• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara dukungan sosial suami terhadap tingkat kecemasan istri dalam menghadapi masa menopause.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara dukungan sosial suami terhadap tingkat kecemasan istri dalam menghadapi masa menopause."

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

vii

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL SUAMI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ISTRI DALAM MENGHADAPI

MASA MENOPAUSE Alice MS. Takdare

019114175

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan suami dengan kecemasan menghadapi menopause pada wanita. Penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut, ada hubungan yang negatif antara dukungan suami dengan kecemasan menghadapi menopause, semakin tinggi dukungan yang diberikan suami maka akan rendah tingkat kecemasan dalam menghadapi menopause dan sebaliknya.

Subyek penelitian ini adalah 80 wanita yang berdomisili di kawasan Perumnas Condongcatur, Desa Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan metode skala. Dukungan sosial suami diungkap melalui skala dukungan sosial yang disusun berdasarkan aspek-aspek dukungan sosial yang dikemukakan oleh House (Cohen & Syme, 1985), yaitu aspek emosional, aspek penghargaan, aspek informatif dan aspek instrumental yang diterima dari suami. Kecemasan menghadapi menopause dalam penelitian diukur menggunakan Skala Kecemasan Menghadapi Menopause berdasarkan aspek-aspek kecemasan yang dikemukakan oleh Martaniah (1984) yang meliputi aspek kognitif, somatik, emosi dan perilaku. Uji kesahihan butir pada skala dukungan suami terdiri dari 32 aitem valid dengan reliabilitas sebesar  = 0,957, sedangkan uji kesahihan butir skala kecemasan menghadapi menopause dari 48 item ada 5 item gugur dengan koefisien reliabilitas sebesar = 0,972.

Untuk mengetahui hubungan antara dukungan suami dan kecemasan menghadapi menopause digunakan metode analisis dengan teknik product moment menunjukkan korelasi negatif antara dukungan suami dengan kecemasan menghadapi menopause, dengan r = -0,654, p<0,01. Semakin tinggi dukungan sosial yang diterima dari suami maka semakin rendah tingkat kecemasan dalam menghadapi menopause yang dirasakan dan semakin rendah dukungan sosial yang diterima dari suami maka semakin tinggi tingkat kecemasan dalam menghadapi menopause yang dirasakan.

(2)

viii

THE RELATION BETWEEN HUSBANDS SOCIAL SUPPORT TO WIFE’S LEVEL OF ANXIETY ENCOUNTER OF THE MENOPAUSE

Alice MS. Takdare 019114175

ABSTRACT

The objective of this research was to know the relation between husbands social support to wife’s level of anxiety encounter of the menopause. The hypothesize proposed in this reserach was, there a negative corelation between husbands social support and anxiety dealing menopause period on women. The higher social support given by husband, the lower anxiety experienced by woman during menopause period, vice versa.

Subjects of this research was 80 women lived in Perumnas Condongcatur area, Condongcatur Village, Depok Subvillage, Slamen District, DIY Province. Data was collected by scale method. Husband social support was measured by Husband social support scale using social support facets from House (Cohen & Syme, 1985), which were emotional facet, affirmation facet, informatif facet and instrument facet given by husband. Anxiety dealing with menopause period in this research measured by anxiety dealing with menopause scale using anxiety symptoms from Martaniah (1984) which were cognitif aspect, somatic aspect, emotional aspect and behavioral aspect. Validation test on husband social support scale consist of 32 aitems were valid with reliability score  = 0,957, and validation test on anxiety dealing with menopause scale consist of 43 aitems valid with reliability score = 0,972.

(3)

i

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL SUAMI TERHADAP

TINGKAT KECEMASAN ISTRI DALAM MENGHADAPI

MASA MENOPAUSE

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Alice M S Takdare

019114175

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

M O T T O

(7)

v

Halaman Persembahan

Skripsi ini kupersembahkan untuk Bapak dan Ibu Takdare

tersayang, keluarga dan seluruh insan yang dengan tulus dan

(8)
(9)

vii

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL SUAMI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ISTRI DALAM MENGHADAPI

MASA MENOPAUSE

Alice MS. Takdare 019114175

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan suami dengan kecemasan menghadapi menopause pada wanita. Penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut, ada hubungan yang negatif antara dukungan suami dengan kecemasan menghadapi menopause, semakin tinggi dukungan yang diberikan suami maka akan rendah tingkat kecemasan dalam menghadapi menopause dan sebaliknya.

Subyek penelitian ini adalah 80 wanita yang berdomisili di kawasan Perumnas Condongcatur, Desa Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan metode skala. Dukungan sosial suami diungkap melalui skala dukungan sosial yang disusun berdasarkan aspek-aspek dukungan sosial yang dikemukakan oleh House (Cohen & Syme, 1985), yaitu aspek emosional, aspek penghargaan, aspek informatif dan aspek instrumental yang diterima dari suami. Kecemasan menghadapi menopause dalam penelitian diukur menggunakan Skala Kecemasan Menghadapi Menopause berdasarkan aspek-aspek kecemasan yang dikemukakan oleh Martaniah (1984) yang meliputi aspek kognitif, somatik, emosi dan perilaku. Uji kesahihan butir pada skala dukungan suami terdiri dari 32 aitem valid dengan reliabilitas sebesar  = 0,957, sedangkan uji kesahihan butir skala kecemasan menghadapi menopause dari 48 item ada 5 item gugur dengan koefisien reliabilitas sebesar = 0,972.

Untuk mengetahui hubungan antara dukungan suami dan kecemasan menghadapi menopause digunakan metode analisis dengan teknik product moment menunjukkan korelasi negatif antara dukungan suami dengan kecemasan menghadapi menopause, dengan r = -0,654, p<0,01. Semakin tinggi dukungan sosial yang diterima dari suami maka semakin rendah tingkat kecemasan dalam menghadapi menopause yang dirasakan dan semakin rendah dukungan sosial yang diterima dari suami maka semakin tinggi tingkat kecemasan dalam menghadapi menopause yang dirasakan.

(10)

viii

THE RELATION BETWEEN HUSBANDS SOCIAL SUPPORT TO WIFE’S LEVEL OF ANXIETY ENCOUNTER OF THE MENOPAUSE

Alice MS. Takdare 019114175

ABSTRACT

The objective of this research was to know the relation between husbands social support to wife’s level of anxiety encounter of the menopause. The hypothesize proposed in this reserach was, there a negative corelation between husbands social support and anxiety dealing menopause period on women. The higher social support given by husband, the lower anxiety experienced by woman during menopause period, vice versa.

Subjects of this research was 80 women lived in Perumnas Condongcatur area, Condongcatur Village, Depok Subvillage, Slamen District, DIY Province. Data was collected by scale method. Husband social support was measured by Husband social support scale using social support facets from House (Cohen & Syme, 1985), which were emotional facet, affirmation facet, informatif facet and instrument facet given by husband. Anxiety dealing with menopause period in this research measured by anxiety dealing with menopause scale using anxiety symptoms from Martaniah (1984) which were cognitif aspect, somatic aspect, emotional aspect and behavioral aspect. Validation test on husband social support scale consist of 32 aitems were valid with reliability score  = 0,957, and validation test on anxiety dealing with menopause scale consist of 43 aitems valid with reliability score = 0,972.

To know the relation between husbands social support and anxiety dealing menopause period on women, data was analyzed using corelation method with product moment technique by Pearson. The result showed a significant corelation between husbands social support and anxiety dealing menopause period on women, with r = -0,654, p<0,01. The higher social support given by husband, the lower anxiety experienced by woman during menopause period and vice versa.

(11)
(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yesus Kriestus atas

berkat dan karuniaNya sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan

judul “Hubungan Antara Dukungan Sosial Suami Terhadap Tingkat Kecemasan

Istri Dalam Menghadapi Masa Menopause”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana

dalam Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan dorongan

dari semua pihak, maka dalam hal ini penulis mengucapkan terima kasih

sedalam-dalamnya kepada :

1. Ibu Sylvia Carolina MYM, S.Psi., M.Si , selaku Dosen Pembimbing.

Terima Kasih atas waktu, dukungan, serta pengarahan yang diberikan

pada saya.

2. Ibu Agnes Indar E,. S.Psi., Psi., M.Si., selaku Dosen Pembimbing II,

yang dengan penuh kesabaran senantiasa meluangkan waktu untuk

menuntun dan membimbing untuk mencapai hasil yang maksimal.

Terima kasih atas bimbingan dan dukungannya, Bu.

3. Bapak Y. Heri Widodo, M.Psi., selaku Dosen Pembimbing III, yang

dengan penuh kesabaran meluangkan waktu untuk menuntun dan

mengajarkan saya untuk mencapai hasil yang maksimal. Terima kasih

atas bimbingan dan dukungannya.

