingkungan yaitu lingkungan 1

berjumlah 350 orang, lingkungan 2 berjumlah 395 orang, lingkungan 3 berjumlah

382 orang, lingkungan 4 berjumlah 653 orang, lingkungan 5 berjumlah 395 orang,

lingkungan 6 berjumlah 320 orang, lingkungan 7 berjumlah 362 orang,

lingkungan 8 berjumlah 302 orang, lingkungan 9 berjumlah 401 orang,

lingkungan 10 berjumlah 250 orang, lingkungan 11 berjumlah 388 orang,

lingkungan 12 berjumlah 450 orang, lingkungan 13 berjumlah 302 orang,

lingkungan 14 berjumlah 402 orang (data Kelurahan Sunggal Medan, 2007).

Rumus penentuan besar sampel untuk penelitian survei adalah:

(37)

N

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus dari

Notoatmodjo (2002) yaitu dengan cara pengambilan sampel sebanyak 98 orang,

dan sesuai dengan kriteria inklusi, diantaranya:

1. Usia 47-58 tahun.

2. Status menikah dan masih memiliki suami.

3. Kondisi menopause adalah keadaan subjek/istri yang telah mengalami

menopause, ditandai dengan berhentinya haid selama 12 bulan.

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan cluster random

sampling berdasarkan jumlah KK pada masing-masing Kelurahan Sunggal yang

terdiri dari 14 lingkungan, dengan demikian dapat dihitung jumlah sampel untuk

masing-masing lingkungan, sebagai berikut:

a. Jumlah KK Lingkungan I

350 = 6 54,52

b. Jumlah KK Lingkungan II

395 = 7 54,52

Keterangan:

n = besar sampel

N = besarnya populasi

(38)

c. Jumlah KK Lingkungan III

382 = 7 54,52

d. Jumlah KK Lingkungan IV

653 = 12 54,52

e. umlah KK Lingkungan V

395 = 7 54,52

f. Jumlah KK Lingkungan VI

320 = 6 54,52

g. Jumlah KK LingkunganVII

362 = 7 54,52

h. Jumlah KK Lingkungan VIII

302 = 6 54,52

i. Jumlah KK Lingkungan IX

401 = 7 54,52

j. Jumlah KK Lingkungan X

250 = 5 54,52

k. Jumlah KK Lingkungan XI

388 = 7 54,52

l. Jumlah KK Lingkungan XII

(39)

m. Jumlah KK Lingkungan XIII

306 = 6 54,52

n. Jumlah KK Lingkungan XIV

402 = 7 54,52

No Jumlah KK Lingkungan Jumlah Orang Jumlah Sampel

1 I 350 6

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Sunggal. Dengan

pertimbangan efisiensi waktu dan jarak dari tempat tinggal peneliti, lokasi ini juga

merupakan daerah dengan populasi wanita yang telah memasuki masa menopause

yang memadai untuk mendapatkan jumlah responden penelitian. Waktu penelitian

ini telah dilakukan dari bulan Januari sampai dengan Februari 2010.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari Fakultas

(40)

Kelurahan Sunggal Medan. Penelitian menjelaskan maksud, tujuan dan prosedur

penelitian yang akan dilakukan. Peneliti mengakui hak-hak responden dalam

menyatakan kesediaan atau ketidaksediaan untuk menjadi subjek penelitian. Jika

bersedia menjadi responden, maka responden diminta untuk menandatangani

lembar persetujuan (informed consent) penelitian atau responden dapat

menyatakan persetujuan secara verbal.

Peneliti melindungi subjek dari semua kerugian baik material, nama baik

dan bebas dari tekanan fisik dan psikologis yang timbul akibat penelitian ini.

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak mencantumkan

nama responden (anonimity) pada lembar pengumpulan data, tetapi dengan

memberi kode pada masing-masing lembar tersebut. Kerahasiaan informasi

responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang akan

dilaporkan sebagai hasil penelitian.

5. Instrumen Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan variabel yang akan diteliti, maka

instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti

dengan berpedoman pada kerangka konseptual dan tinjauan pustaka. Instrumen

penelitian berupa kuesioner terdiri dari 3 bagian yaitu kuesioner data demografi,

dukungan sosial suami dan kuesioner untuk menilai kecemasan istri menghadapi

(41)

5.1. Kuesioner Data Demografi

Kuesioner data demografi digunakan untuk mengkaji data demografi

responden yang meliputi usia, pendidikan, pekerjaan, agama, suku, penghasilan

keluarga dan jumlah anak dalam keluarga.