4. Seluruh dosen dan staf psikologi yang telah berkenan memberikan

(13)

xi

5. Papa dan mama tersayang. Terima kasih atas doa dan ketulusannya.

6. Kak Nona, Kak Denny, Ethan, Bang Andre, Mba Hani, Kak Apin,

terimaksih atas doa dan dukungan kalian.

7. Andre Fabian, terimakasih atas doa, dukungan, waktu dan

pengertiannya selama ini.

8. AB 3851 EF “Ijoku “ Tanpamu aku tidak bisa apa-apa...

9. Rosyana Putri “Utied”, banyak-banyak terimakasih buat kau...

Pokoknya udah ga bisa keucap dengan kata-kata...

10. Oniek ma Lani (walopun udah ga dijogja), Ebonz, Bagus, Dali, Gatot,

Ria (Adek), Deden, Dika, semua keluarga besar GAYAM... Tempat

berbagi suka dan duka terutama “atap” aku akan selalu merindukan

kalian semua...

11. Teman-teman seperjuanganku, Dion, Dessy, Vemby, Jelly, Silva, Seto,

Anas, Yus, Mira, Rini, Roma, Justinus, Ory, Angga, Rini, Psikolgi

angkatan 2001, semangat-menyemangati kita selama ini ga sia-sia.

12. GARUDA 157B (Mba Helen, Sri, Icha, Dian, Bha, Nisa, Lina, Corry,

Anie, Krista, Kriman, Pak Marjono, Mobie, Bapak Soto, Kamar

11-ku). Mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi, suka dan dukaku, ini

memang tempat yang menyenangkan, miss u guys..

13. Mba fety dan Wawan, kalian memang pahlawanku..

14. Bayu, Nanda, Mando, Robert “Shiro”, Vero, temen-temen KKN 2006

15. Teman-teman yang bisa aku sebutin satu per satu, terimakasih atas

(14)

xii

Penulis berharap, semoga karya yang masih jauh dari sempurna ini dapat

bemanfaat dan memberi masukan untuk pihak-pihak yang memerlukan.

Yogyakarta, Oktober 2009

(15)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI PENELITI ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... BAB I PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Permasalahan ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

1. Manfaat Teoritis ... 8

2. Manfaat Praktis ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

(16)

xiv

1. Pengertian Kecemasan dalam Menghadapi Menopause ... 9

a. Pengertian kecemasan ... 9

b. Pengertian Menopause ... 11

c. Pengertian Kecemasan dalam Menghadapi Menopause ... 15

2. Tahap-Tahap Masa Menopause ... 16

3. Aspek-aspek Kecemasan dalam Menghadapi Menopause... 18

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan dalam Menghadapi Menopause ... 21

B. Dukungan Sosial ... 24

1. Pengertian Dukungan Sosial ... 24

2. Sumber-sumber Dukungan Sosial ... 25

3. Aspek-aspek Dukungan Sosial ... 26

C. Hubungan Antara Dukungan Sosial Suami dengan Kecemasan dalam Menghadapi Menopause Pada Wanita ... 27

D.Hipotesa ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Identifikasi Variabel ... 32

B.Definifi Operasional Variabel ... 32

1. Kecemasan dalam Menghadapi Menopause ... 32

2. Dukungan Sosial ... 33

C. Subjek Penelitian ... 34

D. Metode Pengumpulan Data ... 34

(17)

xv

2. Skala Dukungan Sosial ... 36

E. Validitas, seleksi aitem dan Reliabilitas ... 38

1. Validitas ... 38

2. Seleksi Aitem ... 38

3. Reliabilitas ... 39

F. Metode Analisis Data ... 39

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Persiapan Penelitian ... 40

1. Orientasi Kancah ... 40

2. Uji Coba Alat ukur ... 41

a. Skala Kecemasan Menghadapi Menopause ... 41

b. Skala Dukungan Sosial Suami ... 42

B. Pelaksanaan Penelitian ... 43

C. Hasil Penelitian ... 44

1. Deskripsi data ... 44

a. Kecemasan Menghadapi Menopause ... 45

b. Dukungan Sosial Suami ... 46

2. Uji Prasyarat ... 48

a. Uji Normalitas ... 48

b. Uji Linearitas ... 48

3. Uji Korelasi ... 49

(18)

xvi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

A. Kesimpulan ... 54

B. Saran-saran ... 54

1. Saran Teoritis... 54

2. Saran Praktis ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Distribusi Aitem Skala Kecemasan Menghadapi Menoopause

Sebelum Uji Coba ... 36

Tabel 2 : Blue Print Aitem Skala Dukungan Sosial Sebelum Uji Coba ... 37

Tabel 3 : Distribusi Aitem Skala Kecemasan Menghadapi Menopause setelah Uji Coba ... 41

Tabel 4 : Distribusi Aitem Skala Dukungan Sosial setelah Uji Coba ... 42

Tabel 5 : Deskripsi Subjek Penelitian ... 44

Tabel 6 : Deskripsi Data Penelitian ... 44

Tabel 7 : Kategorisasi Skor Kecemasan Menghadapi Menopause ... 46

(20)

1

PENGANTAR

A. Latar Belakang Masalah

Pada setiap tahap perkembangan tentunya mengandung perubahan-perubahan

baik secara fisik maupun psikologis, tidak terkecuali pada tahap perkembangan usia

lanjut (Daradjat, dalam Nurliawati, 2006). Salah satunya adalah perubahan fisiologis

yang dialami oleh wanita, yaitu menopause. Menopause merupakan suatu gejala dalam

kehidupan wanita yang ditandai dengan berhentinya siklus menstruasi. Menopause adalah

fase alami dalam kehidupan setiap wanita yang menandai berakhirnya masa subur.

Menopause seperti halnya menarche dan kehamilan dianggap sebagai peristiwa yang

sangat berarti bagi kehidupan wanita.

Menarche

pada remaja wanita, menunjukkan mulai

diproduksinya hormon estrogen, sedang menopause terjadi karena ovarium tidak

menghasilkan atau tidak memproduksi hormon estrogen (Noor, 2001).

(21)

ovarium menyebabkan berkurangnya produksi hormon estrogen, dan ini akan

menimbulkan beberapa penurunan atau gangguan pada aspek fisik, biologis, dan seksual.

Pada sebagian wanita, munculnya gejala atau gangguan fisik sebagai akibat dari

berhentinya produksi hormon estrogen, juga akan berpengaruh pada kondisi psikologis,

dan sosialnya.

Beberapa gejala fisik yang biasanya dialami oleh wanita menjelang menopause

antara lain adalah ketidakteraturan siklus haid, gejolak rasa panas pada sekitar dada, leher

dan wajah, adanya ketidak-elastisan dan kekeringan pada sekitar vagina. Hal ini ditandai

dengan adanya rasa pusing, gangguan tidur

(insomnia),

cepat lelah, berat badan

meningkat, kulit kering, rambut rontok gangguan proses sensori dan

osteoporosis

(pegeroposan tulang) (Zuccolo, 2006). Kuntjoro (2002) menggambarkan gejala-gejala

fisik yang dialami wanita menjelang menopause seperti ketidaknyamanan seperti rasa

kaku dan linu yang dapat terjadi secara tiba-tiba di sekujur tubuh, misalnya pada kepala,

leher dan dada bagian atas. Kadang-kadang rasa kaku ini dapat diikuti dengan rasa panas

atau dingin, pening, kelelahan, jengkel, resah, cepat marah, dan berdebar-debar (Hurlock,

1992).

(22)

dan gugup, tegang, depresi atau menarik diri, merasa kesepian yang tidak beralasan dan

kecemasan yang berlebihan. Penelitian lain oleh Rostiana (2007) secara kualitatif

mendeskripsikan bahwa wanita yang memasuki masa menopause mengalami

kekhawatiran terhadap suatu situasi yang tidak jelas. Kekhawatiran yang berlebihan ini

menjadi kecemasan yang muncul dalam rasa tegang, ketakutan, emosi yang sulit

dikendalikan, sulit tidur dan sebagainya.

(23)

mengalami menopause, tetapi beberapa wanita tidak mampu menerima kenyataan

tersebut dengan baik sehingga mengalami kecemasan yang berlebihan dalam menghadapi

masa menopause. Kecemasan merupakan suatu kondisi yang pernah dialami oleh hampir

semua orang, hanya tingkatannya yang berbeda. Caplin (2000) berpendapat bahwa

kecemasan adalah perasaan campuran antara ketakutan dan keprihatinan mengenai masa

mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut. Kecemasan merupakan

manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, tetapi ketika orang sedang

mengalami tekanan perasaan dan pertentangan batin atau konflik. Menurut Nadesul

(2003), kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang tidak menyenangkan, yang

memiliki sumber yang kurang jelas. Perasaan yang tidak menyenangkan ini umumnya

menimbulkan gejala-gejala fisiologis (seperti gemetar, berkeringat, detak jantung

meningkat, dan lain-lain) dan gejala-gejala psikologis (seperti panik, tegang, bingung, tak

dapat berkonsentrasi, dan sebagainya).

(24)

diperhatikan, tidak dihargai, merasa stres dan rasa prihatin yang berlebihan tentang

perubahan fisiknya yang tidak seindah dan sesehat ketika ia berusia muda, sehingga dapat

menimbulkan gejala psikologik seperti perasaan gelisah, cemas, perasaan takut, mudah

tersinggung, mudah marah, merasa tertekan, mudah merasa sedih, rasa hampa, rasa

bersalah, merasa kesepian saat berada ditengah orang ramai dan lain-lain.

Pendapat di atas menunjukkan bahwa pada wanita yang mengalami kecemasan

dalam menghadapi masa menopause membutuhkan adanya dukungan yang positif dari

keluarga. Dukungan keluarga terutama dukungan yang didapatkan dari suami akan

menimbulkan ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri isteri (Dugan, 2006). Hal

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gallo, dkk. (2003), bahwa relasi suami

isteri adalah sumber dukungan sosial yang paling berpengaruh pada usia dewasa. Lebih

lanjut dikemukakan bahwa dukungan sosial dari pasangan dapat memiliki pengaruh

positif terhadap kesehatan, yaitu berupa penurunan tingkat kecemasan dan dorongan

untuk hidup lebih sehat.

(25)

perasaan nyaman, perhatian dan penghargaan, ataupun bantuan yang diterima oleh

individu dari orang lain. Individu yang memiliki dukungan sosial yang tinggi akan

memiliki pandangan optimis terhadap kehidupannya. Sebaliknya individu yang tidak

memiliki dukungan sosial akan merasa tidak puas dengan kehidupannya, tidak memiliki

keyakinan dan kemampuan untuk mengendalikan situasi dalam menghadapi

permasalahan (Sarason, dkk., 1983). Lebih lanjut, Sue, Sue & Sue (1986) mengatakan

bahwa dukungan sosial yang didapat individu mampu meningkatkan kepercayaan diri.

Wortman dan Conway (1985) menyebutkan beberapa sumber dukungan sosial

antara lain dari keluarga dan pasangan. Sedangkan Johnson dan Johnson (1991)

mengatakan bahwa dukungan sosial bersumber dari orang-orang yang dekat dengan

individu

(significant others).

Cohen dan Syme (1985) mengatakan bahwa efektivitas dari

dukungan sosial dipengaruhi oleh faktor pemberi dukungan, faktor jenis dukungan, faktor

penerima dukungan dan faktor permasalahan yang dihadapi. Hal ini sesuai dengan

penelitian Taylor (1995) yang menyatakan bahwa dukungan sosial dari orang yang

memiliki arti bagi individu seperti keluarga terdekat dapat mengurangi tekanan

psikologis, sehingga individu lebih mampu menghadapi permasalahannya dengan tenang.

(26)

terhadap menopause timbul karena banyak wanita yang kurang memahami masalah

menopause dan mempunyai tanggapan yang keliru mengenai masalah menopause selain

itu kurangnya dukungan suami dapat mempengaruhi keadaan psikis mereka, sehingga

selalu diliputi perasaan cemas dan takut menjelang masa menopause. Belum adanya

penelitian yang meneliti tentang hubungan dukungan suami dan kecemasan istri dalam

menghdapi masa menopause membuat peneliti memutuskan untuk mengambil topik

tersebut.

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengajukan

rumusan permasalahan sebagai berikut: ”apakah ada hubungan antara dukungan suami

terhadap tingkat kecemasan istri dalam menghadapi masa menopause.”

C. Tujuan Penelitian

(27)

1.

Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu psikologi,

khususnya di bidang Psikologi Klinis dan Perkembangan untuk melihat hubungan antara

dukungan suami dengan tingkat kecemasan istri dalam menghadapi menopause.

2.

Manfaat Praktis

(28)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecemasan Dalam Menghadapi Menopause

1. Pengertian Kecemasan dalam Menghadapi Menopause

a. Pengertian Kecemasan

Kecemasan adalah suatu perasaan negatif yang pasti pernah dialami oleh semua orang. Kecemasan sampai pada batas tertentu merupakan hal yang normal bagi setiap orang. Akan tetapi makin lama kecemasan berlangsung dan makin tinggi intensitasnya maka makin abnormal kondisi orang tersebut dalam menghadapi keadaan yang akan muncul. Kecemasan dalam taraf normal dapat berfungsi sebagai sistem alarm yang memberikan tanda-tanda bahaya bagi seseorang yang mengalaminya untuk dapat lebih siap menghadapinya. Kecemasan merupakan semacam kegelisahan, kekhawatiran dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas, difus/baur dan mempunyai ciri yang mengazab pada seseorang (Kartini, 2002).

(29)

bercampur baur, yang terjadi ketika seseorang mengalami tekanan perasaan dan bertentangan dengan batin.

Pendapat lain dikemukakan oleh Hurlock (1992), kecemasan digambarkan

sebagai suatu kekhawatiran umum mengenai suatu peristiwa yang tidak jelas dan tidak pasti terhadap peristiwa yang akan datang. Kecemasan muncul ketika menghadapi atau berfikir terhadap suatu peristiwa yang akan datang, dimana masih merupakan suatu bayangan yang belum pasti. Hal senada juga diungkapkan oleh Kaplan dan Sadock (1997) bahwa kecemasan merupakan suatu rasa khawatir/ketakutan yang berasal dari pikiran atau harapan yang direpres. Individu yang terlalu banyak merepres kekhawatiran dan ketakutan yang berasal dari pikiran sendiri kemungkinan besar akan mengalami kecemasan.

Pendapat lain dari Hawari (1997), mengemukakan bahwa kecemasan merupakan reaksi psikis terhadap kondisi mental individu yang tertekan. Apabila orang menyadari bahwa hal-hal yang tidak bisa berjalan dengan baik pada situasi tertentu akan berakhir tidak enak maka mereka akan cemas. Kondisi-kondisi atau situasi yang menekan akan memunculkan kecemasan. Davidoff (1991) mengemukakan bahwa kecemasan adalah suatu emosi yang ditandai oleh perasaan akan adanya bahaya yang diantisipasikan, termasuk juga ketegangan dan stress yang menghadang dan oleh bangkitnya syaraf simpatetik.

(30)

(2001) yang mengemukakan kecemasan sebagai ketegangan yang dihasilkan dari ancaman-ancaman terhadap keamanan baik secara nyata maupun imajiner.

Chaplin (2000) secara lebih jelas mendefinisikan kecemasan sebagai suatu

perasaan ketakutan dan keprihatinan terhadap sesuatu yang tidak jelas dan terkadang tidak dapat dimengerti, atau perasaan ketakutan dalam menghadapi suatu keadaan atau masa yang akan datang. Menurut teori psikoanalisa, kecemasan timbul apabila ego menghadapi suatu impuls yang dianggap sebagai ancaman dan tidak dapat dikendalikan (Atkinson, 1996)

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kecemasan merupakan suatu kondisi psikologis atau perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan yang mengancam diri individu sedangkan objek penyebab kecemasan itu tidak jelas sehingga menyebabkan individu tersebut merasa takut, khawatir, was-was, dan tidak tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Kecemasan juga dapat berupa keadaan emosionil yang dialami seseorang, dengan disertai rasa tegang tanpa sebab yang nyata dan dapat memberikan pengaruh yang tidak menyenangkan serta mengakibatkan perubahan-perubahan pada tubuh, baik somatik maupun psikologis.

b. Pengertian Menopause

(31)

ditandai dengan berhentinya siklus menstruasi. Menopause adalah fase alami dalam kehidupan setiap wanita yang menandai berakhirnya masa subur. Menopause seperti halnya menarche dan kehamilan dianggap sebagai peristiwa yang sangat berarti bagi kehidupan wanita. Menarche pada remaja wanita, menunjukkan mulai diproduksinya hormon estrogen, sedang menopause terjadi karena ovarium tidak menghasilkan atau tidak memproduksi hormon estrogen (Noor, 2001).

Menopause merupakan suatu tahap dimana wanita tidak lagi mendapatkan siklus menstruasi yang menunjukkan berakhirnya kemampuan wanita untuk bereproduksi. Secara normal wanita mulai mengalami masa menopause antara usia 40 tahun sampai 50 tahun. Pada saat menopause, wanita akan mengalami perubahan-perubahan di dalam organ tubuhnya yang disebabkan oleh bertambahnya usia (Kuntjoro, 2002). Secara singkat dapat dikatakan bahwa menopause merupakan suatu proses peralihan dari masa produktif menuju perubahan secara perlahan-lahan ke masa non produktif yang disebabkan oleh berkurangnya hormon estrogen dan progesteron seiring dengan bertambahnya usia. Sehubungan dengan terjadinya menopause pada wanita usia lanjut maka biasanya hal itu diikuti dengan berbagai gejolak atau perubahan yang meliputi aspek fisik maupun psikologis yang dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan individu tersebut.