5.2. Kuesioner Dukungan Sosial Suami

Kuesioner dukungan sosial suami berisi pernyataan-pernyataan yang

meliputi 5 komponen dukungan sosial, yaitu dukungan informasi, dukungan

emosional, dukungan instrumental/materi, dukungan penghargaan, dukungan

emosional, dan dukungan integritas sosial. Peneliti menyusun Kuesioner ini

berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konseptual tentang konsep dukungan

sosial yang melibatkan peran suami (Bow, 2009).

Kuesioner ini terdiri dari 20 butir pernyataan, yang terbagi dalam 4

pernyataan dukungan informasi (1, 2, 4, 16), 5 pernyataan dukungan emosional

(3, 5, 6, 7, 17), 4 pernyataan dukungan instrumental/materi (10, 12, 13, 19), 4

pernyataan dukungan penghargaan (8, 9, 14, 15) dan 3 pernyataan dukungan

integritas sosial (11, 18, 20). Dimana terbagi atas pernyataan positif dan

pernyataan negatif, diantaranya 17 pernyataan positif dan 3 pernyataan negatif.

Pernyataan positif terdapat pada nomor 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15,

16, 18, 19 dan pernyataan negatif terdapat pada nomor 3, 17, 20. Penilaian

kuesioner ini menggunakan skala Linkert dalam alternatif jawaban yaitu, sangat

tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), setuju (S), sangat setuju (SS). Bobot nilai

yang diberikan untuk setiap pernyataan untuk jawaban STS = 1, TS = 2, S = 3,

(42)

Total skor adalah 20-80. Semakin tinggi jumlah skor maka dukungan

sosial suami semakin tinggi. Berdasarkan rumus statistik p = rentang

banyak kelas

Menurut Sudjana (1992), dimana p merupakan panjang kelas, dengan

rentang (nilai tertinggi dikurang nilai terendah) sebesar 60 dan banyak kelas

dibagi atas 3 kategori kelas untuk dukungan sosial suami (kurang, cukup, baik),

maka akan diperoleh panjang kelas sebesar 20.

Dengan p = 20 dan nilai terendah 20 sebagai batas bawah kelas interval

pertama, maka dukungan sosial suami dikategorikan atas kelas interval sebagai

berikut:

20-39 = dukungan sosial suami kurang

40-59 = dukungan sosial suami cukup

60-80 dukungan sosial suami baik

Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan formula Cronbach Alpha dalam

program SPSS versi 17.0 terhadap kuesioner dukungan sosial suami adalah 0,896

(lihat pada lampiran). Menurut Burns dan Grove (1993), untuk suatu instrumen

penelitian yang baru dikembangkan, uji reliabilitasnya ≥ 0,70 dapat diterima.

Artinya kuesioner dukungan sosial suami ini layak dan dapat digunakan untuk

penelitian selanjutnya dalam lingkup yang sama tentang pengaruh dukungan

sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause.

5.3. Kuesioner Kecemasan Istri Menghadapi Masa Menopause

Kuesioner kecemasan istri menghadapi masa menopause berisi beberapa

(43)

modifikasi dengan skala A-Trait untuk mengidentifikasi kecemasan istri

menghadapi masa menopause. Kuesioner ini terdiri dari 20 butir pernyataan, 9

pernyataan positif dan 11 pernyataan negatif. Pernyataan positif terdapat pada

nomor 1, 3, 6, 7, 10, 13, 14, 16, 19 dan pernyataan negatif terdapat pada nomor 2,

4, 5, 8, 9, 11, 12, 15, 17, 18, 20. Penilaian kuesioner ini menggunakan skala

Linkert dalam alternatif jawaban yaitu hampir tidak pernah (HTP), kadang-kadang

(KK), sering (SR), selalu (SL). Bobot nilai yang diberikan untuk setiap pernyataan

untuk jawaban HTP = 1, KK = 2, SR = 3, SL = 4.

Total skor adalah 20-80. Semakin tinggi jumlah skor maka semakin tinggi

derajat kecemasannya. Berdasarkan rumus statistik p = rentang

banyak kelas

Menurut Sudjana (1992), dimana p merupakan panjang kelas, dengan

rentang (nilai tertinggi dikurang nilai terendah) sebesar 60 dan banyak kelas

dibagi atas 3 kategori kelas untuk derajat kecemasan (ringan, sedang, berat), maka

akan diperoleh panjang kelas sebesar 20.