(32)

ditandai dengan berhentinya fungsi ovarium menghasilkan sel telur dan mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron (Becker, dkk., 2001).

Menopause sering dianggap sebagai krisis dalam hidup, karena dalam periode ini banyak terjadi perubahan pada tubuh wanita disebabkan oleh aktivitas hormonal. Perubahan ini disebut perubahan fisiologis. Perubahan fisiologis ini misalnya penurunan produksi hormon perangsang folikel (Folicle Stimulating Hormones) dan hormon Luteum (Luteinizing Hormones), sehingga terjadi ketidakteraturan menstruasi sampai kemudian siklus haid mati atau berhenti secara total (Spencer, 1991).

Facteu (2002) mengemukakan beberapa gejala yang biasa dialami oleh wanita selama masa menopause antara lain, menstruasi yang mulai tidak teratur dan dalam jumlah yang sangat banyak hingga berkurang sedikit demi sedikit, kulit menjadi kering, hot flash(serangan rasa panas di sekitar wajah dan leher), vagina menjadi kering, mudah pusing, pengeroposan tulang, penurunan memori hingga penurunan gairah seksual yang dapat menyebabkan terjadinya gejolak emosi, depresi, mudah tersinggung, dan sulit tidur.

(33)

Sindrom menopause pada wanita ditandai dengan berhentinya menstruasi secara mendadak atau arus menstruasi secara berangsur berkurang, siklus menjadi lebih pendek dengan arus pendarahan yang lancar dan deras. Seiring dengan pertambahan usia dimana sistem reproduksi menurun dan berhenti, penampilan kewanitaanpun menurun, karena hormon–hormon estrogen diovariumnya berkurang sehingga lekuk tubuh menjadi rata, tubuh menjadi gemuk, payudara tidak kencang, bulu pubis menjadi lebih tipis, bibir dan kulit menjadi kering, kurang halus dan kelenturannya berkurang, rambut beruban menipis dan mudah rontok, selaput bening mata menjadi lebih kering (Maspaitella, 2006).

(34)

c. Pengertian Kecemasan dalam Menghadapi Menopause

Masa menopause biasanya dimulai saat memasuki usia 48 tahun dan berakhir pada usia sekitar 52 tahun (biasanya sekitar 3-9 tahun) dan bervariasi pada setiap wanita (Becker, dkk., 2001). Masa ini banyak disebut sebagai masa kritis, karena perubahan hormonal tersebut menimbulkan pengaruh psikologis pada wanita yang mengalaminya (Ibrahim, 2002). Gejala – gejala menopause yang dialami selama masa menopause dapat berdampak pada kualitas hidup dan psikologis seseorang. Gejala menopause yang dialami wanita seringkali menimbulkan depresi dan sikap negatif terhadap menopause (Chouzi, dkk., 1995). Kondisi atau gejala-gejala yang dialami tersebut membuat munculnya konflik dalam diri wanita dalam mempertahankan fungsi kewanitaannya, hingga terjadinya stagnasi pada organ reproduksinya. Wanita dalam masa menopause mengalami semacam pertentangan antara ketakutan akan hilangnya fungsi kewanitaannya hingga berusaha melakukan berbagai cara untuk menunda periode menopause, usaha-usaha ini terkadang mengancam egonya sebagai wanita sehingga menimbulkan kecemasan yang berlebihan (Ibrahim, 2002) .

(35)

Berdasarkan pengertian tentang kecemasan dan pengertian tentang menopause, disimpulkan bahwa kecemasan dalam menghadapi menopause dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi psikologis atau perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan yang mengancam diri wanita yang sedang mengalami masa menopause, yakni suatu masa dimana wanita secara bertahap tidak lagi mendapatkan siklus menstruasi yang menunjukkan berakhirnya kemampuan wanita untuk bereproduksi.

2. Tahap - Tahap Masa Menopause

Santrock (2007) menjelaskan bahwa ada tiga tahap yang dilalui wanita pada masa menopause sebelum menstruasi benar-benar berhenti. Ketiga tahap tersebut adalah:

a. Tahap perimenopause atau biasa disebut juga tahap klimakterium, yaitu merupakan masa peralihaan anatara masa reproduksi dan masa senium. Biasanya periode ini berlangsung sekitar 10 tahun dan ditandai dengan haid yang mulai tidak teratur baik waktu dan jumlahnya.

b. Tahap menopause, adalah saat haid terakhir, dimana wanita tidak mendapatkan haid sama sekali selama satu tahun penuh.

c. Tahap pasca menopause atau tahap senium, adalah periode sesudah menopause, yaitu ketika individu telah mampu menyesuaikan dengan kondisinya, sehingga tidak mengalami gangguan fisik dan psikologis

(36)

yang menghadapi periode menopause, munculnya simtom-simtom psikologis sangat dipengaruhi oleh adanya perubahan pada aspek fisiologis sebagai akibat dari berkurang dan berhentinya produksi hormon estrogen. Pada perempuan yang mengalami menopause keluhan yang sering dirasakan antara lain: merasa cemas, takut, lekas marah, mudah tersinggung, suli konsentrasi, gugup, merasa tidak berguna - tidak berharga, stres dan bahkan ada yang mengalami depresi. Pada umumnya, gejala psikologis ini muncul pada tahap perimenopause, jika wanita tersebut mampu mengatasi tahap perimenopausenya dengan baik, maka sedikit demi sedikit akan mampu menerima kenyataan kondisi fisiknya dengan baik sehingga gejala psikologis seperti kecemasan, stres dan depresi akan hilang dengan sendirinya ketika sudah memasuki tahap pasaca menopause.

(37)

3. Aspek-aspek Kecemasan dalam menghadapi Menopause

Zuccolo (2006), mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dalam menghadapi masa menopause. Faktor-faktor tersebut umumnya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Kecemasan berkaitan dengan perubahan fisik yang dialami. Seiring dengan menurunnya hormon estrogen, pada sebagian wanita akan mengalami kegemukan, bentuk tubuh yang berubah seperti payudara yang mengendur, bokong menurun dan perut gemuk. Hal ini menimbulkan kecemasan yang berlebihan bagi wanita yang mengutamakan penampilan. Perubahan bentuk tubuh dirasakan sebagai ancaman yang membuat dirinya kehilangan daya tarik. Bagi wanita seperti ini, cermin menjadi musuh terbesarnya (Mishra & Kuh, dalam Zuccolo, 2006).

b. Kecemasan yang berkaitan dengan gejala-gejala menopause. Sebagian wanita merasa cemas dan bingung ketika mengalami suasana hati yang berubah, mudah tersinggung dan depresi sejalan dengan perubahan hormonal yang terjadi. Gejala-gejala menopause seperti hot flashes, insomnia dan menstruasi yang tidak teratur juga menimbulkan kecemasan tersendiri bagi sebagian wanita. Terutama gejala menurunnya gairah sexual, sebaigan besar wanita mengalami kecemasan bahwa dirinya tidak lagi bisa membahagiakan dan melayani suami dengan baik (Mc Carthy, dalam Zuccolo, 2006)

(38)

menimbulkan kecemasan bagi para wanita usia paruh baya yang sedang mengalami masa menopause (Zuccolo, 2006).

Kaplan dan Sadock (1997) menyatakan bahwa kecemasan mempunyai dua komponen, yaitu:

a. Kesadaran akan adanya sensasi fisiologis. Apabila seseorang mengalami kecemasan maka akan muncul sensasi-sensasi fisiologis; seperti jantung berdebar-debar dan berkeringat.

b. Kesadaran sedang gugup/sedang mengalami ketakutan. Kecemasan akan lebih

berat apabila individu merasa malu saat ada orang yang tahu bahwa ia mengalami ketakutan.

Adapun gejala-gejala psikologis adanya kecemasan bila ditinjau dari beberapa aspek, menurut Blackburn dan Davidson (dalam Kuntjoro, 2002) adalah sebagai berikut :

d. Suasana hati yaitu keadaan yang menunjukkan ketidaktenangan psikis, seperti: mudah marah, perasaan sangat tegang.

e. Pikiran yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu, seperti: khawatir, sukar konsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat sensitif, merasa tidak berdaya.

f. Motivasi yaitu dorongan untuk mencapai sesuatu, sepert : menghindari situasi, ketergantungan yang tinggi, ingin melarikan diri, lari dari kenyataan.

g. Perilaku gelisah yaitu keadaan diri yang tidak terkendali seperti : gugup, kewaspadaan yang berlebihan, sangat sensitif dan agitasi.

(39)

pusing, berdebar-debar, mual, mulut kering.

Gangguan kecemasan dianggap berasal dari suatu mekanisme pertahanan diri yang dipilih secara alamiah oleh makhluk hidup bila menghadapi sesuatu yang mengancam dan berbahaya. Kecemasan yang dialami dalam situasi semacam itu memberi isyarat kepada makhluk hidup agar melakukan tindakan mempertahankan diri untuk menghindari atau mengurangi bahaya atau ancaman.

Martaniah (1984) dalam penelitiannya mengatakan bahwa kecemasan mempunyai empat elemen yang digunakan sebagai aspek dari kecemasan, yaitu : a. Respon Kognitif.

Respon kognitif yaitu respon terhadap kecemasan dalam pikiran manusia, ketidakmampuan berkonsentrasi atau membuat keputusan, susah tidur dan putus asa.

b. Respon Somatik

Respon somatik yaitu reaksi tubuh terhadap bahaya, misalnya tangan dan kaki dingin, diare, keringat berlebihan, dan sebagainya.

c. Respon Emosi

Respon emosi yaitu perasaan manusia dimana individu secara terus menerus khawatir, merasa takut terhadap bahaya yang mengancam.

d. Respon Perilaku

Respon perilaku yaitu reaksi dalam bentuk perilaku manusia terhadap ancaman, misalnya gelisah, gugup dan bingung.

(40)

menopause yang dirasakan dan penyakit yang mungkin timbul. Kecemasan sendiri dapat dilihat dari aspek psikologis dan fisiologis. Aspek psikologis merupakan gejala-gejala atau reaksi-reaksi kecemasan secara psikologis seperti sulit konsentrasi, gugup, takut dan sebagainya. Aspek fisiologis merupakan rekasi-rekasi fisik ketika mengalami kecemasan seperti gemetar, keringat dingin dan sebagainya. Kecemasan dalam menghadapi menopause adalah kecemasan yang bersumber dari datangnya masa menopause yang dianggap sebagai ancaman oleh sebagian wanita, sehingga pada dasarnya memiliki aspek yang sama dengan kecemasan pada umumnya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan aspek-aspek menurut Martaniah (1984) untuk mengetahui atau mengukur tingkat kecemasan seseorang khususnya wanita dalam menghadapi masa menopause.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan dalam Menghadapi

Menopause

Menurut Horney (1997) kecemasan secara umum dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :

a. Faktor Internal

(41)

penurunan fungsi reproduksinya, rasa takut akan perubahan fisik yang dialami selama masa menopause dapat mengganggu keberadaannya sebagai wanita dan sebagainya.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari lingkungan sosialnya. Kecemasan timbul karena lingkungan sosial tidak memberikan kebutuhan yang diharapkan individu seperti kehangatan, penghargaan serta berakibat timbulnya penolakan sosial, kritikan orang lain/hal-hal lain yang mengancam. Faktor eksternal yang berhubungan dengan kecemasan wanita dalam menghadapi menopause, biasanya datang dari mitos-mitos yang berkembang seperti bahwa wanita yang mengalami menopause sudah tua, tidak lagi menraik dan sebagainya yang dapat mempengaruhi kesiapan individu dalam menghadapi masa menopause, selain itu faktor eksternal seperti ada atau tidaknya dukungan sosial dari sekitarnya juga berpengaruh terhadap tingkat kecemasan individu.

(42)

menurut penampilan lahiriahnya lebih dari apapun juga. Penekanannya diletakkan pada kecantikan, mode, bentuk tubuh, dan kemudaan yang dapat dimanfaatkan untuk menarik perhatian kaum pria untuk meningkatkan rasa penghargaan terhadap diri sendiri. Hal tersebut menyulitkan bagi beberapa perempuan untuk menilai diri sendiri setelah mereka mencapai usia Madya (40–50 tahunan), karena bagi mereka akan merupakan bencana kalau suami atau kekasihnya meninggalkannya untuk mendapatkan teman hidup yang lebih muda, yang kadang-kadang terjadi dalam usia Madya/separuh baya.

Apabila sesesorang tidak siap mental menghadapi periode klimakteriknya ataupun fase Menopausenya dan lingkungan psikososialnya tidak memberikan dukungan moril yang positif, seringkali ia menjadi kurang percaya diri, merasa tidak diperhatikan, tidak dihargai, merasa stres dan rasa prihatin yang berlebihan tentang perubahan fisiknya yang tidak seindah dan sesehat ketika ia berusia muda, sehingga dapat menimbulkan gejala psikologik seperti perasaan gelisah, cemas, perasaan takut, mudah tersinggung, mudah marah, merasa tertekan, mudah merasa sedih, rasa hampa, rasa bersalah, merasa kesepian saat berada ditengah orang ramai dan sebagainya (Maspaitella, 2006).

(43)

fokus melihat faktor dukungan sosial dari suami sebagai faktor yang berpengaruh terhadap kecemasan dalam menghadapi menopause pada wanita

B. Dukungan Sosial Suami

1. Pengertian Dukungan Sosial

Lin, Woefel dan Light (1985) mengatakan bahwa dukungan sosial merupakan kebutuhan seperti persetujuan, penghargaan dan pertolongan yang diperoleh dari orang-orang yang mempunyai arti bagi individu. Dukungan sosial menurut House (dalam Cohen & Syme, 1985) diartikan sebagai bentuk hubungan yang bersifat menolong.

Sarason, Levine & Basham (1983) mendefinisikan dukungan sosial sebagai adanya pemberian informasi dan bantuan melalui hubungan sosial yang akrab yang membuat seseorang merasa diperhatikan, bernilai dan dicintai. Sedangkan Sarafino (1994) berpendapat bahwa dukungan sosial dapat diartikan sebagai perasaan nyaman, perhatian, penghargaan ataupun bantuan yang diterima individu dari orang lain.

(44)

2. Sumber-sumber Dukungan Sosial

Cohen dan Syme (1985) menyatakan bahwa suatu sumber dukungan sosial mungkin berarti bagi seseorang tetapi tidak bagi orang lain. Peran yang dipegang oleh pemberi dan penerima, norma yang dianut, persamaan antara pemberi dan penerima dukungan akan sangat menentukan keberhasilan dukungan sosial yang diberikan. Misalnya, seseorang yang mengalami masalah di tempat kerja, maka dukungan sosial dari atasan dan rekan kerja akan lebih efektif dibandingkan dukungan sosial dari keluarga atau teman dekat.

Wortman dan Conway (1985) menyebutkan beberapa sumber dukungan sosial antara lain pasangan, keluarga, teman, rekan kerja dan atasan. Johnson dan Johnson (1991) mengatakan bahwa dukungan sosial bersumber dari orang-orang yang dekat dengan individu (significant others) yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Seseorang yang bersedia bekerja bersama dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi individu yang membutuhkan bantuan.

b. Seseorang yang mampu menyediakan kebutuhan-kebutuhan individu untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi (uang, alat, keahlian, informasi, nasehat, cinta, perhatian dan sebagainya).

c. Seseorang yang dapat membantu individu untuk mengerahkan kemampuan atau sumber-sumber psikologis yang dimilikinya agar dapat digunakan dalam menghadapi masalah.

(45)

hidup individu seperti pasangan, keluarga, teman, rekan kerja maupun atasan. Menurut Cohen dan Syme (1985) efektivitas dari dukungan sosial dipengaruhi oleh faktor pemberi dukungan, faktor jenis dukungan, faktor penerima dukungan dan faktor permasalahan yang dihadapi. Dalam penelitian ini, berdasarkan permasalahan kecemasan dalam menghadapi menopause pada wanita, diasumsikan bahwa yang lebih dibutuhkan adalah dukungan sosial dari pasangan, yaitu suami. Maka pada penelitian ini lebih difokuskan pada dukungan sosial suami.

3. Aspek-aspek Dukungan Sosial

House (dalam Cohen dan Syme, 1985) membagi dukungan sosial atas empat aspek, yaitu:

a. Dukungan emosional, merupakan dukungan yang berupa empati, kepedulian dan perhatian. Penelitian Mc Loyd dan Smith (2002) mengemukakan bahwa semakin tinggi dukungan emosional yang diterima, semakin rendah perilaku negatif yang muncul.

b. Dukungan penghargaan, berupa ungkapan hormat secara positif, dorongan untuk maju atau persetujuan terhadap sikap dan perasaan individu. Rini (2001) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa individu yang mendapat dukungan penghargaan yang cukup lebih mampu menghadapi masa pensiunnya dengan baik.

(46)

orang-orang terdekatnya cenderung membuat individu semakin dapat mengambil keputusan lebih baik dalam mengatasi masalahnya.

d. Dukungan instrumental, merupakan bentuk dukungan secara langsung seperti bantuan alat, pekerjaan ataupun keuangan yang memudahkan individu dalam menyelesaikan permasalahannya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya, aspek-aspek yang terdapat dalam dukungan sosial terdiri dari aspek emosional, aspek penghargaan, aspek informatif dan aspek instrumental. Dalam penelitian ini keempat aspek dari House (Cohen & Syme, 1985) tersebut digunakan untuk mengungkapkan dukungan sosial suami.