Dengan p = 20 dan nilai terendah 20 sebagai batas bawah kelas interval

pertama, derajat kecemasan istri menghadapi masa menopause dikategorikan atas

interval sebagai berikut:

20-39 = cemas ringan

40-59 = cemas sedang

60-80 = cemas berat

Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan formula Cronbach Alpha dalam

(44)

menopause adalah 0,897 (lihat pada lampiran). Menurut Burns dan Grove (1993),

untuk suatu instrumen penelitian yang baru dikembangkan, uji reliabilitasnya ≥

0,70 dapat diterima. Artinya kuesioner kecemasan istri menghadapi masa

menopause ini layak dan dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya dalam

lingkup yang sama tentang pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan

istri menghadapi masa menopause.

5.4. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Kuesioner dukungan sosial suami dan kuesioner kecemasan istri

menghadapi masa menopause perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji

validitas dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen (kuesioner) yang

digunakan mampu mengukur apa-apa yang seharusnya diukur menurut situasi dan

kondisi tertentu (Nursalam, 2002). Uji validitas yang digunakan pada pengujian

ini adalah validitas isi, yaitu sejauh mana instrumen penelitian memuat

rumusan-rumusan sesuai dengan isi yang dikehendaki menurut tujuan tertentu.

Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen maka dilakukan uji

reliabilitas. Uji reliabilitas ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat

atau kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsistensi sasaran yang akan

diukur (Polit & Hungler, 1999). Dalam penelitian ini akan digunakan uji

reliabilitas dengan uji Cronbach Alpha. Instrumen akan diuji pada 10 responden

yang memenuhi kriteria, dimana responden yang sudah diikutkan dalam uji

(45)

6. Rencana Pengumpulan Data

Rencana pengumpulan data telah dilakukan setelah mendapat rekomendasi

izin pelaksanaan penelitian pada institusi Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara, Balitbang Kota Medan, Camat Medan Sunggal, serta Kepala

Kelurahan Sunggal Medan sebagai tempat penelitian.

Peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang maksud, tujuan dan

prosedur penelitian. Bagi calon responden yang bersedia menjadi responden

diminta untuk menandatangani informed consent atau responden dapat

menyatakan persetujuan secara verbal. Responden diminta untuk menjawab

pernyataan peneliti atau mengisi sendiri kuesioner yang telah diberikan oleh

peneliti. Apabila telah didapatkan jumlah sampel sebanyak yang dibutuhkan

dalam peneliti ini, maka pengumpulan data telah selesai dilaksanakan dan

selanjutnya dilakukan analisa data.

7. Analisa Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, peneliti melakukan

pengolahan data atau analisa data yang secara garis besar meliputi 3 langkah

yaitu:

1. Persiapan yaitu mengecek kelengkapan data dan mengecek macam isian data

2. Tabulasi data dengan memberikan skor terhadap item. Item yang perlu diberi

skor, memberi kode terhadap item yang tidak diberi skor, memberi kode

(46)

3. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian yaitu pengolahan data

yang diperoleh dengan menggunakan rumus atau aturan yang ada, sesuai

dengan pendekatan penelitian atau desain yang diambil (Arikunto, 2002).

Data demografi, data dukungan sosial suami, data kecemasan istri

menghadapi masa menopause disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik bivariat

merupakan suatu prosedur untuk menganalisa hubungan antara 2 variabel yaitu

untuk melihat hubungan antara variabel independen (dukungan sosial suami) &

variabel dependen (kecemasan istri menghadapi masa menoapuse) dengan

menggunakan uji Korelasi Spearmen yang ditampilkan dalam tabel hasil uji

interpretasi yang terdiri dari nilai r, nilai p dan arah korelasi. Nilai r

menginterpretasikan kekuatan hubungan dengan level 0,000 sampai dengan 1,000.

Uji Spearmen digunakan karena variabel independen (dukungan sosial

suami) berskala ordinal dan variabel dependen (kecemasan istri menghadapi masa

menoapuse) berskala ordinal, sehingga objek yang diteliti dimungkinkan untuk

diberi jenjang atau ranking. Uji Spearmen dapat digunakan untuk uji korelasi

antara variabel numerik dengan ordinal dan sebagai alternatif untuk uji numerik

(47)

Tabel 2. Panduan interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan korelasi,

nilai p, dan arah korelasi.

No Parameter Nilai Interpretasi

Terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji

Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji

3 Arah korelasi + (positif)

− (negatif)

Searah, semakin besar nilai satu variabel semakin besar pula nilai variabel lainnya

Berlawanan arah.