C. Hubungan Antara Dukungan Sosial Suami dengan Kecemasan dalam

Menghadapi Menopause pada Wanita

Menopause merupakan suatu tahap dimana wanita tidak lagi mendapatkan siklus menstruasi yang menunjukkan berakhirnya kemampuan wanita untuk bereproduksi. Secara normal wanita mulai mengalami masa menopause antara usia 40 tahun sampai 50 tahun. Pada saat menopause, wanita akan mengalami perubahan-perubahan di dalam organ tubuhnya yang disebabkan oleh bertambahnya usia (Kuntjoro, 2002).

(47)

kewanitaanpun menurun, karena hormon–hormon estrogen diovariumnya berkurang sehingga lekuk tubuh menjadi rata, tubuh menjadi gemuk, payudara tidak kencang, bulu pubis menjadi lebih tipis, bibir dan kulit menjadi kering, kurang halus dan kelenturannya berkurang, rambut beruban menipis dan mudah rontok, selaput bening mata menjadi lebih kering (Maspaitella, 2006).

Sejalan dengan perubahan-perubahan fisiologis terutama pada fungsi-fungsi reproduksi, masa premenopause juga ditandai dengan adanya gejala psikologis seperti yang dikemukakan oleh Zuccolo (2006) bahwa gejala menopause dapat menimbulkan frustrasi yang berlebihan pada wanita akibat perubahan yang dialami. Hal ini dikuatkan oleh beberapa hasil penelitian seperti penelitian O’Neill (1996) yang menyatakan bahwa tiga tahun sebelum menstruasi benar-benar berhenti, wanita pada umumnya mengeluhkan gangguan emosi seperti menurunnya gairah, sulit berkonsentrasi, mudah tersinggung, agresif, mudah lelah dan gugup, tegang, depresi atau menarik diri, merasa kesepian yang tidak beralasan dan kecemasan yang berlebihan.

(48)

diri, merasa tidak diperhatikan, tidak dihargai, merasa stres dan rasa prihatin yang berlebihan tentang perubahan fisiknya yang tidak seindah dan sesehat ketika ia berusia muda, sehingga dapat menimbulkan gejala psikologik seperti perasaan gelisah, cemas, perasaan takut, mudah tersinggung, mudah marah, merasa tertekan, mudah merasa sedih, rasa hampa, rasa bersalah, merasa kesepian saat berada ditengah orang ramai dan sebagainya. Sejalan dengan pendapat tersebut, Soares, dkk. (dalam Zuccolo, 2006) mengemukakan bahwa wanita yang mengalami masa menopause membutuhkan pengharapan, penerimaan dan toleransi dari lingkungan sosial terdekatnya, dalam hal ini adalah keluarga. Wanita yang mendapatkan penerimaan dan dukungan sosial diharapkan dapat menghadapi masa menopausenya dengan lebih baik.

(49)

Berbagai penjelasan bahwa wanita yang menghadapi masa menopause seringkali mengalami kecemasan akibat adanya berbagai perubahan baik fisik maupun psikologis akibat menurunnya fungsi reproduksinya dan berhentinya menstruasi. Pada wanita yang mengalami kecemasan dalam menghadapi menopause membutuhkan adanya dukungan sosial, khususnya dari suami sebagai pasangan hidupnya. Dukungan sosial dari suami, seperti halnya perhatian emosi, informasi, instrumental, penyediaan sarana dan penilaian positif diharapkan dapat membantu mengatasi problem-problem yang dihadapi wanita pada masa menopause. Suami mempunyai peranan penting untuk mengarahkan dalam pemahaman tentang menopause terhadap istrinya, misalnya memberi perhatian emosi saat istri sedang cemas menghadapi kehidupan tua, memberi informasi pada saat merasa kehilangan daya tarik seksual. Memberi instrumen dan penilaian positif pada saat merasa mulai kehilangan peranan sebagai isri bagi suami dan ibu bagi anak-anaknya dan bukan saja karena keterdekatan fisik, tetapi juga untuk melakukan aktivitas bersama memecahkan problem, mencapai cita-cita, menikmati kegembiraan dan kemesraan di usia senja dan saling menerima diri yang utuh. Hubungan dan penerimaan yang baik oleh suami diharapkan memberikan rasa percaya diri pada istri bahwa dirinya sesuai dan berarti bagi suami dan keluarganya meskipun tidak lagi produktif sebagai wanita.

(50)

suami sebagai lingkungan sosial terdekat, diharapkan istri sebagai wanita dapat melakukan penyesuaian diri yang lebih baik pada waktu mengalami menopause. Dengan demikian adanya dukungan dari suami diharapkan dapat mengurangi kecemasannya dalam menghadapi masa menopause. Dengan kata lain, wanita dengan dukungan sosial yang tinggi dari suami akan memiliki tingkat kecemasan yang rendah dalam menghadapi masa menopause dan sebaliknya, wanita yang tidak mendapatkan dukungan sosial dari suami akan mengalami tingkat kecemasan yang tinggi dalam menghadapi menopause.

D. Hipotesa

(51)

32 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel

Variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Tergantung : Kecemasan dalam Menghadapi Menopause 2. Variabel Bebas : Dukungan Sosial Suami

B. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Kecemasan dalam Menghadapi Menopause

Kecemasan dalam menghadapi menopause didefinisikan sebagai suatu kondisi psikologis atau perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan yang mengancam diri wanita yang sedang mengalami masa menopause, yakni suatu masa dimana wanita secara bertahap tidak lagi mendapatkan siklus menstruasi yang menunjukkan berakhirnya kemampuan wanita untuk bereproduksi.

(52)

menopause dan semakin rendah skor yang diperoleh subjek maka semakin rendah pula tingkat kecemasan yang dialami oleh subjek dalam menhadapi menopause.

2. Dukungan Sosial

Dukungan sosial merupakan bantuan yang diberikan dalam suatu hubungan sosial yang akrab bagi seseorang dari orang lain yang mempunyai arti dalam hidupnya sehingga merasa diperhatikan, bernilai dan dicintai. Dalam penelitian ini, berdasarkan permasalahan kecemasan dalam menghadapi menopause pada wanita, diasumsikan bahwa yang lebih dibutuhkan adalah dukungan sosial dari pasangan, yaitu suami. Maka pada penelitian ini lebih difokuskan pada dukungan sosial suami.

(53)

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah wanita usia dewasa madya yang sedang memasuki masa menopause. Jumlah subjek adalah sebanyak 80 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pemilihan terhadap sampel yang sesuai dengan kriteria atau tujuan penelitian (Hadi, 2000). Kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Wanita berusia 40 -55 tahun 2. Menikah

3. Sedang memasuki masa menopause (perimenopause)

Penetapan kriteria di atas didasarkan pada pendapat O’Neill (1996) bahwa bahwa tiga tahun sebelum menstruasi benar-benar berhenti, wanita pada umumnya mengeluhkan gangguan emosi. Pendapat tersebut diperkuat oleh Chowta & Chowta (2008) dalam penelitiannya yang menemukan bahwa wanita pada tahap perimenopause mengalami gejala kecemasan yang lebih besar dibandingkan wanita yang sudah berada dalam tahap post menopause.

D. Metode Pengumpulan Data

(54)

1. Skala Kecemasan dalam Menghadapi Menopause.

Skala Kecemasan Menghadapi Menopause disusun sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada aspek-aspek kecemasan yang dikemukakan oleh Martaniah (1984), meliputi :

a. Respon Kognitif.

Respon kognitif yaitu respon terhadap kecemasan dalam pikiran manusia, ketidakmampuan berkonsentrasi atau membuat keputusan, berpikiran negatif, dan sebagainya.

b. Respon Somatik

Respon somatik yaitu reaksi tubuh terhadap bahaya, misalnya tangan dan kaki dingin, diare, keringat berlebihan, dan sebagainya.

c. Respon Emosi

Respon emosi yaitu perasaan manusia dimana individu secara terus menerus khawatir, merasa takut, mudah tersinggung, dan sebagainya.

d. Respon Perilaku

Respon perilaku yaitu reaksi dalam bentuk perilaku manusia terhadap ancaman, misalnya agresif, diam, sulit tidur, dan sebagainya.

(55)

= 3, STS = 4. Jumlah skor yang tinggi menunjukkan tingginya tingkat kecemasan dalam menghadapi menopause yang dialami oleh subjek dan skor yang rendah menunjukan rendahnya tingkat kecemasan dalam menghadapi menopause yang dialami oleh subjek. Adapun sebaran aitem Skala Kecemasan Menghadapi Menopause sebelum uji coba dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1

Distribusi Aitem Skala Kecemasan Menghadapi Menopause Sebelum Uji Coba

No Aspek No aitem Jumlah

Favorabel Unfavorebel

1 Kognitif 1, 9, 17, 25 5, 13, 21, 29 8

2 Somatik 2, 10, 18, 26 6, 14 22, 30 8

3 Emosi 3, 11, 19, 27 7, 15 23, 31 8

4 Perilaku 4, 12, 20, 28 8, 16, 24, 32 8

Jumlah 16 16 32

2. Skala Dukungan Sosial.

Skala dukungan sosial suami disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek dukungan sosial yang dikemukakan oleh House (dalam Cohen dan Syme, 1985), yaitu:

a. Dukungan emosional, merupakan dukungan yang berupa empati, kepedulian dan perhatian.