(48)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan tentang hasil penelitian mengenai pengaruh

dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause

melalui proses pengumpulan data yang dilakukan dari tanggal 15 Januari sampai

28 Februari 2010 terhadap 98 orang responden di Kecamatan Medan Sunggal.

Hasil dari penelitian mengenai pengaruh dukungan sosial suami terhadap

kecemasan istri menghadapi masa menopause di Kecamatan Medan Sunggal

adalah sebagai berikut :

1.1. Deskripsi Karakteristik Responden

Deskripsi karakteristik responden mencakup umur, suku, agama,

pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anak.

Dari 98 responden yang terkumpul, mayoritas responden berada pada

rentang usia 53-58 tahun (n=64;65,3%), suku Jawa (n=63;64,3%), beragama

Islam (n=92;93,9%). Pendidikan responden lebih banyak adalah SMP

(n=38;38,8%), dengan persentase istri bekerja lebih banyak dari istri tidak bekerja

(n=70;71,4%). Mayoritas pendapatan responden berkisar antara

Rp.900.000-Rp.1.800.000 (n=42;42,9%), dan memiliki anak berkisar antara 4-6 orang anak

(49)

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik responden

di Kecamatan Medan Sunggal (N=98).

(50)

1.2. Dukungan Sosial Suami

Dari hasil penelitian didapat hasil bahwa mayoritas responden dalam

kategori dukungan sosial suami baik (n=93;94,9%), dan hanya 5 responden

(5,1%) dukungan sosial suami dalam kategori cukup, sedangkan untuk dukungan

sosial suami kurang tidak ada (Tabel 4)

Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase dukungan sosial suami responden di

Kecamatan Medan Sunggal (N=98)

Dukungan Sosial Suami Frekuensi Persentase (%) Dukungan sosial suami

1.3. Kecemasan Istri Menghadapi Masa Menopause

Dari hasil penelitian didapat hasil bahwa mayoritas responden dalam

kategori cemas ringan (n=88;89,8%), dan hanya 10 responden (10,2%) berada

pada cemas sedang, sedangkan untuk cemas berat tidak ada (Tabel 5).

Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase kecemasan istri menghadapi masa

menopause responden di Kecamatan Medan Sunggal (N=98)

Kecemasan Istri Menghadapi Masa

Menopause

Frekuensi Persentase (%)

(51)

1.4. Pengaruh antara Dukungan Sosial Suami Terhadap Kecemasan Istri

Menghadapi Masa Menopause

Hasil uji statistik korelasi Spearman dengan komputerisasi didapatkan

kekuatan korelasi (r) = -0,535. Angka tersebut menunjukkan korelasi antara

dukungan sosial dengan kecemasan sedang, sedangkan tanda – (negatif)

menunjukkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial suami akan semakin rendah

kecemasan istri menghadapi masa menopause, begitu pula sebaliknya. Tingkat

signifikansi (p) dari hasil korelasi Spearman diperoleh p sebesar 0,000 dimana

nilai ini kurang dari level of significance (α) yaitu (p<0,05) yang berarti bahwa

terdapat pengaruh yang sangat signifikan antara dukungan sosial suami terhadap

kecemasan istri menghadapi masa menopause.

Tabel 6. Hasil analisa pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri

menghadapi masa menopause di Kecamatan Medan Sunggal (N=98)

Dukungan kecemasan

Spearman's rho Dukungan Correlation Coefficient

1.000 -.535**

Sig. (2-tailed) . .000

N 98 98

Kecemasan Correlation Coefficient

-.535** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 98 98

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

2. Pembahasan

Dari data hasil penelitian yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan

(52)

terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause di Kecamatan Medan

Sunggal.

2.1. Dukungan Sosial Suami

Sofiana (2005) menyatakan bahwa dukungan sosial yang berasal dari

suami membuat seseorang merasakan kenyamanan, perhatian, didengar,

penghargaan dan bisa menerima kondisinya. Dukungan sosial diperoleh karena

kehadiran orang lain dalam keakraban sosial mempunyai manfaat emosional dan

efek perilaku bagi pihak penerima yaitu tersedianya dukungan bagi individu

ketika menghadapi masalah dan mencari seseorang untuk membantu

membicarakan jalan keluar permasalahan yang dialaminya. Bentuk dukungan

sosial bisa berupa kesempatan untuk bercerita, meminta pertimbangan, bantuan,

nasehat, tersedianya rasa nyaman, atau bahkan tempat berkeluh kesah.

Dari hasil distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan dukungan sosial

suami responden di Kecamatan Medan Sunggal, didapatkan bahwa mayoritas

responden (n=93;94,9%) dalam kategori dukungan sosial suami baik, dan hanya 5

responden (5,1%) dukungan sosial suami dalam kategori cukup, sedangkan untuk

dukungan sosial suami kurang tidak ada. Hasil penelitian ini sesuai dengan

pendapat Kuntjoro (2002) bahwa menopause adalah proses alamiah yang harus

diterima dan disikapi secara positif oleh wanita serta direspon secara bijak oleh

suami karena perubahan perilaku wanita tersebut.

Juga dijelaskan oleh Kasdu (2002) bahwa pasangan hidup sudah

selayaknya memberikan dukungan pada masa tansisi dalam kehidupan seorang

(53)

positif juga bagi istri yang sedang menghadapi masa menopause sehingga setiap

peristiwa dan perubahan hidup yang dialami selalu dipandang dari segi yang baik,

dengan demikian kecemasanpun dapat diatasi dengan baik (Lianawati, 2008).

2.2. Kecemasan Istri Menghadapi Masa Menopause

Kecemasan merupakan perasaan was-was, khawatir, atau tidak nyaman

seakan-akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman (Purba, 2008).

Dari hasil penelitian di dapat hasil bahwa mayoritas responden

(n=88;89,8%) memiliki tingkat kecemasan ringan, dan hanya 10 responden

(10,2%) berada pada cemas sedang, sedangkan untuk cemas berat tidak ada.

Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Purwoastuti

(2008) bahwa menopause sebagai salah satu bagian perubahan kehidupan dari

seseorang wanita dapat menyebabkan kecemasan. Kasdu (2002) juga menjelaskan

bahwa seorang wanita pada umumnya akan mengalami ketidakstabilan emosi

seiring dengan berakhirnya masa haidnya, dan hal ini bisa menimbulkan

kecemasan bagi mereka.

Pendapat lain menjabarkan bahwa kecemasan dapat timbul pada wanita

menopause dimana hal tersebut dimungkinkan oleh pengaruh berkurangnya

hormon estrogen dan progesteron sesuai dengan pertambahan usia yang membawa

perubahan drastis pada penampilan fisik wanita. Tidak hanya itu, perubahan

tersebut dapat menganggu kestabilan emosi dan dapat mempengaruhi keadaan

psikologis wanita dengan timbulnya kecemasan (Yatim, 2001; Harlock, 1999).

Masih menurut Kasdu (2002) bahwa masa menopause ini sering bertepatan

(54)

orang tua lanjut usia, memasuki masa pensiun, melihat anak-anak tumbuh dewasa

dan meninggalkan rumah serta penyesuaian-penyesuaian lainnya. Pandangan

seseorang mengenai menopause sangat mempengaruhi perubahan psikologis pada

masa menopause. Pandangan ini dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam

diri individu serta faktor yang berasal dari lingkungan sosial. Selain itu mitos

yang timbul di masyarakat dan stereotip negatif tentang menopause dapat

menimbulkan kecemasan (Hastutik, 2009; Sumanto, 2009).

Menjadi cemas pada tingkat tertentu dapat dianggap sebagai bagian dari

respon normal untuk mengatasi masalah sehari-hari. Bila kecemasan ini

berlebihan dan tidak sebanding dengan suatu situasi, hal itu dianggap sebagai

hambatan dan dikenal sebagai masalah klinis (Anwar, 2007).

Tingkat kecemasan ringan yang dialami oleh responden menurut Stuart

(2001) berhubungan dengan ketegangan yang dialami dalam kehidupan

sehari-hari sebagai dampak dari penurunan fungsi-fungsi tubuh pada masa menopause.

Kecemasan ini meningkatkan lapangan persepsi, dapat memotivasi belajar, dan

menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

Dari data yang terkumpul, mayoritas responden dalam kategori cemas

ringan (n=88;89,8%), dimana karakteristik demografi responden dalam rentang

usia berada pada 53-58 tahun, pendidikan SMP, SMA dan Perguruan Tinggi,

mempunyai anak 4-6 orang (n=50;51,0), dan bekerja.

Asumsi peneliti, cemas ringan yang dialami mayoritas responden

disebabkan oleh adaptasi terhadap menopause yang telah terjadi. Hal ini dapat di

(55)

(± 2 tahun), hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwita (2003)

bahwa telah lamanya mengalami menopause mempunyai pengaruh terhadap

keluhan-keluhan psikologis pada masa menopause. Semakin lama wanita telah

mengalami menopause, maka semakin berkurang keluhan-keluhan psikologisnya

karena sudah dapat menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi.