(56)

c. Dukungan informatif, berupa pemberian nasehat, saran, petunjuk dan umpan balik. Semakin banyak informasi, nasehat, saran yang didapat individu dari orang-orang terdekatnya cenderung membuat individu semakin dapat mengambil keputusan lebih baik dalam mengatasi masalahnya.

d. Dukungan instrumental, merupakan bentuk dukungan secara langsung seperti bantuan alat, pekerjaan ataupun keuangan yang memudahkan individu dalam menyelesaikan permasalahannya.

Skala ini terdiri dari 32 aitem dengan empat alternatif jawaban Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Penilaian jawaban bergerak dari angka 1 sampai 4. Cara penilaian untuk pernyataan favorable dan unfavorable sama dengan cara penilaian pada skala kecemasan dalam menghadapi menopause.. Sebaran aitem skala dukungan sosial dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2.

Blue Print Item Skala Dukungan Sosial Sebelum Uji Coba

No Aspek Favorable Unfavorable Jumlah Bobot

1. Dukungan Emosional

1, 9, 17, 25 5, 13, 21, 29 8 25%

2. Dukungan Penghargaan

2, 10, 18, 26 6, 14, 22, 30 8 25%

3. Dukungan Informatif

3, 11, 19, 27 7, 15, 23, 31 8 25%

4. Dukungan Instrumental

4, 12, 20, 28 8, 16, 24, 32 8 25%

(57)

E. Validitas dan Reliabilitas

Suatu alat ukur yang baik harus memenuhi syarat validitas dan reliabilitas untuk mencapai standar yang dapat memberikan hasil yang akurat dan dapat diterima secara ilmiah (Hadi, 2000).

1. Validitas

Validitas adalah ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Alat ukur yang memiliki validitas yang tinggi apabila alat ukur tersebut memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran (Azwar, 1992). Validitas yang digunakan pada penelitian ini adalah validitas isi (content validity) yaitu validitas yang menunjukkan sejauh mana aitem-aitem tes mewakili aspek-aspek yang yang hendak diukur (Azwar, 1992).

2. Seleksi Aitem

(58)

3. Reliabilitas

Reliabilitas suatu alat ukur adalah konsistensi hasil pengukuran terhadap subjek yang sama dalam waktu penyajian yang berbeda (Azwar, 1992). Uji reliabilitas dilakukan pada aitem-aitem yang telah terpilih. Teknik reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah formulasi koefisien Alpha dari Cronbach. Pedoman yang digunakan adalah apabila angka rα (koefisien alpha) semakin mendekati angka 1,00 berarti skala tersebut semakin reliabel untuk digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian, sebaliknya koefisien yang semakin mendekati angka 0,00 menunjukkan semakin rendahnya reliabilitas skala tersebut (Azwar, 2001).

Pengujian validitas dan reliabilitas kedua skala dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS 11.0 for Windows.

F. Metode Analisis Data

(59)

40 BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN, HASIL PENELITIAN

DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

1. Orientasi Kancah

Penelitian ini dilakukan di Perumnas Condongcatur, Desa Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Condongcatur berbatasan dengan kelurahan Minomartani (utara), Kelurahan Caturtunggal (selatan), kelurahan Sinduadi (barat) dan kelurahan Maguwoharjo (timur). Luas wilayah keseluruhan adalah 950 Ha, dengan luas pemukiman sekitar 540 Ha. Jumlah penduduk secara keseluruhan adalah 34.903 orang dengan kepala keluarga sebanyak 10.039 orang.

(60)

2. Uji Coba Alat Ukur

Persiapan penelitian meliputi uji coba pada kedua skala untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Uji coba dilakukan pada tanggal 12 – 20 Mei 2009 terhadap 40 ibu berusia 40 – 55 tahun yang tinggal di Perumahan Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan skala dalam pertemuan ibu-ibu Gereja. Peneliti meminta ibu-ibu untuk mengisi skala di tempat dan dikumpulkan kembali sesuai dengan jumlah yang dibagikan.

Berikut hasil validitas dan reliabilitas skala kecemasan menghadapi menopause dan skala dukungan suami:

a. Skala Kecemasan Menghadapi Menopause

Skala ini berjumlah 32 aitem dan diujicobakan terhadap 40 orang subjek, dari uji validitas tersebut peneliti melakukan proses seleksi item dengan memilih 30 aitem yang memiliki koefisien validitas 0,450≤ rbt ≤ 0,906 (hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran). Aitem - aitem yang digugurkan adalah nomor 8 dan 20, karena memiliki nilai koefisien validitas (rbt) < 0,300 (Azwar, 1992).

Tabel 3

Distribusi Aitem Skala Kecemasan Menghadapi Menopause Setelah Uji Coba

No Aspek No aitem Jumlah

Favorabel Unfavorebel

1 Kognitif 1, 8, 16, 23 5, 12, 19, 27 8 2 Somatik 2, 9, 17, 24 6, 13, 20, 28 8 3 Emosi 3, 10, 18, 25 7, 14, 21, 29 8

4 Perilaku 4, 11, 26 15, 22, 30 6

(61)

Hasil pengujian terhadap reliabilitas skala kecemasan menghadapi menopause pada aitem yang valid menunjukkan koefisien reliabilitas yang

diperoleh setelah proses seleksi item adalah  = 0,972 (hasil dapat dilihat pada

lampiran). Hal ini berarti angka koefisien reliabilitas skala kecemasan menghadapi menopause tersebut cukup tinggi sehingga dapat dikatakan reliabel dan layak untuk digunakan.

b. Skala Dukungan Suami

Skala ini berjumlah 32 aitem yang diujicobakan pada 40 orang subjek yang sama dengan skala kecemasan menghadapi menopause, dari uji validitas tersebut peneliti melakukan proses seleksi item dengan memilih 26 aitem yang memiliki koefisien validitas 0,370≤ rxy ≤ 0,843 (hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran). Aitem-aitem yang digugurkan adalah nomor 1, 8, 12, 14, 16 dan 17, karena memiliki nilai koefisien validitas (rbt) < 0,300 (Azwar, 1992).

Tabel 4.

Distribusi Item Skala Dukungan Sosial Setelah Uji Coba

No Aspek Favorable Unfavorable Jumlah

1. Dukungan Emosional

7, 19 4, 10, 15, 23 6

2. Dukungan Penghargaan

1, 8, 12, 20 5, 16, 24 7 3. Dukungan

Informatif

2, 9, 13, 21 6, 11, 17, 25 8

4. Dukungan Instrumental

3, 14, 22 18, 26 5

(62)

Hasil pengujian terhadap reliabilitas skala dukungan suami menunjukkan koefisien reliabilitas yang diperoleh setelah proses seleksi item adalah = 0,957

(hasil dapat dilihat dalam lampiran). Hal ini berarti angka koefisien reliabilitas

skala dukungan suami tersebut cukup tinggi sehingga dapat dikatakan reliabel dan layak untuk digunakan.

B. Pelaksanaan Penelitian

Sebelum mengadakan penelitian, peneliti terlebih dahulu meminta surat ijin penelitian dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan nomor 799/D/KP/Psi/USD/VI/2009. Setelah mendapatkan surat ijin penelitian, peneliti mendatangi Ketua RW 04 untuk meminta ijin melaksanakan penelitian. Dengan bantuan dari Ibu RW yang kebetulan juga sebagai ketua arisan RW, maka peneliti diberi waktu untuk menyebarkan skala pada waktu arisan bulanan, yaitu tanggal 07 Juni 2009. Karena data yang dibutuhkan masih kurang, peneliti diberi waktu kembali dalam pertemuan ibu-ibu Gereja pada tanggal 15 Juni 2009. Seluruh skala yang dibagikan langsung diisi di tempat dan dikembalikan pada peneliti.

(63)

Tabel 5

Deskripsi Subjek Penelitian (N=80) No Karakteristik Jumlah Persentase

1 Usia: 40 – 45 46 – 50 51 – 55

17 16 23 21,25 % 20 % 58,75 % 2 Usia Pernikahan:

15 – 20 tahun 21 – 25 tahun > 25 tahun

13 25 42 16,25 % 31,25 % 52,50 % 3 Fase Gejala Menopause:

1 – 5 tahun 6 – 10 tahun > 10 tahun

22 28 30 27,50 % 35 % 37,50 %

C. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data

Berdasarkan data yang diperolah kemudian dilakukan analisis data yang digunakan sebagai dasar pengujian hipotesis. Deskripsi data tentang kecemasan dalam menghadapi menopause dan dukungan sosial suami dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut:

Tabel 6.