Jika di lihat dari aspek pendidikan, mayoritas responden mempunyai

pendidikan yang cukup baik. Dengan tingkat pendidikan tersebut, wanita akan

mempunyai pandangan hidup yang matang, dan mempunyai peluang kerja yang

lebih besar. Purwita (2003) menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat

pendidikan terhadap keluhan-keluhan psikologis pada masa menopause. Yang

banyak mengalami keluhan psikologis adalah wanita dengan tingkat pendidikan

sedang (68%), yang mempunyai keluhan berat adalah wanita dengan tingkat

pendidikan rendah (60%), tingkat pendidikan tinggi mengalami keluhan ringan

(50%), dan 30% tidak mengalami keluhan.

Status bekerja atau tidak bekerja juga akan mempengaruhi cara wanita

dalam mengatasi masalah yang terkait perubahan fisik dan psikologis selama

menjalani masa menopause. Dengan bekerja, wanita akan dapat

mengaktualisasikan diri untuk meningkatkan harga dirinya, mempunyai

kesempatan untuk berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas, mempunyai

banyak teman untuk saling berbagi, terutama dalam menghadapi masalah,

memiliki dukungan sosial yang cukup dari lingkungannya sehingga beban hidup

(56)

Hasil penelitian Addy (2009) yang dilakukan di Kabupaten Pasuruan

menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kecemasan menghadapi

menopause pada wanita bekerja dengan kecemasan menghadapi menopause pada

wanita tidak bekerja, dimana wanita bekerja kecemasannya lebih rendah (rata-rata

71,024) dari pada wanita tidak bekerja (rata-rata 103,585). Juga di Kabupaten

Sidoardjo ditemukan, sebagian besar wanita tidak bekerja mengalami kecemasan

ringan (36,2%) dan wanita bekerja tidak mengalami kecemasan (37,3%).

Penelitian ini menunjukkan bahwa wanita bekerja tidak mudah mengalami

kecemasan menghadapi masa menopasue, karena wanita bekerja lebih mempunyai

kesibukan yang dapat mengalihkan keluhan-keluhan yang dirasakannya

menjelang menopause, sehingga kecemasannya lebih rendah daripada wanita

tidak bekerja, ini sejalan dengan penelitian. Jika dilihat hasil distribusi frekuensi

pada data demografi, sebesar (n=28;28,6%) respoden bekerja sebagai ibu rumah

tangga.

Kepasrahan wanita menopause berkaitan dengan keyakinan yang mereka

anut. Mayoritas suku jawa adalah pemeluk agama Islam, dan ajaran agama

tersebut mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya

adalah pembentukan sikap wanita dalam menghadapi masa menopause, yang

merupakan takdir bagi semua wanita. Agama islam mengajarkan untuk sabar dan

ikhlas dalam menerima takdir, selalu berfikir positif, dan dapat mengambil

hikmanya. Kebanyakan wanita beragama Islam merasa lebih tenang pada masa

menopause, karena lebih leluasa untuk beribadah, sehingga kegiatan ibadah lebih

Gambar

Tabel 2. Panduan interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan korelasi,
Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik responden
Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase dukungan sosial suami responden di
Tabel 6. Hasil analisa pengaruh dukungan sosial suami terhadap kecemasan istri
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil yang akan dicapai pada tingkat Sekolah Menengah Atas diharapkan dapat membimbing siswa untuk memahami nilai- nilai keagamaan sesuai Buddha Dharma dan sekaligus

Memenuhi Dari hasil verifikasi data informasi yang tercantum dalam dokumen packing list sudah sesuai dengan dokumen ekspor lainnya, maka dapat disimpulkan bahwa

Penelitian ini dilatar belakangi oleh penemuan studi lapangan bahwa penanganan kasuzuke white melon yang tergolong perishable goods dengan open one door container

[r]

[r]

Dalam penelitian ini ( * ) hanya dilakukan perancangan sistem pada daerah yang diberi garis putus- putus pada Gambar III.1 diatas, yakni perancangan konfigurasi

Dari analisa yang telah dibuat, terlihat mesin hanya mengalami perawatan darurat dan waktu istirahat sebanyak dua kali dan memakan waktu total selama tiga jam, sedangkan mesin

Where there is evidence of impairment, the cumulative loss measured as the difference between the acquisition cost and the current fair value, less any impairment loss on