Deskripsi Data Penelitian N = 80

Variabel

Data Hipotetik Data Empirik

M Skor SD M Skor SD

Max Min Max Min

Kecemasan

Menopause 75 120 30 15 67,21 89 33 13,698 Dukungan

(64)

a. Kecemasan menghadapi menopause

Skala kecemasan menghadapi menopause teridiri dari 30 aitem sehingga skor hipotetik minimal yang diperoleh subjek adalah 30 dan skor hipotetik maksimal yang diperoleh subjek adalah 120, rerata hipotetik sebesar (120 + 30) : 2 = 75, jarak sebaran hipotetiknya 120 – 30 = 90, dan standar deviasi bernilai 90 : 6 = 15.

Data empirik adalah data yang sesungguhnya, data hipotetik adalah data berdasarkan jumlah aitem skala. Berdasarkan hasil analisis One Sample T-Test, diperoleh hasil bahwa mean empirik lebih rendah daripada mean hipotetik dan p = 0,000 artinya secara signifikan mean empirik berbeda dari mean hipotetik. Hal ini berarti kecemasan menghadapi menopause subjek secara keseluruhan dalam kategori ringan.

(65)

Tabel 7.

Kategorisasi Skor Kecemasan menghadapi menopause N = 80

Pedoman Skor Kategori Frek %

(M + 1SD) X 90X Tinggi 0 0 (M - 1SD) X < (M + 1SD) 60X< 90 Sedang 58 72,5 %

X < (M – 1SD) X< 60 Rendah 22 27,5 % Ket: X = Skor kecemasan menghadapi menopause

M = Mean hipotetik SD = Standar Deviasi

Hasil kategorisasi skor skala kecemasan menghadapi menopause di atas menunjukkan bahwa subjek yang memiliki tingkat kecemasan menghadapi menopause berada pada kategorisasi tinggi sebanyak 0 orang (0 %), yang berada dalam kategori sedang sebanyak 58 orang (72,5 %) dan yang berada dalam kategorisasi rendah sebanyak 22 orang (27,5 %). Hasil kategori tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar subjek memiliki tingkat kecemasan menghadapi menopause dalam kategori sedang.

b. Dukungan suami

Skala dukungan suami terdiri dari 26 aitem sehingga skor hipotetik minimal yang diperoleh subjek adalah 26 dan skor hipotetik maksimal yang diperoleh subjek adalah 104, rerata hipotetik sebesar (26 + 104) : 2 = 65, jarak sebaran hipotetiknya 104 - 26 =78, dan standar deviasi bernilai 78 : 6 = 13.

(66)

signifikan berbeda dari mean hipotetik. Hal ini berarti dukungan sosial suami yang diterima subjek secara keseluruhan dalam kategori tinggi.

Seperti pada skor kecemasan menghadapi menopause, skor dukungan suami juga dikategorisasikan ke dalam 3 kategori, yaitu: tinggi, sedang, dan rendah. Kategori dan distribusi skor dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8.

Kategorisasi Skor Dukungan suami N: 80

Pedoman Skor Kategori Frek %

(M + 1SD) X 78X Tinggi 27 33,75 % (M - 1SD) X < (M + 1SD) 52X< 78 Sedang 53 66,25 %

X < (M – 1SD) X< 52 Rendah 0 0 Keterangan : X = total skor subjek

M = rerata hipotetik

SD = standar deviasi hipotetik

(67)

2. Uji Prasyarat

Sebelum melakukan analisis untuk menguji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat. Uji prasyarat dilakukan untuk memenuhi kaidah uji korelasi, yaitu distribusi data harus merupakan distribusi normal dan kedua variabel berada dalam hubungan linier (Hadi, 1989).

a. Uji Normalitas

Hasil uji normalitas dengan metode Kolmogorov-Smirnov Z bertujuan untuk melihat sebaran data kecemasan menghadapi menopause dan dukungan suami terdistribusi normal atau tidak. Pedoman yang digunakan dalam pengujian ini adalah jika harga p>0,05 maka sebarannya dikatakan mengikuti distribusi normal (Santosa, 2005).

1) Sebaran data kecemasan menghadapi menopause adalah mengikuti distribusi normal yang ditunjukkan dengan nilai Ks-z = 0,912 (p>0,05). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

2) Data dukungan suami adalah normal dengan Ks-z = 0,771 (p>0,05). Berdasarkan hasil tersebut diatas dapat diketahui bahwa data yang diperoleh memenuhi asumsi distribusi normal. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

b. Uji Linieritas

(68)

berhubungan secara linier. Hasil uji linieritas dengan metode Test of Linierity menunjukkan skor F = 60,720 (p<0,01), berdasarkan hasil tersebut dapat diartikan bahwa variabel dukungan suami dan kecemasan menghadapi menopause memiliki hubungan linier. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

3. Uji Korelasi

(69)

D. Pembahasan

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa dukungan suami berpengaruh terhadap tingkat kecemasan wanita dalam menghadapi menopause. Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis yang menyatakan bahwa ada korelasi negatif antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi menopause pada wanita, diterima. Semakin tinggi dukungan sosial yang diterima dari suami maka semakin rendah tingkat kecemasan dalam menghadapi menopause yang dirasakan dan semakin rendah dukungan sosial yang diterima dari suami maka semakin tinggi pula tingkat kecemasan dalam menghadapi menopause yang dirasakan.

Subjek dalam penelitian ini adalah ibu-ibu berusia antara 40 – 60 tahun yang tinggal di Perumnas Condongcatur, Yogyakarta. Rata-rata subjek memiliki tingkat kecemasan dalam menghadapi menopause dalam kategori sedang dan memiliki dukungan suami dalam kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa pada wanita, memasuki fase menopause memang mengalami kecemasan, namun demikian tingkat kecemasan masih dalam batas wajar dan tidak tergolong tinggi. Dukungan suami dalam kategori sedang menjelaskan bahwa masih banyak suami yang tidak tahu cara memberikan dukungan sosial pada isteri yang memasuki masa menopause serta menganggap bahwa menopause adalah hal yang wajar dialami oleh wanita sama seperti menstruasi bulanan.

(70)

berpendapat bahwa gejala menopause dapat menimbulkan frustrasi yang berlebihan pada wanita akibat perubahan yang dialami. Demikian juga hasil penelitian O’Neill (1996) yang menyatakan bahwa tiga tahun sebelum menstruasi benar-benar berhenti, wanita pada umumnya mengeluhkan gangguan emosi seperti menurunnya gairah, sulit berkonsentrasi, mudah tersinggung, agresif, mudah lelah dan gugup, tegang, depresi atau menarik diri, merasa kesepian yang tidak beralasan dan kecemasan yang berlebihan. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa subjek penelitian ini secara umum berada dalam tahap perimenopause dan memiliki tingkat kecemasan menghadapi menopause dalam kategori sedang. Sebagaimana penelitian Chowta & Chowta (2008) bahwa wanita pada tahap perimenopause mengalami gejala kecemasan yang lebih besar dibandingkan wanita yang sudah berada dalam tahap post menopause.

(71)

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Dugan, dkk. (2006) bahwa dukungan keluarga terutama dukungan yang didapatkan dari suami akan menimbulkan ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri isteri. Hasil penelitian ini mengua

Gambar

Tabel 3 : Distribusi Aitem Skala Kecemasan Menghadapi Menopause
Tabel 1Distribusi Aitem Skala Kecemasan Menghadapi Menopause
Tabel 2. Blue Print Item Skala Dukungan Sosial Sebelum Uji Coba
Tabel 3Distribusi Aitem Skala Kecemasan Menghadapi Menopause
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis yang diajukan ada hubungan negatif antara persepsi terhadap dukungan sosial keluarga dengan kecemasan menghadapi menapouse. Subjek penelitian yaitu

Kesimpulan penelitian adalah (1) kesiapan pra menopause sebagian besar adalah siap, (2) kecemasan menghadapi menopause sebagian besar adalah kecemasan ringan, (3)

KECEMASAN WANITA MENGALAMI MASA MENOPAUSE DITINJAU DARI KEMATANGAN EMOSI DAN DUKUNGAN SOSIAL

menghadapi proses persalinan berada pada rentang kecemasan ringan seperti: kepala pusing, mual, muntah dan bahkan merasakan gerakan janin yang tidak seperti

menghadapi proses persalinan berada pada rentang kecemasan ringan seperti: kepala pusing, mual, muntah dan bahkan merasakan gerakan janin yang tidak seperti

Komunikasi yang baik, pengertian, serta dukungan dari suami sangat diperlukan wanita menopause untuk menghadapi kesulitan- kesulitan yang dialami, sehingga

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi menopause di Perumahan Griya Cipta Laras

Pendidikan yang tinggi dan pengetahuan yang cukup tentang menopause akan membantu wanita memahami dan mempersiapkan dirinya dalam menghadapi menopause dan